Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di dunia kesehatan, obat merupakan salah satu kebutuhan klien untuk membantu dalam
hal penyembuhan dan pemulihan kesehatan klien. Obat ini mempunyai pengaruh yang
dapat menimbulkan efek pada organisme hidup, baik efek psikologis, fisiologis, maupun
biokimiawi. Ilmu yang mempelajari tentang obat ini disebut farmakologi. Farmakologi
membahas tentang sifat-sifat zat kimia dan organisme hidup serta segala aspek
interaksinya. Dalam arti luas, farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa
terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Farmakologi telah
berkembang sejak sebelum tahun 1700 (periode kuno) yang ditandai dengan observasi
empirik penggunaan obat yang dikenalkan pertama kali oleh Claudius Galen.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana obat pada asma bronkial?
2. Bagaimana obat pada flu & rhinitis akut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui obat pada asma bronkial.
2. Untuk mengetahui obat pada flu & rhinitis akut.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asma Bronkial
Asma bronkial adalah penyakit obsruktif kronik yang ditandai oleh periode
bronkospasme yang menimbulkan penderita sukar bernafas dan alergi. Bronkospasme,
atau brokokonstriksi, terjadi ketika jaringan paru terpajan oleh faktor ekstrinsik dan
instrinsik yang merangsang respon brokokonstriktif. Faktor-faktor yang merangsang
serangan asma (bronkospasme) mencakup kelembapan, perubahan tekanan udara,
perubahan temperature, asap, uap (debu asap, parfum), kekecewaan emosi, dan aleri
terhadap partikel dari bulu binatang, makanan, dan obat-obatan seperti aspirin,
endometasin, dan ibuprofen.
Sel-sel mast, yang ditemukan dalam jaringan penunjang di seluruh tubuh, secara
langsung terlibat dalam respon asmatik, terutama terhada faktor ekstrinsik. Sel-sel mast
merangsang pelepasan mediator kimiawi seperti histamine, serotonin, ECF-A (faktor
eosinophil kemotaktik dari anafilaksis), dan leukotriene. Histamine dan ECF-A
merupakan brokokonstriktor kuat. Otot polos bronkial dilapisi secara spiral sekeliling
bronkiolus, dan bronkiolus berkonstraksi ketika dirangsang oleh mediator ini.
Siklik monofosfat adenosine (siklik AMP, atau cAMP), suatu substan seluler, terlibat
dalam banyak aktivitas seluler dan bertanggung jawab untuk memperhatikan
bronkodilatasi. Ketika histamine, ECF-A, dan leukotriene menghambat kerja cAMP,
terjadi-lah brokokonstriksi. Bronkodilator simpatomimetik (adrenergic) dan metilxantin
meringankan bronkial.
Pada suatu serangan asma akut, simpatomimetik (agonis beta-adrenergik) adalah
pertahanan pertama. Zat ini mempromosikan produksi cAMP dan meningkatkan
bronkodilatasi.
SIMPATOMIMETIK AGONIS ALFA-DAN BETA2- ADRENERGIK
Simpatomimetik meningkatkan siklik AMP menyebabkan dilatasi bronkiolus. Pada
akut bronkospasme karena anafilaksis dari reaksi alergi, epinefrin simpatomimetik
nonselektif (adrenalin), yang merupakan agonis alfa, beta1 dan beta2, diberikan secara
subkutan untuk meningkatkan tekanan darah. Epinefrin diberikan dalam keadaan gawat

2
darurat untuk memulihkan sirkulasi dan meningkatkan kelancaran (patennya/terbukanya)
saluran udara.
Untuk bronkopasme yang berhubungan dengan asma menahun atau COPD, agonis
beta2-adrenergik selektif diberikan melalui aerosol atau dengan tablet. Obat-obat ini
terutama bekerja pada reseptop beta2; karena itu, efek sampingnya kurang berat
dibandingkan dengan epinefrin, yang bekerja pada reseptor alfa, beta1 dan beta2.
Agen beta-adrenergik pertama yang dipakai untuk bronkopasme adalah isoproterenol
(Isuprel), yang mulai diperkenalkan pada tahun 1941. Obat ini tidak memiliki sifat agonis
alfa, tetapi merupakan suatu anogis beta non selektif karena obat ini merangsang baik
septor beta1 maupun beta2. Karena reseptor beta1 terangsang, denyut jantung meningkat
dan bisa terjadi takikardia. Perangsangan beta2 meningkatkan bronkodilator.
Isoproterenol tidak bisa diberikan secara oral karena zat ini dimetabolisasi dalam saluran
pencernaan. Bisa diberikan secara sublingual (dibawah lidah), melalui inhalasi
menggunakan inhaler atau nebulizer aerosol, atau intravena untuk serangan asma berat.
Lama kerjanya pendek.
Agen beta-adrenergik kedua adalah metaproterenol (alupent, metaprol), yang pertama
kali dipasarkan pada tahun 1961. Zat ini memiliki sedikit beta1, tetapi terutama dipakai
sebagai agen beta2. Obat ini dapat diberikan secara oral atau melalui inhalasi dengan
inhaler atau nebulizer.
Farmakokinetik
Metaproterenol diabsorpsi dengan baik pada saluran gastrointestinal. Persentase ikatan
protein dan waktu peruhnya tidak diketahui. Dimetabolisasi oleh hati dan dikeluarkan
dalam air kemih.
Farmakodinamik
Metaproterenol membalikkan keadaan bronkospasme dengan merelaksasikan otot
polos bronkial. Obat ini bekerja pada reseptor beta2 meningkatkan timbulnya
bronkodilatasi dan meningkatkan siklik AMP. Karena memiliki sedikit sifat beta1, zat ini
juga dpat menimbulkan tremor, kecemasan, jantung berdebar dan peningkatan denyut
jantung bila diberikan dalam dosis besar. Ada beberapa interaksi obat yang perlu
dipertimbangkan. Jika metaproterenol diminum dengan beta adrenergic bloker, efeknya
berkurang. Agen-agen simpatomimetik lainnya meningkatkan efek metaproterenol.

3
Efek Samping
1. Epinefrin
Efek samping dan reaksi yang merugikan dari epinefrin mencakup tremor,
hipertensi, takikardia, jantung berdebar, disaritmia dan angina. Klien harus diawasi
(pantau) dengan berhati-hati bila diberi epinefrin.
2. Beta2-Edrenergik
Efek samping yang berkaitan dengan obat beta2 (albuterol, terbutalin) mencakup
tremor, sakit kepala, kecemasan, meningkatnya denyut jantung, berdebar (dosis
tinggi), dan sedikit menurunkan tekanan darah. Agonis beta2 dapat meningkatkan
kadar gula darah; penderita diabetes yang memakai obat agonis beta2 harus
dianjurkan untuk memantau kadar gula serumnya secara cermat. Efek samping agonis
beta2 dapat hilang 1 minggu atau lebih. Efek bronkodilatasinya dapat berkurang bila
dipakai terus-menurus. Bisa juga terjadi toleransi terhadap obat ini; jika kedaan itu
timbul dosisnya mungkin perlu ditingkatkan. Gagalnya berespons terhadap dosis
efektif sebelumnya bisa menunjukkan pemburukan asma, perlu di evaluasi ulang
sebelum dosis ditingkatkan.

Golongan Obat Antiasma

A B C D E
- Accolate - Berodual - Combivent Daxas - Euphyllin
- Aminophyllin - Berotec - Cospamic - Euphyllin
- Ascolen - Bricasma retard/euph
- Asmacel - Bricasma yllin retard
- Astharol Respules mite
- Asthma Soho - Bronchosal pharos
- Astherin - Brondisal
- Ataroc - Bronsolvan
- Atrovent - Bufabron
- Asmacon - Bufakris
- Butasal

4
F G L M N
- Farbivent - Glisend - Lasal - Mediasma - Nairet
- Fartolin - Grafalin - Lasal - Meptin - Neo asma
- Fartolin - Grafasma ekspektora - Meptin - Neo napacin
Ekspektoran n inhalation - Neosma
- Flixotide - Lasmalin solution - New ascaps
- Flohale - Lintaz - Meptin - Nortifen
- Flutias swinghaler
- Forasma

O P R S T
- Obucort - Phaminov - Relivan - Samcolat - Tabas
swinghaler - Phyllilocontin - Retaphyl - Salbron - Theochodil
- Onbrez - Pritasma SR - Salbron - Terasma
brezhaler - Profilas ekspektoran - Terasma
- Pulmicort - Salbutamol ekspektora
- Pulmicort - Salbuven n
respules - Salbuven - Tismalin
ekspektoran - Tosma
- Saltam - Tusapres
- Salvasma
- Scanditen
- Sebri breezhaler
- Seretide
- Spiriva
- Spiriva
handihaler

5
- Spiriva respimat
- Siropent
- Striverdi respimat
- Striverdi respimat
- Symbicort

U V X Z
- Ultibro - Vactiv - Xiolair - zaditen
breexhaler - Vectrine
- Ventolin
diskhaler
- Ventolin
expectorant
- Ventolin inhaler
- Ventolin nebules
- Ventolin rotacaps
- Ventolin
- Virtolin

B. FLU & RINITIS AKUT


Flu disebabkan oleh rinovirus dan terutama menyerang saluran nasofaring. Rintis akut
(peradangan akut membrane mukosa hidung) biasanya terjadi bersamaan dengan flu.
Rintis akut tidak sama dengan rinitis alergik, sering disebut juga “Hay fever” (demam
jerami) yang disebabkan oleh serbuk atau substansi asing seperti partikel dari bulu
binatang. Pada keduanya terjadi peningkatan sekresi nasal.
Keempat golongan obat yang dipakai untuk mengatasi gejala flu adalah antihistamin,
dekongestan, antitusif dan ekspektoran. Obat-obatan ini dapat dipakai sendiri atau
kombinasi.

6
Obat Untuk Flu :
Actifed, Afiflu, Afrin, Alco, Alefred, Alpara, Anakonidin obh, Antiza, Bodrexin pilek
alergi, Bonaflu, Bonaflu DM, Calorex, Contrex flu&pilek, Corarcetin, Corhinza, Crofed,
Decolgen, Decolsin, Decotan, Eflin, Emflu, Erpha flu, Extra-flu, Farapon, Farnirex,
Febrinex, Flucella, Flucetin, Fludane, Fludane plus, Flumin plus, Flumin, Flunadin,
Flunax, Florin, Florin DMP, Flu-tab, Flutamo, Flutop, Fluzep, Frigrip, Gosana, Grafed,
Gunaceta, Gunacold, Head-O, Hufagripp bp, Hufagrib forte, Hufagrip pilek, Hufagrip xs,
Hustadin, Hustarex, Iliadin, Intunal.
Antihistamin
Antihistamin bersaing dengan histamine untuk menduduki reseptor, sehingga
menghambat respon histamine.
Sifat antikolinergik pada kebanyakan antihistamin menyebabkan mulut kering dan
mengurangi sekresi, membuat zat ini berguna untuk mengobati prinitif yang ditimbulkan
oleh flu. Antihistamin juga mengurangi rasa gatal pada hidung yang menyebabkan
penderita bersin. Banyak obat-obat flu yang dibeli bebas mengandung antihistamin, yang
dapat menimbulkan rasa mengantuk.
Antihistamin tidak berguna pada keadaan emergency (gawat darurat) seperti
anafilaksis. Kebanyakan antihistamin akan diserap dengan cepat dalam waktu 15 menit
tetapi obat ini tidak cukup kuat untuk mengatasi anafilaksis. Difenhidramin antihistamin
sudah dijual bertahun-tahun dan biasanya sudah di gabung dengan zat-zat lain.
Farmakokinetik :
Definhidramin dapat diberikan secara oral, intramuskulat, atau intravena. Zat ini
mudah diabsorpsi sistematik dari pemberian topical sangat kecil. Zat ini sangat mudah
berikatan dengan protein dan memiliki waktu paruh dari 2-7 jam. Definhidramin di
metabolisasi oleh hati dan di ekskresi dalam urin.
Farmakodinamik :
Definhidramin menghambat efek histamine dengan menempati lokasi reseptor. Zat ini
memiliki efek antikolinergic dan harus dihindari oleh klien yang menderita glaucoma
susut sempit.
Definhidramin dapat mengurangi efek antikoagulan oral dan dapat menekan sistem
saraf pusat bila diminum bersama alcohol, narkotik, hipnotik, barbiturate. Kerjanya dapat

7
timbul dalam 15 menit bila diberikan oral dan intramuscular. Pada pemberian melalui
intravena mula kerjanya segera. Lama kerja 4-8 tahun.
Efek samping
Yang paling sering adalah rasa ngantuk, pusing, letih dan gangguan koordinasi. Bila
juga timbul ruam kulit dan gejala-gejala antikolinergic, seperti mulut kering, retensi urin,
pandangan kabur, dan mengi.
Antitusif
Antitusif bekerja pada pusat pengendali batuk dimedula untuk menekan reflek batuk.
Batuk adalah cara tubuh untuk mengeluarkan secret atau material lain dari saluran nafas.
Dektrometrofan suatu antitusif non-narkotik, dipakai secara luas dengan bebass untuk
mengobati flu.
Farmakokinetik :
Dekstrometrofan tersedia dalam bentuk sirup atau cariran, kapsul yang bisa di kunyah,
dan pelega tenggorokan. Nama dagangnya mencangkup Robitussin, DM, Romilar,
pediacare I, formula contac-cold, formula batuk sucrets, dan banyak lainnya. Obat ini di
absorpsi dengan cepat. Presentasi ikatan protein dan waktu paruhnya tidak diketahui,
dekstrometrofan dimetabolisme oleh hati.
Farmakodinamik :
Dektrometrofan adalah suatu antitusif non-narkotik yang menekan pusat batuk di
medulla. Jika batuk berlangsung lebih dari 1 minggu da nada demam atau ruam harus
berobat ke dokter. Onset kerja dekstrometrofan reatif cepat dan lama kerjanya 3-6 jam.
Biasanya obat yang mengandung dekstrometrofan dapat dipakai beberapa kali sehari.
Antitusif tergolongan dalam 3 tipe: non-narkotik, narkotik, atau preparat kombinasi.
Biasanya obat-obat ini di pakai dalam kombinasi dengan agen-agen lain.
Efek Teraupeutik: menekan batuk yang tidak produktif.
Efek Samping : mual, pusing, rasa ngantuk.

8
Golongan Obat Antitusif :
A B C D E
- Actifed - Bantif - Calortusin - Dapyrin - Emtusin
- Actifed plus - Bodrex - Citocetin. flu & - Erphaka
expectorant. flu & - Codecon batuk. - Erphakaf
- Actifed plus batuk PE - Couhgen - Devosix plus
cough - Brochifar en syrup/ drops.
suppressan. - Brocon en syrup - Dextrosin.
- Aditusin. - Brochifar plus - Dextrosin
- Anakonidin. plus Anak.
- Anaton. kaplet - Dexyl
- Andonex - Dexmolex
- Dexsopha
n
- Dextral.
- Dextrofen

F G H I K
- Floradryl - Gifed - Heroflu - Ifarsyl plus - Konidin
expectorant - Glynasin - Halmezin - Ifarsyl Tablet
- Fritillary & - Grandtosif kaplet - Konidin
almond - Ikadryl sirup
cough DMP - Kontrabat
mixture.
- Fortusin

9
L M N O P
- Licodril - Masflu - Neo - Obatine - Pasaba
DMP - Mercotin ultradin - Ometridryl cough & flu
- Lodecon - Mersidryl - Oskadon flu - Paratenza
- Longatin - Mesaflukin - Oskadryl - Pilexal
- Mextril - Poncolin D
- Mextril - Promedex
antitusif - Pro-INZ
- Mextril - Pyridryl
Ekspectorant plus
- Mucotussan

R S T U V W Y
- Ramadry - Samcod - Tranabat - Unid - Ventusif - Woods Yekad
l Atusin ryl - Triaminic ryl antitusif ryl
- Ramadry EXP batuk extra
l - Sanadr - Triaminic
Expector yl DMP batuk &
an. - Scanidi piluk
- Remco n - Triaminic
syrup - Seledry expectoran
l t & pilek
- Selvigo - Triaminic
n pilek
- Siladex - Tuzalos
cough
& cold

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Rhinitis adalah radang membran mukosa hidung yang ditandai dengan bersin, gatal,
hidung berlendir, dan kongesti atau hidung tersumbat. Terapi rhinitis yang utama dalah
pemberian antihistamin oral yang dikombinasikan dengan dekongestan. Efek samping
kombinasi antihistamin dengan dekongestan yang diberikan sistemik adalah sedasi atau
ngantuk, insomnia dan aritmia (jarang). Secara umum obat untuk terapi rhinitis yang
sering disebut sebagai alergi rhinitis adalah : Antihistamin (Penghambat Reseptor H1),
Agonis α-adrenergik (Dekongstan), Kortikosteroid
Istilah bronkodilator merujuk pada obat yang mempunyai efek mendilatasi atau
relaksasi bronkus. Obat ini sering digunakan sebagai antiasma. Bronkokonstriksi dapat
terjadi karena perangsangan parasimpatik atau hambatan simpatik dibronkus. Konstriksi
bronkus dapat diredakan atau dikurangi dengan pemberian agonis β2 atau pemberian
antagonis kolinergik serta obat golongan xantin.
Asma, bronchitis, dan infeksi bronkus dapat menyebabkan produksi mucus. Kondisi
ini menyebabkan peningkatan penebalan mucus. Mucus mengandung glikoprotein,
polisakarida, debris sel dan cairan/eksudat infeksi. Infeksi pernafasan menghasilkan
mucus yang bersifat purulen atau menyebabkan infeksi, oleh karena itu harus segera
dikeluarkan. Perubahan dan banyaknya secret menyebabkan mucus sukar dikeluarkan
secara ilmiah. Ketika kondisi sudah mengganggu pernapasan pemberian mukolitik
mungkin bermanfaat untuk memudahkan pengeluaran mucus.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca sekalian sangat penulis harapkan guna
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Yulina,Elin, dkk. Juli 2017. ISO (Informasi Spesialite Obat) Indonesia, Jakarta

L. Kee Joyce dan Evelyn R. Hayes. Cetakan 1 : 1996 FARMAKOLOGI (PENDEKATAN


PROSES KEPERAWATAN), Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai