Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin, rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul
“Observasi Kemajuan Persalinan dengan Partograf” ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi
tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas. Melalui makalah ini, saya berharap agar saya dan
pembaca mampu memahami dengan baik tentang observasi kemajuan persalinan dengan
partograf.

Saya berharap agar makalah yang telah saya susun ini dapat memberikan pengetahuan
yang cukup bagi pembaca dan penulis yang lain. Saya juga berharap agar makalah ini menjadi
acuan yang baik dan berkualitas.

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................................. 1
Daftar Isi .......................................................................................................................................... 2
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 3
BAB II. PEMBAHASAN
1. Definisi partograf ........................................................................................................... 4
2. Tujuan partograf ............................................................................................................ 4
3. Fungsi partograf ............................................................................................................. 4
4. Penggunaan partograf .................................................................................................... 5
5. Komponen-komponen pada partograf ........................................................................... 5
6. Kontaindikasi pelaksanaan partograf........................................................................... 11
7. Keuntungan dan kerugian pelaksanaan partograf ........................................................ 11
8. Gambar partograf ......................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................................................ 13
B. Saran .................................................................................................................................. 13
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2014) pada tahun 2013 AKI
119,15 per 100.000 kelahiran hidup. Sistem pelayanan ibu hamil belum mampu memeriksa
atau merawat setiap ibu yang hamil. Oleh karena itu kita harus berusaha sekuat tenaga
menjangkau para ibu hamil atau bersalin yang masih terdapat di luar sistim pelayanan
kesehatan formal (Manuaba, 2007).
Manuaba (2007) menjelaskan bahwa World Health Organization (WHO) menciptakan
sistem “Patograf” untuk menurunkan AKI. Sistem ini dapat memantau keadaan ibu maupun
janin dikandungannya selama dalam persalinan. Jadi, dengan metoda yang baik dapat
diketahui lebih awal adanya persalinan yang abnormal dan dapat dicegah terjadinya
persalinan lama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi partograf?
2. Apa tujuan partograf?
3. Apa fungsi partograf?
4. Bagaimana penggunaan partograf?
5. Apa saja komponen yang tercatat dalam penulisan partograf?
6. Apa kontraindikasi pelaksanaan partoggraf?
7. Apa keuntungan dan kerugian pelaksanaan partograf?
8. Bagaimana bentuk partograf?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi partograf.
2. Untuk mengetahui tujuan partograf.
3. Untuk mengetahui fungsi partograf.
4. Untuk mengetahui penggunaan partograf.
5. Untuk mengetahui komponen yang tercatat dalam penulisan partograf.
6. Untuk mengetahui kontraindikasi pelaksanaan partograf.
7. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian pelaksanaan partograf.
8. Untuk mengetahui bentuk partograf.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Observasi Kemajuan Persalinan (Partograf)


1. Definisi
Beberapa pengertian dari partograf adalah sebagai berikut:
a. Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR, 2007).
b. Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan (Sarwono,2008).
c. Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian pada
perjalanan persalinan (Farrer, 2001).
d. Partograf adalah alat untuk mencapai informasi yang didasarkan pada
observasi/riwayat dan pemeriksaan fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan
alat utama dalam mengambil keputusan klinik, khususnya pada persalinan kala I.
(Depkes RI, 2007).
2. Tujuan penggunaan partograf
Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal. Dengan demikian dapat
pula mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan
bayi baru lahir ( JNPK-KR, 2008).
3. Fungsi partograf
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan
untuk:
a. Mencatat kemajuan persalinan
b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu (JNPK-KR, 2008).

4
4. Penggunaan partograf
Partograf harus digunakan:
a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting
dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal
maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun
yang tidak disertai dengan penyulit.
b. Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, Puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll)
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum,
Residen dan Mahasiswa Kedokteran) (JNPK-KR,2008).
5. Komponen-komponen pada partograf
Komponen-komponen pada partograf yaitu:
- Pencatatan pada lembar depan partograf
Halaman depan partograf mengintruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan
yang menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase
aktif persalinan, yaitu:
1) Informasi Tentang Ibu
Informasi tentang ibu yaitu nama, umur, gravida, para, abortus (keguguran), nomor
catatan medik, tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu), waktu pecahnya selaput ketuban (Depkes RI,
2008).
2) Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin(DJJ ),
air ketuban dan penyusupan (kepala janin)
a. Denyut jantung janin
Menilai denyut jantung janin dilakukan setiap 30 menit (lebih sering jika ada
tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan
waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ.
Catat DJJ dengan memberikan tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka
yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik yang
lainnya dengan garis tegas dan bersambung.

5
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka
180 dan 100. Sebaiknya penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga di
bawah 120 atau di atas 160 untuk melakukan tindakan segera jika DJJ melewati
kisaran normal (Depkes RI, 2008).
b. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam dan nilai
warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat semua temuan-temuan dalam
kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
- U : Selaput ketuban masih utuh ( belum pecah )
- J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
- M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
- D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
- K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi (
kering )
c. Penyusupan (Molase) tulang kepala janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi
dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin
besar derajat penyusupannya atau tumpang tindih antara tulang kepala semakin
menunjukan risiko disporposi kepala panggul ( CPD ). Ketidak mampuan untuk
berakomodasi atau disporposi ditunjukan melalui derajat penyusupan atau
tumpang tindih ( molase ) yang berat sehingga tulang kepala yang saling
menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disporposi kepala panggul
maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan antar tulang
(molase) kepala janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur
air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
- 0:Tulang-tulang kepala janin terpish, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
- 1:Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
- 2:Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat
dipisahkan
- 3:Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan (JNPK-KR,2008).
3) Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
Angka 0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap

6
angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan sentimeter dan menempati
lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain
menunjukan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang
mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka 1-5 yang sesaui dengan
metode perlimaan. Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukan waktu 30 menit untuk
pencatatan waktu pemeriksaan, DJJ, kontraksi uterus dan frekwensi nadi ibu.
a. Pembukaan servik
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan
dari setiap pemeriksaan. Tanda „X‟ harus dicantumkan di garis waktu yang
sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Perhatikan :
- Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai
dengan besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan dalam
- Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan
(pembukaan serviks dari hasil pemeriksaan dalam harus dicantumkan pada
garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil
periksa dalam) dan cantumkan tanda ‘X’ pada ordinat atau titik silang
garis dilatasi serviks dan garis waspada
- Hubungkan tanda ‘X’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak
terputus) (JNPK-KR, 2008)

b. Penurunan bagian terbawah janin


Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, cantumkan hasil pemeriksaan
penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah
janin telah memasuki rongga panggul (WHO, 2002). Pada persalinan normal,
kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan penurunan bagian terbawah
janin. Tetapi ada kalanya penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah
pembukaan serviks mencapai 7 centimeter.
Tulisan turunnya kepala janin dan garis tidak putus dari nol sampai lima
tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda “O”
7
yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan
palpasi kepala di simfisis pubis adalah 3/5, maka tuliskan tanda “O” di garis
angka tiga. Hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak
putus (Depkes RI, 2008).
c. Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada
titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1
cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis
waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada
(pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya
penyulit.
Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis
waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan
garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk
menyelesaikan persalinan (JNPK-KR, 2008)
4) Jam dan waktu
a. Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan bagian terbawah
janin) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1 sampai 16. Setiap kotak menyatakan
satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan (Depkes RI, 2008).
b. Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian
Di bagian lajur kotak untuk waktu mulai fase aktif, tertera kotak-kotak untuk
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan waktu 1
jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit yang berhubungan dengan
lajur untuk pencatatan pembukaan serviks.
Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks pada garis
waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang
sesuai. Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan dalam menunjukkan pembukaan
serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan tanda “X” di garis waspada yang
sesuai dengan lajur angka enam yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catatan
waktu aktual di kotak pada lajur waktu di bawah lajur pembukaan (kotak ketiga dari
kiri) (Depkes RI, 2008).
5) Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan “ kontraksi per
10 menit “ di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.

8
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi
dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit
dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang
mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi. Sebagai contoh jika ibu
mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3
kotak kontraksi (JNPK-KR,2008). Nyatakan lamanya kontraksi dengan :
a. beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya
kurang dari 20 detik.
b. beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya 20 sampai 40 detik.
c. isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih
dari 40 detik (WHO, 1993).
6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
- Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam tetes per menit.
- Obat-obatan lain
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan I.V dalam kotak yang sesuai
dengan kolom waktunya (JNPK-KR,2008).
7) Kondisi ibu
Pada bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf terdapat kotak
atau ruang untuk mencatat hasil kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama
persalinan yaitu:
a. Nadi, tekanan darah, dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan
darah ibu.
1. Nilai dan catat nadi setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering
jika diduga adanya penyulit). Beri tanda pada kolom waktu yang sesuai.
2. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan
(lebih sering jika diduga penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada
kolom waktu yang sesuai.
3. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu setiap dua jam (lebih sering jika terjadi
peningkatan suhu mendadak atau diduga adanya infeksi) pada kolom waktu
yang sesuai.

9
b. Volume Urin, Protein atau Aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap dua jam (setiap kali ibu
berkemih). Jika memungkinkan setiap kali berkemih lakukan pemeriksaan aseton
dan protein dalam urin (Depkes RI, 2008).
- Pencatatan pada halaman belakang partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal- hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan – tindakan yang dilakukan sejak
persalinan kala I hingga IV ( termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut
sebagai catatan persalinan.
Nilai dan catatkan asuhan yang telah diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama
selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah
terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV (
mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan ( yang
sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai memantau
sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman
(JNPK-KR,2008). Informasi yang dicatat di halaman belakang partograf akan meliputi
unsur-unsur berikut ini:
1. Data Dasar atau Informasi Umum
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, catatan dan alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat
merujuk.
2. Kala Satu
Kala satu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis
waspada, masalah-masalah lain yang timbul, penatalaksanaan dan hasil penatalaksanaan
tersebut.
3. Kala Dua
Kala dua terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, distosia bahu, masalah
lain, penatalaksanaan masalah dan hasilnya.
4. Kala Tiga
Data untuk kala tiga terdiri dari lamanya kala tiga, pemberian oksitosin,
penegangan tali pusat terkendali, retensio plasenta yang >30 menit, laserasi, atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya.
5. Kala Empat

10
Kala empat berisi data tentang tekanan darah ibu, nadi, temperatur, tinggi fundus,
kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala empat ini sangat
penting terutama untuk mendeteksi dini risiko atau komplikasi perdarahan
pascapersalinan. Bila timbul masalah selama kala empat, tuliskan jenis dan cara
menangani masalah tersebut secara singkat dan lengkap pada kolom yang tersedia.
Pemantauan kala empat dilakukan setiap lima belas menit dalam satu jam pertama
dan setiap 30 menit pada 1 jam berikutnya. Isikan hasil pemeriksaan pada kolom atau
ruang yang sesuai pada tabel pemantauan. Bagian yang digelapkan (dihitamkan) tidak
perlu diisi. Catatkan semua temuan selama kala empat persalinan pada tabel bagian
bawah halaman dua partograf seperti pada tabel di bawah ini.

6. Bayi Baru Lahir

Informasi yang perlu diperoleh dari bagian bayi baru lahir adalah berat dan panjang badan,
jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya (Depkes RI,
2008).

6. Kontraindikasi pelaksanaan patograf


Berikut ini adalah kontraindikasi dari pelaksanaan patograf.
1. Wanita hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.
2. Perdarahan antepartum.
3. Preeklampsi berat dan eklampsi
4. Persalinan prematur
5. Persalinan bekas sectio caesaria (SC)
6. Persalinan dengan hamil kembar
7. Kelainan letak
8. Keadaan gawat janin
9. Persalinan dengan induksi
10. Hamil dengan anemia berat
11. Dugaan kesempitan panggul (Ujiningtyas, 2009).
7. Keuntungan dan kerugian pelaksanaan partograf
- Keuntungan
11
a. Tersedia cukup waktu untuk melakukan rujukan (4 jam) setelah perjalanan
persalinan melewati garis waspada.
b. Di pusat pelayanan kesehatan cukup waktu untuk melakukan tindakan.
c. Mengurangi infeksi karena pemeriksaan dalam yang terbatas
- Kerugian
Kemungkinan terlalu cepat lakukan rujukan, yang sebenarnya dapat dilakukan di tempat
(Ujiningtyas, 2009).
8. Gambar partograf

12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Partograf adalah alat untuk mencapai informasi yang didasarkan pada observasi/riwayat
dan pemeriksaan fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat utama dalam
mengambil keputusan klinik, khususnya pada persalinan kala I. (Depkes RI, 2007). Dengan
tujuan mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.
Dalam lembar halaman depan partograf dijelaskan tentang kondisi janin, kemajuan
persalinan, dan kondisi ibu. Sedangkan dalam lembar halaman belakang partograf merupakan
bagian untuk mencatat hal- hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta
tindakan – tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga IV ( termasuk bayi baru
lahir).

B. Saran
Sebaiknya para perawat memahami dengan baik cara observasi kemajuan persalinan
dengan partograf ini, karena sangat membantu perawat dalam melakukan observasi kemajuan
persalinan.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/19591929/PARTOGRAF_jtptunimus_gdl_ratnawatig_8152_3_babii
Diakses pada : Oktober 2019
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/52314/Chapter%20II.pdf?sequence=4&is
Allowed=y
diakses pada : Oktober 2019

14

Anda mungkin juga menyukai