Anda di halaman 1dari 57

PROPOSAL SKRIPSI

KEJADIAN KIPI POST VAKSIN COVID-19 PADA LANSIA DI DUSUN


BARAT GUNUNG DESA GEGER KECAMATAN GEGER KABUPATEN
BANGKALAN TAHUN 2022

OLEH :

ERLIN WIWIN SAWITRI


NIM: 01.180.91

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2022
KEJADIAN KIPI POST VAKSIN COVID-19 PADA LANSIA DI DUSUN
BARAT GUNUNG DESA GEGER KECAMATAN GEGER KABUPATEN
BANGKALAN TAHUN 2022

Di Ajukan Untuk Dipertanggungjawabkan Di Hadapan Dewan Penguji Guna


Untuk Memperoleh Gelar S1 Keperawatan Pada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto

OLEH :
ERLIN WIWIN SAFITRI
NIM: 01.180.91

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2022
PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

Dengan judul:

KEJADIAN KIPI POST VAKSIN COVID-19 PADA LANSIA DI DUSUN


BARAT GUNUNG DESA GEGER KECAMATAN GEGER KABUPATEN
BANGKALAN TAHUN 2022
Oleh:

Erlin wiwin safitri


NIM: 011.80.91

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Proposal Skripsi/Skripsi Program


Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto
dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep) pada tanggal …………………..…2022

Tim Penguji

Ketua : Puteri Indah Dwipayanti,S,Kep.,N.s.,M.Kep ..................................

Anggota : 1. Yufi Aris Lestari, S.Kep., Ns., M.Kes ..................................

2. Dr. Yulianto, S.Kep.,Ns.,M.Mkes ..................................

Mengesahkan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatapn Dian Husada
Ketua

H. Nasrul Hadi Purwanto, S.Kep., Ns., M.Kes.


NPP. 10.02.044
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Dengan Judul:

KEJADIAN KIPI POST VAKSIN COVID-19 PADA LANSIA DI DUSUN


BARAT GUNUNG DESA GEGER KECAMATAN GEGER KABUPATEN
BANGKALAN TAHUN 2022

Oleh:

Erlin Wiwin Safitri

NIM.011.80.91

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan penguji pada tanggal…...……..…….…


2022

Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Yufi Aris Lestari, S.Kep., Ns., M.Kes Dr. Yulianto, S.Kep., Ns., M.Mkes
NPP. 10.02.182 NPP. 10.02.045

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Nur Chasanah, S.Kp., M.Kes.


NPP. 10.02.184
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Erlin Wiwin Safitri


NIM : 01.18.091
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Tempat Tanggal Lahir : Sumenep, 02 Maret 2000

Menyatakan bahwa proposal skripsi yang berjudul :


“Kejadian Kipi Post Vaksin Covid-19 Pada Lansia Di Dusun Barat Gunung
desa Geger kecamatan geger kabupaten Bangkalan Tahun 2022” adalah
bukan skripsi orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam
bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya.
Apabila dikemudian hari ditemukan bahwa pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia mendapat sanksi peraturan yang telah di tetapkan

Mojokerto, 17 mei 2022

Peneliti

Materai 10000

Erlin Wiwin safitri


NIM: 01.18.091

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan, dengan rahmat dan hidayahnya
maka Skripsi dengan judul “Kejadian Kipi Post Vaksin Covid-19 Pada Lansia Di
Dusun Barat Gunung desa Geger kecamatan geger kabupaten Bangkalan Tahun
2022” telah tersusun untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada STIKES
DIAN HUSADA Mojokerto.
Dalam menyelesaikan proposal/skripsi ini penulis banyak sekali mendapat
bantuan dari pihak lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Bantuan
yang penulis dapat baik berupa bimbingan arahan dan dukungan baik moral
maupun material menjadi sesuatu yang berharga bagi penulis. Oleh karena itu
ucapan terima kasih penulis ucapkan sebesar-besarnya kepada :
1. H. Nasrul Hadi Purwanto, S.Kep.,Ns. M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada
penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan
di Stikes Dian Husada Mojokerto.
2. Nur Chasanah, S.Kp., M.Kes, selaku Ketua Program Study Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto
yang tidak bosan memberikan semangat dan motivasi.
3. Yufi Aris Lestari, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan banyak waktu untuk memberikan motivasi dan
semangat demi terselesaikannya proposal ini.
4. Dr. Yulianto, S.Kep.,Ns.,M.Mkes pembimbing II yang telah memberikan
masukan dan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan demi
sempurnanya skripsi ini.
5. Hartin suaidah, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Pembimbing Akademik (PA)
yang senantiasa memberikan semangat, motivasi serta do’a kepada peneliti
sehingga tersusunlah skipsi ini.
6. Bapak/ibu dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu dan
bimbingan peneliti selama menjadi mahasiswa di Prodi Ilmu Keperawatan.
7. Ayah dan ibu tercinta, serta keluarga besar saya yang senantiasa
mendo’akanku dan memberikan semangat, motivasi serta dukungan baik
dukungan moral maupun dukungan finansial.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moral maupun material yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, terutama untuk para responden yang
bersedia bekerjasama dan meluangkan waktunya demi terealisasinya
penelitian ini.
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan ini, dengan sebaik-baiknya.
Namun demikian saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua
pihak untuk menyempurnakan.

Mojokerto, 17 Mei 2022

Erlin Wiwin Safitri


NIM: 0118091

LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan untuk :
1. Ayah dan Ibu tercinta, saya ucapkan terima kasih atas segala doa dan
kesabaran serta ketulusannya menuju keberhasilan saya.
2. Untuk keluarga besarku yang membuat saya menjadi semangat untuk maju.
3. Untuk pembimbing Skripsi ibu Yufi Aris Lestari, S.Kep., Ns., M.Kes dan
bapak Dr. Yulianto, S.Kep.,Ns.,M.Mkes terima kasih atas bimbingan Skripsi
sehingga saya bisa menyelesaikan Skripsi dengan baik.\
4. Semua dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada
Mojokerto terima kasih atas bimbingannya, semoga ilmu yang beliau berikan
dapat bermanfaat di kemudian hari.
5. Saudara Subadar selaku kepala desa di dusun barat gunung geger yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian sampai
selesai.
6. Peja Pramana Putra selaku pasangan saya yang membantu dan menemani di
setiap prosesnya juga salah satu alasan saya semangat kuliah dan
mengerjakan skripsi saya sampai selesai.
7. Sahabat-sahabat saya dan juga rekan seperjuangan, teman sejawat dan se-
almamater Stikes Dian Husada Mojokerto angkatan 2018 yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu yang tidak bosan meneriakkan semboyan “masuk
bareng keluar bareng”.

DAFTAR ISI
JUDUL DAN PRASAT GELAR…………………………….…………………….i
PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI…………………………………………..ii
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI…………………………………………iii
SURAT PERNYATAAN…………………………………………………………
iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….v
LEMBAR PERSEMBAHAN ……………………………………………………vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..xi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….xii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….xiii
DAFTAR SINGKATAN, ISTILAH DAN
LAMBANG………………………...xiv
BAB I……………………………………………………………………………...1
PENDAHULUAN…………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………3
1.2.1 Pernyataan
Masalah………………………………………………………..3
1.2.2 Pertanyaan
Masalah………………………………………………………..4
1.2.3 Batasan Ruang Lingkup……………………………………………………
4
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………….4
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………………………..4
1.3.2 Tujuan Khusus ……………………………………………………………4
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………….5
1.4.1. Manfaat Teoritis ………………………………………………………….5
1.4.2. Secara Praktis …………………………………………………………….5
BAB II ……………………………………………………………………………6
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………..6
2.1 Konsep Kipi
……………………………………………………………….6
2.1.1 Definisi Kipi ………………………………………………………………6
2.1.3 Penyebab Kipi
……………………………………………………………..7
2.1.4 Vaktor-Vaktor Penyebab Kipi …………………………………………….7
2.1.5 Penanganan Kipi
…………………………………………………………..8
2.1.6 Gejala Pasca Vaksinasi ……………………………………………………
8
2.1.7 Tata Laksana Gejala Kipi …………………………………………………8
2.2 Konsep Vaksinasi …………………………………………………………9
2.2.1 Definisi Vaksin ……………………………………………………………9
2.2.2 Program Vaksinasi
………………………………………………………...9
2.2.3 Jenis Vaksin
……………………………………………………………..13
2.2.4 Vaksinasi Covid-19 ……………………………………………………...14
2.2.5 Jenis Vaksinasi Covid-19
………………………………………………...14
2.2.6 Pembentukan Imunitas Tubuh …………………………………………...14
2.2.7 Efek Samping Vaksinasi Covid-19 ………………………………………
14
2.4 Kerangka Konseptual …………………………………………………...24
BAB III …………………………………………………………………………..26
METODE PENELITIAN ………………………………………………………..26
3.1 Desain Penelitian ………………………………………………………...26
3.2 Kerangka Kerja ………………………………………………………..…
27
3.3 Sampling Desain …………………………………………………………
28
3.3.1 Populasi ………………………………………………………………….28
3.3.2 Sampel …………………………………………………………………...28
3.3.3 Teknik Pengambilan sampel …………………………………………….29
3.4 Identifikasi Variabel……………………………………………………..29
3.4.1 Variabel Independen …………………………………………………..…
29
3.5 Definisi Operasional …………………………………………………..…30
3.6 Pengumpulan Data ………………………………………………….……
31
3.6.1 Pengumpulan data …………………………………………………..……
31
3.6.2 Pengolahan Data …………………………………………………………32
3.7 Etika Penelitian ………………………………………….………….……
35
3.7.1 Informed Consent ..………………………………………………………35
3.7.2 Anonimity ……………..…………………………………………………
35
3.7.3 Confidentiality……………………………………………………………36
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………37
LAMPIRAN …………………..…………………………………………………39
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel 3.1 Definisi Operasional Kerangka kerja Kejadian

Kipi Post Vaksin Covid-19 Pada Lansia Di Dusun Barat

Gunung Geger

Bangkala…………………………………………...30
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual.................................................................... 24


Gambar 3.1 Kerangka Kerja ............................................................................ 27
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pendahuluan……………………………………………..39


Lampiran 2 Lembar Permintaan Menjadi Responden…………………………...40
Lampiran 3 Kesediaan Menjadi Responden………………………………….….41
Lampiran 4 Kuesioner Kejadian Kipi Post Vaksin…....………………….….….42
DAFTAR SINGKATAN, ISTILAH DAN LAMBANG

Daftar Singkatan/Istilah
M.Kes : Master Kesehatan
NIM : Nomor Induk Mahasiswa
Ns. : Ners
S.Kep : Sarjana Keperawatan
S1 : Sarjana
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
COVID 19 : Corona Virus Disease 2019
WHO : World Health Organisation
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
SARS-CoV2 : Virus yang menyerang system pernafasan
Variabel : Objek penelitian, atau yang menjadi fokus dalam penelitian
Variabel Independent : Variabel Bebas
Populasi : Seluruh subjek atau objek tertentu yang akan diteliti
Sampel : Bagian dari populasi yang dianggap mewakili
populasi
Kuesioner : Lembar daftar petanyaan sebagai alat untuk menilai
keadaan variable penelitian
Responden : Yang menjadi sampel dalam penelitian

Daftar Arti Lambang


% : Tanda Persen
() : Tanda Kurung
, : Tanda Koma
. : Tanda Titik
/ : Tanda Garis Miring
: Tanda Hubung
: : Tanda Titik Dua
; : Tanda Titik Koma
? : Tanda Tanya
“ : Tanda Petik
< : Tanda Kurang Dari
> : Tanda Lebih Dari
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seluruh dunia tengah waspada dengan penyebaran sebuah virus yang

dikenal sebagai virus corona. Coronaviruses (CoV) merupakan virus yang

dapat menyebabkan penyakit mulai dari flu hingga penyakit yang lebih berat

seperti Middle East Respiratory Syndrom (MERS-CoV) dan Severe Acute

Respiratory Syndrom (SARS-CoV). Gejala yang ditimbulkan meliputi batuk,

demam, letih, sesak napas, dan penurunan nafsu makan. Dalam menanggapi

hal tersebut pemerintah telah mengeluarkan kebijakan atau peraturan untuk

mencegah pertambahan jumlah kasus yaitu berupa protokol kesehatan

penanganan Covid-19 (Kementerian Luar Negri, 2020). Selain itu pemerintah

saat ini sedang melaksanakan program lainnya untuk memutus rantai

penyebaran Covid-19 yaitu dengan program vaksinasi Covid-19 yang

dilakukan keseluruh masyarakat tak terkecuali pada lansia.

Cakupan vaksin per tanggal 29 November 2021 secara nasional untuk

dosis pertama mencapai 66,89%, sedangkan untuk dosis kedua mencapai

45,83% (Kemkes, 2021). Berdasarkan data program vaksinasi Covid-19

secara nasional, Pemerintah telah menargetkan sasaran vaksinasi sebanyak

181,5 juta vaksin Covid-19. Berdasarkan data yang didapat pada tanggal 26

april 2021 sampai dengan pukul 12.00. sudah sebanyak 10.8 juta masyarakat

yang telah divaksinasin Covid-19 ke 1 dan 5,9 Juta masyarakat yang telah

divaksinasi Covid-19 ke 2 (Kemenkes, 2021). Target sasaran vaksinasi Covid-


19 di Indonesia sebanyak 181.554.465 jiwa. Hingga 31 Mei 2021, persentase

masayarakat yang mendapat vaksin Covid-19 baru sebesar 9,04%. Masyarakat

yang menjadi sasaran vaksinasi tahap I (tenaga kesehatan, petugas publik dan

lansia) sebanyak 40.349.049 jiwa dan hingga saat ini pencapaiannya masih

sebesar 26,34% Satgas Covid-19, (2021). Pelaksanaan vaksinasi dilakukan

diseluruh wilayah dengan prioritas penyebaran Covid-19 yang cukup tinggi.

Kota Semarang dengan totalkasus COVID-19, data 31 Mei

2021,sebanyak38.747 jiwa dengan jumlah kematian sebanyak 2.951kasus

(Pemerintah Kota Semarang, 2021).

Terdapat beberapa masalah dari hasil penelitian yang dilakukan Pada

Lansia Di Dusun Barat Gunung Geger Bangkalan seperti lansia merasa tangan

bekas suntikan vaksin terasa nyeri, demam disertai badan terasa sakit semua

yang dapat menghambat aktivitas sehari-hari, sebagian dari mereka

mengatakan bahwa setelah di vaksin. ”saya tidak bisa momong cucu setelah

vaksin karena nyerinya bertambah jika di bawa aktivitas seperti gendong

cucu”. Factor-faktor yang mepengaruhi nyeri kipi meliputi: Kesalahan

Program/Teknik Pelaksanaan (Programmatic Errors) Reaksi Suntikan, Induksi

Vaksin (Reaksi Vaksin), Reaksi local, Reaksi sistemik, Reaksi vaksin berat,

Faktor Kebetulan (Koinsiden) dan Penyebab Tidak Diketahui. (Dewi, 2010)..

Pemberian vaksin covid-19 dapat menimbulkan efek samping panas akan

sembuh dalam 1-2 hari, rasa sakit di daerah suntikan, peradangan pada bekas

suntikan dan kejang-kejang. Kasus poliomielitis yang berkaitan dengan vaksin

telah dilaporkan dan diperkirakan terdapat 1 kasus paralitik yang berkaitan

dengan vaksin pada setiap 2,5 juta dosis yang diberikan. Kejadian KIPI
campak berupa demam lebih dari 39,5C yang terjadi pada 5- 15% kasus

dijumpai pada hari ke 2-3 hari setelah vaksinansi, ruam dapat dijumpai 5%

resipien timbul pada hari ke-7 dan ke-10 setelah imunisasi dan berlangsung

selama 2-4 hari (Dewi, 2010).

Salah satu upaya untuk mengatasi nyeri berbentuk farmakologis dan

nonfarmakologis. Intervensi nonfarmakologis dengan memberikan

penyuluhan Jika terjadi reaksi seperti nyeri, bengkak atau kemerahan di

tempat suntikan, kompres dengan air dingin pada lokasi tersebut. Jika terjadi

demam, kompres atau mandi dengan air hangat. Kemudian perbanyak minum

air putih dan istirahat. Jika dibutuhkan, minum obat sesuai anjuran petugas

Kesehatan contohnya seperti pemberian 1/4 tablet obat penurun panas

(antipiretik) bila panas lebih dar 39c. Laporkan semua reaksi atau keluhan

yang dialami setelah vaksinasi ke petugas kesehatan melalui nomor kontak

yang tertera di kartu vaksinasi. (Endiyono dan Ramdani 2017).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pernyataan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti dapat merumuskan masalah

dalam penelitian ini adalah Kejadian Kipi Post Vaksin Covid-19 Pada

Lansia Di Dusun Barat Gunung Geger Bangkalan Tahun 2022.

1.2.2 Pertanyaan Masalah

1) Bagaimanakah Kejadian Kipi Post Vaksin Covid-19 Pada Lansia Di

Dusun Barat Gunung Geger Bangkalan Tahun 2022 ?

1.2.3 Batasan Ruang Lingkup


Penelitian ini menekankan masalah nyeri yang di rasakan lansia setelah

pelaksanaan vaksinasi covid-19, maka untuk memfokuskan kajian dalam

peneliti hanya membatasi tentang Kejadian Kipi Post Vaksin Covid-19 Pada

Lansia Di Dusun Barat Gunung desa Geger kecamatan geger kabupaten

Bangkalan Tahun 2022.

1.3 Tujuan Penlitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Mengetahui tentang Kejadian Kipi Post Vaksin Covid-19 Pada

Lansia Di Dusun Barat Gunung desa Geger kecamatan geger kabupaten

Bangkalan Tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi persentase jumlah lansia yang sudah vaksin 1,2 dan 3 Di

Dusun Barat Gunung desa Geger kecamatan geger kabupaten Bangkalan

Tahun 2022.

2. Mengidentifikasi persentase kajadian kipi pasca vaksin1, 2 dan 3 Pada Lansia

Di Dusun Barat Gunung desa Geger kecamatan geger kabupaten Bangkalan

Tahun 2022.

3. Mengidentifikasi jenis vaksin pada kejadian kipi post vaksin Pada Lansia Di

Dusun Barat Gunung desa Geger kecamatan geger kabupaten Bangkalan

Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis


Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi untuk dapat digunakan

sebagai masukan pada ilmu pengetahuan dan teknologi tentang

pelaksanaan vaksinasi covid-19

1.4.2. Manfaat Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Tenaga Kesehatan (perawat)

Sebagai bahan masukan untuk intervensi alternatif lain dalam

pelaksanaan vaksinasi covid-19.

2. Bagi Responden

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan informasi kepada

responden tentang pentingnya pengetahuan untuk mengurangi gejala

kipi setelah vaksinasi covid-19


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KONSEP KIPI

2.1.1. Definisi Kipi

Menurut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015), KIPI

merupakan kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik

berupa reaksi vaksin, reaksi suntikan, efek farmakologis, kesalahan

prosedur, koinsiden atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.

Sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah

imunisasi. Pada kejadian tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai

masa 42 hari (artritis kronik pasca vaksinasi rubela), atau sampai 6 bulan

(infeksi irus campak vaccine-strain pada resipien non imunodefisiensi

atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio(Autoridad Nacional

del Servicio Civil, 2021) .

2.1.2. Penyebab Kipi

Vaccine Safety Comittee, Institute of Medicine (IOM) United State

of America menyebutkan bahwa sebagian besar penyebab KIPI terjadi

secara kebetulan saja (koinsidensi). Etiologi KIPI dikelompokkan

menjadi 2 klasifikasi, Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan


(KomNas-PP) KIPI menjelaskan klasifikasi tersebut yaitu klasifikasi

lapangan dan klasifikasi kausalitas (kemenkes, 2017).

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kipi

Factor- factor yang mempengaruhi kipi sebagai berikut berikut:

1. Kesalahan prosedur atau teknik pelaksanaan Kesalahan prosedur

tersebut sebagian besar meliputi kesalahan prosedur penyimpanan,

pengelolaan dan tata laksana pemberian vaksin.

2. Reaksi suntikan Reaksi KIPI menyangkut semua gejala klinis yang

terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik, baik langsung atau tidak

langsung harus dicatat. Reaksi 6 suntikan langsung, seperti rasa sakit,

kemerahan pada tempat suntikan dan bengkak. Reaksi suntikan tidak

langsung seperti rasa takut, mual, pusing.

3. Induksi vaksin (reaksi vaksin) Reaksi vaksin yang menyebabkan

adanya gejala KIPI pada dasarnya dapat diprediksi terlebih dahulu

karena merupakan efek samping. Induksi vaksin terdiri dari tiga jenis,

yaitu:

1) Reaksi lokal Reaksi ini meliputi adanya rasa nyeri di tempat

suntikan, bengkak disertai kemerahan di tempat suntikan, bengkak

pada area suntikan.

2) Reaksi sistemik Reaksi ini meliputi adanya demam (10%), kecuali

DPT (hampir 50%), iritabel, gejala sistemik, malaise. Reaksi


sistemik pada MMR dan campak disebabkan oleh infeksi virus

vaksin. Menimbulkan terjadi demam dan ruam, konjungtivitis (5–

15%), dan lebih ringan dari pada infeksi campak, namun berat

pada kasus imunodefisiensi. Pembengkakan kelenjar parotis terjadi

pada mumps, rubela mengalami rasa nyeri sendi (15%) dan

pembengkakan limfe. Vaksin Oral Polio Vaccine (OPV) diare

(<1%), nyeri otot dan pusing.

3) Reaksi vaksin berat

Reaksi ini meliputi kejang trombositopenia, Hypotonic

Hyporesponsive Episode (HHE), persistent inconsolable

screaming dan enselofati akibat imunisasi DPT atau campak

4. Faktor kebetulan (koinsiden)

Indikator faktor kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian

yang sama pada saat bersamaan pada kelompok populasi karakteristik

serupa, tetapi tidak mendapat imunisasi

5. Penyebab tidak diketahui

Kejadian ini terjadi apabila masalah yang dilaporkan belum dapat

dikelompokkan dalam salah satu penyebab, maka untuk sementara

dikategorikan ke dalam kelompok ini. Kelengkapan informasi tersebut

akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.

2.1.4. Penaganan Kipi

Gejala KIPI akibat vaksin

1. Reaksi lokal ringan


Dampak yang dapat timbul seperti nyeri, eritema, bengkak di area

bekas suntikan dengan diamteter kurang dari 1 cm dan timbul kurang

dari 48 jam setelah imunisasi. Penanggulangan yang dapat dilakukan

yaitu dengan memberikan kompres hangat pada bekas lokasi

penyuntikan. Nyeri yang dirasakan apabila mengganggu bisa

memberikan paracetamol 10 mg/kg BB setiap kali pemberian. Anak

yang berumur kurang dari 6 bulan berikan dosis 60 mg/kali setiap

pemberian. Anak yang berumur 6 sampai 12 bulan berikan dosis 90

mg/kali setiap pemberian. Anak yang berumur 1 sampai 3 tahun

berikan dosis 120 mg/kali pemberian (kemenkes, 2017).

2. Reaksi lokal berat

Reaksi lokal berat ditandai dengan munculnya eritema atau indurasi

sebesar lebih dari 8 cm, nyeri, bengkak dan manifestasi sistemis.

Penanggulangan yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan

kompres hangat pada lokasi penyuntikan vaksin, dan pemberian

paracetamol (kemenkes, 2017).

3. Reaksi umum

Reaksi umum yang sering terjadi adalah demam, lesu, nyeri otot, nyeri

kepala, dan menggigil. Tindakan yang bisa dilakukan yaitu dengan

memberikan minum hangat, berikan parasetamol dan menyelimuti

tubuh anak (kemenkes, 2017).

4. Reaksi arthus

Reaksi arthus ditandai dengan munculnya gejala nyeri, bengkak,

indurasi dan edema. Terjadi reimunisasi pada pasien dengan kadar


antibodi yang masih tinggi. Timbul beberapa jam dengan puncaknya

12 sampai 36 jam. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan

memberikan kompres air hangat pada bekas lokasi penyuntikan, dan

pemberian paracetamol (kemenkes, 2017)

5. Reaksi kolaps/keadaan syok

Reaksi kolaps adalah gejala yang terjadi jika anak masih dalam

keadaan sadar, namun tidak bereaksi terhadap rangsangan.

Pemeriksaan frekuensi, amplitudo nadi serta tekanan darah tetap

dalam batas normal. Penanggulangan yang bisa dilakukan adalah

dengan memberikan rangsangan dengan wewangian atau bau-bauan

yang merangsang anak agar sadar. Apabila belum dapat diatasi dalam

kurun waktu 30 menit, segera rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat

(kemenkes, 2017).

6. Reaksi khusus: Sindrom Guillain-Barre (jarang terjadi)

Reaksi khusus apabila terjadi akan mengakibatkan lumpuh layu yang

menjalar ke atas, biasanya dimulai dari tungkai, ataksia, penurunan

refleksi tendon, gangguan menelan dan pernafasan, parestasi,

meningismus, tidak demam, peningkatan protein dalam cairan

serebrospinal tanpa pleositosis. Terjadi antara 5 hari sampai dengan 6

minggu setelah imunisasi, perjalanan penyakit dari 1 sampai dengan 3-

4 hari, prognosis umumnya baik. Penanggulangan yang dapat


diberikan yaitu merujuk ke rumah sakit untuk perawatan dan

pemeriksaan lebih lanjut (kemenkes, 2017)

7. Reaksi nyeri brakialis (neuropati pleksus brakialis)

Gejala yang timbul dari reaksi nyeri brakialis yaitu nyeri dalam terus

menerus pada daerah bahu dan lengan atas. Reaksi nyeri brakialis

biasanya terjadi 7 jam sampai dengan 3 minggu setelah imunisasi.

Tindakan yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan paracetamol

sesuai dengan dosis yang tepat. Gejala yang timbul apabila menetap

rujuklah ke rumah sakit untuk fisioterapi (kemenkes, 2017).

8. Reaksi anafilaktis

Gejala reaksi syok anafilatis terjadi secara mendadak, gejala klasik:

dengan gejala kemerahan merata, edema, urtikaria, jantung berdebar

kencang, tekanan darah menurun, sembab pada kelopak mata, sesak,

nafas berbunyi, anak pingsan atau tidak sadar, dan dapat terjadi

langsung seperti tekanan darah menurun dan pingsan tanpa didahului

oleh gejala lain. Penanggulangan yang harus dilakukan adalah

melakukan rujukan ke rumah sakit terdekat, lalu diberikan suntikan

adrenalin 1:1.000 dosis 0,1 – 0,3 ml melalui intramuskuler. Setelah

pasien membaik dan stabil dilanjutkan dengan suntikan deksametason

(1 ampul) secara intravena atau intramuskuler lalu segera pasang infus

NaCl 0,9% (kemenkes, 2017).

2.1.5. Gejala Pasca Imunisasi/Vaksinasi

Walaupun semua jenis vaksin yang digunakan dalam program

imunisasi nasional aman dan efektif apabila cara pengelolaan dan


pemberiannya sesuai dengan SOP, namun tidak ada satu jenis vaksin pun

yang bebas dari Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi/Vaksinasi atau sering

dikenal dengan istilah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan, terjadi setelah

pemberian imunisasi/vaksinasi, dan belum tentu memiliki hubungan

kausalitas dengan vaksin. Kejadian ikutan yang dialami setiap orang dapat

berbeda-beda, bisa berupa gejala ringan, sedang, dan serius yang dirasakan

tidak nyaman atau berupa kelainan hasil pemeriksaan laboratorium. Hal

tersebut akan hilang dalam beberapa hari, oleh karena itu dianjurkan cukup

istirahat setelah menerima vaksin. KIPI dikelompokkan dalam 5 kategori:

1. Reaksi yang terkait produk vaksin KIPI yang diakibatkan atau dicetuskan

oleh satu atau lebih komponen yang terkandung di dalam produk vaksin.

2. Reaksi yang terkait dengan cacat mutu vaksin KIPI yang disebabkan atau

dicetuskan oleh satu atau lebih cacat mutu produk vaksin, termasuk alat

pemberian vaksin yang disediakan oleh produsen.

3. Reaksi terkait kekeliruan prosedur imunisasi/Vaksinasi KIPI yang

disebabkan oleh cara penanganan vaksin yang tidak memadai, penulisan

resep, atau pemberian vaksin yang sebetulnya dapat dihindari.

4. Reaksi kecemasan terkait imunisasi/Vaksinasi KIPI ini terjadi karena

kecemasan pada waktu pemberian imunisasi.

Kejadian Koinsiden KIPI ini disebabkan oleh hal-hal di luar produk

vaksin, kekeliruan imunisasi atau kecemasan akibat imunisasi

2.1.6. Tata laksana gejala KIPI


Tatalaksana KIPI pada dasarnya terdiri dari penemuan kasus, pelacakan

kasus lebih lanjut, analisis kejadian, tindak lanjut kasus, dan evaluasi.

Dalam waktu 24 jam setelah penemuan kasus KIPI yang dilaporkan oleh

orang tua (masyarakat) ataupun petugas kesehatan, maka pelacakan kasus

harus segera dikerjakan. Pelacakan perlu dilakukan untuk konfirmasi

apakah informasi yang disampaikan tersebut benar. Apabila memang kasus

yang dilaporkan diduga KIPI, maka dicatat identitas kasus, data vaksin

(jenis, pabrik, nomor batchlot), petugas yang melakukan dan bagaimana

sikap masyarakat saat menghadapi masalah tersebut. Selanjutnya perlu

dilacak kemungkinan terdapat kasus lain yang sama, terutama yang

mendapat imunisasi dari tempat yang sama dan jenis lot vaksin yang sama.

Pelacakan dapat dilakukan oleh petugas Puskesmas atau petugas kesehatan

lain yang bersangkutan. Sisa vaksin (apabila masih ada) yang diduga

menyebabkan KIPI harus disimpan sebagaimana kita memperlakukan yang

masih dirawat, sembuh dengan gejala sisa, atau kasus meninggal,

diperlukan evaluasi ketat dan apabila diperlukan Pokja KIPI segera

dilibatkan(Hadinegoro, 2016)

2.2. KONSEP VAKSINASI

2.2.1 Program Vaksin

Program vaksinasi yang dicanangkan pemerintah menjadi bagian

penting untuk mengatasi pandemi. Seperti juga pada penyakit polio dan

cacar, sebelum COVID-19 ditemukan obatnya, maka vaksinasi adalah solusi

yang tercepat dan terbaik. Vaksinasi merupakan suatu upaya untuk

menimbulkan kekebalan seseorang secara aktif dengan tindakan pemberian


zat antigen yang bertujuan untuk merangsang antibodi sehingga diharapkan

akan kebal terhadap penyakit tersebut atau hanya megalami sakit ringan.

Pada akhir tahun 2020, pemerintah Indonesia telah menetapkan jenis vaksin

yang akan digunakan pada pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Indonesia.

Melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

HK.01.07/MENKES/12758/2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin Untuk

Pelaksanan Vaksinasi COVID-19 yang ditandatangani pada 28 Desember

2020 oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, pemerintah menetapkan

jenis vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero),

Oxford–AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation

(Sinopharm), Moderna, Novavax Inc, Pfizer Inc. & BioNTech, dan Sinovac

Life Sciences Co., Ltd., sebagai jenis vaksin COVID-19 yang dapat

digunakan untuk pelaksanaan vaksinasi di Indonesia.

2.2.2 Definisi Vaksin

Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen (zat yang dapat

merangsang sistem imunitas tubuh untuk menghasilkan antibody sebagai

bentuk perlawanan) yang bila diberikan kepada seseorang akan

menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

Vaksinasi merupakan pemberian vaksin yang khusus diberikan dalam

rangka menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan

penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan dan

tidak menjadi sumber penularan. Apabila cakupan vaksinasi tinggi dan

merata di suatu daerah maka akan terbentuk kekebalan kelompok (herd


immunity). Kekebalan kelompok inilah yang menyebabkan proteksi silang,

dimana seseorang yang tidak divaksinasi risiko tertular penyakit dari orang

sekitarnya menjadi kecil dan tetap sehat karena masyarakat lainnya di

lingkungan tempat tinggalnya sudah mendapatkan vaksin. Hal ini

menunjukan bahwa vaksinasi dengan cakupan yang tinggi dan merata

sangatlah penting (Kemenkes, 2020).

2.2.3 Jenis Vaksin

Secara keilmuan, setidaknya ada empat jenis vaksin dari cara

pembuatannya.

1. Pertama, “vaksin mati” atau juga disebut vaksin tidak aktif (inactivated)

adalah jenis vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang sudah

dimatikan dengan suhu panas, radiasi, atau bahan kimia. Proses ini

membuat virus atau kuman tetap utuh, namun tidak dapat berkembang

biak dan menyebabkan penyakit di dalam tubuh. Seseorang akan

mendapatkan kekebalan terhadap penyakit ketika mendapatkan vaksin

jenis ini tanpa ada risiko untuk terinfeksi kuman atau virus yang

terkandung di dalam vaksin tersebut. Tentu saja, “vaksin mati”

cenderung menghasilkan respon kekebalan tubuh yang lebih lemah, jika

dibandingkan “vaksin hidup”. Dengan demikian pemberian “vaksin

mati” butuh diberikan secara berulang atau berfungsi sebagai booster

2. Kedua, “vaksin hidup” atau live attenuated yaitu vaksin yang berisi virus

atau bakteri yang tidak dimatikan melainkan dilemahkan. Virus atau


bakteri tersebut tidak akan menyebabkan penyakit, namun dapat

berkembang biak, sehingga merangsang tubuh untuk bereaksi terhadap

sistem imun. Vaksin hidup ini dapat memberikan kekebalan yang lebih

kuat dan perlindungan seumur hidup meski hanya diberikan satu atau

dua kali. Vaksin ini tidak dapat diberikan kepada mereka dengan kondisi

kesehatan yang melemahkan sistem kekebalan mereka, di antaranya

penderita HIV/AIDS dan penderita kanker yang menjalani kemoterapi.

3. Ketiga, “vaksin toksoid” adalah vaksin yang berisi racun bakteri yang

diolah secara khusus agar tidak berbahaya bagi tubuh, namun mampu

merangsang tubuh untuk membentuk kekebalan terhadap racun atau

menangkal efek racun dari bakteri tersebut

4. Keempat, “vaksin biosintetik” atau istilah sederhananya adalah “buatan

manusia” atau semacam “vaksin sintetis”, yaitu vaksin yang dibuat dari

antigen yang diproduksi secara khusus, sehingga menyerupai struktur

virus atau bakteri yang hendak ditangkap. Jadi, mudahnya, diambil

bagian tertentu dari virus untuk diolah dan dikembangkan menjadi

vaksin, atau mengambil pola protein tertentu dari virus, untuk diolah

kembangkan menjadi vaksin yang benar-benar buatan manusia. Vaksin

biosintetik mampu memberikan kekebalan tubuh yang kuat terhadap

virus atau bakteri tertentu dan dapat digunakan oleh penderita

bergangguan sistem kekebalan tubuh atau penyakit kronis. Berbeda

dengan vaksin live attenuated dan vaksin inactive.

2.2.4 Vaksin Covid-19


Sebagaimana diketahui, Indonesia telah menetapkan tujuh jenis

vaksin yang dapat digunakan untuk pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di

Indonesia. Hingga awal Maret 2021, dari tujuh jenis vaksin tersebut, sudah

tiga vaksin yang mendapatkan Persetujuan Penggunaan Dalam Kondisi

Darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM, yaitu

Sinovac, AstraZeneca, dan vaksin dari PT Bio Farma (Persero). Kita akan

membahas mulai dari yang pertama ada dan digunakan di Indonesia, vaksin

COVID-19 produksi Sinovac.

2.2.5 Jenis Vaksin Covid-19

1. Sinovac

Sinovac adalah produsen vaksin COVID-19 (CoronaVac) asal Cina

yang memproduksi vaksin jenis inactivated, yaitu berasal dari virus yang

telah dimatikan. Diberikan dalam dua dosis atau dua kali suntikan dalam

jangka waktu 14 hari. Dari uji klinis fase 3 yang dilakukan di UNPAD

Bandung, Jawa Barat, dengan subjek 1.620 orang, didapatkan efikasi

sebesar 65,3 persen, artinya probabilitas target mendapatkan imunitas

sebesar 65,3% per individu. Ini di atas standar WHO, yaitu 50%. Vaksin

dari Sinovac termasuk paling mudah pengelolaannya, karena vaksin ini

hanya membutuhkan penyimpanan dalam lemari es standar dengan

standar suhu 2--8 derajat celcius, dan dapat bertahan hingga 3 tahun. Di

Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menerbitkan Fatwa

Nomor 2/2021 yang menyatakan bahwa Vaksin COVID-19 dari Sinovac


dan PT Bio Farma (Persero) suci dan halal, sehingga boleh digunakan

untuk umat Islam sepanjang terjamin keamanannya menurut ahli yang

kredibel dan kompeten. Pada awalnya, Sinovac direkomendasikan untuk

usia 15--59 tahun. Namun, Badan POM kemudian merekomendasikan

vaksin ini aman untuk usia di atas 60 tahun berdasarkan Surat BPOM

Nomor T-RG.01.03.32.322.02.21.00605/NE tertanggal 5 Februari 2021.

2. Vaksin Pfizer-BioNTech

Pfizer-BioNTech yang termasuk jenis vaksin biosintetik. Vaksin yang

berisi kode genetik dari virus tersebut yang disuntikkan ke tubuh, tidak

menyebabkan sakit tetapi mengajari sistem imun untuk memberikan

respons perlawanan. Vaksin dari Pfizer-BioNTech digunakan untuk usia

16 tahun ke atas dengan dua suntikan dalam selang waktu tiga minggu

atau 21 hari. Analisis interim hasil uji klinis tahap tiga di Brasil dan

Inggris menunjukkan bahwa efikasi dari Pfizer-BioNTech mencapai 70

persen. Di Amerika Serikat Pfizer-BioNTech mengklaim angka efikasi

95%

3. Vaksin AstraZeneca.

Vaksin AstraZeneca Vaksin hasil kerjasama Oxford-AstraZeneca ini

merupakan vaksin yang mampu memicu respons imun terhadap

penyakit seperti COVID-19. Ini juga dapat dikategorikan jenis vaksin

biosintetik. Vaksin ini umumnya aman digunakan pada populasi yang

luas bahkan mereka yang memiliki masalah kesehatan kronis atau orang

dengan gangguan kekebalan. Vaksin Astra-Zeneca mencatat angka

efikasi 62,10 persen dari total peserta uji klinis.


4. Keempat adalah vaksin dari produsen Sinopharm (China National

Pharmaceutical Group Corporation). Vaksin ini memanfaatkan virus

yang sudah dimatikan atau masuk jenis inactivated vaccine, sebagaimana

sinovac. Vaksin COVID-19 Sinopharm memerlukan pengelolaan yang

tidak berbeda dengan Sinovac

5. Moderna

Vaksin kelima adalah vaksin COVID-19 Moderna yang merupakan jenis

vaksin biosintetik. Moderna digunakan untuk usia 18 tahun ke atas

dengan dua suntikan yang diberikan selang 28 hari. Moderna mengklaim

efikasi 94%.

6. Novavax

Vaksin COVID-19 Novavax buatan Novavax Inc. dari Amerika Serikat.

Novavax adalah jenis vaksin biosintetik, dengan menggunakan spike

protein yang dibuat khusus untuk meniru protein spike alami dalam virus

Corona. Vaksin ini bekerja dengan memasukkan protein yang memicu

respons antibodi, yang menghalangi kemampuan virus Corona di masa

depan menginfeksi. Di Inggris, vaksin Novavax mengklaim angka efikasi

96%.

2.2.6 Pembentukan Imunitas Tubuh

Secara umum, para penerima vaksinasi harus menyadari bahwa

setelah menerima vaksinasi dosis pertama, sistem kekebalan tubuh kita baru

dikenalkan kepada virus dan kandungan yang ada di dalamnya. Tujuannya

adalah memicu respons kekebalan awal dan memori kekebalan tubuh

terhadap infeksi virus Sars-Cov2. Jadi, selama itu ia harus tetap patuh
protokol kesehatan 3M. Vaksinasi dosis kedua ditujukan untuk menguatkan

respons imun yang telah terbentuk, untuk memicu respons antibodi yang

lebih kuat dan lebih efektif. Artinya vaksinasi kedua berfungsi sebagai

booster untuk membentuk antibodi secara optimal. Secara keilmuan,

imunitas terbentuk dengan baik sekitar 28 hari setelah selesai vaksinasi.

Namun, mereka yang sudah menerima vaksin secara penuh tetap wajib

patuh protokol kesehatan 3M, sampai tercapai kondisi kekebalan komunitas

(herd immunity)..

2.2.7 Efek Samping Vaksin COVID-19

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan

beberapa efek samping merupakan tanda normal bahwa tubuh sedang

berproses membangun sistem imun. Efek samping ini dapat mempengaruhi

kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, tetapi akan hilang dalam

beberapa hari. Efek samping yang umum dirasakan di lengan bagian

suntikan berupa rasa sakit, pegal, dan dapat terjadi pembengkakan.

Sedangkan, efek samping lainnya yang dirasakan di seluruh atau bagian

tubuh lainnya berupa demam, batuk, kelelahan, dan sakit kepala dapat

menyerang ke sebagian orang. Melalui tahapan pengembangan dan

pengujian vaksin yang lengkap, efek samping yang berat dapat terlebih

dahulu terdeteksi sehingga dapat dievaluasi lebih lanjut. Manfaat vaksin

jauh lebih besar dibandingkan risiko sakit karena terinfeksi bila tidak

divaksin. Apabila nanti terjadi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI),


Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan KIPI maupun komite di

setiap daerah akan memantau dan menanggulangi KIPI

2.3 KERANGKA KONSEP

2.3.1 Kerangka Konsep

Jenis Vaksin
1. vaksin mati
2. vaksin hidup
3. vaksin
Fakotr yang toksoid
mempengaruhi Kipi
4. vaksin
1. Kesalahan
prosedur atau biosintetik
teknik
pelaksanaan
Kipi post vaksin covid- 1. Tinggi
2. Reaksi suntikan
19 pada lansia 2. Rendah
3. Induksi vaksin
(reaksi vaksin)
4. Faktor kebetulan
(koinsiden)
5. Penyebab tidak
diketahui

Keterangan :
: Diteliti

: Mempengaruhi

: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kejadian Kipi Post Vaksin Covid-19 Pada Lansia Di Dusun Barat

Gunung Geger Bangkalan Tahun 2022.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu

bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah gambaran

Kejadian Kipi Post Vaksin Covid-19 Pada Lansia Di Dusun Barat Gunung

Geger Bangkalan Tahun 2022.


3.2 Kerangka Kerja

populasi
Seluruh lansia yang sedang mengalami gejala kipi post Vaksin Covid-
19 Di Dusun Barat Gunung Geger Bangkalan 30 lansia.

Sampling
Non Probability sampling tipe random sampling

Sampel
Seluruh lansia yang sedang mengalami gejala kipi post Vaksin Covid-19
Di Dusun Barat Gunung Geger Bangkalan 30 lansia

Instrumen pengambilan data:


Kuesioner

Pengolahan Data
Editing, coding, scoring, entry data, eleaning, dan tabulating data
menggunakan uji Chi-Square Test
Analisa Data
Deskriptif menggunakan distribusi frekuensi

Hasil dan pembahasan

Simpulan dan Saran

Gambar 3.1 Kerangka kerja Gambaran Kejadian Kipi Post Vaksin Covid-

19 Pada Lansia Di Dusun Barat Gunung Geger Bangkalan

Tahun 2022.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang sedang mengalami

gejala kipi post Vaksin Covid-19 Di Dusun Barat Gunung Geger Bangkalan 30

lansia.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami gejala

kipi post Vaksin Covid-19 Pada Lansia Di Dusun Barat Gunung Geger Bangkalan

Tahun 2022.

Besar perhitungan sampel dapat mmenggunakan rumus sebagai berikut

(Sastroasmoro dan Ismail, 2014).

n 1= n 2= 2 ( (µ 1−µ 2) )
( Zα + Zβ) σ
2
Keterangan:

n : Besar sampel

Zα : Harga kurva normal tingkat kesalahan yang ditentukan dalam

penelitian pada CI 95 % (α= 0.05), maka Zα= 1,96

Zß : Bila α = 0.05 dengan kekuatan uji 80% maka Z ß= 0.842

Σ : Simpangan baku kedua kelompok (dari pustaka)

µ1-µ2 : Perbedaan klinis yang diinginkan (clinical judgment)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, maka:

Zα = 1,96 ; Zβ = 0,842 ; σ = 3,0 ; µ1-µ2 (11-8)

n 1 = n 2 = 3,0 { (1,96 + 0,842)2 / 3,0 } 2

n 1 = n 2 = 3,0 (6,76) = 30

Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa sampel yang dibutuhkan

adalah 30 responden.

1. Kriteria inklusi

1) Lansia yang bersedia menjadi responden atau menandatangani

persetujuan.

2) lansia yang mengalami Kipi pada hari pertama post vaksin.

3) Lansia yang mengalami Kipi Post Vaksin dengan tidak disertai

dengan gangguan kesehatan lain, misal: jantung, myoma dan lain

sebagainya.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang tidak memenuhi kriteria inklusi (Nursalam, 2020).


1) Lansia yang tidak mengalami Gejala kipi dan tidak hadir ikut

penelitian.

2) Lansia yang sudah mendapatkan obat analgetik selama merasakan

nyeri.

3) Responden yang tidak kooperatif

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Probability

Sampling dengan Simple Random Sampling yaitu dilakukan dengan pengambilan

sampel secara acak sederhana dimana setiap anggota atau unit dari populasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel probability

sampling. Peneliti melakukan pengambilan sampel dengan cara random sampling,

yaitu pengambilan sampel dengan cara acak

3.4 Identifikasi Variabel

1. Identifikasi Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Notoadmodjo, 2012). Dalam penelitian ini terdapat 1 variabel

yaitu:

1) Variabel Independent (Bebas)

Variabel independent adalah variabel yang nilainya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2020). Variabel independent dalam penelitian

ini adalah Kejadian Kipi


3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Kerangka kerja Kejadian Kipi Post Vaksin

Covid-19 Pada Lansia Di Dusun Barat Gunung Geger Bangkalan Tahun 2022.

No Variabel Definisi Indicator Alat Skala Skor

Operasional Ukur

1 Kejadian kejadian 1. Reaksi Kusione Nominal 1. Jika skor

Kipi medik yang local ringan r >T mean

Post berhubungan 2. Reaksi (Likert) T maka

Vaksin dengan lokal berat kategori

Covid- imunisasi 3. Reaksi tinggi

19 baik berupa umum 2. Jika skor

reaksi vaksin, 4. Reaksi <T mean

reaksi arthus T maka

suntikan, 5. Reaksi kategori

efek kolaps/keada tinggi


farmakologis, an syok

kesalahan 6. Reaksi

prosedur, khusus

koinsiden 7. Reaksi

atau nyeri

hubungan brakialis

kausal yang 8. Reaksi

tidak dapat anafilaktis

ditentukan

3.6 Pengumpulan Data

3.6.1 Pengumpulan data

1. Proses pengumpulan data

Setelah peneliti mendapatkan ijin dari pihak Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Dian Husada Mojokerto untuk melakukan studi pendahuluan dan

penelitian di Dusun Barat Gunung, Desa Geger, Kecamatan Geger, Kabupaten

Bangkalan dengan topik yang telah ditentukan, kemudian peneliti mengajukan

surat permohonan ke BAKESBANGPOL, Dinas Kesehatan Kabupaten

Bangkalan, Kantor Kecamatan Geger, dan Kepala Desa Geger untuk

melakukan studi pendahuluan dan ijin penelitian. Setelah peneliti

mendapatkan surat ijin, maka peneliti mulai dengan memperhatikan etika

penelitian.

Peneliti melakukan pendekatan kepada responden dan membuat

persetujuan kepada responden untuk dilakukan penelitian. Kemudian

membacakan isi dari lembar kuesioner tersebut yang berisikan Kejadian Kipi
Post Vaksin Covid-19 Pada Lansia Di Dusun Barat Gunung Geger Bangkalan

Tahun 2022. Lembar kuesioner tersebut diisi dengan cara dibantu oleh peneliti

di tempat yang sama secara langsung.

Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang langsung

diperoleh dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengambil data,

langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari dengan cara

menyebarkan kuesioner dan akan diisi oleh responden atau dibantu oleh

rekan-rekan.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah

diolah. Jenis instrumen penelitian dapat berupa angket, checklist, pedoman

wawancara, pedoman pengamatan. Dengan skala likert instrumen yang

memuat tentang tanda gejala kipi yang bersifat efektif dan efisien berdasarkan

suatu standar yang sudah baku.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni di

Dusun Barat Gunung, Desa Geger, Kecamatan Geger, Kabupaten Bangkalan

3.7 Pengolahan Dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pada tahap pengambilan data awal menggunakan observasi. Dalam

penelitian ini pengolahan data dilakukan menggunakan software statistic


(Notoadmodjo, 2012). Pengolahan data meliputi:

1) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan

data atau setelah data terkumpul.

2) Coding

Setelah data di edit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng “kodean”

atau “coding” yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan (Nugroho, 2012). Pada penelitian ini hasil dari scoring

pemberian kode antara lain yaitu:

No Sudah Vaksin/ Vaksin 1/Jenis Vaksin 2/Jenis Vaksin 3/Jenis

Tidak Vaksin Vaksin Vaksin

1. 1 Sinovac - -

Ket gejala:

2. 0 - -

3. 0 - -

4. 0 - -

5. 1 Sinovac - -

Ket gejala:

6. 0 - -

7. 0 - -

8. 0 - -

9. 0 - -

10. 0 - -
11. 1 Sinovac - -

Ket gejala:

12. 1 Sinovac - -

Ket gejala:

13. 0 - -

14. 0 - -

15. 0 - -

16. 0 - -

17. 1 Sinovac - -

Ket gejala:

18. 0 - -

19. 0 - -

20. 1 Sinovac - -

Ket gejala:

21. 0 - -

22. 0 - -

23. 0 - -

24. 0 - -

25. 1 Sinovac - -

Ket gejala:

26. 0 - -

27. 0 - -

28. 0 - -

29. 0 - -
30. 1 Sinovac - -

Ket gejala:

Pada penelitian ini hasil dari scoring dalam pemberian kode antara lain

yaitu :

1. Sudah Vaksin :1

2. Tidak Vaksin :0

Indikasi kipi

1) Jika skor T > mean T kategori tinggi (kode 1)

2) jika skor T < mean T kategori tinggi (kode 2)

3) Data Entry

Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program atau “software” komputer. Dalam proses ini dituntut ketelitian

orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila tidak maka akan terjadi

bias, meskipun hanya memasukkan data (Nugroho, 2012).

4) Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini

disebut pembersihan data (data cleaning) (Nugroho, 2012).

5) Tabulating

Tabulating yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian

atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoadmodjo, 2012). Tabel yang akan
ditabulasi adalah tabel yang berisikan data yang sesuai dengan kebutuhan

analisis

3.8 Etika Penelitian

3.8.1 Informed Consent (lembar persetujuan)

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus memberikan lembar

persetujuan kepada responden sebagai bukti bahwa responden bersedia. Jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden

3.8.2 Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden maka peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, hanya

diberi nama inisial pada masing-masing lembar pengumpulan data.

3.8.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi responden yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiannya

oleh peneliti. Peneliti hanya menampilkan data tertentu sesuai dengan tujuan

penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, M., 2018. Patofisiologi Nyeri (Pain). Saintika Medika: Jurnal Ilmu


Kesehatan dan Kedokteran Keluarga, 13(1), pp.7-13.
Butcher, H.K., Bulechek, G.M., Dochterman, J.M.M. and Wagner, C.M.,
2018. Nursing interventions classification (NIC)-E-Book. Elsevier Health
Sciences.
Elly Apriliya Tri Utami, E.L.L.Y., 2021. Asuhan Keperawatan Pasien Fraktur
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Kenyamanan:
Nyeri (Doctoral dissertation, Universitas Kusuma Husada Surakarta).
Kusuma, H., Suhartini, S., Ropyanto, C.B., Hastuti, Y.D., Hidayati, W., Sujianto,
U., Widyaningsih, S., Lazuardi, N.L., Yuwono, I.H., Husain, F. and
Selvia, A., 2019. BUKU PANDUAN Mengenal Penyakit Ginjal Kronis
dan Perawatannya.
Malisa, D., 2014. Pengaruh teknik distraksi relaksasi terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien pasca oprasi ditinjau dari Ked, dan
Islam (Doctoral dissertation, Universitas YARSI).
Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi (Doctoral dissertation, Tesis, dan
Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika).
Nurarif, A.H. and Kusuma, H., 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA.
Pranowo, S., Prasetyo, A. and Handayani, N., 2016. Pengaruh kompres dingin
terhadap penurunan nyeri pasien saat kanulasi (inlet akses femoral)
hemodialisis. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, pp.50-60.
Prasetya, G., 2019. Analisis Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Kanulasi Inlet
Akses Femoralis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisa di RSUD DR. Soedirman Kebumen (Doctoral dissertation,
STIKES Muhammadiyah Gombong).
Pinontoan, O.R., Mantiri, E.S. and Mandey, S., 2020. Faktor Psikologi Dan
Perilaku Dengan Penerapan Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit. Indonesian Journal of Public Health and
Community Medicine, 1(3), pp.19-27.
Sirait, H.S., Pengaruh Kompres Dingin terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada
Pasien Fraktur Femur di RSU Gunung Jati Cirebon Tahun 2018. Syntax
Idea, 1(1), pp.13-24.
Harmawati, H., Ningsih, A. G., & Yulia, D. (2018). Pengaruh Kompres Hangat
Jahe Merah (Zingiber Officinale Rosc. Var. Rubrum) Terhadap Derajat
Nyeri Menstruasi (Dismenorrhea) Pada Remaja Putri Di Smp Negeri 12
Sungai Penuh Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory, 1(1),
25-34

Lase, E. H. (2015). Pengaruh Kompres Jahe terhadap Intensitas Nyeri Pada


Penderita Rheumathoid Arthritis Usia 40 Tahun Keatas di Lingkungan
Kerja Puskesmas Tiga Balata. Skripsi. Universitas Sari Mutiara Indonesia
LAMPIRAN

Lampiran 1

SURAT IZIN STUDI PENDAHULUAN


Lampiran 2
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth :
Bapak/Ibu/Sdr/i Calon Responden
Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawaah ini, mahasiswa S1 Keperawatan

Stikes Dian Husada Mojokerto.

Nama : Erlin Wiwin Safitri

NIM : 1118091

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Kejadian Kipi Post Vaksin Covid-19

Pada Lansia Di Dusun Barat Gunung Geger Bangkalan Tahun 2022’’

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan

tidak akan menimbulkan akibat buruk bagi Bapak/Ibu/Sdr/i sebagai responden.

Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk

tujuan penelitian.

Apabila Bapak/Ibu/Sdr/i menyetujui maka dengan ini saya mohon

kesediaan responden untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan dalam lembaran kuesioner.

Atas perhatian Bapak/Ibu/Sdr/i sebagai responden, saya ucapkan terima

kasih.

Hormat saya
Peneliti

ERLIN WIWIN SAFITRI


Lampiran 3
KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Alamat Rumah :
Setelah mendapat keterangan dari peneliti dan mengetahui manfaat dan
resiko penelitian yang berjudul “Kejadian Kipi Post Vaksin Covid-19 Pada Lansia
Di Dusun Barat Gunung Geger Bangkalan Tahun 2022”. Saya menyatakan
SETUJU / TIDAK SETUJU *) diikutsertakan menjadi responden dalam
penelitian, dengan catatan apabila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam bentuk
apa pun berhak membatalkan persetujuan ini.

Saya percaya informasi yang saya berikan terjamin kerahasiaanya.

Mojokerto, Mei 2022

Responden

Keterangan

*) Coret yang tidak perlu


Lampiran 6

KUESIONER

Kusioner Kejadian Kipi Post Vaksin Covid-19 Pada Lansia Di Dusun Barat
Gunung Geger Bangkalan

Petunjuk Pengisian Bagian A : Berilah Tanda (  ) Pada Jawaban Kotak Dan


Jawablah Dengan Tulisan Pada Pertanyaan Lainnya

No Pernyataan Selalu Kadang Tidak

1 Saya merasakan nyeri dan bengkak


diarea bekas vaksin
2 Saya merasakan nyeri dan bengkak
diarea bekas vaksin di sertai eritema
3 Saya merasakan demam, lesu, nyeri
otot, nyeri kepala, dan menggigil
setelah di vaksin
4 Saya merasakan Reaksi arthus
ditandai dengan munculnya gejala
nyeri, bengkak, indurasi dan edema
5 Saya merasakan lumpuh layu yang
menjalar ke atas, dimulai dari
tungkai, ataksia, penurunan refleksi
tendon, gangguan menelan dan
pernafasan
6 Saya merasakan reaksi nyeri
brakialis yaitu nyeri dalam terus
menerus pada daerah bahu dan
lenganterjadi 7 jam sampai dengan 3
minggu

7 Saya merasakan gejala kemerahan


merata, edema, urtikaria, jantung
berdebar kencang, tekanan darah
menurun, sembab pada kelopak
mata, sesak, nafas berbunyi, anak
pingsan atau tidak sadar

Anda mungkin juga menyukai