Anda di halaman 1dari 146

STUDI FENOMENOLOGI PERILAKU AGRESIF REMAJA

DI KECAMATAN UJUNG BULU


KABUPATEN BULUKUMBA

SKRIPSI

Disusun Oleh:
MIFTHA HIDAYAT AKSAD
A.18.10.040

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2022
STUDI FENOMENOLOGI PERILAKU AGRESIF REMAJA
DI KECAMATAN UJUNG BULU
KABUPATEN BULUKUMBA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar


Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Pada Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Panrita Husada Bulukumba

Disusun Oleh:
MIFTHA HIDAYAT AKSAD
A.18.10.040

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

STUDI FENOMENOLOGI PERILAKU AGRESIF REMAJA


DI KECAMATAN UJUNG BULU
KABUPATEN BULUKUMBA
TAHUN 2022

SKRIPSI

Disusun Oleh :
MIFTHA HIDAYAT AKSAD
NIM A.18.10.040

Skripsi Ini Telah Disetujui


Tanggal 11 Agustus 2022

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Hermadin, S.Kep., Ns., M.Kes Nurlina, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN. 0805099201 NIDN. 0328108601

Penguji Satu Penguji Dua

Asri, S.Kep., Ns., M.Kep Haerati, S.Kep., Ns., M.Kes


NIDN. 0915078606 NIDN. 0905057601

i
LEMBAR PENGESAHAN

STUDI FENOMENOLOGI PERILAKU AGRESIF REMAJA


DI KECAMATAN UJUNG BULU
KABUPATEN BULUKUMBA
TAHUN 2022

Disusun oleh :

MIFTHA HIDAYAT AKSAD


NIM A.18.10.040
Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji
Pada Tanggal, 11 Agustus 2022

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

MENYETUJUI

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Hermadin, S.Kep., Ns., M.Kes Nurlina, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN. 0805099201 NIDN. 0328108601

Mengetahui Menyetujui
Ketua Stikes Panrita Husada Ketua Program Studi
Bulukumba, Keperawatan,

Dr. Muriyati, S.Kep, M.Kes Haerani,S.Kep,Ns,M.Kep


NIP. 19770926 200212 2 007 NIP. 19840330 201001 2 023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran ALLAH SWT karena telah

melimpahkan rahmat beserta karuniahnya, dan salawat beserta salam kita

kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga dalam hal ini penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Fenomenologi Perilaku Agresif

Remaja Di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba” dengan tepat waktu

skripsi ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

pada program studi S1 keperawatan Stikes panrita husada Bulukumba.

Bersama dengan ini, izinkan saya memberikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. H. Muh. Idris Aman, S.Sos selaku Ketua Yayasan Stikes Panrita Husada

Bulukumba.

2. Dr. Muriyati, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Stikes Panrita Husada

Bulukumba yang telah merekomendasikan pelaksanaan penelitian.

3. Dr. A. Suswani makmur, SKM, S.kep, Ns, M.Kes selaku wakil Ketua I

yang telah membantu merekomendasikan pelaksanaan penelitian.

4. Haerani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan

yang telah merekomendasikan pelaksanaan penelitian.

5. Hermadin, S.Kep, Ns, M.Kes selaku pembimbing utama yang telah

bersedia memberikan bimbingan mulai awal hingga akhir penyusunan

skripsi ini.

6. Nurlina, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing pendamping yang telah

bersedia memberikan bimbingan mulai awal hingga akhir penyusunan

skripsi ini

iii
7. Asri, S.Kep, Ns, M.kep selaku penguji I yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk menguji hasil penyusunan skripsi ini.

8. Haerati, S.Kep, Ns, M.kes selaku penguji II yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk menguji hasil skripsi ini.

9. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh Staf Stikes Panrita Husada Bulukumba atas

bekal keterampilan dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis

selama proses perkuliahan.

10. Khususnya kepada Ayahanda tercinta Sunandar Akil , Ibunda tercinta

Husnawati Sadri, serta Saudara/i atas seluruh bantuan dan dorongan yang

selalu diberikan baik secara moral, materi maupun spiritual kepada penulis

selama proses perkuliahan.

11. Sahabat saya Siska Cahyati Fatimah dan teman-teman Prodi S1

Keperawatan Angkatan 2018 yang telah memberikan dukungan, dan

bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada

penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, dan

masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritikan dan saran sangat

dirperlukan oleh penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap

semoga skripsi ini bisa bermanfaat kepada pembaca, serta kepada semua pihak

khususnya bagi dunia pendidikan keperawatan di Indonesia.

Bulukumba, 19 Februari 2022

Penulis

v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Miftha Hidayat Aksad

Nim : A.18.10.040

Program studi : S1 keperawatan

Judul skripsi : Studi Fenomenologi Perilaku Agresif Remaja kecamatan Ujung

Bulu kabupaten Bulukumba tahun 2022

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas Akhir ini saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Bulukumba , 11 Agustus 2022

Yang membuat pernyataan,

Miftha Hidayat Aksad


NIM A1810040

vi
ABSTRAK
Stusi Fenomenologi Perilaku Agresif Remaja di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten
Bulukumba tahun 2022.
Miftha Hidayat Aksad1, Hermadin2, Nurlina3

Latar Belakang : Agresifitas adalah salah satu masalah remaja yang disebabkan oleh amarah
yang tidak terkontrol yang perlu mendapat prioritas utama untuk penanganannya. Melihat
fenomena yang ada dan berdasarkan data yang didapatkan di resor bulukumba didapatkan bahwa
salah satu kecamatan dengan pravalensi perilaku agresif remaja adalah di Kecamatan Ujung bulu.

Tujuan : Untuk menganalisis informasi terkait perilaku agresif remaja terkait faktor teman
sebaya, pola asuh orang tua dan faktor game online di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten
bulukumba tahun 2022.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan ‘’ fenomenologi’’.


Sampel dalam penelitian ini sebanyak 6 informan dengan teknik sampling Snowball Sampling.
pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi, lembar wawancara dan dokumentasi.
Analisis yang digunakan adalah data Reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.

Hasil : Penelitian didapatkan bahwa prilaku agresif disebabkan oleh faktor sebaya menunjukkan
bahwa faktor teman sebaya menunjukkan hasil remaja berperilaku agresif karena mengikuti
kelakuan temannya bisa berdampak positif ataupun negatif, pola asuh orang tua menentukan
kepribadian dan sikap remaja dan faktor game menunjukkan hasil bahwa perilaku agresif verbal
banyak terjadi karena kecanduan bermain.

Kesimpulan dan saran : Dalam penelitian ini faktor teman sebaya, pola asuh orang tua, dan
faktor game online merupakan faktor utama pencetus terjadinya perilaku agresif remaja.
Disarankan kepada seluruh remaja agar lebih berhati-hati dalam bergaul dengan sesama dan agar
kiranya orang tua lebih mengembangkan support system kepada anak-anaknya.

Kata kunci : Agresivitas, faktor teman sebaya, pola asuh orang tua dan faktor game online.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN..........................................vi

DAFTAR ISI........................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi

DAFTAR TABEL..................................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................6

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................6

D. Manfaat Penelitian........................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................9

A. Tinjauan Teori Remaja..................................................................................9

B. Tinjauan Teori Agresif................................................................................13

C. Tinjauan Teori Teman Sebaya....................................................................17

D. Tinjauan Teori Pola Asuh Orang Tua.........................................................20

viii
E. Tinjauan Teori Game Online......................................................................23

F. Kerangka pemikiran....................................................................................30

G. Kerangka Teori...........................................................................................31

H. Variabel Penelitian......................................................................................32

I. Definisi Konseptual.....................................................................................32

J. Tabel Sintesa Penelitian..............................................................................33

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................38

A. Desain Penelitian.........................................................................................38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................38

C. Populasi dan Sampel....................................................................................38

D. Subjek Penelitian (Informan)......................................................................40

E. Instrumen Penelitian....................................................................................41

F. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................41

G. Teknik Analisis Data...................................................................................42

H. Pengecekan Validitas Penelitian..................................................................44

I. Tahap-tahap Penelitian................................................................................45

J. Etika Penelitian............................................................................................46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................48

A. Karakteristik Informan................................................................................48

B. Hasil Penelitian............................................................................................52

C. Pembahasan.................................................................................................89

ix
D. Keterbatasan Penelitian...............................................................................99

BAB V PENUTUP...............................................................................................100

A. Kesimpulan...............................................................................................100

B. Saran..........................................................................................................100

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................102

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis.............................................................................. 35

Gambar 2.2 Kerangka Konsep.............................................................................. 36

Gambar 3.1 Tahap-Tahap Penelitian..................................................................... 51

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintesa Penelitian.................................................................................. 39

Tabel 4.1 Karakteristik Informan.......................................................................... 48

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permintaan Menjadi Informan................................................104

Lampiran 2. Surat Persetujuan Menjadi Informan Peneliti...................................105

Lampiran 3. Surat Izin Pengambilan Data Awal..................................................106

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian....................................................109

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian.........................................................................110

Lampiran 6. Surat Rekomendasi...........................................................................111

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian (DPMPTSP)....................................................112

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian Kantor Camat Ujung Bulu..............................113

Lampiran 9. Surat Izin Telah Melakukan Penelitian Kantor Camat.....................114

Lampiran 10. Pedoman Wawancara.....................................................................115

Lampiran 11. Dokumentasi...................................................................................122

xiii
i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agresivitas adalah keinginan untuk menyakiti individu lain baik

keluarga,teman atau orang lain dengan cara mengespresikan perasaan

negatifnya seperti permusuhan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Agresivitas di sebabkan oleh amarah yang merupakan jembatan psikologis

antara komponen perilaku dan komponen kognitif dalam agresivitas. Amarah

merupakan faktor penyebab dari perilaku agresif dan amarah itu paralel

dengan dorongan agresi, sehingga intervensi terhadap amarah perlu di lakukan

sebagai sarana mengurangi perilaku agresif seseorang. Tingkat amarah yang

tinggi di kalangan remaja awal sering terwujud dalam perilaku kejahatan,

antisosial, kekarasan, prestasi belajar rendah, dan lemahnya kesehatan fisik

dan mental hingga masa remaja akhir dan dewasa (Sekar, 2021).

Remaja cenderung menggunanakan emosi yang belum stabil dalam

mengambil keputusan dan dapat mengakibatkan remaja berprilaku antisosial

dan berprilaku agresif yang dapat merusak diri sendri dan orang lain baik

secara fisik maupun psikis/mental (Febriana & Situmorang, 2019).

Masa Remaja merupakan masa yang labil, bergejolak dan di pengaruhi

oleh 2 faktor baik dari segi positif atau negatif, di mana remaja lebih lebih

mudah di pengaruhi dari segi negatif yaitu untuk melakukan tindakan –

tindakan yang merugikan orang lain ataupun dirinya sendiri misalnya :

memaki teman, merokok, minum minuman keras, mengeroyok teman,

1
2

tawuran, kebut-kebutan, bahkan ini terjadi pada semua kalangan remaja baik

remaja putri maupun remaja putra. Hal ini dapat terjadi karena remaja tersebut

di desak atau di sepelekan oleh teman-teman sebayanya dan akhirnya

melakukan tindakan agresif tanpa berfikir dampak kedepannya bagaimana

(Yanizon & Sesriani, 2019).

Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2014

menunjukkan bahwa jumlah remaja di dunia ini di perkirakan berjumlah 16 %

dari jumlah penduduk dunia atau sebanyak 1,2 milyar penduduk (Kemenkes

RI, 2015). Indonesia sendiri jumlah remaja berdasarkan sensus penduduk

adalah 22.195,9 juta (BPS, 2020).

Berdasarkan data yang di dapatkan dari Statistik kabupaten

Bulukumba didapatkan jumlah remaja sebanyak 4.599 jiwa yang tersebar di

seluruh kecamatan yakni laki-laki 2.358 jiwa dan perempuan sebanyak 2.241

jiwa (BPS Bulukumba, 2020). Berdasarkan data yang didapatkan di Resor

Bulukumba tentang tindak pidana remaja tahun 2019 sebanyak 961 orang,

2020 sebanyak 824 orang, dan tahun 2021 sebanyak 872 orang (Polres

Bulukumba, 2022). Data yang didapatkan dari Resor Bulukumba Sektor

Ujung Bulu terkait pidana remaja sekitar 424 orang pada tahun 2019,

sebanyak 422 orang pada tahun 2020 dan tahun 2021 sebanyak 143 orang hal

ini dapat disimpulkan bahwa kejadian tindak pidana remaja di Kecamatan

Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba kenaikan dan penurunan tiap tahun

(Polsek Ujung Bulu).

Saat melakukan pengamatan secara langsung di kecamatan Ujung

bulu terlihat sekelompok remaja nongkrong sedang meminum minuman keras


3

(Ballo), mengeluarkan kata-kata kasar pada teman maupun orang tuanya, hal

ini termasuk dalam perilaku agresif. Berdasarkan hasil wawancara dengan

masyarakat sekitar mengemukakan bahwa ada remaja yang melakukan

perkelahian (labrak), membully dan biasanya pada malam hari, beberapa

pemuda tersebut yang sering mengganggu ketentraman dengan suara bising

motornya, bahkan ada beberapa remaja yang secara langsung melakukan

tindakan agresif berujung tindakan kriminalitas yaitu melakukan tindakan

pembusuran pada beberapa remaja di sekitar wilayah tersebut.

Dampak utama dari perilaku agresif adalah ketidakmampuan remaja

menjalin dan menjaga hubungan pertemanan dengan anak lain atau bermain

dengan teman-temannya maka semakin menjadilah perilaku agresif yang di

tampilkannya. Remaja yang agresif selalu memiliki toleransi yang rendah

terhadap frustasi dan kurang mampu menunda kesenangan, cenderung

merespon dengan cepat terhadap dorongan agresinya, rendah dalam

melakukan refleksi diri, dan kurang bertanggung jawab atas akibat

perbuatannya (Arif et al., 2019). Prilaku ini juga berdampak pada pelaku yaitu

akan di takuti, dijauhi oleh teman-temannya dan korbannya akan

menimbulkan luka fisik, psikis maupun mengalami harga diri rendah

(Febriana & Situmorang, 2019).

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prilaku agresif adalah

frustasi, gangguan perasaan/emosional, teman sebaya, faktor lingkungan, pola

asuh orang tua, dan faktor game online (Sekar, 2021).

Faktor teman sebaya bisa berpengaruh positif atau negatif tergantung

bagaimana remaja tersebut mengikuti prilaku teman sebayanya apabila tidak


4

mengikuti perilaku temannya maka mereka terasa diasingkan. Beberapa hasil

penelitian menyebutkan bahwa remaja cenderung melakukan prilaku agresif

seperti penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2017) tentang Hubungan

Peran Kelompok Teman Sebaya dengan Sikap Agresif pada Remaja Kelas XI

Di SMA N 1 Nganglik Sleman Yogyakarta mengemukakan bahwa peran

kelompok teman sebaya terdiri dari 3 kategori yaitu rendah, sedang, dan

tinggi. Dari 124 responden paling banyak pada kategori sedang yaitu 58,1% .

peran kelompok teman sebaya bisa berefek positif dan negatif (Puspitasari,

2017).

Selain teman sebaya ternyata Orang tua juga memiliki peran penting

dalam membentuk perilaku, karakter dan kepribadian anak tergantung

bagaimana cara orang tuanya mengasuh. Pola asuh orang tua yang diterapkan

akan menentukan remaja dalam berperilaku dan mengontrol emosinya. Pola

asuh yang kurang baik akan mengakibatkan remaja terlibat dalam berbagai

perilaku negatif seperti perilaku agresif. (Suprihatin & Prasetyo Budi, 2021).

Hal tersebut ditemukan dalam berbagai ragam penelitian seperti yang di

kemukakan oleh (Suprihatin & Prasetyo Budi, 2021) tentang Pola Asuh Orang

Tua Dari Remaja dengan Perilaku Agresif Di Desa Geger Kabupaten Madiun

menunjukkan dari lima subjek didapatkan adanya perilaku agresif yang

berbeda dari pola asuh yang berbeda yakni pola asuh demokratis 2 orang,

pola asuh permisif 2 orang dan pola asuh permisif-demokratis 1 orang. Hal

ini membuktikan bahwa sikap agresif remaja tergantung bagaimana

pengasuhan orang tuanya baik yang diasuh oleh orang tua lengkap, single

parent ataupun diasuh neneknya (Suprihatin & Prasetyo Budi, 2021).


5

Selain faktor teman sebaya dan pola asuh orang tua ternyata

perkembangan era globalisasi sekarang perilaku agresif disebabkan oleh faktor

game online yang berfungsi sebagai pengisi waktu luang mereka tetapi bisa

berdampak negatif karena kecanduan sehingga mengeluarkan kata-kata kasar

dan berperilaku agresif. Hal ini terlihat oleh beberapa kejadian di media sosial

atau media massa sebagai contoh di daerah Jawa Barat terjadi kasus

pembunuhan anak usia 9 tahun yang dilakukan oleh remaja usia 18 tahun

karena kecanduan Game online. Dan daerah Banjarnegara terdapat kasus yaitu

seorang remaja terekam CCTV mencuri kotak amal mesjid untuk membeli

handphone agar dapat bermain game online (Sergap, 2022). Hal ini Hal ini

selaras dengan penelitian (Setiawati & Gunado, 2019), tentang Perilaku

Agresif Pada Siswa SMP Yang Bermain Game Online, Dimana siswa SMP

terlihat bermain game online ketika jam istirahat dan sering mengeluarkan

kata-kata kasar seperti “bangsat”, “Asu”, dan kata-kata yang tidak layak

lainnya yang terucap. Selain itu, beberapa kali siswa yang kalah bermain game

online terlihat memukul meja yang berada di depan bahkan mengejek atau

mencemooh teman yang berada di dekatnya (Setiawati & Gunado, 2019).

Berdasarkan uraian ketiga faktor diatas maka untuk mengetahui

kejadian lebih lanjut maka calon peneliti ingin lebih mengeksplorasi kejadian

terkait perilaku agresif verbal maupun non verbal seperti berkata kasar/kotor,

bullying, perkelahian (labrak) yang berfokus pada faktor teman sebaya, pola

asuh, dan faktor game online pada remaja di Kecamatan Ujung bulu.

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan sebelumnya oleh calon

peneliti, sehingga calon tertarik mengesplorasi kejadian mengenai “Studi


6

Fenomenologi Perilaku Agresif Remaja Di Kecamatan Ujung Bulu

Kabupaten Bulukumba”.

B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah yang penulis kemukakan dalam penelitian ini

yakni :

1. Bagaimana perilaku agresif remaja di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten

Bulukumba terkait dengan faktor teman sebaya?

2. Bagaimana perilaku agresif remaja di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten

Bulukumba terkait dengan pola Asuh orang tua?

3. Bagaimana perilaku agresif remaja di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten

Bulukumba terkait dengan game online?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk menganalisis secara mendalam informasi mengenai perilaku agresif

remaja tentang faktor teman sebaya, pola asuh orang tua dan faktor game

online di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba tahun 2022

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menggali informasi secara mendalam mengenai faktor teman

sebaya terkait perilaku agresif remaja di Kecamatan Ujung Bulu

kabupaten Bulukumba

b. Untuk menggali informasi secara mendalam mengenai pola asuh orang

tua terkait perilaku agresif remaja di Kecamatan Ujung Bulu kabupaten

Bulukumba
7

c. Untuk menggali informasi secara mendalam mengenai game online

terkait perilaku agresif remaja di Kecamatan Ujung Bulu kabupaten

Bulukumba

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan

penulisan yang hendak dicapai, maka penelitian ini mampu memberikan

manfaat yang baik bagi remaja dan masyarakat.

Adapun manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Manfaat pada penelitian ini, tentunya ditujukan langsung untuk

menganalisis faktor-faktor penyebab perilaku agresif pada remaja.Secara

teori dapat di pakai sebagai bahan pertimbangan atau acuan untuk

penelitian empiris. Selain itu, secara umum hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai salah satu literatur dan menjadi tambahan informasi

yang bermanfaat bagi para pembaca untuk meningkatkan mutu

pendidikan keperawatan, khususnya dalam perilaku agresif pada remaja.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih

pengetahuan dan menjadi salah satu referensi atau sumber informasi

bagi peneliti selanjutnya yaitu mahasiswa di STIKES Panrita Husada

Bulukumba baik secara langsung menyangkut permasalahan yang

sama maupun relevan dengan masalah tersebut.


8

b. Bagi Informan

1) Penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran nyata

tentang perilaku agresif pada remaja di Kecamatan Ujung Bulu

Kabupaten Bulukumba

2) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak

atau instansi yang terkait dalam memberikan solusi atas fenomena

perilaku agresif remaja di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten

Bulukumba.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12

tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22

tahun bagi pria. Rentan usia remaja ini dapat dibagi 2 bagian, yaitu usia

12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia

17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut

hukum di Amerika Serikat saat ini, Individu dianggap telah dewasa

apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti

ketentuan sebelumnya (Hurlock 1991). Pada usia ini, umumnya anak

sedang duduk di bangku menengah (Ali & Asrori, 2018).

Menurut (Anjaswami et al., 2019), Usia remaja dibagi menjadi 3

kelompok, yaitu :

1. Masa remaja awal (usia 12-15 tahun).

2. Masa remaja pertengahan (usia 15-18 tahun).

3. Masa remaja akhir (usia 18-21 tahun).

Dari sudut pandang psikologi, para remaja di pandang sebagai

individu-individu dengan karakteristik tingkah laku dan pribadi tertentu

yang khas. Perilaku pribadi remaja merupakan refleksi dan proses

perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi pada masa remaja,

disamping karena pengaruh faktor dilingkungan di sekitarnya. Pola-pola

9
10

perilaku remaja berbeda dengan pola-pola perilaku anak-anak dan juga

orang dewasa. Dengan demikian para remaja hendaknya dipandang

sebagai remaja dalam segala karakteristiknya karena bukan lagi anak-anak

dan bukan lagi orang dewasa (Wulandari, 2019).

2. Dinamika Masa Remaja

(Pieter & Lubis, 2017) Masa remaja adalah peralihan dari masa

pubertas menuju masa dewasa. Selama priode ini, anak remaja banyak

mengalami perubahan baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial. Untuk

memudahkannya, maka membagikan masa remaja menjadi tiga bagian,

yaitu :

a. Remaja Awal

Ciri-ciri dinamika remaja awal:

1) Mulai menerima kondisi dirinya.

2) Berkembangnya cara berfikir.

3) Menyadari bahwa setiap manusia memiliki perbedaan potensi.

4) Bersikap overestimate, seperti meremehkan segala masalah,

meremehkan kemampuan orang lain dan terkesan sombong.

5) Akibat sombong menjadikan dia gegabah dan kurang waspada.

6) Proporsi tubuh semakin proporsional.

7) Tindakan masih kanak-kanak, akibat ketidakstabilan emosi .

8) Sikap dan moralitasnya masih bersifat egosentris.

9) Banyak perubahan dalam kecerdasan dan kemampuan mental.

10) Selalu merasa kebingungan dalam status.

11) Priode yang sulit dan kritis (Pieter & Lubis, 2017).
11

b. Remaja Tengah

Ciri-ciri dinamika remaja tengah:

1) Bentuk fisik makin sempurna dan mirip dengan orang dewasa.

2) Perkembangan sosial dan intelektual lebih sempurna.

3) Semakin berkembang keinginan untuk mendapatkan status.

4) Ingin mendapatkan kebebasan sikap, pendapat, dan minat.

5) Keinginan untuk menolong dan ditolong orang lain.

6) Pergaulan sudah mengarah pada heteroseksual.

7) Belajar bertanggung jawab.

8) Apatis akibat selalu ditantang sehingga malas mengulanginya.

9) Perilaku agresif akibat diperlakukan seperti kanak-kanak (Pieter &

Lubis, 2017).

c. Remaja Akhir

Ciri-ciri dinamika remaja akhir.

1) Disebut dewasa muda dan meninggalkan dunia kanak-kanak.

2) Berlatih mandiri dalam membuat keputusan.

3) Kematangan emosional dan belajar mengendalikan emosi.

4) Dapat berfikir objektif sehingga mampu bersikap sesuai situasi.

5) Belajar menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku .

6) Membina hubungan sosial secara heteroseksual (Pieter & Lubis,

2017).
12

3. Perubahan yang Terjadi Pada Masa Remaja

Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat, baik secara fisik

maupun psikologis. Adapun beberapa perubahan yang terjadi selama masa

remaja antara lain sebagai berikut (Wulandari, 2019):

a. Peningkatan Emosional yang Terjadi Secara Cepat (Masa Storm dan

stress)

Peningkatan emosional ini merupakan perubahan hormon yang

terjadi pada masa remaja. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan

yang ditunjukkan pada remaja, misalnya mereka dituntut untuk tidak

lagi bertingkah laku seperti anak kecil dan mereka harus lebih mandiri

dan bertanggung jawab.

b. Perubahan Fisik yang Cepat Disertai Dengan Kematangan Seksual

Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan

internal (sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi) Maupun

perubahan eksternal (tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh)

sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

c. Perubahan Dalam Hal yang Menarik bagi Dirinya dan Hubungan

Dengan Orang Lain

Hal-hal yang menarik dimasa kanak-kanak akan dibawa oleh

remaja pada tahap yang lebih matang. Begitu juga dengan hubungan

mereka dengan orang lain disekitarnya.


13

d. Perubahan Nilai

Hal-hal yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak

menjadi kurang penting pada masa remaja, karena mereka sudah

menilai dan membedakannya.

e. Bersikap Ambivalen Terhadap Perubahan yang Terjadi

Disatu sisi mereka menginginkan kebebasan, tapi disisi lain

mereka takut terhadap tanggung jawab yang mereka harus pikul karena

mereka meragukan kemampuannya sendiri (Wulandari, 2019).

B. Tinjauan Teori Agresif

1. Pengertian Agresif

Agresif sering kali diartikan sebagai perilaku yang dimaksudkan

untuk melukai orang lain baik secara fisik maupun psikis. Definisi yang

hampir sama juga disampaikan oleh Brehm dan Kassin (1997) dan taylor,

Peplau, dan Sear (1998). Dengan redaksi yang tidak jauh berbeda, Baron

dan Byrne (1997) Mendefinisikan agresif sebagai perilaku yang diarahkan

dengan tujuan untuk membahayakan orang lain. Selesai agresif ada istilah

lain yang sering kali di pakai, yaitu kekerasan atau violence. (Rahman,

2015).

Di dalam kajian psikologi, perilaku agresif mengacu pada beberapa

jenis perilaku baik secara fisik maupun mental, yang dilakukan dengan

tujuan menyakiti seseorang (Berkowitz, 2003). Jenis perilaku yang

tergolong perilaku agresif diantaranya berkelahi (fighting), mengata-ngatai

(name-calling), bullying, mempelenco (hazing), mengancam (making


14

threats), dan berbagai perilaku intimidasi lainnya (Wilson et al., 2003),

(Ma’ruf, 2015).

2. Macam-macam Agresif

Agresif bukanlah perilaku yang sifatnya sederhana dan mudah

diidentifikasikan. Pada kenyataanya, agresif tampil dalam bentuk yang

sangat beragam, dan berhimpitan dengan konsep-konsep lain seperti

permusuhan, asertifitas, marah, violence, ataupun bullying. Untuk

memahaminya lebih baik, berikut akan di sampaikan macam-macam

agresif (Rahman, 2015).

Berikut ada delapan macam perilaku agresif (Baron dan Byrne,

1997), yaitu :

1. Agresif langsung-aktif-verbal : meneriaki, menyoraki, mencaci,

membentak, berlagak atau memamerkan kekuasaan.

2. Agresif langsung-aktif-nonverbal : serangan fisik, baik mendorong,

memukul, maupun menendang dan menunjukkan gestur yang

menghina orang lain.

3. Agresif langsung-pasif-verbal : diam, tidak menjawab panggilan

telpon.

4. Agresif langsung-pasif-nonverbal : keluar ruangan target masuk, tidak

memberi kesempatan target perkembangan.

5. Agresif tidak langsung-aktif-verbal : menyebarkan rumor negative,

menghinakan opini target pada orang lain.

6. Agresif tidak langsung-aktif-nonverbal : mencuri atau merusak barang

target, menghabiskan kebutuhan yang di perlukan target.


15

7. Agresif tidak langsung-pasif-verbal : membiarkan rumor mengenai

target berkembang, tidak menyampaikan informasi yang dibutuhkan

target.

8. Agresif tidak langsung-pasif-nonverbal : menyebabkan orang lain

mengerjakan sesuatu yang dianggap penting oleh target, tidak berusaha

melakukan sesuatu yang dapat menghindarkan target dari masalah

(Rahman, 2015).

3. Faktor-Faktor Penyebab Agresif

Menurut Davidoff (2005), perilaku agresif remaja dipengaruhi oleh

beberapa faktor:

a. Faktor biologis

Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresif

yaitu:

1) Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak

yang mengatur perilaku agresif.

2) Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresif ternyata dapat

memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan

agresif. Prescott dalam Davidoff (2005) menyatakan bahwa orang

yang berorientasi pada kenikmatan akan sedikit melakukan agresif

sedangkan orang lain yang tidak pernah mengalami kesenangan,

kegembiraan atau santai cenderung atau melakukan kekejaman dan

penghancuran (agresif).
16

b. Faktor Lingkungan

Yang mempengaruhi perilaku agresif remaja yaitu :

1) Kemiskinan

Remaja yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku

agresif mereka secara alami mengalami penguatan. Hal yang

sangat menyedihkan adalah dengan berlarut-larut terjadinya krisis

ekonomi dan moneter menyebabkan pembengkakan kemiskinan

yang semakin tidak terkendali. Hal ini berarti potensi meledaknya

tingkat agresif semakin besar.

2) Anoniomitas

Terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif mambuat dunia

menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan orang

lain tidak lagi saling mengenal.

3) Suhu udara yang panas

Bila diperhatikan dengan seksama tauran yang terjadi dijakarta

sering kali terjadi pada siang hari diterik panas matahari, tapi bila

musim hujan relative tidak ada peristiwa tersebut.

c. Amarah

Pada saat amarah ada perasaan ingin menyerang meninju,

menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul fikiran

yang kejam. Bila hal tersebut di salurkan maka terjadilah perilaku

agresif.
17

d. Peran belajar model kekerasan

Dengan menyaksikan adegan kekerasan tersebut terjadi proses belajar

peran model kekerasan dan hal ini menjadi sangat efektif untuk

terciptanya perilaku agresif.

e. Frustasi

Agresif merupakan salah satu cara merespon terhadap frustasi. Remaja

miskin yang nakal akibat dari frustasi yang berhubungan dengan

banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan adanya

kebutuhan yang harus segera terpenuhi tetapi sulit sekali tercapai.

f. Proses pendisiplinan yang keliru

Pendidikan disiplin yang keliru akan membuat remaja menjadi seorang

penakut, tidak ramah dengan orang lain, membenci orang yang

memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta kehilangan inisiatif

dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresif

kepada orang lain (Prabowo, 2014).

C. Tinjauan Teori Teman Sebaya

1. Pengertian Teman Sebaya

Teman sebaya yaitu anak atau remaja yang memiliki tingkat usia

dan tingkat kedewasaan yang setara (Yunalia & Etika, 2020).

Dalam konteks remaja, teman sebaya adalah sekelompok individu

yang memiliki minat dan pengalaman yang sama, saling melakukan

interaksi memiliki tujuan yang sama dan menganut aturan yang sama

(Nawar, 2013) Dalam (Yunalia & Etika, 2020).


18

Dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah interaksi

sekelompok remaja yang memiliki kedewasaan yang sejajar, mempunyai

minat, pengalaman, tujuan dan aturan yang sama (Yunalia & Etika, 2020).

2. Jenis Kelompok Teman Sebaya

a. Sahabat karib (Chums)

Chums merupakan istilah untuk kelompok remaja yang memiliki

ikatan persahabatan sangat kuat. Ciri dari kelompok sahabat karib ini

adalah terdiri dari 2 sampai 3 remaja yang memilki jenis kelamin yang

sama dan mempunyai minat, kemampuan dan harapan yang sama.

Adanya kesamaan pada anggota kelompok inilah yang membuat

mereka semakin dekat.

b. Kelompok Cliques

Cliques memiliki ciri yaitu adanya 4-5 remaja yang menjadi anggota.

Remaja yang menjadi anggota cliques juga mempunyai minat,

kemampuan, dan harapan yang relatif sama. Ikatan dalam kelompok

ini kuat dikarenakan anggota dalam kelompok ini sering melakukan

kegiatan bersama.

c. Kelompok Crowds

Ciri dari kelompok ini adalah adanya jumlah anggota yang lebih besar

dibandingkan jumlah anggota kelompok cliques. Ciri lain dari

kelompok crowds, yakni mereka terbentuk karena adanya kebutuhan

diterima oleh teman sebaya lain yang menjadi anggota kelompok.


19

d. Kelompok yang Diorganisasi

Kelompok ini adalah kelompok yang dengan sengaja dibentuk dan

diatur oleh orang dewasa melalui lembaga tertentu.

e. Kelompok Gangs

Gangs adalah kelompok yang terbentuk dengan sendirinya, di mana

ciri anggota kelompok gangs adalah anggotanya memiliki jenis

kelamin yang sama dan dapat juga berbeda jenis kelamin.

(Rahmayanthi, 2017), (Hartono, 2008) dalam (Yunalia & Etika, 2020).

3. Karakteristik Kelompok Teman Sebaya

Berikut ini merupakan karakteristik kelompok teman sebaya pada remaja,

yaitu :

a. Mayoritas teman sebaya adalah bentuk kelompok teman sebaya yang

jumlahnya besar serta mempunyai lebih dari 1 kelompok teman sebaya

atau di sebut crowd.

b. Kelompok teman sebaya pada remaja dapat bersifat

heterogen/kelompok teman dengan jenis kelamin yang berbeda.

c. Kelompok teman pada remaja memiliki kecenderungan memiliki

pengaruh yang lebih besar dibandingkan pengaruh dari lingkungan

keluarga (Kiuru, 2018) dalam (Yunalia & Etika, 2020).

4. Fungsi Kelompok Teman Sebaya

a. Sumber afeksi.

b. Tempat untuk mencoba melakukan adopsi perilaku baru .

c. Tempat untuk mendapatkan otonomi.


20

d. Menyediakan informasi tentang dunia remaja yang tidak terdapat

dalam keluarga (Selvam, 2017) dalam (Yunalia & Etika, 2020).

D. Tinjauan Teori Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2008), pola berarti model, sistem atau cara kerja

dan asuh adalah menjaga, merawat, mendidik, membimbing membantu,

melatih dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008), lebih

jelasnya, kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan

pemeliharaan, perawatan, dukungan sehingga orang tetap berdiri dan

menjalani hidupnya secara sehat (Subagia, 2021).

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang

berkepribadian baik, sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji.

Orang tua sebagai pembentuk pribadi yang pertama dalam kehidupan

anak, dan harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. (Subagia,

2021).

2. Jenis Pola Asuh Orang tua

a. Pola asuh otoriter (Authoritarian parenting).

Pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua yang lebih

mengutamakan membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan

standar mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-

ancaman (Tridhonanto, 2014).


21

b. Pola Asuh Permisif (permissive parenting)

Pola asuh permisif adalah pola asuh orang tua pada anak dalam

rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan

pengawasan yang sangat longgar dan memberikan kesempatan pada

anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup

darinya (Tridhonanto, 2014).

c. Pola Asuh Demokrasi (Authoritative parenting)

Pola asuh demokratis adalah pola asuh orang tua yang menerapkan

perlakuan kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak

dengan cara memprioritaskan kepentingna anak yang bersikap

rasional atau pemikiran-pemikiran (Tridhonanto, 2014).

3. Ciri-ciri Pola Asuh Orang Tua

a. Pola Asuh Otoriter

1) Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua.

2) Pengontrolan orang tua terhadap perilaku anak sangat ketat.

3) Anak hampir tidak pernah memberi pujian.

4) Orang tua yang tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi

biasanya bersifat satu arah (Tridhonanto, 2014).

b. Pola Asuh Permisif

1) Orang tua bersikap acceptance tinggi namun kontrolnya rendah,

anak diizinkan membuat keputusan sendiri dan dapat berbuat

sekehendaknya sendiri.

2) Orang tua memberikan kebebadan kepada anak untuk menyatakan

dorongan atau keinginannya.


22

3) Orang tua kurang menerapkan hukuman pada anak, bahkan hamper

tidak menggunakan hukuman (Tridhonanto, 2014).

c. Pola Asuh Demokratis

1) Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan

kontrol internal.

2) Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut dilibatkan

dalam pengambilan keputusan.

3) Menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak. Saat orang

tua menggunakan hukuman fisik, dan diberikan jika terbukti anak

secara sadar menolak melakukan apa yang di setujui bersama,

sehingga lebih bersikap edukatif.

4) Memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu

mengendalikan mereka.

5) Bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang

berlebihan yang melampaui kemampuan anak.

6) Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan

melakukan suatu tindakan.

7) Pendekatannya kepada anak bersifat hangat (Tridhonanto, 2014).

4. Dampak Pola Asuh Orang Tua

a. Pola Asuh Otoriter

1) Tidak mempunyai kekuatan memilih.

2) Tidak bisa mengambil keputusan sendiri.

3) Takut salah.

4) Tidak mempunyai kekuatan untuk mengatakan tidak.


23

5) Takut mengemukakan pendapat.

6) Kurangnya motivasi internal (Aidah, 2020).

b. Pola Asuh Permisif

1) Suka memberontak.

2) Prestasinya rendah.

3) Suka mendominasi.

4) Kurang memiliki rasa kepercayaan diri.

5) Kurang bisa mengendalikan diri.

6) Tidak jelas arah hidupnya (Aidah, 2020).

c. Pola Asuh Demokratis

1) Memiliki rasa percaya diri.

2) Bersikap bersahabat.

3) Mampu mengendalikan diri.

4) Bersikap sopan.

5) Mau bekerja sama.

6) Memiliki rasa ingin tahunya yang tinggi.

7) Mempunyai tujuan atau arah hidup yang jelas.

8) Berorientasi terhadap prestasi (Tridhonanto, 2014).

E. Tinjauan Teori Game Online

1. Pengertian Game Online

Game online menurut Kim dkk (dalam Azis, 2011:13) adalah game

atau permainan dimana banyak orang yang dapat bermain pada waktu

yang sama dengan melalui jaringan komunikasi online. Selanjutnya Winn

dan Fisher (Azis, 2011:13) mengatakan multiplayer online game


24

merupakan pengembangan dari game yang dimainkan satu orang, dalam

bagian yang besar, menggunakan bentuk yang sama dan metode yang

sama serta melibatkan konsep umum yang sama seperti semua game lain

perbedaanya adalah bahwa untuk multiplayer game dapat dimainkan oleh

banyak orang dalam waktu yang sama (Trisnani & Wardani, 2018).

2. Kelebihan dan Kelemahan Game Online

a. Dalam buku (Trisnani & Wardani, 2018) Kelebihan game online, ada

beberapa kelebihan dari game online, antara lain sebagai berikut:

1) Meningkatkan kemampuan konsentrasi, setiap game memiliki

tingkat kesulitas/level yang berbeda. Permainan game online akan

melatih permainannya untuk dapat memenangkan permainan

dengan cepat, efisien dan menghasilkan lebih banyak poin.

2) Meningkatkan kemampuan motoric siswa, koordinasi mata, orang

yang bermain game dapat meningkatkan koordinasi atau kerja

sama antara tangan dan mata.

3) Meningkatkan kemampuan membaca dan sangat tidak beralasan

bahwa game online merupakan jenis permainan yang menurunkan

tingkat minat baca pada siswa. Dalam hal ini justru game online

dapat meningkatkan minat baca permainannya.

4) Meningkatkan kemampuan berbahasa inggris kebanyakan game

online menggunakan Bahasa inggris dalam pengoprasiannya ini

yang mengakibatkan permainannya harus mengetahui kosa kata

Bahasa inggris di dunia nyata (yang relevan dan positif).


25

5) Melatih kemampuan bekerjasama, pada game multiplayer atau

game berpasangan, siswa diajak untuk bisa berkoordinasi dan

menjalin kerja sama dengan teman-temannya (anggota di dalam

permainan) supaya memenangkan suatu permainan(Trisnani &

Wardani, 2018).

b. Kelemahan game online, setelah mengetahui kelebihan dari game

online tersebut. Game online pun memiliki kelemahan yaitu:

1) Menimbulkan ediksi atau kecanduan yang kuat, sebagian besar

game yang beredar saat ini memang didesai supaya menimbulkan

kecanduan para pemainnya.

2) Mendorong melakukan hal-hal yang negative, walaupun jumlahnya

tidak banyak tetapi cukup sering kita menemukan kasus pemain

game online yang berusaha mencuri ID pemain lain dengan

berbagai cara kemudian mengambil uang didalamnya.

3) Berbicara kasar dan kotor, entah ini terjadi di seluruh dunia atau

hanya Indonesia, para pemain game online sering mengucapkan

kata-kata kotor dan kasar saat bermain di warnet atau game center.

4) Terbengkalainya kegiatan di dunia nyata, keterikatan pada waktu

penyelasaian tugas di game dan rasa asik memainkannya sering

kali membuat berbagai kegiatan terbengkalai.

5) Perubahan pola istirahat dan pola makan sudah sering menjadi

pada pemain game online karena menurunnya control diri.


26

6) Pemborosan uang untuk membayar sewa computer diwarnet atau

membeli poin karakter kadangkala nilainnya bisa mencapai jutaan

rupiah (Trisnani & Wardani, 2018).

3. Faktor-Faktor Kecanduan Game Online

Immanuel (2009) mengatakan, beberapa faktor yang memengaruhi

seseorang bermain game online dapat dilihat dari dalam (internal) dan luar

individu tersebut (eksternal) menyebabkan ediksi remaja terhadap game

online(Kustiawan & Utomo, 2019).

a. Faktor Internal

1) Keinginan yang kuat dari diri remaja untuk memperoleh nilai yang

tinggi dalam game online, karena game online dirancang

sedemikian rupa agar gamer semakin penasaran dan semakin ingin

memperoleh nilai yang tinggi.

2) rasa bosan yang dirasakan remaja ketika berada di rumah atau di

sekolah, ketidakmampuan mengatur prioritas untuk mengerjakan

aktifitas penting lainnya juga menjadi penyebab timbulnya adiksi

terhadap game online.

3) Kurangnya control diri dalam diri remaja, sehingga remaja kurang

mengantisipasi dampak negative yang timbul dari bermain game

online secara berlebihan.

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan, lingkungan yang kurang terkontrol karena melihat

teman-temannya yang lain banyak yang bermain game online.


27

2) Hubungan sosial, kurang memiliki kompetensi sosial yang baik

sehingga remaja memilih alternatif bermain game online sebagai

aktifitas yang menyenangkan.

3) Harapan, harapan orang tua yang melambung terhadap anaknya

untuk mengikuti bebagai kegiatan seperti kursus-kursus atau les-

les, sehingga kebutuhan primer anak, seperti kebersamaan, bermain

dengan keluarga menjadi terlupakan(Kustiawan & Utomo, 2019).

4. Dampak Kecanduan Game Online

Game online selalu diyakini memberikan pengaruh negatif para

pemainnya. Hal ini terutama karena sebagian besar game yang adiktif dan

biasannya tentang kekerasan pertempuran dan berkelehi. Namun banyak

psikolog, pakar anak, dan para ilmuan percaya bahwa permainan ini dan

sebenarnya bermanfaat bagi pertumbuhan anak-anak. Jadi dapat

disingkatkan bahwa terdapat dampak positif dan negatif bermain game

online terhadap para gemernya (Trisnani & Wardani, 2018).

a. Dampak positif game online

Beberapa sumber, telah mengumpulkan beberapa dampak

positif bermain game online. Bermain game memberikan satu latihan

yang sangat efektif kepada otak. Sejumlah besar dari mereka

membutuhkan keterampilan berfikir abstrak dan tingkat tinggi untuk

menang. Keterampilannya adalah seperti :

1) Pemecahan masalah dan logika.

2) Perhatiaan dan motivasi yang lebih.


28

3) Koordinasi tangan-mata, motoric dan kemampuan spesial

(greenfield et al, 1998; Beck et al, 2003) contohnya, dalam sebuah

permainan menembak, karakter bisa berjalan dan menembak pada

saat yang sama.

4) Mengajar anak-anak sumber daya dan manajemen keterampilan

contohnya, pemain belajar untuk mengelolah sumber daya yang

terbatas, dan memutuskan penggunaan terbaik sumber daya, dalam

cara yang sama seperti dalam kehidupan yang nyata.

5) Multitasking, pelacakan penggeseran banyak variabel secara

simultan dan mengelolah beberapa tujuan. Contohnya, dalam

sebuah permainan strategi, misalnya, sementara mengembangkan

sebuah kota, suatu kejutan tak terduga musuh akan muncul.

6) Membuat analisa dan keputusan yang cepat-berfikir secara

mendalam.

7) Penalaran induktif dan pengujian hipotesis, contoh seorang pemain

dalam beberapa permainan untuk terus mencoba kombinasi senjata

dan daya yang di gunakan untuk mengalahkan musuh.

b. Dampak negatif game online

Merujuk kepada awal pendahuluan dampak game online,

ternyata juga bahwa terdapat dampak negatif dalam permainan game

online. Dampak negatif ini timbul karena sebanyak 89% dari game

mengandung beberapa konten kekerasan terhadap karakter permainan

lainnya yang akan menyebabkan luka berat atau kematian, konten yang
29

berlandaskan kekerasan inilah yang menimbulkan beberapa dampak

negatif. Antaranya :

1) Game yang berlatar belakang atau kontennya bersikap kekerasan

memicu anak-anak untuk meningkatkan fikiran agresif, perasaan,

dan perilaku, dan penurunan prososial membantu, berdasarkan

kajian ilmiah (Anderson & Bushman, 2001).

2) Terlalu banyak bermain game membuat anak terisolasi dari sosial

dan kurang dalam kegiatan lain seperti pekerjaan rumah, membaca,

olahraga, dan berinteraksi dengan keluarga dan teman-teman.

3) Beberapa game mengajar nilai-nilai yang tidak bermoral. Perilaku

kekerasan, dendam dan agresi diberikan pujian dan penghargaan.

4) Game dapat membingungkan antara realitas dan fantasi.

5) Prestasi akademik yang menurun. Penelitian telah menunjukkan

bahwa lebih banyak waktu anak menghabiskan bermain game,

prestasi sekolahnya juga makin memburuk.

6) Game juga dapat memiliki efek kesehatan yang merugikan bagi

beberapa anak, termasuk obesitas, kejang, gangguan postural, dan

gangguan otot dan rangka, seperti tendonitis, kompresi saraf,

carpal tunnel syndrome (Trisnani & Wardani, 2018).


30

F. Kerangka pemikiran

Remaja yang usianya semakin bertambah dan tumbuh berkembang jika

kurang perhatian dan pengawasan orang tuanya akan pergaulan maupun

kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan maka akan dengan mudah terjebak dalam

sebuah masalah. Masalah yang di maksud adalah ketidakmampuan

mengotrol emosinya. Akibatnya remaja cenderung melakukan hal negatif

maupun tindak kekerasan (Hermadin, 2018).

Problem prilaku agresif remaja saat ini semakin tidak terkontrol dan

mengalami pasang surut kenaikan setiap tahunnya hal ini terjadi karena

kematangan emosi remaja yang tidak terkontrol sehingga remaja melakukan

tindakan yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain (Febriana & Zukida,

2019).
31

G. Kerangka Teori

Pubertas Faktor agresif

Stress Verbal
Remaja Prilaku Agresif
Labil Non Verbal

Pencarian Jati Diri Langsung

Tidak Langsung

Faktor Teman
Pola Asuh Game Online
Sebaya

Permisif Demokratis 1. Pengisi Waktu Luang


1. Sahabat karib
ketika bosan
2. Kelompok Cliques, Otoriter
Crowds dan di 2. Kecanduan
(Tridhonanto, 2014) 3. lingkungan
organisasi
3. Gengs (Yunalia & 4. Hobby / kebiasaan
Etika, 2020) (habit) (Kustiawan &
1. Kurang perhatian orang tua
Utomo, 2019)
2. Kurang di siplin
1. Di remehkan teman 3. Kurang pengawasan orang tua
2. Di asingkan teman (Tridhonanto, 2014) 1. Sering marah
3. Putus cinta 2. Emosi tidak terkontrol
(Yunalia & Etika, 3. Frustasi jika kalah
2020) (Trisnani & Wardani,
2018)

Prilaku Agresif
Remaja

1. Berkata kasar/kotor
2. Bullying
3. Perkelahian
4. Labrak
Gambar 2.1
Kerangka Teori Tentang Perilaku Agresif Remaja
32

H. Variabel Penelitian

Penelitian kualitatif tidak menggunakan variabel dependen maupun

independen. Oleh karena itu penelitian ini jarang sekali mengendalikan atau

memanipulasi variabel independen atau konteks penelitian. Variabel juga tidak

dapat di operasionalkan seperti penelitian kuantitatif (Saryono & Anggraeni,

2017).

I. Definisi Konseptual

Untuk menyamakan persepsi penelitian maka di tetapkan definisi sebagai

berikut :

1. Remaja adalah suatu masa dimana usia anak bertambah dan memasuki

masa-masa pubertas serta proses pencarian jati diri. Remaja dalam

penelitian ini adalah remaja yang pemikirannya belum matang dan

mengambil keputusan dengan cara hal negatif seperti melakukan tindakan

agresif.

2. Perilaku agresif dalam penelitian ini adalah suatu perilaku yang di

lakukan oleh anak remaja baik secara individu atau kelompok baik secara

langsung ataupun tidak langsung yang dapat merugikan diri sendiri,

keluarga, teman ataupun orang lain.

3. Faktor teman sebaya dalam penelitian ini adalah kumpulan beberapa

remaja yang berusia hampir sama dan membentuk sebuah kelompok dan

melakukan kegiatan bersama secara positif dan negatif.

4. Pola asuh dalam penelitian ini adalah didikan yang di lakukan oleh orang

tua agar dapat membentuk kepribadian baik/buruk anak-anak . karakter


33

seorang anak khususnya remaja dilihat dari bagaimana cara orang tua

mengasuh mereka sejak dini.

5. Game online dalam penelitian ini adalah suatu penyebab terjadinya

prilaku agresif yang didorong dari pengaruh dunia media massa yaitu

permainan pada gadget/smartphone zaman sekarang yang menyebabkan

kecanduan dan bisa berdampak buruk dalam berprilaku karena

ketidakmampuan mengendalikan emosi, amarah, stress dan frustasinya.

J. Tabel Sintesa Penelitian

Tabel 2.1 Sintesa Penelitian

Nama
No Peneliti/ Judul Penelitian Desain Penelitian Hasil Penelitian Sumber
Tahun
1. Putri Mengapa remaja Metode yang Hasil penelitian Jurnal
Febriana agresi? digunakan adalah mengungkapkan berbagai Psikologi
, Nina metode kualitatiffaktor-faktor yang Terapan
Zulida dengan pendekatanmenyebabkan munculnya dan
Situmor deskriptif perilaku agresi pada Pendidika
ang, remaja, antara lain: (1) n
2019 faktor teman sebaya dan
lingkungan, (2) harga
diri , dan (3) mencari
kesenangan.
2. Lailatul Pola Asuh Orang Metode Penelitian Hasil penelitian Islamic
Restu Tua Dari Remaja ini termasuk menunjukkan dari lima Guidance
Suprihat Dengan Perilaku kualitatif dengan subjek didapatkan and
in, Agresif Di Desa pendekatan beberapa jenis perilaku Counselin
Mayrina Geger Kabupaten kualitatif agresif. Jenis perilaku g, Vol 2,
Eka Madiun deskriptif. agresif tersebut di No.1
Prasetyo antaranya adalah perilaku
Budi, agresif langsung-aktif-
2021 verbal, langsung-aktif-non
verbal, dan langsung-
pasif-non verbal.
Ditemukan juga adanya
perilaku agresif yang
34

berbeda dari pola asuh


yang berbeda.
3. Mochtar Bentuk-bentuk Penelitian ini Hasil penelitian ini Prosiding
Arif, perilaku agresif menggunakan berdasarkan tema pada Seminar
Nina pada remaja metode kualitatif. kategorisasikan Nasional
Zulida Dengan menunjukkan bentuk- Magister
Situmor pendekatan bentuk perilaku agresif Psikologi
ang, psychology pada jenis kelamin Universita
Fatwa indigenous Sampel mendapatkan hasil yang s Ahmad
Tentama penelitian signifikan dengan Dahlan
, 2019 berjumlah 299 di persentase 152 berjenis
SMA X. Metode kelamin laki-laki dan 147
pengumpulan data jenis kelamin perempuan.
open ended Respon atas pertanyaan
questionnaire dan yang telah dilakukan pada
interview yang di 299 partisipan, bahwa 63
analisis secara orang (26,8%) menjawab
terpisah emosi negatif, 41 orang
(17,4%) menjawab
pengaruh kelompok, 41
orang (17,4%) menjawab
dendam, 17 orang (7,2%)
menjawab harga diri, 16
orang (6,8%) menjawab
ganggu kenyamanan, 10
orang (4,2%) menjawab
ganggu kenyamanan, 10
orang (4%) menjawab
pembelajaran, 47 orang
(20%) menjawab others,
dan 64 orang (21,4%)
memilih tidak menjawab
pertanyaan tersebut.
4. Putri Faktor-Faktor Yang Penelitian ini Hasil penelusuran Psyche
Rahman Mempengaruhi merupakan menunjukkan bahwa 165
ing Agresivitas Remaja penelitian agresivitas dipengaruhi Journal,
Sekar, systematic oleh faktor internal dan Vol. 14 ,
2021 literature review eksternal. Faktor internal No.1
dengan tersebut meliputi: frustasi,
menggunakan gangguan berfikir dan
metode kualitatif intelegency remaja, serta
dengan teknik gangguan
35

meta sintesis. perasaan/emosional pada


Pendekatan yang remaja sedangkan faktor
digunakan dalam eksternal meliputi faktor
penelitian ini keluarga atau teman
adalah pendekatan sebaya, faktor sekolah dan
metaetnograf, faktor lingkungan.
yaitu peneliti
merangkum
berbagai hasil
penelitian yang
relevan secara
naratif agar dapat
mengembangkan
teori yang baru
untuk melengkapi
teori-teori
sebelumnya.
5. Ahmad Penyebab Penelitian ini Penyebab munculnya Jurnal
Yanizon Munculnya menggunakan perilaku agresif adalah : Kopasta
* & Perilaku Agresif pendekatan (1) Faktor Internal yang
Vina Pada Remaja penelitian terdiri dari (a) Lemahnya
Sesriani, kualitatif yaitu Kontrol Diri, Dalam kasus
2019 penelitian yang ini subjek merasa sulit
bermaksut untuk menahan emosinya,
memahami beberapa kali ia
fenomena tentang mengatakan bahwa ia sulit
apa yang dialami mengontrol emosinya.
subyek penelitian, Dalam artian bahwa
dengan cara subjek memiliki kontrol
deskripsi dalam diri yang buruk atau sulit
bentuk kata-kata mengontrol dirinya sendiri
dan bahasa, pada sehingga ia bertindak
suatu konteks agresif begitu saja.
khusus yang (b) Terjadinya Frustrasi
alamiah dan Diri, Dalam hal ini subjek
dengan merasa bahwa dirinya
memanfaatkan telah gagal menjadi anak
berbagai metode yang baik terhadap
ilmiah. Studi kasus orangtuanya, gagal
ialah suatu menjadi adik yang
serangkaian melindungi kakaknya dan
kegiatan ilmiah gagal dalam menjaga
36

yang dilakukan keharmonisan


secara intensif, keluarganya.
terinci dan (c) modeling yang buruk,
mendalam tentang Dalam penelitian ini
suatu program, subyek mencoba meniru
peristiwa, dan peran kekerasan yang
aktivitas, baik dilakukan oleh ayahnya
pada tingkat semenjak subyek saat
perorangan, masih kecil terbiasa
sekelompok orang, melihat ayahnya memukul
lembaga, atau mamanya.
organisasi untuk (d) adanya ekspetasi balas
memperoleh dendam/motivasi balas
pengetahuan dendam, Hal ini dijelaskan
mendalam tentang secara langsung bahwa
peristiwa tersebut. RX memiliki niat untuk
balas dendam, terhadap
yang dilakukan oleh ayah
dan istri kedua ayahnya
tersebut.
6. Octa Perilaku Agresif Desain penelitian Temuan peneliti di salah Jurnal
Reni Pada Siswa SMP ini adalah analitik satu SMP yang berada di Psikologi
Setiawat Yang Bermain cross sectional Bandar Lampung, Malahayat
i , Agin Game Online dengan jumlah beberapa Siswa terlihat i, Volume
Gunado, total sampel 539 bermain game online 1, No.1
2019 Siswa. ketika jam istirahat dan
sering mengeluarkan kata-
kata kasar seperti
“bangsat”, “Asu”, dan
kata-kata tidak layak
lainnya yang terucap.
Selain itu, beberapa kali
Siswa yang kalah bermain
game terkait terlihat
memukul meja yang
berada di depannya
bahkan mengejek atau
mencemooh teman yang
berada di dekatnya.
Penelitian ini menemukan
98 siswa (18,2%) dengan
perilaku agresif tingkat
37

rendah, 403 siswa (74,8%)


dengan perilaku agresif
tingkat sedang, serta 38
siswa (7,1%) dengan
perilaku agresif tingkat
tinggi. Kesimpulan:
Berdasarkan hasil
penelitian, rata-rata
perilaku agresif pada
siswa SMP yang bermain
game online di Bandar
Lampung memiliki
perilaku agresif tingkat
sedang.
7. Rizky Hubungan Peran Penelitian ini : Hasil analisa data
Dian Kelompok Teman merupakan didapatkan nilai signifikan
Puspitas Sebaya Dengan penelitian p-value 0,004 (p-value
ari, Dikap agresif Pada deskriptif korelasi
Sutejo, Remaja kelas XI di dengan pendekatan
2017 SMA N 1 Ngaglik waktu cross
Sleman Yogyakarta sectional. Teknik
pengambilan
sampel
menggunakan
proportionate
startified random
sampling dengan
sampel sebanyak
124 responden.
Alat ukur pada
penelitian ini
menggunakan
kuisioner yang
telah dilakukan
validitas. Teknik
analisa data
menggunakan
kendall tau.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi yang bermaksud mengeksplorasi fenomena mengenai perilaku

agresif remaja melalui indept interview, observasi dan dokumentasi selama

penelitian berlangsung (Sugiyono, 2017).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil yang

diperoleh dalam penelitian. Pemilihan setting penelitian harus disesuaikan

dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian kualitatif, sehingga tempat

yang ditentukan benar-benar menggambarkan kondisi informan

sesungguhnya. Setting penelitian adalah tempat interaksi informan dengan

lingkungannya yang akan membangun pengalaman hidupnya (Saryono, 2017).

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten

Bulukumba.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan mulai bulan April hingga Juni Tahun 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi dan sampel

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena

penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi

38
39

sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi.

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan disebut sampel statistik, tetapi

sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk

menghasilkan teori (Sugiyono, 2017).

Dalam (Whitehead, 2013) mengatakan bahwa minimal jumlah dari

penelitian kualitatif itu tergantung pada desain penelitian yang digunakan.

Seperti pada penelitian fenomenologi jumlah sampel sekitar 6-10 orang

partisipan. Sehingga pada penelitian ini jumlah sampel yang direncanakan

paling sedikit 6 orang.

2. Kriteria inklusi dan eksklusi

a. Kriteria inklusi

1) Remaja yang berperilaku agresif dan bersedia menjadi partisipan.

2) Remaja yang berusia 12-21 Tahun.

3) Orang tua dan teman remaja yang bersedia menjadi partisipan.

b. Kriteria eksklusi

1) Berusia di bawah 12 dan di atas 21 tahun.

2) Remaja yang tidak berperilaku agresif dan tidak siap jadi

partisipan.

3. Teknik Sampling

Tehnik sampling yang digunakan pada penelitian ini yaitu

Snowball sampling. Pada penelitian ini mengambil sampel dengan

melakukan secara berantai dari satu partisipan kepada partisipan lainnya

(Afiyanti & Nur Rachmawati, 2014).


40

Pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini

dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum

mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi

yang dapat digunakan sebagai sumber data, dengan demikian jumlah

sampel sumber data akan semakin besar (Sugiyono, 2017).

D. Subjek Penelitian (Informan)

Menurut Faisal (1990). Konsep dalam penelitian kualitatif berkaitan

dengan bagaimana memilih informan atau situasi sosial tertentu yang dapat

memberikan informasi yang adekuat dan terpercaya (Saryono, 2017).

Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Informan Biasa

Yaitu mereka yang secara langsung terlibat dalam interaksi sosial yang

diteliti. Adapun sasaran informan dalam penelitian ini adalah remaja yang

sering nongkrong dan melakukan perilaku agresif di Kecamatan Ujung

Bulu Kabupaten Bulukumba.

2. Informan Kunci

Yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang di

perlukan dalam penelitian. Yang menjadi informan kunci dalam penelitian

ini yaitu keluarga dan tokoh masyarakat di Kecamatan Ujung Bulu

Kabupaten Bulukumba.

3. Informan Pendukung

Yaitu mereka yang mengetahui banyak tentang informan biasa, serta dapat

memberikan informasi (remaja yang telah melakukan perilaku agresif)


41

yaitu teman dan tetangga di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten

Bulukumba.

E. Instrumen Penelitian

Instrument dalam penelitian kualitatif dapat berupa teks, alat perekam

suara atau kamera, pedoman wawancara, dan pedoman observasi (Sugiyono,

2017).

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karna itu peneliti sebagai instrument

juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan

penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif di sebut dengan human

instrument (Sugiyono, 2017).

Sehingga instrument pada penelitian ini yaitu peneliti itu sendiri, serta

dibantu dengan alat perekam suara, kamera, dan buku catatan (Siyoto &

Sodik, 2015).

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam Buku (Sugiyono, 2017) pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Pengamatan (Observasi)

Data yang di kumpulkan dengan menggunakan teknik

observasi/pengamatan adalah data yang telah di kumpulkan melalui proses

mekanisme penilaian. Metode pengamatan dilakukan sebagai salah satu

bentuk triangulasi pada tingkat metode guna memvalidasi data yang

didapat dengan wawancara. Hal tersebut untuk mengetahui kesesuaian

antara prosedur atau yang ditetapkan dengan pelaksanaan, adapun kegiatan

yang akan diobservasi dalam penelitian ini yakni pengamatan langsung


42

yang dilakukan peneliti tentang bagaimana para informan berinteraksi

dalam ruang lingkup teman sebaya, pola asuh orang tua dan Game online

yang dapat memperngaruhi perilaku agresif remaja tersebut.

2. Wawancara Mendalam (in-depth interview)

Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan informasi yang

mendalam berkenaan dengan perilaku agresif remaja. Proses pengumpulan

data ini akan menggunakan alat berupa pedoman wawancara (interview

guide), tape recorder, dan alat tulis menulis. Wawancara berstruktur adalah

wawancara yang menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, Adapun

pertanyaan yang akan di ajukan berupa pertanyaan yang sesuai dengan

pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya.

3. Dokumentasi

Peneliti menggunakan metode dokumentasi yaitu mengumpulkan data

berupa gambar, video atau tulisan yang membuktikan bahwa objek

penelitian pernah melakukan perilaku agresif baik itu dalam bentuk fisik

maupun verbal dengan bertujuan menyakiti orang lain (Sugiyono, 2017).

G. Teknik Analisis Data

Sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data

hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk

menentukan fokus penelitian. Analisis pada tahap berikutnya adalah

mengumpulkan dan memilah-milah data untuk dikelompokkan atau

diklasifikasikan dan di analisis yaitu (Sugiyono, 2017):


43

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data yaitu merangkum, memilah hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian

data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya

dan mencari bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendispleykan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif atau penyajian

informasi yang tersusun.

3. Conclusion Drawing/ Verification (Kesimpulan/Verifikasi)

Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-

bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, di dukung

oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian kembali ke

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang di kemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel menurut Milles dan Huberman

(Sugiyono, 2017).
44

H. Pengecekan Validitas Penelitian

Pengecekan validitas data dilakukan agar data yang di dapat pada

penelitian kualitatif ini dapat terjaga. Untuk mengecek validitas data ini, maka

dilakukan triangulasi. Yaitu mengetahui sebuah informasi yang sama dari

beberapa sumber dengan beberapa metode yang berbeda (Sugiyono, 2017).

Data dengan wawancara, dari tiga macam triangulasi tersebut yaitu :

1. Triangulasi Sumber Data

Triagulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yaitu:

a. Informan biasa,

b. Informan kunci,

c. Informan pendukung.

2. Triangulasi Teknik

Triagulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya data diperoleh dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.

3. Triangulasi Waktu

Untuk mengecek pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara

melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lainnya

dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data

yang berbeda, maka dilakukan dengan cara berulang-ulang sehingga

ditemukan kepastian datanya (Sugiyono, 2017).


45

I. Tahap-tahap Penelitian

Proposal Penelitian : Perilaku Agresif Remaja di kec.


Ujung Bulu kab. Bulukumba

Pemilihan informan pertama yang dilakukan dengan cara


purposive sampling yang memenuhi kriteria yang telah
diterapkan

Informed Consent Pada Partisipant

Membina Hubungan Saling Percaya dengan Informan

Pengumpulan Data Melalui Wawancara Mendalam

Analisis Data

Menguji Keabsahan Data Triagulasi

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1
Alur Penelitian Tentang Perilaku Agresif Remaja
46

J. Etika Penelitian

Menurut moleong (2007) agar studi alamiah benar-benar dapat terjadi dan

peneliti tidak mendapat persoalan masalah etik maka ada beberapa yang harus

dipersiapkan oleh peneliti antara lain yaitu:

1. Meminta izin pada penguasa setempat dimana penelitian akan

dilaksanakan sekaligus memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan

penelitian.

2. Menempatkan orang-orang yang diteliti bukan sebagai “objek” melainkan

orang yang derajatnya sama dengan peneliti.

3. Menghargai, menghormati dan patuh semua peraturan, norma, nilai

masyarakat, kepercayaan, adat istiadat dan kebudayaan yang hidup di

dalam masyarakat tempat penelitian dilakukan.

4. Memegang segala rahasia yang berkaitan dengan informasi yang di

berikan.

5. Informasi tentang subjek tidak di publikasikan bila subjek tidak

menghendaki, termasuk nama subjek tidak akan di cantumkan dalam

laporan penelitian.

6. Peneliti dalam merekrut participant terlebih dahulu, memberikan informed

consent, yaitu memberitahu secara jujur maksud dan tujuan terkait dengan

tujuan penelitian pada sampel dengan sejelas-jelasnya.

7. Selama dan sesudah penelitian (privacy) tetap dijaga, semua partisipan

diperlakukan sama, nama partisipan diganti dengan nomor (anonimity)

peneliti akan menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan dan hanya di


47

gunakan untuk kegiatan penelitian serta tidak akan dipublikasikan tanpa

izin partisipan.

8. Selama pengambilan data peneliti memberi kenyamanan pada partisipant

dengan mengambil tempat wawancara sesuai dengan keinginan

participant, sehingga partisipan dapat leluasa tanpa ada pengaruh

lingkungan untuk mengungkapkan (Poerwandari, 1998; Moleong, 2007)

masalah yang di alami (Saryono, 2017).


48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Informan

Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 8 orang.

Adapun karakteristik informan dalam penelitian dapat di lihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel. 4.1 Karakteristik Informan

No Inisial Usia Jenis Pendidikan Ket.

Informan (Tahun) Kelamin Terakhir

1. AA 17 Laki-laki SMP IB

2. AR 16 Laki-laki SMP

3. MR 18 Laki-laki SMP

4. MS 19 Laki-laki SMA

5. D 18 Perempuan SMA

6. RA 17 Perempuan SMA

7. MF 16 Laki-laki SMP IP

8. H. MJ 68 Laki-laki SD IK

Keterangan : IB : Informan Biasa (Utama) IK : Informan Kunci

IP : Informan Pendukung

Informan biasa (utama) dalam penelitian ini adalah remaja, Informan

pendukung adalah teman dekat remaja dan Informan kunci adalah tokoh

masyarakat. Informan yang di peroleh sebanyak 8 orang yang terdiri dari 6


49

orang informan biasa (utama) yaitu remaja, 1 orang informan kunci yaitu

tokoh masyarakat, 1 orang informan pendukung yaitu teman dekat remaja.

Deskripsi Sumber Penelitian:

1. Informan AA berumur 17 tahun, pendidikan terakhir SMP, agama islam,

suku bugis, AA diberhentikan dari sekolah pada saat kelas 2 SMP karena

melakukan pemukulan dan penikaman pada temannya. AA juga sering

berperilaku agresif di lingkungan masyarakat dengan melakukan

penikaman, pemukulan, pengeroyokan dan pembusuran yang sangat

meresahkan warga sekitar, AA juga sering minum ballo dan menghisap

lem bahkan pernah menghisap sabu-sabu untuk menghilangkan stres. AA

sekarang ini sedang menjalani hukuman di polres bulukumba karena telah

melakukan penikaman dan pembusuran terhadap remaja lain. Bukan hanya

di polres saja, tapi AA juga sudah beberapa kali masuk di polsek dengan

kasus pengeroyokan dan pemukulan. Pada saat wawancara, AA bersikap

ramah serta merespon dengan baik (17 tahun, 15 mei 2022).

2. Informan AR berusia 16 tahun, pendidikan terakhir SMP, agama islam,

suku bugis, AR putus sekolah sejak kelas 1 SMP karena orang tuanya

tidak mampu lagi membiayainya. Waktu di sekolah AR pernah

berperilaku agresif verbal dengan mengatai gurunya bajingan, AR juga

pernah berperilaku agresif di lingkungan masyarakat dengan melakukan

pemukulan kepada remaja lain dan sering minum-minuman keras pada

malam hari. Bukan hanya pada remaja lain, tapi AR pernah juga berkelahi

atau baku hantam dengan bapaknya sendiri sehingga di usir dari rumah.

Sekarang AR sedang menjalani hukuman di polres bulukumba dengan


50

kasus pencurian, AR mengatakan bahwa dirinya di jebak oleh temannya

untuk ikut melakukan pencurian, sehingga AR pun di tangkap. Pada saat

wawancara, AR bersikap ramah serta merespon dengan baik (16 tahun, 17

mei 2022).

3. Informan MR berusia 18 tahun, pendidikan terakhir SMP, agama islam,

suku bugis, MR diberhentikan dari sekolah sejak kelas 1 SMP karena

sering kali memecahkan kaca jendela kelas, MR sering berperilaku agresif

di lingkungan masyarakat, MR mengaku sudah pernah semua melakukan

perilaku agresif mulai dari pemukulan, pengeroyokan, pembusuran,

penikaman dan berkata kasar, dia juga suka minum-minuman keras hampir

setiap hari. Saat itu MR telah menjalani hukuman di polres, dia sudah 4

kali menjalani masa hukuman dengan kasus yang pertama gara-gara

mengejar temannya pakai badik, yang kedua menganiaya korban pakai

parang, yang ketiga gara-gara perkelahian dan kasus keempat yang

sekarang ini adalah pemukulan. Pada saat di wawancara, MR bersikap

ramah, baik dan sopan (18 tahun, 19 mei 2022).

4. Informan MS berusia 19 tahun, pendidikan terakhir SMA, agama islam,

suku bugis, MS diberhentikan dari sekolah sejak kelas 1 SMA karena

menyerang gurunya pakai parang. Dia sering berperilaku agresif di

sekolahnya dengan pemukulan dan berkata kasar, MS pun juga sering

berperilaku agresif di lingkungan masyarakat dengan melakukan

pemukulan, pembacokan, pengeroyokan, pembusuran dan MS juga sering

minum-minuman keras hamper setiap hari karena setelah pulang kerja,

teman MS dating kerumah untuk menjemputnya. Saat ini MS telah


51

menjalani hukuman di polres bulukumba, MS mengaku bahwa dirinya

sudah 2 kali menjalani hukuman di polres, kasus pertama adalah memukul

dan menganiaya orang dengan menggunakan parang, yang kedua sekarang

ini adalah penyerangan busur pada remaja lain. Pada saat di wawancara,

MS merespon dengan baik, sopan dan bersikap ramah (19 tahun, 19 mei

2022).

5. Informan D berusia 18 tahun, pendidikan terakhir SMA, agama islam,

suku bugis, D pernah melakukan tindakan agresif baik itu membuli,

melabrak dan berkata kasar gara-gara cemburu karena adek kelasnya dekat

dengan pacarnya, pada saat emosinya naik karena ada hasutan dari teman-

temannya dengan cara dikompor-kompori, sehingga D ini mengajak

temannya untuk ikutan membuli dan melabrak adek kelas yang dekat sama

pacarnya dengan menendang pintu kelas dan mejanya. Untuk kasus lain, D

juga pernah di ancam di laporkan ke kantor polisi karena mengancam

untuk memukul teman satu angkatannya sehingga ingin keluar dari

sekolah karena takut, asal mulanya karena teman angkatannya ini

meneriakinya dengan kata-kata sembarangan jadi memancing emosinya, D

juga pernah berperilaku agresif di lingkungan masyarakat dengan

melabrak dan berkata kasar. Tapi D hanya ikut-ikutan sama temannya dan

menghasut temannya untuk melakukan tindak agresif. Pada saat di lakukan

wawancara, D bersikap ramah, sopan, baik dan mampu menjawab semua

petanyaan yang ada (18 tahun, 13 mei 2022).

6. Informan RA berusia 17 tahun, pendidikan terakhir SMP, agama islam,

suku bugis, RA di sekolah pernah berperilaku agresif pada temannya


52

dengan cara membuli dan memukul adek kelasnya gara-gara adek

kelasnya cerita belakang dan di hina karena gemuk, RA tidak terima

sehingga memukul dan membuli sampai-sampai masuk ke ruangan BK.

RA juga mengaku bahwa pernah melakukan tindakan agresif di

lingkungan masyarakat dengan memukul dan berkata kasar pada

temannya. Saat di lakukan wawancara, RA menjawab setiap pertanyaan

dengan baik, sopan dan ramah (17 tahun, 14 mei 2022).

B. Hasil Penelitian

Perilaku Agresif Remaja Di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten

Bulukumba tahun 2022

1. Teman Sebaya

Gambaran umum remaja terkait teman sebaya terhadap perilaku

agresif yaitu tentang jumlah dalam satu geng teman sebaya, bagaimana

respon dan tanggapan teman sebaya saat informan biasa berperilaku

agresif, apa saja yang anda lakukan saat bersama teman, dan tujuan

bersama teman sebaya.

Hasil wawancara dengan salah satu informan biasa yang berinisial

AA ketika di tanyakan, apakah anda mempunyai teman, sahabat atau

geng?, jawaban informan sebagai berikut:

“Iye, di sini di taman kota banyak,,, Banyak-banyakji, 20-an, iye


satu gengku itu,,, Laki-laki ada juga perempuan, Lebih banyak
laki-laki,,” (AA, 17 tahun, 15 mei 2022)
53

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa tujuan yang ingin anda

dapatkan bersama anggota geng atau sahabat anda?, jawaban informan

sebagai berikut :

“Biasa cari nama to ye’ kan begituji memang kalau di kota kalau
naikmi nama iya endami, iye di segani, iye cari pengalaman baru”
(AA, 17 tahun, 15 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial AR Mengatakan bahwa :

“Engka,,, maega 10 kapang,,, iye termasuk gengni” (AR, 16 tahun,


17 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa tujuan yang ingin anda

dapatkan bersama anggota geng atau sahabat anda?, jawaban informan

sebagai berikut :

“Anumi biasa, pengalamanmi, pengalaman bersama teman, nda


cari-cari namaji, pekkeromi biasa, biasa cari nama to, tapi nama
geng” (AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MR Mengatakan bahwa :

“Iye ada, iye baah banyakji iya 10 orang,,, iye laki-laki semua,,,
tidak ada, iye gengji” (MR, 18 tahun, 19 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa tujuan yang ingin anda

dapatkan bersama anggota geng atau sahabat anda?, jawaban informan

sebagai berikut :
54

“Nda, iye cari pengalaman baru, kan kalau mabokki biasa


masalah terusji di cari, nda anu tongji apa namanya ehh cari
nama enda tongji” (MR, 18 tahun, 19 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MS Mengatakan bahwa :

“Ya… kalau kumpul-kumpul iya ada, ada laki-laki ada juga


perempuan, banyakji perempuan ada 10 lah, kalau laki-laki ada 20
an begitu… Anu to ye’ ceritanya kayak banyak orang luar datang
masuk, rata-rata kayak letting-lettingkuji kak waktu SMP kelas 3,
biasa teman sekolahkuji, sekelaskuji… dulu, tapi sekarang nda,
kalau sahabat 1 orangji, iye laki-laki” (MS, 19 tahun, 19 mei
2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa tujuan yang ingin anda

dapatkan bersama anggota geng atau sahabat anda?, jawaban informan

sebagai berikut :

“Kayak menghilangkan stresji, iye pengalaman baru” (MS, 19


tahun, 19 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial RA Mengatakan bahwa :

“Ada kak, 4 orangka kak, Cewek semuaji kak, Termasuk gengku


jugami itu kak yang 4 orang di sekolah atau di luar” (RA, 17
tahun, 14 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa tujuan yang ingin anda

dapatkan bersama anggota geng atau sahabat anda?, jawaban informan

sebagai berikut :
55

“Cari-cari hiburanji kak sama pengalaman-pengalaman juga…


Bersenang-senang, refresing, karena kalau di rumah terusja kayak
bosanka kurasa tidak ada ku kerja, jadi keluarka kadang kalau
ada masalahku di rumah, langsungja keluar ke rumahna temanku,
biasa jga kluarka nongkrong-nongkrong” (RA, 17 tahun, 14 mei
2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial D Mengatakan bahwa :

“Ada, Kalau nda salah itu 8 orang ka disekolah, iye termasuk


gengmi juga itu kapang haha..., Tidak ada laki laki perempuan
semua” (D, 18 tahun, 13 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa tujuan yang ingin anda

dapatkan bersama anggota geng atau sahabat anda?, jawaban informan

sebagai berikut :

“Kaya senang senang ji, kan pasti itu kalau kumpul ki temanta
sering-sering kah atau apakah,, iye cari pengalaman” (D, 18
tahun, 13 mei 2022)

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanyakan mengenai bagaimana dukungan teman sebaya sehingga

membuat anda melakukan tindakan agresif?, jawaban informan sebagai

berikut:

“Biasa gara-gara teman, Na kasih panas-panaski to ye’. Bilang,


masa kau lemmako, kau nda nu anui, iye jadi panasmi orang”.
(AA, 17 tahun, 15 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial AR Mengatakan bahwa :


56

“Sappusekku kero sijaguru tappa mettei silongku maneng, “masa


di pekkeroi sappusengnu”. Eee…. Mapellana adu dombaito, adu
dombai asenna mewana kero”. (AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MR Mengatakan bahwa :

“Iye, biasa tong iya na kompor-komporika temanku”. (MR, 18


tahun, 19 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial RA Mengatakan bahwa :

“Temankumi itu sering kasih panas-panasika kak, kayak na


kompor-komporika begitu”. (RA, 17 tahun, 14 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MS Mengatakan bahwa :

“Ituji, kayak masalahna ji temanku, ikut-ikut ja biasa, Iye pernah.


Anuji, anu itu dongo eee,,, masa beginiko dulu, sekarang nda,
kayak cerita anuji, asutanji masuk begitu”. (MS, 19 tahun, 19 mei
2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial D Mengatakan bahwa :

“Iye na panas-panasika biasa temanku, biasa kalau end bisami di


kontrol barumi”. (D, 18 tahun, 13 mei 2022)

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanyakan mengenai bagaimana perasaan anda setelah melakukan

perilaku agresif pada orang lain?, jawaban informan sebagai berikut :


57

“Menyesalka, kayak bilang tertekanki dalam sini, kyak bagaimana


di, kalau di siniki kalau fikiran di luar terus… Biasa antara stress
dan pusingka, biasaka marah-marah” ( AA, 17 tahun, 15 mei
2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial AR Mengatakan bahwa :

“Biasa kayak kasihan tong jeki lihatki to’, tapi salahna memang
to’, jadi di kasih pelajaran lah, pelajaranji toh bukanji cari-cari
nama supaya tidak begitumi lagi lain kalian” (AR, 16 tahun, 17
mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MR Mengatakan bahwa :

“Biasa merasa bersalah, biasa tidak tongji, kayak menyesal


toh….ndaji kayak sudahki anu kayak biasa-biasa sajaji do” (MR,
18 tahun, 19 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MS Mengatakan bahwa :

“Biasa merasa bersalahji orang, takut-takut juga, menyesal


tongmi orang biasa kalau parahki itu korbanna, na cariki lagi
polisi” (MS, 19 tahun, 19 mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial RA

mengatakan bahwa :

“Tidakji kak,, kadang merasa kasihanja kak kalau menangismi


kadang juga tidak, kalau merasa bersalah kalau misal dia yang
salah tidak ada sama sekali penyesalanku kak” (RA, 17 tahun, 14
mei 2022)
58

Senada dengan informan RA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial D Mengatakan bahwa :

“Tidak kenapa-kenapaji,, Tergantungji, kalau misal tidak


keterlaluanki kadangja merasa kasihan atau bersalah” (D, 18
tahun, 13 mei 2022)

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanyakan mengenai bagaimana respon anda saat teman anda

punya masalah dengan orang lain?, jawaban informan sebagai berikut :

“Kalau memukul temanku to ye’, eee,,,ikut-ikutja , ku bantui to


ye’,,”(AA, 17 tahun, 15 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa yang anda lakukan saat

teman anda di pukul oleh orang lain?, jawaban informan sebagai berikut :

“Balas dendam, langsung balas dendam” (AA, 17 tahun, 15 mei


2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MR Mengatakan bahwa :

“Kalau memukul temanku di bantui iya, iye langsungji bantu, na


biar tidak ku tau masalahna langsungji ku bantu… kecuali kalau
teman sama teman biasa di nasehatiji tapi kalau orang lain
tidak,,”(MR, 18 tahun, 19 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa yang anda lakukan saat

teman anda di pukul oleh orang lain?, jawaban informan sebagai berikut :

“Kalau di pukulki Langsung bantu to’, langsung pukul”. (MR, 18


tahun, 19 mei 2022)
59

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial RA Mengatakan bahwa :

“Biasaji kak kalau memukul temanku, biasa langsungji ku bantu


juga, ka saya juga biasa tongja na bantu, karena kalau membulika
samaja semua teman-temanku”(RA, 17 tahun, 14 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa yang anda lakukan saat

teman anda di pukul oleh orang lain?, jawaban informan sebagai berikut :

“Kalau di pukuli, marahka lah, tidak terimaka di kasih begitu


temanku, Karna kalau ada sakitika marah juga temanku, biasa ku
datangi itu orang sama semuaka temanku yang lain. karena
melawanki, jadi berkelahika”. (RA, 17 tahun, 14 mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial AR

mengatakan bahwa :

“Emm,,, kalau misalna to aro na jaguru ku isseng, sissengku lah


to, temanku tong,, eee,,,padamaini. Kalau de’ kuissengi ku bantusi
silokku,,”(AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa yang anda lakukan saat

teman anda di pukul oleh orang lain?, jawaban informan sebagai berikut :

“Kalau ko kuissenggi taunna to’ callaei, de’kubantui, pasi damaii,


ko de’ kuissengi taunna ku bantui , pekkero, ko tau loppoto iga to
elo bantui hahaha,,,”. (AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Senada dengan informan AR salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MS Mengatakan bahwa :


60

“Untuk sekarang iya kalau melihatka temanku na pukul orang ku


pisahkanki kyak ku nasehati, dulu iya ikutka memukul, na biar
tidak ku taui permasalahan,,” (MS, 19 tahun, 19 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa yang anda lakukan saat

teman anda di pukul oleh orang lain?, jawaban informan sebagai berikut :

“Kalau di pukuli, eee,,, marahka, ikutka memukul”. (MS, 19 tahun,


19 mei 2022)

Senada dengan informan AR salah satu informan yang

diwawancarai berinisial D Mengatakan bahwa :

“Kalau ini temanku to' memukulli , na salahki itu yang na pukul,


kasih panas-panasi, tapi kalau memang nda salah to’ di nasehatiji
atau kasih damai,,”(D, 18 tahun, 13 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa yang anda lakukan saat

teman anda di pukul oleh orang lain?, jawaban informan sebagai berikut :

Kalau di pukul, marahki pasti toh, iye,,, yang namanya juga teman
dekat sekali baru di sakiti orang lain pasti marahki”. (D, 18 tahun,
13 mei 2022)

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanyakan mengenai apakah anda bisa mengontrol emosi dan

bagaimana cara anda mengontrolnya?, jawaban informan sebagai berikut :

“Kalau masih di rumah bisa ja kontrolki, tapi kalau di luar yah…,


terserah dari dirita mami” (AA, 17 tahun, 15 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana cara anda

mengontrolnya?, jawaban informan sebagai berikut :


61

“Biasa pergi minum ballo to ye’, ituji. Obatnami itu haha…”(AA,


17 tahun, 15 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MS Mengatakan bahwa :

“Iye bisaji, kadang fikiran” (MS, 19 tahun, 19 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana cara anda

mengontrolnya?, jawaban informan sebagai berikut :

“Eee… pergima sendiri, kayak pergi jalan-jalan sendiri balek


pulang balek pulang hehe, main HP ja biasa terus. baah keluarja
juga cari sensasi to’, iye biasa tommi pergi minum kalau naikmi
to’ ku lampiaskanmi temanku hehe…, Tapi tidak memukul biasa
kata kasarji dongo begitu biasa” (MS, 19 tahun, 19 mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial MR

mengatakan bahwa :

“Iye seringka emosi iya, biasa tongja biasa ku pecca barang-


barang, baru-baru ka datang biasa pusingka na langsungki
marah-marah di rumah” (MR, 18 tahun, 19 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana cara anda

mengontrolnya?, jawaban informan sebagai berikut :

“Haruska pergi keluar biasa,,, iye, di temanku” (MR, 18 tahun, 19


mei 2022)

Senada dengan informan MR salah satu informan yang

diwawancarai berinisial RA Mengatakan bahwa :


62

“Kadang tidak bisaka kontrolki kalau emosika, ma’jalloka


biasana” (RA, 17 tahun, 14 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana cara anda

mengontrolnya?, jawaban informan sebagai berikut :

“Biasana keluarka, karena kalau keluarma kulupaimi” (RA, 17


tahun, 14 mei 2022)

Hal berbeda diungkapkan oleh informan lainnya berinisial AR

mengatakan bahwa :

“Biasa mulle mokka to’,,” (AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana cara anda

mengontrolnya?, jawaban informan sebagai berikut :

“Metteki astagfirullah, anu to’, usahakani control, sempat ko de’


diulle control to’ lain terjadi” (AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Senada dengan informan AR salah satu informan yang

diwawancarai berinisial D Mengatakan bahwa :

“Oh bisa, apa lagi kalau di tempat umum ki toh emosi , harus ki
kontrol i apa lagi kalau na lihat-lihat maki orang” (D, 18 tahun,
13 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana cara anda

mengontrolnya?, jawaban informan sebagai berikut :

“Sabar toh, oh sebentar pi ku anui ini amarah ku kurangpi orang”


(D, 18 tahun, 13 mei 2022)
63

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanyakan mengenai apa saja yang anda lakukan ketika berkumpul

atau bersama dengan teman sebaya?, jawaban informan sebagai berikut :

“Biasa nongkrong, duduk to ye’, Ma’lem, sama minum tuak di sini,


mabar ituji ye’,,,”. (AA, 17 tahun, 17 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai tujuan anda minum-

minuman keras, jawaban informan sebagai berikut :

“Menghilangkan stress, misalna kalau pusing begitu ye’ minumki


lagi”. (AA, 17 tahun, 29 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa saja yang di lakukan saat

mabuk, jawaban informan sebagai berikut :

“Kalau sudah biasa langsungja pulang tidur atau cari-cari


musuh”. (AA, 17 tahun, 29 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial AR Mengatakan bahwa :

“Laoki dolo anu, eee… melli kaluru melli manengki dolo anreang
to` tappa laoni nongkrong, , biasa ko madeppungeng ni to’ kalau
misalnya tidak admi di kerja main game meki mabar, lao minung
silong manengka’ silongkku, aromi biasa to’ ko engka masalah
sijaguru aga maccoe tokka”. (AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai tujuan anda minum-

minuman keras, jawaban informan sebagai berikut :

“Cari pengalamanji to pengalaman masa mudah untuk di


ceritakan ke anak-anak ka nanti”. (AR, 16 tahun, 29 mei 2022)
64

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa saja yang di lakukan saat

mabuk, jawaban informan sebagai berikut :

“Nda tongji, biasa mengantukki do, pusing…kalau mabok keraski


toh barumi ada fikiran,,,“egapa ceritana aro mai keddung cina
ro”…ada ji iya kesadaran tapi kayak keceplosanki to begitu bilang
memukul, di bilang-bilangi begitu to,,, kalau mabokki to’kayak
cepat sekaliki beseng-beseng,apa lagi kalau panas-panasi meki
tamba beseng-beseng kayak tinggi nyali iya, karna kalau di pukulki
tidak ada rasana”. (AR, 16 tahun, 29 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MR Mengatakan bahwa :

“Cari angin, kayak pergi cari makan begitu…iye nongkrong-


nongkrong biasa,,, iye minum ballo sering”. (MR, 18 tahun, 19 mei
2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai tujuan anda minum-

minuman keras, jawaban informan sebagai berikut :

“Nda, kan kalau mabokki biasa masalah terusji di cari, nda anu
tongji apa namanya ehh cari nama enda tongji, tapi pasti kalau
mabokki pasti itu trusji di cari toh, paling kalau mabokki toh,
kalau keliling meki pasti masalah terusji, nabiar anu orang lewatji
di bilangi lagi, ehh tempo sekali itu sanah ehh pukulli deh,
begituji”. (MR, 18 tahun, 29 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa saja yang di lakukan saat

mabuk, jawaban informan sebagai berikut :

“Kayak anuji, kayak nda loyoki, yang jelas semangatki,,, baah


sadarji, tapi anu to’ bedai jugaa anuna, kan kalau sadarki itu anu,
65

kayaka masih anu di kalau misal nda sudahki minum tidak terlalu
anuki pukul orang, kayak kasihanki begitu, baru masih panjang
pikiran to’, kalau masih mabokki iye memang masih berfikirki tapi
langsungji tidak bisai berfikir terlalu lama“.(MR, 18 tahun, 29 mei
2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MS Mengatakan bahwa :

“Anuji, jalan-jalan apa minum begitu…iye, ballo hehe… jarangja


minum botolan… jarangka nongki-nongki, tidak ku suka”. (MS, 19
tahun, 19 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai tujuan anda minum-

minuman keras, jawaban informan sebagai berikut :

“Untuk menghilangkan stresji sama menghilangkan capek, biasa


kalau pulangma kerja minumma, kebiasaanku tongmi itu iya kalau
minum ballo karna kalau pulangma kerja na jemputma temanku,
kebiasaanku tongmi karna hamper setiap hari” (MS, 19 tahun, 30
mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai apa saja yang di lakukan saat

mabuk, jawaban informan sebagai berikut :

“Biasa sadarji, tapi itumi biasa kalau mabok sembarangmi di


teriyaki, ringan tongmi badan iya, jadi selaluta mau cari masalah
na biar teman sendiri kalau tersinggung meki sedikit baku hantam
lagi orang apa lagi kalau orang tidak di kenal baru ma’lanji-lanji”
(MS, 19 tahun, 30 mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan berinisial D

mengatakan bahwa :
66

“Kayak pergi jeki jalan-jalan, nongkrong di warkop, begitu


ma’gosip, kan dulu waktu sekolah ki nda terlalu trend itu Tik tok,
belum Pi jadi ma Selfi jeki foto-foto apakah… kayak pergi jeki
jalan-jalan, nongkrong di warkop”. (D, 18 tahun, 13 mei 2022)

Senada dengan informan D salah satu informan yang diwawancarai

berinisial RA Mengatakan bahwa :

“Biasa ma tiktokja kak, main game juga… Hahaha,,, baah sering


gosip iya kak, apa lagi kalau sama ka bestieeku hahaha,,,”. (RA,
17 tahun, 14 mei 2022)

Berdasarkan informasi yang di dapatkan oleh informan pendukung

(Teman Dekat Remaja) Berinisial MF mengenai perilaku agresif remaja

terkait teman sebaya mengatakan bahwa :

“Kan ada tong teman biasa, kyak mau tongki na pengaruhi bilang,
ahh,,,pukulli-pukulli toh, jadi itu teman satua na ikuti tongmi
jalurna, bilang yaa,,,di kompori begitu, apalagi kalau sudah
minum… Kan pasti kalau sudah minum pendek pikiran iya.
begitumi, kan kalau orang mabok iya edd,,, ta’gappo-gappomi
hehehe,,,tidak ada fikiran panjangna, jadi sembarangji na anu
orang na biar tidak na kenal, apa lagi yang na kenalji biasa na
anu tongji,, Kemauanna sendiri, ada tong begitu ada tong biasa
yang kompa-kompai. Gara-gara minum ballo…biasa ada tong
orang kalau sudah minum ballo na sadariji, tapi mau di bilang
nakal, mau di kata begitu”. (MF,16 tahun, 4 juni 2022)

Berdasarkan informasi informan kunci (Tokoh Masyarakat)

mengatakan hal yang terkait dengan gambaran umum remaja terhadap

teman sebaya sehingga terjadi perilaku agresif di kalangan remaja seperti

dibawah ini :
67

“Kadang biasa kalau ada orang lewat, biasa berteriakki , kadang


tong biasa na panggil juga temannya pergi naik motor apa, pergi
munum ballo. Biasa kutanyai jangan ko minum-minum apa begitu
disini, tapi tidak mau mendengar anak-anak di sini, biasa kalau
sudah minum ballo ehh,,, ngamuk-ngamukki biasa, cari masalah,,,
iyya na pukul orang, biasa kalau di bilang-bilangi begitu atau di
pukuli temanna membalas tongmi,,, masalahnya kalau di tegurki
sama orang-orang tidak mau mendengar. kadang juga busur-
busurki di lihat dan kebanyakan yang dibusur orang-orang lewat
naik motor, biasa jam 1 malam main panah-panah,,, Suruh laporki
di pokso polisi di sini bubarmi lagi… Banyak juga mati di wilayah
di sini gara-gara begal, banyak sekali juga anak-anak yang
balapan kalau tengah malammi jam-jam 1 lewat… Iya sekolah,
banyak juga yang tidak sekolahmi, Yah,,, 10 tahun ke atas” (H.
MJ,68 tahun, 27 april 2022 ).

2. Pola asuh orang tua

Pola asuh orang tua terkait perilaku agresif remaja yaitu bagaimana

didikan orang tua, Kontrol orang tua, respon orang tua, tanggapan, serta

kebiasaan orang tua.

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanyakan mengenai bagaimana didikan orang tua terkait perilaku

agresif remaja :

“Yah,,,biasa di larang ki keluar, tapi kan kalau pergaulan itu


haruspi tetapki bilang mau terus datang di sini, kan bosan tongki
di dalam rumah terus… Dulukan di jagaka, kan gara-gara
pergaulan tidak mauki mendengar sama orang tua jadi na
bebaskan meki, bilang terserah kau mami”(AA, 17 tahun, 15 mei
2022).
68

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MR Mengatakan bahwa :

“Tidakji, kayak na bebaskanji juga toh, tapi biasaja na larang


keluar tapi keluar tongja toh” (MR, 18 tahun,19 mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial MS

mengatakan bahwa :

“Ehh,,,kan na biarkanja keluar, tidak na awasi ja” (MS, 19


tahun,19 mei 2022)

Senada dengan informan MS salah satu informan yang diwawancarai

berinisial RA Mengatakan bahwa :

“Kalau orang tuaku tidak terlalu na awasi ja kak, biasa tidak


peduliji begituee kalau keluarka sama teman-temanku” (RA, 18
tahun,14 mei 2022).

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial AR

mengatakan bahwa :

“Biasa na larangki keluar, na paksaka tinggal di rumah to, na


tekanki orang” (AR,16 tahun, 17 mei 2022 ).

Senada dengan informan AR salah satu informan yang

diwawancarai berinisial D Mengatakan bahwa :

“Iya pasti di awasika, na larang-larangka keluar, karena nda


selamanya itu perkataannya orang tua benar toh” (D ,18 tahun, 13
mei 2022).
69

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanyakan mengenai respon dan tanggapan orang tua saat remaja

melakukan perilaku agresif :

“Na marah-marahika, bilang kau anuko seng. ituji marah-marahji,


tidak jelas marah-marahna. Biasa di nasehatika juga hampirka
setiap hari na nasehati, biasa na kasih hukuman juga, Seperti
bilang na pukulki tapi itukan pelajaranji to ye’ …pura-pura tidak
tau mami dia to ye’, merasa malu tongmi itu kapang ye’,,,”(AA, 17
tahun, 15 mei 2022).

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial AR Mengatakan bahwa :

“Kalau bisa naissengi to’ nadukung mokka, dena, misalna kalau


saya benar nasuruh lawan’i, tapi kalau saya salah ya,,,begitulah,
kayak na nasehati mokki do”. (AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MR Mengatakan bahwa :

“Iye anuji na nasehati tapi na anu jeki juga apana namanya, kyak
na anuji, end na ambil jelekji juga toh paling bilang kalau ada
anuko melawanko, kayak na suruhki rewa begitu do… anu
biasaji”. (MR, 18 tahun, 19 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial D Mengatakan bahwa :

“yaa,,, na nasehatija, namanya juga orang tua selalu ki na ajari


yang baik toh… Biasa kuceritakan toh bilang dia yang salah
duluan… na bilangji, kalau dia salah melawanko”. (D, 18 tahun,
13 mei 2022)
70

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial MS

mengatakan bahwa :

“Nasehatji, biasa bilangi jangan meko ikut-ikut begitu lagi,


jangan meko ikut-ikut berkelahi apa, kalau ada orang berkelahi
tinggalkanngi…nda pernah, kecuali bilang adekku di pukul
baruma itu, kayak adekku di pukul, datangmi di rumah,, bilangi
bapakku di pukul adeknu pergiko di sana”. (MS, 19 tahun, 19 mei
2022)

Hal berbeda diungkapkan oleh informan lainnya berinisial RA

mengatakan bahwa :

“Tidak adaji kak, karna tidak na tauji, tidak pernahka juga


ceritakanki Heheh,,,”. (RA, 17 tahun, 14 mei 2022)

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanya kembali mengenai apakah anda suka memberontak kepada

orang tua?, jawaban informan sebagai berikut:

“Tidak pernahja,, end pernahja kalau begitu langsung ja biasa


masuk dalam kamar” (AA, 17 tahun, 15 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial AR Mengatakan bahwa :

“Dena engka, eloka maga macai iyami dippaliang di bapakku,,


Tidak pernahji” (AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MS Mengatakan bahwa :


71

“Tidak pernah,, Tidak pernah ja, karena kalau ada ku maui biasa
sayaji beli” (MS, 19 tahun, 19 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial D Mengatakan bahwa :

“Nda pernah kak, Karena takut tonja, kalau marah marah iya
pernah toh, banting pintu Apakah. Marah pernah” (D, 18 tahun,
13 mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial MR

mengatakan bahwa :

“Iye biasa tongji, kayak anu to’, kayak apa namana eh, yang
jelasna anu tongjimharuski kasihka begitu toh, tapi kadang tongja
mengerti” (MR, 18 tahun, 19 mei 2022)

Senada dengan informan MR salah satu informan yang

diwawancarai berinisial RA Mengatakan bahwa :

“Iye, berterikka kencang-kencang,, iye… biasa keluarka baru


marah-marah tidak jelas” (RA, 17 tahun, 14 mei 2022)

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanya kembali mengenai bagaimana kebiasaan orang tua saat di

rumah, jawaban informan sebagai berikut:

“Berkata kasarji biasa, biasa na bilangika asu, anjing begitu-


begitu ye’…”. (AA, 17 tahun, 15 mei 2022)
72

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MR Mengatakan bahwa :

“Kalau mamaku sering marah-marah. Nda kalau mamaku, kalau


bapakku sering tongka na bilang-bilangi anak asu, anjing”. (MR,
18 tahun, 19 mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial D

mengatakan bahwa :

“Tergantungji biasa dari saya, adapi masalah baru marah-marah


toh… kadang tongji biasa iya bilang-bilang kasar, tapi kalau
emosi do hahah,,,Iye baik ji”. (D, 18 tahun, 13 mei 2022)

Senada dengan informan D salah satu informan yang diwawancarai

berinisial RA Mengatakan bahwa :

“Tidakji kak, tergantung dari sayaji, kalau baik-baikja baik tongji


juga. Melawan tongpa atau kalau ada di suruhkanka baru tidak
pergika, di situmi biasa marah-marahi… Na bilangika kurang
ajara nana iye, tau dompala. Begitu-begitu na bilang”. (RA, 17
tahun, 14 mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial AR

mengatakan bahwa :

“Kalau bapakku biasa malessi macai-cai’, melessi toi minung, iye,


biasami na ambaka to’ ko engka salahku… iye malessi to si jaguru
bapakku hada puranna”. (AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Hal berbeda diungkapkan oleh informan lainnya berinisial MS

mengatakan bahwa :
73

“Tidak adaji, seringna ji marah-marah….tidak pernahja na


bilang-bilangi saya…tidak nakalji orang tuaku saya”. (MS, 19
tahun, 19 mei 2022)

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanya kembali mengenai apakah anda berani atau percaya diri

dalam mengambil keputusan?, jawaban informan sebagai berikut:

“Iye percaya diri, kan kalau di bacot orang to ye’, pasti bilah ohh
sebentar di tangkap ka harus tong tanggung jawab orang, kan
kalau beraniki melakukan harus tongki berani bertanggung jawab,
iye sadarja” (AA, 17 tahun, 15 mei 2022).

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial AR Mengatakan bahwa :

“Yah… percaya diri, yang kalau na obbiki silokku anu


to’turnamen na iya na jello. Bilang “kau ikut mko juga”, percaya
diri mokka, de’to ko de’di sembarang jama to’, percaya dirini
asenna ro” (AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MR Mengatakan bahwa :

“Iye percaya dirija, kayak apa namanya ehh, kadangka juga


percaya diri kadang juga tidak percaya diri,kalau misal ada orang
begitu toh kayak ada pukul kadang biasa kayaka percaya dirija
pukulli, ada tong biasa tidak percaya dirika. Iye ragu- raguka to.
Iye kalau siap iya siapka” (MR, 18 tahun, 19 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MS Mengatakan bahwa :


74

“Iye, ehh kayak berani berbuat, berani pertanggung jawab” (MS,


19 tahun, 19 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial D Mengatakan bahwa :

“Tidak ji, kayak percaya diriji, kecuali apa di,,, ambil ki


keputusan yang salah. Percaya tidak percaya harus ki wanti-wanti
toh” (D, 18 tahun, 13 mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial RA

mengatakan bahwa :

“Biasaja juga takut iya kak, tapi ku beranikan diri ambil

keputusan, apalagi sama semuaka teman-temanku pergi refresing”

(RA, 17 tahun, 14 mei 2022)

Berdasarkan informasi yang di dapatkan oleh informan pendukung

(Teman Dekat Remaja) Berinisial MF mengenai perilaku agresif remaja

terkait pola asuh orang tua mengatakan bahwa :

“Kalau didikan orang tuana bagusji, cuman dia yang nda mau
mendengar sama orang tuana begitumi, biasaji di pukuli tapi tidak
anuji toh bilang jangan ko begitu,,, ada tongji di bebaskan keluar
tapi nda di suru bilang janganko main begini di luar, janganko
ma’pukul orang di nasehatiji… kadang-kadang ada tong biasa
begitu orang tua to’ kalau temanku, bilang kalau ada masalahnu
janganko kau duluan bikin masalah pukul orang, diapa pukulko
baru melawanko begitu biasa,,, kadang tong memberontak kalau
75

misal kesalmi orang tuana to’ di pukulmi… biasa di anuji, di


penggajari begitu to’, biasa di takut-takuti sama orang tuana toh
bilang di cariko polisi kau. Biasa ada tong kadang-kadang tidak
na kasih tau orang tuana bilang sudah memukul… kalau ada
masalahna di rumah sama orang tuana langsungji pergi
nongkrong di luar nda bilang-bilang”. (MF,16 tahun, 4 juni 2022)

Berdasarkan informasi informan kunci (Tokoh Masyarakat)

mengatakan hal yang terkait dengan gambaran umum remaja terhadap pola

asuh orang tua sehingga terjadi perilaku agresif di kalangan remaja seperti

dibawah ini :

“Biasa di tanyaji orang tuana bilang janganko begini-begini, tapi


memang anaknya yang tidak mau mendengar, mungkin pengaruh
dari temannya itu semua, di sini rata-rata di tanyaji sama orang
tuanya, tapi anaknya tidak mau mendengar... Kurang tau juga itu,
sekarang itu anak-anak kalau di anui, di tanyaki atau di pukul
melawanki biasa, biasa na pukul mamana, iyya biasa na bilang-
bilang kotor begitu orang tuanya… Tidak ada kusuka saya, bacci
semuaja lihatki. biasa ku burui. biasa juga dalam hatiku ji bilang
ehh… Kalau orang tuanya na awasiji, cuma anaknya kalau pergi
bergaul kan orang tuanya apa na taukanki, jadi kalau keluarki
bergaul ehh,,, nda di tau apa nakerja di luar sama temanna…
Tidak na tau, iya tidak na tanya biasa orang tuanya kalau sudah
busur-busur begitu, di tangkap mami polisi baru na tau biasa” (H.
MJ, 68 tahun, 27 april 2022).
76

3. Game online

Game online terkait perilaku agresif remaja yaitu berapa lama,

kebiasaan dan sikap yang di lakukan saat bermain game online, pola

makan dan istirahat, serta respon orang tua saat bermain game online.

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

Ketika di tanyakan berapa lama bermain game online terkait perilaku

agresif :

“Tergantungji, kalau bosanki berhentimi, 4 jaman lah, malam


paling banyak, biasa sampai subuh, iye begadang… Dari waktu
game pertama itu point blank, dari kelas 4 SD samapai kelas 1
SMP, kalau ML kayaknya baru 2 tahun”. (AA, 17 tahun, 15 mei
2022).

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MS Mengatakan bahwa :

“Kadang biasa mainka jam 10 malam, biasa subuhpi selesai… kan


banyakka juga main sama temanku free fire to’... dominoji dulu,
dari 2019”. (MS, 19 tahun, 19 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial RA Mengatakan bahwa :

“Biasa 5 jam kak, biasa juga lebih dari itu, malam paling sering
kak, biasaka begadang sampai subuh...ML, baru kayakna 1 tahun
kak”. (RA, 17 tahun, 14 mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial AR

mengatakan bahwa :
77

“Biasa pura manggaribi, lettu tette’ 12, dalam sehari sekitar 5


atau 6 jam lah… ML, eee,,, engka kapang 3 tahun”. (MR, 16
tahun, 17 mei 2022)

Hal berbeda diungkapkan oleh informan lainnya berinisial MR

mengatakan bahwa :

“Nda terlalu anu tongja kalau main game 1 jam paling lama
kadang lebih juga, iye malam… ML sama domino, dari 2018
kayakna”. (MR, 18 tahun, 19 mei 2022)

Senada dengan informan MR salah satu informan yang

diwawancarai berinisial D Mengatakan bahwa :

“Emm,,, kalau dalam sehari, mungkin kurang lebih 1 jam ji, tapi
waktu sebelumku ganti hp baru biasa lebih 2 jam sehari, tidak
terlalu sukaja main game saya… ML, 1 tahun lebihmi kapang
mainku game”. (D, 18 tahun, 15 mei 2022)

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanya kembali mengenai kebiasaan dan sikap yang di lakukan

saat bermain game online , jawaban informan sebagai berikut:

“Kalau dikalah meki yah,,, biasa naik emosi sendiri hehehe,, biasa
ku banting hp ye’ biasa marah-marah sendiri, sering tong ku
bilang-bilangi temanku, kau tidak pintarko main deh asu, coba ku
taukau jangan meko main”. (AA, 17 tahun, 15 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MS Mengatakan bahwa :

“Biasa marahka, kayak bilang dongo’ main,, bilang, itu lihatmi


nda nu tolongki kenapami kalah meki asu, nda menang meki. Biasa
78

kalau baccika ku sikkui kalau samaka main”. (MS, 19 tahun, 19


mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial RA Mengatakan bahwa :

“Karna kalau biasa kalahka main game sama temanku atau orang

lain, biasa naik emosiku jadi sembarangmi biasa ku bilang,

kadang tong pukul tembok kalau tidak sadarka…Emm,,, biasa

bilangka anjing, kampret, bangke. begitu-begituan kak, hahaha,,,”.

(RA, 17 tahun, 14 mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial MR

mengatakan bahwa :

“Nda pernah, paling berkata kasarji , karna kalau biasa bodoh-


bodohki main toh… bilangja, eee,,, bodo’pa iye asue hada”. (MR,
19 tahun, 19 mei 2022)

Senada dengan informan MR salah satu informan yang

diwawancarai berinisial D Mengatakan bahwa :

“Emm,,, Hehehe,,, tdk taumi biasa kapang… Biasa kalau jelek


carana main tapi spontan ja biasa bilang begitu…biasa bilang asu,
goblok hahah”. (D, 18 tahun, 17 mei 2022)

Hal berbeda diungkapkan oleh informan lainnya berinisial AR

mengatakan bahwa :

“Biasa de’kumacai, kadang-kadangmi macai to tewwe do, kalau


misalna ko eloni menre pangkat ee, na di betasi tewwe, kerosi
macai tewwe… biasa to’ kalau di betai tewwe, biasa di keddaini
79

bilang “ehh,,, waddo iko malemmako asu”. (AR, 16 tahun, 17 mei


2022)

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanya kembali mengenai bagaimana respon anda saat keluarga

atau teman anda mengganggu atau bikin rusuh saat bermain game online ,

jawaban informan sebagai berikut:

“Biasa marah, kalau marahki itu ye’ biasa di bilangi juga, kayak
bicara kasar to ye’, biasa spontanji kalau na gangguki barumi di
bilang-bilangi, kalau tidak, tidak tongmi”. (AA, 17 tahun, 15 mei
2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial AR Mengatakan bahwa :

“Eee,,, kalau silokku biasa macaika, tapi ko keluarga de`diullei


macai, Biasa kusikkui kalau langsung na’ala HPku. Dena’ to ku
serius, cule-cule anumi do biasa, bercanda”. (AR, 16 tahun, 17
mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MS Mengatakan bahwa :

“Marah,,, iye, biasa ku bilang-bilangi… yaa,,, pagangguko


sebentar matika, iko ku calla-calla…nda, anuji ye’ supaya tidak na
gangguka lagi ancamanji”. (MS, 19 tahun, 19 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial RA Mengatakan bahwa :


80

“Na itumi juga biasa kasih emosika kak kalau sementara mainka
na langsung ada temanku gangguka, biasa tong langsung ku
calla”. (RA, 17 tahun, 14 mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial MR

mengatakan bahwa :

“Paling ku tegurji blang jnganko menganggu, tidak ku pukulji”.


(MR, 18 tahun, 19 mei 2022).

Hal berbeda diungkapkan oleh informan lainnya berinisial D

mengatakan bahwa :

“Nda marah ja kak, karena jarang ka main game kalau sama ka


temanku kalau ketemuka do”. (D, 18 tahun, 13 mei 2022)

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanya kembali mengenai bagaimana pola istirahat dan makan

pada saat bermain game online, jawaban informan sebagai berikut:

“Kalau tudur yah… kadang teratur kadang juga tidak ye’, biasa
juga begadang” (AA, 17 tahun, 15 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana pola makan saat

bermain game online?, jawaban informan sebagai berikut :

“Teraturji, di penjara juga teraturji, biasa 3 kali ye’,,” (AA, 17


tahun, 15 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MR Mengatakan bahwa :

“Kalau begadang seringka, kebiasaan to’, kadang tongji kalau


domino itu sering” (MR, 18 tahun, 19 mei 2022).
81

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana pola makan saat

bermain game online?, jawaban informan sebagai berikut :

“Biasa 3 kali” (MR, 18 tahun, 19 mei 2022).

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial AR

mengatakan bahwa :

“Biasa de’nateratur, Ma’ddoja, begadang gara-gara game, biasa


kalau kumpulka biasa, jam-jam 3, motoi tewwe tette’ 12,,, jam 1”
(AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana pola makan saat

bermain game online?, jawaban informan sebagai berikut :

“Kalau makan tidak teratur juga, elo’toppi tewwe manre do, biasa
dua, biasa tellu” (AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Senada dengan informan AR salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MS Mengatakan bahwa :

“Paling cepat itu 8 jam, seringka begadang… endaji, main game,


duduk-duduk, cerita-cerita” (MS, 19 tahun, 19 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana pola makan saat

bermain game online?, jawaban informan sebagai berikut :

“Kalau laparka makanja,,, beh nda ku taui, asal laparka saya


makanka,,, kalau di rumahka kadang 6 kalika makan atau 5 kali,
kalau di rumahka ,biasa to kalau tidak keluar-keluarka” (MS, 19
tahun, 19 mei 2022)
82

Senada dengan informan AR salah satu informan yang

diwawancarai berinisial RA Mengatakan bahwa :

“Kalau tidurku iya tidak teratur karena seringka begadang, main


game tongji ku kerja, tapi kadang juga IGji ku buka,,, Eee…biasa
jam 1 atau jam 2, pernahka jga iya sampai subuh kak,,, Biasa jam-
jam 9 atau jam 10 siangpi bangun” (RA, 17 tahun, 14 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana pola makan saat

bermain game online?, jawaban informan sebagai berikut :

“Kalau makanku iya kak teraturji, karena tidak bisa sekalika


tahan lapar, biasa kalau lapar sekalika main gameka sambil
makan, biasa 3 atau lebih kak” (RA, 17 tahun, 14 mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial D

mengatakan bahwa :

“Teratur ji kak,,, kalau tidur Ku toh kk bisa cepat ka tidur Biasa


juga lambat” (D, 18 tahun, 13 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana pola makan saat

bermain game online?, jawaban informan sebagai berikut :

“Teratur ji kak, kalau makan ku kak biasa dua atau tiga kali sehari
makan” (D, 18 tahun, 13 mei 2022)

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanya kembali mengenai kebiasaan saat di panggil orang tua

waktu bermain game online, jawaban informan sebagai berikut:

“Biasa pura-pura tidak denger meki”. (AA, 17 tahun, 15 mei


2022)
83

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial RA Mengatakan bahwa :

“Biasa pura-pura tidak ku dengarji kak kalau ada di suruhkanka


hehehe,,,”. (RA, 17 tahun, 14 mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial MS

mengatakan bahwa :

“Bilang anuji, bilang jangan dulu main game ka”. (MS, 19 tahun,
19 mei 2022)

Senada dengan informan MS salah satu informan yang

diwawancarai berinisial D Mengatakan bahwa :

“Meresponja kak, biasa bilangja, tunggu dulu selesaipi gameku,


kadang juga sambil main gameka baru pergika”. (D, 18 tahun, 17
mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial AR

mengatakan bahwa :

“Nda ku bentakji. Tapi, melawanja to’, bilang main gameka dulu,


begitu. yah… kalo pekkeroni tu langsungna manggedda, dalam
hatikuji to, dalam hati kedda “ beh… ja’pa sue ha, di surosi
tewwe”. (AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Hal berbeda diungkapkan oleh informan lainnya berinisial MR

mengatakan bahwa :

“Biasa anuji, ku simpanji dulu hpku baru pergika bantui”. (MR,


18 tahun, 19 mei 2022)
84

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanya kembali mengenai apakah anda pemborosan uang saat

bermain game online misalnya top-up?, jawaban informan sebagai berikut:

“Iye biasa, tapi jarangja kalau top-up, cipji banyak kasih habis
uangku” (AA, 17 tahun, 15 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana kebiasaan anda

pada saat kuota habis waktu bermain game online?, jawaban informan

sebagai berikut :

“Iye mintaka, hehe yah biasa marah-marah sendirika, biasa bilang


kalau adekku minta uang biasaji di kasih tapi kalau saya tidak ,
biasa mintaka hospot, tapi biasa tong marah-marah kakakku” (AA,
17 tahun, 15 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial AR Mengatakan bahwa :

“Biasa, Kalau perkiraan ku, de’ kuulle rekenggi, maega-ega


sedding” (AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana kebiasaan anda

pada saat kuota habis waktu bermain game online?, jawaban informan

sebagai berikut :

“Biasa mappassaka, kalau tea metoi to laoka masappa jamang…


iye, biasa iya tommi, biasa na pareng moka doi” (AR, 16 tahun, 17
mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial RA Mengatakan bahwa :


85

“Iye sering, banyak kalima kak, biasa bohong-bohongka sama


ibuku gara-gara mauja top-up game” (RA, 17 tahun, 14 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana kebiasaan anda

pada saat kuota habis waktu bermain game online?, jawaban informan

sebagai berikut :

“Biasa bohong-bohongka bilang ada tugasku mauka kerja tidak


ada kuotaku, biasa na kasihja iya kalau masalah pelajaran-
pelajaran, tapi kalau tidak na kasihka biasa minta ja hotspot sama
kakakku” (RA, 17 tahun, 14 mei 2022)

Hasil wawancara lainnya dengan informan Berinisial MR

mengatakan bahwa :

“Banyakmi habis uangku kalau di domino, biasa beli cip to’, cip
yang ta’ 70” (MR, 18 tahun, 19 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana kebiasaan anda

pada saat kuota habis waktu bermain game online?, jawaban informan

sebagai berikut :

“Ndaji, kalau sering saya tongji beli biasa , iye kerjaka” (MR, 18
tahun, 19 mei 2022)

Hal berbeda diungkapkan oleh informan lainnya berinisial MS

mengatakan bahwa :

“Tidak pernah” (MS, 19 tahun, 19 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana kebiasaan anda

pada saat kuota habis waktu bermain game online?, jawaban informan

sebagai berikut :
86

“Ndaji, nda pernahka minta…kerjaka…cuci mobil” (MS, 19 tahun,


19 mei 2022)

Senada dengan informan MS salah satu informan yang

diwawancarai berinisial D Mengatakan bahwa :

“Tidak pernah” (D, 18 tahun, 13 mei 2022)

Ketika di tanyakan kembali mengenai bagaimana kebiasaan anda

pada saat kuota habis waktu bermain game online?, jawaban informan

sebagai berikut :

“Kalau tidak na kasih kauang, biasa meng-hotspot Ja sama


kakakku atau sama adikku, Tidak sampai marah tongja kalau
masalah itu, karna biasa juga sayaji beli sendiri, kerjaka” (D, 18
tahun, 13 mei 2022)

Hasil wawancara dengan salah satu informan yang berinisial AA

ketika di tanya kembali mengenai Apa tujuan dan apa yang anda rasakan

selama bermain game online?, jawaban informan sebagai berikut:

“Biasa menyenangkan diri, biasa juga memperburukkan diri.


Kalau dikalah meki yah… haha biasa naik emosi sendiri,, Biasa
menghilangkan stress” (AA, 17 tahun, 15 mei 2022)

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MR Mengatakan bahwa :

“Kayak melatih-melatih kesabaran to’ye’, konsetrasi juga,, Ituji


kasih habis-habis uangji belli cip-cip,, hilang stresji, biasa kalau
tidak ada di kerja” (MR, 18 tahun, 19 mei 2022)
87

Senada dengan informan AA salah satu informan yang

diwawancarai berinisial MS Mengatakan bahwa :

“Tidakji, kayak mencari ketenangan, hiburanji, anuji kyak


menghilangkan pusing” (MS, 19 tahun, 19 mei 2022)

Hal berbeda diungkapkan oleh informan lainnya berinisial AR

mengatakan bahwa :

“Kan di game itu to’ bahasa-bahasa inggris semua jadi biasa di


situji paham-pahamka bahasa inggris,, penghilang stress, tambah-
tambah teman” (AR, 16 tahun, 17 mei 2022)

Senada dengan informan AR salah satu informan yang

diwawancarai berinisial RA Mengatakan bahwa :

“Seru sekali kak, kayak terhiburka begitue, dan bagus juga kak
sebagai media pembelajaran apa lagi kayak bahasa inggris” (RA,
17 tahun, 14 mei 2022)

Senada dengan informan AR salah satu informan yang

diwawancarai berinisial D Mengatakan bahwa :

“Kayak untuk hiburan ji kak, bisa kayak melatih konsetrasi apa


lagi dengan bahasa, sama cari-cari kesenangan, kalau mager ka
kurasa main game ka, tapi biasa juga kalau lama ka main game
sakit kepalaku” (D, 18 tahun, 13 mei 2022)

Berdasarkan informasi yang di dapatkan oleh informan pendukung

(Teman Dekat Remaja) Berinisial MF mengenai perilaku agresif remaja

terkait game online mengatakan bahwa :


88

“Biasa begadanggi sampai pagi, biasa kalau di kalah’i bilang


ehh,,,assue di betaki, iko malemmako bajingan heheh,,,,. Biasa
kalau jelek jaringanna to’ bilang seng anjing itu, biasa kalau main
gameki ada tong emosia keluar kalau di ganggui biasa na pukulki,
biasa sipukul-pukulli toh tapi bercandaji, biasa na lempari orang”.
(MF,16 tahun, 4 juni 2022)

Berdasarkan informasi informan kunci (Tokoh Masyarakat)

mengatakan hal yang terkait dengan gambaran umum remaja terhadap

game online sehingga terjadi perilaku agresif di kalangan remaja seperti

dibawah ini :

“Iya sering main game, kadang main cip, Tidak ada bagus saya
kalau ku lihat semua main game… kadang merokok, kadang kalau
di kalah sibilang-bilangimi sama temanna… Biasa ku bilangi,
kalau tidak mauko di kalah janganko main… Iya bahaya, pasti
bahaya karna kalau main game na habis cip atau kuotanya ehh,,,
biasa marah-marah, pukul temanna” (H. MJ, 68 tahun, 27 april
2022).
89

C. Pembahasan

Pada bab ini akan dibahas hasil-hasil penelitian yang di peroleh dari

hasil penelitian. Bab ini merupakan sebuah rangkaian penelitian ilmiah untuk

mengetahui perilaku agresif remaja di kecamatan Ujung Bulu Kabupaten

Bulukumba Tahun 2022. Uraian berikut ini akan membahas fakta-fakta atau

fenomena di lokasi penelitian, sesuai tujuan penelitian.

1. Perilaku agresif remaja di Kecamatan Ujung Bulu kabupaten

Bulukumba

a. Teman sebaya terkait perilaku agresif remaja di Kecamatan

Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba

Teman sebaya sangat berpengaruh dengan perilaku pada remaja

dalam beretika dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

konteks pertemanan ini bisa terdiri dari 2 atau lebih dan membentuk

kelompok-kelompok kecil, bisa menimbulkan dampak positif atau

negatif. Sisi positif dalam pertemanan biasanya membawa kedalam hal

yang dapat menghasilkan banyak manfaat namun Jika dalam

perkumpulan teman sebaya bersikap negatif maka yang lainnya bisa

ikut dampak negatifnya, hal ini disebabkan gengsi dan ingin

menunjukkan bahwa mereka tidak lemah, di anggap remeh, dan ingin

dihargai dalam pertemanan.

Berdasarkan penelitian yang didapatkan dalam penelitian ini

mengatakan bahwa remaja melakukan perilaku agresif karena ikut

hasutan temannya, dimana remaja tersebut mulai terprovokasi dan

tidak bisa lagi mengontrol emosinya sehingga terjadilah perkelahian,


90

pembusuran, pengeroyokan, melabrak bahkan pembulian. Para remaja

mengakui bahwa dirinya melakukan perilaku tersebut secara sadar dan

emosi tidak terkontrol. Emosi remaja di sebabkan karena tekanan dari

luar sehingga memicu naluri untuk melakukan tindakan yang dapat

memicu kerugian terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Remaja juga mengaku bahwa setelah melakukan perilaku agresif

dirinya merasa bersalah, menyesal, merasa kasihan dan merasa takut.

Pernyataan remaja di dukung oleh pengakuan-pengakuan para

informan yang melakukan perilaku yang sama.

Pada penelitian diatas menjelaskan bahwa remaja ada yang bisa

mengontrol emosinya dan ada yang tidak dapat mengontrol emosinya.

Remaja yang dapat mengontrol emosinya dengan cara positif yaitu

pergi dari rumah untuk mencari ketenangan, jalan-jalan beristigfar dan

bersabar sedangkan remaja yang melampiaskan emosinya ke hal

negatif yaitu membanting barang yang ada di dekatnya, berkata kasar,

minum-minuman beralkohol hingga mabuk agar pikirannya tenang dan

menghilangkan rasa capeknya. Adapun tujuan remaja meminum-

minuman keras seperti menghilangkan stres pada saat pusing dan

menghilangkan rasa capek setelah bekerja. Adapun dampaknya jika

remaja tersebut sudah mabuk biasanya melakukan hal yang agresif

seperti berteriak di pinggir jalan, mengamuk, bahkan memukul orang

yang ada didekatnya jika dia merasa orang tersebut mengganggu

kenyamanannya. Karena pada saat mabuk, remaja tidak bisa berfikir


91

panjang atau jernih, mudah tersinggung, merasa dirinya kuat, dan

mempunyai nyali tinggi.

Remaja tersebut terdiri dari berbagai umur dan membentuk

kelompok hingga apapun yang dilakukan temannya maka yang lain

juga ikut melakukan agar merasa lebih dihargai dalam kelompok

tersebut misalnya jika temannya merokok, minum minuman keras,

berkata kasar dia ikut melakukan atas dasar ikut kebiasaan temannya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sekar,

2021) mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas remaja

menunjukkan bahwa pengaruh teman sebaya dapat berdampak positif

maupun negatif. Pengaruh teman sebaya yang positif akan membawa

remaja belajar mengembangkan diri dan kereativitas sedangkan

dampak negatif apabila berada dalam lingkungan yang negatif seperti

mengomsumsi narkoba, seks bebas dan tawuran. Maka besar

kemungkinan akan berpengaruh juga pada remaja tersebut, Apabila

remaja tidak mengikuti aturan atau perilaku teman sebayanya maka

akan merasa diasingkan.

Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Rahmawati & Asyanti, 2017) mengenai Fenomena Perilaku Agresif

Pada Remaja dan Penanganan Secara Psikologis di kecamatan

kartasura kabupaten sukoharjo menunjukkan bahwa beberapa remaja

juga memiliki kebiasaan yang kurang baik antara lain seperti mabuk

minuman keras, berjudi, balap liar, dan berperilaku agresif. pada masa

remaja terjadi peningkatan kehidupan emosi dimana remaja sangat


92

peka dan memiliki perasaan yang mudah tersinggung. Ketika

ketegangan muncul, remaja cenderung akan merespon secara

emosional. Apabila emosi sudah mereda, maka masalah mungkin

dapat terselesaikan. Akan tetapi jika tidak terjadi kematangan emosi,

maka remaja cenderung akan mengalami kecemasan dan perasaan

tertekan. Perilaku yang seringkali muncul adalah agresif, mudah

marah, keras kepala, sering bertengkar, suka berkelahi, mengganggu

ketentraman orang lain dan masyarakat.

Berdasarkan analisa peneliti selama melakukan proses

penelitian di lokasi, didapatkan bahwa remaja banyak melakukan

perilaku agresif karena pengaruh negatif lingkungannya yaitu

pergaulan dengan teman sebayanya, sehingga ikut-ikutan arus untuk

melakukan tindakan yang berakibat fatal dan merusak moral dan

etikanya meski ada remaja yang menyesal, bersalah, kasihan dan

merasa tertekan akibat perbuatan yang telah ia lakukan, akan tetapi

sebagai konsekuensi dari perbuatan yang di lakukan maka remaja

tersebut mendapatkan hukuman yaitu dipenjara sesuai dengan undang-

undang yang berlaku agar bisa intropeksi diri dan menjadi individu

yang bermoral.

b. Pola Asuh terkait perilaku agresif remaja di Kecamatan Ujung

Bulu Kabupaten Bulukumba

Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada

anak sejak dini dan bersifat konsisten. Pola asuh yang benar dapat

ditempuh dengan memberikan perhatian dan kasih sayang yang penuh


93

pada anak, memberikan waktu yang cukup dapat menikmati waktu

bersama keluarganya. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya

menjadi orang yang berkepribadian baik, sikap mental yang sehat serta

akhlak yang terpuji. Orang tua juga adalah madrasah pertama dalam

membentuk kepribadian anak dalam kehidupan, dan harus menjadi

teladan yang baik bagi anak-anaknya.

Berdasarkan penelitian yang diperoleh hasil bahwa semua

informan memiliki pola asuh yang berbeda-beda dan ternyata pola

asuh orang tua sangat berpengaruh pada perilaku anaknya. Adanya

pola asuh dengan memeberikan kebebasan dalam melakukan tindakan

secara bebas tanpa pengawasan berpotensi melakukan perilaku agresif

karena merasa tidak dipedulikan oleh orang tuanya. Pola asuh dengan

penuh tekanan membuat mental anak menjadi kacau dan tingkat stress

menjadi tinggi sehingga membuat remaja melakukan tindakan negatif

agar mampu dapat mengekspresikan kekesalannya.

Dalam penelitian ini perilaku orang tua juga sangat berperan

penting dalam pertumbuhan psikologis anak karena remaja yang

melakukan perilaku agresif tidak lepas dari apa yang mereka lihat

dalam proses pertumbuhannya misalnya mendengar orang tuanya

berkata kasar kepada orang lain bahkan pada anaknya, bertindak keras

jika marah, bahkan ada orang tua yang meminum minuman keras

sehingga remaja tersebut belum matang secara emosional dan ikut

melakukan hal yang dilakukan orang tuanya tersebut.


94

Hal ini tentu membuat remaja semakin tidak mampu

mengontrol emosinya dalam bertindak sehingga melampiaskan

semuanya ke orang lain karena tanpa pengawasan dan didikan yang

benar dari orang tuanya. Walaupun ada larangan dari orang tua tapi

bersifat penuh tekanan dan paksaan tanpa memberi tahu dampaknya

maka semuanya akan sia-sia.

Dalam penelitian ini didapatkan ada 4 remaja dengan pola asuh

permisif artinya mendidik anaknya dengan cara tidak mengawasi apa

yang baik atau buruknya mereka lakukan, pola asuh seperti ini

membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan kelonggaran

pada anak dan bebas melakukan apapun sesuka hatinya, pola asuh ini

juga jarang menerapkan hukuman sehingga remaja tidak merasa takut

maupun terancam saat melakukan kesalahan. Sedangkan ada 2 orang

remaja dengan pola asuh otoriter artinya orang tua menekan anaknya

dalam melakukan sesuatu dan harus di turuti, pola asuh seperti ini

biasanya memberikan hukuman fisik seperti memukul.

Dalam penelitian diatas juga mengatakan bahwa orang tua

memberian dukungan pada anaknya untuk melawan saat melakukan

tidakan agresif dimana dirinya merasa tidak bersalah, sehingga respon

orang tua juga dinilai kurang baik karena menganggap tindakan yang

dilakukan anaknya itu benar dan mendukung anaknya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sekar,

2021) mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas remaja

menjelaskan bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan


95

terdekat remaja sehingga keluarga juga menjadi salah satu sumber

timbulnya perilaku agresif yaitu dilihat dari pola asuh orang tuanya.

Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor dalam pembentukan

kepribadian anak.

Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Dewi et al., 2019) tentang hubungan antara pola asuh orang tua

dengan perilaku agresif remaja pada siswa SMP kelas VII

menunjukkan bahwa dari 109 remaja didapatkan pola asuh orang tua

remaja bersifat otoriter dan permisif . sehingga kedua pola asuh ini

berpeluang besar remaja dalam melakukan tindakan agresif.

Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Nasution & Sitepu, 2018) tentang Dampak Pola Asuh Terhadap

Perilaku Agresif Remaja Di Lingkungan X Kel Suka Maju Kec Medan

Johor menunjukkan bahwa perilaku agresif dilatar belakangi dari pola

asuh dan lingkungan sekitar. Anak pada dasarnya merekam segala

sesuatu berdasarkan apa yang ia liat dan dia dengar. Selain itu

kurangya kontrol orangtua yang disebabkan kesibukan masing-masing

membuat anak luput dari pengawasan orangtuanya, sehingga mereka

bebas berbuat sesukanya. Ditambah lagi besanya peran teman sebaya

yang sangat berpengaruh dalam diri remaja, akhirnya segala sesuatu

yang tidak sejalan dengan orangtua dengan mudah dibantah.

Berdasarkan asumsi peneliti didapatkan di lokasi penelitian

mengemukakan bahwa remaja yang di bebaskan atau pola asuh otoriter

berpeluang untuk melakukan apa saja keinginannya sehingga membuat


96

remaja merasa hal yang dilakukan adalah benar sedangkan pola asuh

permisif yakni pola asuh orang tua dengan cara keras dan menekan

sehingga remaja melakukan sesuatu penuh dengan tekanan dan merasa

melakukan tindakan semuanya salah. Peran orang tua sangat

berpengaruh terhadap moral anak sehingga orang tua harus

menanamkan kepribadian yang baik bagi anaknya agar kelak diusia

remaja dapat mematangkan emosinya. Jika orang tua dapat mendidik

anaknya menjadi pribadi yang bertanggung jawab maka anaknya akan

menjadi sosial yang lebih dewasa dalam mengontrol amarahnya.

Namun jika orang tua tidak mampu mendidik anaknya dengan baik

maka anaknya akan tumbuh menjadi sosok yang brutal dan tidak

bertanggung jawab.

c. Game Online terkait perilaku agresif remaja di Kecamatan Ujung

Bulu Kabupaten Bulukumba

Game online adalah salah satu permainan yang dilakukan pada

media massa, game online ada yang bersifat positif jika dilakukan

dengan cara yang baik dan benar yaitu mengasah kemampuan agar

lebih fokus, menghilangkan stress, mendapatkan teman baru dan bisa

menghasilkan pemasukan keuangan sedangkan yang bersifat negatif

yaitu hanya membuang waktu senggang, membuat remaja jadi malas,

berperilaku buruk terhadap sesama dan menghabiskan uang.

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa remaja

menghabiskan waktu 5-7 jam sehari hanya untuk bermain game saja,

hal ini dapat menjelaskan bahwa remaja tersebut kecanduan game


97

online. Pola kebiasan bermain game ini menimbulkan mental remaja

menjadi kacau karena merasa gagal dalam sebuah permainan sehingga

memicu ucapan dan perbuatan yang kasar secara spontan misalnya

mengatakan anjing, bangke’, melempar barang yang ada didekatnya,

memukul tembok bahkan memukul temannya sendiri.

Pada penelitian ini didapatkan beberapa remaja bersifat positif

dalam melakukan permainan game online yaitu bisa menjadi mandiri

karena berusaha sendiri untuk menghasilkan uang dengan cara bekerja

agar biasa beli paket internet sendiri dan kebutuhannya yang

terpenuhi. bukan hanya itu, remaja juga lebih paham berbahasa inggris

dan melatih konsetrasi sedangkan sisi negatifnya adalah remaja

menjadi lebih agresif dalam berkata hal ini dipicu oleh kebiasaan pada

saat kalah dan merasa terganggu pada saat bermain game, pola

tidurnya tidak terpenuhi karena keseringan begadang, membangkang

pada orang tuanya dan boros atau menghambur-hamburkan uang demi

membeli skin dan cip untuk keperluan game.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan

(Pitakasari et al., 2017) tentang Hubungan Paparan Game Online

Berunsur Kekerasan Terhadap Kejadian Perilaku Agresif Pada

Remaja, di mana pada masa remaja awal yang mempunyai ciri

diantaranya ingin dekat dengan teman sebaya, ingin bebas dan

mencoba hal – hal baru, hal baru yang dicoba diantaranya adalah game

online yang banyak mengandung unsur kekerasan. Jika permainan

tersebut digemari dan dinikmati secara berulang-ulang, secara tanpa


98

sadar perilaku agresif tersebut akan terekam dalam memori alam

bawah sadar remaja. Akibatnya, remaja menjadi terbiasa menyaksikan

adegan kekerasan, sehingga sikap agresif pada remaja begitu mudah

terbentuk.

Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan

(Setiawati & Gunado, 2019) tentang perilaku agresif pada siswa yang

bermain game online didapatkan hasil bahwa rata-rata siswa yang

bermain game online memiliki perilaku agresif, beberapa Siswa

terlihat bermain game online ketika jam istirahat dan sering

mengeluarkan kata-kata kasar seperti “bangsat”, “Asu”, dan kata-kata

tidak layak lainnya yang terucap. Selain itu, beberapa kali Siswa yang

kalah bermain game terlihat memukul meja yang berada di depannya

bahkan mengejek atau mencemooh teman yang berada di dekatnya.

Hal ini juga sejalan juga dengan penelitian (Isnaini et al., 2021)

tentang intestitas bermain game online berhubungan dengan perilaku

agresif verbal remaja didapatkan hasil bahwa intensitas bermain game

online dengan perilaku agresif verbal dukarenakan akibat dari bermain

game online secara berulang-ulang yang menyebabkan banyaknya

hambatan dan kekalahan ketika bermain game sehiungga cenderung

memunculkan perilaku agresif verbal seperti menumpat dan berkata

kasar saat bermain game. Intensitas bermain game online yang tinggi

juga dapat menuimbulkan adanya penularan perilaku agresif verbal

dan hasil sosialisasi antar pemain dalam game online.


99

Menurut asumsi peneliti adanya game online membuat remaja

menjadi lebih mengembangkan kreativitas jika bermain secara bijak

misalkan mengembangkan kemampuan berbahasa asing antar sesama

pemain namun dapat menjadi boomerang bagi remaja karena lebih

suka menghabiskan waktu bermain dan membuat kestabilan emosi

lebih kacau sehingga memicu terjadinya perilaku agresif dan dibawa

dalam kehidupan sehari-hari.

D. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian yang ditemui selama proses penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Dalam menemukan dan menentukan informan, peneliti mengalami

kesulitan dalam mencari remaja, adapun kendala yang di dapatkan yaitu

remaja ada yang tidak bersedia untuk menjadi informan dengan alasan

malu dan takut untuk di wawancarai meskipun sudah di jelaskan maksud

dan tujuan di lakukan wawancara, sehingga pada saat di berikan

penjelasan dengan maksud dan tujuan wawancara terus menerus,

ditakutkan remaja akan mengamuk dan memberontak sehingga

membahayakan keselamatan peneliti.

2. Mengalami kesulitan dalam proses penggambaran pengalaman informan

dalam bentuk naskah transkip karena ada beberapa hasil rekaman dan

volume cukup kecil yang memiliki beberapa gangguan dari cuaca dan

suara bising kendaraan, adapun kesalahan karena alat rekaman suara

kurang dekat dengan informan pada saat dilakukan wawancara.


100

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Teman sebaya remaja dapat berdampak positif ataupun negatif tergantung

bagaimana remaja dalam memilih dan bergaul dengan teman-temannya.

2. Pola asuh orang tua merupakan faktor utama dalam kepribadian dan

perilaku anak-anaknya. Jika orang tua mampu mengedukasi pendidikan

moral maka remaja dapat tumbuh menjadi pribadi yang memiliki tanggung

jawab yang tinggi

3. Faktor game online bisa berdampat positif dan negatif remaja dalam

berperilaku jika remaja menggunakan game secara negatif maka bisa

berdampak dalam kehidupan sehari- hari remaja misalnya dalam

berkomunikasi antar sesama.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang di kemukakan di atas maka beberapa saran

yang dapat bermanfaat untuk mengurangi perilaku agresif remaja di

kecamatan ujung bulu kabupaten bulukumba adalah sebagai berikut :

1. Remaja zaman sekarang harus berhati-hati dalam pergaulan dan memilih

teman agar tidak menjerumuskan ke hal yang negatif dan merugikan diri

sendiri

2. Diharapkan kontrol sistem dari orang tua agar anaknya bisa memilih

lingkungan yang baik dan menanamkan dalam diri sikap moral dan

tanggung jawab yang tinggi.


101

3. Diharapkan agar ada edukasi dari keluarga/wali agar lebih bijak dalam

menggunakan elektronik khususnya bermain game online yang tidak

bermanfaat.
102

DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y., & Nur Rachmawati, I. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif


Dalam Riset Keperawatan. PT RajaGrafindo Persada.
Aggraini Purnamasari, D. (2017). Dinamika Perilaku Agresif Anak Yang Bermain
Game Online Pada Anaka Kelompok B4 Di TK ABA Wonocatur Bangntapan
Bantul. Universitas Negeri Yogyakarta.
Aidah, S. N. (2020). Tips Menjadi Orang Tua Inspirasi Masa Kini. KBM
Indonesia.
Ali, M., & Asrori, M. (2018). Psikologi Remaja. PT Bumi Aksara.
Anjaswami, T., Nursalam, Widati, S., & Yusuf, A. (2019). Deteksi Dini Potensi
Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency) dan Solusi. Zifatama Jawara.
Arif, M., Situmorang, N. Z., & Tentama, F. (2019). Bentuk-bentuk perilaku
agresif pada remaja. Prosiding Seminar Nasional Magister Psikologi
Universitas Ahmad Dahlan, 1992, 299–304.
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ippi/article/view/2197
Dewi, D. K., Tiurma, & Romlah. (2019). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua
Dengan Perilaku Agresif Remaja Pada Siswa SMP Kelas VII. Ilmiah Multi
Science Kesehatan, 10.
Febriana, P., & Situmorang, N. Z. (2019). Mengapa remaja agresi? Jurnal
Psikologi Terapan Dan Pendidikan, 1(1), 16.
https://doi.org/10.26555/jptp.v1i1.15128
Hermadin. (2018). Perilaku Seksual Remaja (Studi Pada Remaja Di Kecamatan
Biring Bulu) Kabupaten Gowa. Universitas Muslim Indonesia.
Isnaini, I., Malfasari, E., Yeni, D., & Herniyanti, R. (2021). Intensitas Bermain
Game Online Berhubungan Dengan Perilaku Agresif Verbal Remaja.
Keperawatan Jiwa, 9 no 1, 235–242.
Kardina. (2020). Peran Orang Tua Dalam Meminimalisisr Kecanduan Game
Online Pada Anaka Usia Sekolah Di Kota Palopo. Institut Agama Islam
Negri IAIN Palopo.
Kustiawan, A. A., & Utomo, A. W. B. (2019). Jangan Suka Game Online
Pengaruh Game Online Dan Tindakan Pencegahan (1st ed.). CV. AE Media
Grafika.
Ma’ruf, H. (2015). Perilaku Agresi Relasi Siswa di Sekolah (1st ed.). Aswaja
Pressindo.
Nasution, M., & Sitepu, J. M. (2018). Dampak Pola Asuh Terhadap Perilaku
Agresif Remaja Di Lingkungan X Kel Suka Maju Kec Medan Johor. Agama
Dan Pendidikan Islam, 117–140.
103

Pebrianti, Y. (2021). Dampak Bermain Game Online Terhadap Kepribadian


Sosial Anak SDN 1 Bahaur Kabupaten Seruyan. Institut Agama Islam Negri
Palangkaraya.
Pieter, H. Z., & Lubis, N. L. (2017). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan
(Pertama). Kencana.
Pitakasari, A. A., Kandar, & Pambudi, A. (2017). Hubungan Paparan Game
Online Berunsur Kekerasan Terhadap Kejadian Perilaku Agresif Pada
Remaja. Keperawatan, 5 No 2, 96–102.
Prabowo, E. (2014). Buku Ajar Perawatan Jiwa (1st ed.). Nuha Medika.
Puspitasari, R. D. (2017). Hubungan Peran Kelompok Teman Sebaya dengan
Sikap Agresif pada Remaja Kelas Xi di SMAN 1 Ngaglik Sleman
Yogyakarta. Keperawatan, 151, 10–17.
Rahman, A. A. (2015). Psikologi Sosial (1st ed.). PT RajaGrafindo Persada.
Rahmawati, A., & Asyanti, S. (2017). Fenomena Perilaku Agresif Pada Remaja
dan Penanganan Secara Psikologis. Keperawatan Jiwa, 1–10.
Saryono, & Anggraeni, M. D. (2017). Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan (2nd ed.). Nusa Medika.
Sekar, P. R. (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Agresivitas Remaja.
Psyche 165 Journal, 14(1), 27–31. https://doi.org/10.35134/jpsy165.v14i1.25
Setiawati, O. R., & Gunado, A. (2019). Perilaku Agresif Pada Siswa Smp Yang
Bermain Game Online. Jurnal Psikologi Malahayati, 1(1), 30–34.
https://doi.org/10.33024/jpm.v1i1.1413
Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian (Ayup (ed.); 1st ed.).
Literasi Media Publishing.
Subagia, I. N. (2021). Pola Asuh Orang Tua (V. Priya (ed.); 1st ed.). Nila Cakra.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Alfabeta.
Suprihatin, L. R., & Prasetyo Budi, M. E. (2021). Pola asuh orang tua dari remaja
dengan perilaku agresif di Desa Geger, Kabupaten Madiun. ROSYADA:
Islamic Guidance and Counseling, 2(1), 1–18.
https://doi.org/10.21154/rosyada.v2i1.2821
Tridhonanto, A. (2014). Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. PT Elex Media
Komputindo.
Trisnani, R. P., & Wardani, S. Y. (2018). Stop Kecanduan Game Online (S. Y.
Wardani (ed.); 1st ed.). Unipma Press.
whitehead D, whitehead, L. (2013). sampling data and data collection in
qualitative research.
104

Wismasari, D. (2017). Agresif Verbal. Universitas Negeri Yogyakarta.


Wulandari, S. (2019). Perilaku Remaja (Yulianawati (ed.)). Mutiara Aksara.
Yanizon, A., & Sesriani, V. (2019). Penyebab Munculnya Perilaku Agresif Pada
Remaja. KOPASTA: Jurnal Program Studi Bimbingan Konseling, 6(1), 23–
36. https://doi.org/10.33373/kop.v6i1.1915
Yunalia, E. M., & Etika, A. N. (2020). Remaja dan Konformitas Teman Sebaya
(N. Hidayati (ed.)). Ahlimedia Press.
105

Lampiran. 1

PERMINTAAN MENJADI INFORMAN

Kepada Yth,

Di,

Tempat

Dengan Hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Miftha Hidayat Aksad

Nim : A.18.10.040

Adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Stikes Panrita Husada


Bulukumba, akan melakukan penelitian dengan judul “STUDI
FENOMENOLOGI PERILAKU AGRESIF REMAJA DI KECAMATAN
UJUNG BULU KABUPATEN BULUKUMBA”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi


saudara/saudari sebagai informan, merahasiakan informan yang diberikan akan
dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila
saudara/saudari menyetujui, maka saya mohon kesediaan untuk menandatangani
lembar persetujuan dan menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang saya
ajukan.

Demikian kesediaan dan kerjasama saudara sebagai informan, saya


ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(Miftha Hidayat Aksad)


106

Lampiran. 2

PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN PENELITIAN

(Concent)

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan


penelitian dan memahami informasi yang disampaikan peneliti, serta mengetahui
tujuan dan manfaat penelitian, maka dengan ini saya secara sukarela bersedia
menjadi informan dalam penelitian. Demikian persetujuan ini saya buat dengan
sebenar-benarnya dan penuh kesadaran tanpa paksaan dari pihak siapapun.

Bulukumba,

Yang menyetujui,

( )
107

Lampiran. 3 Surat Izin Pengambilan Data Awal


108
109
110

Lampiran. 4 Surat permohonan izin penelitian


111

Lampiran. 5 Surat Izin Penelitian


112

Lampiran. 6 Surat Rekomendasi


113

Lampiran. 7 Surat Izin Penelitian (DPMPTSP)


114

Lampiran. 8 Surat Izin Penelitian Kantor Camat Ujung Bulu


115

Lampiran. 9 Surat Izin Telah Melakukan Penelitian Kantor Camat Ujung


Bulu
116

Lampiran. 10

PEDOMAN WAWANCARA

Nama/Inisial :

Umur :

Pekerjaan :

Pendidikan Terakhir :

Jenis Kelamin :

INFORMAN BIASA
Teman Sebaya
1. Apakah anda sekolah? Sekolah di mana?
2. Pada saat bersekolah atau berada di lingkungan sekitar apa saja yang anda
lakukan? apakah anda pernah berperilaku agresif pada teman atau sahabat
anda? coba anda jelaskan bagaimana bisa terjadi? Dan penyebabnya apa?
3. Bagaimana perasaan anda telah melakukan perilaku agresif pada orang lain?
4. Pernahka anda di remehkan atau meremehkan teman anda? (sarkas misalnya,
mukamu jelek, dasar bodoh, kamu gemuk, kamu kurus) apa yang anda
lakukan saat itu?(marah, ingin membalas, memukul atau mendiami saja) dan
apa respon teman anda saat anda meremehkannya?
5. Apakah anda mempunyai sahabat, anggota gang atau organisasi di sekolah
atau di luar sekolah? Berapa jumlahnya, Lebih banyak perempuan atau laki-
laki? Apakah ada salah satu dari mereka yang sering melakukan tindakan
agresif? Apakah anda mengikutinya dalam melakukan tindakan agresif?
6. Pada saat anda berkumpul dengan teman anda atau sahabat anda apa saja yang
anda lakukan?
7. Apa tujuan yang ingin anda dapatkan bersama dengan sahabat atau gang anda
anda? (untuk mendapatkan pengalaman baru, mendapatkan uang, Dll)
8. Bagaimana reaksi anda kalau ada orang yang menyakiti teman anda?
9. Apa tanggapan anda saat melihat teman anda berperilaku agresif pada orang
lain? (mendiaminya, mendukung atau ikut melakukan perilaku itu juga)
117

10. Seringkah anda meniru hal yang di lakukan oleh teman anda? (berkata kasar
atau kotor), kenapa bisa anda terpengaruh untuk melakukan hal tersebut?
11. Apakah anda sering minum minuman keras, dan apa tujuan anda?
12. Pada saat marah atau emosi bisakah anda mengontrolnya? Bagaimana cara
anda mengontrolnya?
13. apakah anda pernah berperilaku agresif bersama dengan teman anda?
14. Semua perilaku agresif yang anda lakukan menurut anda sangat di pengaruhi
oleh siapa?
Pola asuh
1. Seperti apa pola asuh yang di terapkan oleh orang tua anda?
2. Jika melakukan kesalahan, apa yang orang tua lakukan pada anda?
(menghukum, menasehati, atau tidak peduli) dan bagaimana reaksi anda?
(Apakah gugup, takut atau biasa saja)
3. Apakah anda merasa tertekan? Mengapa demikian? Apakah anda biasanya
melampiaskannya ke orang lain?
4. Apakah anda orang yang percaya diri, dan mampu mengambil keputusan
sendiri? Apakah anda tidak takut?
5. Apakah anda suka memberontak kepada orang tua? (tidak dituruti kemauan)
Coba di ceritakan kenapa anda bisa seperti itu?
6. Apa saja yang tidak diperbolehkan oleh orang tua?
7. Apakah orang tua mengetahui anda pernah berperilaku agresif?
8. Bagaimana kebiasaan orang tua anda dirumah? (Apakah sering marah,
memukul, membanting, atau berkata kasar)
9. Pernahka anda di beda-bedakan oleh orang tua anda? (Contoh anak tetangga
penyabar kamu pemarah)
10. Pujian apa saja pernah yang anda dapatkan pada orang tua, coba diceritakan?
Seperti memenangkan lomba, juara kelas, atau melakukan sesuatu yang keren?
Bagaimana tanggapan anda saat diberikan pujian?
118

Game online
1. Sejak kapan anda bermain game online? Berapa lama dan bermain bersama
teman atau sendiri?
2. Apakah teman anda semuanya bermain game online? Apa saja yang mereka
mainkan? Apakah anda sering main bareng?
3. Pada saat bermain game online apakah anda sering berkata kasar atau kotor?
pada saat kapan anda berkata kasar? (kalah bermain, jaringan kurang baik)
4. Saat anda kalah bermain game perilaku apa saja yang anda lakukan? (berkata
kasar, melempar barang, memukul sodara atau teman)
5. Bagaimana respon anda ketika ada anggota keluarga anda yang menggaggu
saat anda bermain game online?
6. Bagaimana pola istirahat dan pola makan anda? (sering begadang atau malas
makan)
7. Apakah anda sering boros uang untuk game? Top up atau beli cip
8. Saat orang tua tidak memberikan uang untuk membeli kuota apa biasanya
tindakan yang anda lakukan?
9. Apa tujuan dan apa yang anda rasakan selama bermain game online?
10. Bagaimana respon anda saat orang tua memanggil anda? (menurut, tidak
peduli atau pura-pura tidak dengar)
11. Seringkah anda merasa bosan saat di rumah? Apa saja yang anda lakukan
untuk menghilangkan rasa bosan itu?
12. Bagaimana tindakan anda pada saat orang tua melarang anda bermain game
online?
119

PEDOMAN WAWANCARA

Nama/Inisial :

Umur :

Pekerjaan :

Pendidikan Terakhir :

Jenis Kelamin :

INFORMAN KUNCI
Teman Sebaya
1. Bagaimana keseharian anak remaja di ujung bulu?
2. Kasus apa saja yang pernah dilakukan oleh remaja di kecamatan ujung bulu?
3. Bagaimana tanggapanta setelah melihat remaja berperilaku agresif sampai-
sampai melakukan tindakan criminal?
4. Adakah memang bertindak criminal di sini? Membegal
5. Apa saja pemicu terjadinya perilaku agresif diwilayah ujung bulu (apakah
pergaulan atau di kompor-kompori oleh temannya)
6. Bagaimana respon remaja pada saat ada temannya dipukuli?
7. Adakah perkumpulan atau geng-geng remaja di ujung bulu?
8. Yang melakukan perilaku tersebut anak sekolahan atau remaja yang sudah
tidak sekolah?
9. Rata-rata remaja melakukan tindakan agresif umur berapa?
Pola asuh
1. Bagaimana didikan orang tua pada remaja di kecamatan ujung bulu?
2. Apakah orang tua remaja sering berperilaku agresif? (apakah dibiarkan,
dibebaskan, atau anaknya memang tidak mau di atur)
3. Apakah remaja sering atau pernah berkata kasar atau kotop pada orang
tuanya ?
4. Bagaimana tanggapan orang tuanya saat mengetahui anaknya berperilaku
agresif? Apakah orangtua remaja mengawasi anaknya? (pengawasan
bagaimana)
5. Apakah orangtua remaja mengawasi anaknya? (pengawasan bagaimana)
120

6. Bagaimana respon/tanggapan melihat remaja yang berperilaku agresif?


Apakah di tegur atau dibiarkan?

Game Online
1. Apakah remaja di wilayah ujung bulu bermain game online?
2. Bagaimana tanggapanta terhadap remaja yang sering bermain game online?
3. Apa saja perilaku dan tindakan remaja pada saat bermain game online?
4. Bagaimana menurut anda bahaya dari game online?
5. Bagaimana tanggapan/reaksi pada saat melihat remaja berkata kasar atau
memukul temannya pada saat bermain game online?
6. Berapa jam sehari anak anda bermain game?
7. Bagaimana cara anda mengontrol anak saat sedang bermain game?
121

PEDOMAN WAWANCARA

Nama/Inisial :

Umur :

Pekerjaan :

Pendidikan Terakhir :

Jenis Kelamin :

INFORMAN PENDUKUNG
Teman sebaya
1. Sudah berapa lama anda berteman dengan informan?
2. Apa saja yang anda lakukan saat bersama informan?
3. Apakah informan punya anggota geng atau kelompok sahabat? Biasanya apa
saja yang mereka lakukan? Berapa jumlahnya? Temannya kebanyakan
perempuan atau laki-laki
4. Apakah tujuan anda salama ini bersama dengan informan? (untuk sama-sama
mendapatkan uang, untuk mendapatkan pengalaman, mencoba melakukan hal-
hal yang baru)
5. Bagaimana sikap dan sifat informan saat bersama anda, apakah sering
berperilaku agresif?
6. Bagaimana sifat dan sikap informan kepada orang lain? Apakah pernah
berperilaku agresif?
7. Bagaimana tanggapan orang lain terhadap sifat dan sikap informan? (Biasa
saja, jengkel)
8. Apakah ada penyesalan informan setelah melakukan perilaku agresif?

Pola Asuh
1. Bagaimana didikan orang tua informan?
2. Apakah informan pernah di hukum oleh orang tuannya saat melakukan
kesalahan? Hukuman seperti apa yang diberikan?
3. Bagaimana respon orang tua saat informan berperilaku agresif? (marah,
menasehati atau tidak begitu peduli)
122

4. Apakah informan bebas dalam melakukan sesuatu tanpa adanya pengawasan


dari orang tuannya?
5. Apakah informan sering marah atau memberontak pada orang tuannya?
6. Bagaimana sikap dan perilaku teman anda ke orang tuanya?
Game online
1. Apakah teman anda bermain game online?
2. Saat bermain game online perilaku apa saja yang di lakukan informan?
3. Apakah ada perubahan sifat ataupun sikap terhadap informan selama bermain
game online? Perubahan seperti apa yang muncul?
4. Saat kalah dalam bermain game online berperilaku agresif apa saja yang di
lakukan informan baik pada anda atau teman lainnya?(kata kasar, banting
barang, memukul, membentak atau berkata kasar atau kotor, baik itu dirumah,
sekolah, atau lingkungan sekitar), bisa diceritakan?
5. Bagaimana sikap informan saat anda mengganggunya bermain game online?
6. Apa saja hal baik yang anda lihat pada informan saat bermain game online?
7. Apakah informan sering top up untuk gamenya?
Sumber : (Aggraini Purnamasari, 2017), (Wismasari, 2017), (Pebrianti, 2021),
(Kardina, 2020),
123

Lampiran 11. Planning Of Action


POA (Planning Of Action)
Tahun 2021-2022

Bulan
Uraian Kegiatan Ju
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jul Agt Sep
n
Penetapan
Pembimbing
Pengajuan Judul
Screening Judul dan
ACC Judul dari
Pembimbing
Penyusunan dan
Bimbingan Proposal
ACC Proposal
Pendaftaran Ujian
Proposal
Ujian Proposal
Perbaikan
Penelitian
Penyusunan Skripsi
Pembimbingan Skripsi
ACC Skripsi
Pengajuan Jadwal
Ujian
Ujian Skripsi
Perbaikan Skripsi

Keterangan :

: Pelaksanaan proposal
: Proses Penelitian
: Pelaksanaan Skripsi
Struktur organisasi:
Pembimbing Utama : Hermadin, S.Kep, Ns, M.Kes
Pembimbing Pendamping : Nurlina, S.Kep, Ns, M.Kep
Peneliti : Miftha Hidayat Aksad
124

Lampiran. 12

DOKUMENTASI

Informan Biasa
125
126
127

Informan Pendukung (Teman Dekat Remaja)

Informan Kunci (Tokoh Masyarakat)


128

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Miftha Hidayat Aksad

Nim : A.18.10.040
129

Tempat/ tanggal lahir : Bulukumba, 05 September 1999

Alamat : Bonto Ma’lengo, Kel. Jalanjang, Kec.


Gantarang, Kab. Bulukumba

Institusi : Stikes Panrita Husada Bulukumba

Angkatan : Angkatan 10 (2018/2022)

Biografi : 2006 – 2011 : SDN 41 Matekko

2011 – 2014 : SMPN 4 Bulukumba

2014 – 2017 : SMAN 7 Bulukumba

Pengalaman Organisasi :

2019 - 2020 : Anggota Senat Stikes Panrita Husada Bulukumba

Anda mungkin juga menyukai