Anda di halaman 1dari 90

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERKAITTINGKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJADALAMMANAJEMEN


PENGENDALIAN RISIKOINFEKSI DI RUANG IGD
RSUD.H, ANDISULTHAN DAENGRADJA
KABUPATENBULUKUMBA
TAHUN 2021

SKRIPSI

Oleh:
NURFADILLAH
NIM.A.17.09.029

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2021
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERKAITTINGKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAMMANAJEMEN
PENGENDALIAN RISIKO INFEKSIDI RUANG IGD
RSUD.H, ANDISULTHAN DAENGRADJA
KABUPATEN BULUKUMBA
TAHUN 2021

SKRIPSI

Sebagai Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Panrita Husada Bulukumba

Oleh:
NURFADILLAH
NIM. A. 17.09.029

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERKAIT TINGKAT


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAMMANAJEMEN
PENGENDALIAN RISIKO INFEKSIDI RUANG IGD
RSUD.H, ANDISULTHAN DAENGRADJA
KABUPATEN BULUKUMBA
TAHUN 2021

SKRIPSI

Disusun Oleh:

NURFADILLAH

NIM. A.17.09.029

Skripsi Ini Telah Disetujui


Pada 2021

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr.A.Suswani M, S.Kep, Ns, M.Kes Adam, S.Pd,M.Kes


N IP: 197701022007012017 NIP: 196710051998031016

Penguji I Penguji II

Aszrul AB, S.Kep, M.Kep Harianti Haris, S.Kep, Ns, M.Kep


NIP: 197811012003121007 N IND: 0923067903

ii
LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERKAITTINGKAT


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAMMANAJEMEN
PENGENDALIAN RISIKO INFEKSIDI RUANG IGD
RSUD.H, ANDISULTHAN DAENGRADJA
KABUPATEN BULUKUMBA
TAHUN 2021

Disusun Oleh :

NURFADILLAH
NIM. A.17.09.029

Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji


Pada September
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
MENYETUJUI

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr.A. Suswani M, S.Kep, Ns, Kes A. Nurlaela Amin, S.Kep, Ns, M.Kes

Mengetahui Menyetuju
Ketua Stikes Panrita Husada Ketua Program Studi
Bulukumba, Keperawatan,

Dr. Muriyati, S.Kep, M.Kes Haerani, S.Kep, Ns, M.Kep

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nurfadillah

Nim : A.17.09.029

Program studi : S1 keperawatan

Judul skripsi : Gambaran Pengetahuan dan sikap perawat Terkait Tingkat

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam Manajemen

Pengendalian Risiko Infeksi Di Ruang IGD RSUD H, A.

Sulthan Deng Radja Kabupaten Bulukumba Tahun 2021.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas Akhir ini saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah

hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Bulukumba , 03September 2021

Yang Membuat Pernyataan,

Materai 6000

Nurfadillah
Nim : A.17.09.029

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan Kehadiat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan hidayah_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan judul “Gambaran terkait tingkat tingkat keselamatan dan kesehatan kerja

perawat dalam manajemen pengendalian risiko infeksi di ruang IGD RSUD.

H,Andi Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba”. Salawat dan salam tetap

kita panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri teladan bagi

umat manusia untuk keselamatan dunia dan akhirat. Skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada program

studi Ilmu Keperawatan Stikes Panrita Husada Bulukumba.

Bersama dengan ini, izinkan saya memberikan ucapan terima kasih yang

sebanyak-banyaknya penulis ucapkan kepada :

1. Bapak H. Muh. Idris Aman S.Sos, selaku Ketua Yayasan STIKES Panrita

Husada Bulukumba yang telah menyiapkan sarana dan prasarana sehingga

proses belajar dan mengajar berjalan dengan lancar.

2. Ibu Dr. Muriyanti, S.Kep, M.Kep, selaku ketua STIKES Panrita Husada

Bulukumba yang memberikan motivasi sebagai bentuk kepedulian sebagai

orang tua yang membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dr. A.Suswani Makmur, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku pembimbing 1

yang telah bersedia memberikan bimbingan serta mengarahkan penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Adam, S Pd,M Kes, selaku pembimbing pendamping yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis melalui luapan waktu

dan kesabaran selama proses penyusunan skripsi ini.

v
5. Bapak Aszrul AB, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Penguji I yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan saran atau

masukan demi perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Hariyanti Haris, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Penguji II yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan saran atau

masukan demi perbaikan skripsi ini.

7. Bapak/ibu dosen dan seluruh Pengelolah Stikes Panrita Husada

Bulukumba atas bekal keterampilan dan pengetahuan yang telah diberikan

kepada penulis selama proses perkuliahan.

8. Khusus kepada keluarga yang telah memberikan Doa, bimbingan,

dorongan, dukungan moral serta kepada penulis dalam menuntut ilmu

sampai menyelesaikan tugas akhir.

9. Teman-teman mahasiswa STIKES Panrita Husada Bulukumba yang telah

memberikan dukungan serta semangat kebersamaan dalam menuntut ilmu

hingga sama-sama pula menyelesaikan tugas akhir ini, serta adik-adik

mahasiswa STIKES Panrita Husada Bulukumba, yang tentunya turut

memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, Mohon Maaf

atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah penulis

pebuat. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-

langkah kita menunjukan kebaikan dan selalu menganugerahkan kasi

sayang-Nya untuk kita semua. Amiin.

vi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, dan

masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritikan dan saran

sangat diperlukan oleh penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis

juga berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat kepada pembaca, serta

kepada semua pihak khususnya bagi dunia pendidikan keperawatan di

Indonesia.

Bulukumba, Februari 2021

Penulis

vii
ABSTRAK

Gambaran terkait tingkat keselamatan kerja perawat dalam manajemen pengendalian


risiko infeksi di ruang IGD RSUD H.Andi Sultan Deng Radja Bulukumba 2021.
Nurfadillah¹, Dr. Andi Suswani Makmur², Adam³.
Latar Belakang: Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat
pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan
penyakit serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit kerja.Berdasarkan data
yang diperoleh oleh peneliti di RSUD H.Andi Sultan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba di ruang
IGD perawat yang terinfeksi pada tahun 2020 sebanyak 5 orang petugas perawat pelaksana.
Dengan demikian perawat yang terinfeksi tidak menggunakan APD lengkap sehingga merasa
biasa saja pada saat berkontaminasi dengan pasien perawat bisa saja terkena jarum suntikan
pasien.Dep Kes RI, 2016 menyatakan bahwa keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem
yang diterapkan untuk mencegah terjadinya cedera akibat perawatan medis dan kesalahan
pengobatan melalui suatu sistem asesment resiko, identifikasi dan pengelolaan faktor risiko,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari incident serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Tujuan: Untuk mengetahui tingkat keselamatan dan kesehatan kerja perawat dalam manajemen
pengendalian risiko infeksi di ruang IGD RSUD H.Andi Sultan Deng Radja Bulukumba.
Metode: Cara pengambilan sampel yang digunakan yaitu Non-probability sampling dengan teknik
sampling. Total sampling adalah semua subyek yang ada dimasukan dalam penelitian sampai
jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi
Hasil: Analisa keselamatan dan kesehatan kerja perawat menggunakan uji chi square. Penelitian
ini hanya ingin mengetahui gambaran pengetauan dan sikap perawat terkait tingkat keselamatan
dan kesehatan kerja dalam pengendalan risiko infeksi ini menunjukan bahwa pengetahuan
lebihmenunjkkan 19 orang responden (57,6) dibandingkan pengetahuan cukup berjumlah 14 orang
responden dan sikap yang dikategorikan baik berjumlah 20 orang responden (60,6%),
dibandingkan pengetahuan cukup berjumlah 13 rang respoden (39,4%).
Kesimpulan dan Saran: pengetahuan lebih menunjukkan 19 orang responden (57,6)
dibandingkan pengetahuan cukup berjumlah 14 orang responden dan tidak ada responden yang
memiliki pengetahuan yang kurang.Sikap yang dikategorikan baik berjumlah 20 orang responden
(60,6%), dibandingkan pengetahuan cukup berjumlah 13 orang responden (39,4 %). Walaupun
dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat responden yang memiliki siap baik terhadap K3
namun masih ada responden yang beresiko terhadap infeksi.Hal ini dikarenakan masih ada
responden yang tidak melakukan tindakan keselamatan kerja dengan baik.
Adapun saran yang diajukan oleh peneliti adalah:
Pihak manajemen hendaknya harus lebih meningkatkan pengawasan dalam melaksanakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja perawat (K3).
Bagi Perawat, pentingnya untuk meningkatkan perilaku guna menghindari terjadinya risiko.
Petugas perawatyang bertugas di ruangan IGD diharapkan dapat saling mengingatkan rekan
kerjanya apabila tidak menggunakan SOP saat bekerja. Hal ini baik dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi saat bekerja.
Diharapkan petugas perawat yang memiliki pendidikan DIPLOMA/D3 Untuk
melanjutkan pendidikanya agar, tingkat pengetahuanya bisa lebih luas lagi.
Kata Kunci: Keselamatan, Kesehatan Kerja,Pengendalian Infeksi

viii
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................iv

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

ABSTRAK............................................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL...................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiii

BABI PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan masalah.........................................................................................6

C. Tujuan peneliti.............................................................................................7

D. Manfaat Penelitian.......................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9

A. Tinjauan Teori Tentang Keselamatan dan KesehatanKerja........................9

B. Manajemen pengendalian risiko infeksi.....................................................20

C. Penyakit infeksi..........................................................................................21

D. Kerangka Teori...........................................................................................31

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN...............32

A. Kerangka Konsep.......................................................................................32

B. Definisi konseptual.....................................................................................32

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif................................................33

ix
BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................34

A. Desain penelitian........................................................................................34

B. Waktu dan lokasi penelitian.......................................................................34

C. Populasi sampel dan sampling...................................................................34

D. Instrumen penelitian...................................................................................35

E. Alur penelitian............................................................................................37

F. Tehnik pengumpulan data..........................................................................38

G. Tehnik pengolahan dan analisa data...........................................................38

H. Etika penelitian...........................................................................................40

I. Jadwal penelitian........................................................................................42

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN................................................................43

A. Hasil Penelitian..........................................................................................43

B. Pembahasan................................................................................................44

BAB VIPENUTUP...............................................................................................53

A. Kesimpulan................................................................................................53

B. Saran...........................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Jadwal penelitian...................................................................................42

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia, Jenis

Kelamin Dan tingkat pendidikan di ruang IGD RSUD,H. Andi Sultan Daeng

Radja Kabuaten Bulukumba Tahun 2021.............................................................43

Tabel 5. 2 Distrbusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Keselamatan

Dan Kesehatan Kerja Perawat Dalam Mengendalikan Risiko Infeksi Di Ruang

IGD RSUD, H.Andi Sultan Dang Radja Kabupaten Bulukumba Tahun 2021......44

Tabel 5. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Perawat Dalam Mengendalikan Risiko Infeksi Di Ruang IGD

RSUD, H.Andi Sultan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba Tahun 2021............44

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Krerangka Teori.................................................................................31

Gambar 3.2 Kerangka Konsep...............................................................................32

Gambar 4.4 Alur Penelitian...................................................................................37

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 kosiener penelitian..............................................................................45

Lampiran 2 surat pen gambilan data awal.............................................................48

Lampiran 3 surat izin selinca................................................................................49

Lampiran 4 surat izin kan tor kesatuan b an gsa dan politik................................50

Lampiran 5 surat izin penanaman modal...............................................................51

Lampiran 6 surat izin meneliti...............................................................................52

Lampiran7 szurat kode etik....................................................................................53

Lampiran 8 Lampiran 8 Telah Melakukan Peelitian............................................54

Lampiran 9 pendokumentasian..............................................................................55

xiii
BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu isu penting

di dunia kerja saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu

program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah

timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit serta tindakan antisipatif

apabila terjadi kecelakaan dan penyakit kerja. Penelitian ini di buat Untuk

mengetahui upaya yang dapat dilakukan seorang perawat sebagai proteksi

atau pelindung diri saat sedang bekerja(Sari, 2019).

International Labour Organization (ILO, 2018) menyatakan bahwa,

2,78 juta pekerja di seluruh dunia meninggal setiap tahun karena

kecelakaan pada saat bekerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar 86,3%

yang mengakibatkan kematian bagi pekerja yaitu penyakit akibat kerja.

Sementara lebih dari 13,7% terjadi karena kecelakaan kerja fatal (Rumah

et al., 2019).

Dep Kes RI, 2016 menyatakan bahwa keselamatan pasien rumah

sakit adalah suatu sistem yang diterapkan untuk mencegah terjadinya

cedera akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan melalui suatu

sistem asesment resiko, identifikasi dan pengelolaan faktor risiko,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari

incident serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

(Minannisa, 2020).

1
2

Kecelakaan di tempat kerja memiliki dampak bagi individu

maupun bagi institusi. Dampaknya bagi individu dapat berupa cedera

ringan maupun berat, cacat , kematian. Dampak bagi institusi meliputi

kerugian jiwa (cidera, cacat, kematian), kehilangan sumber daya berharga,

biaya perawatan kesehatan, kerugian aset seperti uang, properti, gedung,

peralatan, material, produk, serta mengurangi laba institusi karena

menutup kerugian dari insiden(Sabrina, n.d.).

Perawat ialah petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan

memegang peranan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. WHO

(2013) mencatat, dari 39,47 juta petugas kesehatan di seluruh dunia,

66,7%-nya ialah perawat. Di Indonesia, perawat juga adalah bagian

terbesar dari tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit yaitu sekitar

47,08% dan paling banyak berinteraksi dengan pasien (Depkes RI, 2014).

Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling besar jumlahnya

dan paling lama kontak dengan pasien, sehingga sangat berisiko dengan

pekerjaannya, namun banyak perawat tidak menyadari adanya risiko yang

mengancam dirinya, melupakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Perawat ialah petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan memegang

peranan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. WHO (2013)

mencatat, dari 39,47 juta petugas kesehatan di seluruh dunia, 66,7%-nya

ialah perawat. Di Indonesia, perawat juga adalah bagian terbesar dari

tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit yaitu sekitar 47,08% dan

paling banyak berinteraksi dengan pasien (Depkes RI, 2014).


3

Jika terjadi kesalahan dalam asuhan keperawatan, maka akan

menimbulakan dampak yang besar baik kepada klien / pasien maupun

kepada perawat sendiri. Nah, maka perlu melaksanakan dan menerapkan

konsep K3 baik dalam asuhan keperawatan maupun pekerjaan lainnya.

Dengan melaksanakan dan menerapkan konsep K3, tepatnya kesehatan

dan keselamatan kerja dalam asuham keperawatan, maka akan tercipta

lingkungan kerja yang aman dan efektif. Maka diperlukan penerapan K3

dalam asuhan keperawatan (Widayana & Wiratmaja, 2014).

Infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated

Infection (HAIs) merupakan salah satu masalah global termasuk di

Indonesia. World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa

prevalensi kejadian HAIs pada pasien sebesar 7% di negara maju dan 10%

di negara berkembang terjadi setiap tahunnya (WHO, 2016). Kuman

penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit,

seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis

maupun non medis(Nisa, 2019).

Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti di RSUD H.Andi

Sultan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba di ruang IGD perawat yang

terinfeksi pada tahun 2020 sebanyak 5 orang petugas perawat pelaksana.

Dengan demikian perawat yang terinfeksi tidak menggunakan APD

lengkap sehingga merasa biasa saja pada saat berkontaminasi dengan

pasien perawat bisa saja terkena jarum suntikan pasien.


4

Kemungkinan petugas rumah sakit pada gangguan kesehatan serta

kecelakaan kerja biasanya dikarenakan oleh perilaku petugas dalam

kepatuhan melakukan tiap-tiap mekanisme pada kewaspadaan. Tenaga

kerja (tenaga medis serta non medis) yang berefek pada penyakit karena

kerja di dalam rumah sakit diantaranya Perawat yang setiap hari kontak

dengan pasien dalam tempo yang lumayan lama 6 sampai 8 jam /hari,

hingga tetap terpajan pada mikroorganisme pathogen bisa membawa

infeksi dari satu pasien ke pasien yang lainnya.

Hasil riset menunjukkan jika tenaga kerja perawat banyak

diketemukan cedera sprain serta strain, nyeri pinggang, adalah keluhan

paling banyak yang diketemukan pekerja perawat di dalam rumah sakit.

Perilaku tidak aman perawat saat bekerja tanpa menggunakan alat

pelindung diri sesuai standar dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan

menimbulkan penyakit akibat kerja. Cedera akibat tusukan jarum pada

perawat merupakan masalah yang signifikan dalam institusi pelayanan

kesehatan dewasa ini. Ketika perawat tanpa sengaja menusuk dirinya

sendiri dengan jarum suntik yang sebelumnya masuk ke dalam jaringan

tubuh pasien, perawat beresiko terjangkit sekurang-kurangnya 20 patogen

potensial.

Dalam hal ini, di perlukan perlindungan diri dari tenaga kesehatan

sendiri, seperti perawat yang bertemu dan bertatap muka dengan pasien 24

jam setiap harinya. Salah satu upaya pencegahan penyakit akibat kerja

yang dapat di lakukan oleh perawat adalah menggunakan APD (Juliana &

Berutu, 2012).
5

Rumah Sakit Sultan Daeng RadjaKabupaten Bulukumba

merupakan milik daerah, yangditunjang oleh tenaga medis dan non medis.

Adapun jumlah tenaga perawat yang ada di RSUD H. Andi sultan daeng

radja kabupaten bulukumba yaitu sebanyak 366 orang. Dengan jenis

tenaga yang terdiri tenaga ASN, tenaga kontrakdan tenaga sukarela, tenaga

perawat tersebut bertugas di beberapa ruang perawatan yang terdri dari

ruang perawatan inap, ruang IGD, ruang poli klinik, ruang isolasi, ruang

pemulasan jenazah, ruang ICU, ruang NICU, ruang OK, dan ruang

lainnya.

Data yang diperoleh dari ruang perawatan IGD dengan jumlah

sebanyak 33 perawat pelaksana. Berdasarkan tingkat pendidikan terdiri

dari Profesi Ners sebanyak 27 orang,dan lulusan AMK sebanyak 6 orang,

jenis kelamin laki-laki sebanyak 14 orang, dan perempuan sebanyak 19

orang. Perawat tersebut bertugas tidak secara bersamaan akan tetapi

bergantian dan atau pershift dengan pembagian shift pertama pagi hari dari

jam 07:00 s/d 14:00, shift kedua siang hari jam 14:00 s/d 21:00 dan shift

ketiga pada malam hari dari jam 21:00 s/d 07:00. Seperti diketahui bahwa

rumah sakit merupakan lingkungan yang berpotensi dalam hal penularan

penyakit, para pekerja di rumah sakit pun beresiko tertular penyakit infeksi

dalam melaksanakan tugasnya.

Ada beberapa bagian atau unit–unit di rumah sakit yang rentang

terhadap penyebaran infeksi di dalamnya terutama di ruang IGD. Dengan

demikian petugas yang bekerja dibagian tersebut beresiko tertular infeksi.

Untuk itu sangatlah penting diterapkanKeselamatanDan Kesehatan Kerja


6

(K3) untuk mencegah penularan infeksipada setiap tindakan yang akan

dilakukan oleh petugas kesehatan seperti perawat.

Alasan peneliti ingin melakukan penelitian di ruang IGD

dikarenakan bahwa dimana diketahui risiko infeksi lebih berbahaya untuk

Kesehatan Dan Keselamatan yang mungkin terjadi pada perawat dan

jumlah sampelnya memenuhi responden dibanding ruangan lain

Dari hal tersebut peneliti tertarik ingin melakukan penelitian

apakah masih banyak dari perawat di ruang rawat inap dalam menjalankan

tugasnya tidak memenggunakan APD lengkap semasa pandemik. Oleh

karena itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Gambaran

Pengetahan dan Sikap perawat terkait tingkat keselamatan kerja dalam

manajemen pengendalian risiko infeksi di ruang IGD RSUD H.Andi

Sultan Deng Radja Bulukumba 2021”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan data RSUD H.Andi Sultan Daeng Radja Kabupaten

Bulukumba di ruang IGD perawat yang terinfeksi pada tahun 2020

sebanyak 5 orang petugas perawat pelaksana. Dengan demikian perawat

yang terinfeksi tidak menggunakan APD lengkap sehingga merasa biasa

saja pada saat berkontaminasi dengan pasien perawat bisa saja terkena

jarum suntikan pasien. Maka berdasarkan permasalahan pada latar

belakang maka penulis merumuskan masalah yaitu :

Bagaimana pengetahuan dan sikap perawat terkait tingkat

keselamatan dan kesehatan kerja perawat dalam manajemen pengendalian


7

risiko infeksi di ruang IGD RSUD H.Andi Sultan Deng Radja Kabupaten

Bulukumba.

C. Tujuan peneliti

1. Tujuan umum

Diketahui gambaran pengetahuan dan sikap perawat terkait tingkat

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perawat dalam manajemen

pengendalian risiko infeksi di ruang IGD RSUD H.Andi Sultan Daeng

Radja Bulukumba.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui gambaran pengetahuan petugasperawat tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerjadi ruang (IGD) RSUD H.Andi

Sultan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba.

b. Diketahui gambaran sikap petugas perawat tentang Keselamatan

Dan Kesehatan Kerja di ruang (IGD) RSUD H, Andin.Sulthan

Daeng Radja Kabupaten Bulukumba.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

untuk pengembangan ilmu keperawatan dalam Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Perawat dalam manajemen pengendalian risiko

infeksi pada asuhan keperawatan.

2. Manfaat Aplikatif

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan untuk meningkatkan dan mengembangkan derajat


8

kesehatan dan keselamatan kerja terutama pada pekerja rumah

sakit yang secara tidak langsung juga dapat meningkatkan mutu

pelayanan dan produktivitas kerja rumah sakit.

b. Hasil peneliti ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

dalam berpikir kritis dan dapat menganalisis tentang prilaku

perawat yang berkaitan terhadap penerapan manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja dalam manajemen pengendalian

risiko infeksi di ruang perawatan IGD RSUD H.Andi Sultan

Daeng Radja kabupaten Bulukumba.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Tentang Keselamatan dan KesehatanKerja

1. Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program

didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil

terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan

kecelakaan,maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi.

Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya

dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi (Widayana

& Wiratmaja, 2014).

Terjadinya kesalahan kerja tentu saja menjadikan masalah

besar. Dalam asuhan keperawatan, yang menjadi taruhannya adalah

nyawa pasien. Jika terjadi kesalahan dalam asuhan keperawatan, maka

akan menimbulakan dampak yang besar baik kepada klien / pasien

maupun kepada perawat sendiri. Nah, maka perlu melaksanakan dan

menerapkan konsep K3baik dalam asuhan keperawatan maupun

pekerjaan lainnya. Dengan melaksanakan dan menerapkan konsep K3,

tepatnya kesehatan dan keselamatan kerja dalam asuham keperawatan,

maka akan tercipta lingkungan kerja yang aman dan efektif. Maka

diperlukan penerapan K3 dalam asuhan keperawatan(Widayana &

Wiratmaja, 2014).

9
10

2. Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a. Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai

suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada

khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan

budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan

pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan

penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan

Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik

jasa maupun industri (Luz Yolanda Toro Suarez, 2015).

Keselamatan kerja didefinisikan sebagai upaya

perlindungan pekerja, orang lain di tempat kerja, dan sumber

produksi agar selalu dalam keadaan selamat selama dilakukan

proses kerja. Sedangkan kesehatan kerja diartikan sebagai

lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan

secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam

arti upaya-upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif,

higiene, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya, serta

upaya lainnya (cecep triwibowo & mitha erlisya pusphandani,

2015).
11

3. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam

melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan

produksi dan produktivitas nasional.

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat

kerja tersebut.

c. Memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara aman

dan efisien.

The Joint ILO/WHO Committe On Occupation Health telah

menetapkan tujuan dari k3 antara lain:

1) Memberikan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan

tingkat yang setinggi tingginya, baik fisik, mental, maupun

kesejahteraan sosial masyarakat pekerja di semua lapangan

kerja.

2) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja

yang diakibatkan oleh kondisi lingkungan kerjanya.

3) Memberi perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari

kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang

membahayakan kesehatan

4) Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan

pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis

pekerjaanya. Untuk mewujudkan tenaga kerja yang sehat(cecep

triwibowo & mitha erlisya pusphandani, 2015).


12

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi K3

Faktor yang perlu diperhatikan dalam K3, yaitu :

a. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja ialah setiap ruangan atau lapangan,

terbuka atau tertutup, bergerak atau tetap, tempat orang

melakukan pekerjaan dan sering didatangi oleh pekerja untuk

keperluan suatu usaha yang mengandung berbagai sumber

bahaya.

b. Peralatan yang digunakan

Mesin dan peralatan kerja yang dipergunakan kemungkinan

besar dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Sehingga sangat

penting memperhatikan mesin dan alat yang akan digunakan yaitu

kondisi perlindungan atau penaganan mesin – mesin dan perkakas

dan kondisi alat – alat kerja.

c. Bahan yang akan digunakan

Bahan – bahan yang digunakan dapat menimbulkan hazard

yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan

kerja. Hazard yaitu suatu kesatuan kombinasi yang terdiri dari

frekuensi (frequency), lama waktu (duration), dan keparahan

dampat (saverit) yang ditimbulkan akibat pemajan terhadap suatu

subtansi atau energi.Hazard ialah sesuatu yang berupa bahan

beracun, ceceran larutan kimia dilantai, dan bakteri patogen.


13

d. Keadaan dan kondisi tenaga kerja

Kondisi tenaga kerja berhubungan dengan tingkat

produktivitasnya.Tenaga kerja yang memiliki kondisi fisik kurang

sehat atau sering sakit cenderung mengakibatkan menurunnya

semangat kerja, kondisi tersebut merupakan peluang terjadinya

kecelakaan kerja yang dapat menganggu kegiatan di tempat

kerja.Adapun keadaan tenaga kerja yang perlu diperhatikan yaitu

kondisi mental dan fisik, kebiasaan yang baik dan aman, serta

penggunaan alat pelindung diri (APD).

e. Metode Kerja

Pengalaman dan cara kerja yang benar memeliki beberapa

aspek yang perlu diperhatikan antara lain peralatan, penggunaan

alat, dan posisi kerja. Hampir 25% pekerja mengalami kecelakaan

kerja yang diakibatkan oleh penangan material. Beberapa keluhan

seperti hernia, keseleo, ketegangan, luka – luka yang disebabkan

oleh cara kerja atau mengangkat atau membawa material yang

kurang benar. Sebagian besar masalah K3 disebabkan oleh posisi

yang tidak ergonomis.Posisi tubuh yang salah, sikap terpaksa

dapat menimbulkan kesulitan dalam melakukan pekerjaan,

mengurangi ketelitian, mudah lelah sehingga kerja kurang efisien.

Keadaan tersebut dalam jangka waktu yang lama dapat

menyebabkan gangguan fisik dan psikologis, serta keluhan yang

paling sering adalah low back pain(cecep triwibowo & mitha

erlisya pusphandani, 2015).


14

a. Kecelakaan kerja

Kecelakaan diartikan sebagai suatu kejadian yang tidak

diharapkan, diinginkan, ataupun yang diduga, suatu kejadian yang

dapat menimbulkan cedera atau penyakit pada seseorang,

menyebabkan kerusakan properti, kejadian hampir celaka, dan

gangguan saat melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja ialah suatu

kejadian yang tidak diinginkan yang dapat merugikan manusia,

merusak harta benda atau kerugia terhadap proses.

Klasifikasi kecelakaan kerja terbagi atas :

1) Kecelakaan kerja ringan

Kecelakaan ini tidak menimbulkan kehilangan hari kerja

dengan indikasi saat setelah terjadi kecelakaan kerja,

karyawan dapat kembali bekerja pada hari yang sama.

2) Kecelakaan kerja sedang

Kecelakaan ini menyebabkan kehilangan hari kerja dengan

indikasi setelah terjadi kecelakaan karyawan tidak dapat

melanjutkan pekerjaan.

3) Kecelakaan kerja berat

Kecelakaan ini menyebabkan karyawan tidak dapat

melanjutkan pekerjaannya dan menimbulkan cacat jasmani

dan rohani dengan indikasi surat keterangan dari dokter

yang memeriksa kesehatan karyawan tersebut.


15

4) Kecelakaan kerja fatal

Kecelakaan ini menyebabkan kematian keterangan dari

dokter yang memeriksa kesehatan karyawan tersebut.

Kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

a) Unsafe human act, berupa perbuatan manusia yang

tidak memenuhi standar keselamatan seperti bekerja

tidak sesuai dengan prosedur, bekerja sambal bergurau,

menaruh barang atau alat kerja denagan tidak benar,

sikap kerja yang tidak selamat atau aman, tidak

menggunakan alat pelindung diri, bekerja didekat alat

yang bergerak atau berputar, kelelahan, kebosanan, dan

lain – lain.

b) Unsafe condition, berupa kondisi lingkungan yang

tidak aman seperti mesin tanpa pengaman, peralatan

yang sudah tidak sempurna tetapi masih digunakan,

penerangan yang kurang memadai, ventilasi yang tidak

baik, tata ruang yang buruk, lantai yang licin, desain

atau kontruksi bangunan yang berbahaya dan lain –

lain(cecep triwibowo & mitha erlisya pusphandani,

2015).
16

b. Penyakit kerja

Penyakit akibat kerja, di lain sisi, didefinisikan sebagai penyakit

yang timbul dan diderita oleh tenaga kerja dalam pekerjaanya, setelah

terbukti bahwa sebelum bekerja tenaga kerja tidak mengalami gangguan

kesehatan atau terkena penyakit tersebut. Komite gabungan ILO dan

WHO mengenai Occupational Health pada tahun 1989 menyatakan

bahwa work-related disease (penyakit akibat kerja) bukan hanya

didefinisikan sebagai occupational disease, namun juga meliputi penyakit

lain yang disebabkan oleh lingkungan kerja dan performansi lingkungan

kerja yang berkontibusi secara signifikan sebagai satu dari beberapa

faktor kausatif (cecep triwibowo & mitha erlisya pusphandani, 2015).

The ILO Employment Injury Benefits Recommendation pada

tahun 1964 juga mendefiniskan penyakit akibat kerja sebagai penyakit

yang ditimbulkan oleh paparan bahan-bahan dan kondisi yang berbahaya

di dalam proses, pertukaran, atau pekerjaan.

c. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan meliputi upaya pencegahan peningkatan,

penyembuhan, dan pemulihan sangat berkaitan dengan kodisi-kondisi

kesehatan masyarakat itu sendiri. Kegiatan pokok yang secara minimal

harus dikerjakan dalam upaya penggolongan penyakit adalah mencari dan

menemukan penderita, kemudian mengobati dan merawat serta upaya-

upaya pemberantasan lainnya, meningkatkan gizi, dan perbaikan senitasi

lingkungan.
17

1. Upaya preventif

Upaya preventif adalah suatu upaya yang bertujuan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh, pemutusan rantai penularan penyakit

DNA kegiatan penghentian proses suatu penyakit sebelum timbul

kelainan.

2. Upaya kuratif

Upaya kuratif (pengobatan/perawatan) dan hospitalisasi serta tindakan

medis lainnya bertujuan untuk menyembuhkan secara cepat dan tepat

agar tenaga kerja dapat produktif setelah kembali ke pekerjaan.

3. Upaya promotif

Untuk meningkatkan kemampuan hidup dan derajat kesehatan tenaga

kerja, perlu dilakukan upaya mengenai penanaman perinsip hidup

sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan

kesehatan dan pembinaan kesehatan.

4. Upaya rehabilitatif

Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam

masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat

yang beguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin

sesuai dengan kemampuannya.

d. Fungsi keselamatan dan kesehatan kerja

1. Fungsi dari kesehatan kerja sebagai berikut.

a) Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya

kesehatan di tempat kerja.


18

b) Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian

dan praktik kerja termasuk desain tempat kerja.

c) Memberikan saran, informasi, pelatihan, dan edukasi tentang

kesehatan kerja dan APD.

d) Melaksanakan survei terhadap kesehatan kerja.

e) Terlibat dalam proses rehabilitasi.

f) Mengelola P3K dan tindakan darurat.

2. Fungsi dari keselamatan kerja seperti berikut ini.

a) Antisipasi, identifikasi, dan evaluasi kondisi serta praktik

berbahaya.

b) Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur, dan

program.

c) Terapkan, dokumentasikan, dan informasikan rekan lainnya dalam

hal pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya.

d) Ukur, periksa kembali keefektifan pengendalian bahaya dan

program pengendalian bahaya.

3. Peran Kesehatan dan keselamatan kerja dalam ilmu K3

Peran kesehatan dan keselamatan kerja dalam ilmu kesehatan

kerja berkontribusi dalam upaya perlindungan kesehatan para pekerja

dengan upaya promosi kesehatan, pemantauan, dan survailan

kesehatan serta upaya peningkatan daya tahan tubuh dan 

Kesehatan dan Keselamatan Kerja  12 kebugaran pekerja.

Sementara peran keselamatan adalah menciptakan sistem kerja yang

aman atau yang mempunyai potensi risiko yang rendah terhadap


19

terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari kemungkinan

loss (Luz Yolanda Toro Suarez, 2015).

e. Upaya dalam melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelayanan keperawatan perlu upaya peningkatan mutu pelayanan

rumah sakit melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan,

dan profesionalisme perawat dalam memberikan dan mengatur kegiatan

asuhan keperawatan kepada pasien. Tugas perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan antara lain mengkaji kebutuhan pasien,

merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan rencana tindakan,

mengevaluasi hasil asuhan keperawatan, mendokumentasikan asuhan

keperawatan, berperan serta dalam melakukan penyuluhan, yang

terangkum dalam sistem pengorganisasian.

Untuk menciptakan perawat agar selalu berupaya memberikan

pelayanan yang terbaik bagi pasien, maka pimpinan RSUD Arifin

Achmad berusaha selalu menggunakan kewenangan untuk mengubah

sikap dan perilaku karyawan agar berusaha lebih giat dan berkeinginan

untuk mencapai hasil yang optimal. Dengan terciptanya kepuasan bagi

perawat maka dengan tidak langsung perawat mampu memberikan kinerja

yang berkualitas kepada pasien dalam bentuk pemenuhan kepuasan bagi

pasien. Selain perawat agar berkualitas pimpinan juga harus

memperhatikan kepuasan dari perawatnya sehubungan dengan hal ini,

pemerintah banyak mengambil kebijaksanaan dan mengeluarkan

peraturan-peraturan maupun pedoman yang semuanya ini dimaksudkan


20

untuk meningkatkan kerja perawat dengan sebaik-baiknya(Lailan et al.,

n.d.).

B. Manajemen pengendalian risiko infeksi

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

1. Peningkatan daya tahan pejamu.

Daya tahan pejamu dapatditingkatkan dengan pemberian

imunisasiaktif (contoh vaksinasi hepatitis B) ataupemberian imunisasi

pasif (immunoglobulin). Promosi kesehatan secara umum termasuk

nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.

2. Inaktivasi agen penyebab infeksi.

Inaktivasi agen infeksi dapat dilakukan dengan metode fisik maupun

kimiawi. Contoh metode fisik adalah pemanasan (pasteurisasi atau

sterilisasi), dan memasak makanan seperlunya. Metode kimiawi

termasuk klorinasi air, disinfeksi peralatan dan lingkungan, serta

penggunaan antibiotika.

3. Memutus rantai penularan.

Hal ini merupakan cara yang paling mudah untuk mencegah penularan

penyakit infeksi, tetapi hasilnya sangat bergantung kepada ketaatan

petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan. Tindakan

pencegahan ini telah disusun dalam suatu “Isolation Precautions”

(Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari dua pilar/tingkatan yaitu

“Standard Precaution” (Kewaspadaan berdasarkan cara penularan).


21

4. Tindakan pencegahan paska pajanan

(“Post Exposure Prophylaxis”/ PEP) terhadap petugas kesehatan. Hal

ini terutama berkaitan dengan pencegahan agen infeksi yang ditularkan

melalui darah dan cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka

tusuk jarum bekas berpindah dari satu orang ke orang lain, baik secara

langsung maupun tidak langsung(Baringbing, 2020).

C. Penyakit infeksi

1. Pengertian penyakit infeksi

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba

patogen, dan bersifat sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya

penyakit melibatkan tiga faktor yang saling berinteraksi yaitu:

a. Faktor penyebab penyakit, yang sering disebut agen

b. Faktor manusia yang sering disebut pejamu (host)

c. Faktor lingkungan

Tanda-tanda peradangan/infeksi antara lain:

1) Rubor (merah)

2) Calor (panas)

3) Tumor (bengkak)

4) Dolor (nyeri)

5) Fungsi laesa terganggu

2. Penyebaran penyakit infeksi

Dalam garis besarnya mekanisme transmisi mikroba patogen ke

pejamu yang rentang melalui dua cara:


22

a. Teransmisi langsung

Penularang langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk

yang sesuai dari pejamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan,

gigitan, ciuman atau adanya droplet nuclei saat bersin, batuk,

berbicara atau saat transfusi darah dengan darah yang

terkontaminasi mikroba patogen.

b. Transmisi tidak langsung

Penularan mikroba patogen yang memerlukan adanya

media perantara baik berupa barang/bahan, air, udara,

makanan/minuman, maupun vektor.

1) Vahicle born

Sebagai media perantara penularan adalah barang/bahan

yang terkontaminasi seperti peralatan makan, dan minum,

instrumen bedah, peralatan laboratorium, peralatan

infus/transfusi.

2) Vector borne

Sebagai media perantara adalah vektor (serangga) yang

memindahkan mikroba patogen ke pejamu.

3) Food borne

Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup

efektif untuk menyebarnya mikroba patogen ke pejamu, yaitu

melalui pintu masuk (port d’entree) saluran cerna.


23

4) Water borne

Tersediah air bersih baik secara kuantitatif maupun

kualitatif, terutama untuk kebutuhan rumah sakit adalah mutlak.

Kualitas air yang meliputi aspek fisik, kimiawi, dan

bakteriologis diharapkan terbebas dari mikroba patogen

sehingga aman untuk dikonsumsi. Jika tidak sebagai media

perantara air sangat mudah menyebarkan mikroba patogen ke

pejamu, melalui pintu masuk saluran cerna maupun pintu masuk

lain.

5) Air borne

Udara sangat mutlak diperlukan oleh setiap orang, namun

adanya udara yang terkontaminasi oleh mikroba patogen dalam

udara masuk ke saluran napas pejamu dalam bentuk drople

nuclei yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk atau bersin,

bicara atau bernafas melalui mulut atau hidung. Sedangkan dust

merupakan partikel yang dapat terbang bersama debu

lantai/tanah. Penularan melalui udara ini umumnya mudah

terjadi di dalam ruangan tertutup seperti di dalam gedung,

ruangan/bangsal/kamar perawatan, atau pada laboratorium

klinik.

Dalam riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang peka akan

berinteraksi dengan mikroba patogen yang secara alamiah akan

melewati 3 tahap :
24

1. Tahap rentan

Pada tahap ini pejamu masih dalam kondisi relatif

sehat, namun peka atau labil, disertai faktor predisposisi

yang mempermudah terkena penyakit seperti umur,

keadaan fisik, perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi,

dan lain-lain. Faktor-faktor predisposisi tersebut

mempercepat masuknya agen penyebab penyakit (mikroba

patogen) untuk berinteraksi dengan pejamu.

2. Tahap inkubasi

Setelah masuk ketubuh pejamu, mikroba patogen

mulai bereaksi, namun tanda, dan gejala penyakit belum

tampak. Saat mulai masuknya mikroba patogen ke tubuh

pejamu sehingga saat munculnya tanda, dan gejala penyakit

disebut masa inkubasi. Masa inkubasi satu penyakit

berbeda dengan penyakit lainnya, ada yang hanya beberapa

jam, dan adapula yang bertahun-tahun.

3. Tahap klinis

Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang

dapat memunculkan tanda, dan gejala penyakit. Dalam

perkembangannya penyakit akan berjalan secara bertahap.

Pada tahap awal tanda, dan gejala penyakit masih ringan.

Penderita masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari,

dan masih dapat diatasi dengan berobat jalan, karena

penyakit bertambah parah, baik secara objektif maupun


25

subjektif. Pada tahap ini penderita sudah tidak mampu lagi

melakukan aktivitas sehari-hari (Irma P. Arisanty, S.Kp,

RN, 2014).

4. Tahap akhir penyakit

Pejalanan penyakit dapat berakhir dalam 5 alternatif:

a. Sembuh sempurna

Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk, dan

fungsi sel/jaringan/organ tubuh kembali seperti sedia

kala.

b. Sembuh dengan cacat

Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai

denhan adanya kecacatan. Cacat dapat berbentuk cacat

fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.

c. Pembawa (carrier)

Perjalanan penyakit seolah-olah berhenti, ditandai

dengan menghilangnya tanda, dan gejala penyakit. Pada

kondisi ini agen penyebab penyakit masih ada, dan

masih potensial sebagai sumber penularan.

d. Kronis

Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda, dan

gejala yang tetap atau tidak berubah.

e. Meninggal dunia

Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan

fungsi-fungsi organ.
26

3. Sifat-sifat penyakit infeksi

Sebagai agen penyebab penyakit, mikroba patogen memiliki sifat-

sifat khusus yang sangat berbeda dengan agen penyebab penyakit lainnya.

Sebagai makhluk hidup, mikroba patogen memiliki ciri-ciri kehidupan,

yaitu:

a. Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembang

baik.

b. Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsungan hidupnya.

c. Bergerak, dan berpindah tempat

Ciri-ciri kehidupan mikroba patogen tersebut merupakan sifat-sifat

spesifik mikroba patogen dalam upaya mempertahankan hidupnya.

Cara menyerang/invasi ke pejamu/manusi melalui tahapan sebagai

berikut:

1) Sebelum pindah ke pejamu, mikroba patogen hidup, dan

berkembang baik pada reservoir (orang/penderita, hewan dan

benda-benda lain).

2) Untuk mencapai pejamu, diperlukan adanya mekanisme

penyebaran..

3) Untuk masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen memerlukan

pintu masuk (port d’entree) seperti kulit /mukosa yang terluka,

hidung, rongga mulut, dan sebagainya.

4) Adanya tenggang waktu saat masuknya mikroba patogen melalui

port d’entree sampai timbulnya manifestasi klinis, untuk masing-

masing mikroba patogen berbeda-beda.


27

5) Pada prinsipnya semua organ tubuh pejamu dapat terserang oleh

mikroba patogen, namun beberapa mikroba patogen secara selektif

hanya menyerang organ-organ tubuh tertentu dari pejamu.

6) Besarnya kemampuan merusak, dan menimbulkan manifestasi

klinis dari mikroba patogen terhadap pejamu dapat dinilai dari

beberapa faktor berikut:

a) Infeksivitas

Besarnya kemampuan mikroba patogen melakukan invasi,

berkembang baik, dan menyesuaikan diri, serta bertempat

tinggal pada jaringan tubuh pejamu.

b) Patogenitas

Derajat respons/reaksi pejamu untuk menjadi sakit.

c) Virulensi

Besarnya kemampuan merusak mikroba patogen terhadap

jaringan pejamu.

d) Toksigenitas

Besarnya kemampuan mikroba patogen untuk menghasilkan

toksin, dimana toksin berpengaruh dalam perjalanan penyakit.

e) Antigenitas

Kemampuan mikroba patogen untuk merangsang timbulnya

mekanisme pertahanan tubuh pada diri pejamu. Kondisi ini

akan mempersulit mikroba patogen itu sendiri untuk

berkembang baik, karena melemahnya respons penjamu

menjadi sakit.
28

4. Faktor-faktor yang terlibat dalam infeksi Rumah Sakit

Kejadian, dan berbagai efek infeksi rumah sakit pada dasarnya

bergantung pada mikroorganisme, tuan rumah (pasien, dan staf),

lingkungan, dan pengobatan.

a) Mikroorganisme agen infeksi

Walaupun sebenarnya setiap infeksi dapat diperoleh dari pasien

atau staf rumah sakit ada beberapa organisme patogen tertentu yang

terutama berkaitan dengan infeksi rumah sakit, dan beberapa jarang

menyebabkan infeksi dalam lingkungan lain. Peranan mereka sebagai

penyebab infeksi rumah sakit bergantung pada patogenitas atau

virulensi (kemampuan dari spesies atau strain menyebabkan penyakit),

dan jumlah mereka juga bergantung pada ketahanan pasien. Dan

karena banyak pasien di dalam rumah sakit yang resistensinya kurang

disebabkan oleh penyakit atau pengobatan mereka.

b) Tuan rumah (pasien atau anggota staf)

Kerentenan tuan rumah, dan virulensi (derajat patogenitas suatu

mikroorganisme diukur dengan derajat kemajuan menimbulkan

penyakit). Seorang pasien dapat memiliki resistensi umum yang lemah

misalnya pada bayi sebelum antibodi terbentuk, dan apabila jaringan

yang menghasilkan antibodi belum sempurnah dikembangkan atau

resistensi lemah mungkin berhubungan dengan penyakit (seperti

diabetes atau leukemia yang tidak terkendali atau luka bakar yang

parah), atau dengan gizi yang buruk, atau dengan bentuk pengobatan

tertentu seperti penggunaan obat-obat imunosupresif yang diberikan


29

untuk mencegah penolakan organ yang ditransplantasi atau kemoterapi

kanker.

Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi, dan respon

tubuh pasien adalah :

1) Umur

2) Status imunitas penderita

3) Penyakit yang diderita

4) Obesitas, dan malnutrisi

5) Orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan, dan

steroid

6) Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa,

dan terapi

Usia muda, dan usia tua berhubungan dengan penurunan

resistensi tubuh terhadap infeksi. Kondisi ini lebih diperberat

apabila penderita menderita penyakit kronis seperti tumor, anemia,

leukemia, diabetes melitus, gagal ginjal, SLE, dan AIDS.

Keadaan-keadaan ini akan meningkatkan toleransi tubuh terhadap

infeksi dari kuman yang semula bersifat ofortunistik. Obat-obatan

yang bersifat immunosupresif dapat menurunkan pertahanan tubuh

terhadap infeksi. Banyaknya prosedur pemeriksaan penunjang, dan

terapi seperti biopsi, endoskopi, keteterisasi, intubasi dan tindakan

pembedahan juga meningkatkan risiko infeksi.


30

c) Lingkungan

Tempat ketika pasien ditangani mempunyai suatu pengaruh

penting pada kemungkinan infeksi yang diperolehnya serta pada sifat

infeksi demikian. Suatu keragaman mikroorganisme yang luas,

termasuk strain virulen mungkin ditemui dalam rumah sakit tempat

banyak orang, termasuk beberapa dengan infeksi dikumpulkan.

Organisme ini kemungkinan mencakup sebagian besar bakteri resisten

antibiotika yang dapat timbul dengan subur yang penggunaan

antibiotika ditunjukan untuk penindasan bakteri yang peka. Berbagai

lokasi rumah sakit yang berbeda mempunyai infeksi tersendiri.

Dalam rumah sakit penyakit infeksi terdapat suatu bahaya khusus

infeksi rumah sakit dengan agen penyakit menular akut. Suatu tujuan

dalam pengendalian infeksi rumah sakit adalah untuk memaparkan

semua pasien kepada lingkungan yang palig sedikit bebas dari bahaya

mikrobia seperti yang mereka dapati di luar rumah sakit (Irma P.

Arisanty, S.Kp, RN, 2014).


31

D. Kerangka Teori

keselamatan
gambar dan2.1
1 1Gambar kesehatan kerja
perawat dalam manajemen
pengendalian risiko infeksi
(Widayana & wiratmaja, 2014).

Faktor-faktor yang
mempengaruhi K3 Kecelakaan kerja :
Kecelakaan kerja ialah suatu
kejadian yang tidak diinginkan
yang dapat merugikan manusia,
merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses
(Cecep Triwibowo & Mitha
Erlisya Pusphandani, 2015).

a. Lingkungan kerja
b. Peralatan yang
digunakan
c. Bahan yang akan
digunakan
& d. Keadaan dan kondisi
tenaga kerja Penyakit kerja :
e. Metode kerja
(Cecep Triwibowo & Penyakit akibat kerja
MithaErlisya
Pusphandani, 2015). didefinisikan sebagai penyakit

yang timbul dan diderita oleh

tenaga kerja dalam pekerjaanya,


Faktor penyebab penyakit
setelah terbukti bahwa sebelum
infeksi
bekerja tenaga kerja tidak

mengalami gangguan kesehatan

a. Faktorpenyebab penyakit, atau terkena penyakit tersebut


yang sering disebut agen
b. Faktor manusia yang (Cecep Triwibowo & Mitha
sering disebut pejamu
(host) Erlisya Pusphandani, 2015).
c. Faktor lingkungan
(IrmaP.Arisanty,S.Kp, RN,
2014).

Gambar 2.1 Krerangka Teori


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini hanya membahas sebuah variabel secara

mandiri, maka yang dilakukan peneliti di samping mengemukakan deskripsi

teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi

besaran variabel yang diteliti (haryoko, 2013).

Berdasarkan dasar pemikiran variabel tersebut di atas maka disusunlah

pola pikir variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

Pengetahuan dan Sikap perawat


terkait tingkat Keselamatan Dan
Kesehatan kerja perawat dalam
pengendalian risiko infeksi

1. Faktor lingkungan
2. Faktor penyebab penyakit, yang
sering disebut agen

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel diteliti

: Variabel tidak diteliti

: Penghubung antar variable

32
33

B. Definisi konseptual

Definisi konseptual adalah abstraksi, yang diungkapkan dalam kata-kata,

yang dapat membantu pemahaman (ihsan, 2015).

1. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk

memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan

pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja

(PAK) pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,

pengobatan, dan rehabilitasi(Dan, 2015).

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pengetahuan

Segala sesuatu yang diketahui dan dipahami oleh tenaga perawat umah

Sakit USU tentang aspek kesehatan dan keselamatan kerja.

Kriteria Objektif :

1) Baik = >23

2) Cukup Baik = ≤ 23

2. Sikap

Reaksi atau respon tenaga perawat terhadap aspek kesehatan dan

keselamatan kerja. Dengan kata lain sikap adalah kecenderungan untuk

mengadakan tindakan, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-

tanda untuk sepakat atau tidaknya kebijakan terhadap sesuatu

Kriteria Objektif :

1) Baik = > 20

2) Cukup Baik = ≤ 20
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Pada pendekatan cross

sectional yaitu data yang dikumpulkan pada satu waktu, cara ini dilakukan

dengan observasi dan penyebaran kuesioner pada responden penelitian.

B. Waktu dan lokasi penelitian

2) Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 Juli s/d29 Agustus 2021

3) Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di ruang IGD RSUD H.Andi Sulthan

Daeng Radja Kabupaten Bulukumba.

C. Populasi sampel dan sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan, totalitas atau generalisasi dari

satuan, individu, objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang akan diteliti, yang dapat berupa orang,

benda, institusi, peristiwa, dan lain-lain yang di dalamnya dapat

diperoleh atau dapat memberikan informasi (data) penelitian yang

kemudian dapat ditarik kesimpulan(sugiyono, 2017).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat pelaksana

sebanyak 33 di ruang IGD RSUD H.Andi Sultan Daeng Radja

Kabupaten Bulukumba 2021.

34
35

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi (sugiyono, 2017)

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 33. Tehnik pengambilan

sampel yang digunakan yaitu Total samplingdengan skala likert.

Total sampling adalah semua subyek yang ada dimasukan dalam

penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi

(Sastroasma, 2014).

1. Tehnik sampling

Cara pengambilan sampel yang digunakan yaitu Non-probability

sampling dengan teknik sampling Total sampling adalah semua subyek

yang ada dimasukan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang

diperlukan terpenuhi (Sastroasma, 2014).

D. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh seorang

peneliti dalam mengobservasi, mengukur, dan menilai suatu fenomena.

Data yang telah diperoleh dari suatu pegukuran kemudian akan dianalisis

dan dijadikan sebagai bukti (evidence) dalam suatu penelitian (Dharma,

2017).

Untuk mengukur variabel keselamatan dan kesehatan kerja

perawatdalam manajemen pengendalian risiko infeksi menggunakan


36

kuesioner dengan pernyataan, untuk mengetahui tingkat keselamatan dan

kesehatan kerja perawatdirumah sakit. Format jawaban dalam kuesioner

menggunakanSkala Likert dengan kriteria skor 4Sangat Setuju (SS), skor 3

Setuju(S), skor 2 Tidak Setuju(TS), dan skor 1 Sangat Tidak Setuju(STS).


37

E. Alur penelitian

Skripsipenelitian :
Gambaran pengetahuan dan sikap perawat terkait tingkat keselamatan dan
kesehatan kerja dalam manajemen pengendalian risiko infeksi di ruang IGD
semasa pandemik di RSUD H.Andi Sulthan Daeng Radja Kabupaten
Bulukumba

Hipotesis :
Pengetahuan baik berjumlah 19 orang responden sedangkan cukup berjumlah 14
orang responden dan sikap dikategorikan baik 20 orang responden dibandingkan
cukup 13 orang responden

Populasi
Semua perawat yang berada di ruang IGD sebanyak 33 perawat pelaksana

Sampel
Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling

Lokasi penelitian

Di ruang IGD RSUD H.Andi Sultan Deng Radja Kabupaten Bulukumba

Instrumen penelitian
Menggunakan lembar kuesioner

Stikes Izin penelitian Litbam

RSUD H.Andi Sultan Daeng Radja


Kabupaten Bulukumba

Bivariad Pengumpulan data Univariad

Analisa data

Hasil

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 4.4 Alur Penelitian


38

F. Tehnik pengumpulan data

1. Data primer

Pengertian data primer menurut Sugiyono (2015) adalah sumber

data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data

primer diperoleh dari menyebar kuesioner ke petugas perawat di ruang

perawatan IGD di wilayah rumah sakit RSUD H.Andi Sultan Deng Radja

Kabupaten Bulukumba yang bersedia menjadi responden dan mengisi

kuesioner.

2. Data Sekunder

Pengertian data sekunder menurut Sugiyono (2015) adalah

sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Data sekunder

penelitian ini adalah daftar perawat yang bertugas di ruang perawatan

IGD yang diperoleh dari Kepala Ruangan IGDRSUD H.Andi Sultan

Daeng Radja Kabupaten Bulukumba (Iii & Penelitian, 2019).

G. Tehnik pengolahan dan analisa data

1. Tehnik pengolahan data

Tehnik pengolahan data merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau ringkasan berdasarkan suatu kelompok data

dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi

yang diperlukan (Dharma, 2017).

a. Editing

Proses ini dilakukan ketika masih berada di rumah (tempat)

responden. Proses editing ini dilakukan dengan memeriksa kembali


39

hasil isian lembar observasi yang telah diisi oleh peneliti. Jika ada yang

belum lengkap maka akan dilakukan observasi kembali atau ditanyakan

kembali kepada responden.

b. Koding

Pemberian kode dilakukan untuk memudahkan dalam proses

analisa nantinya. Kode yang di berikan adalah berupa angka yaitu 1

untuk responden yang memiliki kadar glukosa darah yang tinggi dan 2

untuk responden yang memiliki kadar glukosa darah yang sedang.

c. Input data

Setelah proses pemberian kode selesai selanjutnya data yang

telah dikumpulkan diinput kedalam computer. Data ini kemudian akan

di analisis untuk diketahui hasilnya.

d. Pemeriksaan ulang

Agar tidak terjadi kesalahan atau kehilangan data dan lain

sebagainya yang akan berpengaruh pada hasil analisis maka akan

dilakukan pemeriksaan ulang terhadap data yang sudah diinput. Data

tersebut akan disesuaikan kembali dengan data yang adadilembar

observasi.

2. Analisa Data

Merupakan analisa yang dilakukan untuk mengetahui dan

membuktikan diterima atau ditoloknya suatu hipotesis yang telah

ditegakkan. Sehingga uji statistik diperlukan yang sesuai dengan variabel

penelitian.
40

Analisa keselamatan dan kesehatan kerja perawat menggunakan uji

chi square. Penelitian ini hanya ingin mengetahui gambaran pengetahuan

dan sikap perawat terkait tingkat keselamatan dan kesehatan kerja dalam

pengendalian risiko infeksi ini menunjukan bahwa pengetahuan lebih

menunjukkan 19 orang responden (57,6) dibandingkan pengetahuan cukup

berjumlah 14 orang responden dan tidak ada responden yang memiliki

pengetahuan yang kurang. Sedangkan Sikap yang dikategorikan baik

berjumlah 20 orang responden (60,6%), dibandingkan pengetahuan cukup

berjumlah 13 orang responden (39,4 %). Walaupun dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat responden yang memiliki siap baik terhadap

K3 namun masih ada responden yang beresiko terhadap infeksi.

H. Etika penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus di perhatikan.

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

(Hidayat, 2011).

1. Informed Consent (Persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia, maka


41

peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus

ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien,

tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunakan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode atau inisial nama pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.


42

I. Jadwal penelitian

Tabel 4. 1 Jadwal penelitian


No Uraian Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Ags Sep
kegiatan t
1. Penetapan
pembimbing
2. Pengajuan
judul
3. Screening
judul dan
ACC judul
dari
pembimbing
4. Penyusunan
dan
bimbingan
proposal
5. ACC
proposal
6. Pendaftaran
ujian
proposal
7. Ujian
proposal
8. Perbaikan
proposal
9. Pelaksanaan
penelitian
10 Pengelolaan
. data
11 Penyusunan
. skripsi
12 Bimbingan
. skripsi
13 ACC skripsi
.
14 Ujian
. skripsi
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Karakteristik Perawat

Tabel 5.1
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia, Jenis
Kelamin Dan tingkat pendidikan di ruang IGD RSUD,H. Andi Sultan Daeng
Radja Kabuaten Bulukumba Tahun 2021
Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)
Umur
(26-35)Dewasa Awal 26 78,8
(36- Dewasa Akhir 7 21,2
Jenis Kelamin
Perempuan 19 42,4
Laki-Laki 14 57,6
Tingkat Pendidikan
D3 6 18,2
Ners 27 81,8

Total 33 100,0
Sumber :Data sekunder bulan Agustus 2021
Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 33 responden,

kelompok umurterbanyak pada perawat adalah kelompok umur 26

(78,8%) yaitu sebanyak 26responden (78,8%). Sedangkan

kelompok umur terkecil pada perawat adalahkelompok umur 36-45

tahun yaitu sebanyak 7 responden (21,2%). Responden yang

berjenis perempuan sebanyak 19 responden (57,6%) dan 14

responden (42,4%) berjenis kelamin Laki-laki.

Sedangkan tingakat pendidikan terbanyak pada perawat adalah

tingkat pendidikan Ners yaitu sebanyak 27 responden (81,8%),

sedangkan tingkat pendidikan terkecil adalah tingkat pendidikan

D3 yaitu sebnayak 6 responden (18,2%).

43
44

Tabel 5. 2
Distrbusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja Perawat Dalam Mengendalikan Risiko Infeksi Di Ruang
IGD RSUD, H.Andi Sultan Dang Radja Kabupaten Bulukumba Tahun 2021
Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 19 57,6
Cukup 14 42,4
Total 33 100.0
Sumber :Data sekunder bulan Agustus 2021
Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 33 responden,

terdapat 19responden (57,6%) yang memiliki pengetahuan yang

baik sedangkan 14 responden lainya memiliki pengetahuan yang

cukup (42,4%) tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja perawat

dalam pengendalian risiko infeksi.

Tabel 5. 3
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Perawat Dalam Mengendalikan Risiko Infeksi Di Ruang IGD
RSUD, H.Andi Sultan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba Tahun 2021
Sikap Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 20 60,6
Cukup 13 39,4
Total 33 100.0
Sumber :Data sekunder bulan Agustus 2021
Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 33 responden,

terdapat 20 responden (60,6%) yang memiliki sikap baik dan

terdapat 13 responden (39,4) yang memiliki skap cukup terhadap

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perawat dalam pengendalian

risiko infeksi.

B. Pembahasan

1. Umur

Petugas Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang bertugas sebagai

petugas perawat pelaksana di RSUD H, A. Sulthan Deng Radja

Kabupaten Bulukumba berumur <35 tahun sebanyak 26 (78,8),

sedangkanuntuk umur ≥36 tahun yaitu sebanyak 7 orang (21,2%).


45

Terdapat umur paling muda yaitu26 tahun sebanyak 2 orang,

sedangkan umur paing tua dari 7 responden yang berumur paling

tinggi 41 tahun sebanyak 2 orang.

Menurut Elisabeth dalam Wawan dan Dewi (2010) usia adalah

umur individu yang terhitung mulai dari saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.

Kepercayaan masyarakat seseorang lebih dewasa dipercaya dari orang

yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari

pengalaman dan kematangan jiwa (Fitriani dkk, 2013).

2. Jenis Kelamin

Dari data yang diperoleh oleh peneliti di ruang IGD RSUD H. Andi

Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba tahun 2021.Jenis

kelamin perempuan sebanyak 19 orang dan laki-lak sebanyak 14

orang.

Menurut Hungu (2016:43) jenis kelamin adalah perbedaan

antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seorang itu

dilahirkan. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan

perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan

fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan yang ada di muka

bumi. Seperti pada fakta lapangan yang sering kita temui saat ini,

banyak sekali tenaga kerja bagian lapangan pada umumnya

didominasi oleh laki-laki, sedangkan pada bagian kantor suatu

perusahaan pada umumnya didominasi oleh wanita. Hal tersebut


46

bukanlah merupakan suatu kebetulan, melainkan adanya berbagai

macam pertimbangan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan

berkaitan dengan spesifikasi dari masing-masing gender atau jenis

kelamin. Faktor jenis kelamin ikut menentukan tingkat partsipasi dan

produktivitas seseorang dalam bekerja. Tenaga kerja pada dasarnya

tidak dapat dibedakan berdasarkan pada jenis kelamin. Tetapi pada

umumnya laki-laki akan lebih produktif untuk pekerjaan yang

mengandalkan kekuatan fisik (Suhardi, 2018).

3. Tingkat Pendidikan

Petugas Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang bertugas sebagai

petugas perawat pelaksana di RSUD H, Andi. Sulthan Deng Radja

Kabupaten Bulukumba memiliki tingkat pendidikan Diploma (D3)

yaitu sebanyak 7 orang sebesar 18,2% dan Ners sebanyak 27 orang

sebesar 81,8.

Menurut Erfandi yang dikutif oleh Siburian (2012), pendidikan

merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan

keperibadian dan kemampuan di dalam maupun diluar sekolah dan

berlangsung sepanjang hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang,

maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi maka

semakin luas pula pengetahuannya. Menurut Notoatmodjo (2003),

pendidikan formal memberikan pengaruh besar dalam membuka

wawasan dan pemahaman terhadap nilai baru yang ada

dilingkungannya. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan

lebih mudah untuk memahami perubahan yang terjadi


47

dilingkungannya dan orang tersebut akan menyerap perubahan

tersebut bermanfaat bagi dirinya. Seseorang yang pernah mengenyam

pendidikan formal diperkirakan akan lebih mudah menerima dan

mengerti tentang pesan-pesan kesehatan melalui penyuluhan maupun

media masa (Andi Amran Amrulla, 2017).

4. Pengetahuan

Notoatmodjo (2014) menjelaskan bahwa, pengetahuan adalah

hal yang diketahui oleh orang atau responden terkait dengan sehat dan

sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit (penyebab, cara

penularan, cara (pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan,

kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan sebagainya.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo 2012). Pengetahuan responden terhadap Keselamatan

dn Kesehatan Kerja perawat dalam bekerja di RS adalah guna

mengetahui sejauh mana responden mengetahui tentang K3 saat

bekerja. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal dan non-

formal, misalnya melalui bimbingan dan pelatihan, pengarahan,

mencari informasi, diskusi, dan berbagai pengalaman, sehingga

semakin banyak memperoleh pengetahuan, maka semakin besar


48

kesadaran untuk mengimplementasikan dalam keseharian(Sisca

Ardini, 2018).

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki pengetahuan baik berjumlah 19 orang (57,6), responden

yang memiliki pengetahuan cukup berjumlah 14 orang (42,4%) dan

tidak ada responden yang memiliki pengetahuan kurang. Dari hasil

kuesioner responden dengan kategori cukup, responden tersebut

umumnya tidak mengetahui dengan tepat pengertian dari K3 yaitu

sebanyak 6 orang responden (46,2%). Responden tidak mengetahui

bahwa yang dimaksud dengan Keselamatan dan Kesehatan kerja

untuk melindungi diri dari kemungkinan timbulnya bahaya kecelakaan

maupun penyakit akibat kerja. Mayoritas responden memiliki

pengetahuan yang baik terhadap Keslamatan kerja salah satunya

dengan menggunakan alat pelindung diri dalam melakukan

pekerjaan/tindakan. Hal ini didasari karena pada dasarnya petugas

IGD sudah diberikan informasi oleh pihak rumah sakit melalui

pelatihan dan penyuluhan tentang Keselamatan Dan Kesehatan

Kerjanya, dan juga didukung oleh briefing yang selalu diberikan oleh

pengawas setiap harinya sebelum melakukan pekerjaan. Maka dapat

dilihat bahwa petugas IGD telah memiliki pengetahuan yang baik

mengenai Keselamatan danKesehatan Kerja Perawat dalam

penanganan risiko infeksi. Hal ini sesuai dengan Green yang dikutip

oleh Suyono dan Nawawinetu (2013) yang mengatakan bahwa


49

pelatihan merupakan faktor pendukung dari terciptanya pengetahuan

yang baik.

Menurut Azwar (2000), yang dikutip oleh Rahmah (2012),

pengetahuan dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, pendidikan.

Menurut Erfandi yang dikutip oleh Siburian (2012), usia ataupun

umur sangat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik.

Semakin matang usia biasanya seseorang cenderung bertambah

pengetahuan dan tingkat kedewasaannya (Sisca Ardini, 2018).

Padahasil penelitian diperoleh latar belakang pendidikan

responden mayoritas adalah tamatanNers. Semakin tinggi pendidikan

seseorang maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi maka semakin luas pula pengetahuannya. Semakin tinggi

jenjang pendidikan seseorang maka dapat memberikan kontribusi

pengetahuan mengenai pentingnya K3 untuk melindungi diri dari

penyakit akibat kerja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Widyaningsih (2012) yang mengatakan bahwa ada hubungan

pengetahuan dengan implementasi Penerapan K3, yang berarti bahwa

tingkat pengetahuan mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Prawat. Akan tetapi pada responden yang memiliki pengetahuan yang

baik, bisa juga memiliki praktik yang buruk dalam penggunaan APD.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Andi Amran

Amrullah, 2016) dengan judul “Gambaran Faktor Risiko Infeksi


50

Nosokomial Pada Perawat Diruang Rawat Inap RSUD Haji Kota

Makassar’.Dari hasil penelitian di ruang rawat inap RSUD Haji

Makassar, sebagianbesar perawat dikategorikan memiliki pengetahuan

tentang infeksi nosokomialcukup (77%). Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh KomariahAbdullah yang mengatakan

bahwa pengetahuan perawat tentang infeksinosokomial di RSUD Haji

Makassar tergolong dalam kategori cukup (72,9%).

Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan

perawat tentang infeksi nosokomial sudah cukup, namun masih rentan

terhadap risiko infeksinosokomial

Menurut asumsi peneliti bahwa pengetahuan perawat terkait

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) cukup baik dikarenakan jumlah

prawat yang ada di ruang IGD RSUD H.Andi Sulthan Daeng Radja

Kabupaten Bulukumba, rata-rata tamatan Ners dan dari hasil pen

elitian di dapatkan hanya ada 14 (42,4%) yang memiliki pengetahuan

cukup.

5. Sikap

Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan dari motif tertentu

(Fitriani, 2011). Manakala Azwar (2009), menerangkan sikap

seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi dan faktor,

kedua adalah reaksi atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai

reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu


51

senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan

atau menjauhi/ menghindari sesuatu.

Pembentukan sikap yang positif tidaklah bisa diwujudkan

dalam waktu singkat. Respon seseorang dimulai dari perhatiannya

terhadap suatu stimulus sampai dapat bertanggung jawab atas dirinya

sendiri terhadap stimulus yang diberikan, memerlukan proses yang

bertahap. Pembentukan sikap harus dimulai dari adanya kepercayaan

terhadap pemberi stimulus. Melalui pembinaan, sikap akan lebih dapat

terbentuk daripada hanya Universitas Sumatera Utara 42 sekedar

pengajaran sesaat. Dan ini juga tentunya juga harus diselaraskan

dengan proses peningkatan pengetahuan (Muhammad Farhan, 2018).

Sikap responden pada penelitian ini adalah sikap yang meliputi

presepsi dari petugas perawat di ruang IGD yaitu perawat pelaksana.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di ruang IGD RSUD H, A.

Sulthan Deng Radja Kabupaten Bulukumba sebagian besar perawat di

ruang IGD memiliki sikap yang dikategorikan Baik (60,0%).

Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

responden yang memiliki sikap baik terhadap K3 namun masih ada

responden yang berisiko terhadap infeksi, hal ini dikarenakan masih

ada responden yang tidak melakukan tindakan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja dengan baik. Sebaliknya, terdapat responden yang

memiliki sikap baik mengenai K3 namun tidak berisiko terhadap

infeksi, hal ini dikarenakan responden yang melakukan tindakan

Keselamaan dan Kesehaan Kerja sesuai dengan SOP yang telah


52

ditetapkan di rumah sakitdengan baik yang dilakukan sesuai

pengalamankerja mereka sebagai seorang perawat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Sisca Ardini, 2018).

Dengan Judul “Gambaran Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pada Petugas Instalasi Sanitasi Dan K3 Di RSUD Haji Medan”. sikap

merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk

berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat

pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut.

Menurut asumsi peneliti bahwa sikap dalam Keselamatan dan

Kesehata Kerja perawat memiliki pengaruh dengan pengetahuan

dikarenakan dari hasil yang diperoleh oleh peneliti dari jumalah

responden sebanyak 33 responden yaitu terdapat 20 responden yang

memiliki sikap baik dan terdapat 13 responden yang memiiki sikap

cukup baik. Dimana perawat yang memilikisikap cukup baik

dipengaruhi oleh pengetahuan, adanya pengetahuan yang tinggi maka

semakin baik pula tingkat keseamatan dan keehaan kerjanya.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai tentang

“Gambaran pengetahuan dan sikap perawat terkait tingkat keselamatan

kerja dalam manajemen pengendalian risiko infeksi di ruang IGD RSUD

H.Andi Sultan Deng

Radja Bulukumba 2021”.Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. pengetahuan lebih menunjukkan 19 orang responden (57,6)

dibandingkan pengetahuan cukup berjumlah 14 orang responden dan

tidak ada responden yang memiliki pengetahuan yang kurang.

2. Sikap yang dikategorikan baik berjumlah 20 orang responden (60,6%),

dibandingkan pengetahuan cukup berjumlah 13 orang responden (39,4

%). Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

responden yang memiliki siap baik terhadap K3 namun masih ada

responden yang beresiko terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan masih

ada responden yang tidak melakukan tindakan keselamatan kerja

dengan baik.

53
54

B. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian diatas, maka

penulismemberikan saran sehingga penelitian ini dapat dijadikan acuan

untuk perkembangan keilmuan. Adapun saran yang diajukan oleh peneliti

adalah:

1. Pihak manajemen hendaknya harus lebih meningkatkan pengawasan

dalam melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja perawat (K3).

2. Bagi Perawat, pentingnya untuk meningkatkan perilaku guna

menghindari terjadinya risiko.

3. Petugas perawatyang bertugas di ruangan IGD diharapkan dapat

saling mengingatkan rekan kerjanya apabila tidak menggunakan SOP

saat bekerja. Hal ini baik dilakukan untuk meningkatkan kesadaran

dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi saat

bekerja.

4. Diharapkan petugas perawat yang memiliki pendidikan

DIPLOMA/D3 Untuk melanjutkan pendidikanya agar, tingkat

pengetahuanya bisa lebih luas lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Baringbing, J. (2020). Upaya Memutus Rantai Infeksi Di Rumah Sakit. 1204.


cecep triwibowo & mitha erlisya pusphandani. (2015). pengantar dasar ilmu
kesehatan masyarakat. nuhamedika.gu.ma.
Dan, K., & Kerja, K. (2015). Faktor-faktor pencegahan penyakit terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja perawat.
Dharma, K. (2017). Metodelogi penelitian keperawatan. CV. trans info media.
Iii, B. A. B., & Penelitian, M. (2019). bab III Metodelogi. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Irma P. Arisanty, S.Kp, RN, W. (ET)N2014. (2014). Manajemen perawatan luka.
Juliana, R., & Berutu, B. (2012). Penggunaan Apd Untuk Pencegahan Penyakit
Akibat Kerja Pada Perawat. 1–10.
Lailan, S., Saragih, N., Kerja, K., & Pasien, K. (n.d.). Hubungan antara
keselamatan dan kesehatan kerja perawat dengan tingkat kepuasan
pasien.
Minannisa, C. (2020). Pengaruh Asuhan Keperawatan Terhadap Konsep
Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) di Rumah Sakit. Osf.
Nisa, K. (2019). Kebijakan Rumah Sakit dalam Upaya Pencegahan Penyakit
Infeksi bagi Pasien dan Tenaga Kesehatan di Lingkungan Rumah Sakit. 1–
12.
Rumah, K., Di, S. K. R. S., Sakit, R., Ii, T., Maringka, F., Kawatu, P. A. T.,
Punuh, M. I., Kesehatan, F., Universitas, M., & Ratulangi, S. (2019).
Analisis Pelaksanaan Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Rumah
Sakit (K3Rs) Di Rumah Sakit Tingkat Ii Robert Wolter Mongisidi Kota
Manado. Kesmas, 8(5), 1–10.
Sabrina, A. (n.d.). Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dalam Asuhan
Keperawatan.
Sari, K. J. (2019). Kebijakan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit.
https://doi.org/10.31227/osf.io/hnrbs
Widayana, G., & Wiratmaja, I. G. (2014). Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Baringbing, J. (2020). Upaya Memutus Rantai Infeksi Di Rumah Sakit. 1204.
cecep triwibowo & mitha erlisya pusphandani. (2015). pengantar dasar ilmu
kesehatan masyarakat. nuhamedika.gu.ma.
Dan, K., & Kerja, K. (2015). Faktor-faktor pencegahan penyakit terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja perawat.
Dharma, K. (2017). Metodelogi penelitian keperawatan. CV. trans info media.
Iii, B. A. B., & Penelitian, M. (2019). bab III Metodelogi. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Irma P. Arisanty, S.Kp, RN, W. (ET)N2014. (2014). Manajemen perawatan luka.
Juliana, R., & Berutu, B. (2012). Penggunaan Apd Untuk Pencegahan Penyakit
Akibat Kerja Pada Perawat. 1–10.
Lailan, S., Saragih, N., Kerja, K., & Pasien, K. (n.d.). Hubungan antara
keselamatan dan kesehatan kerja perawat dengan tingkat kepuasan
pasien.
Minannisa, C. (2020). Pengaruh Asuhan Keperawatan Terhadap Konsep
Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) di Rumah Sakit. Osf.
Nisa, K. (2019). Kebijakan Rumah Sakit dalam Upaya Pencegahan Penyakit
Infeksi bagi Pasien dan Tenaga Kesehatan di Lingkungan Rumah Sakit. 1–
12.
Rumah, K., Di, S. K. R. S., Sakit, R., Ii, T., Maringka, F., Kawatu, P. A. T.,
Punuh, M. I., Kesehatan, F., Universitas, M., & Ratulangi, S. (2019).
Analisis Pelaksanaan Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Rumah
Sakit (K3Rs) Di Rumah Sakit Tingkat Ii Robert Wolter Mongisidi Kota
Manado. Kesmas, 8(5), 1–10.
Sabrina, A. (n.d.). Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dalam Asuhan
Keperawatan.
Sari, K. J. (2019). Kebijakan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit.
https://doi.org/10.31227/osf.io/hnrbs
Widayana, G., & Wiratmaja, I. G. (2014). Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Frequency Table

Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 20 60.6 60.6 60.6

Cukup 13 39.4 39.4 100.0

Total 33 100.0 100.0

Rumah sakit tempat saya bekerja harus memiliki komite yang mengelola K3 RS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 4 12.1 12.1 12.1

S 18 54.5 54.5 66.7

SS 11 33.3 33.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Saya harus mengetahui dan memahami Standar Prosedur Operasional (SOP) dan
ketentuan K3 yang berhubungan dengan pekerjaan saya

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid STS 7 21.2 21.2 21.2

TS 7 21.2 21.2 42.4

S 13 39.4 39.4 81.8


SS 6 18.2 18.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh lalainya menggunakan alat


pelindung diri dan kondisi tempat kerja yang tidak aman

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid STS 7 21.2 21.2 21.2

TS 8 24.2 24.2 45.5

S 12 36.4 36.4 81.8

SS 6 18.2 18.2 100.0

Total 33 100.0 100.0


Pada area yang mengandung sumber bahaya perlu diberikan tanda peringatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid S 13 39.4 39.4 39.4

SS 20 60.6 60.6 100.0

Total 33 100.0 100.0

Meletakkan peralatan dan ruangan kerja yang baik dapat mencegah terjadinya
kecelakaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid STS 5 15.2 15.2 15.2

TS 10 30.3 30.3 45.5

S 11 33.3 33.3 78.8

SS 7 21.2 21.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Petunjuk bahaya di lingkungan kerja rumah sakit berpengaruh terhadap


pencegahan kecelakaan kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid STS 6 18.2 18.2 18.2

TS 7 21.2 21.2 39.4

S 11 33.3 33.3 72.7


SS 9 27.3 27.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Menurut saya, pengetahuan dan keterampilan tentang kesehatan dan keselamatan


kerja yang diberikan rumah sakit sudah cukup memadai

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid STS 13 39.4 39.4 39.4

TS 10 30.3 30.3 69.7

S 10 30.3 30.3 100.0

Total 33 100.0 100.0


Menurut saya, penyebab dasar terjadinya kecelakaan adalah karena kondisi dan
tindakan yang tidak aman

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid STS 9 27.3 27.3 27.3

TS 9 27.3 27.3 54.5

S 7 21.2 21.2 75.8

SS 8 24.2 24.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Saya telah mengenali dengan baik seluruh risiko bahaya yang ada di lingkungan
kerja saya

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid STS 9 27.3 27.3 27.3

TS 12 36.4 36.4 63.6

S 8 24.2 24.2 87.9

SS 4 12.1 12.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

Frequency Table

Menurut saya, pedoman K3 di Rumah sakit harus dipatuhi dengan disiplin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid S 16 48.5 48.5 48.5

SS 17 51.5 51.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 19 57.6 57.6 57.6

Cukup 14 42.4 42.4 100.0

Total 33 100.0 100.0


Menurut saya, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu upaya
perlindungan bagi pegawai dan rekan kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 12 36.4 36.4 36.4

S 13 39.4 39.4 75.8

SS 8 24.2 24.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Menurut saya, alat pelindung diri hanya perlu dipakai ditempat berbahaya

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid STS 12 36.4 36.4 36.4

TS 10 30.3 30.3 66.7

S 5 15.2 15.2 81.8

SS 6 18.2 18.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Menurut saya, kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid S 17 51.5 51.5 51.5

SS 16 48.5 48.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

Menurut saya, kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh lalainya pegawai
menggunakan alat pelindung diri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TS 11 33.3 33.3 33.3

S 10 30.3 30.3 63.6

SS 12 36.4 36.4 100.0

Total 33 100.0 100.0


Menurut saya, kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh acuhnya pegawai
pada aturan aturan K3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid STS 8 24.2 24.2 24.2

TS 13 39.4 39.4 63.6

S 7 21.2 21.2 84.8

SS 5 15.2 15.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Menurut saya ,perlu mengingatkan pegawai lain yang tidak mematuhi peraturan
pekerjaan yang beresiko kecelakaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid STS 5 15.2 15.2 15.2

TS 9 27.3 27.3 42.4

S 10 30.3 30.3 72.7

SS 9 27.3 27.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Saya akan membiarkan alat-alat atau material yang berbahaya berserakan di


tempat kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid STS 21 63.6 63.6 63.6

TS 12 36.4 36.4 100.0

Total 33 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan * Sikap 33 91.7% 3 8.3% 36 100.0%


Pengetahuan * Sikap Crosstabulation

Sikap

Baik Cukup Total

Pengetahuan Baik Count 12 8 20

Expected Count 11.5 8.5 20.0

% within Pengetahuan 60.0% 40.0% 100.0%

Cukup Count 7 6 13

Expected Count 7.5 5.5 13.0

% within Pengetahuan 53.8% 46.2% 100.0%


Total Count 19 14 33

Expected Count 19.0 14.0 33.0

% within Pengetahuan 57.6% 42.4% 100.0%


Lampiran 1 kosiener penelitian

PEMINATAN(K3)KESELAMATANDANKESEHATANKERJADALAM
MANAJEMEN PENGENDALIAN RISIKO INFEKSI DI RUANG IGD
RSUD.H.ANDI SULTHAN DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

Jawabanyangresponden berikan

tidakmempengaruhikarirresponden,penelitian ini semata-mata hanya untuk

keperluan pendidikan peneliti. Identitas dan jawaban yang responden berikan akan

kami jaga kerahasiaannya. Mohon dengan segala hormat responden memberikan

jawaban dengan sejujurnya.Terima kasih atas partisipasinya.

DAFTAR PERTANYAAN

C. Identitas Responden

1. Tanggal Wawancara : .....-......-2021

2. Nama/Inisial :

3. Usia :

4. Jenis Kelamin : L/P

5. Pendidikan Terakhir :

1. DIPLOMA KEPERAWATAN

2. S1

3. S2

D. Pengetahuan

Pada pernyataan dibawah ini berilah tanda ceklist (√) pada salah satu jawaban

pernyataan yang sesuai menurut bapak/ibu

Keterangan :
SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

N Pernyataan SS S TS STS
O
1. Rumah sakit tempat saya bekerja harus
memiliki komite yang mengelola K3 RS
2. Saya harus mengetahui dan memahami Standar
Prosedur Operasional (SOP) dan ketentuan K3
yang berhubungan dengan pekerjaan saya
3. Kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh
lalainya menggunakan alat pelindung diri dan
kondisi tempat kerja yang tidak aman
4. Pada area yang mengandung sumber bahaya
perlu diberikan tanda peringatan
5. Meletakkan peralatan dan ruangan kerja yang
baik dapat mencegah terjadinya kecelakaan
6. Petunjuk bahaya di lingkungan kerja rumah
sakit berpengaruh terhadap pencegahan
kecelakaan kerja
7. Menurut saya, pengetahuan dan keterampilan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja yang
diberikan rumah sakit sudah cukup memadai
8. Menurut saya, penyebab dasar terjadinya
kecelakaan adalah karena kondisi dan tindakan
yang tidak aman
9. Saya telah mengenali dengan baik seluruh risiko
bahaya yang ada di lingkungan kerja saya
1. Berilah tanda ceklist (√) pada salah satu jawaban pernyataan yang sesuai
menurut bapak/ibu
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
2. Sikap
No Pernyataan SS S TS STS
1. Menurut saya, pedoman K3 di Rumah sakit
harus dipatuhi dengan disiplin
2. Menurut saya, keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan suatu upaya perlindungan
bagi pegawai dan rekan kerja
3. Menurut saya, alat pelindung diri hanya
perlu dipakai ditempat berbahaya
4. Menurut saya, kecelakaan adalah suatu
kejadian yang tidak dikehendaki
5. Menurut saya, kecelakaan kerja yang terjadi
disebabkan oleh lalainya pegawai
menggunakan alat pelindung diri
6. Menurut saya, kecelakaan kerja yang terjadi
disebabkan oleh acuhnya pegawai pada
aturanaturan K3
7. Menurut saya ,perlu mengingatkan pegawai
lain yang tidak mematuhi peraturan
pekerjaan yang beresiko kecelakaan
8. Saya akan membiarkan alat-alat atau
material yang berbahaya berserakan di
tempat kerja
Lampiran2surat pen gambilan data awal
Lampiran 3 surat izin selinca
Lampiran4 surat izin kan tor kesatuan b an gsa dan politik
Lampiran5surat izin penanaman modal
Lampiran6surat izin meneliti
Lmpiran7 szurat kode etik
Lampiran 8 Telah Melakukan Peelitian
Dokumentasi

Lampiran9 pendokumentasian
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama :NURFADILLAH
Tempat/Tgl Lahir :Kolaka, 20-Mei-1999
Jenis Kelamin :Perempuan
Alamat :JL. Sultan Hasanuddin, Kel/Desa :Bintarore, Kecamatan :

Ujung Bulu, Kabupaten : Bulukumba

Institusi :STIKES PANRITA HUSAA BULUKUMBA

Angkatan :IX (2017/2021)

Agama :Islam

Status Perkawinan :Belum Kawin

Golongan Darah :O

No.HP :082296075202

Kewarganegaraan :WNI

E-Mail :nurfadillahsyam05@gmail.com

Biografi : - SD Negeri 1 Induha, Tahun Lulus 2011

- SMP Negeri1 Latambaga,Tahun Lulus 2014

- SMA Negeri 1 Latambaga, Tahun Lulus 2017

Anda mungkin juga menyukai