Anda di halaman 1dari 78

PROPOSAL

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN TINGKAT STRESS TENAGA


KESEHATAN SAAT PANDEMI COVID-19 DI PUSKESMAS
BARENGKRAJAN KRIAN

INAS NADA AFIFAH


1130017067

DOSEN PEMBIMBING:
SITI DAMAWIYAH, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021

1
PROPOSAL

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN TINGKAT STRESS TENAGA


KESEHATAN SAAT PANDEMI COVID-19 DI PUSKESMAS
BARENGKRAJAN KRIAN

INAS NADA AFIFAH


1130017067

DOSEN PEMBIMBING:
SITI DAMAWIYAH, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021

i
PROPOSAL

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN TINGKAT STRESS TENAGA


KESEHATAN SAAT PANDEMI COVID-19 DI PUSKESMAS
BARENGKRAJAN KRIAN

Disusun untuk Memenuhi


Syarat Mata Kuliah Tugas Akhir
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Oleh :

INAS NADA AFIFAH


1130017067

DOSEN PEMBIMBING:

Siti Damawiyah, S.Kep.Ns., M.Kep


NPP. 0304736

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Proposal ini hasil karya saya sendiri,

dan semua baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Inas Nada Afifah

NIM : 11300170067

Tanda Tangan :

Tanggal : 12 Januari 2021

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

Judul : Hubungan Efikasi Diri Dengan Tingkat Stress Tenaga Kesehatan


Saat Pandemi Covid-19 Di Puskesmas Barengkrajan Krian
Penyusun : Inas Nada Afifah
NIM : 1130017067
Pembimbing : Siti Damawiyah, S.Kep.Ns., M.Kep
Tanggal Ujian :

Disetujui Oleh :

Pembimbing,
Siti Damawiyah, S.Kep.Ns., M.Kep : ................... ....................................
NPP. 0304736

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep.Ns., M.Kep


NPP.0206713

iv
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN TINGKAT STRESS TENAGA


KESEHATAN SAAT PANDEMI COVID-19 DI PUSKESMAS
BARENGKRAJAN KRIAN

PROPOSAL INI TELAH DISETUJUI


PADA, 18 Januari 2021

Oleh :
Pembimbing

Siti Damawiyah, S.Kep.Ns., M.Kep


NPP. 0304736

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep.Ns., M.Kep


NPP.0206713

v
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PROPOSAL

Proposal dengan judul :


HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN TINGKAT STRESS TENAGA
KESEHATAN SAAT PANDEMI COVID-19 DI PUSKESMAS
BARENGKRAJAN KRIAN

Dinyatakan lulus :

Oleh Tim Penguji :


Ketua,
Siti Damawiyah, S.Kep.Ns., M.Kep :
NPP. 0304736

Anggota I,
Nurul Kamariyah, S. Kep., Ns., M. Kes :
NPP. 9305401

Anggota II,
Nur Ainiyah, Ns., M.Kep :
NPP. 116021043

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep.Ns., M.Kep


NPP.0206713

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademika Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, saya yang


bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Inas Nada Afifah
NIM : 1130017067
Program Studi : S1 Keperawatan
Fakultas : Keperawatan dan Kebidanan
Jenis Karya : Proposal
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-
exclusif Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN TINGKAT STRESS TENAGA


KESEHATAN SAAT PANDEMI COVID-19 DI PUSKESMAS
BARENGKRAJAN KRIAN

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), Dengan hak bebas Royalti Non-
Eksekutif ini Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Nahdlatul Ulama Surabaya
berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangakalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Sidoarjo
Pada Tanggal : 12 Januari 2021

Yang menyatakan

Inas Nada Afifah


NIM. 1130017067

vii
PEDOMAN PENGUNAAN PROPOSAL

Proposal ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam


lingkungan Nahdlatul Ulama Surabaya, diperkenankan sebagai referensi
kepustakaan, tetapi pengutipan harus seijin Nahdlatul Ulama Surabaya dan harus
menulis nama penyusun sesuai etika ilmiah. Dokumen proposal ini dalam bentuk
hard copy dan soft copy merupakan hak milik Nahdlatul Ulama Surabaya.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Proposal
dengan judul “Hubungan Efikasi Diri Dengan Tingkat Stress Tenaga Kesehatan
Saat Pandemi Covid-19 Di Puskesmas Barengkrajan Krian” sebagai persyaratan
Pendidikan Akademik dalam rangka menyelesaikan program pendidikan S1
Keperawatan di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Penulisan proposam ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Siti Damawiyah, S.Kep.Ns., M.Kep sebagai dosen pembimbing yang penuh
dengan perhatian mendampingi dan mengarahkan penulis dalam menyusun
skripsi ini
2. Siti Nurjanah, S.Kep.Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan
3. Yanis Kartini, SKM, M.Kep., selaku Dekan Fakultas Keperawatan Dan
Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
4. Prof. Dr. Ir. Achmad Jasidie, M.Eng., selaku Rektor Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya.
5. Orang tua dan kedua adik yang selalu mendoakan, mendukung, memberikan
arahan, dan memberikan bantuan baik moril maupun materil.
6. Teman dan sahabat yang selalu mendoakan, mendukung, dan membantu saya
hingga terselesaikannya penelitian ini.
7. Kepala UPT Puskesmas Barengkrajan Krian yang telah memberi ijin saya
dalam melakukan penelitian ini.
8. Responden yang telah membantu dan berkontribusi dalam penelitian ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas dukungan dan perhatian
yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Penulis
menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna, oleh karena itu memerlukan
masukan saran yang membangun agar penelitian dapat dilaksanakan, sehingga
penelitian yang akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar.

Surabaya, 12 Januari 2021

Penulis,

Inas Nada Afifah


NIM. 1130017067

ix
DAFTAR ISI
Sampul Dalam ................................................................................................. i
Lembar Persetujuan ......................................................................................... ii
Halaman Pernyataan Orisinalitas...................................................................... iii
Lembar Persetujuan Proposal........................................................................... iv
Lembar Pengesahan.......................................................................................... v
Lempar Pengesahan Naskah Proposal.............................................................. vi
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk
Kepentingan Akademik.................................................................................... vii
Pedoman Pengunaan Proposal.......................................................................... viii
Kata Pengantar.................................................................................................. ix
Daftar Isi........................................................................................................... x
Daftar Gambar.................................................................................................. xi
Daftar Tabel ..................................................................................................... xii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xiii
Daftar Arti Lambang, Singkatan, dan Istilah.................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Batasan Masalah.......................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah........................................................................................ 3
D. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 3
E. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Stress............................................................................................... 5
B. Konsep Efikasi Diri......................................................................................18
C. Konsep Covid-19.........................................................................................26

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN


A. Kerangka Konseptual...................................................................................32
B. Hipotesis Penelitian......................................................................................33

BAB 4 METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian.........................................................34
B. Populasi Penelitian.......................................................................................34
C. Sampel, Besar Sampel, dan Cara Pengambilan Sampel..............................34
D. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................36
E. Kerangka Operasional Penelitian.................................................................37
F. Variabel dan Definisi Operasional...............................................................38
G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data.....................................39
H. Pengolahan dan Analisis Data.....................................................................41
I. Etika Penelitian.............................................................................................44

Daftar Pustaka...................................................................................................45
Lampiran...........................................................................................................47

x
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Efikasi Diri Dengan 32


Tingkat Stress Tenaga Kesehatan Saat Pandemi Covid-
19 di Puskesmas Barengkrajan Krian
Kerangka Operasional Penelitian Hubungan Efikasi Diri
Gambar 4.1 Dengan Tingkat Stress Tenaga Kesehatan Saat Pandemi 37
Covid-19 di Puskesmas Barengkrajan Krian

xi
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Efikasi Diri Dengan


Tingkat Stress Tenaga Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 38
di Puskesmas Barengkrajan Krian

xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Lampiran Halaman
Lampiran 1 Lembar Permohonan Ijin Pengambilan Data Awal 47
Lampiran 2 Surat Pengantar BAKESBANGPOL Provinsi Jawa 48
Timur
Lampiran 3 Surat Pengantar BAKESBANGPOL Kabupaten 49
Sidoarjo
Lampiran 4 Surat Pengantar dari Dinas Kesehatan Sidoarjo 50
Lampiran 5 Surat Balasan dari Puskesmas Barengkrajan Krian 51
Sidoarjo
Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden 52
Lampiran 7 Lembar Informasi Untuk Responden 53
Lampiran 8 Lembar Persetujuan Responden dalam Penelitian 56
Lampiran 9 Kuisioner Penelitian I 57
Lampiran 10 Kuisioner Penelitian II 59
Lampiran 11 Lembar Konsultasi 61

xiii
DAFTAR LAMBANG
Arti Lambang
% : Presentase
= : Sama dengan
- : Sampai
/ : Atau
. : Titik
, : Koma
< : Kurang dari
≥ : Lebih dari
√ : Centang
ρ : Probability
α : Alfa
d : Tingkat Signifikan
N : Populasi
n : Sampel

Singkatan
DR. : Doktor
Ir. : Insinyur
Kemenkes : Kementrian Kesehatan Dasar
M.Eng : Magister of Enginering
M.Kep : Magister Keperawatan
M.Kes : Magister Kesehatan Masyarakat
NIM : Nomer Induk Mahasiswa
NPP : Nomer Pokok Pegawai
Ns : Ners
pH : Potential Hydrogen
Prodi : Program Studi
Prof. : Profesor
Riskesdas : Riset Kesehatan
S.Kep : Sarjana Keperawatan
SKM : Sarjana Kesehatan Masyarakat
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
UNUSA : Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
WHO : World Health Organization
COVID-19 : Coronavirus Disease 2019
APD : Alat Pelindung Diri
ICN : International Council of Nurse
BAKESBANGPOL : Badan Kesatuan Bangsa, Politik, Dan Perlindungan
Masyarakat

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1. Masalah, 2. Skala masalah, 3. Kronologis , 4 solusi

Pandemi COVID-19 di Indonesia mengakibatkan peningkatan beban yang

sangat berat terhadap sistem pelayanan kesehatan di tanah air, termasuk pada

tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan Indonesia sebagai garda terdepan

penanganan memiliki resiko yang lebih rentan akan tertularnya COVID-19.

Tenaga kesehatan berpotensi terpajan dengan tingkat stress yang sangat tinggi.

Hampir seluruh perawat yang bertugas di runag Covid 19 mengalami stress yg

tingi. Banyak tenaga kesehatan yg terpapar covid 19 di tempat kerjanya

Tingginya resiko akibat tingkat pajanan tersebut di fasilitas kesehatan selama

pandemi ini dapat mengakibatkan efek jangka panjang dimana para tenaga

kesehatan sebagian besar merasa kelelahan dan bahkan merasa kurang

kompeten dalam menjalankan tugasnya di pelayanan kesehatan, serta kinerja

perawat yang menjadi tinggi.

Data WHO (2020) pada tanggal 05 Oktober 2020 menunjukkan sebanyak

235 Negara terpapar COVID-19 dengan jumlah kasus yang terkonfirmasi

sebanyak 35.109.317 kasus, dan sebanyak 1.035.341 jiwa meninggal

disebabkan oleh COVID-19. Data ICN (2020) pada tanggal 03 Juni 2020 dari

sejumlah negara terbatas menunjukkan bahwa lebih dari 230.000 petugas

kesehatan telah tertular penyakit COVID-19, dan lebih dari 600 perawat kini

telah meninggal karena virus tersebut. Sedangkan, Data di Indonesia

menunjukkan bahwa hingga 11 September 2020, sebanyak 105 tenaga

kesehatan meninggal dalam penanganan COVID-19 (Kemenkes, 2020) .

1
Berdasarkan hasil pengambilan data awal di Puskesmas Barengkrajan pada

tanggal 15 Februari 2021 didapatkan jumlah tenaga kesehatan yang ada

sebanyak 65 orang. Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Barengkrajan

terdiri atas dokter/dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kefarmasian, analisis

kesehatan, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga kesehatan

masyarakat, dan ahli tenaga laboratorium medik. 54% mempunyai

dukungan psikologi,

Sejak dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2020, jumlah kasus terkonfirmasi

positif COVID-19 terus meningkat dan menyebar dengan pesat di seluruh

wilayah di Indonesia. Hal ini menjadi masalah yang serius dan turut

berdampak bagi keselamatan dan kesehatan tenaga kesehatan yang bertugas

dalam penanganan COVID-19. Sebagai garda terdepan, tenaga kesehatan

memiliki faktor risiko yang sangat tinggi terpapar COVID-19. Faktor paparan

virus tersebut bisa disebabkan karena tekanan kerja yang terlalu berat dan

lama sehingga menjadi stress kerja, tidak adekuatnya penggunaan APD,

hingga kelelahan menjadi permasalahan yang dapat mempengaruhi sikap dan

perilaku tenaga kesehatan sehingga merasa kurang kompeten dan keyakinan

untuk merawat pasien berkurang tidak sesuai dengan keyakinan awal dalam

penanganan COVID-19 (Kemenkes,2020).

Banyaknya tenaga kesehatan yang terpapar COVID-19 dan gugur dalam

menjalankan tugasnya. Membuat pemerintah membentuk suatu upaya

perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan serta menimalisir angka

kematian tenaga kesehatan dalam penanganan COVID-19.

2
Upaya tersebut antara lain pembatasan jam kerja, mencukupi keperluan

APD tenaga kesehatan, meningkatkan mutu dalam pencegahan dan

pengendalian infeksi, meningkatkan screening, penguatan protokol kesehatan

di segala lini pelayanan kesehatan, dukungan psikologi tenaga kesehatan

sesama sejawat ataupun dukungan keluarga, peningkatan daya tahan tubuh,

serta pemberian kompensasi bagi tenaga kesehatan (Kemenkes, 2020).

B. Batasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat stress tenaga kesehatan

diantaranya adalah faktor lingkungan pekerjaan bagi perawat, faktor

organisasi dan faktor individu. Pentingnya mengetahui tingkat stress pada

tenaga kesehatan sangat diperlukan, namun karena keterbatasan waktu pada

peneliti, maka peneliti hanya membatasi pada “Hubungan Efikasi Diri Dengan

Tingkat Stress Tenaga Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 Di Puskesmas

Barengkrajan Krian”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka peneliti merumuskan masalah : “Apakah ada

hubungan efikasi diri dengan tingkat stress tenaga kesehatan saat pandemi

Covid-19 di Puskesmas Barengkrajan Krian ?”.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan efikasi diri dengan tingkat stress tenaga

kesehatan saat pandemi Covid-19 di Puskesmas Barengkrajan Krian.

2. Tujuan Khusus

3
a. Mengidentifikasi efikasi diri tenaga kesehatan di Puskesmas

Barengkrajan Krian

b. Mengidentifikasi tingkat stress tenaga kesehatan di Puskesmas

Barengkrajan Krian.

c. Menganalisis hubungan efikasi diri dengan tingkat stress tenaga

kesehatan saat pandemi Covid-19 di Puskesmas Barengkrajan Krian.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai informasi dan sebagai bahan referensi untuk penelitian –

penelitian baru yang berhubungan dengan efikasi diri dan tingkat stress

tenaga kesehatan di masa pandemi Covid-19, serta menjadi bahan kajian

lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan, wawasan, dan

referensi bagi peneliti lain mengenai efikasi diri dan tingkat stress

tenaga kesehatan di masa pandemi Covid-19.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar atau referensi

melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan hubungan efikasi

diri dengan tingkat stress tenaga kesehatan saat pandemi Covid-19.

c. Bagi Profesi Keperawatan

4
Perawat dapat mengetahui hubungan efikasi diri dengan tingkat stress

tenaga kesehatan dimasa pandemi Covid-19 serta dapat meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Stress

1. Definisi Stress

Stress merupakan sesuatu hal yang tak bisa terelakan dalam kehidupan

manusia (Asmadi, 2008). Konsep Stress penting diketahui karena

memberikan cara memahami seseorang sebagai makhluk yang merespon

secara totalitas (pikiran, tubuh dan jiwa) teradap berbagai perubahan yang

terjadi dalam kehidupan sehari – hari. Orang menggunakan istilah stress

dalam banyak hal, dimana pengalaman seseorang terpapar melalui

rangsangan atau pemicu stress (stressor). Stressor adalah rangsangan fisik,

psikologis, atau sosial yang mampu menghasilkan stress dan

membahayakan keseimbangan keseimbangan karena adanya suatu

tegangan (Neuman and Fawcett (2011); Potter et all, (2020) dalam Ineke

Patrisia, dkk. (2020)).

Stress adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar

terhadap bahaya ancaman. Stress memiliki dua komponen fisik yakni

perubahan fisiologis dan psikologis yang diartikan bagaimana seseorang

merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan keadaan fisik dan

psikologis ini disebut sebagai stressor (pengalaman respon stress) (Pinel,

2009; Ika Fitria E, 2014; dalam Tasnim, dkk. 2020).

Stress adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, dimana ia boleh

mengganggu equiibrium (homoestasis) fisiologi normal (Julie K, 2005).

Sedangkan menurut WHO (2003) Stress adalah reaksi atau respons tubuh

5
terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan).

Stress dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai

stimulus dengan insietas berlebihan yang tidak disukai berupa respons

fisiologis, perilaku dan subjektif terhadap stress; konteks yang

menjembatani pertemuan antara indiividu dengan stimulus yang membuat

semua sebagai suatu sistem (Tasnim, dkk. 2020).

Barnfather (1993) menjelaskan ada tiga pendekatan teoritis (fisiologi,

psikologi, dan sosiologi) yang telah digunakan untuk mendefinisikan

stress dalam riset keperawatan (Brunner & Suddarth, 2002).

a. Stress sebagai respons

Stress dapat diartikan sebagai respons fisiologis atau psikologis

terhadap stressor internal atau eksternal. Stress melibatkan perubahan

yang memengaruhi hampir setiap sistem tubuh, memengaruhi perasaan

dan perilaku orang. Misalnya, dapat dimanifestasikan dengan palpitasi,

berkeringat, mulut kering, sesak napas, gelisah, bicara lebih cepat,

peningkatan emosi negatif (jika sudah dialami), dan durasi kelelahan

akibat stress yang lebih lama. Stress yang parah dimanifestasikan oleh

sindrom adaptasi umum atau sering disebut General Adaptation

Syndrome (GAS). Dengan menyebabkan perubahan pikiran-tubuh ini,

stress berkontribusi langsung terhadap gangguan psikologis dan

fisiologis serta penyakit dan memengaruhi kesehatan mental dan fisik,

sehingga menurunkan kualitas hidup (Selye, H. 1976).

6
b. Stress sebagai stimulus

Dalam konteks ini Stress dipandang sebagai suatu hal diluar individu.

Dalam model psikososial ini, masa kehidupan diukur sebagai prediktor

adanya suatu peyakit. Stress dianggap sebagai faktor predisposisi atau

sebagai faktor pencetus yang meningkatkan kepekaan individu

terhadap penyakit (Rahe, 1975 ; dalam Hatmanti & Septianingrum,

(2018)).

c. Stress sebagai transaksi

Dalam model transaksi ini terdapat pertukaran atau transaksi, antara

individu dan lingkungannya, yang memberikan umpan balik kepada

hubungan orang dengan lingkungannya, yang memberikan umpan

balik kepada hubungan orang dengan lingkungannya. Model transaksi

yang sering disebut adalah yang dikemukakan oleh Richard Lazarus.

Peneliti stress Lazarus & Folkman (1984) berpendapat bahwa stress

dimulai dari penilaian individu terhadap sebuah situasi yang dihadapi

mulai dari seberapa berbahaya situasi dan sumber daya apa yang

digunakan dalam mengatasi stress tersebut. Stress psikologis

didefinisikan sebagai umpan khusus antara seseorang dengan

lingkungan yang dihargai oleh orang tersebut sebagai pajak terhadap

sumber daya dan membahayakan kemampuan. (Lazarus & Folkman

(1994); dalam Hatmanti & Septianingrum, (2018)).

2. Sumber Stress

Sumber Stress adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan

menghasilkan reaksi stress, misalnya jumlah semua respons fisiologis non

7
spesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stress

reaction acute (reaksi stress akut) adalah gangguan mental lain yang jelas

terjadi akibat stress fisik dan mental yang sangat berat, reaksi stress

biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan

kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan

dalam terjadinya reaksi stress akut dan keparahannya (Sunaryo, 2002;

Wahyudin, Yudhia 2018; dalam Tasnim dkk., 2020).

Bayi, anak – anak dan dewasa semua dapat mengalami stress. Sumber

Stress bisa berasal dari diri sendiri, keluarga dan komunitas sosial (Alloy,

2004). Menurut Maramis (2009) menjelaskan ada empat sumber atau

penyebab stress psikologis, yaitu frustasi, konflik, tekanan dan krisis.

Frustasi timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral

melintang, misalnya apabila ada mahasiswa yang gagal dalam mengikuti

ujian osca dan tidak lulus. Frustasi ada yang bersifat instrinsik (cacat

badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam,

kemantian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, penggangguran,

perselingkuhan dan lain - lain). Konflik timbul karena tidak bisa memilih

antara dua atau lebih macam keingan, kebutuhan atau tujuan. Ada 3 jenis

konflik, diantaranya yaitu :

a. Approach – approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih

satu diantara dua alternatif yang sama – sama disukai, misalnya saja

seseorang yang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan karir

yang sama – sama diinginkan. Stress muncul akibat hilangnya

8
kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis

konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.

b. Avoidance-avoidance confict terjadi bila individu dihadapkan pada dua

pilihan yang sama – sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang

hamil diluar pernikahan, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi disisi lain

ia belum mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan

anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan

lebih banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena

masing – masing alternatif memiliki konsekuensi yang tidak

menyenangkan.

c. Approach-avoidance conflict, merupakan situasi dimana individu

tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang

atau suatu obyek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti

merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat

membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok. Tekanan timbul

sebagai akibat tekanan hidup yang dihadapi sehari – hari. Tekanan

dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma

yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya

orang tua menuntut anaknya agar di sekolah selalu rangking satu, atau

istri menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami. Krisis yaitu

keadaan mendadak yang menimbulkan stress pada individu, misalnya

kematian orang yang disayangi, kecelakaaan dan penyakit yang harus

segera di operasi (Tasnim, dkk. 2020).

3. Etiologi Stress

9
Faktor yang menimbulkan stress dapat berasal dari sumber internal

maupun eksternal, yaitu (Hidayat, 206; dalam Tasnim, dkk.2003) :

a. Internal merupakan faktor stress yang bersumber dari diri sendiri.

Stressor individual dapat muncul dari pekerjaan, ketidakpuasan dengan

kondisi fisik, penyakit yang dialami, pubertas, dan sebagainya.

b. Eksternal merupakan faktor stress yang bersumber dari keluarga,

masyarakat dan lingkungan

Setiap masing – masing individu bisa mengalami stress yang diawali

dari empat sumber dasar diantaranya lingkungan, peran sosial, keadaan

fisiologis dan fikiran (Klinic Community Health Centre, 2010).

a. Lingkungan dapat mempengaruhi individu dengan tuntutan yang

intens dan bersaing untuk dapat beradaptasi menyesuaikan diri. Contoh

penyebab stress lingkungan meliputi cuaca, kebisingan, kepadatan,

polusi, lalu lintas, perumahan yang tidak aman dan di bawah standar,

dan kejahatan.

b. Stressor Peran Sosial - kita dapat mengalami berbagai penyebab stress

yang timbul dari tuntutan peran sosial yang berbeda yang kita tempati,

seperti orang tua, pasangan, pengasuh, dan karyawan. Beberapa contoh

penyebab stress sosial termasuk tenggat waktu, masalah keuangan,

wawancara kerja, presentasi, ketidaksepakatan, tuntutan waktu dan

perhatian untuk individu, kehilangan orang yang cintai, perceraian, dan

pengasuhan bersama.

c. Fisiologis. Situasi dan keadaan yang mempengaruhi tubuh kita dapat

dialami sebagai penyebab stress fisiologis. Contoh stress fisiologis

10
termasuk pertumbuhan cepat masa remaja, menopause, penyakit,

penuaan, melahirkan, kecelakaan, kurang olahraga, gizi buruk, dan

gangguan tidur.

d. Pikiran - Otak menafsirkan dan melihat situasi sebagai stress, sulit,

menyakitkan, atau menyenangkan. Beberapa situasi dalam hidup

memicu stress, tetapi pikiran kitalah yang menentukan apakah itu

masalah bagi kita

4. Respons Stress

Stress dapat menghasilkan berbagai respon yang dapat berguna sebagai

indikator dan alat ukur terjadinya Stress pada individu. Repon stress dapat

terlihat dalam berbagai aspek, seperti respon fisiologis, respon adaptif, dan

respon psiklogis. Respon fisiologis berupa interpretasi otak, dan respon

neuroendokrin, respon adaptif berupa tahanan General Adaptif Syndrome

(GAS) dan Local Adaptasi Syndrome (LAS). Respon psikologis dapat

berupa perilaku konstruktif maupun deksdruktif (Smeltzer & Bare, 2009).

Respon fisiologis terhadap stressor merupakan suatu mekanisme

protektif (melindungi) dan adaptif untuk memelihara keseimbangan

homoestasis dalam tubuh. Respon fisiologis menjadi sebuah rangkaian

peristiwa neural dan hormonal yang mengakibatkan konsekuensi jangka

pendek dan jangka panjang bagi otak dan juga tubuh. Dalam bagian aspek

respon stress, impuls aferen akan ditangkap oleh organ pengindra dan

internal ke pusat saraf otak lalu diteruskan sampai ke hipotalamus.

Kemudian diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan respon yang

diperlukan untuk mengembalikan tubuh dalam keadaan homeostasis

11
(Smeltzer & Bare, 2008). Jika tubuh tidak mampu menyesuaikan diri

dengan perubahan tersebut, maka gangguan keseimbangan tubuh akan

terganggu (Hatmanti & Septianingrum, 2018).

Jadi yang diartikan dengan respon terhadap stress yaitu kondisi tubuh

yang mengenali adanya ancaman stressor seperti beban kerja yang berat

yang mengakibatkan kelelahan, kondisi tekanan pada keluarga dan

berbagai faktor lainnya. Ketika tubuh menghadapi sebuah ancaman maka

Stressor mengirimkan sebuah pesan ke hipotalamus dimana pesan ini

terdiri dari kombinasi sistem syaraf dan hormon (seperti hormon adrenalin

dan kortisol) sehingga memicu adanya perlawanan dalam tubuh biasanya

ditandai dengan meningkatnya detak jantung, meningkatkan tekanan

darah, dan meningkatkan suplai energi. Kortisol merupakan salah satu

hormon stress utama dimana dapat meningkatkan gula (glukosa) dalam

aliran darah, meningkatkan penggunaan glukosa oleh otak, dan

meningkatkan ketersediaan zat yang memperbaiki jaringan.

Sistem respons stress tubuh biasanya bersifat sementara. Begitu

ancaman yang dirasakan telah berlalu, kadar hormon akan kembali normal.

Saat tingkat adrenalin dan kortisol turun, denyut jantung dan tekanan

darah kembali ke tingkat dasar, dan sistem lain melanjutkan aktivitas

rutinnya. Apabila pemicu ancaman stresssor tersebut dirasakan dalam

waktu yang lama dari sistem respons stress dan disertai dengan

meningkatnya paparan berlebih kortisol dan hormon stress lainnya dapat

mengakibatkan terjadinya gangguan pada sistem tubuh dan meningkatkan

risiko berbagai masalah kesehatan mental dan fisik.

12
5. Indikator Stress

Indikator Stress merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif yang dapat

menggambarkan tingkat stresss individu. Stress memberikan dampak

langsung terhadap psikologis yang secara tidak langsung berdampak pula

pada fisiologis. Terdapat beberapa indikator stress, diantaranya :

a. Fisiologis

Indikator fisiologis stress dapat diketahui seara objektif sehingga

mudah untuk diidentifikasi. Indikator fisiologis tersebut berupa

meningkatnya tekanan darah, tangan dan kaki dingin, postur tubuh

yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, suara

yang bernada tinggi, muntah, mual, diare, perubahan nafsu makan,

perubahan berat badan, dan telapak tangan berkeringat. Indikator

fisiologis secara umum dapat diamati.

b. Emosional

Indikator emosional dan perilaku stress sangat bersifat subjektif.

Indikator stress psikologis dan perilaku berupa ansietas, depresi,

kepenatan, kelelahan mental, perasaan tidak adekuat, kehilangan harga

diri, minat dan motivasi, ledakan emosi dan menangis, kecendrungan

membuat kesalahan, mudah lupa dan pikiran buntu, kehilangan

perhatian terhadap hal – hal yang rinci, preokupasi, ketidakmampuan

berkonsentrasi terhadap tugas, rentan terhadap kecelakaan, serta

penurunan produktivitas dan kualitas kerja. Indikator emosional dan

perilaku tidak mudah untuk diamati

13
c. Perilaku

Respon tingkah laku atau perilaku dapat dibedakan menjadi flight

yaitu melawan situasi yang menekan, sedangkan flight yaitu

menghindari situasi menekan (Nasir & Muhith, 2011). Sedangkan

Sarafino (2007) berpendapat tentang respons perilaku sosial pada

stress dapat mengubah perilaku hidup terhadap orang lain. Individu

dapat berperilaku menjadi positif maupun negatif. Bencana alam dapat

membuat individu berperilaku lebih kooperatif, dalam situasi lain,

individu dapat mengembangkan sikap bermusuhan. Stress yang diikuti

dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung

meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif. Stress juga

dapat memengaruhi perilaku membantu pada individu (Tasnim, dkk.

2020).

6. Klasifikasi Stress

Menurut American Psychological Assosiation (2018) Stress dibagi

menjadi tiga tipe yaitu stress akut, stress akut episodik dan stress kronis.

a. Stress akut

Stress akut adalah bentuk paling umum dari stress. Itu berasal dari

tuntutan dan tekanan dari masa lalu, antisipasi, dan tekanan waktu

dekat. Stress akut dapat muncul dalam kehidupan siapapun dan tidak

akan merusak kehidupan seseorang karena hanya berlangsung jangka

pendek.

14
Gejala yang paling umum meliputi gangguan emosi cepat marah,

kecemasan dan depresi, masalah otot seperti sakit kepala, rasa tegang,

nyeri punggung, nyeri rahang, masalah seperti perut mulas, kembung,

diare, jantung berdebar – debar, akral berkeringat dan sebagainya.

b. Stress akut episodik

Pada beberapa orang yang sering menderita stress akut dan selalu

mengalami kekacauan dalam hidup. Bentuk lain dari stress akut

episodik berasal dari kekhawatiran yang berlebihan seperti melihat

bencana disetiap sudut dan pesimis meramalkan bencana pada setiap

situasi, merasa dunia berbahaya, sesuatu yang buruk selalu terjadi, juga

cenderung lebih terangsang dan tegang. Gejala stress akut episodik

sepert pada gejala stress akut tetapi lebih parah seperti sakit kepala

terus menurus, migrain, hipertensi, nyeri dada, dan penyakit jantung.

Mengobati stress akut episodik membutuhkan intervensi pada setiap

tingkatan dan memerlukan bantuan profesional yang mungkin

memakan waktu berbulan – bulan.

c. Stresss kronis

Stress kronis berlangsung terus – menerus dalam jangka waktu yang

panjang dan menghancurkan tubuh, pikiran, dan jiwa. Stress kronis

muncul ketika seseorang tidak pernah melihat jalan keluar dari situasi

yang menyedihkan, mendapat tekanan dan tuntutan yang tak henti –

hentinya seperti kemiskinan, keluarga disfungsional, pekerjaan yang

tak sesuai harapan dan sebagainya. Stress kronis dapat menyebabkan

bunuh diri, kekerasan, serangan jantung, stroke hingga kanker. Stress

15
kronis sangat sulit untuk sembuh sehingga membutuhkan perawatan

medis yang panjang sesuai dengan manajemn stress.

7. Tingkatan Stress

Tingkat Stress yang dialami oleh individu dapat terjadi dalam berbagai

tingkat. Individu yang memiliki tingkat stress yang rendah sampai

menengah akan dapat melakukan tugas secara lebih baik dan menjadi

tekun, sedangkan tingkat stress yang tinggi dapat menurunkan kinerja

(Robbins & Judge, 2008). Menurut Struat dan Sundeen (2005)

mengklasifikasikan tingkat stress yaitu :

a. Stress ringan

Pada tingkat stress ini sering terjadi pada kehidupan sehari – hari dan

kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana

mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Biasanya tidak

merusak aspek fisiologis, umumnya dirasakan oleh setiap orang

misalnya seperti lupa ketiduran, kecamatan, dikritik. Situasi seperti ini

biasanya berakhir dalam beberapa menit dan beberapa jam. Situasi

seperti ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dirasakan

terus – menerus.

b. Stress sedang

Pada Stress tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini

dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan

persepsinya. Terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari

16
misalnya contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang

berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, angota keluarga pergi dalam

waktu yang alam, situasi seperti ini dapat bermakna bagi individu yang

mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit koroner.

c. Stress berat

Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung

memusatkan perhatian pada hal - hal lainnya. Semua perilaku

ditunjukkan untuk mengurangi stress. Individu tersebut mencoba

memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak

pengarahan. Stress berat dapat juga dikatakan stress kronis yang terjadi

beberapa minggu sampai beberapa tahun, misalnya hubungan suami

yang tidak harmonis, kesulitan finansial dan penyakit fisik yang lama.

8. Pengukuran Tingkat Stress

Tingkat Stress adalah hasil penilaian terhadap hasil penilaian terhadap

berat ringanya stress yang dialami seseorang (Crowford & Henry, 2003).

Alat ukur tingkat stress adalah kuesioner dengan system penilaian atau

skoring yang diisi oleh responden dalam suatu penelitian.Tingkat stress

diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stresss Scale 42 (DASS

42) oleh Lavibond & Lavibond (1995). Depression Anxiety Stresss Scale

42 (DASS 42) adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk

mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stress.

DASS 42 dibentuk tidak hanya mengukur secara konvensional mengenai

status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman,

pengertian dan pengukuran yang berlaku dimanapun dari status emosional,

17
secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stress. DASS 42 dapat

digunakan baik itu oleh kelompok atau individu dengan tujuan penelitian

(Lovibond, 1995 dalam Nursalam 2020).

B. Konsep Efikasi Diri

1. Definisi Efikasi Diri

Istilah "self - efficacy" pertama kali diciptakan oleh psikolog Albert

Bandura (1977) seorang psikolog Kanada - Amerika dan seorang profesor

di Universitas Stanford.

Efikasi diri adalah rasa percaya diri seseorang terhadap kemampuan

yang dimilikinya dan melaksanakan suatu tindakan untuk mencapai

sebuah tujuan (Bandura, 1997). Selanjutnya Bandura (2009)

menambahkan bahwa efikasi diri adalah penilaian individu terhadap

dirinya untuk mencapai tingkatan kinerja yang diinginkan yang akan

mempengaruhi tindakan selanjutnya (Bandura, 2009).

Efikasi diri atau efikasi ekspetasi (self effication-efficacy expetation)

adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi

dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa

diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. Ekspetasi

hasil dari efikasi diri memperkirakan bahwa sebuah tingkah laku yang

dilakukan oleh individu dapat mencapai sebuah hasil tertentu. Efikasi diri

merupakan sebuah variabel pribadi penting jika digabungkan dengan

tujuan – tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi, akan menjadi

penentu tingkah laku mendatang yang penting. Berbeda dengan konsep

18
diri yang dikemukakan oleh (Rogers) yang bersifat umum, efikasi diri

bersifat fragmental. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda –

beda, tergantung pada kemampuan yang dituntut oleh situasi yang

berbeda, kehadiran orang lain dalam sebuah situasi tersebut dan keadaan

fisiologis serta emosional, kelelahan, kecemasan, apatis, murung.

(Fatwikiningsih, N. 2020).

Efikasi diri secara umum menggambarkan suatu penilaian dari

seberapa baik seseorang dapat melakukan suatu perbuatan pada situasi

yang beraneka ragam. Efikasi diri secara umum berhubungan dengan

harga diri atau (self -esteem) karena keduanya merupakan aspek dari

penilaian yang berkaitan dengan kesuksesan atau kegagalan seseorang

sebagai seorang manusia. Meskipun demikian, keduanya juga memiliki

perbedaan, yaitu efikasi diri tidak mempunyai komponen penghargaan diri

seperti self-esteem. Harga diri (self - esteem) mungkin bentuk sifat yang

menyemarakkan, efikasi diri selalu berada pada situasi khusus dan hal ini

menjadi awalan sebuah aksi yang diutamakan. Sebagai contoh, seseorang

bisa memiliki efikasi diri yang tinggi, mungkin mengganggap dirinya

sanggup melakukan suatu hal di banyak situasi. Namun, karena memiliki

harga diri yang rendah dia percaya bahwa dia tidak memiliki nilai pokok

pada hal yang dikuasai (Gufron&Risnawati, 2010 dalam Damawiyah, S.,

Soleha, U., & Umamah.,F. 2017)

Bandura (1997) mengatakan bahwa efikasi diri pada dasarnya adalah

sebuah proses kognitif berupa keputusan, keyakinan atau penghargaan

tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam

19
melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan utnuk

mencapai hasil yang dinginkan. Efikasi diri tidak berkaitan dengan

kecakapan yang dimiliki, tapi berkaitan dengan keyakinan individu

mengenai hal apa yang dapat dilakukan dengan kecakapan yang ia miliki

seberapa pun besarnya. Efikasi diri menekankan pada komponen

keyakinan diri yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi yang

akan datang dengan ciri khas masing – masing individu, tidak dapat

diperkirakan dan penuh dengan tekanan. Meskipun efikasi diri memiliki

pengaruh berbagai sebab yang besar pada tindakan kita, dimulai dari

kombinasi lingkungan, perilaku sebelumnya, dan variabel personal

lainnya, terutama pada harapan teradap hasil untuk menghasilkan perilaku.

Efikasi diri akan memengaruhi beberapa aspek dari kognisi dan perilaku

seseorang. Gist dan Mitchell mengatakan bahwa efikasi diri dapat

membawa pada perilaku yang berbeda diantara individu dengan

kemampuan yang sama karena efikasi diri memengaruhi pilihan, tujuan,

pengatasan masalah dan kegigihan dalam berusaha (Gufron&Risnawati,

2010 dalam Damawiyah, S., Soleha, U., & Umamah.,F. 2017)

2. Dimensi Efikasi Diri

Menurut Bandura (1997), efikasi diri pada diri tiap individu akan

berbeda antara saat individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga

dimensi, diantaranya yaitu :

a. Dimensi tingkat level (level)

Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu

merasa mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan

20
pada tugas – tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka

efikasi diri individu mungkin akan terbatas pada tugas – tugas yang

mudah, sedang, atau bahkan meliputi tugas – tugas yang paling sulit,

sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi

tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing –masing tingkat.

Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang

dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang

berada di luar batas kemampuan yang dirasakannya.

b. Dimensi kekuatan (strength)

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat keyakinan atau pengharapan

individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah

digoyahkan oleh pengalaman – pengalaman yang tidak mendukung.

Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong individu tetap

bertahan dalam usahanya. Mskipun mungkin ditemukan pengalaman

yang kurang menunjang. Dimensi ini biasanya berkaitan langsung

dengan dimensi level, yaitu makin tinggi taraf kesulitan tugas, makin

lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.

c. Dimensi generalisasi (generality)

Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana

individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa

yakin terhadap kemampuan dirinya. Apakah terbatas pada suatu

aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi

yang bervariasi.

21
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dimensi –

dimensi, efikasi diri adalah tingkat (level), dimensi kekuatan (strenght),

dan dimensi generalisasi (generality) (Gufron & Risnawati, 2010).

3. Klasifikasi Efikasi Diri

Secara garis besar efikasi diri dibagi menjadi dua bentuk yaitu efikasi

tinggi dan efikasi diri rendah, sebagai berikut :

a. Efikasi diri tinggi

Individu yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung memilih terlibat

langsung dalam menyelesaikan masalah meskipun masalah yang

dihadapi sulit, karena individu memandang masalah bukan suatu

ancaman yang harus dihindari. Individu dengan efikasi diri tinggi jika

mengalami kegagalan akan menganggap bahwa kegagalan merupakan

akibat dari kurangnya usaha. Individu yang memiliki efikasi diri tinggi

memiliki ciri – ciri, yaitu : mampu menangani masalah yang dihadap

secara efektif, yakin terhadap kesuksesan dalam menghadapi masalah

atau rintangan, masalah dipandang sebagai tantangan yang dihadapi,

bukan ancaman yang harus dihindari, gigih dalam usaha untuk

menyelesaikan masalah, percaya pada kemampuan yang dimiliki, cepat

bangkit dan kegagalan yang dihadapi, suka mencari situasi baru

(Arianti. 2017; Yuliana, 2017).

b. Efikasi diri rendah

22
Individu yang memiliki efikasi diri rendah cenderung ragu akan

kemampuan yang dimiliki, menjauhi masalah yang sulit karena

menganggap masalah sebuah ancaman Individu dengan efikasi diri

rendah akan mencoba menghindari masalah, dan sibuk memikirkan

kekurangan yang ada pada dirinya, tidak berpikir tentang cara

menghadapi masalah sehingga individu cenderung lamban dalam

mendapatkan efikasi diri ketika mengalami kegagalan. Individu yang

meimiliki efikasi diri rendah memiliki ciri – ciri, yaitu cenderung

lamban dalam mendapatkan kembali efikasi diri ketika menghadapi

kegagalan, tidak mempunyai keyakinan bisa menghadapi masalah,

menghindari masalah yang sulit dan memandang masalah sebagai

ancaman yang harus dihindari, cepat menyerah ketika menghadapi

masalah, ragu pada kemampuan yang dimilikinya, aspirasi dan

komitmen pada tugas lemah, tidak suka mencari situasi baru (Arianti.

2017; Yuliana, 2017).

4. Sumber Efikasi Diri

Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri dapat tumbuh dan

dipelajari melalui empat hal sumber informasi utama (Feist & Feist, 2014;

Ghufron & Risnawati S, 2011), yaitu :

a. Pengamalan Keberhasilan (Mastery Experience)

Pengalaman keberhasilan merupakan cara yang paling efektif untuk

meningkatkan efikasi diri karena seseorang biasanya lebih cenderung

percaya bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang baru jika itu

mirip dengan sesuatu yang pernah dilakukannya dengan baik. Oleh

23
karena itu, pengalaman keberhasilan akan menaikkan efikasi diri

individu, sedangkan pengalaman kegagalan akan menurunkan efikasi

diri individu.

b. Pengalaman Orang Lain (Vicarious Experience)

Pengamatan keberhasilan orang lain dengan kemampuan yang

sebanding dalam mengerjakan tugas akan meningkatkan efikasi diri

individu dan memotivasi diri sendiri untuk yakin dalam mengerjakan

tugas yang sama. Kesuksesan yang dicapai orang lain juga merupakan

suatu hal yang dapat menstimulus individu untuk menyelesaikan

masalah. Sedangkan, pengamatan terhadap kegagalan orang lain akan

menurunkan perilaku individu mengenai kemampuannya dan akan

mengurangi usaha yang dilakukan.

c. Persuasi Verbal (Verbal Persuasion)

Pada persuasi verbal, individu diarahkan dengan saran, nasihat, dan

bimbingan bahkan dapat juga melalui sugesti atau bujukan untuk

percaya terhadap kemampuan diri sehingga meningkatkan keyakinan

tentang kemampuan yang dimiliki individu untuk membantu mencapai

tujuan yang diinginkan dan mengatasi masalah dimasa yang akan

datang. Individu yang diyakinkan secara verbal akan cenderung

berusaha lebih keras untuk mencapai suatu keberhasilan dan keyakinan

positif yang ditanamkan pada diri individu akan meningkatkan efikasi

diri dan begitupun sebaliknya.

d. Kondisi Fisiologis dan Emosional (Physiological and Emotional State)

24
Pada kondisi fisiologis, individu mendasarkan sumber informasi

mengenai kondisi fisiologis mereka untuk menilai kemampuannya.

Pada situasi tertentu ketika individu mengalami gejolak fisiologis dan

emosional seperti stress, kegelisahan, khawatir dan ketakutan terhadap

semua hal yang negative maka peforma individu mulai melumpuh

sehingga dapat menyebabkan efikasi diri yang rendah. Ketegangan

fisik yang dialami individu dalam situasi menekan membuat gairah

emosional meningkat yang dipandang individu sebagai suatu tanda

ketidakmampuan dan hal tersebut dapat melemahkan peforma kerja

individu.

5. Proses Yang Mempengaruhi Efikasi Diri Manusia

Efikasi diri yang telah terbentuk akan mempengaruhi dan memberi

fungsi pada aktivitas individu. Menurut Bandura (1997) dalam Latifah,

Maf’ul (2016) menjelaskan tentang efikasi diri mempengaruhi fungsi

manusia melalui empat proses meliputi kognitif, motivasional, afektif, dan

seleksi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing proses :

a. Proses kognitif

Efikasi diri mempengaruhi bagaimana pola pikir yang dapat

mendorong atau menghambat perilaku seseorang. Efikasi diri yang

tinggi mendorong pembentukan pola pikir untuk mencapai kesuksesan,

dan pemikiran akan kesuksesan akan memunculkan kesuksesan yang

nyata, sehingga memperkuat efikasi diri seseorang.

b. Proses motivasional

25
Seseorang dapat termotivasi oleh harapan yang diinginkannya. Di

samping itu, kemampuan untuk mempengaruhi diri sendiri dan dengan

mengevaluasi penampilan pribadinya merupakan suatu sumber utama

motivasi dan pengaturan dirinya. Efikasi diri merupakan hal terpenting

dalam mempengaruhi diri sendiri untuk membentuk sebuah motivasi.

Sehingga dapat mempengaruhi tingkat pencapaian tujuan, kekuatan

dalam berkomitmen, seberapa besar usaha yang diperlukan, dan

bagaimana usaha tersebut ditingktkan ketika motivasi turun

c. Proses afektif

Efikasi diri berperan penting dalam mengatur kondisi afektif. Efikasi

diri mengatur emosi seseorang melalui beberapa cara, yaitu seseorang

percaya bahwa mereka mampu mengelola ancaman tidak akan muda

tertekan oleh diri mereka sendiri, dan sebaliknya efikasi diri seseorang

yang tinggi dapat menurunkan tingkat setres dan kecemasan mereka

dengan melakukan tindakan untuk mengurangi ancaman lingkungan,

seseorang dengan efikasi diri yang tinggi memiliki kontrol pemikiran

yang lebih baik dan efikasi diri yang rendah dapat mendorong

munculnya depresi.

d. Proses seleksi

Proses kognitif, motivasional dan afektif akan memungkinkan

seseorang untuk membentuk tindakan dan sebuah lingkungan yang

membantu dirinya dan bagaimana mempertahankannya. Dengan

memilih lingkungan yang sesuai akan membantu pembentukan diri dan

pencapaian tujuan.

26
C. Konsep Covid–19

1. Definisi Covid-19

COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus korona baru

yang disebut SARS-CoV-2. WHO pertama kali mengetahui virus baru ini

pada 31 Desember 2019, menyusul laporan sekelompok kasus 'virus

pneumonia' di Wuhan, Republik Rakyat China (WHO, 2020).

2. Etiologi Covid-19

Virus corona disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang

ditransmisikan dari hewan ke manusia. Kelelawar, tikus bambu, unta dan

musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk Virus corona. Virus

corona pada kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian Severe

Acute Respiratory Syndrome (SARS) Dan Middle East Respiratory

Syndrome (MERS). Secara umum, alur Virus corona dari hewan ke

manusia dan dari manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi

droplet, rute feses dan oral. Berdasarkan penemuan, terdapat tujuh tipe

Virus corona yang dapat menginfeksi manusia saat ini yaitu dua

alphaVirus corona (229E dan NL63) dan empat betaVirus corona, yakni

OC43, HKU1, Middle East Respiratory Syndrome-Associated Virus

Corona (MERS-CoV), dan Severe Acute Respiratory Syndrome-

Associated Virus Corona (SARSCoV). Yang ketujuh adalah Virus corona

tipe baru yang menjadi penyebab kejadian luar biasa di Wuhan, yakni

27
Novel Virus corona 2019 (2019-nCoV) (Burhan E., Isbaniah F., Dwi

Susanto A., dkk. 2020).

Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke

manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet),tidak melalui udara.

Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang

kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien

COVID-19 (Yurianto, A. 2020).

3. Patofisiologi Covid-19

Coronavirus dapat menginfeksi manusia dari berbagai usia dengan

gejala klinis ringan, sedang, dan berat. Gejala klinis ringan seperti

common cold dan faringitis sampai berat seperti SARS atau MERS serta

beberapa strain menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi Coronavirus

biasanya sering terjadi pada musim dingin dan semi. Hal tersebut terkait

dengan faktor iklim dan pergerakan atau perpindahan populasi yang

cenderung banyak perjalanan atau perpindahan. Selain itu, terkait dengan

karakteristik Coronavirus yang lebih menyukai suhu dingin dan

kelembaban tidak terlalu tinggi (Wang Z, et.al 2020).

Semua orang secara umum rentan terinfeksi. Pneumonia Coronavirus

jenis baru dapat terjadi pada pasien immunocompromis dan populasi

normal, bergantung paparan jumlah virus. Jika kita terpapar virus dalam

jumlah besar dalam satu waktu, dapat menimbulkan penyakit walaupun

sistem imun tubuh berfungsi normal. Orang-orang dengan sistem imun

lemah seperti orang tua, wanita hamil, dan kondisi lainnya penyakit dapat

secara progresif lebih cepat dan lebih parah. Infeksi Coronavirus

28
menimbulkan sistem kekebalan tubuh yang lemah terhadap virus ini lagi

sehingga dapat terjadi re-infeksi (Wang Z, et.al 2020)

4. Manifestasi Covid-19

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau

berat. Seberapa besar orang yang terpapar COVID-19 ini akan mengalami

gejala klinis sebagai berikut :

a. Gejala klinis ringan : demam >38°C, batuk kering, kelelahan.

b. Gejala klinis sedang : rasa tidak nyaman (nyeri), nyeri tenggerokan,

diare, konjungtivitis (mata merah), sakit kepala, hilangnya indera

perasa atau penciuman, dan ruam pada kulit atau perubahan warna

pada jari tangan atau jari kaki.

c. Gejala klinis berat : kesulitan bernapas atau sesak napas, nyeri dada

(seperti rasa tertekan pada dada), dan hilangnya kemampuan berbicara

atau bergerak (WHO, 2020)

5. Komplikasi

Komplikasi yang menyebabkan kematian mungkin termasuk gagal

napas, sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), sepsis dan syok

septik, tromboemboli, dan atau kegagalan multiorgan, termasuk cedera

jantung, hati atau ginjal. Dalam situasi yang jarang terjadi, anak-anak

dapat mengembangkan sindrom peradangan parah beberapa minggu

setelah infeksi (WHO, 2020).

6. Pemeriksaan Penunjang Covid-19

29
a. Pemeriksaan laboratorium lain seperti hematologi rutin, hitung jenis,

fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan

prokalsitonin dapat dikerjakan sesuai dengan indikasi.

b. Pemeriksaan melalui pencitraan. Foto Toraks dan Computed

Tomography Scan ( C T-scan) toraks.

c. Pemeriksaan Antigen-Antibodi.

d. Pemeriksaan Virologi

e. Pemeriksaan kimia darah seperti : darah perifer lengkap, Analisis Gas

Darah dan sebagainya.

f. Pengambilan Spesimen. WHO (2020) merekomendasikan

pengambilan spesimen pada dua lokasi, yaitu dari saluran napas atas

(swab nasofaring atau orofaring) atau saluran napas bawah (sputum,

bronchoalveolar lavage (BAL), atau aspirat endotrakeal).

(Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo., dkk (2020).

7. Pencegahan Covid-19

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan Virus

corona ini adalah :

a. Menjaga kesehatan dan kebugaran agar stamina tubuh tetap prima dan

sistem imunitas / kekebalan tubuh meningkat.

b. Mencuci tangan dengan benar secara teratur menggunakan air dan

sabun atau hand-rub berbasis alkohol.

c. Ketika batuk dan bersin, tutup hidung dan mulut Anda dengan tisu atau

lengan atas bagian dalam (bukan dengan telapak tangan).

d. Hindari kontak dengan orang lain atau bepergian ke tempat umum.

30
e. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut (segitiga wajah). Tangan

menyentuh banyak hal yang dapat terkontaminasi virus. Jika kita

menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang

terkontaminasi, maka virus dapat dengan mudah masuk ke tubuh kita.

f. Gunakan masker dengan benar baik masker medis ataupun kain sesuai

dengan kriteria yang ditententukan. Pakai masker hingga menutupi

mulut dan hidung ketika Anda sakit atau saat berada di tempat umum.

g. Buang tisu dan masker yang sudah digunakan ke tempat sampah

dengan benar, lalu cucilah tangan Anda.

h. Utamakan Social Distancing dengan menjaga jarak minimal 1 meter

dari orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan.

i. Hindari bepergian ke luar rumah saat Anda merasa kurang sehat,

terutama jika Anda merasa demam, batuk, dan sulit bernapas. Segera

hubungi petugas kesehatan terdekat, dan mintalah bantuan mereka.

Sampaikan pada petugas jika dalam 14 hari sebelumnya Anda pernah

melakukan perjalanan terutama ke negara terjangkit, atau pernah

kontak erat dengan orang yang memiliki gejala yang sama. Ikuti

arahan dari petugas kesehatan setempat (Kemenkes,2020).

31
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

Dimensi efikasi diri (Bandura


(1997) :
1. Dimensi level (level)
2. Dimensi Kekuatan Efikasi Diri Tingkat
(strength) Stress
3. Dimensi generalisasi
(generality)

Sumber efikasi diri (Ghufron


& Risnawati S., 2011) : Sumber Stress (Tasnim,
dkk. 2020) :
1. Pengamalan Keberhasilan
(Mastery Experience) 1. Frustasi
2. Pengalaman Orang Lain 2. Konflik
(Vicarious Experience) 3. Tekanan
3. Persuasi Verbal (Verbal
4. Krisis
Persuasion)
4. Kondisi Fisiologis dan
Proses yang mempengaruhi
Emosional (Physiological
and Emotional State) efikasi diri (Bandura (1997):

1. Proses Kognitif
2. Proses Motivasional
3. Proses Afektif
4. Proses Seleksi

Sumber : Bandura (1997), Ghufron & Risnawati S. (2011), Tasnim,dkk.


(2020)
Keterangan :
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
: Mempengaruhi
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Efikasi Diri Dengan
Tingkat Stress Tenaga Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 di
Puskesmas Barengkrajan Krian

32
Dari kerangka konseptual diatas diatas dapat diketahui bahwa faktor yang

mempengaruhi efikasi diri yaitu dimensi, sumber efikasi diri dan yang paling

utama proses efikasi diri (kognitif, motivasional, afektif dan seleksi). Sementara

tingkat stress dipengaruhi oleh sumber setres yang terdiri atas frustasi, konflik,

tekanan dan krisis

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat Hubungan Efikasi Diri

Dengan Tingkat Stress Tenaga Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 di

Puskesmas Barengkrajan Krian.

33
BAB 4

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian korelasional melalui

pendekatan cross-sectional. Cross-sectional adalah jenis penelitian yang

menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan

dependen hanya satu kali pada suatu saat sehingga jenis ini variabel

independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak

ada tindak lanjut (Nursalam, 2020).

B. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah 65 tenaga kesehatan di Puskesmas

Barengkrajan Krian.

C. Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

1. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang bersedia

menjadi responden di Puskesmas Barengkrajan Krian dengan kriteria

sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1) Tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas

2) Tenaga kesehatan yang menjadi satgas covid-19

3) Petugas kesehatan yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

1) Tenaga kesehatan tidak bersedia menjadi responden

34
2) Tenaga kesehatan tidak mengisi kuisioner secara lengkap

2. Besar sampel

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang telah memenuhi kriteria

penelitian yang akan dijadikan sampel. Maka besar sampel yang diambil

dalam penelitian ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :

N
n=
1+ N ( d)2

Keterangan :

N : Besar populasi

n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan dan ketetapan yang diinginkan (0,05)

Diketahui :

N = 65

d = 0,05

Ditanya : n = .....?

65
n=
1+65 (0,05)2

65
n=
1+65 × 0,0025

65
n=
1+0,1625

65
n=
1.1625

n=¿60

Jadi, besar sampel adalah 60 responden.

3. Cara pengambilan sampel

35
Penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan teknik

yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling. Purposive

sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih

sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti

(tujuan/masalah penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2020).

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan adalah di Puskesmas Barengkrajan

Krian Sidoarjo. Adapun pemilihan lokasi tersebut berdasarkan :

a. Terdapat populasi yang sesuai dengan kriteria peneliti

b. Peneliti telah mengenal lokasi tersebut sehingga dapat mempermudah

administrasi dan memperlancar pengumpulan data

c. Lokasi dapat terjangkau dengan mudah oleh peneliti

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan Februari - Maret 2021 di Puskesmas

Barengkrajan Krian – Sidoarjo.

E. Kerangka Operasional Penelitian


Populasi
Tenaga kesehatan di Puskemas Barengkrajan Krian sebesar ?

36
Sampling
Teknik Nonproblability Sampling dengan jenis Purposive Sampling

Sampel

Karakteristik populasi yang sesuai dengan tujuan penelitian di


Puskesmas Barengkrajan Krian sebesar

Pengumpulan data
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner google form

Pengolahan Data
Editing, scoring, coding, processing, cleaning dan tabulating

Analisa data
Menggunakan uji korelasi spearmen

Penyajian hasil dan pembahasan

Simpulan dan saran

Gambar 4.1 Kerangka Operasional Hubungan Efikasi Diri Dengan Tingkat


Stress Tenaga Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 Di Puskesmas
Barengkrajan Krian. Satu sapsi

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

37
1. Variabel penelitian

a. Variabel independen (bebas)

Variabel independen dalam penelitian adalah efikasi diri

b. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat Stress tenaga

kesahatan di Puskesmas Barengkrajan Krian

2. Definisi operasional

Tabel 4.2 Definisi Operasional Hubungan Efikasi Diri Dengan Tingkat


Stress Tenaga Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 Di
Puskesmas Barengkrajan Krian.
Variabel Definisi Kategori dan Kriteria Skala
Operasional (Parameter)
Independen Keyakinan individu Efikasi diri diukur dengan Ordinal
Efikasi diri mengenai menggunakan alat ukur GSE
kemampuan dirinya (General Self Efficacy) yang
dalam melakukan disusun oleh Schwarzer dan
tugas atau tindakan Jerusalem (1995) berisi 10
untuk mencapai hasil pertanyaan. Pengukuran
tertentu. kuesioner tersebut
menggunakan Skala Likert
dengan kriteria skor :
1 : Sama sekali tidak benar
2 : Hampir tidak benar
3 : Cukup benar
4 : Sangat benar
Dependen Reaksi tinggi Tingkat setress diukur dengan Ordinal
Tingkat rendahnya suatu menggunakan kuesioner
Stress kondisi individu Depression Anxiety Stresss
yang berasal dari Scale 42 (DASS 42) oleh
berbagai situasi baik Lavibond & Lavibond (1995);
fisiologis maupun dalam Nursalam (2020).
psikologis. Tingkat Stress dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Ringan (skor 15-18)
2. Sedang (skor 19-25)
3. Berat (skor 26-33)
4. Sangat Berat (skor >34)

G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

38
1. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

kuesioner melalui google form. Variabel independen dalam penelitian

efikasi diri diukur dengan menggunakan GSE (General Self Efficacy) yang

disusun oleh Schwarzer dan Jerusalem (1995). Sedangkan, variabel

dependen dalam penelitian adalah tingkat Stress pada tenaga kesehatan di

Puskesmas Barengkrajan Krian. Alat ukur yang digunakan pada tingkat

Stress Depression Anxiety Stresss Scale 42 (DASS 42) oleh Lavibond &

Lavibond (1995); dalam Nursalam (2020).

2. Cara Pengumpulan data

a. Tahap Persiapan

1) Peneliti mengajukan surat perizinan kepada Dekan Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan setelah disetujui oleh dosen

pembimbing dari institusi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

(UNUSA). Setelah peneliti mendapatkan surat perizinan dan

disetujui dari institusi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

(UNUSA).

2) Kemudian peneliti mendatangi BANGKESBANGPOL (Badan

Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat) tempat

dilakukannya penelitian untuk meminta izin dalam melakukan

penelitian, dengan membawa surat keterangan izin penelitian dari

kampus.

3) Setelah diizinkan dan mendapatkan surat dari

BANGKESBANGPOL, peneliti mengajukan surat izin kepada

39
dinas kesehatan untuk meminta persetujuan tempat penelitian di

Puskesmas Barengkrajan Krian

4) Peneliti sudah mendapatkan surat pengantar persetujuan izin

penelitian dari dinas kesehatan, peneliti dapat mengajukan

penelitian di Puskesmas Barengkrajan Krian.

5) Peneliti meminta izin untuk melakukan penelitian di Puskesmas

Barengkrajan Krian dengan menyertakan surat izin bangkesbangpol

baik dari provinsi dan kabupaten, surat pengantar dari dinas

kesehatan dan surat pengantar dari institusi Universitas Nahdlatul

Ulama Surabaya (UNUSA).

6) Kemudian peneliti mengajukan surat izin tersebut kepada Kepala

UPTD Puskesmas Barengkrajan Krian.

7) Peneliti mendapat surat izin dari UPTD Puskesmas Barengkrajan

Krian. Peneliti mengumpulkan populasi penelitian dan mengambil

sampel penelitian sesuai yang dikendaki.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Penelitian dilakukan di Puskesmas Barengkrajan Krian

2) Peneliti melakukan pendataan jumlah tenaga kesehatan yang ada di

Puskesmas Barengkrajan Krian

3) Peneliti berkoordinasi dengan pihak Puskesmas Barengkrajan

Krian terkait pengambilan sampel penelitian.

4) Peneliti menuju ke subjek penelitian dan memberikan informasi

tentang tujuan dan sifat keikutsertaan subjek penelitian untuk

40
menjadi responden dalam penelitian. Bagi yang setuju untuk

dijadikan responden diberikan lembar informed consent.

5) Setelah didapatkan responden peneliti menjelaskan cara

pengisiannya, selanjutnya meminta responden untuk mengisi

lembar kuisioner melalui google form. Setelah selesai pengisian,

kuisioner dapat dikumpulkan.

6) Setelah semua data lengkap peneliti dapat melakukan analisis data

dari mengolah data sampai tahap melakukan uji statistik.

H. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan melalui tahapan

sebagai berikut :

a. Editing Data

Editing adalah proses pemeriksaan data di lapangan sehingga

menghasilkan data yang akurat untuk pengolahan data, selanjutnya

dilakukan pemeriksaan ulang. Semua kuesioner yang telah dijawab

oleh responden melalui google form akan diteliti. Apabila terdapat

kekeliruan akan segera diperbaiki sehingga tidak mengganggu

pengolahan data.

b. Coding

41
Coding adalah kegiatan pemberian kode angka pada data yang terdiri

dari beberapa kategori untuk memudahkan dalam pengolahan data.

c. Scoring

Scoring data meliputi pemberian skor pada jawaban yang telah

diberikan responden, kemudian diklasifikasi menjadi 2 yaitu :

1) Efikasi diri tenaga kesehatan diukur dengan kuesioner

menggunakan skala likert, sebanyak 10 pertanyaan dengan skor 1 –

4 (1 = Sama sekali tidak benar, 2 : Hampir tidak benar, 3 = Cukup

benar, 4 = Sangat benar) dimana jika skor semakin tinggi maka

makin tinggi pula efikasi diri.

2) Tingkat Stress diukur menggunakan kuesioner Depression Anxiety

Stress Scale (DASS 42). Kuesioner berjumlah 14 pertanyaan

dengan keterangan skor ( 0 = tidak pernah, 1 = kadang – kadang, 2

= sering, 3 = setiap saat ).

d. Processing

Setelah kuesioner telah diisi maka jawaban dari masing-masing

responden yang sudah berbentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan

ke dalam program SPSS 25 for windows untuk diproses dan dianalisis.

Dalam proses ini dituntut ketelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam

memasukkan data.

e. Cleaning

42
Cleaning atau pembersihan data adalah kegiatan pengecekan kembali

data yang sudah di entry dengan tujuan untuk mengetahui apakah

terjadi kesalahan atau tidak.

f. Tabulating

Penyajian data dalam bentuk angka yang di susun dalam kolom dan

baris dengan tujuan menunjukkan frekuensi kejadian dalam kateori

yang berbeda. Hasil analisis data di interprestasikan dalam bentuk

presentase dengan menggunakan skala sebagai berikut :

1) 0 % : tidak satupun

2) 1%-24% : sebagian kecil

3) 25-49% : hampir setengahnya

4) 50% : setengahnya

5) 51-75% : sebagian besar

6) 76-99% : hampir seluruhnya

7) 100% : seluruhnya

2. Analisis Data

Analisa data menggunakan Uji Statistik Spearman dengan tingkat

signifikan α= 0,05. Kriteria penelitian hipotesis Ho ditolak bila p < α

bararti ada Hubungan Efikasi Diri Dengan Tingkat Stress Tenaga

Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 Di Puskesmas Barengkrajan Krian.

I. Etika Penelitian

43
Dalam melakukan penelitian penulis mendapat izin rekomendasi dari

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Kemudian menyerahkan kepada

Kepala Puskesmas Barengkrajan Krian.

Untuk mendapatkan peresetujuan kemudian baru melakukan penelitian

dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Lembar persetujuan (Informed Consend)

Di berikan pada responden yang akan di teliti, peneliti menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian yang di lakukan. Jika responden bersedia di

teliti, maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika tidak bersedia,

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama

responden pada lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden di jamin dan tidak akan di sebar luaskan.

Data tersebut hanya akan di gunakan untuk laporan pada penelitian ini.

44
DAFTAR PUSTAKA
American Psychological Assosiation. (2018). APA: 3 Types of Stresss (Online).
https://crmhs.org/apa-3-types-of-Stresss/. Diakses pada tanggal 13 Januari
2021 Pukul 17.05 WIB.
Arianti, M. .(2017). Keyakinan Diri (Self Efficacy) Dan Intensi Perilaku
Mencontek Pada Saat Ujian. Universitas Islam Negeri Raden Fatah.
Palembang.
Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan konsep dan aplikasi kebutuhan
dasar klien. Jakarta: Salemba Medika.
Bandura, A.(1997). Self-Efficacy The Exercise of Control. New York : W.H.
Freeman and Company.
Bandura, A. (2009). Self Efficacy : The Exercise Of Control. New York : W.H.
Freeman and Company..
Burhan E., Isbaniah F., Dwi Susanto A., dkk. (2020). Pneumonia Covid-19
Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. Jakarta : Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia (PDPI)
Damawiyah, S.,Soleha U., & Umamah F. (2017). Hubungan Efikasi Diri Dan
Motivasi Mencegah Komplikasi Dengan Derajat Hipertensi Pada Lansia
Di Rw 01 Kelurahan Wonokromo Surabaya. Surabaya : Fakultas
Keperawatan Dan Kebidanan Unusa..
Fatwikiningsih, N. (2020). Teori Psikologi : Kepribadian Manusia Ed.1.
Yogyakarta : Andi.
Ghufron M. Nur & Risnawati Rini S. (2010). Teori – Teori Psikologi. Jogjakarta :
Ar – Ruzz Media.
Hatmanti, Nety Mawarda., & Septianingrum (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Stress Akademik Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya. Surabaya: Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Unusa
ICN. (2020). More than 600 nurses die from COVID-19 worldwide.
https://www.icn.ch/news/more-600-nurses-die-covid-19-worldwide.
Diakses pada tanggal 9 November 2020 Pukul 18.36 WIB.
Ineke Patrisia, dkk. (2020). Asuhan Keperawatan pada Kebutuhan Dasar Manusia.
Medan : Yayasan Kita Menulis.
Kemenkes, (2020). Keselamatan Tenaga Kesehatan Keselamatan Kita Semua (Online).
https://www.kemkes.go.id/article/view/20091200004/keselamatan-tenaga-
kesehatan-keselamatan-kita-semua.html. Diakses pada tanggal 9
November 2020 Pukul 19.15 WIB.
Klinic Community Health Centre. (2010). Stresss & Stresss Management. Diakses
di https://hydesmith.com/de-Stresss/files/StresssMgt.pdf pada tanggal 12
Desember 2020 Pukul 08.43 WIB.
Latifah, M. (2016). Hubungan Self Efficacy Dengan Perilaku Self Care Pasien
Kanker Payudara Di Rumah Sakit Onkologi Surabaya. Skripsi. Surabaya :
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Lazarus, R. S., and S. Folkman. (1984). Stresss Appraisal and Coping.
New York: Springer Publishing.
Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Praktis. Jakarta : Salemba Medika

45
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008). Perilaku organisasi. Jakarta: Salemba
Empat.
Selye, H. (1976). The Stresss of Life, rev. edn. New York : McGraw-Hill.
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,
Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J.,
Chen, L. K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M.,
Annisa, F., Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus
Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia, 7(1), 45. https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415
Tasnim, dkk. (2020). Keterampilan Dasar Kebidanan: Teori dan Praktik. Medan :
Yayasan Kita Menulis.
Wang Z, Qiang W, Ke H. 2020. A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia
Control and Prevention. China: Hubei Science and Technologi Press.
WHO. 2020. Coronavirus disease (COVID-19) pandemic (Online).
https://covid19.who.int/. Diakses pada tanggal 9 November 2020 Pukul
18.00 WIB.
Yurianto, A. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease (COVID-19). Germas, 0–115. (Online)
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/REV04_Pedoman_P2_CO
VID-19__27_Maret2020_TTD1.pdf. Diakses pada tanggal 13 Januari
2021 Pukul 21.00

46
Lampiran 1
Lembar Permohonan Ijin Pengambilan Data Awal

47
Lampiran 2
Surat Pengantar dari BAKESBANGPOL Provinsi Jawa Timur

48
Lampiran 3
Surat Pengantar dari BAKESBANGPOL Kabupaten Sidoarjo

49
Lampiran 4
Surat Pengantar dari Dinas Kesehatan Sidoarjo

50
Lampiran 5
Surat Balasan dari Puskesmas Barengkajan Krian Sidoarjo

51
Lampiran 6
Lembar Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada,
Yth. Responden
Di Tempat,

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dalam rangka memenuhi tugas akhir program studi S1 Keperawatan, saya
mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Nama : Inas Nada Afifah
NIM : 1130017067
Bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang “Hubungan Efikasi Diri
Dengan Tingkat Stress Tenaga Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 Di Puskesmas
Barengkrajan Krian”
Sehubungan dengan hal diatas, saya mohon kesediaannya untuk menjadi
responden dalam penelitian ini yang bersifat sukarela, kami akan menjamin
kerahasiaan identitas dan informasi yang diberikan.
Demikian permohonan ini saya buat, atas kerjasama dan partisipasinya
sebagai responden, peneliti mengucapkan terimakasih.
Waalaikumsallam Wr. Wb

Surabaya,……………….
Hormat Saya,
Peneliti

Inas Nada Afifah


NIM. 1130017067

52
Lampiran 7
Lembar Informasi Untuk Responden

LEMBAR INFORMASI UNTUK RESPONDEN


Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Inas Nada Afifah
NIM : 1130017067
Status : Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya.
Saya mengucapkan terimakasih kepada responden yang telah
menyempatkan waktu untuk membaca lembar informasi penelitian ini.
Penelitian ini berjudul “Hubungan Efikasi Diri Dengan Tingkat Stress
Tenaga Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 Di Puskesmas Barengkrajan Krian”.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan menggunakan desain penelitian korelasional melalui pendekatan cross-
sectional. Responden dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang bekerja
di Puskesmas Barengkrajan Krian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada hubungan efikasi diri dengan tingkat stress tenaga kesehatan saat
pandemi covid-19 di puskesmas barengkrajan krian. Waktu yang diperlukan untuk
mengisi kuisioner ini antara 5 - 10 menit. Dengan demikian peneliti mengajak
untuk ikut serta dalam penelitian ini. Hal-hal yang perlu diinformasikan :
A. Manfaat Terhadap Subyek Penelitian
Dapat menambah informasi dalam mengetahui tingkat stress dapat
mempengaruhi hubungan pada efikasi diri serta mengetahui tingkat stress
pada tenaga kesehatan sehingga penelitian ini bermanfaat untuk
menambah pengetahuan responden.
B. Kesukarelaan Mengikuti Penelitian
Keikutsertaan responden dalam penelitian ini bersifat sukarela. Responden
memiliki hak untuk mengundurkan diri tanpa adanya sanksi dan bila
Bapak/Ibu tidak ikut berpartisipasi maka tidak ada dampak negatif atau
mendapat perlakuan yang berbeda dari peneliti.

53
C. Unsur Paksaan
Responden bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada
paksaan. Bila responden sudah memutuskan untuk ikut, responden juga
bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun.
D. Prosedur Penelitian
Jika responden bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini
makan responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
rangkap dua yang dimana satu lampiran untuk responden dan satu
lampiran lain untuk peneliti. Prosedur penelitian diantaranya :
1. Responden akan diminta informasi identitas diri seperti nama, jenis
kelamin, umur, jabatan, pendidikan terakhir.
2. Responden akan dijelaskan mengenai tujuan dan manfaat penelitian ini
oleh peneliti
3. Responden akan diberikan lembar kuesioner dalam bentuk google
form mengenai efikasi diri dan tingkat stress
4. Responden berkewajiban mengisi kuesioner dengan jujur, lengkap dan
sesuai dengan keadaan.
5. Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui tingkat stress pada
tenaga kesehatan.
E. Kerahasiaan
Semua informasi data yang diperoleh dari hasil penelitian ini akan dicatat
dan digunakan dengan tidak mengungkapkan identitas responden. Semua
informasi yang terkumpul bersifat rahasia dan tidak akan di publikasikan.
F. Resiko dan Efek Samping Penelitian
Resiko yang mungkin timbul dalam penelitian ini yaitu responden akan
meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner yang mungkin dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan menganggu waktu reponden.
Penelitan ini tidak menimbulkan efek samping untuk responden yang
terlibat dalam penelitian ini.
G. Asuransi
Peneliti tidak menjamin adanya asuransi medis pada responden selama
proses penelitian, hal ini dikarenakan peneiti hanya memberikan lembar

54
kuisioner dan melakukan observasi. Proses penelitian ini tidak ada efek
samping yang membahayakan responden.
H. Kontak Peneliti
Segala pernyataan dan klarifikasi terkait dengan penelitian ini dapat
melalui kontak peneliti No. Telepone/WhatsApp : 089638109052 atau
dapat melalui Komite Etik Penelelitian Kesehatan Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya di 0318291920 atau email : kepk@unusa.ac.id
Demikian lembar informasi untuk responden dibuat, atas perhatian dan
kesediaannya saya mengucapkan terimakasih.

Surabaya,……………………
Peneliti

Inas Nada Afifah


NIM. 1130017067

55
Lampiran 8
Lembar Persetujuan Responden Dalam Penelitian

PERSETUJUAN RESPONDEN DALAM PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat & No Telp :
Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian dari :
Nama : Inas Nada Afifah
Alamat : Perum. Pesona Permata Ungu Blok.L-17
Email : Inasnada067.ns17@student.unusa.ac.id
Judul : Hubungan Efikasi Diri Dengan Tingkat Stress Tenaga
Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 Di Puskesmas
Barengkrajan Krian.
Keikutsertaan saya dalam penelitian ini bersifat sukarela, saya memiliki
hak untuk mengundurkan diri serta dapat untuk tidak mengikuti penelitian ini
tanpa adanya sanksi apapun. Penelitian ini akan merahasiakan data dan informasi
yang saya berikan dan tidak akan memberikan efek samping apapun pada saya
sebagai responden penelitian.
Demikian lembar persetujuan ini dibuat tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun.

Surabaya,……………………
Responden

( )

56
Lampiran 9
Lembar Kuisioner Penelitian I

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN I


HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN TINGKAT STRESS TENAGA
KESEHATAN SAAT PANDEMI COVID-19 DI PUSKESMAS
BARENGKRAJAN KRIAN
A. Data Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
No Telp :
B. Petunjuk Pengisian
1. Kuesioner ini terdiri dari berbagai pertanyaan yang mungkin sesuai
dengan pengalaman bapak/ibu dalam menghadapi situasi kehidupan
sehari-hari.
2. Bacalah dengan cermat setiap item pernyataan.
3. Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang paling sesuai dengan kondisi
anda.
4. Harap diisi dengan tepat, jangan sampai ada jawaban yang belum diisi.
C. Keterangan
0 = Tidak Pernah
1 = Kadang-kadang
2 = Sering
3 = Hampir Setiap Saat
No Aspek Penilaian Tidak Kadang Sering Hampir
Pernah -kadang Setiap
Saat
1 Saya merasa bahwa diri 0
saya menjadi marah karena
hal-hal kecil/sepele
2 Saya cenderung bereaksi v
berlebihan terhadap suatu

57
situasi
3 Saya merasa kesulitan V
untuk relaksasi/bersantai
4 Saya merasa diri saya V
mudah kesal
5 Saya merasa telah banyak V
menghabiskan energi
karena cemas
6 Saya menemukan diri saya V
menjadi tidak sabar ketika
mengalami penundaan
(misalnya: menunggu
sesuatu)
7 Saya merasa bahwa saya V
mudah tersinggung
8 Saya merasa sulit untuk V
beristirahat
9 Saya merasa bahwa saya V
sangat mudah marah
10 Saya merasa sulit untuk V
tenang setelah sesuatu
membuat saya kesal
11 Saya sulit untuk sabar v
dalam menghadapi
gangguan terhadap hal yang
sedang saya lakukan
12 Saya sedang merasa gelisah V
13 Saya tidak dapat V
memaklumi hal apapun
yang menghalangi saya
untuk menyelesaikan hal
yang sedang saya lakukan
14 Saya menemukan diri saya V
mudah gelisah
Total
Sumber : Depression Anxiety Stress Scale (DASS) 42

58
Lampiran 10
Lembar Kuisioner Penelitian II

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN II

A. Data Identitas Responden


Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
No Telp :
B. Petunjuk Pengisian
1. Kuesioner ini terdiri dari berbagai pertanyaan yang mungkin sesuai
dengan pengalaman bapak/ibu dalam menghadapi situasi kehidupan
sehari-hari.
2. Bacalah dengan cermat setiap item pernyataan.
3. Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang paling sesuai dengan kondisi
anda.
4. Harap diisi dengan tepat, jangan sampai ada jawaban yang belum diisi.
C. Keterangan
1 = Sama sekali tidak benar
2 = Hampir tidak benar
3 = Cukup benar
4 = Sangat benar
Tuliskan angka yang
No menggambarkan
Aspek Penilaian
. pendapat Anda di
kotak di bawah ini.
1. Saya selalu mengelola diri saya untuk dapat 2
memecahkan masalah sulit, jika saya
mencoba cukup keras.
2. Jika seseorang menentang saya, saya dapat 2

59
menemukan cara dan cara untuk
mendapatkan apa yang saya inginkan.
3. Mudah bagi saya untuk tetap berpegang 3
pada tujuan saya dan mencapai tujuan saya.
4. Saya yakin bahwa saya bisa menangani 1
secara efisien dengan peristiwa yang tak
terduga.
5. Berkat kemahiran saya, saya tahu cara 1
mengatasi situasi yang tak terduga.
6. Saya bisa memecahkan sebagian besar 3
masalah, jika saya berinvestasi usaha yang
diperlukan
7. Saya bisa tetap tenang sewaktu menghadapi 3
kesulitan karena saya bisa mengandalkan
kesanggupan saya untuk mengatasi
berbagai problem.
8. Sewaktu menghadapi masalah, saya 3
biasanya dapat menemukan beberapa solusi.
9. Jika saya dalam masalah, saya biasanya bisa 3
memikirkan sebuah solusi.
10. Saya biasanya bisa menangani apa pun 3
yang datang dengan cara saya.
Skor total dihitung dengan menemukan jumlah 3
dari semua item. Untuk GSE, skor total berkisar
antara 10 dan 40, dengan skor yang lebih tinggi
menunjukkan efikasi diri yang lebih tinggi.
Sumber : Generalized self-efficacy scale (GSE)

Bagaimana kategori nya

60
Lampiran 11
Lembar Konsultasi

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA


Kampus A Wonokromo : Jl. SMEA No.57 Tlp. 031-8291920, 8284508 Fax. 031-8298582 – Surabaya 60243
Kampus B RSI Jemursari : Jl. Jemursari NO.51-57 Tlp. 031-8479070 Fax. 031-8433670 – Surabaya 60237
Website : unusa.ac.id Email: info@unusa.ac.id

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Inas Nada Afifah


NIM : 1130017067
Program Studi : S1 Keperawatan
Fakultas : Keperawatan dan Kebidanan
Judul : Hubungan Efikasi Diri Dengan Tingkat Stress Tenaga
Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 Di Puskesmas
Barengkrajan Krian
Pembimbing : Siti Damawiyah, S.Kep.Ns., M.Kep

NO Pokok Tanda Tangan


Tanggal
Pembahasan
Dosen Mahasiswa
1. 27 – 07 – 2020 Konsutasi
pengajuan Judul
Skripsi
2. 12 – 10 – 2020 Konsultasi Judul
ACC
3. 20 – 10 – 2020 Konsultasi Bab 1
Latar belakang buat
4 paragraf yaitu ttg
uraian
permasalahan, skala
data, kronologi
masalah, dan solusi.
4. 30 – 11 – 2020 Konsultasi BAB 1
(Revisi)
ACC.
Lanjut ke BAB 2
sampai dengan 4
(metode penelitian)

61
5. 28 – 12 – 2020 Konsultasi BAB
2,3,4
Revisi BAB 2 :
Konsep Stress taruh
urutan pertama,
konsep efikasi diri
kedua, dan
tambahkan konsep
pandemi COVID-
19 beserta
instrumen
penelitian.
6 18 – 01 - 2021 Konsultasi BAB
2,3,4 (Revisi) ACC
Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep., Ns., M.Kep


NPP.0206713

62

Anda mungkin juga menyukai