Anda di halaman 1dari 104

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN TERHADAP


PERILAKU CUCI TANGAN SELAMA KONTAK DENGAN PASIEN
DI RUANG RAWAT INAP TERATAI RUMAH SAKIT ISLAM
JEMURSARI SURABAYA

ISMI FAUZIAH
NIM. 1130222033

DOSEN PEMBIMBING:

IIS NOVENTI, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2023

i
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN TERHADAP


PERILAKU CUCI TANGAN SELAMA KONTAK DENGAN PASIEN
DI RUANG RAWAT INAP TERATAI RUMAH SAKIT ISLAM
JEMURSARI SURABAYA

ISMI FAUZIAH
NIM. 1130222033

DOSEN PEMBIMBING:

IIS NOVENTI, S.Kep.,Ns.,M.Kep.


NPP. 18011174

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2023

II
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN TERHADAP


PERILAKU CUCI TANGAN SELAMA KONTAK DENGAN PASIEN
DI RUANG RAWAT INAP TERATAI RUMAH SAKIT ISLAM
JEMURSARI SURABAYA

Disusun Untuk Memenuhi


Syarat Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program S1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan dan kebidananUniversitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Oleh:
ISMI FAUZIAH
NIM. 1130222033

Disetujui Oleh Pembimbing:

IIS NOVENTI, S.Kep.,Ns.,M.Kep.


NPP. 18011174

III
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan


semua baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Ismi Fauziah


NIM 1130222033
Tanda Tangan

Tanggal : 0 1 Agustus 2023

IV
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien Terhadap Perilaku Cuci
Tangan Selama Kontak Dengan Pasien Di Ruang Rawat Inap Teratai Rumah
Sakit Islam Jemursari Surabaya
Penyusun : Ismi Fauziah
NIM : 1130222033
Pembimbing : Iis Noventi, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disetujui Oleh:
Pembimbing,

Iis Noventi, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NPP. 18011174

Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NPP. 0206713

V
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN TERHADAP


PERILAKU CUCI TANGAN SELAMA KONTAK DENGAN PASIEN
DI RUANG RAWAT INAP TERATAI RUMAH SAKIT ISLAM
JEMURSARI SURABAYA

SKRIPSI TELAH DI SETUJUI


PADA TANGGAL
Agustus 2023

Oleh:
Pembimbing:

Iis Noventi, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NPP. 18011174

Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NPP. 0206713

VI
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI

Proposal ini telah diajukan oleh :


Nama : Ismi Fauziah
NIM : 1130222033
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien Terhadap Perilaku
Cuci Tangan Selama Kontak Dengan Pasien Di Rawat Inap Teratai
Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya

Skripsi ini telah diuji dan dinilai

Oleh Tim penguji


Program Studi S1 Keperawatan
Pada Tanggal
01 Agustus 2023

Oleh Tim Penguji :

1. Ketua Penguji,
Iis Noventi, S.Kep.,Ns.,M.Kep : ..........................
NPP. 18011174

2. Penguji 1,
Nety Mawarda Hatmanti, S. Kep. Ns., M.Kep : ..........................
NPP. 1105812

3. Penguji 2,
Riska Rohmawati, S. Kep. Ns., M.Tr.Kep : ………………
NPP. 19051254

Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NPP. 0206713

VII
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Sebagai Civitas akademik Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, saya yang bertanda tangan di
bawa ini :
Nama : Ismi Fauziah
NIM : 1130222033
Program Studi : S1 Keperawatan
Fakultas : Keperawatan dan Kebidanan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-exclusive Royalty- Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM


PENERAPAN LIMA MOMENT CUCI TANGAN DI RUANG
RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI SURABAYA

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royalti Non- Ekslusif ini
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Nahdlatul Ulama Surabaya berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempubikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta
dan sebagai pemilik Hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Surabaya
Pada tanggal : 01 Agustus 2023

Yang menyatakan

(Ismi Fauziah)
NIM. 1130222033

VIII
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi ini tidak dipubikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam lingkungan Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya, diperkenankan sebagai referensi kepustakaan, tetapi pengutipan harus
seijin Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya dan harus menuliskan nama penyusun sesuai etika
ilmiah. Dokumen Skripsi ini dalam bentuk hard copy dan soft copy merupakan hak milik
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

IX
ABSTRAK

Rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan juga merupakan sumber dari berbagai
penyakit, yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Penularan
infeksi ini salah satunya dapat terjadi melalui kontak pasien ke pengunjung rumah sakit, maupun
dari keluarga yang merawat kepada pasien yang tidak mematuhi perilaku pencegahan infeksi.
infeksi yang banyak terdapat di rumah sakit adalah infeksi nosokomial.
Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan menggunakan pendekatan cross
sectional. Populasi keluarga pasien di rawat inap ruang teratai rumah sakit islam surabaya
jemursari sebesar 76 orang. Sample sebesar 64 responden diambil menggunakan non probability
sampling dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Variabel independent yaitu
pengetahuan, variabel dependent yaitu perilaku cuci tangan.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari 64 responden sebagian besar (65% ) mempunyai
tingkat pengetahuan baik, dan sebagian besar (75% ) tidak melakukan cuci tangan dengan benar.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Mann Whitney didapatkan p-value = 0,007 yakni kurang
dari tingkat signifikan 0,05 sehingga menolak hipotesis nol. Dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan tingkat pengetahuan keluarga pasien terhadap perilaku cuci tangan selama kontak
dengan pasien di rawat inap ruang teratai rumah sakit islam jemursari surabaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh bermakna antara pengetahuan dan
mencuci tangan yang benar. Cuci tangan dengan tepat dan benar dapat mencegah infeksi, untuk hal
ini maka pihak rumah sakit perlu melakukan edukasi rutin tentang pentingnya cuci tangan bagi
kesehatan.

Kata Kunci : Pengetahuan Cuci Tangan, Perilaku Cuci Tangan

X
ABSTRACT

Apart from seeking healing, hospitals are also a source of various diseases, originating
from sufferers and visitors with career status. Transmission of this infection can occur through
patient contact with hospital visitors, as well as from families who care for patients who do not
comply with infection prevention behaviors. The most common infections in hospitals are
nosocomial infections.
The research design used was analytic using a cross sectional approach. The population
of the patient's family in the lotus room at the Islamic Hospital Surabaya Jemursari is 76 people. A
sample of 64 respondents was taken using non-probability sampling using a purposive sampling
technique. The independent variable is knowledge, the dependent variable is hand washing
behavior.
The results showed that out of 64 respondents, most (65%) had a good level of
knowledge, and most (75%) did not wash their hands properly. Based on the results of statistical
tests with the Mann Whitney test, it was found that p-value = 0.007, which is less than the
significant level of 0.05 so that it rejects the null hypothesis. It can be concluded that there is a
relationship between the level of knowledge of the patient's family and hand washing behavior
during contact with patients in the lotus room at Jemursari Islamic Hospital, Surabaya.
The results showed that there was a significant effect between knowledge and proper
hand washing. Washing hands properly and correctly can prevent infection, for this reason
hospitals need to carry out routine education about the importance of hand washing for health.

Keywords: Knowledge of Handwashing, Handwashing Behavior

XI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien
Terhadap Perilaku Cuci Tangan Selama Kontak Dengan Pasien Di Rawat Inap
Teratai RSI Jemursari Surabaya ” sebagai persyaratan pendidikan akademik
untuk menyusun skripsi dalam rangka menyelesaikan Program Pendidikan S1
Keperawatan di Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Iis Noventi, S.Kep.,Ns.,M.Kep Sebagai dosen pembimbing yang dengan
penuh perhatian dan kesabaran mendampingi dan mengarahkan penulis
dalam menyusun proposal skripsi ini.
2. Siti Nurjanah,S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku ketua Prodi S1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan dan kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya.
3. Khamida,S.kep.,Ns.,M.Kep Selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
4. Prof. Dr. Ir. Achmad Jaziedie, M.Eng selaku Rektor Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya.
5. Seluruh dosen Prodi S1 Keperawatan dan civitas akademika, Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya yang
memberi kesempatan untuk memperoleh ilmu di pendidikan keperawatan.
6. dr Bangun Trapsila Purwaka, Sp.OG(K), M.Kes Selaku Direktur Rumah
Sakit Islam Jemursari Surabaya yang telah memberikan izin penelitian
hingga terselesainya skripsi ini.
7. Para keluarga pasien di Instalasi Rawat Inap Ruang Teratai Rumah Sakit
Islam Surabaya Jemursari yang telah bersedia sebagai responden dalam
penelitian ini.
8. Teman - teman seperjuangan Prodi S1 Keperawatan Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
9. Suami dan Keluarga yang memberikan dukungan moril dan materiil.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal dan
perbuatan yang telah di berikan dan penulis menyadari bahwa skripsi ini
belum sempurna, oleh karena itu saran yang membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik
XII
bagi penulis dan pihak yang membutuhkannya.
Surabaya, 01 Agustus 2023
Penulis,

( Ismi Fauziah )

XIII
DAFTAR ISI

Sampul Dalam............................................................................................... ii
Lembar Pernyataan Skripsi ........................................................................ iii
Lembar Pernyataan Orisinalitas.................................................................... iv
Lembar Persetujuan........................................................................................v
Lembar Pengesahan.......................................................................................vi
Lembar Pengesahan Naskah Skripsi............................................................ vii
Kata Pengantar............................................................................................ viii
Daftar Isi........................................................................................................ix
Daftar Gambar................................................................................................ x
Daftar Tabel...................................................................................................xi
Daftar Lampiran.......................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Batasan Masalah......................................................................... 5
C. Rumusan Masalah....................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian........................................................................ 5
E. Manfaat Penelitian...................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Pengetahuan……………………………………. 7
B. Konsep Dasar Perilaku.......................................................................11
C. Konsep Dasar Tindakan Cuci Tangan...............................................23

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS


A. Kerangka Konsep...........................................................................28
B. Hipotesis penelitian........................................................................29

BAB 4 METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian............................................................30
B. Populasi dan Sampel.......................................................................30
C. Cara Pengambilan Sampel..............................................................32
D. Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................34
E. Kerangka Kerja Penelitian..............................................................33
F. Variabel Penelitian dan Definisi operasional..................................36
G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data........................37
H. Pengolahan dan Analisis Data........................................................40
I. Etika Penelitian..............................................................................43

Daftar Pustaka............................................................................................ 45
Lampiran......................................................................................................46

XIV
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Enam Langkah Cuci Tangan..............................................................28


Gambar 3.1 Kerangka Konseptual.........................................................................30
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian.................................................................35

XV
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Defini Operasional Analisis.............................................................36

XVI
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengajuan Judul Proposal......................................................................46


Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden..............................................47
Lampiran 3 Lembar Informasi Untuk Responden .................................................. 48
Lampiran 4 informed Consent................................................................................. 51
Lampiran 5 Lembar Pengunduran Diri.................................................................... 53
Lampiran 6 Kuesioner................................................................................................54
Lampiran 7 SPO Cuci Tangan....................................................................................54
Lampiran 8 Lembar Konsul...................................................................................... 57

XVII
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

Arti Simbol
% : Presentase
= : Sama dengan
- : Sampai
/ : Atau
> : Lebih dari
< : Kurang dari
≥ : Lebih dari
√ : Centang
ρ : Probability
α : Alfa
d : Tingkat Signifikan
N : Populasi
n : Sampel
x : Skor yang diperoleh seseorang
x : Nilai rata-rata
∑ : Jumlah
T : Total jumlah responden yang memilih
Pn : Pilihan angka skor Likert

Singkatan
DR : Doktor
Dep Kes : Departemen Kesehatan
et al : et all
dkk : dan kawan-kawan
Hand Hygiene : Cuci Tangan
Ir. : Insinyur
M.Kep : Magister Keperawatan
NIM : Nomer Induk Mahasiswa
NPP : Nomer Pokok Pegawai
Ns : Ners
S.Kep : Sarjana Keperawatan
Sp. Kep. Kom : Spesialis Keperawatan Komunitas
Prodi : Program Studi
Prof. : Profesor
PPI : Pencegahan Pengendalian Infeksi
RS : Rumah Sakit
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
UNUSA : Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
WHO : World Health Organization
Yth, : Yang Terhormat

XVIII
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan juga merupakan sumber

dari berbagai penyakit, yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang

berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan

rumah sakit, seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis

maupun non medis (Abubakar, 2017). Rumah sakit bisa menjadi sumber

terjadinya infeksi yang akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain ialah lama

hari perawatan bertambah panjang, penderitaan bertambah, dan biaya meningkat

(Tumiwa, 2019). Penularan infeksi ini salah satunya dapat terjadi melalui kontak

pasien ke pengunjung rumah sakit, maupun dari keluarga yang merawat kepada

pasien yang tidak mematuhi perilaku pencegahan infeksi (Dewi, 2017). infeksi

yang banyak terdapat di rumah sakit adalah infeksi nosokomial. Dimana infeksi

tersebut merupakan infeksi yang diperoleh di suatu pelayanan kesehatan termasuk

rumah sakit setelah perawatan selama 2x24 jam dan dapat muncul setelah pulang

(Ayuningtyas, 2021).

Salah satu cara paling efektif mencegah infeksi di rumah sakit adalah

dengan cuci tangan. Mencuci tangan yang tepat merupakan upaya pengendalian

infeksi tetapi pelaksanaan cuci tangan pada keluarga pasien belum berjalan secara

optimal. hal ini disebabkan banyak keluarga pasien yang belum mengetahui cara

cuci tangan yang benar. Meskipun handscrub sudah tesedia di tiap ruangan di

rumah sakit, tetapi hasil survey diketahui bahwa masih terdapat keluarga yang
2

enggan untuk melakukan cuci tangan karena berbagai alasan keluarga

pasien menyatakan penyakit pasien tidak menular dan belum terlalu parah (Satiti,

2019). Mencuci tangan yang tidak benar selain berisiko terjadinya infeksi

nosokomial juga menyebabkan berbagai infeksi penyakit seperti diare, infeksi

saluran pernafasan, pneumonia, infeksi cacingan, infeksi mata, infeksi saluran

kencing dan penyakit kulit ( Irawan, dkk. 2022 ).

Menurut data WHO tahun 2016, kejadian infeksi nosokomial pada semua

pasien rawat inap sekitar 15%. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (2017),

kejadian infeksi nosokomial di Indonesia mencapai 15,74%, jauh lebih tinggi

dibandingkan di negara maju (4,8% hingga 15,5%). Pada tahun 2013,

Kementerian Kesehatan melakukan survei terhadap 10 rumah sakit pendidikan

dan menemukan angka infeksi nosokomial sangat tinggi yaitu 6-16% dengan

ratarata 9,8%. Ada 11 rumah sakit di wilayah Ibukota Jakarta yang ikut dalam

survei dan menunjukkan bahwa 9,8% dari pasien rawat inap mengalami infeksi

baru (Kemenkes RI, 2013). Menurut WHO (2017) menyebutkan bahwa angka

infeksi nosokomial akan menurun sebesar 24% apabila terjadi peningkatan

kepatuhan mencuci tangan dari perilaku yang buruk sebesar 60% menjadi lebih

baik sebesar 90%.

Menurut Ikasari, dkk (2020) mencuci tangan dapat menurunkan kejadian

diare sebesar 44% dan menurunkan kejadian ISPA hingga 50%, Sehingga

mencuci tangan dapat menyebabkan penurunan angka kesakitan dan mengurangi

perawatan lama di rumah sakit. Hasil wawancara di bulan desember 2022 di RSI

jemursari Surabaya pada salah satu ruangan rawat inap terdapat 10 orang keluarga

pasien diantaranya 5 orang mencuci tangan selama merawat pasien di rumah sakit
3

dengan air mengalir atau handscrub dengan alasan karena rumah sakit adalah area

infeksi dan banyak kuman disekitar rumah sakit sehingga harus cuci tangan.

Sedangkan 5 orang lainnya tidak melakukan cuci tangan dengan alasan karena

merasa tangannya tidak tampak kotor dan merasa bersih, lupa mencuci tangan,

tergesa-gesa, telapak tangan merasa kasar bila sering memakai handscrub

sehingga memakai tisu basah dan malas untuk bolak balik ke wastafel kamar

mandi. Hasil pengamatan ditemukan 3 dari 5 keluarga pasien tidak melakukan

cuci tangan setelah keluar dari kamar pasien sedangkan 2 orang lainnya mencuci

tangan menggunakan handscrub di luar kamar pasien. Selain itu juga di ruangan

rawat inap telah ada leaflet tentang edukasi cuci tangan sebagai sarana promosi

untuk mencuci tangan. Sticker tentang cara mencuci tangan telah ditempelkan

pada wastafel di setiap kamar mandi pasien atau di bawah bed pasien, sedangkan

leaflet dibagikan saat edukasi cuci tangan dari PPI di ruangan rawat inap. Namun

banyak pasien dan keluarga pasien yang tidak mematuhi cara mencuci tangan

dengan benar.

Angka infeksi di rumah sakit akan semakin berkembang jika pencegahan

terhadap infeksi tidak dilakukan. Salah satu tahap standart efektif dalam

pencegahan dan pengendalian infeksi adalah hand hygiene karena kegagalan

dalam menjaga kebersihan tangan adalah penyebab sumber utama infeksi dan

mengakibatkan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan

kesehatan ( Abubakar,N 2017 ). Menurut Jenkins (2017) mencuci tangan secara

benar dapat mengurangi jumlah bakteri patogen pada kedua tangan serta

meminimalkan penularan infeksi secara silang. Mencuci tangan merupakan salah

satu tahap efektif untuk memutus rantai infeksi silang, yang dapat mengurangi
4

kejadian infeksi nosokomial dan infeksi lainnya (Rahmawati & Sofiana, 2017).

Pelaksanaan kegiatan tersebut disesuaikan dengan tata cara standar untuk

mencegah bakteri berkembang biak. Upaya peningkatan kepatuhan perilaku cuci

tangan harus dilakukan secara simultan tidak hanya kepada seluruh civitas rumah

sakit, namun juga kepada keluarga pasien di rumah sakit yang merupakan bagian

dari rantai transmisi penyebaran infeksi.

Menurut Harmoko, (2017) dalam Satiti, dkk (2019) keluarga yaitu aspek

penting dalam keperawatan yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat.

Keluarga pasien yang sedang dirawat di Rumah Sakit mempunyai andil penting

dalam pencegahan infeksi nosokomial dengan cara meningkatkan pengetahuan

dan perilaku mencuci tangan. Oleh karena itu, supervisi, audit, promosi, dan

edukasi tentang cuci tangan terus menerus dilakukan secara berkesinambungan

(Edwardson & Cairns, 2018). Cara mencuci tangan yang benar harus mengikuti

enam tahap mencuci tangan dan lima waktu pencucian. Saat yang tepat untuk

melakukan kegiatan mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir yang bersih

adalah 40-60 detik. Saat menggunakan hand scrub, durasinya 20-30 detik. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan benar dapat menekan

jumlah kejadian infeksi hingga 20-40% (WHO, 2016).

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien

Terhadap Perilaku Cuci Tangan Selama Kontak Dengan Pasien di Ruang Rawat

Inap RSI Jemursari Surabaya. Dengan harapan dalam penerapan cuci tangan yang

baik dan benar selama kontak dengan pasien maka dapat mengurangi resiko

infeksi di rumah sakit.


5

B. Batasan Masalah

Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku cuci tangan antara lain :

pengetahuan, sikap, motivasi dan lingkungan. Pada penelitian ini, peneliti

membatasi hanya pada pengetahuan.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:“ Apakah

ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien Terhadap Perilaku Cuci

Tangan Selama Kontak Dengan Pasien di Ruang Rawat Inap RSI Jemursari

Surabaya ?”.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan

keluarga pasien terhadap perilaku cuci tangan selama kontak dengan pasien di

ruang rawat inap RSI jemursari surabaya adalah :

1) Tujuan Umum

Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga pasien terhadap

perilaku cuci tangan selama kontak dengan pasien di Ruang Rawat

Inap RSI jemursari Surabaya.

2) Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga pasien terhadap cuci tangan

selama kontak dengan pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam

jemursari Surabaya.

b. Mengidentifikasi perilaku keluarga pasien tentang cuci tangan selama kontak

dengan pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam jemursari Surabaya.

c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga pasien terhadap


6

perilaku cuci tangan selama kontak dengan pasien di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Islam jemursari Surabaya.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian tentang tingkat pengetahuan keluarga pasien

terhadap perilaku cuci tangan selama kontak dengan pasien adalah :

1. Manfaat Teoritis

a) Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini digunakan untuk bahan kajian pustaka dan sebagai tambahan

informasi serta sumber wacana di lingkungan pendidikan.

b) Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi tambahan sumber untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktisi

Sebagai pedoman petugas kesehatan di pelayanan kesehatan tentang penerapan

cuci tangan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

dapat mencegah atau sebagai pengendalian infeksi.


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

B. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimiliki ( mata, hidung, telinga dan sebagaimya

), dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan, seseorang diperoleh melalui indera pendengaran

yaitu telinga dan indera penglihatanyaitu mata ( Notoatmojo, 2012 ). Sedangkan

menurut Tarwoto dan Wartonah ( 2004 ) dalam ( Sinanto dan Djannah, 2020 )

pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku mencuci

tangan.

2. Tingkat Pengetahuan

Bagi Daryanto dalam Yuliana ( 2017 ), pengetahuan seseorang terhadap

objek memiliki keseriusan yang berbeda- beda dan menerangkan terdapat enam

tingkatan pengetahuan sebagai berikut :

a) Mengetahui ( know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifi dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


8

b) Memahami ( comprehention )

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat

menginterpretasikan secara benar.

c) Aplikasi ( application )

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi sebenarnya.

d) Analisis

Analisis adalah kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan

untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada.

3. Faktor - faktor Yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi ( 2011 ) dalam rahma ( 2019 ), faktor - faktor

yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :


9

A. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan

dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya

hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup.

2) Pekerjaan / status ekonomi

Pekerjaan menurut Thomas adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dalam kehidupan keluarga.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

3) Umur

Usia menurut Elisabeth BH adalah umur individu yang terhitung

mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok

(1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

4) Sumber informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak

akan memperoleh pengetahuan yang lebih luas.

B. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Lingkungan menurut Ann. Mariner merupakan seluruh kondisi yang


10

ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan

dan perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam menerima informasi (Wawan & Dewi, 2017).

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahun dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden ( Notoatmodjo, 2014 ).

Menurut Arikunto ( 2013 ) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yng ingin diketahui atau diukur disesuaikan

dengan tingkat pengetahuan responden. Adapun pertanyaan yang dapat

dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan

menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif misalnya pertanyaan easy dan

perrtanyaan objektif misalnya pertanyaan pilohan ganda, betul salah dan

pertayaan menjodohkan. Cara mengukur pengetahuan dengan memberikan

pertanyaan - pertanyaan keudian dilakukan penilaian 1 untuk jawaban benar dan

nilai 0 untuk jawaban salah. Penelitian dilakukan dengan cara membandingkan

jumlah skor yang diharapkan ( tertinggi ) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya

prosentase keudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu :

1) Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% dengan benar dari

isi total jawaban pertanyaan.

2) Pengetahuan cukup bila responden dapat menjwab 56-75% dengan benar dari

total jawaban pertanyaan.


11

3) Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab < 55%dari total jawaban

pertanyaan.

B. Konsep Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam

melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena

adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan

atau aktivitas dari manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku secara lebih rasional dapat diartikan

sebagai respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek

tersebut. Respon ini terbentuk dua macam yakni bentuk pasif dan bentuk aktif

dimana bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia

dan tidak secara langsung dapat dilihat dari orang lain sedangkan bentuk aktif

yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi secara langsung (Adventus, dkk,

2019).

Menurut Notoatmodjo (2017) perilaku dari segi biologis adalah suatu kegiatan

atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia dapat diartikan

sebagai suatu aktivitas yang sangat kompleks sifatnya, antara lain perilaku dalam

berbicara, berpakaian, berjalan, persepsi, emosi, pikiran dan motivasi. Menurut

Skiner dalam Notoatmodjo (2014) merumuskan respon atau reaksi seorang

terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku ini terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon,


12

maka teori Skiner ini disebut “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respon. Menurut

Blum dalam Adventus, dkk (2019) seorang ahli psikologi pendidikan membagi

perilaku kedalam tiga kawasan yaitu kawasan tersebut tidak mempunyai batasan

yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan

pendidikannya itu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku,

yang terdiri dari : ranah kognitif (cognitive domain) ranah afektif (affective

domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Skinner dalam Inten

(2018) membedakan adanya dua respon, yaitu:

a. Respondent response (reflexsive)

yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan

(stimulus) tertentu. Stimulus ini disebut eleciting stimulation karena

menimbulkan respon yang relatif tetap, misalnya makanan yang lezat

menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata

tertutup, dan sebagainya. Responden response ini juga mencangkup perilaku

emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih dan menangis,

lulus ujian meluapkan kegembiraanya dengan mengadakan pesta dan

sebagainya.

b. Operant response (instrumental response)

yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh

stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing

stimulator dan reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya seorang

petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap

uraian tugasnya) kemudian memperoleh penghargan diri atasannya maka

petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi melaksanakan tugasnya.


13

Menurut Damayanti (2017) dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini

maka perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Perilaku tertutup (convert behavior)

yakni respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (convert). Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada

orang yang menerima stimulus tersebut belum dapat diamati secara jelas

oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

yakni respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktik, dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh

orang lain.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green dalam Damayanti (2017) kesehatan seseorang

atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu: faktor perilaku

(behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-behavior causes). Perilaku itu

sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yakni:

a. Faktor predisposisi (predisposing factors).

Faktor ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat,

tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Contohnya dapat

dijelaskan sebagai berikut, untuk berperilaku kesehatan misalnya


14

pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil, diperlukan pengetahuan dan

kesadaran ibu tersebut tentang manfaat pemeriksaan kehamilan baik bagi

kesehatan ibu sendiri maupun janinnya. Kepercayaan, tradisi dan sistem nilai

masyarakat juga kadang-kadang dapat mendorong atau menghambat ibu

untuk 10 pemeriksaan kehamilan. Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik

(periksa kehamilan termasuk memperolah suntikan anti tetanus), karena

suntikan bisa menyebabkan anak cacat.Faktor-faktor ini terutama yang positif

mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

b. Faktor pendukung (enabling factors).

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan tinja

ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya, termasuk juga fasilitas

pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit (RS), poliklinik, pos

pelayanan terpadu (Posyandu), pos poliklinik desa (Polindes), pos obat desa,

dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya. Masyarakat perlu sarana

dan prasarana pendukung untuk berperilaku sehat. Misalnya perilaku

pemeriksaan kehamilan, ibu hamil yang mau periksa kehamilan tidak hanya

karena ia tahu dan sadar manfaat pemeriksaan kehamilan melainkan ibu

tersebut dengan mudah harus dapat memperoeh fasilitas atau tempat periksa

kehamilan, misalnya Puskesmas, Polides, bidan praktik, ataupun RS. Fasilitas

ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku

kesehatan, maka faktor faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor

pemungkin. Kemampuan ekonomi juga merupakan faktor pendukung untuk

berperilaku kesehatan.
15

c. Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh

agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan,

termasuk juga di sini Undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat

maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan. Masyarakat

kadang- kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta

dukungan fasilitas saja dalam berperilaku sehat, melainkan diperlukan juga

perilaku contoh atau acuan dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan

para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Undang-undang juga

diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut, seperti perilaku

memeriksakan kehamilan dan kemudahan memperoleh fasilitas pemeriksaan

kehamilan. Diperlukan juga peraturan atau perundang-undangan yang

mengharuskan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan.

3. Pembentukan Perilaku

Menurut Notoatmodjo dalam Damayanti (2017) dari pengalaman dan

penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Penulisan

Roger mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam

diri orang tersebut tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness : Orang (subjek) menyadari dalam arti dapat mengetahui stimulus

(obyek) terlebih dahulu.

b. Interest : Orang ini sudah mulai tertarik kepada stimulus yang diberikan.

Sikap subyek sudah mulai timbul.

c. Evaluation: Orang tersebut mulai menimbang-nimbang baik dan tidaknya


16

stimulus tersebut bagi dirinya sendiri. Berarti sikap responden sudah mulai

lebih baik.

d. Trial : Orang (subjek) mulai mencoba perilaku baru sesuai dengan apa yang

dikehendaki stimulus.

e. Adoption : Orang (subjek) tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan

perilaku baru melalui tahap seperti diatas, yang didasari oleh pengetahuan,

kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat

langgeng.

3. Domain Perilaku
Menurut Benyamin Bloom dalam Adventus, dkk (2019) seorang ahli

psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain, sesuai

dengan tujuan pendidikan. Perilaku terbagi dalam tiga domain yaitu :

a. Pengetahuan ( knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni : indera pengelihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan yang dicakup di dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

1) Sintesis (syhthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

2) Tahu (know).

Tahu artinya sebagai mengingat sesuatu materi yang telah


17

dipelajari sebelumnya.Termasuk dalam pengetahuan ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu”

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

3) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar.

4) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenernya.

5) Analisis (analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi tesebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

b. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni :


18

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) :

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :

1) Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang

terhadap gizi, dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian seseorang terhadap

ceramah-ceramah.

2) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan berarti orang dapat menerima ide

3) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap tingkatan yang ketiga. Misalnya : seorang ibu yang

mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbang anaknya ke Posyandu.

4) Bertanggung jawab (responsible), bertanggu jawab atas segala sesuatu

yang dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

c. Praktek atau tindakan (practice)

Tindakan terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :

1) Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil merupakan tindakan tingkat pertama.


19

2) Respon terpimpin (guided respons), dapat melakukan sesuatu sesuai

dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indicator

tindakan tingkat kedua.

3) Respon terpimpin (guided respons), dapat melakukan sesuatu sesuai

dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indicator

tindakan tingkat kedua.

4) Adaptasi (adaptation), adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang

sudah berkembang dengan baik.

5. Klasifikasi Perilaku

Menurut Becker dalam Damayanti (2017) perilaku yang berhubungan

dengan kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Perilaku sehat (health behavior) adalah hal–hal yang berkaitan dengan


tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya. Adapun beberapa cara yang dapat
dilakukan yaitu :

1) Makan dengan menu seimbang.

2) Kegiatan fisik secara teratur dan cukup.

3) Tidak merokok dan minum – minuman keras serta menggunakan


narkoba.

4) Istirahat yang cukup.

5) Pengendalian atau menejemen stress.

6) Perilaku dan gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan.

b. Perilaku sakit (illness behaviour) adalah segala tindakan atau kegiatan


20

yang dilakukan oleh seseorang individu sakit, untuk merasakan dan

mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakitnya.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour) adalah segala tindakan yang

dilakukan oleh seseorang individu yang sedang sakit untuk memperoleh

kesembuhan.Perilaku peran sakit antara lain :

1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

2) Tindakan untuk mengenal fasilitas kesehatan yang tepat untuk

memperoleh kesembuhan.

3) Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain memenuhi nasihat –

nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhannya.

4) Tidak melalukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhan.

5) Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya.

6. Perubahan Perilaku

Menurut Hosland, dkk dalam Damayanti (2017) perubahan perilaku pada

hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku

tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

1) Stimulus atau rangsangan yang diberikan pada organisme dapat diterima atau
ditolak. Stimulus yang tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak
efektif dalam mempengaruhi perhatian individu dan berhenti di sini. Stimulus
yang diterima oleh organisme berarti ada perhatian individu dan stimulus
tersebut efektif.

2) Stimulus yang telah mendapatkan perhatian dari organisme maka rangsangan

ini akan dimengerti dan dilanjutkan pada ;proses berikutnya.


21

3) Organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk

bertindak demi stimulus yang telah diterimanya atau bersikap.

4) Akhirnya dengan fasilitas dan dorongan dari lingkungan maka stimulus

tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut atau perubahan

perilaku.

7. Pengukuran Perilaku

Menurut Notoatmodjo dalam Damayanti (2017) ada dua cara dalam

melakukan pengukuran perilaku yaitu :

a. Perilaku dapat diukur secara langsung yakni wawancara terhadap kegiatan

yang dilakukan beberapa jam, hari, bulan yang lalu (recall).

b. Perilaku yang diukur secara tidak langsung yakni, dengan mengobservasi

tindakan atau kegiatan responden.

Perilaku terdiri dari tiga domain diantaranya pengetahuan, sikap dan

tindakan. Berikut cara pengukuran dari masing masing domain sebagai berikut :

a. Pengukuran pengetahuan

Menurut Arikunto dalam Putri (2015) menyatakan bahwa tingkat

pengetahuan ini dapat dinilai dari penguasaan seseorang terhadap objek atau

materi tes yang bersifat objektif maupun essay. Penilaian secara objektif

seseorang akan diberikan pertanyaan tentang suatu objek atau pokok bahasan

yang berupa jenis pemilihan ganda, kuesioner dan sebagainya. Masing-masing

jenis pertanyaan memiliki nilai bobot tertentu, setelah itu akan diperoleh skor

setiap responden dari setiap pertanyaan yang dijawab benar, yaitu :


22

1) Pertanyaan subjektif

Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan essay

digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai,

sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.

2) Pertanyaan objektif

Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choise), betul

salah dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pasti oleh penilai.

Menurut Arikunto dalam Putri (2015) pengukuran tingkat pengetahuan dapat

dikategorikan menjadi tiga yaitu:

a) Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% dengan benar


dari total jawaban pertanyaan.

b) Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75% dengan

benar dari total jawaban pertanyaan.

c) Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab ≤ 55%

C. Konsep Tindakan Cuci Tangan

1. Definisi Tindakan Cuci Tangan

Cuci tangan adalah suatu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan

dan jari jemari dengan menggunakan air atau cairan antiseptic dengan tujuan

membuat tangan menjadi bersih ataupun tujuan lainnya ( Priyoto, 2015 ). Cuci

tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit

kedua belah tangan dengan memakai sabun dan cairan antiseptic. Tujuannya

adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari pemakaian

kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme ( Dahlan dan Umrah, 2013 ).


23

Cuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan dengan

kuat secara bersamaan dengan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan

dibilas dengan air mengalir dengan tujuan menghilangkan mikroorganisme. Cuci

tangan pakai sabun adalah salah satu sanitasi dengan membersihkan jari jemari

dengan sabun dan air oleh manusia agar menjadi lebih bersih dan memutuskan

rantai kuman, cuci tangan memakai sabun dikenal juga sebagai pencegahan

penyakit ( Maryunani, 2017 ) .

2. Manfaat Cuci Tangan

Ada beberapa manfaat yang diperoleh setelah melakukan cuci tangan, yaitu :

1) Ketika seseorang cuci tangan sebelum dan setelah mealkukan suatu aktivitas

maka dapat membunuh kuman penyakit dan bakteri yang menempel atau

bersarang di tangan.

2) Dapat mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu ke orang lain, seperti

disentri, diare, flu burung, flu babi dan thypus. Untuk itu sebaiknya cuci

tangan memakai hand sanitizer setelah berjabat tangan ataupun setelah

berkunjung ke tempat seseorang yang sedang sakit.Tangan menjadi bersih

dan bebas dari kuman penyakit jika seseorang cuci tangan memakai sabun

sebelum dan setelah melakukan suatu aktivitas ( Maryunani, 2017 ).

3. Waktu Mencuci Tangan

Cuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan setelah

beraktifitas. Berikut ini adalah waktu yang tepat untuk mencuci tangan memakai

sabun menurut ( Jody, 2016 ) :

1) Sebelum dan sesudah makan

Pastilah hal ini harus dilakukan, hal ini dilakukan untuk menghindari
24

kontaminasinya makanan yang akan kita konsumsi dengan kuman, sekaligus

mencegah masuknya kuman ke dalam tubuh kita.

2) Setelah buang air besar dan buang air kecil

Ketika melakukan buang air besar dan buang air kecil kuman dan bakteri

akan mudah menempel pada tangan dan harus dibersihkan.

3) Setelah bersin atau batuk

Sama seperti bunag air kecil dan buang air besar, ketika bersin atau batuk

itu artinya Anda sedang menyemburkan bakteri dan kuman dari mulut dan hidung

dengan tangan yang artinya kuman akan menempel pada tangan.

4) Setelah menyentuh sampah

Sampah sudah pasti merupakan sumber bakteri dan kuman yang sangat

berbahaya bagi tubuh. Wajib hukumnya untuk mencuci tangan setelah menyentuh

sampah.

5) Sebelum menangani luka

Luka terutama pada bagian tubuh tertentu akan sangat sensitive terhadap

bakteri dan kuman. Apabila anda tidak mencuci tangan sebelum menangani luka,

maka kemungkinan terjadinya infeksi karena bakteri dan kuman akan menjadi

semakin tinggi.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Cuci Tangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi cuci tangan menurut ( Septiningsih,

dkk, 2014 ) :

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris

khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.


25

b. Sikap

Sikap adalah respon tertututp seseorang terhadap stimulus atau objek, baik

yang bersifat intern ataupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup

tersebut.

c. Motivasi

Motivasi adalah kondisi internal atau eksternal yang membangkitkan kita

untuk bertindak, mendorong untuk mencapai tujuan tertentu dan membuat kita

tertarik untu kegiatan tertentu.

d. Lingkungan

Lingkungan dibedakan menjadi dua yakni lingkungan fisik dan lingkungan

non fisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan yang terdapat disekitar manusia

sedangkan lingkungan non fisik adalah lingkungan yang muncul akibat adanya

interaksi antara manusia.


26

5. Langkah – Langkah Cuci Tangan

Gambar 2.1 : 6 langkah cuci tangan ( kemenkes, 2020 )

Langkah – langkah cuci tangan yang baik dan benar adalah sebagai
berikut :

1) Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air

yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak

tangan secara lembut.

2) Usap dan gosok kedua punggung tangan secara bergantian.

3) Jangan lupa jari – jari tangan, gosok sela – sela jari hingga bersih.

4) Mengaitkan tangan satu ke tangan lainnya dan lalu membersihkannya.

5) Gosok dan putar kedua ibu jari dengan bergantian.

6) Usapkan ujung kuku tangan kanan diputar di telapak tangan kiri, lakukan
27

juga pada tangan satunya, kemudian lalu bilas.

Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk cairan atau

handscrub sangat disarankan untuk kebersihan tangan yang maksimal. Pentingnya

cuci tangan secara baik dan benar memakai sabun adalah agar kebersihan terjaga

secara keseluruhan serta mencegah kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke

tubuh ( Kemenkes, 2020 ).


28

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Faktor-faktor yang
mempengaruhi Faktor yang
pengetahuan : mempengaruhi
perilaku cuci tangan :
1. Pendidikan
2. Usia 1. Pengetahuan Tindakan cuci
3. Sumber informasi tangan yang benar
2. Sikap
4. Pekerjaan
3. Motivasi
4. Lingkungan
5. Lingkungan
6. Status budaya

Sumber : Wawan dan Dewi ( 2011 ) dalam Rahma ( 2019 ), Benyamin


Bloom dalam Adventus, dkk ( 2019 )

Keterangan :

: Yang diteliti
: Yang Tidak Diteliti
: Yang Mempengaruhi

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien


Terhadap Perilaku Cuci Tangan Selama Kontak Dengan Pasien Di Ruang Rawat Inap
Teratai Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya
29

Berdasarkan kerangka konseptual diatas dapat dijelaskan bahwa faktor -

faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan meliputi pendidikan, usia, status

ekonomi, lingkungan, status budaya dan pengalaman Wawan dan Dewi ( 2011 )

dalam Rahma ( 2019 ), sedangkan perilaku terbagi menjadi tigadominan menurut

Benyamin Bloom dalam Adventus, dkk (2019 ) yaitu pengetahuan, sikap dan

tindakan sehingga mempengaruhi tindakan cuci tangan yang benar.

B. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan tingkat pengetahuan keluarga pasien terhadap perilaku cuci

tangan selama kontak dengan pasien di ruang rawat inap teratai rumah sakit islam

jemursari surabaya.
30

BAB 4

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan menggunakan

pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional yaitu dimana variabel

independen dan variabel dependent yang menjadi objek penelitian, diukur atau

dikumpulkan secara stimulan atau dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis antar variabel yaitu hubungan tingkat pengetahuan

keluarga pasien terhadap perilaku cuci tangan selama kontak dengan pasien di

rawat inap ruang teratai rumah sakit islam jemursari surabaya.

B. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah rata-rata pasien rawat inap ruang teratai di

Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari sebesar 76 pasien selama 12 hari di bulan

februari 2023.

C. Sampel, Sampling dan Cara Pengambilan Sampel

1. Sampel

Sample adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi ini. Dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau

teknik-teknik tertentu sehingga sampel sedapat mungkin mewakili

populasinya. Teknik ini biasanya disebut metode sampling atau teknik

sampling (Notoatmodjo, 2012). Sample dalam penelitian ini adalah semua

keluarga pasien yang ada di rawat inap ruang teratai RSI Jemursari Surabaya.

Agar karateristik sample tidak menyimpang dari populasi yang diinginkan


31

peneliti, maka sebelum dilakukan pengambilan sample perlu ditentukan

kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria yang dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat dianggap sebagai sample, sedangkan

kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil

sample (Notoatmodjo, 2010). peneliti telah menentukan peneliti telah

menentukan kriteria untuk sample yang akan diteliti, meliputi :

a. Kriteria inklusi :

1) Bersedia mejadi responden

2) Keluarga pasien di ruang rawat inap ruang teratai yang menjaga

selama 24 jam atau bergantian selama 12 jam

3) Dapat diajak berkomunikasi

b. Kriteria eksklusi :

1) Keluarga pasien sebagai pengunjung

2. Besar Sample

Besar sample adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan

sample. Pada penelitian ini besar sampel yang ditetapkan berdasarkan rumus

slovin dalam buku (Nursalam, 2020), yaitu :

n= N
1+N (d)2

Keterangan :

n : jumlah sampel

N: Jumlah populasi

d : Tingkat kepercayaan dan ketetapan yang diinginkan ( 0,05 )

Diketahui: N = 76, d = ( 0,05)²

Ditanya: n = ?
32

n=N

1+N (d)2

n = 76

1+76 (0,05)2

n = 64

3. Tehnik Sampling

Menurut Nursalam ( 2016 ) cara pengambilan sample atau teknik

sample yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik

purposive sampling adalah teknik penentuan sample yang didasarkan pada

pertimbangan peneliti mengenai sample-sample mana yang paling sesuai dan

dapat dianggap mewakili suatu populasi.

D. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian ini adalah di Ruang Rawat inap Rumah Sakit Islam

Surabaya Jemursari Ruang Teratai dengan alasan dan pertimbangan lain:

a. Terdapat responden yang cukup untuk pengambilan data.

b. Belum perrnah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai hubungan tingkat

pengetahuan keluarga pasien terhadap perilaku cuci tangan selama kontak

dengan pasien di ruangan tersebut.

c. Lokasi dapat dijangkau dengan mudah oleh penelitian

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni 2023.


33

E. Kerangka Kerja Penelitian

Populasi
Seluruh keluarga pasien di ruang rawat inap Teratai Rumah Sakit Islam
Surabaya Jemursari sebanyak 76 responden

Sampling
Tehnik non probability sampling type purposive sampling

Sample
Keluarga pasien ruang rawat inap Teratai Rumah Sakit Islam Surabaya sebanyak
64 responden

Pengumpulan Data
Menggunakan instrumen berupa kuisioner dengan 10 pertanyaan tentang
pengetahuan cuci tangan dan observasi perilaku cuci tangan

Pengolahan Data
Editing, scoring, entry data, cleaning and tabulating data

Analisa Data
Dengan Uji Statistik Mann Whitney

Penyajian Hasil dan Pembahasan

Simpulan Dan Saran

Gambar 4.1 Kerangka Operasional Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga


Pasien Terhadap Perilaku Cuci Tangan Selama Kontak Dengan Pasien Di Rawat
Inap Ruang Teratai Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya
34

F. Variabel Peneltian dan Definisi Operasional

1. Variabel

Variabel dari penelitian ini adalah Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien

Terhadap Perilaku Cuci Tangan Selama Kontak Dengan Pasien Di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya.

2. Definisi Operasional

Tabel 4.1 : Definisi Operasional


35

G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan

data penelitian (Notoatmodjo, 2012). Instrumen penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah lembar kuisioner pengetahuan cuci tangan berjumlah 10

pertanyaan dan lembar observasi perilaku cuci tangan berjumlah 6 prosedur cuci

tangan. Lembar kuisioner akan diisi oleh responden. Sebelumnya responden akan

diberi penjelasan terlebih dahulu oleh peneliti tentang pengisiannya dan untuk lembar

observasi diisi oleh peneliti sendiri.

Instrumen untuk data umum responden akan digunakan lembar kuisioner yang

berisikan nama, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan sumber informasi.

Instrumen penelitian untuk penerapan cuci tangan adalah lembar observasi cuci
36

tangan yang pengisiannya dengan memberikan tanda centang ( √ ) jika keluarga

pasien tidak melakukan sesuai SOP cuci tangan berdasarkan standar yang digunakan

Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari. Aspek penilaian observasi terdiri dari 3 yaitu

air mengalir, handrub dan handwash.

Lembar kuisioner ini mengadopsi dari penelitian Dewa Ayu Wulandari

( 2019 ) dimana kuisioner ini telah dilakukan uji validitasi dan reabilitas data.

Lembar kuisioner tersebut dimodifikasi peneliti agar sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian memiliki beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap Persiapan

1) Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan izin ke pihak Rumah

Sakit Islam Surabaya Jemursari melalui surat pengantar dari Universitas

Nahdlatul U lama Surabaya.

2) Setelah mendapatkan ijin dan surat pengantar, peneliti melakukan

koordinasi

dengan bagian Diklat Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari untuk

pengumpulan data pengetahuan keluarga pasien terhadap perilaku cuci

tangan selama kontak dengan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit

Islam Surabaya Jemursari.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Melakukan ijin kepada kepala ruangan rawat inap ruang teratai untuk

mulai pengumpulan data Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari.

2) Melakukan kontrak waktu dengan keluarga pasien di ruang teratai Rumah


37

Sakit Islam Surabaya Jemursari.

3) Keluarga pasien bersedia akan diminta untuk menandatangani lembar

kuisioner yang berisi tentang data umum responden.

4) Peneliti memberikan kuisioner berupa daftar pertanyaan dengan total 10

pertanyaan yang mencakup pengetahuan tentang cuci tangan. Pertanyaan

kuisioner ini dalam bentuk tulisan yang sudah diketik oleh peneliti.

Keluarga pasien kemudian mengisi kuisioner selanjutnya dilakukan

observasi.

5) Pengisian lembar observasi cuci tangan yaitu dengan memberikan tanda

centang (√) jika keluarga pasien melakukan sesuai SOP cuci tangan

berdasarkan standar yang digunakan Rumah Sakit Islam Surabaya

Jemursari.

6) Setelah pengumpulan data telah selesai, peneliti mengucapkan terima

kasih dan pemberian souvenir kepada responden yang telah berpartisipasi.

7) Setelah selesai pengumpulan data, peneliti memeriksa kelengkapan data,

kemudian dilakukan analisis data menggunakan spss windows 23.

H. Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari responden, kemudian dilakukan pengolahan

data dan analisis data dengan tahap sebagai berikut:

a. Memeriksa data (Editing)

Mengetahui apakah data cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk

keperluan proses berikutnya dengan maksud untuk mengetahui dari jawaban


38

yang diberikan, meliputi kelengakapan identitas, apakah jawaban yang ada di

kuisioner sudah lengkap, jelas dan relevan.

a. Penilaian data (Scoring)

Scoring adalah pemberian skor pada kategori yang ada di dalam setiap

variabel. Setelah pengumpulan data dan lembar kuisioner yang diberikan dan

diisi oleh responden maka selanjutnya pada kuisioner kepatuhan perawat

dalam penerapan cuci tangan diberi skor angka untuk memudahkan penilaian

dan menyimpulkan.

1) Variabel pengetahuan cuci tangan

Terdapat 10 pertanyaan (A1-A10) dan akan diberi skor :

a) Pengetahuan kurang jika responden menjawab ≤ 55 % pertanyaan dengan

benar dengan kode 1

b) Pengetahuan cukup jika responden menjawab 56 - 75 % pertanyaan dengan

benar dengan kode 2

c) Pengetahuan baik jika responden menjawab 76-100% pertanyaan dengan

benar dengan kode 3

2) Perilaku cuci tangan

Terdapat 6 pertanyaan (B1-B6) dan akan diberi skor :

Skor 1 : Tidak melakukan cuci tangan dengan benar

Skor 2 : Melakukan cuci tangan dengan benar

c. Memproses data

Setelah semua pernyataan dalam data terisi dengan penuh serta juga sudah

melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar


39

dapat dianalisis dalam memproses data ini dilakukan dengan cara meng-entry

data ke paket program komputer.

d) Pembersihan data (Cleaning)

Setelah semua data di-entry data rekam medis ke paket program

komputer, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pembersihan data yang

merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada

kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut mungkin terjadi pada saat kita meng-

entry data ke computer.

e) Tabulating

Tabulating merupakan membuat tabel-tabel data, susai dengan tujuan

penelitian yang diinginkan oleh peneliti. Tabulasi data meliputi pemberian skor

terhadap item-item yang perlu diberi skor. Data yang sudah diberi skor

disesuaikan dengan teknik analisis data yang akan digunakan dalam memberi

kode (Coding) dalam hubungan pengolahan data. Hasil analisis data dalatam

presentase di interpretasikan dengan menggunakan skala data sebagai berikut:

1) 100% = Seluruhnya

2)76% - 99% = Hampir seluruhnya / hampir sebagian

3)51% - 75% = Sebagian besar dari responden

4) 50% = Setengahnya / sebagian responde

5) 26% - 49% = Hampir dari setengahnya

6) 1% - 25% = Sebagian kecil dari responden

7) 0% = Tidak ada satupun dari responden


40

2. Analisis Data

Data yang sudah terkumpul dilakukan coding atau koreksi melalui lembar

obervasi kemudian dianalisa dengan menggunakan uji mann whitney dengan tingkat

signifikan α = 0,05. Kriteria penelitian hipotesis H ꝍ yang menyatakan bahwa tidak

ada perbedaan yang sesungguhnya antara kedua kelompok data dan dimana data

tersebut diambil dari sample yang tidak saling terkait sehingga ada hubungan tingkat

pengetahuan keluarga pasien terhadap perilaku cuci tangan selama kontak dengan

pasien di ruang rawat inap rsi jemursari surabaya.

I. Etika Penelitian

1) Informed cosent (Lembar persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk pesetujuan antara peneliti dengan

responden. Tujuan informed consent tersebut adalah untuk menjelaskan maksud

dan tujuan penelitian. Jika subjek bersedia diteliti maka harus menandatangani

lembar persetujuan dan jika menolak harus mendatangani lembar persetujuan

penolakan.

2) Anonymity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden peneliti tidak mencantumkan

nama responden, tetapi hanya inisial responden.

3) Confidentiality (Kerahasian)

Kerahasiaan informasi responden dijamin kerahasiannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian
41

BAB 5

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari berlokasi di

jalan Jemursari No 51-57 Surabaya, yang merupakan jalan protokol Surabaya. Rumah

sakit ini dibangun dilahan seluas 4,6 HA. Konsep pembangunan rumah sakit ini

adalah garden hospital sehinggan banyak taman yang mengelilingi bangunan di

rumah sakit ini. Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya ini merupakan rumah sakit

type B yang mempunyai motto pelayanan Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari ”

kami selalu melayani dengan Ramah, Senyum, Ikhlas dan Salam “.

Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari terdiri dari beberapa ruang rawat inap

salah satunya adalah Ruang Teratai yang mempunyak kapasitas tempat tidur rawat

inap sebanyak 36 bed yang terdiri dari kelas 1 sebanyak 30 bed dan kelas vip 6 bed

dan mempunyai tenaga kesehatan 28 orang perawat. Untuk penjaga pasien dibatasi

minimal 1 – 2 orang dengan keadaan tertentu dan ada jam besuk untuk pengunjung

keluarga pasien sehingga tidak mengganggu jam istirahat pasien atau saat tindakan

keperawatan.

Edukasi mencuci tangan ini dilakukan saat pasien baru masuk kamar pasien dan

ada lembar observasi berupa edukasi cuci tangan di rekam medis rumah sakit. Setelah

pihak keluarga pasien menandatangi rekam medis tersebut maka sebagai bukti sudah

dilakukan edukasi. Selain itu pihak PPI dan perawat ruangan juga memberikan

edukasi kepada keluarga pasien sebulan 1-2x dan diberikan leflet tentang cara cuci
42

tangan yang benar. Selain itu juga pihak rumah sakit memberikan fasilitas untuk cuci

tangan berupa handrub berbasis alkohol di setiap tempat tidur pasien di ruang

perawatan, koridor depan kamar pasien dan wastafel dan sabun berbasis

chlorhexidine yang diletakkan di kamar mandi pasien di setiap kamar pasien. Dan ada

juga poster cuci tangan yang dipasang di area wastafel dan sticker kecil di bed pasien

untuk menerangkan langkah cuci tangan yang benar, sehingga diharapkan pasien,

penjaga pasien dan keluarga pasien melakukan tindakan cuci tangan yang benar

sesuai standar WHO.

B. Hasil Penelitiam

1. Data Umum

a. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan


Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan di
Ruang Teratai Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari Surabaya pada bulan juni
2023.

Tingkat Pendidikan Frekuensi ( n ) Presentase ( % )

SD 3 4.7
SMP 3 4.7
SMA 25 40
Diploma 11 17.2
Sarjana 22 34.4
Jumlah 64 100

Sumber : Data primer Juni 2023

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 64 responden sebagian besar

(40%) tingkat pendidikan SMA sejumlah 25 orang.


43

b. Karakteristik responden berdasarkan umur


Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Ruang Teratai
Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari Surabaya pada bulan juni 2023.

Umur Frekuensi ( n ) Presentase ( % )

19-30 32 50
31-50 20 31.2
51-60 8 12.6
60 tahun keatas 4 6.2

Jumlah 64 100

Sumber : Data primer Juni 2023

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 64 responden sebagian besar

(50%) berumur 19-30 tahun sejumlah 50 orang.

c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan


Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Ruang Teratai
Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari Surabaya pada bulan juni 2023.

Pekerjaan Frekuensi ( n ) Presentase ( % )

Swasta 13 20.3
Wiraswasta 5 8
Ibu RT 20 31.2
Belum bekerja 7 11
Pensiunan 4 6.2
PNS 15 23.4
Jumlah 64 100

Sumber : Data primer Juni 2023

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 64 responden sebagian besar

(31.2%) adalah ibu rumah tangga sejumlah 25 orang.


44

d. Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi


Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sumber informasi di Ruang
Teratai Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari Surabaya pada bulan juni 2023.

Sumber informasi Frekuensi ( n ) Presentase ( % )

Rumah sakit 38 59
Koran / leaflet /TV 14 22
Puskesmas / Kader 11 17.4
Sekolah / kampus 1 1.6

Jumlah 64 100
Sumber : Data primer Juni 2023

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 64 responden sebagian besar

(59% ) mendapatkan informasi dari rumah sakit sejumlah 38 orang.

2. Data Khusus

a. Karakteristik Tingkat Pengetahuan Tentang Cuci Tangan adalah sebagai


berikut ;
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tentang Cuci Tangan di Ruang Teratai Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari
Surabaya pada bulan juni 2023.

Tingkat Pengetahuan Frekuensi ( n ) Presentase ( % )

Baik 41 65
Cukup 17 26
Kurang 6 9
Jumlah 64 100

Sumber : Data primer Juni 2023

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 64 responden sebagian besar

(65% ) mempunyai tingkat pengetahuan baik sejumlah 41 orang.


45

b. Karakteristik Perilaku Cuci Tangan adalah sebagai berikut :


Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Perilaku Cuci Tangan di
Ruang Teratai Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari Surabaya pada bulan juni
2023.

Observasi Cuci Tangan Frekuensi ( n ) Presentase ( % )

Tidak melakukan cuci tangan 48 75


dengan benar
Melakukan cuci tangan 16 25
dengan benar

Jumlah 64 100

Sumber : Data primer Juni 2023

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 64 responden sebagian besar

(75% ) tidak melakukan cuci tangan dengan benar sejumlah 75 orang dan sebagian

lainnya melakukan cuci tangan dengan benar sebanyak (75%) sejumlah 25 orang.
46

c. Karakteristik tingkat pengetahuan keluarga pasien terhadap perilaku cuci

tangan setelah kontak dengan pasien di ruang teratai rsi jemursari surabaya

Tabel 5.6 Distribusi tingkat pengetahuan keluarga pasien terhadap perilaku cuci tangan
setelah kontak dengan pasien di ruang teratai rsi jemursari surabaya
d. PENGETAHUAN * CUCI TANGAN Crosstabulation
Count
CUCI TANGAN
BENAR TIDAK BENAR Total
PENGETAHUAN KURANG 3 3 6
CUKUP 10 7 17
BAIK 37 4 41
Total 50 14 64

Mann Whitney Tests


Asymptotic
Value df Significance (2-sided)
Mann-Whitney U 10.007a 2 .007
Likelihood Ratio 9.674 2 .008
Linear-by-Linear Association 9.160 1 .002
N of Valid Cases 64

Sumber : Data penelitian diolah menggunakan software SPSS 26.0tahun 2022.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Mann Whitney didapatkan p-value =

0,007 yakni kurang dari tingkat signifikan 0,05 sehingga menolak hipotesis nol.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan keluarga pasien

terhadap perilaku cuci tangan selama kontak dengan pasien di rawat inap ruang

teratai rumah sakit islam jemursari surabaya.


47

BAB 6

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Cuci Tangan

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 64 responden didapatkan

sebagian besar (65%) yaitu 41 responden mempunyai tingkat pengetahuan baik.

tentang cuci tangan. Menurut asumsi peneliti pengetahuan dapat mempengaruhi

perilaku seseorang karena pemahamannya yang masih kurang.

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil “ tahu” dan

ini terjadi setelah orang merasakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu

terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba dengan sendiri. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Soendoro,

2016) Semakin baik tingkat pengetahuan seseorang, semakin baik pula tingkat

kepatuhannya tentang cuci tangan. Menurut teori model pengetahuan sikap-

perilaku, pengetahuan merupakan faktor esensial yang dapat mempengaruhi

perubahan perilaku, dan individu dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan

melalui proses belajar (Liu et al, 2016).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Octa and Widi, 2019) Dasar

dilakukannya atau tidak dilakukannya sesuatu bisa berasal dari pengetahuan.

Pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan serta bagaimana cara mencuci tangan

yang benar dengan menggunakan sabun dapat menjadi dasar terhadap dilakukan

atau tidak dilakukannya perilaku cuci tangan tersebut oleh seseorang, yang
48

menjadi pondasi atas tercapainya perilaku tersebut. Pengetahuan atau ranah

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perihal yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Rahmah Yunita Amar, 2019).

Pada dasarnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang tentang cuci tangan pada keluarga pasien diantaranya

pendidikan, usia, pekerjaan, jenis kelamin (Budiman dan Riyanto, 2013). Pada

faktor yang pertama yaitu dilihat dari tingkat pendidikan responden didapatkan

hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa dari 64 responden

didapatkan hasil sebagian besar (40%) yaitu 25 responden pendidikan terakhir

yaitu sekolah menengah. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan seseorang sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dimana tingkat pendidikan yang tinggi maka

pengetahuan seseorang juga akan lebih baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori (Rawla et al., 2018) Pada

umumnya, pendidikan mempengaruhi suatu proses dalam pembelajaran, semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula tingkat

pengetahuannya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Pendidikan et al., 2016)

Bahwa tingkat pengetahuan yang dipengaruhi oleh pendidikan, untuk tingkat

pendidikan yang lebih tinggi maka tingkat pengetahuannya juga lebih baik.

Menurut Nursalam dalam Afrianti dkk (2021) bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka semakin banyak informasi yang diterimanya, maka

akan semakin tinggi tingkat pengetahuannya. Sehingga seseorang dengan tingkat


49

pendidikan lebih tinggi akan berpengetahuan lebih baik dibanding mereka dengan

tingkat pendidikan yang lebih rendah.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu usia

responden. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (50%) yaitu

32 responden berusia 19 – 30 tahun. Menurut peneliti, usia merupakan salah satu

faktor pemicu tingkat kepatuhan dan pengetahuan seseorang, hal ini didukung

dengan usia responden yang masih dalam rentan usia produktif sehingga mereka

akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Usia

mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Budiman & Riyanto,

2014).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2022), bahwa

pada usia produktif merupakan usia yang paling berperan dan memiliki aktivitas

yang padat serta memiliki kemampuan kognitif yang baik. Sehingga, pada usia ini

memiliki pengaruh terhadap tingkat pengetahuan. Semakin dewasa umur maka

tingkat kematangan dan kemampuan menerima informasi lebih baik jika

dibandingkan dengan umur yang lebih muda atau belum dewasa. Bertambahnya

usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang

diperolehnya, namun pada usia tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan

penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Hanifah, 2015).

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar (31,2%) yaitu

20 responden adalah ibu rumah tangga. Menurut asumsi peneliti bahwa pekerjaan
50

seseorang akan berpengaruh terhadap pengetahuan dan pengelaman seseorang.

Pekerjaan berpengaruh terhadap seseorang adalah ketika pekerjaan tersebut lebih

sering menggunakan otak dari pada menggunakan otot. Menurut Perdana (2020)

juga menyatakan bahwa secara psikologis pengetahuan seorang pekerja yang

bertemu dengan rekan kerja akan sangat mempengaruhi informasi yang didapatkan

dari lingkungan tempatnya berkerja. Hal ini diperkuat dengan penelitian Ekadipta

(2021) menyampaikan bahwa pekerjaan yang dimiliki tidak akan mempengaruhi

seseorang agar patuh terhadap suatu kebijakan. Sehingga semua akan kembali

kepada kesadaran masing-masing dalam menanggapi suatu kebijakan.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Cuci Tangan

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 64 responden sebagian

besar (75% ) tidak melakukan cuci tangan dengan benar sejumlah 48 orang dan

sebagian kecil melakukan cuci tangan dengan benar sebanyak (25%) sejumlah 16

responden. Menurut asumsi peneliti, perilaku cuci tangan yang dilakukan dengan

merupakan suatu tindakan yang memberdayakan seseorang agar tahu, mau dan

mampu dalam mempraktikkan perilaku cuci untuk melindungi diri dan mencegah

terjadinya berbagai penyakit.

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis,

tertawa, bekerja, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku adalah respon individu terhadap suatu

stimulus atau suatutindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,
51

durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak (Wawan & Dewi, 2017).

Hasil penelitian ini sejajar dengan penelitian yang dilakukan oleh Pauzan

dkk (2017) tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku cuci tangan siswa di

sekolah dasar negeri kota Bandung diperoleh bahwa responden yang berperilaku

baik sebesar 48 (61,5%) lebih besar dibandingkan responden berperilaku kurang

sebesar 30 (38,5%). Perilaku terbentuk karena tiga faktor yaitu faktor predisposisi

(pengetahuan, sikap, tradisi dan kepercayaan, nilai-nilai yang dianut, tingkat

pendidikan, lingkungan dan sosial), faktor pendukung (fasilitas kesehatan), faktor

penguat (perilaku masyarkat dan petugas kesehatan).

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 64 responden sebagian

besar (59%) mendapatkan informasi dari rumah sakit sejumlah 38 orang. Sumber

informasi yang didapat responden ini berupa edukasi dari pihak rumah sakit saat

menjaga pasien atau sebagai pengunjung pasien di rumah sakit. Sumber informasi

yang bisa di dapatkan dengan mudah akan membantu mempercepat seseorang

dalam memperoleh pengetahuan baru. Penyerapan informasi bisa didapat dari

media cetak ataupun media elektronik sehingga dapat mempengaruhi pula

lingkungan sosial yang mendukung (Cahayani, 2011).

Berdasarkan segi pengetahuan, masyarakat memiliki pengetahuan yang

baik karena banyaknya informasi yang ada tentang cuci tangan tetapi perilaku

untuk melakukan cuci tangan yang benar kurang kuat untuk dilakukan. Menurut

penelitian wawan dan dewi ( 2011 ) lingkungan sekitar dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku individu maupun kelompok jika lingkungan


52

mendukung ke arah positif maka akan berperilaku positif tetapi jika sebaliknya

lingkungan sekitar tidak kondusif , makan individu atau kelompok tidak akan

berperilaku kurang baik.

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Cuci Tangan

Hasil dari penelitian tersebut bahwa nilai p-value sebesar 0,007 yakni

kurang dari tingkat signifikan 0,05 sehingga menolak hipotesis nol. Dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan mencuci tangan

yang benar sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik belum tentu

juga membuat perilaku yang baik dalam hal mencuci tangan yang benar.

Dilihat dari hasil kuesioner perilaku yang tidak baik ini paling banyak

terjadi karena responden pada saat mencuci tangan tidak melepaskan jam tangan,

cincin ataupun gelang pada saat mau mencuci tangan, selain dari itu perilaku yang

kurang baik dilihat dari pernyataan mengenai rutinitas cuci tangan yang dilakukan

setiap cuci tangan hanya sebentar di lakukan tidak mencapai waktu 40-60 detik.

Selain dari itu perilaku cuci tangan yang tidak baik dikarenakan tidak sesuai

dengan 6 langkah mencuci tangan.

Perilaku manusia merupakan suatu tindakan dari manusia itu sendiri.

Perilaku manusia mempunyai bentangan sangat luas, mencakup berjalan,

berbicara, bereaksi, berpakaian dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia

baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar

(Notoatmodjo, 2017). Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air

mengalir untuk menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan
53

benar – benar hilang (Rundiyati, 2015). Mencuci tangan juga mengurangi

pemindahan mikroba ke pasien dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme

yang berada pada kuku, tangan, dan lengan (Schaffer, et. al., 2015).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa perilaku cuci tangan pada

responden sebagian besar (75%) berperilaku tidak baik tentang cuci tangan, maka

akan terdorong menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam bentuk perilaku

atau tindakan. Pengetahuan seperti manfaat mencuci tangan, momen cuci tangan,

dan akibat tidak mencuci tangan, sehingga seseorang tersebut akan cenderung

menghindari akibat tidak mencuci tangan dan mulai menerapkan cuci tangan yang

benar. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti

bahwa perihal yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dan langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2017).

Sebelum seseorang berperilaku mencuci tangan, ia harus tahu terlebih

dahulu mengetahui arti atau manfaat perilaku dan apa resikonya apabila tidak

mencuci tangan bagi dirinya atau keluarganya. Melalui adanya keterpaparan

dengan berbagai macam sumber informasi, maka responden akan mendapatkan

pengetahuan mengenai pentingnya mencuci tangan, sehingga diharapkan dengan

responden tahu, bisa menilai maka akan menciptakan perilaku mencuci tangan

yang baik. Pengetahuan yang baik dan pengalaman di dapatkan dari lingkungan

sekitar yang baik. Adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku cuci

tangan, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak responden berperilaku

kurang baik dalam cuci tangan, maka diperlukan adanya pemberian informasi atau
54

edukasi dari pihak perawat ruangan dan edukasi rutin dari pihak ppi sebulan 2x

dari petugas kesehatan terutama pihak ppi dan perawat ruangan terhadap

responden seperti memberikan pendidikan kesehatan mengenai cuci tangan.

Selain dari dalam pelaksanaan perawatan pasien di rumah sakit, cuci tangan

menjadi hal yang wajib bagi keluarga yang menjaga pasien di rumah sakit untuk

dilakukan karena dengan mencuci tangan yang baik dan benar memakai sabun

atau handrub berbasis alkohol maka akan mencegah terkena penyakit seperti diare

salah satunya.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Dalam melaksankan penelitian, peneliti ini baru pertama kali melakukan

penelitian sehingga hasilnya kurang maksimal atau kurang sempurna.

2. Pada saat melakukan penelitian, orang tua pasien bayi atau anak tidak bisa

maksimal dilakukan penelitian karena si bayi atau anak bila ditinggal mudah

rewel.

3. Cara pengumpulan data menggunakan kuisioner yang memiliki pilihan jawaban

yang memungkinkan tidak diisi secara jujur oleh responden.


55

BAB 7

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari penelitin tentang Hubungan Tingkat


Pengetahuan Keluarga Pasien Terhadap Perilaku Cuci Tangan Selama Kontak
Dengan Pasien Di Ruang Rawat Inap Teratai Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya
1. Keluarga pasien sebagian besar memiliki pengetahuan

yang baik tentang cuci tangan

2. Keluarga pasien sebagian besar mempunyai perilaku

kurang baik dalam hal mencuci tangan yang benar, sebagian besar hanya berakhir

melakukan cuci tangan langkah ke 3 yaitu menggosokkan kedua telapak tangan

dengan jari – jari yang saling berkaitan

3. Ada hubungan tingkat pengetahuan keluarga pasien

terhadap perilaku cuci tangan selama kontak dengan pasien di ruang rawat inap

teratai rumah sakit islam jemursari surabaya

2. Saran

1. Bagi peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan apabila

mengadakan penelitian selanjutnya dan untuk menambah wawasan pengetahuan

tentang pembuatan skripsi yang lebih baik.

2. Bagi responden

Diharapakan keluarga pasien dapat menambah pengetahuan dan perilaku cuci


56

tangan yang baik dan benar untuk mencegah berbagai jenis penyakit

3. Bagi rumah sakit

a. Melakukan lagi agenda edukasi sosialisasi cuci tangan kepada keluarga pasien

yang ada di rumah sakit untuk dilakukan edukasi seminggu sekali.

b. Fasilitas yang sudah tersedia berupa handrub atau sabun di setiap kamar

mandi dan tempat tidur pasien untuk selalu dipantau ketersediannya.


57

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Nabillah et al. 2017. 3 PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA


PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA TERHADAP
PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL.
Komala Dewi, Ria Risti. 2019. “FAKTOR DETERMINAN KEPATUHAN
PERAWAT DALAM MELAKUKAN PRAKTIK CUCI TANGAN DI RSUD
ADE MUHAMMAD DJOEN SINTANG.” Jurnal Kesmas (Kesehatan
Masyarakat) Khatulistiwa 4(4): 232.
http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/JKMK?page=index.
Akbar, Aulia Faris. 2017. “Definisi Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku.” Definisi
Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku: 1–23.
Elyk Dwi Mumpuningtias, Sugesti Aliftitah, Illiyini. 2017. “Handrub.” HUBUNGAN
TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN
MENGGUNAKAN HANDRUB PADA KELUARGA PASIEN DI RUANG
BEDAH RSUD DR. H. MOH. ANWAR SUMENEP Elyk.
Finni Fitria Tumiwa. 2019. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN
PERILAKU CUCI TANGAN PADA KELUARGA PASIEN DI BANGSAL
BEDAH RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL.
Yuliani, Dwi. 2018. “8 Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu.”
(2013): 8–25.
Randan, Janeth Risty, and Riama Marlyn Sihombing. 2020. “Tingkat
Pengetahuan Dengan Perilaku Mencuci Tangan Pengunjung Di Satu Rumah
Sakit Swasta Indonesia Tengah.” Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia
10(03).
Alvadri Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas
Esa Unggul JlTerusan Arjuna Tol Tomang, Zilpianus, and Kebon Jeruk. 2016.
“(HUBUNGAN PELAKSANAAN TINDAKAN CUCI TANGAN PERAWAT
DENGAN KEJADIAN INFEKSI RUMAH SAKIT DI RUMAH SAKIT
SUMBER WARAS GROGOL).” x.
Ayuningtyas, Gita, Nita Ekawati, and Rahma Puspitasari. 2021. 5 Edu Dharma
Journal: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat PENGARUH
PENDIDIKAN HAND HYGIENE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN
ENAM TAHAP PADA KELUARGA PASIEN DI UNIT RAWAT INAP RUMAH
SAKIT Dr. SITANALA TANGERANG.
http://openjournal.wdh.ac.id/index.php/edudharma.
58

Irma Safiya, Fiya, Ardia Putra, Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, and Bagian Keilmuan Manajemen
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 2019.
IV HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM
PENERAPAN HAND HYGIENE DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH
RUMAH SAKIT.
Irawan, Erna, Nurul Iklima, Anggi Saputra, and Yunita Sari. 2022. “HUBUNGAN
TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN DENGAN PERILAKU
CUCI TANGAN DI RUMAH SAKIT.” Jurnal Keperawatan BSI 10(1).
https://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan/index.

Puspitasari, Rahma. 2016. HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KEBIASAAN CUCI


TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SD NEGERI 101893 BANGUN REJO KECAMATAN
TANJUNG MORAWA. aceh.

E Irawan, N Iklima, A Saputra, Y Sari - Jurnal Keperawatan BSI, 2022 ejurnal.ars.ac.id


59

Lampiran 1 Pengajuan Judul


60

Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada,
Yth, bapak/ibu
di Tempat

Dengan Hormat,

Dalam rangka memenuhi tugas akhir program studi S1 Keperawatan,


saya mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya:

NAMA : Ismi Fauziah


NIM : 1130222033

Bermaksud akan mengadakan penelitian tentang “ Hubungan Tingkat


Pengetahuan Keluarga Pasien Terhadap Perilaku Cuci Tangan Selama Kontak
Dengan Pasien Di Rawat Inap Ruang Teratai Rumah Sakit Islam Surabaya
Jemursari”.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, saya mohon kesediaan bapak/ibu
untuk menjadi responden dalam penelitian ini yang bersifat sukarela, kami akan
menjamin kerahasiaan, identitas dan informasi yang diberikan.

Demikian permohonan saya, atas kesediaan dan bantuan serta kerjasamanya saya
ucapkan terimakasih.

Surabaya, Maret 2023

Peneliti

Ismi Fauziah
61

Lampiran 3

LEMBAR INFORMASI UNTUK RESPONDEN


(Inform Consent)
Assalamu’alaikum wr.wb :
Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Ismi Fauziah
NIM 1130222033
Status : Mahasiswa Aktif

Terima kasih kepada responden karena telah membaca lembar informasi dan lembar
persetujuan penelitian ini

Judul penelitian ini adalalah Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien


Terhadap Perilaku Cuci Tangan Selama Kontak Dengan Pasien Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien Terhadap Perilaku
Cuci Tangan Selama Kontak Dengan Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Islam Surabaya Jemursari.
Pada penelitian ini besar sampel yang digunakan adalah 44 responden keluarga
pasien di ruang rawat inap ruang teratai. Pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling. Pelaksanaan penelitian pada bulan April tahun 2023 di Rumah
Sakit Islam Jemursari Surabaya. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan
observasi. Dengan demikian, peneliti mengajak saudara/saudari untuk ikut serta
dalam penelitian ini.

Hal-Hal Yang Perlu Diinformasikan:

A. Manfaat terhadap subjek penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perilaku cuci tanagn yang benar.
B. Kesukarelaan Untuk Ikut Penelitian
Responden bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian tanpa ada paksaan.
Bagi responden yang sudah memutuskan untuk ikut maka dapat mengundurkan
diri atau berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda ataupun sanksi.
62

C. Unsur Paksaan
Responden yang tidak bersedia untuk berpartisipasi, tidak akan ada mendapatkan
dampak buruk ataupun sanksi.
D. Prosedur Penelitian
Peneliti meminta bantuan kepada kepala rungan untuk memberikan kuisioner
pada perawat bahwa penelitian yang akan dilakukan tidak membahayakan
kesehatan, kemudian peneliti akan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
kepada responden yang akan mengikuti penelitian, setelah itu responden
diberikan lembar persetujuan dan dibaca secara seksama untuk diisi. Apabila
responden bersedia maka responden diminta untuk mengisi identitas dengan
memberikan inisial nama dan menandatangani lembar persetujuan, jika
responden tidak bersedia maka peneliti tidak akan memaksa. Peneliti
membutuhkan waktu 7-14 hari dalam pengambilan data melalui kuesioner dan
observasi. Peneliti juga akan menjaga kerahasiaan responden, informasi dari
responden tidak akan dibicarakan kepada responden lainnya dan orang sekitar.
E. Karakteristik dan Jumlah Subjek
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah keluarga pasien yang
menjaga pasien selama perawatan pasien di rumah sakit.
F. Kerahasiaan
Semua informasi data responden selama dilakukan penelitian akan dicatat oleh
peneliti dan digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan. Informasi tersebut hanya
akan digunakan dengan tidak mengungkapkan identitas responden. Semua
informasi yang dikumpulkan tetap menjadi rahasia dan tidak akan disebutkan
dalam hasil penelitian, laporan atau publikasi kepada siapapun diluar studi
penelitian ini
G. Kompensasi
Selama dilakukan penelitian responden akan souvenir sebagai tanda terimakasih.
63

H. Asuransi
Penelitian ini tidak memberikan tindakan intervensi hanya menganalisis
pengetahuan keluarga pasien terhadap perilaku cuci tangan selama kontak
dengan pasien di ruang rawat inap.
I. Kontak Peneliti
Segala pertanyaan dan klarifikasi terkait dengan penelitian ini dapat melalui No.
Handphone peneliti yaitu 081216032501 (Ismi Fauziah ). Klarifikasi juga dapat
dilakukan melalui Komite Etik Penelitian Kesehatan Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya di email kepk@unusa.ac.id. Demikian atas perhatian dan
kesediaan saudara, saya sampaikan terima kasih.

Surabaya, April 2023


Responden Peneliti

`
(…………………..) (Ismi Fauziah )
64

LAMPIRAN 4

Informed Consent

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Responden :
Ruangan :
Nomer Telepon/Hp :

Pada penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga


Pasien Terhadap Perilaku Cuci Tangan Selama Kontak Dengan Pasien Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari” bersedia mengikuti pemberian
kuisioner hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien Terhadap Perilaku Cuci
Tangan Selama Kontak Dengan Pasien dan responden diberi waktu oleh peneliti
waktu 1 hari untuk mengisi form kuisioner tersebut.
Hal-Hal Yang Perlu Disetujui:
A. Kesukarelaan untuk Ikut Penelitian
Responden bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian tanpa ada paksaan.
B. Hak Mengundurkan Diri
Bagi responden yang sudah memutuskan untuk ikut maka dapat mengundurkan
diri atau berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda ataupun sanksi.
C. Perlindungan Terhadap Responden
Penelitian ini tidak memberikan tindakan intervensi hanya menganalisis
pengetahuan keluarga pasien terhadap perilaku cuci tangan selama kontak
dengan pasien di ruang rawat inap.
D. Kerahasiaan Data
Semua informasi data anda yang diperoleh selama penelitian ini akan dicatat dan
digunakan dengan tujuan ilmu pengetahuan. Informasi tersebut hanya akan
digunakan dengan tidak mengungkapkan identitas anda. Semua informasi yang
telah dikumpulkan tetap menjadi rahasia dan tidak akan dipublikasikan.
E. Kontak Peneliti
Segala pertanyaan dan klarifikasi terkait dengan penelitian ini dapat melalui No.
Handphone peneliti yaitu 081216032501 (Ismi Fauziah ). Klarifikasi juga
dapat dilakukan melalui Komite Etik Penelitian Kesehatan Universitas
65

Nahdlatul Ulama Surabaya di email kepk@unusa.ac.id. Demikian atas


perhatian dan kesediaan saudara, saya sampaikan terima kasih.

Surabaya, April 2023


Responden Peneliti

`
(…………………..) ( Ismi Fauziah )
66

Lampiran 5

LEMBAR PENGUNDURAN DIRI

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :
No. Telp. :
Dengan ini menyatakan MENGUNDURKAN DIRI sebagai subjek penelitian
dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien Terhadap Perilaku
Cuci Tangan Selama Kontak Dengan Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Islam Surabaya Jemursari”
Demikian lembar pengunduran diri yang saya buat dengan penuh kesadarandan
tanpa paksaan.

Surabaya, ..............................
Yang membuat pernyataan

( )
67

Lampiran 6

LEMBAR KUISIONER PENELETIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN


TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN SELAMA KONTAK DENGAN
PASIEN DI RUANG TERATAI RSI JEMURSARI SURABAYA

A. Identitas Diri Responden


1. Petunjuk pengisian
a)Di mohon untuk mengisi identitas diri ( Nama, Umur, Jenis kelamin, dan
sumber informasi )
b)Baca dan jawablah pertanyaan yang menurut anda paling benar
c) Berilah tanda ( √ ) pada salah satu jawaban dari pertanyaan yang ada
2. Identitas responden
a. Nama :
b. Jenis kelamin :
c. Umur :
d. Pendidikan :
e. Tanggal :
3. Sumber informasi
a) Apakah anda pernah diajarkan kebersihan tangan :
( ) YA ( ) Tidak
b) Jika ya, sumber informasi yang di dapat darimana :
( ) Rumah sakit ( ) Puskesmas / Kader Setempat ( ) TV ( ) Koran/buku
( ) leaflet/ poster ( ) Tempat Kerja/ sekolah
68

B. Pengetahuan Tentang Mencuci Tangan

NO Pertanyaan Ya Tidak
1. Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dan jari-jari
menggunakan air mengalir dan sabun
2. Mencuci tangan dengan bersih dapat mencegah penyakit dan
memutus penyebaran kuman
3. Sebelum dan sesudah makan diperlukan mencuci tangan
pakai sabun
4. Mencuci tangan pakai sabun tidak diperlukan setelah kita
bermain dan berolahraga
5. Waktu yang tepat untuk cuci tangan pakai sabun adalah
setelah buang sampah
6. Mencuci tangan tidak diperlukan setelah menyentuh
hewan/unggas termasuk hewan peliharaan
7. Apabila tidak mencuci tangan pakai sabun dapat
menyebabkan diare/mencret-
8. Apabila tidak mencuci tangan pakai sabun dapat
menyebabkan cacingan
9. Setelah mencuci tangan kita perlu mengeringkan tangan
dengan kain lap kering/tissu
10. Setelah BAB dan buang air kecil sebaiknya mencuci tangan
pakai sabun
69

C. Observasi Mencuci Tangan

No. OBJEK OBSERVASI Melakukan Tidak


Melakukan
Melakukan 6 langkah cuci
Tangan
1. Gosokkan sabun atau
handrub pada kedua
telapak tangan dengan
arah memutar
2. Gosokkan telapak
tangan diatas
punggung tangan kiri
dan sebaliknya
3. Gosokkan kedua telapak
tangan dengan jari – jari
yang saling berkaitan
4. Letakkan punggung jari saling
mengunci kemudian gosokkan
perlahan
5. Jempol kanan digosok
memutar oleh telapak
tangan dan sebaliknya
6. Letakkan ujung jari
kanan ke telapak tangan
kiri kemudian gosok
perlahan dan sebaliknya
 Cuci tangan dengan sabun cukup 40-60 detik
 Cuci tangan dengan handrub cukup 20-30 detik
70

Rekapitulasi Data Umum

Sumber
No. Nama Responde Umur Pendidikan Informasi Pekerjaan
1 Ny.A 3 2 1 2
2 Tn.A 5 1 3 2
3 Ny.S 4 3 2 2
4 Ny.L 1 5 1 4
5 Tn.E 1 3 1 4
6 Tn.B 1 4 3 1
7 Sdr.M 1 3 3 2
8 Tn.E 1 3 1 2
9 Ny.T 5 3 1 2
10 NY.A 4 1 2 3
11 Nn.N 1 3 3 2
12 Ny.N 2 5 2 4
13 Ny.U 3 2 2 3
14 Ny.S 3 3 1 3
15 Ny.N 1 5 3 3
16 Tn.M 4 2 3 2
17 Tn.A 2 3 1 4
18 Ny.L 1 5 1 4
19 Tn.C 1 5 1 4
20 Ny.M 1 3 1 3
21 TN.A 2 3 3 2
22 Ny.A 1 5 3 3
23 Ny.F 2 5 1 3
24 Ny.V 1 3 2 3
25 Ny.B 2 3 2 3
26 Nn.Y 1 5 3 3
27 Ny.B 1 3 3 3
28 Ny.M 1 3 3 3
29 Ny.L 1 3 1 3
30 Ny.Y 1 5 1 4
31 Tn.J 3 2 1 2
32 Ny.P 1 3 3 3
33 Ny.S 2 3 2 3
34 Ny.J 1 3 1 2
35 Ny.R 1 5 1 3
36 Ny.A 2 3 2 3
37 Ny.D 1 3 3 3
38 Tn.T 1 3 1 2
71

39 Tn.J 4 2 1 2
40 Ny.Y 3 3 1 3
41 Nn.L 1 3 1 3
42 Ny.R 1 5 1 3
43 Ny.L 1 5 1 4
44 Ny.R 2 5 1 4
45 Ny.S 4 1 1 3
46 Tn.A 2 5 1 3
47 Ny.A 2 5 2 4
48 Ny.I 1 5 2 3
49 Tn.K 3 3 3 2
50 Tn.S 1 5 1 4
51 Ny.S 3 4 1 4
52 Tn.P 2 4 1 4
53 Ny.J 2 4 1 4
54 Tn.P 2 3 1 4
55 Ny.T 5 5 1 5
56 Tn.H 3 5 1 4
57 Sdr.I 1 5 1 2
58 Nn.I 1 5 1 3
59 Ny.N 1 3 1 3
60 Tn.L 1 4 1 4
61 Tn.S 3 4 1 4
62 Ny.M 5 5 1 5
63 Ny.H 4 5 2 5
64 Tn.K 4 5 1 5

Keterangan umur :
Kode 1 : 19 - 30
Kode 2 : 31-40
Kode 3 : 41-50
Kode 4 : 51-60
Kode 5 : 60 keatas

Keterangan Pendidikan :
Kode 1 : SD
Kode 2 : SLTP
Kode 3 : SMA
Kode 4 : Diploma
Kode 5 : Sarjana
72

Keterangan Sumber Informasi :


Kode 1 : RS
Kode 2 : Puskesmas / Kader Setempat
Kode 3 : TV/Koran/ leaflet
Kode 4 : Tempat Kerja
Kode 5 : Sekolah

Keterangan Pekerjaan :
Kode 1 : Wiraswasta
Kode 2 : Swasta
Kode 3 : Ibu Rumah Tangga
Kode 4 : PNS
Kode 5 : Pensiun

Rekapitulasi Data Khusus


73
74

Lampiran 7 SPO Cuci Tangan


75
76
77
78

Lampiran 8 Lembar Konsultasi


79
80
81
82
83
84
85
86

Anda mungkin juga menyukai