ISMI FAUZIAH
NIM. 1130222033
DOSEN PEMBIMBING:
i
SKRIPSI
ISMI FAUZIAH
NIM. 1130222033
DOSEN PEMBIMBING:
II
SKRIPSI
Oleh:
ISMI FAUZIAH
NIM. 1130222033
III
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
IV
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien Terhadap Perilaku Cuci
Tangan Selama Kontak Dengan Pasien Di Ruang Rawat Inap Teratai Rumah
Sakit Islam Jemursari Surabaya
Penyusun : Ismi Fauziah
NIM : 1130222033
Pembimbing : Iis Noventi, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disetujui Oleh:
Pembimbing,
Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan
V
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Pembimbing:
Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan
VI
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI
1. Ketua Penguji,
Iis Noventi, S.Kep.,Ns.,M.Kep : ..........................
NPP. 18011174
2. Penguji 1,
Nety Mawarda Hatmanti, S. Kep. Ns., M.Kep : ..........................
NPP. 1105812
3. Penguji 2,
Riska Rohmawati, S. Kep. Ns., M.Tr.Kep : ………………
NPP. 19051254
Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan
VII
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai Civitas akademik Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, saya yang bertanda tangan di
bawa ini :
Nama : Ismi Fauziah
NIM : 1130222033
Program Studi : S1 Keperawatan
Fakultas : Keperawatan dan Kebidanan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-exclusive Royalty- Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royalti Non- Ekslusif ini
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Nahdlatul Ulama Surabaya berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempubikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta
dan sebagai pemilik Hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Surabaya
Pada tanggal : 01 Agustus 2023
Yang menyatakan
(Ismi Fauziah)
NIM. 1130222033
VIII
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
Skripsi ini tidak dipubikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam lingkungan Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya, diperkenankan sebagai referensi kepustakaan, tetapi pengutipan harus
seijin Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya dan harus menuliskan nama penyusun sesuai etika
ilmiah. Dokumen Skripsi ini dalam bentuk hard copy dan soft copy merupakan hak milik
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
IX
ABSTRAK
Rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan juga merupakan sumber dari berbagai
penyakit, yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Penularan
infeksi ini salah satunya dapat terjadi melalui kontak pasien ke pengunjung rumah sakit, maupun
dari keluarga yang merawat kepada pasien yang tidak mematuhi perilaku pencegahan infeksi.
infeksi yang banyak terdapat di rumah sakit adalah infeksi nosokomial.
Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan menggunakan pendekatan cross
sectional. Populasi keluarga pasien di rawat inap ruang teratai rumah sakit islam surabaya
jemursari sebesar 76 orang. Sample sebesar 64 responden diambil menggunakan non probability
sampling dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Variabel independent yaitu
pengetahuan, variabel dependent yaitu perilaku cuci tangan.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari 64 responden sebagian besar (65% ) mempunyai
tingkat pengetahuan baik, dan sebagian besar (75% ) tidak melakukan cuci tangan dengan benar.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Mann Whitney didapatkan p-value = 0,007 yakni kurang
dari tingkat signifikan 0,05 sehingga menolak hipotesis nol. Dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan tingkat pengetahuan keluarga pasien terhadap perilaku cuci tangan selama kontak
dengan pasien di rawat inap ruang teratai rumah sakit islam jemursari surabaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh bermakna antara pengetahuan dan
mencuci tangan yang benar. Cuci tangan dengan tepat dan benar dapat mencegah infeksi, untuk hal
ini maka pihak rumah sakit perlu melakukan edukasi rutin tentang pentingnya cuci tangan bagi
kesehatan.
X
ABSTRACT
Apart from seeking healing, hospitals are also a source of various diseases, originating
from sufferers and visitors with career status. Transmission of this infection can occur through
patient contact with hospital visitors, as well as from families who care for patients who do not
comply with infection prevention behaviors. The most common infections in hospitals are
nosocomial infections.
The research design used was analytic using a cross sectional approach. The population
of the patient's family in the lotus room at the Islamic Hospital Surabaya Jemursari is 76 people. A
sample of 64 respondents was taken using non-probability sampling using a purposive sampling
technique. The independent variable is knowledge, the dependent variable is hand washing
behavior.
The results showed that out of 64 respondents, most (65%) had a good level of
knowledge, and most (75%) did not wash their hands properly. Based on the results of statistical
tests with the Mann Whitney test, it was found that p-value = 0.007, which is less than the
significant level of 0.05 so that it rejects the null hypothesis. It can be concluded that there is a
relationship between the level of knowledge of the patient's family and hand washing behavior
during contact with patients in the lotus room at Jemursari Islamic Hospital, Surabaya.
The results showed that there was a significant effect between knowledge and proper
hand washing. Washing hands properly and correctly can prevent infection, for this reason
hospitals need to carry out routine education about the importance of hand washing for health.
XI
KATA PENGANTAR
( Ismi Fauziah )
XIII
DAFTAR ISI
Sampul Dalam............................................................................................... ii
Lembar Pernyataan Skripsi ........................................................................ iii
Lembar Pernyataan Orisinalitas.................................................................... iv
Lembar Persetujuan........................................................................................v
Lembar Pengesahan.......................................................................................vi
Lembar Pengesahan Naskah Skripsi............................................................ vii
Kata Pengantar............................................................................................ viii
Daftar Isi........................................................................................................ix
Daftar Gambar................................................................................................ x
Daftar Tabel...................................................................................................xi
Daftar Lampiran.......................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Batasan Masalah......................................................................... 5
C. Rumusan Masalah....................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian........................................................................ 5
E. Manfaat Penelitian...................................................................... 6
Daftar Pustaka............................................................................................ 45
Lampiran......................................................................................................46
XIV
DAFTAR GAMBAR
XV
DAFTAR TABEL
XVI
DAFTAR LAMPIRAN
XVII
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
Arti Simbol
% : Presentase
= : Sama dengan
- : Sampai
/ : Atau
> : Lebih dari
< : Kurang dari
≥ : Lebih dari
√ : Centang
ρ : Probability
α : Alfa
d : Tingkat Signifikan
N : Populasi
n : Sampel
x : Skor yang diperoleh seseorang
x : Nilai rata-rata
∑ : Jumlah
T : Total jumlah responden yang memilih
Pn : Pilihan angka skor Likert
Singkatan
DR : Doktor
Dep Kes : Departemen Kesehatan
et al : et all
dkk : dan kawan-kawan
Hand Hygiene : Cuci Tangan
Ir. : Insinyur
M.Kep : Magister Keperawatan
NIM : Nomer Induk Mahasiswa
NPP : Nomer Pokok Pegawai
Ns : Ners
S.Kep : Sarjana Keperawatan
Sp. Kep. Kom : Spesialis Keperawatan Komunitas
Prodi : Program Studi
Prof. : Profesor
PPI : Pencegahan Pengendalian Infeksi
RS : Rumah Sakit
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
UNUSA : Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
WHO : World Health Organization
Yth, : Yang Terhormat
XVIII
1
BAB 1
PENDAHULUAN
dari berbagai penyakit, yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang
berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan
rumah sakit, seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis
maupun non medis (Abubakar, 2017). Rumah sakit bisa menjadi sumber
terjadinya infeksi yang akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain ialah lama
(Tumiwa, 2019). Penularan infeksi ini salah satunya dapat terjadi melalui kontak
pasien ke pengunjung rumah sakit, maupun dari keluarga yang merawat kepada
pasien yang tidak mematuhi perilaku pencegahan infeksi (Dewi, 2017). infeksi
yang banyak terdapat di rumah sakit adalah infeksi nosokomial. Dimana infeksi
rumah sakit setelah perawatan selama 2x24 jam dan dapat muncul setelah pulang
(Ayuningtyas, 2021).
Salah satu cara paling efektif mencegah infeksi di rumah sakit adalah
dengan cuci tangan. Mencuci tangan yang tepat merupakan upaya pengendalian
infeksi tetapi pelaksanaan cuci tangan pada keluarga pasien belum berjalan secara
optimal. hal ini disebabkan banyak keluarga pasien yang belum mengetahui cara
cuci tangan yang benar. Meskipun handscrub sudah tesedia di tiap ruangan di
rumah sakit, tetapi hasil survey diketahui bahwa masih terdapat keluarga yang
2
pasien menyatakan penyakit pasien tidak menular dan belum terlalu parah (Satiti,
2019). Mencuci tangan yang tidak benar selain berisiko terjadinya infeksi
Menurut data WHO tahun 2016, kejadian infeksi nosokomial pada semua
pasien rawat inap sekitar 15%. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (2017),
dan menemukan angka infeksi nosokomial sangat tinggi yaitu 6-16% dengan
ratarata 9,8%. Ada 11 rumah sakit di wilayah Ibukota Jakarta yang ikut dalam
survei dan menunjukkan bahwa 9,8% dari pasien rawat inap mengalami infeksi
baru (Kemenkes RI, 2013). Menurut WHO (2017) menyebutkan bahwa angka
kepatuhan mencuci tangan dari perilaku yang buruk sebesar 60% menjadi lebih
diare sebesar 44% dan menurunkan kejadian ISPA hingga 50%, Sehingga
perawatan lama di rumah sakit. Hasil wawancara di bulan desember 2022 di RSI
jemursari Surabaya pada salah satu ruangan rawat inap terdapat 10 orang keluarga
pasien diantaranya 5 orang mencuci tangan selama merawat pasien di rumah sakit
3
dengan air mengalir atau handscrub dengan alasan karena rumah sakit adalah area
infeksi dan banyak kuman disekitar rumah sakit sehingga harus cuci tangan.
Sedangkan 5 orang lainnya tidak melakukan cuci tangan dengan alasan karena
merasa tangannya tidak tampak kotor dan merasa bersih, lupa mencuci tangan,
sehingga memakai tisu basah dan malas untuk bolak balik ke wastafel kamar
cuci tangan setelah keluar dari kamar pasien sedangkan 2 orang lainnya mencuci
tangan menggunakan handscrub di luar kamar pasien. Selain itu juga di ruangan
rawat inap telah ada leaflet tentang edukasi cuci tangan sebagai sarana promosi
untuk mencuci tangan. Sticker tentang cara mencuci tangan telah ditempelkan
pada wastafel di setiap kamar mandi pasien atau di bawah bed pasien, sedangkan
leaflet dibagikan saat edukasi cuci tangan dari PPI di ruangan rawat inap. Namun
banyak pasien dan keluarga pasien yang tidak mematuhi cara mencuci tangan
dengan benar.
terhadap infeksi tidak dilakukan. Salah satu tahap standart efektif dalam
dalam menjaga kebersihan tangan adalah penyebab sumber utama infeksi dan
benar dapat mengurangi jumlah bakteri patogen pada kedua tangan serta
satu tahap efektif untuk memutus rantai infeksi silang, yang dapat mengurangi
4
kejadian infeksi nosokomial dan infeksi lainnya (Rahmawati & Sofiana, 2017).
tangan harus dilakukan secara simultan tidak hanya kepada seluruh civitas rumah
sakit, namun juga kepada keluarga pasien di rumah sakit yang merupakan bagian
Menurut Harmoko, (2017) dalam Satiti, dkk (2019) keluarga yaitu aspek
Keluarga pasien yang sedang dirawat di Rumah Sakit mempunyai andil penting
dan perilaku mencuci tangan. Oleh karena itu, supervisi, audit, promosi, dan
(Edwardson & Cairns, 2018). Cara mencuci tangan yang benar harus mengikuti
enam tahap mencuci tangan dan lima waktu pencucian. Saat yang tepat untuk
melakukan kegiatan mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir yang bersih
adalah 40-60 detik. Saat menggunakan hand scrub, durasinya 20-30 detik. Hasil
Terhadap Perilaku Cuci Tangan Selama Kontak Dengan Pasien di Ruang Rawat
Inap RSI Jemursari Surabaya. Dengan harapan dalam penerapan cuci tangan yang
baik dan benar selama kontak dengan pasien maka dapat mengurangi resiko
B. Batasan Masalah
C. Rumusan Masalah
Tangan Selama Kontak Dengan Pasien di Ruang Rawat Inap RSI Jemursari
Surabaya ?”.
D. Tujuan Penelitian
keluarga pasien terhadap perilaku cuci tangan selama kontak dengan pasien di
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
selama kontak dengan pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam
jemursari Surabaya.
dengan pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam jemursari Surabaya.
perilaku cuci tangan selama kontak dengan pasien di Ruang Rawat Inap
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a) Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini digunakan untuk bahan kajian pustaka dan sebagai tambahan
2. Manfaat praktisi
cuci tangan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
B. Konsep Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
terhadap objek melalui indra yang dimiliki ( mata, hidung, telinga dan sebagaimya
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
menurut Tarwoto dan Wartonah ( 2004 ) dalam ( Sinanto dan Djannah, 2020 )
tangan.
2. Tingkat Pengetahuan
objek memiliki keseriusan yang berbeda- beda dan menerangkan terdapat enam
a) Mengetahui ( know )
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifi dan seluruh bahan yang
b) Memahami ( comprehention )
c) Aplikasi ( application )
d) Analisis
e) Sintesis
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
f) Evaluasi
Menurut Wawan dan Dewi ( 2011 ) dalam rahma ( 2019 ), faktor - faktor
A. Faktor Internal
1) Pendidikan
hidup.
3) Umur
4) Sumber informasi
B. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
2) Sosial Budaya
4. Pengukuran Pengetahuan
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
dengan wawancara atau angket yng ingin diketahui atau diukur disesuaikan
menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif misalnya pertanyaan easy dan
jumlah skor yang diharapkan ( tertinggi ) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya
1) Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% dengan benar dari
2) Pengetahuan cukup bila responden dapat menjwab 56-75% dengan benar dari
3) Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab < 55%dari total jawaban
pertanyaan.
B. Konsep Perilaku
1. Pengertian Perilaku
adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku secara lebih rasional dapat diartikan
sebagai respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek
tersebut. Respon ini terbentuk dua macam yakni bentuk pasif dan bentuk aktif
dimana bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat dilihat dari orang lain sedangkan bentuk aktif
yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi secara langsung (Adventus, dkk,
2019).
Menurut Notoatmodjo (2017) perilaku dari segi biologis adalah suatu kegiatan
sebagai suatu aktivitas yang sangat kompleks sifatnya, antara lain perilaku dalam
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku ini terjadi melalui proses
maka teori Skiner ini disebut “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respon. Menurut
Blum dalam Adventus, dkk (2019) seorang ahli psikologi pendidikan membagi
perilaku kedalam tiga kawasan yaitu kawasan tersebut tidak mempunyai batasan
yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan
yang terdiri dari : ranah kognitif (cognitive domain) ranah afektif (affective
sebagainya.
Menurut Damayanti (2017) dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini
atau tertutup (convert). Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut belum dapat diamati secara jelas
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktik, dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.
atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu: faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-behavior causes). Perilaku itu
kesehatan ibu sendiri maupun janinnya. Kepercayaan, tradisi dan sistem nilai
pelayanan terpadu (Posyandu), pos poliklinik desa (Polindes), pos obat desa,
dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya. Masyarakat perlu sarana
pemeriksaan kehamilan, ibu hamil yang mau periksa kehamilan tidak hanya
tersebut dengan mudah harus dapat memperoeh fasilitas atau tempat periksa
kesehatan, maka faktor faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor
berperilaku kesehatan.
15
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan,
kadang- kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta
perilaku contoh atau acuan dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
3. Pembentukan Perilaku
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
b. Interest : Orang ini sudah mulai tertarik kepada stimulus yang diberikan.
stimulus tersebut bagi dirinya sendiri. Berarti sikap responden sudah mulai
lebih baik.
d. Trial : Orang (subjek) mulai mencoba perilaku baru sesuai dengan apa yang
dikehendaki stimulus.
perilaku baru melalui tahap seperti diatas, yang didasari oleh pengetahuan,
kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat
langgeng.
3. Domain Perilaku
Menurut Benyamin Bloom dalam Adventus, dkk (2019) seorang ahli
psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain, sesuai
a. Pengetahuan ( knowledge)
1) Sintesis (syhthesis)
2) Tahu (know).
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu”
3) Memahami (comprehension)
4) Aplikasi (application)
5) Analisis (analysis)
6) Evaluasi (evaluation)
b. Sikap (Attitude)
terhadap gizi, dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian seseorang terhadap
ceramah-ceramah.
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
yang dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
5. Klasifikasi Perilaku
c. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour) adalah segala tindakan yang
memperoleh kesembuhan.
6. Perubahan Perilaku
1) Stimulus atau rangsangan yang diberikan pada organisme dapat diterima atau
ditolak. Stimulus yang tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak
efektif dalam mempengaruhi perhatian individu dan berhenti di sini. Stimulus
yang diterima oleh organisme berarti ada perhatian individu dan stimulus
tersebut efektif.
perilaku.
7. Pengukuran Perilaku
tindakan. Berikut cara pengukuran dari masing masing domain sebagai berikut :
a. Pengukuran pengetahuan
pengetahuan ini dapat dinilai dari penguasaan seseorang terhadap objek atau
materi tes yang bersifat objektif maupun essay. Penilaian secara objektif
seseorang akan diberikan pertanyaan tentang suatu objek atau pokok bahasan
jenis pertanyaan memiliki nilai bobot tertentu, setelah itu akan diperoleh skor
1) Pertanyaan subjektif
sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.
2) Pertanyaan objektif
salah dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pasti oleh penilai.
dan jari jemari dengan menggunakan air atau cairan antiseptic dengan tujuan
membuat tangan menjadi bersih ataupun tujuan lainnya ( Priyoto, 2015 ). Cuci
tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit
kedua belah tangan dengan memakai sabun dan cairan antiseptic. Tujuannya
adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari pemakaian
kuat secara bersamaan dengan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan
tangan pakai sabun adalah salah satu sanitasi dengan membersihkan jari jemari
dengan sabun dan air oleh manusia agar menjadi lebih bersih dan memutuskan
rantai kuman, cuci tangan memakai sabun dikenal juga sebagai pencegahan
Ada beberapa manfaat yang diperoleh setelah melakukan cuci tangan, yaitu :
1) Ketika seseorang cuci tangan sebelum dan setelah mealkukan suatu aktivitas
maka dapat membunuh kuman penyakit dan bakteri yang menempel atau
bersarang di tangan.
2) Dapat mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu ke orang lain, seperti
disentri, diare, flu burung, flu babi dan thypus. Untuk itu sebaiknya cuci
dan bebas dari kuman penyakit jika seseorang cuci tangan memakai sabun
beraktifitas. Berikut ini adalah waktu yang tepat untuk mencuci tangan memakai
Pastilah hal ini harus dilakukan, hal ini dilakukan untuk menghindari
24
Ketika melakukan buang air besar dan buang air kecil kuman dan bakteri
Sama seperti bunag air kecil dan buang air besar, ketika bersin atau batuk
itu artinya Anda sedang menyemburkan bakteri dan kuman dari mulut dan hidung
Sampah sudah pasti merupakan sumber bakteri dan kuman yang sangat
berbahaya bagi tubuh. Wajib hukumnya untuk mencuci tangan setelah menyentuh
sampah.
Luka terutama pada bagian tubuh tertentu akan sangat sensitive terhadap
bakteri dan kuman. Apabila anda tidak mencuci tangan sebelum menangani luka,
maka kemungkinan terjadinya infeksi karena bakteri dan kuman akan menjadi
semakin tinggi.
dkk, 2014 ) :
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris
b. Sikap
Sikap adalah respon tertututp seseorang terhadap stimulus atau objek, baik
yang bersifat intern ataupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup
tersebut.
c. Motivasi
untuk bertindak, mendorong untuk mencapai tujuan tertentu dan membuat kita
d. Lingkungan
non fisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan yang terdapat disekitar manusia
sedangkan lingkungan non fisik adalah lingkungan yang muncul akibat adanya
Langkah – langkah cuci tangan yang baik dan benar adalah sebagai
berikut :
yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak
3) Jangan lupa jari – jari tangan, gosok sela – sela jari hingga bersih.
6) Usapkan ujung kuku tangan kanan diputar di telapak tangan kiri, lakukan
27
cuci tangan secara baik dan benar memakai sabun adalah agar kebersihan terjaga
secara keseluruhan serta mencegah kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke
BAB 3
A. Kerangka Konseptual
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Faktor yang
pengetahuan : mempengaruhi
perilaku cuci tangan :
1. Pendidikan
2. Usia 1. Pengetahuan Tindakan cuci
3. Sumber informasi tangan yang benar
2. Sikap
4. Pekerjaan
3. Motivasi
4. Lingkungan
5. Lingkungan
6. Status budaya
Keterangan :
: Yang diteliti
: Yang Tidak Diteliti
: Yang Mempengaruhi
ekonomi, lingkungan, status budaya dan pengalaman Wawan dan Dewi ( 2011 )
Benyamin Bloom dalam Adventus, dkk (2019 ) yaitu pengetahuan, sikap dan
B. Hipotesis Penelitian
tangan selama kontak dengan pasien di ruang rawat inap teratai rumah sakit islam
jemursari surabaya.
30
BAB 4
METODE PENELITIAN
independen dan variabel dependent yang menjadi objek penelitian, diukur atau
dikumpulkan secara stimulan atau dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini
keluarga pasien terhadap perilaku cuci tangan selama kontak dengan pasien di
B. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah rata-rata pasien rawat inap ruang teratai di
Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari sebesar 76 pasien selama 12 hari di bulan
februari 2023.
1. Sampel
populasi ini. Dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau
keluarga pasien yang ada di rawat inap ruang teratai RSI Jemursari Surabaya.
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria yang dipenuhi
oleh setiap anggota populasi yang dapat dianggap sebagai sample, sedangkan
kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
a. Kriteria inklusi :
b. Kriteria eksklusi :
2. Besar Sample
sample. Pada penelitian ini besar sampel yang ditetapkan berdasarkan rumus
n= N
1+N (d)2
Keterangan :
n : jumlah sampel
N: Jumlah populasi
Ditanya: n = ?
32
n=N
1+N (d)2
n = 76
1+76 (0,05)2
n = 64
3. Tehnik Sampling
1. Lokasi
Lokasi penelitian ini adalah di Ruang Rawat inap Rumah Sakit Islam
2. Waktu Penelitian
Populasi
Seluruh keluarga pasien di ruang rawat inap Teratai Rumah Sakit Islam
Surabaya Jemursari sebanyak 76 responden
Sampling
Tehnik non probability sampling type purposive sampling
Sample
Keluarga pasien ruang rawat inap Teratai Rumah Sakit Islam Surabaya sebanyak
64 responden
Pengumpulan Data
Menggunakan instrumen berupa kuisioner dengan 10 pertanyaan tentang
pengetahuan cuci tangan dan observasi perilaku cuci tangan
Pengolahan Data
Editing, scoring, entry data, cleaning and tabulating data
Analisa Data
Dengan Uji Statistik Mann Whitney
1. Variabel
Terhadap Perilaku Cuci Tangan Selama Kontak Dengan Pasien Di Ruang Rawat Inap
2. Definisi Operasional
1. Instrumen Penelitian
pertanyaan dan lembar observasi perilaku cuci tangan berjumlah 6 prosedur cuci
tangan. Lembar kuisioner akan diisi oleh responden. Sebelumnya responden akan
diberi penjelasan terlebih dahulu oleh peneliti tentang pengisiannya dan untuk lembar
Instrumen untuk data umum responden akan digunakan lembar kuisioner yang
berisikan nama, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan sumber informasi.
Instrumen penelitian untuk penerapan cuci tangan adalah lembar observasi cuci
36
pasien tidak melakukan sesuai SOP cuci tangan berdasarkan standar yang digunakan
Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari. Aspek penilaian observasi terdiri dari 3 yaitu
( 2019 ) dimana kuisioner ini telah dilakukan uji validitasi dan reabilitas data.
Lembar kuisioner tersebut dimodifikasi peneliti agar sesuai dengan tujuan penelitian.
a. Tahap Persiapan
koordinasi
tangan selama kontak dengan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit
b. Tahap Pelaksanaan
1) Melakukan ijin kepada kepala ruangan rawat inap ruang teratai untuk
kuisioner ini dalam bentuk tulisan yang sudah diketik oleh peneliti.
observasi.
centang (√) jika keluarga pasien melakukan sesuai SOP cuci tangan
Jemursari.
Mengetahui apakah data cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk
Scoring adalah pemberian skor pada kategori yang ada di dalam setiap
variabel. Setelah pengumpulan data dan lembar kuisioner yang diberikan dan
dalam penerapan cuci tangan diberi skor angka untuk memudahkan penilaian
dan menyimpulkan.
c. Memproses data
Setelah semua pernyataan dalam data terisi dengan penuh serta juga sudah
dapat dianalisis dalam memproses data ini dilakukan dengan cara meng-entry
merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada
kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut mungkin terjadi pada saat kita meng-
e) Tabulating
penelitian yang diinginkan oleh peneliti. Tabulasi data meliputi pemberian skor
terhadap item-item yang perlu diberi skor. Data yang sudah diberi skor
disesuaikan dengan teknik analisis data yang akan digunakan dalam memberi
kode (Coding) dalam hubungan pengolahan data. Hasil analisis data dalatam
1) 100% = Seluruhnya
2. Analisis Data
Data yang sudah terkumpul dilakukan coding atau koreksi melalui lembar
obervasi kemudian dianalisa dengan menggunakan uji mann whitney dengan tingkat
ada perbedaan yang sesungguhnya antara kedua kelompok data dan dimana data
tersebut diambil dari sample yang tidak saling terkait sehingga ada hubungan tingkat
pengetahuan keluarga pasien terhadap perilaku cuci tangan selama kontak dengan
I. Etika Penelitian
dan tujuan penelitian. Jika subjek bersedia diteliti maka harus menandatangani
penolakan.
3) Confidentiality (Kerahasian)
hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian
41
BAB 5
HASIL PENELITIAN
jalan Jemursari No 51-57 Surabaya, yang merupakan jalan protokol Surabaya. Rumah
sakit ini dibangun dilahan seluas 4,6 HA. Konsep pembangunan rumah sakit ini
rumah sakit ini. Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya ini merupakan rumah sakit
type B yang mempunyai motto pelayanan Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari ”
Rumah Sakit Islam Surabaya Jemursari terdiri dari beberapa ruang rawat inap
salah satunya adalah Ruang Teratai yang mempunyak kapasitas tempat tidur rawat
inap sebanyak 36 bed yang terdiri dari kelas 1 sebanyak 30 bed dan kelas vip 6 bed
dan mempunyai tenaga kesehatan 28 orang perawat. Untuk penjaga pasien dibatasi
minimal 1 – 2 orang dengan keadaan tertentu dan ada jam besuk untuk pengunjung
keluarga pasien sehingga tidak mengganggu jam istirahat pasien atau saat tindakan
keperawatan.
Edukasi mencuci tangan ini dilakukan saat pasien baru masuk kamar pasien dan
ada lembar observasi berupa edukasi cuci tangan di rekam medis rumah sakit. Setelah
pihak keluarga pasien menandatangi rekam medis tersebut maka sebagai bukti sudah
dilakukan edukasi. Selain itu pihak PPI dan perawat ruangan juga memberikan
edukasi kepada keluarga pasien sebulan 1-2x dan diberikan leflet tentang cara cuci
42
tangan yang benar. Selain itu juga pihak rumah sakit memberikan fasilitas untuk cuci
tangan berupa handrub berbasis alkohol di setiap tempat tidur pasien di ruang
perawatan, koridor depan kamar pasien dan wastafel dan sabun berbasis
chlorhexidine yang diletakkan di kamar mandi pasien di setiap kamar pasien. Dan ada
juga poster cuci tangan yang dipasang di area wastafel dan sticker kecil di bed pasien
untuk menerangkan langkah cuci tangan yang benar, sehingga diharapkan pasien,
penjaga pasien dan keluarga pasien melakukan tindakan cuci tangan yang benar
B. Hasil Penelitiam
1. Data Umum
SD 3 4.7
SMP 3 4.7
SMA 25 40
Diploma 11 17.2
Sarjana 22 34.4
Jumlah 64 100
19-30 32 50
31-50 20 31.2
51-60 8 12.6
60 tahun keatas 4 6.2
Jumlah 64 100
Swasta 13 20.3
Wiraswasta 5 8
Ibu RT 20 31.2
Belum bekerja 7 11
Pensiunan 4 6.2
PNS 15 23.4
Jumlah 64 100
Rumah sakit 38 59
Koran / leaflet /TV 14 22
Puskesmas / Kader 11 17.4
Sekolah / kampus 1 1.6
Jumlah 64 100
Sumber : Data primer Juni 2023
2. Data Khusus
Baik 41 65
Cukup 17 26
Kurang 6 9
Jumlah 64 100
Jumlah 64 100
(75% ) tidak melakukan cuci tangan dengan benar sejumlah 75 orang dan sebagian
lainnya melakukan cuci tangan dengan benar sebanyak (75%) sejumlah 25 orang.
46
tangan setelah kontak dengan pasien di ruang teratai rsi jemursari surabaya
Tabel 5.6 Distribusi tingkat pengetahuan keluarga pasien terhadap perilaku cuci tangan
setelah kontak dengan pasien di ruang teratai rsi jemursari surabaya
d. PENGETAHUAN * CUCI TANGAN Crosstabulation
Count
CUCI TANGAN
BENAR TIDAK BENAR Total
PENGETAHUAN KURANG 3 3 6
CUKUP 10 7 17
BAIK 37 4 41
Total 50 14 64
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Mann Whitney didapatkan p-value =
0,007 yakni kurang dari tingkat signifikan 0,05 sehingga menolak hipotesis nol.
terhadap perilaku cuci tangan selama kontak dengan pasien di rawat inap ruang
BAB 6
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
ini terjadi setelah orang merasakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
rasa dan raba dengan sendiri. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Soendoro,
2016) Semakin baik tingkat pengetahuan seseorang, semakin baik pula tingkat
Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Octa and Widi, 2019) Dasar
Pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan serta bagaimana cara mencuci tangan
yang benar dengan menggunakan sabun dapat menjadi dasar terhadap dilakukan
atau tidak dilakukannya perilaku cuci tangan tersebut oleh seseorang, yang
48
seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perihal yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pendidikan, usia, pekerjaan, jenis kelamin (Budiman dan Riyanto, 2013). Pada
faktor yang pertama yaitu dilihat dari tingkat pendidikan responden didapatkan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dimana tingkat pendidikan yang tinggi maka
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori (Rawla et al., 2018) Pada
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula tingkat
pendidikan yang lebih tinggi maka tingkat pengetahuannya juga lebih baik.
Menurut Nursalam dalam Afrianti dkk (2021) bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan lebih tinggi akan berpengetahuan lebih baik dibanding mereka dengan
responden. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (50%) yaitu
faktor pemicu tingkat kepatuhan dan pengetahuan seseorang, hal ini didukung
dengan usia responden yang masih dalam rentan usia produktif sehingga mereka
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
2014).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2022), bahwa
pada usia produktif merupakan usia yang paling berperan dan memiliki aktivitas
yang padat serta memiliki kemampuan kognitif yang baik. Sehingga, pada usia ini
dibandingkan dengan umur yang lebih muda atau belum dewasa. Bertambahnya
diperolehnya, namun pada usia tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan
20 responden adalah ibu rumah tangga. Menurut asumsi peneliti bahwa pekerjaan
50
sering menggunakan otak dari pada menggunakan otot. Menurut Perdana (2020)
bertemu dengan rekan kerja akan sangat mempengaruhi informasi yang didapatkan
dari lingkungan tempatnya berkerja. Hal ini diperkuat dengan penelitian Ekadipta
seseorang agar patuh terhadap suatu kebijakan. Sehingga semua akan kembali
besar (75% ) tidak melakukan cuci tangan dengan benar sejumlah 48 orang dan
sebagian kecil melakukan cuci tangan dengan benar sebanyak (25%) sejumlah 16
responden. Menurut asumsi peneliti, perilaku cuci tangan yang dilakukan dengan
merupakan suatu tindakan yang memberdayakan seseorang agar tahu, mau dan
mampu dalam mempraktikkan perilaku cuci untuk melindungi diri dan mencegah
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku adalah respon individu terhadap suatu
stimulus atau suatutindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,
51
durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak (Wawan & Dewi, 2017).
Hasil penelitian ini sejajar dengan penelitian yang dilakukan oleh Pauzan
dkk (2017) tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku cuci tangan siswa di
sekolah dasar negeri kota Bandung diperoleh bahwa responden yang berperilaku
sebesar 30 (38,5%). Perilaku terbentuk karena tiga faktor yaitu faktor predisposisi
besar (59%) mendapatkan informasi dari rumah sakit sejumlah 38 orang. Sumber
informasi yang didapat responden ini berupa edukasi dari pihak rumah sakit saat
menjaga pasien atau sebagai pengunjung pasien di rumah sakit. Sumber informasi
baik karena banyaknya informasi yang ada tentang cuci tangan tetapi perilaku
untuk melakukan cuci tangan yang benar kurang kuat untuk dilakukan. Menurut
mendukung ke arah positif maka akan berperilaku positif tetapi jika sebaliknya
lingkungan sekitar tidak kondusif , makan individu atau kelompok tidak akan
Hasil dari penelitian tersebut bahwa nilai p-value sebesar 0,007 yakni
kurang dari tingkat signifikan 0,05 sehingga menolak hipotesis nol. Dapat
yang benar sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik belum tentu
juga membuat perilaku yang baik dalam hal mencuci tangan yang benar.
Dilihat dari hasil kuesioner perilaku yang tidak baik ini paling banyak
terjadi karena responden pada saat mencuci tangan tidak melepaskan jam tangan,
cincin ataupun gelang pada saat mau mencuci tangan, selain dari itu perilaku yang
kurang baik dilihat dari pernyataan mengenai rutinitas cuci tangan yang dilakukan
setiap cuci tangan hanya sebentar di lakukan tidak mencapai waktu 40-60 detik.
Selain dari itu perilaku cuci tangan yang tidak baik dikarenakan tidak sesuai
yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia
baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
mengalir untuk menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan
53
yang berada pada kuku, tangan, dan lengan (Schaffer, et. al., 2015).
responden sebagian besar (75%) berperilaku tidak baik tentang cuci tangan, maka
atau tindakan. Pengetahuan seperti manfaat mencuci tangan, momen cuci tangan,
dan akibat tidak mencuci tangan, sehingga seseorang tersebut akan cenderung
menghindari akibat tidak mencuci tangan dan mulai menerapkan cuci tangan yang
benar. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting
bahwa perihal yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dan langgeng
dahulu mengetahui arti atau manfaat perilaku dan apa resikonya apabila tidak
responden tahu, bisa menilai maka akan menciptakan perilaku mencuci tangan
yang baik. Pengetahuan yang baik dan pengalaman di dapatkan dari lingkungan
sekitar yang baik. Adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku cuci
kurang baik dalam cuci tangan, maka diperlukan adanya pemberian informasi atau
54
edukasi dari pihak perawat ruangan dan edukasi rutin dari pihak ppi sebulan 2x
dari petugas kesehatan terutama pihak ppi dan perawat ruangan terhadap
Selain dari dalam pelaksanaan perawatan pasien di rumah sakit, cuci tangan
menjadi hal yang wajib bagi keluarga yang menjaga pasien di rumah sakit untuk
dilakukan karena dengan mencuci tangan yang baik dan benar memakai sabun
atau handrub berbasis alkohol maka akan mencegah terkena penyakit seperti diare
salah satunya.
B. Keterbatasan Penelitian
2. Pada saat melakukan penelitian, orang tua pasien bayi atau anak tidak bisa
maksimal dilakukan penelitian karena si bayi atau anak bila ditinggal mudah
rewel.
BAB 7
1. Simpulan
kurang baik dalam hal mencuci tangan yang benar, sebagian besar hanya berakhir
terhadap perilaku cuci tangan selama kontak dengan pasien di ruang rawat inap
2. Saran
1. Bagi peneliti
2. Bagi responden
tangan yang baik dan benar untuk mencegah berbagai jenis penyakit
a. Melakukan lagi agenda edukasi sosialisasi cuci tangan kepada keluarga pasien
b. Fasilitas yang sudah tersedia berupa handrub atau sabun di setiap kamar
DAFTAR PUSTAKA
Irma Safiya, Fiya, Ardia Putra, Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, and Bagian Keilmuan Manajemen
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 2019.
IV HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM
PENERAPAN HAND HYGIENE DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH
RUMAH SAKIT.
Irawan, Erna, Nurul Iklima, Anggi Saputra, and Yunita Sari. 2022. “HUBUNGAN
TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN DENGAN PERILAKU
CUCI TANGAN DI RUMAH SAKIT.” Jurnal Keperawatan BSI 10(1).
https://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan/index.
Lampiran 2
Kepada,
Yth, bapak/ibu
di Tempat
Dengan Hormat,
Demikian permohonan saya, atas kesediaan dan bantuan serta kerjasamanya saya
ucapkan terimakasih.
Peneliti
Ismi Fauziah
61
Lampiran 3
Terima kasih kepada responden karena telah membaca lembar informasi dan lembar
persetujuan penelitian ini
C. Unsur Paksaan
Responden yang tidak bersedia untuk berpartisipasi, tidak akan ada mendapatkan
dampak buruk ataupun sanksi.
D. Prosedur Penelitian
Peneliti meminta bantuan kepada kepala rungan untuk memberikan kuisioner
pada perawat bahwa penelitian yang akan dilakukan tidak membahayakan
kesehatan, kemudian peneliti akan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
kepada responden yang akan mengikuti penelitian, setelah itu responden
diberikan lembar persetujuan dan dibaca secara seksama untuk diisi. Apabila
responden bersedia maka responden diminta untuk mengisi identitas dengan
memberikan inisial nama dan menandatangani lembar persetujuan, jika
responden tidak bersedia maka peneliti tidak akan memaksa. Peneliti
membutuhkan waktu 7-14 hari dalam pengambilan data melalui kuesioner dan
observasi. Peneliti juga akan menjaga kerahasiaan responden, informasi dari
responden tidak akan dibicarakan kepada responden lainnya dan orang sekitar.
E. Karakteristik dan Jumlah Subjek
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah keluarga pasien yang
menjaga pasien selama perawatan pasien di rumah sakit.
F. Kerahasiaan
Semua informasi data responden selama dilakukan penelitian akan dicatat oleh
peneliti dan digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan. Informasi tersebut hanya
akan digunakan dengan tidak mengungkapkan identitas responden. Semua
informasi yang dikumpulkan tetap menjadi rahasia dan tidak akan disebutkan
dalam hasil penelitian, laporan atau publikasi kepada siapapun diluar studi
penelitian ini
G. Kompensasi
Selama dilakukan penelitian responden akan souvenir sebagai tanda terimakasih.
63
H. Asuransi
Penelitian ini tidak memberikan tindakan intervensi hanya menganalisis
pengetahuan keluarga pasien terhadap perilaku cuci tangan selama kontak
dengan pasien di ruang rawat inap.
I. Kontak Peneliti
Segala pertanyaan dan klarifikasi terkait dengan penelitian ini dapat melalui No.
Handphone peneliti yaitu 081216032501 (Ismi Fauziah ). Klarifikasi juga dapat
dilakukan melalui Komite Etik Penelitian Kesehatan Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya di email kepk@unusa.ac.id. Demikian atas perhatian dan
kesediaan saudara, saya sampaikan terima kasih.
`
(…………………..) (Ismi Fauziah )
64
LAMPIRAN 4
Informed Consent
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Responden :
Ruangan :
Nomer Telepon/Hp :
`
(…………………..) ( Ismi Fauziah )
66
Lampiran 5
Surabaya, ..............................
Yang membuat pernyataan
( )
67
Lampiran 6
NO Pertanyaan Ya Tidak
1. Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dan jari-jari
menggunakan air mengalir dan sabun
2. Mencuci tangan dengan bersih dapat mencegah penyakit dan
memutus penyebaran kuman
3. Sebelum dan sesudah makan diperlukan mencuci tangan
pakai sabun
4. Mencuci tangan pakai sabun tidak diperlukan setelah kita
bermain dan berolahraga
5. Waktu yang tepat untuk cuci tangan pakai sabun adalah
setelah buang sampah
6. Mencuci tangan tidak diperlukan setelah menyentuh
hewan/unggas termasuk hewan peliharaan
7. Apabila tidak mencuci tangan pakai sabun dapat
menyebabkan diare/mencret-
8. Apabila tidak mencuci tangan pakai sabun dapat
menyebabkan cacingan
9. Setelah mencuci tangan kita perlu mengeringkan tangan
dengan kain lap kering/tissu
10. Setelah BAB dan buang air kecil sebaiknya mencuci tangan
pakai sabun
69
Sumber
No. Nama Responde Umur Pendidikan Informasi Pekerjaan
1 Ny.A 3 2 1 2
2 Tn.A 5 1 3 2
3 Ny.S 4 3 2 2
4 Ny.L 1 5 1 4
5 Tn.E 1 3 1 4
6 Tn.B 1 4 3 1
7 Sdr.M 1 3 3 2
8 Tn.E 1 3 1 2
9 Ny.T 5 3 1 2
10 NY.A 4 1 2 3
11 Nn.N 1 3 3 2
12 Ny.N 2 5 2 4
13 Ny.U 3 2 2 3
14 Ny.S 3 3 1 3
15 Ny.N 1 5 3 3
16 Tn.M 4 2 3 2
17 Tn.A 2 3 1 4
18 Ny.L 1 5 1 4
19 Tn.C 1 5 1 4
20 Ny.M 1 3 1 3
21 TN.A 2 3 3 2
22 Ny.A 1 5 3 3
23 Ny.F 2 5 1 3
24 Ny.V 1 3 2 3
25 Ny.B 2 3 2 3
26 Nn.Y 1 5 3 3
27 Ny.B 1 3 3 3
28 Ny.M 1 3 3 3
29 Ny.L 1 3 1 3
30 Ny.Y 1 5 1 4
31 Tn.J 3 2 1 2
32 Ny.P 1 3 3 3
33 Ny.S 2 3 2 3
34 Ny.J 1 3 1 2
35 Ny.R 1 5 1 3
36 Ny.A 2 3 2 3
37 Ny.D 1 3 3 3
38 Tn.T 1 3 1 2
71
39 Tn.J 4 2 1 2
40 Ny.Y 3 3 1 3
41 Nn.L 1 3 1 3
42 Ny.R 1 5 1 3
43 Ny.L 1 5 1 4
44 Ny.R 2 5 1 4
45 Ny.S 4 1 1 3
46 Tn.A 2 5 1 3
47 Ny.A 2 5 2 4
48 Ny.I 1 5 2 3
49 Tn.K 3 3 3 2
50 Tn.S 1 5 1 4
51 Ny.S 3 4 1 4
52 Tn.P 2 4 1 4
53 Ny.J 2 4 1 4
54 Tn.P 2 3 1 4
55 Ny.T 5 5 1 5
56 Tn.H 3 5 1 4
57 Sdr.I 1 5 1 2
58 Nn.I 1 5 1 3
59 Ny.N 1 3 1 3
60 Tn.L 1 4 1 4
61 Tn.S 3 4 1 4
62 Ny.M 5 5 1 5
63 Ny.H 4 5 2 5
64 Tn.K 4 5 1 5
Keterangan umur :
Kode 1 : 19 - 30
Kode 2 : 31-40
Kode 3 : 41-50
Kode 4 : 51-60
Kode 5 : 60 keatas
Keterangan Pendidikan :
Kode 1 : SD
Kode 2 : SLTP
Kode 3 : SMA
Kode 4 : Diploma
Kode 5 : Sarjana
72
Keterangan Pekerjaan :
Kode 1 : Wiraswasta
Kode 2 : Swasta
Kode 3 : Ibu Rumah Tangga
Kode 4 : PNS
Kode 5 : Pensiun