Anda di halaman 1dari 47

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN POSISI LATERAL UNTUK


MENGURANGI SESAK NAPAS PADA ANAK
PNEUMONIA DI RUANG PICU RSUD
ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
TAHUN 2022

NAMA : MARLIN ZAMAN. S,Kep


NIM : 2114901036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
RIAU
2022
LEMBARAN PERSETUJUAN AKHIR KARYA ILMIAH NERS (KIA-N)

NAMA : MARLIN ZAMAN


NIM : 2114901036

NAMA TANDA TANGAN

Ns. PUTRI EKA SUDIARTI, M.Kep ( .............................................. )


Pembimbing I

Ns. SHOFIYANI, S.Kep ( ............................................. )


Pembimbing II

Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Ns. YENNY SAFITRI, M.Kep


NIP-TT : 096.542.06
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N), Juli 2022
MARLIN ZAMAN
ASUHAN KEPERAWATAN POSISI LATERAL UNTUK MENGURANGI
SESAK NAPAS PADA ANAK PNEUMONIA DI RUANG PICU RSUD
ARIFIN ACMAD PEKANBARU
xii + 78 Halaman + 6 Tabel + 1 Gambar + 4 Skema + 11 Lampiran
ABSTRAK
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan bawah yang di sebabkan oleh bakteri,
virus dan mikoorganisme yang dapat mengganggu pernafasan. Tanda dan gejala
dari pneumonia adanya batuk berdahak, takipnea dan susah bernafas atau sesak
nafas, demam, nyeri kepala dan dada, mual, mudah lelah, kadang disertai sakit perut
dan diare, namun masalah utama pada anak dengan gangguan saturasi oksigen ini
adalah sesak napas. Pada posisi lateral yang mana kondisi pasien diatur miring
kesamping kiri atau pun kanan sehingga dapat mempengaruhi dalam meningkatkan
ekspansi paru yakni dengan peningkatan elastisitas dinding dada sebesar
3cmH2O/L dan elastisitas paru sebesar 2 cmH2OL serta meningkatkan resitensi
jalan napas sebesar 2cm H2O/L. Sehingga posisi lateral diketahui akan
memfasilitasi peningkatan ekspansi paru yang membantu pmenuhan kebutuhan
oksigen atau mengurangi sesak napas pada anak yang mengalami
pneumonia.Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan hasil asuhan
keperawatan dan menganalisis intervensi lateral untuk mengurangi sesak nafas pada
pasien anak dengan pneumonia di ruang PICU Rumah Sakit Arifin Achmad
Pekanbaru tahun 2022. Penelitian di lakukan pada tanggal 18 - 21 Januari 2022.
Kesimpulan terdapat perubahan Spo2 dan frekuensi pernapasan semakin membaik
ketika setelah pemberian terapi posisi lateral kiri dan kanan pada anak selama 30
menit sehingga mengurangi sesak napas pada anak, namun hanya bertahan
beberapa jam saja selanjutnya anak kembali mengalami sesak napas kembali yang
di tandai dengan peningkatan frekuensi pernapasan dan menurunnya Spo2 pada
anak.
Kata kunci : Pneumonia, sesak napas, posisi lateral
Daftar bacaan : 14 Bacaan (2013-2021)

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Subhana

Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Posisi Lateral Untuk Mengurangi Sesak Nafas Pada Anak

Pneumonia Di Ruang Picu RSUD Arifin Achmad Pekanbaru”.

Penelitian ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

program Profesi Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. Dalam

penyelesaian Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini peneliti banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Prof. DR. H. Amir Luthfi selaku Rektor Universitas Pahlawan Tuanku

Tambusai.

2. Ibu Dewi Anggriani Harahap, M.Keb selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

3. Ibu Ns. Yenny Safitri, M.Kep selaku ketua Program Studi Profesi Ners

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai sekaligus

4. Ibu Ns. Putri Eka Sudiarti, M. Kep, selaku pembimbing I yang telah

memberikan masukan dalam materi, meluangkan waktu, pikiran, bimbingan

serta petunjuk dan membantu dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners

(KIA-N) ini.

ii
iii

5. Ibu Ns. Shofiyani, S. Kep, selaku pembimbing II yang telah memberikan

masukan dalam materi, meluangkan waktu, pikiran, bimbingan serta petunjuk

dan membantu dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini.

6. Ns. M. Nurman, M.Kep selaku narasumber I yang telah memberikan kritik dan

saran dalam kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini.

7. Ns. Mala Hayati, S.Kep selaku narasumber II yang telah memberikan kritik

dan saran dalam kesempurnaan penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N)

ini.

8. Bapak dan ibu dosen Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai yang telah

memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peneliti dalam menyelesaikan

penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini.

9. Orang tua kami bpk. Saparudin dan Ibu. Marsinah yang selalu memberikan doa

dan dukungan dalam setiap langkah sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) dengan baik.

10. Adik kami Mira Susanti dan Halimah Tunsyakdiah yang selalu memberikan

doa dan dukungan secara jarak jauh sehingga peneliti dapat lebih semangat

dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA) dengan baik.

11. Keuarga besar H. M. Amin yang di pekanbaru yang selalu memberikan

dukungan penuh terhadap peneiti dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir Ners

(KIA) dengan baik.

12. Rekan-rekan seperjuangan di Prodi Profesi Ners Universitas Pahlawan Tuanku

Tambusai yang telah memberikan dukungan, masukan dan membantu peneliti

dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) .


iv

Peneliti menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini masih banyak

kekurangan baik dari segi penampilan dan penulisan. Oleh karena itu, peneliti

senantiasa mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi

kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini.

Bangkinang, Juli 2022


Peneliti

Marlin Zaman
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ v

DAFTAR TABEL .................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1


B. Rumusan Masalah.................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
E. Keaslian Penulis ...................................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6

A. State Of The Art ...................................................................... 6

BAB III : GAMBARAN KASUS ............................................................. 9

A. Pengkajian ............................................................................... 9
B. Analisa Data ............................................................................ 11
C. Diagnosa Keperawatan ............................................................ 19

BAB IV : PELAKSANAA INTERVENSI KEPERAWATAN ............... 14

A. Intervensi Keperawatan ........................................................... 14


B. Implementasi ........................................................................... 18
C. Evaluasi ................................................................................... 23

BAB V : PEMBAHASAN ...................................................................... 27


A. Pembahasan ............................................................................. 27
1. Pengkajian .......................................................................... 27

v
vi

2. Diagnosa Keperawatan ........................................................ 29


3. Intervensi Keperawatan ....................................................... 29
4. Implementasi....................................................................... 31
5. Evaluasi .............................................................................. 32
BAB VI : PENUTUP ................................................................................ 33
A. Kesimpulan ........................................................................... 33
B. Saran ..................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : State Of The Art ..................................................................... 6

Tabel 3.1 : Analisa Data ........................................................................... 11

vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Format Pengajuan Judul Penelitian
Lampiran 2 : Surat Pernyataan
Lampiran 3 : Bukti Turnitin
Lampiran 4 : Lembar SOP
Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Pembimbing I
Lampiran 6 : Lembar Konsultasi Pembimbing II

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan bawah yang di sebabkan oleh

bakteri, virus dan mikoorganisme yang dapat mengganggu pernafasan (Bartolf

dan Cosgrove, 2016). Pneumonia juga dapat di klasifikasikan menjadi VAP

(Ventilated Acquired Pneumonia), HAP (Hospital Acquired Pneumonia), dan

CAP (Community Acquired Pneumonia) (Bartolf dan Cosgrove, 2016).

Pneumonia pada anak merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang

signifikan di seluruh dunia. Peradangan dan koagulasi yang tidak teratur

kemudian mengakibatkan gangguan drainase limfatik dan degradasi surfaktan

yang ditandai dengan mengalami hipoksemia, kekeruhan radiografi, penurunan

kapasitas residufungsional, dan penurunan fungsi paru dan meningkatnya

terhadap kebutuhan oksigen (Sundariningrum et al., 2020).

UNICEF pada tahun 2019 mendata prevalensi angka kematian anak yang

menderita pneumonia sebesar 16% dari seluruh total anak yang hidup di

seluruh belahan dunia selama 3 dekade terakhir atau sebesar 880.000 anak

setiap tahunnya (Agustina & Nurhaeni, 2020). Kejadian pneumonia pada anak

lebih banyak terjadi di negara berkembang (82%) di bandingkan Negara maju

(0,5%) (Harelina et al.,2020). Sedangkan kasus pneumonia di Indonesia pada

tahu 2019 adalah sebanyak 497.431 balita dengan angka kejadian tertinggi di

Jawa Barat sebanyak 196,936 balita. (Enan dan Lenny., 2021). Pneumonia

pada balita di Provinsi Riau pada tahun 2020 menurun dari tahun sebelumnya

1
2

sebanyak 23,9% menjadi 18% atau 2,156 jiwa dengan persentase paling tinggi

48,2% yaitu kabupaten siak, sedangkan Pekanbaru 16,9% (Dinkes Provinsi

Riau, 2020)

Tanda dan gejala dari pneumonia adanya batuk berdahak, takipnea dan

susah bernafas atau sesak nafas, demam, nyeri kepala dan dada, mual, mudah

lelah, kadang disertai sakit perut dan diare (Daily dan Ellison, 2019).

Pneumonia akan menjadi berat jika terdapat retraksi dinding dada, anak tidak

mau minum, muntah, kejang, stridor, dan kesadaran yang menurun (Mortimer

et al., 2017).

Berbagai upaya pemberian terapi medik dan farmakologi sudah terbukti

dapat menekankan terjadinya resiko perburukan dan meningkatkan kesehatan

anak yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Namun perawat harus

berpikir kritis memberikan inovasi intervensi terapi non farmakologi untuk

mensejahterakan anak dengan mengurangi beban orang tua (Nursakina et al.,

2021). Salah satu tindakan non farmakologis yang dapat di terapkan adalah

pengaturan posisi yang tepat karena memiliki resiko yang relative rendah, tidak

membutuhkan terapis berpengalaman dan dapat di ajarkan kepada orang tua

(James et al., 2013).

Pengaturan posisi dapat berdampak positif pada anak pneumonia yaitu,

meningkatkan kenyamanan sehingga anak cepat sembuh. Pengaturan posisi

yang dapat mengurangi sesak nafas dan meningkatkan saturasi oksigen di

antaranya adalah posisi semirecumbent, posisi lateral, posisi prone (Ceylan et

al., 2016). Posisi lateral dapat meningkatkan fungsi paru-paru karena volume
3

dan ekspansi paru meningkat (Gouna et al., 2013). Penelitian yang dilakuka

oleh Jung Kim, dan Lee tahun 2019 di rumah sakit Dongsam Korea

menyatakan bahwa posisi lateral mengurangi sesak nafas dan meningkatkan

saturasi oksigen serta mengurangi kejadian stridor dan laringopasme di

banding posisi telentang(Jung H et al., 2019).

Menurut hasil observasi peneliti bahwa anak yang dirawat di ruangan PICU

khususnya pada anak dengan pneumonia seluruhnya mengalami sesak napas

yang mana di tandai dengan pola nafas cepat, saturasi O 2 yang tidak teratur,

sehingga kadang-kadang anak gelisah, menangis dan sulit untuk tidur.

Beradasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Asuhan Keperawatan Posisi Lateral Untuk Mengurangi Sesak Nafas

Pada Anak Dengan Pneumonia Di Ruang Picu Rsud Arifin Achmad Pekanbaru

Tahun 2022.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah

apakah terapi posisi lateral dapat menurunkan sesak nafas pada pasien anak

dengan pneumonia di ruang PICU Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan dengan memberikan terapi lateral dengan

masalah sesak nafas pada anak dengan pneumonia.


4

2. Tujuan khusus

a. Memaparkan hasil pengkajian pada kasus berdasarkan kebutuhan dasar

manusia

b. Memaparkan hasil analisa data pada kasus berdasarkan kebutuhan dasar

manusia

c. Memaparkan hasil intervensi keperawatan pada kasus berdasarkan

kebutuhan dasar manusia

d. Memaparkan hasil implementasi keperawatan pada kasus berdasarkan

kebutuhan dasar manusia

e. Memaparkan hasil evaluasi keperawatan pada kasus berdasarkan

kebutuhan dasar manusia

f. Menganalisis intervensi lateral untuk mengurangi sesak nafas pada

pasien anak dengan pneumonia di ruang PICU Rumah Sakit Arifin

Achmad Pekanbaru

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan

sebagai bahan perkembangan ilmu di bidang keperawatan khususnya

tentang intervensi lateral untuk mengurangi sesak nafas pada anak dengan

pneumonia di Ruang PICU Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru.


5

2. Aspek Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan evaluasi yang di

perlukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan secara komprehensif

khususnya tindakan dalam memberikan terapi nonfarmakologis atau

fisioterapi salah satunya lateral untuk mengurangi sesak nafas pada anak

dengan pneumonia.

E. Keaslian Penulis

Penulisan karya tulis ilmiah Ners ini mengacu pada penelitian yang telah di

lakukan oleh :

1. Paskaliana Hilpriska Danal, Nani Nurhaeni dan Dessie Wanda dengan

judul Pengaruh Pemberia Posisi Lateral Terhadap Saturasi Oksigen dan

frekuensi Pernapasan pada Anak dengan Gangguan Pemenuhan

Kebutuhan Oksigen di Ruang Rawat Infeksi Anak

2. Karmiza, Muhariza dan Emil Huraini dengan judul Posisi Lateral Kiri

Elevasi Kepala 30 Derajat Terhadap Nilai Tekanan Persial Oksigen

(PO2) Pada Pasien Dengan Ventilasi Mekanik


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. State Of The Art

State Of The Art Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pneumonia

Menggunakan Intervensi Lateral Untuk Mengurangi Sesak Nafas Di Ruang PICU

RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

No Deskripsi Jurnal Pembahasan

1. Pengaruh Pengaturan Posisi Terhadap Hasil Penelitian :


Status Kesehatan Pada Anak Dengan Hasil studi kasus menunjukkan
Pneumonia. bahwa penggunaan posisi yang
dapat meningkatkan saturasi
Tahun : 2020 oksigen dan mengurangi sesak
nafas adalah posisi
Peneliti : semirecumbent, posisi lateral,
Novita Agustina posisi semifowler dan posisi
Nani Nurhaeni prone. Posisi lateral dapat
mempengaruhi pengembangan
Metode Penelitian : paru secara optimal dengan
Literature Review indicator penilian hasil
spirometry.
Jurnal :
Jurnal Keperawatan Alasan Menjadi Tinjauan
Fakultas Ilmu Kesehatan Penelitian :
Universitas Indonesia Jurnal berikut dapat memperkuat
penelitian ini dengan memberikan
referensi mengenai seberapa
signifikan pengaruh lateral dalam
mengurangi sesak nafas pada
anak dengan pneumonia.

2. Pengaruh Pemberian Posisi Lateral Hasil Penelitian :


Terhadap Saturasi Oksigen (Spo2) Hasil penelitian menunjukkan
Dan Frequensi Pernapasan Pada Anak bahwa setelah di berikan posisi
Dengan Gangguan Pemenuhan lateral pada anak dengan

6
7

Kebutuhan Oksigen Di Ruang Rawat pneumonia , posisi lateral


Infeksi Anak. diketahui meningkatkan ukuran
jalan napas sehingga frekuensi
Tahun: pernapasan anak menurun dan
2020 saturasi oksigen meningkat.

Peneliti : Alasan Menjadi Tinjauan


Paskaliana Hilpriska Danal Penelitian :
Nani Nurhaeni Jurnal berikut dapat memperkuat
Dessie Wanda penelitian ini dengan memberikan
referensi mengenai seberapa
Metode Penelitian : signifikan pengaruh lateral dalam
Analisis PICO (population, mengurangi sesak nafas pada
Intervention, Comparisson, dan anak dengan pneumonia.
Outcome)

Jurnal :
Jurnal keperawatan
Fakultas kesehatan
UNIKA Santu Paulus Ruteng
Uiversitas Indonesia

3. Posisi Lateral Kiri Elevasi Kepala 30 Hasil Penelitian :


Derajat Terhadap Nilai Tekanan Hasil penelitian menunjukkan
Parsial Oksigen (PO2) Pada Pasien bahwa hasil uji T berpasngan di
Dengan Ventilasi Mekanik peroleh nilai p=0,040 (p<0,05),
artinya ada perbedaan yang
Tahun : bermakna antara nilai pO2
2014 sebelum dan seseudah dilakukan
posisi lateral kiri dengan elevasi
Peneliti : 30 derajat pada pasien dengan
Karmiza ventiasi mekanik.
Muharriza
Emil Huraini Alasan Menjadi Tinjauan
Penelitian :
Jurnal berikut dapat memperkuat
Metode Penelitian : penelitian ini dengan memberikan
Pra Eksperimen dengan desain one referensi mengenai seberapa
group pretest posttest signifikan pengaruh lateral dalam
8

mengurangi sesak nafas pada


anak dengan pneumonia.
Jurnal :
Jurnal keperawatan
Fakultas kesehatan
Universitas Andalas

4. Right lateral position can improving Hasil Penelitian :


oxygen saturation and respiratory rate Hasil penelitian menunjukkan
on under-five children with bahwa terdapat perbedaan
pneumonia saturasi oksigen yang signifikan
sebelum (pretest) dan sesudah
Tahun : (posttest) intervensi lateral kanan
2021 (p value = 0,000) dan terdapat
perbedaan yang signifikan pada
Peneliti : laju pernapasan sebelum dan
Novita Agustina sesudah mengadopsi posisi lateral
Nani Nurhaeni kanan , (p value= 0,000).
Happy Haryati

Metode Penelitian : Alasan Menjadi Tinjauan


Quasi-experimental design with a Penelitian :
pre-posttest control group Jurnal berikut dapat memperkuat
penelitian ini dengan memberikan
referensi mengenai seberapa
Jurnal : signifikan pengaruh lateral dalam
Jurnal keperawatan mengurangi sesak nafas pada
Fakultas kesehatan anak dengan pneumonia.
Universitas Indonesia
BAB III

GAMBARAN KASUS

A. Hasil Pengkajian

Pengkajian ini di lakukan pada tanggal 17 Januari 2022 di ruang PICU RS

Arifin Achmad Pekanbaru dengan hasil pengkajian bahwa An. Ny. R berusia 2

bulan dengan jenis kelamin perempuan, masuk rumah sakit sejak tanggal 08

Januari 2022 melalui ruang IGD di bawa oleh keluarga dengan keluhan

mengalami penurunan kesadaran, batuk, gagal napas, mual muntah, perut

membesar. Kurang lebih 1 hari SMRS, pasien tampak penurunan kesadaran,

tidak respon/menangis, pasien tampak membiru, napas lambat. Riwayat

penyakit terdahulu kurang lebih 2 hari sebelumnya klien batuk pilek, mulai

malas menyusu, klien lahir SC, BBL 3 kg, riwayat sesak napas saat lahir ada.

Kemudian klien di pindahkan ke ruang PICU, dengan diagnosis awal syok

septik + pneumonia, klien sudah 9 hari di rawat di rumah sakit karena perut

membesar atau asites, serta pneumonia kemudian pada saat pengkajian pasien

masih mengalami sesak napas, batuk, mual muntah sudah berkurang, perut

membesar sudah berkurang, demam sudah berkurang, status keadaan umum

yaitu dengan kondisi dalam pengaruh obat dengan skor GCS: (E: 3 V: ETT

M: 4) Nadi = 144x/menit, suhu = 36.70 C , TD = 95/59 mmHg, RR= 50x/menit,

BB= 4 kg, kadang-kadang anak menangis menggerakkan kaki dan tangan.

Selanjutnya berdasarkan hasil inspeksi adanya gangguang pernapasan, pola

napas tidak teratur atau takipnea, kedalaman napas dangkal, hidung simetris,

dada simetris, Spo2: 99%, pasien terpasang O2 via ventilator mode PC-AC

9
10

dengan Fi02 60% dan terpasang NGT, tidak ada edema hasil dari palpasi adanya

perubahan traktil fremitus, kemudian hasil dari perkusi yaitu suara paru kiri

kanan redup, sedangkan hasil auskultasi yaitu ronchi halus, wheezing ada dan

adanya sekret.

Hasil pemeriksaan radiologi IRD tanggal 08/01/2022 : X-foto thorax dengan

kesan : Cor : dalam batas normal

Pulmo : susp. Pneumonia disertai pneumatocele dd/bullae.

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 13/01/2022:

HB : 11,7 g/dL Na+ : 145 mmol/L


Leukosit : 21.800/µL K+ : 4.2 mmol/L
Trombosit : 1913/µL SaO2 : 99%

Eritrosit : 3.796/µL HCO3 : 30,5 mEq/L


Hematokrit : 28% PCO2 : 45.9 mmHg
Albumin : 2.7 gr/dL PH : 7,43
Keratinin : 0,5 mg/dL PO2 : 140 mmHg

Hasil CT-Scan tanggal 16/01/2022: Thorax tanpa Kontras, Kesan : peradangan

pada ke 2 paru, EC: Pneumonia.


11

B. Analisa Data

Analisa Data Etiologi Masalah


Data Subyektif : Sekresi yang tertahan Bersihan jalan napas tidak
Keluarga pasien efektif
mengatakan An. Ny.
R batuk
Data Obyektif :
 Pasien tampak sesak
nafas
 RR : 52x/ menit
 Terdapat suara
tambahan rounchi
halus
 Adanya secret
 Terpasang O2 via
ventilator mode PC-
AC dengan Fi02 60%
 Hasil CT-Scan :
Thorax tanpa Kontras,
Kesan : peradangan
pada ke 2 paru, EC:
Pneumonia.
 Spo2 : 96%
 pola napas tidak
teratur atau takipnea,
kedalaman napas
dangkal, hidung
simetris, dada
simetris,
 terpasang NGT
 adanya perubahan
traktil fremitus,
 suara paru kiri kanan
redup,
12

Data Subyektif : Hambatan upaya napas pola napas tidak efektif


Keluarga pasien
mengatakan An. Ny.
R sesak napas
Data Obyektif :
 Pasien tampak sesak
nafas
 RR : 52x/ menit
 Terpasang NGT
 Terpasang O2 via
ventilator mode PC-
AC dengan Fi02 60%
 Hasil CT-Scan :
Thorax tanpa Kontras,
Kesan : peradangan
pada ke 2 paru, EC:
Pneumonia.
 Spo2 : 96%
 pola napas tidak
teratur atau takipnea,
kedalaman napas
dangkal, hidung
simetris, dada
simetris,
 terpasang NGT
 adanya perubahan
traktil fremitus,
 suara paru kiri kanan
redup

Data Subyektif : Kelelahan otot Gangguan ventilasi spontan


Keluarga pasien pernapasan
mengatakan An. Ny.
R batuk dan sesak
napas
Data Obyektif :
 Pasien tampak sesak
nafas
13

 RR : 52x/ menit
 Terdapat suara
tambahan rounchi
halus
 Adanya secret
 Terpasang O2 via
ventilator mode PC-
AC dengan Fi02 60%
 Hasil CT-Scan :
Thorax tanpa Kontras,
Kesan : peradangan
pada ke 2 paru, EC :
Pneumonia.
 Hasil lab:
Spo2 : 96%,
PH : 7,43
PaO2 : 140 mmHg
SaO2 : 99%
PaCO2 : 45.9 mmHg
HCO3 : 30,5 mEq/L
 pola napas tidak
teratur atau takipnea,
kedalaman napas
dangkal, hidung
simetris, dada
simetris,
 terpasang NGT
 adanya perubahan
traktil fremitus,
 suara paru kiri kanan
redup

C. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan

2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

3. Gangguan ventilasi spontan b.d Kelelahan otot pernapasan


BAB IV

PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN

A. Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan yang penulis angkat untuk mengatasi masalah

keperawatan pada An. Ny. R yaitu :

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien

menunjukan keefektifan jalan nafas dengan indikator :

a. Wheezing berkurang

b. Dispnea berkurang

c. Orthopnea berkurang

d. Produksi sputum berkurang

e. Pola napas membaik

f. Frekuensi pernapasan membaik

Rencana tindakan keperawatan yang akan disusun untuk An. Ny. R yaitu:
a. Manajemen jalan napas

1) Obsevasi :

a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

b) Monitor bunyi napas tambahan (mis. Wheezing, rochi )

c) Monitor sputum (jumlah, warna dan aroma)

2) Terapeutik :

a) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-

lift

14
15

b) Posisikan semi-fowler atau fowler

c) Berikan minum air hangat

d) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

e) Lakukan penghisap lendir kurang dari 15 detik

f) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal

g) Berika oksigen, jika perlu

3) Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,

jika perlu

b. Pemantauan respirasi

1) Observasi

a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

b) Monitor pola napas (takipnea, bradipnea, hiperventilasi)

c) Monitor kemampuan batuk efektif

d) Monitor adanya sputum

e) Monitor adanya sumbatan jalan napas

f) Auskultasi bunyi napas

g) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

h) Monitor saturasi oksigen

i) Monitor nilai AGD

2) Terapeutik

a) Dokumentasikan hasil pemantuan


16

2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan

inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat

membaik:

a. Dispnea berkurang

b. Penggunanaan otot bantu nafas berkurang

c. Orthopnea berkurang

d. Pernapasaan cuping hidung berkurang

e. Frekuensi napas membaik

f. Kedalaman napas membaik

g. Tekanan ekspirasi dan inspirasi membaik

Rencana tindakan keperawatan yang akan disusun untuk An. Ny. R yaitu:

a. Manajemen Jalan Nafas

1) buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust,

sebagamana mestinya.

2) Posisikan pasien untuk meminimalkan ventilasi

3) Posisikan lateral untuk meringankan sesak nafas

4) Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk

atau suction

5) Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau

tidak ada dan adanya suara nafas tambahan

6) Lakukan fisoterapi dada (bila perlu)


17

b. Pemantuan respirasi

1) Observasi :

a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

b) Monitor pola napas (takipnea, bradipnea, hiperventilasi)

c) Monitor kemampuan batuk efektif

d) Monitor adanya sputum

e) Monitor adanya sumbatan jalan napas

f) Auskultasi bunyi napas

g) Palpasi kesietrisan ekspansi paru

h) Monitor saturasi oksigen

i) Monitor nilai AGD

2) Terapeutik :

a) Dokumentasikan hasil pemantuan

3. Gangguan ventilasi spontan b.d Kelelahan otot pernapasan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan

mendukung individu mampu bernapas secara adekuar dengan kriteria

hasil:

a. Dyspnea berkurang

b. Penggunaan berkurang

c. Volume tidal membaik

d. PCO2 membaik

e. PO2 membaik
18

Rencana tindakan keperawatan yang akan disusun untuk An. Ny. R yaitu:

a. Dukungan ventilasi

1) Observasi

a) Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas

b) Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernapasan

c) Monitor status respirasi dan oksigen

2) Terapeutik

a) Pertahankan kepatenan jalan napas

b) Berikan posisi semifowler atau fowler

c) Fasilitasi mengubah posisi sennyaman mungkin

d) Berikam oksigenasi sesuai kebutuhan

3) Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian bronchodilator, jika perlu

B. Implementasi

1. Hari pertama

a. Tindakan keperawatan untuk diagnosa ketidak efektifan bersihan jalan

napas pada pasien An. Ny. R, pertama tanggal 18, januari, 2022 pukul

21.10 WIB penulis melakukan monitoring TTV didapatkan data TD:

92/52 mmHg, HR: 142x/menit, RR: 48x/menit, SPO2 :96% dan di

dokumentasikan ke flipchart, selanjutnya 21.20 WIB memberikan makan

malam dengan jenis susu melalui NGT yaitu sebanyak 40 cc, selanjutnya

21.35 peneliti melakukan observasi dan auskultasi suara nafas yaitu

terdengar masih adanya suara nafas tambahan atau ronchi halus akibat
19

adanya secret, batuk, pasien masih terpasang oksigen via ventilator PC-

AC dengan Fi02 60%. Selanjutnya pada pukul 21.40 peneliti membantu

melakukan tindakan suction untuk mengeluarkan secret. Dari hasil

suction secret terlihat bewarna kekuningan dan tidak terlalu banyak.

Kemudian peneliti mengatur posisi klien dalam pemenuhan kebutuhan

oksigen supaya mengurangi sesak napas yaitu dengan posisi lateral.

Selanjutnya pada pukul 22.10 peneliti memonitor kembali TTV di

dapatkan data TD: 96/52 mmHg, HR: 130x/menit, RR: 45x/menit, SPO2

:99%. . Pada pukul 24.05 WIB peneliti membantu perawat memberikan

therapy obat Ventolin 1cc + fluimucil. Pada pukul 04.20 WIB peneliti

membantu perawat memberikan therapy obat nebu Ventolin 1cc +

fluimucil dan injeksi cefoperazone 100 mg. Kemudian pada pukul 06.40

hasil dari auskultasi dan observasi di dapatkan data objektif yaitu masih

terdengar ronchi halus, pasien masih batuk sesekali, kemudian pasien

masih terlihat sesak dengan SPO2 :97% dan RR: 47x/menit, oksigen via

ventilator PC-AC dengan Fi02 60%.

b. Tindakan keperawatan untuk diagnosa ketidak efektifan pola napas pada

pasien An. Ny. R, pertama tanggal 18, januari, 2022 pukul 21.10 WIB

penulis melakukan monitoring TTV dan hasil AGD didapatkan data TD:

92/52 mmHg, HR: 142x/menit, RR: 48x/menit, SPO2 : 96%, PH: 7,42,

PaO2 : 125 mmHg , PaCO2: 46,9 mmHg , HCO3: 30,2 mEq/L , dan di

dokumentasikan di flipchart, selanjutnya 21.35 peneliti melakukan

auskultasi suara nafas yaitu terdengar masih adanya suara nafas


20

tambahan atau ronchi halus akibat adanya secret kemudian peneliti

mengatur posisi klien dalam pemenuhan kebutuhan oksigen supaya

mengurangi sesak napas yaitu dengan posisi lateral. Selanjutnya pada

pukul 22.10 peneliti memonitor kembali TTV didapatkan data TD: 96/52

mmHg, HR: 130x/menit, RR: 45x/menit, SPO2 :99%. Pada pukul 22.20

peneliti membantu perawat memberikan terapi obat cefoperazone

sulbactam melalu injeksi IM dengan dosis 100mg. Kemudian pada pukul

06.40 hasil dari auskultasi dan observasi di dapatkan data objektif yaitu

masih terdengar ronchi halus, pasien masih batuk sesekali, kemudian

pasien masih terlihat sesak dengan SPO2 :97% dan RR: 47x/menit,

oksigen via ventilator PC-AC dengan Fi02 60%.

2. Hari ke dua

a. Tindakan keperawatan untuk diagnosa ketidak efektifan bersihan jalan

napas pada pasien An. Ny. R, kedua tanggal 20, januari, 2022 pukul

07.10 WIB penulis melakukan monitoring TTV didapatkan data TD:

94/56 mmHg, HR: 142x/menit, RR: 50x/menit, SPO2 : 97% dan di

dokumentasikan ke flipchart, kemudian pada pukul 08.35 peneliti

membantu perawat memberikan therapy obat Ventolin 1cc + fluimucil

selanjtnya melakukan auskultasi suara nafas yaitu terdengar masih

adanya suara nafas tambahan atau ronchi halus akibat adanya secret,

batuk sesekali selanjutnya pada pukul 09.25 peneliti membantu

melakukan tindakan suction untuk mengeluarkan secret, secret yang di

kluarkan masih berwarna kekuningan dan tidak terlalu banyak. Pada


21

pukul 09.30 peneliti memberikan makanan dengan jenis susu 40 cc

melalui selang NGT kemudian pukul 12.45 peneliti membantu perawat

memberikan therapy obat nebu Ventolin 1cc + fluimucil dan injeksi

cefoperzone 100 mg. Kemudian pada pukul 13.25 hasil dari auskultasi

dan observasi di dapatkan data objektif yaitu masih terdengar ronchi

halus, pasien masih batuk sesekali, kemudian pasien masih terlihat sesak

dengan SPO2 :95% dan RR: 47x/menit , O2 via ventilator mode PC-AC

dengan Fi02 60%.

b. Tindakan keperawatan untuk diagnosa ketidak efektifan pola napas pada

pasien An. Ny. R, kedua tanggal 20, januari, 2022 pukul 07.10 WIB

penulis melakukan monitoring TTV didapatkan data TD: 94/56 mmHg,

HR: 142x/menit, RR: 50x/menit, SPO2 :97%,selanjutnya pada pukul

07.20 WIB peniliti membantu perawat melakukan AGD di dapatkan hasil

PH: 7,43 , PaO2 : 130 mmHg , PaCO2: 46.2 mmHg , HCO3: 31.5 mEq/L.

kemudian pukul 08.20 penulis membersihkan dan memandikan pasien

dengan wastlap steril, selanjutnya pukul 08.45 WIB memposisikan

pasien dengan posisi lateral untuk meringankan sesak napas . selanjutnya

setelah pemberian posisi lateral selama 30 menit secara bergantian kiri

dan kanan memonitor kembali TTV pada pukul 9.15 WIB didapatkan

data TD: 95/52 mmHg, HR: 128x/menit, RR: 43x/menit, SPO2 :99%.

Kemudian pada pukul 13.25 hasil dari auskultasi dan observasi di

dapatkan data objektif yaitu masih terdengar ronchi halus, pasien masih
22

batuk sesekali, kemudian pasien masih terlihat sesak dengan SPO2 :95%

dan RR: 47x/menit , O2 via ventilator mode PC-AC dengan Fi02 60%.

3. Hari ke tiga

a. Tindakan keperawatan untuk diagnosa ketidak efektifan bersihan jalan

napas pada pasien An. Ny. R, hari ketiga tanggal 21, januari, 2022 pukul

07.10 WIB penulis melakukan monitoring TTV didapatkan data TD:

90/54 mmHg, HR: 142x/menit, RR: 45x/menit, SPO2:98%, kemudian

pada pukul 08.35 peneliti melakukan auskultasi suara nafas yaitu suara

nafas tambahan atau ronchi halus sudah berkurang, masih adanya

secret,batuk sudah berkurang. selanjutnya pada pukul 09.05 WIB peneliti

membantu melakukan tindakan suction untuk mengeluarkan secret,

secret bewarna kekuningan dan tidak terlalu banyak. Memantau O2 via

ventilator mode PC-AC dengan Fi02 40%, dan pada pukul 09.20 WIB

peneliti memberikan makanan 40 cc melalui selang NGT. kemudian

pukul 12.45 peneliti membantu perawat memberikan therapy obat nebu

Ventolin 1cc + fluimucil dan injeksi cefoperzone 100 mg. Kemudian

pada pukul 13.00 hasil dari auskultasi dan observasi didapatkan data

objektif yaitu masih terdengar ronchi halus, pasien masih batuk sesekali,

kemudian pasien masih terlihat sesak dengan SPO2 :96 % dan RR:

46x/menit, O2 via ventilator mode PC-AC dengan Fi02 40%.

b. Tindakan keperawatan untuk diagnosa ketidak efektifan pola napas pada

pasien An. Ny. R, pertama tanggal 21, januari, 2022 pukul 07.10 WIB

penulis melakukan monitoring TTV dan membantu AGD didapatkan


23

data TD: 90/54 mmHg, HR: 142x/menit, RR: 45x/menit, SPO2 :98%,

PH: 7,44, PaO2 : 126 mmHg , PaCO2: 46,0 mmHg , HCO3: 31,2 mEq/L

dan di dokumentasikan, kemudian pukul 08.20 penulis membersihkan

dan memandikan pasien dengan wastlap steril, selanjutnya pukul 09.30

memposisikan pasien dengan posisi lateral untuk meringankan sesak

napas . selanjutnya setelah pemberian posisi lateral selama 30 menit

secara bergantian kiri dan kanan memonitor kembali TTV pada pukul

10.05 WIB didapatkan data TD: 95/52 mmHg, HR: 130x/menit, RR:

40x/menit, SPO2 :100% dan di dokumentasikan. Kemudian pada pukul

13.00 hasil dari auskultasi dan observasi didapatkan data objektif yaitu

masih terdengar ronchi halus, pasien masih batuk sesekali, kemudian

pasien masih terlihat sesak dengan SPO2 :96 % dan RR: 46x/menit, O2

via ventilator mode PC-AC dengan Fi02 40%.

C. Evaluasi

1. Hari pertama

Pada hari pertama tanggal 18, januari, 2022 pukul 21.10 WIB didapatkan

data objektif TTV dan AGD di dapatkan data TD: 92/52 mmHg, HR:

142x/menit, RR: 48x/menit, SPO2 :96%, PH: 7,42, PaO2 : 125 mmHg ,

PaCO2: 46,9 mmHg , HCO3: 30,2 mEq/L auskultasi suara nafas yaitu

terdengar masih adanya suara nafas tambahan atau ronchi halus akibat

adanya secret pasien tampak sesak napas kemudian setelah dilakukan

tindakan suction dengan hasil secret bewarna agak kekuningan dan tidak

banyak, peneliti juga memberikan terapi atur posisi yaitu dengan posisi
24

lateral selanjutnya pada pukul 22.10 peneliti memonitor kembali TTV di

dapatkan data TD: 96/52 mmHg, HR: 130x/menit, RR: 45x/menit, SPO2

:99%. Kemudian dari hasil auskultasi beberapa jam berikutnya di dapatkan

hasil yaitu masih terdengar ronchi halus, pasien masih batuk sesekali,

kemudian pasien masih terlihat sesak. Dapat disimpulkan bahwa masalah

belum teratasi dan intervensi di lanjutkan kaji dan dokumentasi kembali

tingkat kepatenan respirasi atau TTV, monitor oksigen dan ventilator,

lakukan suction kurang dari 15 detik, kemudian berikan kembali terapi atur

posisi lateral dalam mengurangi sesak napas.

2. Hari ke dua

Pada hari ke dua tanggal 20, januari, 2022 pukul 07.10 WIB didapatkan

data TTV yaitu TD: 94/56 mmHg, HR: 142x/menit, RR: 50x/menit, SPO2

:97%, selanjutnya pada pukul 07.20 WIB peniliti membantu perawat

melakukan AGD di dapatkan hasil PH: 7,43 , PaO2 : 130 mmHg , PaCO2:

46.2 mmHg , HCO3: 31.5 mEq/L. Kemudian pada pukul 08.25 peneliti

melakukan auskultasi masih adanya ronchi halus akibat secret, selanjutnya

pada pukul 08.35 peneliti membantu melakukan tindakan suction untuk

mengeluarkan secret hasil secret yaitu bewarna agak kekuningan dan tidak

banyak, memantau O2 via ventilator mode PC-AC dengan Fi02 60%,

selanjutnya pukul 08.45 WIB memposisikan pasien dengan posisi lateral

untuk meringankan sesak napas, selanjutnya setelah pemberian suction

dan posisi lateral selama 30 menit secara bergantian kiri dan kanan

memonitor kembali TTV pada pukul 9.15 WIB didapatkan data TD: 95/52
25

mmHg, HR: 128x/menit, RR: 43x/menit, SPO2 :99%. Kemudian dari hasil

auskultasi beberapa jam berikutnya di dapatkan hasil yaitu masih terdengar

ronchi halus, pasien masih batuk sesekali namun sudah berkurang,

kemudian pasien masih terlihat sesak. Dapat disimpulkan bahwa masalah

belum teratasi dan intervensi di lanjutkan kaji dan dokumentasi kembali

tingkat kepatenan respirasi atau TTV, monitor oksigen dan ventilator,

lakukan suction kurang dari 15 detik, kemudian berikan kembali terapi atur

posisi lateral dalam mengurangi sesak napas.

3. Hari ke tiga

Hari ketiga tanggal 21, januari, 2022 pukul 07.10 WIB penulis melakukan

monitoring TTV dan membantu AGD didapatkan data TD: 90/54 mmHg,

HR: 142x/menit, RR: 45x/menit, SPO2:98%, PH: 7,44, PaO2 : 126 mmHg

, PaCO2: 46,0 mmHg , HCO3: 31,2 mEq/L. Kemudian pada pukul 08.35

peneliti melakukan auskultasi suara nafas yaitu suara nafas tambahan atau

ronchi halus udah berkurang, secret sudah berkurang. , selanjutnya pada

pukul 09.05 WIB peneliti membantu melakukan tindakan suction untuk

mengeluarkan secret, hasil dari suction yaitu secret yang di kluarkan sudah

berkurang bewarna kekuningan, selanjutnya pukul 09.30 memposisikan

pasien dengan posisi lateral untuk meringankan sesak napas . selanjutnya

setelah pemberian posisi lateral selama 30 menit secara bergantian kiri dan

kanan memonitor kembali TTV pada pukul 10.05 WIB didapatkan data

TD: 95/52 mmHg, HR: 130x/menit, RR: 42x/menit, SPO2 :100%,

selanjutnya hasil pemeriksaan auskultasi beberapa jam selanjutnya suara


26

nafas tambahan atau ronchi sudah berkurang , secret sudah berkurang.

Dapat disimpulkan bahwa masalah belum teratasi dan intervensi di

lanjutkan berikan kembali terapi atur posisi lateral dalam mengurangi

sesak napas.
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Peneliti melakukan pembahasan untuk mengetahui sejauh mana asuhan

keperawatan pada An. Ny. R yang telah dilakukan dan adanya kesenjangan

serta membandingkan antara teori dan kenyataan yang sesuai di lapangan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien pneumonia dengan gejala

sesak napas.

1. Pengkajian

Studi kasus diawali dengan melakukan pengkajian sebelum melakukan

intervensi keperawatan pada kasus ini didapatkan data klien pasien masih

mengalami sesak napas, batuk, mual muntah sudah berkurang, perut

membesar sudah berkurang, demam sudah berkurang, tidak ada edema hasil

dari palpasi adanya perubahan traktil fremitus, kemudian hasil dari perkusi

yaitu suara paru kiri kanan redup, sedangkan hasil auskultasi yaitu ronchi

halus, wheezing ada dan adanya sekret. Selanjutnya berdasarkan hasil

inspeksi adanya gangguang pernapasan, pola napas tidak teratur atau

takipnea, kedalaman napas dangkal, hidung simetris, dada simetris, Spo2:

99%.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Daily dan Ellison (2019) Tanda dan

gejala dari pneumonia adanya batuk berdahak, takipnea dan susah bernafas

atau sesak nafas, demam, nyeri kepala dan dada, mual, mudah lelah, kadang

disertai sakit perut dan diare, namun maslah utama pada anak dengan

27
28

gangguan saturasi oksigen ini adalah sesak napas. Pasien terpasang O2 via

ventilator mode PC-AC dengan Fi02 60% dan terpasang NGT , status

keadaan umum yaitu dalam pengaruh obat dengan skor GCS: 12 (E: 3 V:

ETT M: 4) Nadi : 144x/menit, suhu : 36.70 C , TD : 95/59 mmHg, RR

:50x/menit, BB : 4 kg, sekret. Hasil CT-Scan 16/01/2022: Thorax tanpa

Kontras, Kesan : peradangan pada ke 2 paru, EC: Pneumonia.

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 13/01/2022:

HB : 11,7 g/dL Na+ : 145 mmol/L


Leukosit : 21.800/µL K+ : 4.2 mmol/L
Trombosit : 1913/µL SaO2 : 99%

Eritrosit : 3.796/µL HCO3 : 30,5 mEq/L


Hematokrit : 28% PCO2 : 45.9 mmHg
Albumin : 2.7 gr/dL PH : 7,43
Keratinin : 0,5 mg/dL PO2 : 140 mmHg
29

2. Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian diagnosa keperawatan yang muncul

berdasarkan buku SDKI edisi 1 cetakan ke II (2017) yaitu :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan

b. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

c. Resiko infeksi b.d Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder

Bartolf dan Cosgrove (2016) mengatakan Pneumonia adalah infeksi

saluran pernapasan bawah yang di sebabkan oleh bakteri, virus dan

mikoorganisme yang dapat mengganggu pernafasan. Penentuan diagnosa

ini muncul karena hasil pengakajian ditemukan tanda dan gejala

pneumonia seperti batuk berdahak, takipnea dan susah bernafas atau sesak

nafas, demam, nyeri kepala dan dada, mual, mudah lelah, kadang disertai

sakit perut dan diare, sesak napas.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan antara yang peneliti lakukan dengan jurnal yang

peneliti terapkan memiliki kesamaan yaitu pasien pneumonia yang

mengalami sesak napas. Pneumonia disebabkan adanya sebagian besar

infeksi bakteri atau virus, dan sebagian kecil di sebabkan oleh factor non

infeksi seperti aspirasi,sehingga menjadi penghalang permeabilitas epitel-

endotel alveolar akibat inflamasi sistemik. Peradangan dan koagulasi yang

tidak teratur kemudian mengakibatkan gangguan drainase limfatik dan

degradasi surfaktan yang ditandai dengan mengalami hipoksemia,

penurunan kapasitas residufungsional, dan penurunan fungsi paru dan


30

meningkatnya terhadap kebutuhan oksigen dan sesak napas

(Sundariningrum et al., 2020).

Peneliti membuat beberapa intervensi untuk mengatasi masalah sesak

napas yang berhubungan dengan pneumonia salah satunya adalah dengan

terapi posisi yaitu posisi lateral untuk mengurangi sesak napas pada anak

dengan masalah pneumonia dan kombinasi intervensi keperawatan

manajemen jalan napas, pemantauan respirasi dan dukungan ventilasi yang

di kutip dari buku SIKI edisi 1 cetakan II (2018).

Penelitian lain yang dilakukan oleh (Paskaliana dkk, 2020) tentang

pengaruh pemberian posisi lateral terhadap saturasi oksigen (spo2) dan

frequensi pernapasan pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan

oksigen di ruang rawat infeksi anak.menunjukkan hasil meningkatkan

ukuran jalan napas sehingga frekuensi pernapasan anak menurun dan

saturasi oksigen meningkat.

Menurut Jung H dkk (2019) dalam (Paskaliana dkk, 2020), posisi lateral

merupakan posisi yang baik untuk mempertahankan kepatenan jalan napas

anak. Sehingga, posisi lateral diketahui akan memfasilitasi peningkatan

ekspansi paru yang membantu pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada anak

yang mengalami pneumonia. Posisi lateral diketahui memengaruhi

mekanisme pernapasan dengan meningkatkan keelastisan dinding paru dan

dada sebesar 2–3 cmH2O sehingga oksigen lebih dapat masuk dengan baik

dan membantu pertukaran gas (Paskaliana dkk,2020).


31

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang diberikan selama 3 hari yaitu memberika terapi

posisi lateral untuk mengurangi sesak napas pada klien. Pada hari pertama

sebelum dilakukan tindakan posisi lateral di dapatkan data objektif frekuensi

pernapasan dan saturasi oksigen klien yaitu RR: 48x/menit, SPO 2 :96%.

Berdasarkan implementasi yang dilakukan klien tampak nyaman, mudah di

atur posisi dengan benar dan pasien tidak gelisah, pasien mengikuti apa yang

di anjurkan oleh peneliti, dari hasil setelah pemberian posisi lateral selama

30 menit di dapatkan data objektif pasien terlihat lebih nyaman, tidak

gelisah, hemodinamik stabil, saturasi meningkat, SPO2 : 99%, RR:

45x/menit.

Pada saat dilakukan terapi pada hari kedua klien tampak nyaman dan

tidak menangis sebelum tindakan terapi posisi lateral di berikan di dapatkan

data objektif frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen klien yaitu RR:

50x/menit, SPO2 :97%. Kemudian setelah pemberian terapi posisi lateral

kiri dan kanan selama 30 menit didapatkan kembali hasil data objektif yaitu

RR: 43x/menit, SPO2 : 99%. Pada hari ketiga sebelum dilakukan terapi

posisi lateral di dapatkan data objektif yaitu RR: 45x/menit, SPO 2:98% ,

kemudian setelah pemberian terapi posisi lateral kiri dan kanan 30 menit

secara bergantian di dapatkan data objektif yaitu klien tampak nyaman dan

RR: 42x/menit, SPO2 :100%.

Posisi yang dapat meningkatkan saturasi oksigen menurut beberapa

penelitian adalah posisi semirecumbent, posisi prone, posisi duduk tegak


32

(Fowler), serta posisi lateral. Pengaturan posisi lateral dan posisi Fowler

dapat memengaruhi pengembangan paru secara optimal dengan indikator

penilaian hasil spirometry sehingga dapat mengurangi sesak napas ( Novita

& Nani, 2020).

5. Evaluasi

Hasil evaluasi pada An. Ny. R pada hari peratama, kedua dan ketiga setelah

dilakukan tindakan terapi posisi lateral kiri dan kanan selama 30 menit

terdapat perubahan frekuensi napas dan SPO2 atau mengurangi sesak napas

namun selang beberapa jam kemudian klien kembali mengalami sesak napas

dengan di buktikan dari data objektif yaitu di tandai dengan meningkat

kembali frekuensi pernapasan dan menurunnya angka SpO2. Hasil

observasi rentang nilai SpO2 selama penelitian berlansung adalah 95% -

100%.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan pada asuhan keperawatan An. Ny. R tentang

pemberian terapi posisi lateral untuk mengurangi sesak napas pada anak

dengan masalah pneumonia, maka dapat disimpulkan :

1. Pengkajian yang di dapatkan yaitu klien yang mengalami sesak napas

akibat penyakit pneumonia yang di derita di tandai dengan mengalami

sesak napas, batuk, status keadaan umum yaitu dengan kondisi dalam

pengaruh obat dengan skor GCS: (E: 3 V: ETT M: 4) Nadi = 144x/menit,

suhu = 36.70 C , TD = 95/59 mmHg, RR= 50x/menit, pola napas tidak

teratur atau takipnea, kedalaman napas dangkal, hidung simetris, dada

simetris, Spo2: 99%, pasien terpasang O2 via ventilator mode PC-AC

dengan Fi02 60% dan terpasang NGT, kemudian hasil dari perkusi yaitu

suara paru kiri kanan redup, ronchi halus, wheezing ada dan adanya sekret.

Hasil CT-Scan tanggal 16/01/2022: Thorax tanpa Kontras, Kesan :

peradangan pada ke 2 paru, EC: Pneumonia.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :

a) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan

b) Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

c) Gangguan ventilasi spontan b.d Kelelahan otot pernapasan

3. Intervensi keperawatan yaitu terapi posisi lateral dan kombinasi intervensi

keperawatan manajemen jalan napas, pemantauan respirasi dan dukungan

33
34

ventilasi yang di kutip dari buku SIKI edisi 1 cetakan II (2018) untuk

mengurangi sesak napas pada anak dengan pneumonia.

4. Implementasi yang diberikan pada klien adalah sesuai dengan intervensi

yaitu memberikan terapi posisi lateral dan kombinasi manajemen jalan

napas, pemantauan respirasi yang mana hasil hasilnya menunjukkan tidak

ada perbedaan yang signifikan dengan penelitian terdahulu.

5. Evaluasi menunjukkan adanya penurunan atau perbaikan saturasi dan

frekuensi pernapasan setelah di berikan terapi posisi lateral.

B. Saran

1. Bagi Perawat

Perawat adalah orang terdekat klien dalam memberikan asuhan

keperawatan ketika di dalam ruangan oleh karena itu perawat harus kritis

serta kreatif dalam memberikan asuhan keperawatan untuk mencapai

asuhan keperawatan yang maksimal dalam mendukung kesembuhan klien,

salah satunya yaitu terapi posisi lateral bisa diterapkan untuk mengurangi

sesak napas khususnya pada klien yang mengalami masalah sistem respirasi.

2. Bagi keluarga

Kluarga diharapkan dapat saling bekerja sama dalam merawat klien,

dapat membantu klien untuk selalu memperhatikan kesehatannya,

mendukung agar selalu dapat memberikan terapi posisi yang bisa

mengurangi sesak napas pada klien salah satunya yaitu posisi lateral.
35

3. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti saat ini hanya menerapkan pemberian posisi lateral untuk pasien

sekali dalam tiap shift sehingga efek terapi hanya terasa dalam beberapa jam

saja, oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya mencari available frekuensi

pemberian terapi yang memungkinkan dan lebih efektif dalam pemberian

terapi posisi ini dalam mengurangi sesak napas dengan rentang waktu yang

lebih lama.
Daftar Pustaka

Agustina, N., & Nurhaeni, N. (2020). Pengaruh Pengaturan terhadap Posisi Status
Kesehatan pada Anak dengan Pneumonia: Telaah Literatur. Dunia Keperawatan:
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, 8(2), 189-198.
https://doi.org/10.20527/dk.v8i2.7776

Bartolf A, Cosgrove C. Pneumonia. Medicine (Baltimore). 2016;44(6):373– 7.

Bennete. M. J.(2013). Pediatric Pneumonia. http


:www//emedicine.Medscape.com/article/67822-overview

Ceylan B, Khorshid L, Güneş ÜY, Zaybak A. Evaluation of oxygen saturation


values in different body positions in healthy individuals. J Clin Nurs. 2016;25(7–
8):1095–100.

Daily JS, Ellison Iii RT. Acute pneumonia. Elsevier Inc.; 2019;889– 913.e6.

Dinkes Provinsi Riau. (2020). Profil Kesehatan Provinsi Riau. Di akses dari
www.dinkes.riau.id tanggal 19 juli 2022.

Gouna G, Rakza T, Kuissi E, Pennaforte T, Mur S, Storme L. Positioning effects


on lung function and breathing pattern in premature newborns. J Pediatr [Internet].
Elsevier Ltd; 2013;162(6):1133–1137.e1. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jpeds.2012. 11.036

Harelina, T., Setyoningrum, R. A., & Sembiring, Y. E. (2020). Faktor Risiko


Pneumonia pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan. Sari Pediatri, 21(5), 276-
281. https://doi.org/10.14238/sp21.5.2020.276-81

James SR, Nelson KA, Ashwill JW. Nursing care of children. 4th ed. James SR,
Nelson KA, Ashwill JW, editors. St. Louis, Missouri: Elsevier Inc; 2013. 851 p.

Jung H, Kim H., Lee Y. Comparison of lateral and supine positions for tracheal
extubation in children. Anaesthesist. 2019;(November 2018).

Mezidi M, Guérin C. Effects of patient positioning on respiratory mechanics in


mechanically ventilated ICU patients. Ann Transl Med. 2018 Oct;6(19):384.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm. nih.gov/30460258

Mortimer K, et al. A cleaner burning biomass-fuelled cookstove intervention to


prevent pneumonia in children under 5 years old in rural Malawi (the Cooking and
Pneumonia Study): a cluster randomised controlled trial. Lancet.
2017;389(10065):167–75.
Nursakina, Y., Tartila, T., & Ifran, E. B. (2021). Perbandingan Ultrasonografi Paru
dan Rontgen Dada sebagai Alat Bantu Diagnostik Pneumonia pada Anak. Sari
Pediatri, 22(5), 318-324. https://doi.org/10.14238/sp22.5.2021.318-24

Sundariningrum, R. W., Setyanto, D. B., & Natadidjaja, R. I. (2020). Evaluasi


Kualitatif Antibiotik Metode Gyssens dengan Konsep Regulasi Antimikroba
Sistem Prospektif RASPRO pada Pneumonia di Ruang Rawat Intensif Anak. Sari
Pediatri, 22(2), 109-114. https://doi.org/10.14238/sp22.2.2020.109-14

Anda mungkin juga menyukai