TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN OUTBREAK
DI RS. PANTI WILASA "Dr. CIPTO" SEMARANG
MEMUTUSKAN
Pertama : Memberlakukan Keputusan Direktur RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto” Semarang
Nomor: 230/RSPWDC/SK.01/II/2018 Tentang Pemberlakuan
Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang;
Kedua : Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang yang dimaksud
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini;
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa
segala sesuatunya akan ditinjau lagi dan diperbaiki kembali
sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini;
Ditetapkan di : Semarang
pada tanggal : 2 Pebruari 2018
Direktur,
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................
1 BAB I
DEFINISI........................................................................................................... 2 BAB
II RUANG LINGKUP .......................................................................................... 3
BAB III TATA LAKSANA............................................................................................
4 BAB IV
DOKUMENTASI............................................................................................. 8
1/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO”
SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang
BAB I
DEFINISI
2/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO”
SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang
BAB II
RUANG LINGKUP
Kejadian luar biasa adalah adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu. Dapat juga bermakna kejadian infeksi yang meningkat diluar
keadaan biasa dalam suatu periode pada kelompok orang / pasien tertentu.
KLB dapat terjadi melalui penyebaran secara kontak, udara (droplet atau airborne),
maupun benda perantara (common source vehicle).
Penyebab KLB antara lain :
1. Produk tercemar
KLB disebabkan karena tercemarnya produk atau peralatan yang digunakan
oleh pasien. Produk yang dapat tercemar antara lain cairan infus, produk
transfusi, cairan dialisis, yang merupakan produk yang langsung masuk ke
pembuluh darah, maupun produk sewaktu pemakaian, misalnya disinfektan,
susu bayi.
2. Peralatan tercemar
Tercemarnya peralatan dapat disebabkan pencucian dan tindakan disinfeksi
tidak benar, mesin pencuci automatik tidak bekerja dengan baik dan
penanganan peralatan steril yang tidak benar.
3. Prosedur yang tidak benar
− Tindakan endoskopi, hemodialisis, peritoneal dialisis
− Tindakan operasi : antiseptik tercemar, peralatan, melalui tangan petugas 4.
Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan merupakan carrier S.aureus, Streptococcus
hemolitik grup A, Candida, Hepatitis B/C, HIV dan menularan penyakitnya
pada pasien.
5. Lingkungan
Lingkungan yang seringkali menjadi sumber pencemaran penyakit pada KLB
adalah air dan tanah. Pada air yang tercemar dapat ditemukan bakteri
Pseudomonas, Acinetobacter, Mycobacteria other than TB (MOTT) dan
Legionella. Sedangkan organisme yang seringkali didapatkan pada tanah
adalah Aspergillus sp.
3/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO”
SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang
BAB III
TATA LAKSANA
Bila didapatkan Kejadian Luar Biasa maka Rumah Sakit segera membentuk Tim
Pengendali KLB. Tim Pengendali ini diketuai oleh dokter yang ditunjuk Rumah Sakit
Panti Wilasa “Dr.Cipto” Semarang dan beranggotakan :
∙ Komite PPI Rumah Sakit Panti Wilasa “Dr.Cipto” Semarang ∙
Infection Prevention and Control Nurse dan Link Nurse
∙ Direktur Pelayanan
∙ Komite Medik
∙ Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien
∙ Dokter Penanggung Jawab Pasien
∙ Dokter Spesialis Patologi Klinik
∙ Kepala Bidang Keperawatan
Tim Pengendali KLB ini bertugas untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi kasus.
Sehingga tim bisa segera mengambil keputusan berdasarkan pengamatan kasus
per kasus sebelum terjadi KLB (angka pra KLB) dan besar angka kejadian di atas
nilai angka endemik (angka kejadian KLB). Tujuannya adalah untuk mencegah,
mengatasi dan mengendalikan KLB sehingga KLB tidak terjadi lagi di masa yang
akan datang.
Langkah-langkah penanganan KLB adalah :
A. INVESTIGASI
Tujuan dilaksanakannya investigasi :
− Menjelaskan situasi KLB dan penemuan kasus
− Menetapkan penyebab termungkin, sumber penularan, cara penyebaran −
Memutus rantai penyebaran
− Mencegah terulangnya kejadian serupa
4/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO”
SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang
3. Definisi Kasus
Kasus yang ditentukan sebagai KLB dinilai kriteria diagnosanya baik
secara klinis maupun dengan menilai hasil pemeriksaan
laboratoriumnya. Setelah itu ditentukan klasifikasi individu yang
menderita infeksi. sebaiknya dilakukan perbandingan Sensitivitas dan
Spesifisitas terhadap kultur kuman dan melakukan isolasi setiap sumber
yang diduga menyebabkan infeksi 🡪 cairan, alat medis.
Persyaratan definisi kasus :
− Kriteria klinis
− Bedakan menurut waktu , tempat, orang
− Data laboratorium
− Terapkan secara konsisten dan tanpa bias terhadap seluruh kasus
yang diteliti
− Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap individu dengan faktor risiko
misal dokter, perawat , petugas kebersihan, keluarga pasien.
4. Epidemiologi Deskriptif
Tentukan informasi yang dikumpulkan pada tiap kasus :
1) Identifikasi Informasi :
− Ulang rekam medik jika timbul pertanyaan
− Hasil laboratorium
− Periksa untuk ada tidak duplikasi data
5/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO”
SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang
5. Membuat Hipotesa
Dalam membuat hipotesa, harus diketahui mengenai karakteristik
penyakit. Apa penyebabnya, bagaimana transmisinya, apa reservoirnya
dan faktor resiko apa yang menyebabkan timbulnya penyakit. Hal-hal
tersebut harus ditanyakan pada pasien dan staff rumah sakit dan
kemudian gunakan epidemiologi deskriptif sebagai dasar pembuatan
hipotesa.
6. Uji Hipotesa
7. Pengawasan sumber penularan
8. Menyempurnakan Hipotesa
9. Membuat dan mendistribusi laporan KLB
B. KOMUNIKASI
Saat KLB berlangsung dilakukan komunikasi mengenai terjadinya KLB dengan
prosedur :
1. Melaporkan kepada Direktur RS
2. Konsultasikan kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien 3.
Bila KLB bertambah banyak , lapor ke Dinas Kesehatan
4. Mengadakan pertemuan dengan media elektronik, jika perlu
C. MANAJEMEN
Tindakan pencegahan dan penanggulangan KLB harus dilaksanakan sedini
mungkin sebenarnya pada saat diagnosa telah diverifikasi. Dengan
mengetahui diagnosa suatu penyakit, tindakan pengobatan sudah
dilaksanakan segera. Hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan anggaran perlu
dibicarakan dengan pihak manajemen Rumah Sakit.
D. PENGAWASAN
Pada proses pengawasan, Panitia PPI mengatur mengenai hal-hal sebagai
berikut :
1. Implementasikan peraturan mengenai isolasi
2. Memberikan Imunisasi jika diperlukan
3. Memberikan antibiotik profilaksis jika dibutuhkan
6/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO”
SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang
E. KLB BERAKHIR
Pada saat KLB berakhir, Komite PPI segera mengumumkan bahwa KLB telah
berakhir secepatnya. Kemudian Komite PPI membuat laporan lengkap KLB
kepada Direktur Rumah Sakit Panti Wilasa “Dr.Cipto” Semarang.
PENANGANAN OUT BREAK
TIM PENGENDALI/PENANGANAN
KLB
KOMITE PPI
KETERANGAN :
Petugas Pelaksana / ICN keliling ruangan setiap hari untuk memonitor pada pasien
yang dilakukan tindakan invansif, sehingga Komite PPI bisa mengetahui kejadian
infeksi atau KLB secara dini. Selanjutnya bila terjadi out break petugas pelaksana/
ICN melaporkan ke Komite PPI. Kemudian Komite PPI mengecek kebenarannya ke
tempat yang melaporkan. Setelah itu, atas persetujuan Direktur Rumah Sakit,
Komite
PPI membentuk Tim Pengendali KLB. Hasil investigasi Tim Pengendali KLB
selanjutnya dilaporkan pada Direktur Rumah Sakit Panti Wilasa “Dr.Cipto”
Semarang.
7/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO”
SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang
BAB IV
DOKUMENTASI
8/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO” SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang 9 / 8