Anda di halaman 1dari 10

KEPUTUSAN

DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG


NOMOR : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018

TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN OUTBREAK
DI RS. PANTI WILASA "Dr. CIPTO" SEMARANG

DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO” SEMARANG

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan


dengan mengutamakan keselamatan pasien, diperlukan
penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
berkualitas;
b. bahwa Keputusan Direktur RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto” nomor :
049/RSPWDC/SK.01/1/2018 tentang penetapan kebijakan
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI) perlu untuk di uraikan
dalam panduan outbreak guna meningkatkan mutu pelaksanaan
pencegahan dan pengendailian infeksi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a
dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Panti Wilasa “Dr. Cipto”;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman PPI di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
270/Menkes/SK/II/2007 tentang Buku Pedoman PPI;
6. Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia no 27 tahun
2017 tentang Pedoman Pencegahan dan pengendalian Infeksi di
Fasilitas pelayanan Kesehatan
7. Anggaran Dasar Yakkum berdasarkan Akta Notaris Nomor: 6
tanggal 1 Februari 1950 Notaris Tan A Sioe, dengan perubahan
terakhir berdasar Akta Notaris Nomor : 1 tanggal 2 Februari 2005
Notaris E. Ratna Widaja, SH. Notaris di Surakarta (Tambahan
Berita Negara R.I. tanggal 17 /2-2006 No. 14), dan Akta Noratis
Nomor : 06 Tanggal 11 Juli 2016 Notaris Asih Sari Dewanti SH.
Notaris di Surakarta yang telah terdaftar di Kementerian Hukum
dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU-
AH.01.06- 00341 tanggal 22 Juli 2016 dan Nomor : AHU-AH.01.06-
0002017 tanggal 06 April 2017;
8. Surat Keputusan Pengurus Yakkum nomor: 2295-
Ps/PUK.RSPWDC / I / 2014 tentang pengangkatan dr. Daniel Budi
Wibowo, M.Kes sebagai Direktur RS. Panti Wilasa ”Dr. Cipto”
periode 2014 – 2019;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”


SEMARANG NOMOR: 230/RSPWDC/SK.01/II/2018 TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN OUTBREAK DI RS. PANTI WILASA
"Dr. CIPTO" SEMARANG;

Pertama : Memberlakukan Keputusan Direktur RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto” Semarang
Nomor: 230/RSPWDC/SK.01/II/2018 Tentang Pemberlakuan
Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang;

Kedua : Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang yang dimaksud
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini;

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa
segala sesuatunya akan ditinjau lagi dan diperbaiki kembali
sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini;

Ditetapkan di : Semarang
pada tanggal : 2 Pebruari 2018
Direktur,

dr. Daniel Budi Wibowo, M.Kes


LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS.
PANTI WILASA “Dr.CIPTO” SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................
1 BAB I
DEFINISI........................................................................................................... 2 BAB
II RUANG LINGKUP .......................................................................................... 3
BAB III TATA LAKSANA............................................................................................
4 BAB IV
DOKUMENTASI............................................................................................. 8
1/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO”
SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang

BAB I
DEFINISI

Kondisi rentan KLB adalah kondisi masyarakat, lingkungan-perilaku, dan


penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan faktor risiko terjadinya
KLB. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu.

2/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO”
SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang

BAB II
RUANG LINGKUP

Kejadian luar biasa adalah adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu. Dapat juga bermakna kejadian infeksi yang meningkat diluar
keadaan biasa dalam suatu periode pada kelompok orang / pasien tertentu.

Dikatakan Kejadian Luar Biasa apabila :


1. Terjadi peningkatan jumlah atau virulensi dari penyebab.
2. Adanya penyebab baru yang sebelumnya tidak pernah ada. 3. Terjadi
peningkatan kecepatan penularan penyakit sehingga kelompok populasi rentan
yang terekspos jauh lebih banyak.
4. Terjadi peningkatan kerentanan terhadap penyebab

KLB dapat terjadi melalui penyebaran secara kontak, udara (droplet atau airborne),
maupun benda perantara (common source vehicle).
Penyebab KLB antara lain :
1. Produk tercemar
KLB disebabkan karena tercemarnya produk atau peralatan yang digunakan
oleh pasien. Produk yang dapat tercemar antara lain cairan infus, produk
transfusi, cairan dialisis, yang merupakan produk yang langsung masuk ke
pembuluh darah, maupun produk sewaktu pemakaian, misalnya disinfektan,
susu bayi.

2. Peralatan tercemar
Tercemarnya peralatan dapat disebabkan pencucian dan tindakan disinfeksi
tidak benar, mesin pencuci automatik tidak bekerja dengan baik dan
penanganan peralatan steril yang tidak benar.
3. Prosedur yang tidak benar
− Tindakan endoskopi, hemodialisis, peritoneal dialisis
− Tindakan operasi : antiseptik tercemar, peralatan, melalui tangan petugas 4.
Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan merupakan carrier S.aureus, Streptococcus
hemolitik grup A, Candida, Hepatitis B/C, HIV dan menularan penyakitnya
pada pasien.
5. Lingkungan
Lingkungan yang seringkali menjadi sumber pencemaran penyakit pada KLB
adalah air dan tanah. Pada air yang tercemar dapat ditemukan bakteri
Pseudomonas, Acinetobacter, Mycobacteria other than TB (MOTT) dan
Legionella. Sedangkan organisme yang seringkali didapatkan pada tanah
adalah Aspergillus sp.

3/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO”
SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang
BAB III
TATA LAKSANA

Bila didapatkan Kejadian Luar Biasa maka Rumah Sakit segera membentuk Tim
Pengendali KLB. Tim Pengendali ini diketuai oleh dokter yang ditunjuk Rumah Sakit
Panti Wilasa “Dr.Cipto” Semarang dan beranggotakan :
∙ Komite PPI Rumah Sakit Panti Wilasa “Dr.Cipto” Semarang ∙
Infection Prevention and Control Nurse dan Link Nurse
∙ Direktur Pelayanan
∙ Komite Medik
∙ Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien
∙ Dokter Penanggung Jawab Pasien
∙ Dokter Spesialis Patologi Klinik
∙ Kepala Bidang Keperawatan

Tim Pengendali KLB ini bertugas untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi kasus.
Sehingga tim bisa segera mengambil keputusan berdasarkan pengamatan kasus
per kasus sebelum terjadi KLB (angka pra KLB) dan besar angka kejadian di atas
nilai angka endemik (angka kejadian KLB). Tujuannya adalah untuk mencegah,
mengatasi dan mengendalikan KLB sehingga KLB tidak terjadi lagi di masa yang
akan datang.
Langkah-langkah penanganan KLB adalah :
A. INVESTIGASI
Tujuan dilaksanakannya investigasi :
− Menjelaskan situasi KLB dan penemuan kasus
− Menetapkan penyebab termungkin, sumber penularan, cara penyebaran −
Memutus rantai penyebaran
− Mencegah terulangnya kejadian serupa

Sebelum dilakukan investigasi, Komite PPI dan para ahli mempersiapkan


bahan literatur, konsultasi dengan tim ahli terkait, menganalisa masalah,
konsultasi dengan bagian laboratorium untuk jenis spesimen dan biaya, serta
menyiapkan peralatan kesekretariatan yang diperlukan (komputer, kamera,
dll).

Investigasi KLB meliputi :


1. Diagnosa yang jelas
Memastikan bahwa diagnosa ditegakkan dengan benar secara klinis dan
laboratoris (jika memungkinkan) atau diagnosa ditegakkan berdasarkan
kriteria standart untuk definisi kasus yang dipakai. Untuk menegakkan
diagnosa ini diperlukan pengumpulan informasi yang detail mengenai
gejala klinis dan kriteria diagnostik serta konsultasi dengan dokter
penanggung jawab pasien untuk mempertegas penegakan diagnosa
klinis. Dikonfirmasi apakah benar terjadi infeksi dengan menilai kembali
gejala klinik dan hasil kultur dari laboratorium. Periksa kembali dengan
petugas laboratorium penyebab terjadi peningkatan infeksi untuk

4/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO”
SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang

memastikan diagnosa dan tidak terjadi kesalahan di laboratorium. Selain


itu dilakukan anamnesa penderita mengenai etiologi, transmisi dan
penyakit lain yang hampir mirip.

2. Konfirmasi terjadi KLB


Setelah diagnosa tegak, dilakukan konfirmasi ulang terjadinya KLB.
Apakah kejadian ini dianggap sebagai masalah, dengan membandingkan
kasus yang yang diamati dengan kasus yang terjadi infeksi/KLB, dari
data surveilans, laboratorium, rekam medik RS, angka kematian dan
angka kesakitan.

Pada KLB didapatkan peningkatan jumlah kasus/insidens suatu


penyakit. Angka ini didapatkan dengan cara membandingkan
kasus/insidens dengan jumlah kasus/insidens pada minggu, bulan atau
beberapa tahun sebelumnya dalam periode waktu yang sama. Harus
selalu diingat bahwa peningkatan jumlah kasus insidens dibandingkan
periode waktu sebelumnya belum tentu merupakan suatu KLB. Selain
karena KLB peningkatan seperti ini dapat disebabkan antara lain :
− Perubahan sistem pelaporan, definisi kasus.
− Peningkatan kualitas pelayanan yang menyebabkan masyarakat lebih
antusias untuk berobat.
− Peningkatan kualitas diagnosa penyakit.

3. Definisi Kasus
Kasus yang ditentukan sebagai KLB dinilai kriteria diagnosanya baik
secara klinis maupun dengan menilai hasil pemeriksaan
laboratoriumnya. Setelah itu ditentukan klasifikasi individu yang
menderita infeksi. sebaiknya dilakukan perbandingan Sensitivitas dan
Spesifisitas terhadap kultur kuman dan melakukan isolasi setiap sumber
yang diduga menyebabkan infeksi 🡪 cairan, alat medis.
Persyaratan definisi kasus :
− Kriteria klinis
− Bedakan menurut waktu , tempat, orang
− Data laboratorium
− Terapkan secara konsisten dan tanpa bias terhadap seluruh kasus
yang diteliti
− Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap individu dengan faktor risiko
misal dokter, perawat , petugas kebersihan, keluarga pasien.

4. Epidemiologi Deskriptif
Tentukan informasi yang dikumpulkan pada tiap kasus :
1) Identifikasi Informasi :
− Ulang rekam medik jika timbul pertanyaan
− Hasil laboratorium
− Periksa untuk ada tidak duplikasi data

5/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO”
SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang

− Buat pemetaan lokasi tempat terjadi KLB


2) Demografi :
Tentukan karakteristik orang / petugas untuk populasi definitif yang
beresiko
Informasi ini didapatkan dari :
1) Penemuan klinis
- Definisi kasus jelas
- Waktu terjadinya kasus
- Data suplemen (kematian)
2) Informasi faktor resiko : dapat digunakan untuk penyakit spesifik
yang masih dalam pertanyaan
3) Informasi pelapor : identitas pembuat laporan

5. Membuat Hipotesa
Dalam membuat hipotesa, harus diketahui mengenai karakteristik
penyakit. Apa penyebabnya, bagaimana transmisinya, apa reservoirnya
dan faktor resiko apa yang menyebabkan timbulnya penyakit. Hal-hal
tersebut harus ditanyakan pada pasien dan staff rumah sakit dan
kemudian gunakan epidemiologi deskriptif sebagai dasar pembuatan
hipotesa.
6. Uji Hipotesa
7. Pengawasan sumber penularan
8. Menyempurnakan Hipotesa
9. Membuat dan mendistribusi laporan KLB

B. KOMUNIKASI
Saat KLB berlangsung dilakukan komunikasi mengenai terjadinya KLB dengan
prosedur :
1. Melaporkan kepada Direktur RS
2. Konsultasikan kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien 3.
Bila KLB bertambah banyak , lapor ke Dinas Kesehatan
4. Mengadakan pertemuan dengan media elektronik, jika perlu

C. MANAJEMEN
Tindakan pencegahan dan penanggulangan KLB harus dilaksanakan sedini
mungkin sebenarnya pada saat diagnosa telah diverifikasi. Dengan
mengetahui diagnosa suatu penyakit, tindakan pengobatan sudah
dilaksanakan segera. Hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan anggaran perlu
dibicarakan dengan pihak manajemen Rumah Sakit.

D. PENGAWASAN
Pada proses pengawasan, Panitia PPI mengatur mengenai hal-hal sebagai
berikut :
1. Implementasikan peraturan mengenai isolasi
2. Memberikan Imunisasi jika diperlukan
3. Memberikan antibiotik profilaksis jika dibutuhkan

6/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO”
SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang

4. Definisikan indikasi rawat dan dirujuk


5. Definisikan pertemuan dengan anggota
6. Evaluasi pengawasan

E. KLB BERAKHIR
Pada saat KLB berakhir, Komite PPI segera mengumumkan bahwa KLB telah
berakhir secepatnya. Kemudian Komite PPI membuat laporan lengkap KLB
kepada Direktur Rumah Sakit Panti Wilasa “Dr.Cipto” Semarang.
PENANGANAN OUT BREAK

DIREKTUR RUMAH SAKIT

TIM PENGENDALI/PENANGANAN
KLB

KOMITE PPI

INFECTION PREVENTION AND


CONTROL NURSE /
IPCN

KETERANGAN :
Petugas Pelaksana / ICN keliling ruangan setiap hari untuk memonitor pada pasien
yang dilakukan tindakan invansif, sehingga Komite PPI bisa mengetahui kejadian
infeksi atau KLB secara dini. Selanjutnya bila terjadi out break petugas pelaksana/
ICN melaporkan ke Komite PPI. Kemudian Komite PPI mengecek kebenarannya ke
tempat yang melaporkan. Setelah itu, atas persetujuan Direktur Rumah Sakit,
Komite
PPI membentuk Tim Pengendali KLB. Hasil investigasi Tim Pengendali KLB
selanjutnya dilaporkan pada Direktur Rumah Sakit Panti Wilasa “Dr.Cipto”
Semarang.

7/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO”
SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang

BAB IV
DOKUMENTASI

Laporan penanganan KLB apabila terjadi kasus kejadian luar biasa


Direktur,
RS. PANTI WILASA “Dr. CIPTO”

dr. Daniel Budi Wibowo, M.Kes

8/8
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WILASA “Dr.CIPTO” SEMARANG Nomor : 230/RSPWDC/SK.01/II/2018
Tanggal : 2 Februari 2018
Tentang : Pemberlakuan Panduan Outbreak Di RS. Panti Wilasa "Dr. Cipto" Semarang 9 / 8

Anda mungkin juga menyukai