Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia - Nya sehingga Panduan Kejadian Luar Biasa di Rumah Sakit Umum
Muslimat Ponorogo Edisi Revisi ini dapat diselesaikan.

Panduan Kejadian Luar Biasa edisi revisi ini disusun sebagai pedoman dalam
melaksanakan pelayanan Kejadian Luar Biasa oleh petugas di Rumah Sakit Umum Muslimat
Ponorogo.

Terima kasih yang sebesar – besarnya, kami haturkan kepada Direktur Rumah Sakit
Umum Muslimat Ponorogo yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam
pembuatan panduan ini, para pejabat struktural dan tenaga fungsional di lingkungan Rumah
Sakit Umum Muslimat Ponorogo yang telah memberikan masukan dalam proses penyusunan
panduan ini, serta seluruh staf di Rumah Sakit Umum Muslimat Ponorogo yang telah dan akan
berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan sampai proses monitoring dan
evaluasi panduan ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ponorogo, Oktober 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................................1
B. TUJUAN........................................................................................................................................2
2. Tujuan Khusus....................................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................................3
RUANGLINGKUP...................................................................................................................................3
BAB III......................................................................................................................................................5
KEBIJAKAN............................................................................................................................................5
Regulasi Rumah Sakit................................................................................................................................5
BAB IV......................................................................................................................................................7
TATALAKSANA.....................................................................................................................................7
A. PROSEDUR PENANGANAN DAN PENGENDALIAN KLB....................................................7
B. LANGKAH - LANGKAH PENGANAN KLB.............................................................................7
C. KLB BERAKHIR........................................................................................................................11
BAB V......................................................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular, keracunan makanan, keracunan
bahan berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat
menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar, menyerap anggaran
biaya yang besar dalam upaya penanggulangannya, berdampak pada sektor ekonomi,
pariwisata serta berpotensi menyebar luas lintas kabupaten/ kota, propinsi bahkan
internasional yang membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya. Diare, campak
dan demam berdarah dengue merupakan penyakit yang sering menimbulkan KLB
diIndonesia.

Beberapa jenis KLB mengalami penurunan seperti diare, campak dan malaria
tetapi beberapa jenis KLB penyakit lain justru semakin meningkat seperti demam
berdarah, keracunan makanan dan bahan berbahaya lainnya, serta munculnya KLB
penyakit baru seperti C o r o n a V i r u s D i s e a s , SARS, HFMD, Hepatitis E dan lain -
lain. Demikian juga beberapa penyakit yang sudah tidak dianggap sebagai masalah
masyarakat timbul kembali seperti KLB difteri, chikungunya, leptospirosis dan kolera.
KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kesakitan dan kematian yang
besar, yang juga berdampak pada pariwisata, ekonomi dan sosial. Kejadian KLB perlu
dideteksi secara dini dan diikuti tindakan yang cepat dan tepat, perlu diidentifikasi
adanya ancaman KLB beserta kondisi rentan yang membesar risiko terjadinya KLB agar
dapat dilakukan peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan
KLB, dan oleh karena itu perlu diatur dalam pedoman Sistem Kewaspadaan Dini
Kejadian Luar Biasa.

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.

1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu layanan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, yang dilaksanakan oleh semua dapartemen/ unit di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya meliputi kualitas pelayanan, manajemen
risiko, dan penangan Kejadian Luar Biasa (outbreak).

2. Tujuan Khusus
Menanggulangi dan mengendalikan KLB yang sedang terjadi. Mencegah
kemungkinan terjadinya KLB serupa di masa yang akan datang

2
BAB II
RUANGLINGKUP

A. PENGERTIAN

Kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu. Dapat juga bermakna kejadian infeksi yang meningkat diluar keadaan
biasa dalamsuatuperiodepadakelompok orang/ pasien tertentu.

Dikatakan Kejadian Luar Biasa apabila:

1. Terjadi peningkatan jumlah atau virulensi dari penyebab.


2. Adanya penyebab baru yang sebelumnya tidak pernahada.
3. Terjadi peningkatan kecepatan penularan penyakit sehingga kelompok
populasi rentan yang terekspos jauh lebih banyak.
4. Terjadi peningkatan kerentanan terhadap penyebab

KLB dapat terjadi melalui penyebaran secara kontak, udara (droplet atau
airborne), maupun benda perantara (common sourcevehicle).

Penyebab KLB antara lain:

1. Produk tercemar
KLB disebabkan karena tercemarnya produk atau peralatan yang digunakan oleh
pasien. Produk yang dapat tercemar antara lain cairan infus, produk transfusi, cairan
dialisis, yang merupakan produk yang langsung masuk ke pembuluh darah, maupun
produk sewaktu pemakaian, misalnya disinfektan, susu bayi.

2. Peralatan tercemar

Tercemarnya peralatan dapat disebabkan pencucian dan tindakan disinfeksi tidak


benar, mesin pencuci automatik tidak bekerja dengan baik dan penanganan peralatan
steril yang tidak benar.

3. Prosedur yang tidak benar

 Tindakan endoskopi, hemodialisis, peritonealdialisis


 Tindakan operasi: antiseptik tercemar, peralatan, melalui tangan petugas

3
4. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan merupakan carrier S.aureus, Streptococcus
hemolitik grupA, Candida, HepatitisB/C, HIV dan menularan penyakitnya pada pasien.

5. Lingkungan
Lingkungan yang seringkali menjadi sumber pencemaran penyakit pada KLB
adalah udara, air dan tanah. Pada air yang tercemar dapat ditemukan bakteri sepertin
Pseudomonas, Acinetobacter dan Legionella. Sedangkan organisme yang seringkali
didapatkan pada tanah adalah Aspergillussp. Sedangkan baru baru ini KLB banyak
disebabkan karena udara atau droplet atau airborne yakni Corona Virus 19.

4
BAB III
KEBIJAKAN

A. REGULASI NASIONAL
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya- Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Cetakan kedua ,2008

Regulasi Rumah Sakit


1. Setiap petugas dalam melaksanakan tugasnya selalu mengacu pada upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi
2. Kamar operasi secara berkala dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dan
dilakukan evaluasi dengan melakukan biakan kuman
3. Setiap tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan wajib melakukan pencegahan dan
pengendalian infeksi dengan melakukancuci tangan yang baik
4. Untuk mendukung upaya pencegahan dan pengendalian infeksi, sterilisasi dilakukan
dengan cara yang baik dan benar dan dilakukan evaluasi dengan melakukan biakan
kuman secara berkala
5. Untuk mendukung upaya pencegahan dan pengendalian infeksi harus diciptakan
lingkungan dan sanitasi Rumah Sakit Umum Muslimat Ponorogo yang memenuhi syarat
6. Untuk mempertahankan pemahaman terhadap upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi bagi setiap petugas di Rumah Sakit Umum Muslimat dilakukan
pelatihanPencegahanDan Pengendalian Infeksi secara berkala
7. Penggunaan antibiotik kepada pasien harus berdasarkan indikasi yang tepat dan
berdasarkan pada penggunaan obat yang rasional
8. Dilakukan pemantauan berkala terhadap kuman di udara, sumber air, hasil sterilisasi dan
pemantauan hasil pengolahan limbah cair
9. Untuk mendukung upaya pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap transmisi kuman,
maka etika batuk harus dilakukan dengan cara yang baik dan benar
10. Sumber air wajib diperiksa secara berkala tentang baku mutunya
11. Semua tenaga kesehatan di Rumah Sakit Muslimat Ponorogo wajib mengedepankan
“selfprotection” dan “patientsafety” secara seimbang dan disiplin.

5
12. Untuk mendukung upaya pencegahan dan pengendalian infeksi pembuangan limbah
harus dilaksanakan secara tertib dan disiplin sesuai peraturan yang berlaku

13. Setiap pajanan terhadap benda tajam dan jarum maupun cairan tubuh pasien kepada
petugas didokumentasikan untuk dievaluasi

14. Sebagai pengawasan terhadap batas kadaluarsa obat dan alat kesehatan maka dalam
penyimpanannya dicantumkan tanggal kadaluarsa

15. Alat kesehatan “singleuse” yang memungkinkan dapat dilakukan “reuse” dengan tetap
memperhatikan sterilitas dan fungsi alat

16. Kamar Jenazah Rumah Sakit Umum Muslimat Ponorogo hanya menyediakan pelayanan
transisi selama kurang dari 24 jam dengan tetap memperhatikan upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi

6
BAB IV
TATALAKSANA

A. PROSEDUR PENANGANAN DAN PENGENDALIAN KLB

Bila didapatkan Kejadian Luar Biasa maka Rumah Sakit segera membentuk Tim
Pengendali KLB. Tim Pengendali ini diketuai oleh Infection Prevention and Control
Officer Rumah Sakit Umum Muslimat Ponorogo dan beranggotakan:

 Tim PPI RSU Muslimat


 Infection Preventionand Control Nurse dan Link Nurse
 Wakil Direktur Pelayanan Medik
 Komite Medik
 Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien
 Dokter Penanggung Jawab Pasien
 Dokter Spesialis Patologi Klinik
 Manager Keperawatan
Tim Pengendali KLB ini bertugas untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
kasus. Sehingga tim bisa segera mengambil keputusan berdasarkan pengamatan kasus
per kasus sebelum terjadi KLB (angka pra KLB) dan besar angka kejadian di atas nilai
angka endemik (angkakejadian KLB). Tujuannya adalah untuk mencegah, mengatasi dan
mengendalikan KLB sehingga KLB tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
B. LANGKAH – LANGKAH PENANGANAN KLB
1. INVESTIGASI
Tujuan dilaksanakannya investigasi:
 Menjelaskan situasi KLB dan penemuankasus
 Menetapkan penyebab termungkin, sumber penularan, cara penyebaran
 Memutus rantai penyebaran
 Mencegah terulangnya kejadian serupa
Sebelum dilakukan investigasi, Tim PPI dan para ahli mempersiapkan bahan
literatur, konsultasi dengan tim ahli terkait, menganalisa masalah, konsultasi dengan
bagian laboratorium untuk jenis spesimen dan biaya, serta menyiapkan peralatan
kesekretariatan yang diperlukan (komputer, kamera, dll).

Investigasi KLB meliputi:


7
1. Diagnosa yang jelas
Memastikan bahwa diagnosa ditegakkan dengan benar secara klinis dan
laboratoris (jika memungkinkan) atau diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria standart
untuk definisi kasus yang dipakai. Untuk menegakkan diagnosa ini diperlukan
pengumpulan informasi yang detail mengenai gejala klinis dan kriteria diagnostik serta
konsultasi dengan dokter penanggung jawab pasien untuk mempertegas penegakan
diagnosa klinis. Dikonfirmasi apakah benar terjadi infeksi dengan menilai kembali gejala
klinik dan hasil kultur dari laboratorium. Periksa kembali dengan petugas laboratorium
penyebab terjadi peningkatan infeksi untuk memastikan diagnosa dan tidak
terjadikesalahan di laboratorium. Selain itu dilakukan anamnesa penderita mengenai
etiologi, transmisidan penyakit lain yang hampir mirip.

2. Konfirmasi terjadi KLB


Setelah diagnosa tegak, dilakukan konfirmasi ulang terjadinya KLB. Apakah
kejadian ini dianggap sebagai masalah, dengan membandingkan kasus yang diamati
dengan kasus yang terjadi infeksi/ KLB, dari data surveilans, laboratorium, rekam medic
RS, angka kematian dan angka kesakitan.

Pada KLB didapatkan peningkatan jumlah kasus/ insidens suatu penyakit. Angka
ini didapatkan dengan cara membandingkan kasus/ insidens dengan jumlah kasus/
insidens pada minggu, bulan atau beberapa tahun sebelumnya dalam periode waktu yang
sama. Harus selalu diingat bahwa peningkatan jumlah kasus insidens dibandingkan
periode waktu sebelumnya belum tentu merupakan suatu KLB. Selain karena KLB
peningkatan seperti ini dapat disebabkan antara lain:

- Perubahan system pelaporan, definisi kasus.

- Peningkatan kualitas pelayanan yang menyebabkan masyarakat lebih antusias untuk


berobat.

- Peningkatan kualitas diagnose penyakit.

8
3. Definisi Kasus
Kasus yang ditentukan sebagai KLB dinilai kriteria diagnosanya baik secara
klinis maupun dengan menilai hasil pemeriksaan laboratoriumnya. Setelah itu ditentukan
klasifikasi individu yang menderita infeksi.sebaiknya dilakukan perbandingan
sensitivitas dan spesifisitas terhadap kultur kuman dan melakukan isolasi setiap sumber
yang diduga menyebabkan infeksi cairan, alat medis.

Persyaratan definisi kasus:

- Kriteria klinis
- Bedakan menurut waktu, tempat, orang
- Data laboratorium
- Terapkan secara konsisten dan tanpa bias terhadap seluruh kasus yang diteliti
- Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap individu dengan faktor risiko missal dokter,
perawat, petugas kebersihan, keluarga pasien.

4. Epidemiologi Deskriptif
Tentukan informasi yang dikumpulkan pada tiap kasus:

1) Identifikasi Informasi:
- Ulang rekam medic jika timbul pertanyaan
- Hasil laboratorium
- Periksa untuk ada tidak duplikasi data
- Buat pemetaan lokasi tempat terjadi KLB
2) Demografi:
Tentukan karakteristik orang/ petugas untuk populasi definitif yang beresiko. Informasi ini

didapatkan dari :

1) Penemuan klinis
- Definisi kasus jelas
- Waktu terjadinya kasus
- Data suplemen (kematian)
2) Informasi faktor resiko: dapat digunakan untuk penyakit spesifik yang masih dalam
pertanyaan
3) Informasi pelapor: identitas pembuat laporan

9
5. Membuat Hipotesa
Dalam membuat hipotesa, harus diketahui mengenai karakteristik penyakit. Apa
penyebabnya, bagaimana transmisinya, apa reservoirnya dan faktor resiko apa yang
menyebabkan timbulnya penyakit. Hal - hal tersebut harus ditanyakan pada pasien dan
staff rumah sakit dan kemudian gunakan epidemiologi deskriptif sebagai dasar
pembuatan hipotesa.

6. Uji Hipotesa
7. Pengawasan sumber penularan
8. Menyempurnakan Hipotesa
9. Membuat dan mendistribusi laporan KLB

2. KOMUNIKASI
Saat KLB berlangsung dilakukan komunikasi mengenai terjadinya KLB dengan
prosedur:

1. Melaporkan kepada Direktur RS


2. Konsultasikan kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien
3. Bila KLB bertambah banyak, lapor ke Dinas Kesehatan
4. Mengadakan pertemuan dengan media elektronik, jika perlu

3. MANAJEMEN
Tindakan pencegahan dan penanggulangan KLB harus dilaksanakan sedini
mungkin sebenarnya pada saat diagnosa telah diverifikasi. Dengan mengetahui diagnosa
suatu penyakit, tindakan pengobatan sudah dilaksanakan segera. Hal - hal yang berkaitan
dengan kebijakan anggaran perlu dibicarakan dengan pihak manajemen Rumah Sakit.
4. PENGAWASAN
Pada proses pengawasan,Panitia PPI mengatur mengenai hal – hal sebagai
berikut:
1. Implementasikan peraturan mengenai isolasi
2. Memberikan Imunisasi jika diperlukan
3. Memberikan antibiotic profilaksis jika dibutuhkan
4. Definisikan indikasi rawat dan dirujuk
5. Definisikan pertemuan dengan anggota
6. Evaluasi pengawasan
10
C. KLB BERAKHIR
Pada saat KLB berakhir, Panitia PPI segera mengumumkan bahwa KLB telah
berakhir secepatnya. Kemudian Panitia PPI membuat laporan lengkap KLB kepada
Direktur Rumah Sakit Umum Muslimat Ponorogo.

PENANGANAN OUTBREAK

DIREKTUR RUMAH SAKIT

TIMPENGENDALI/PENANGANANKLB

PANITIAPPI

INFECTION PREVENTION AND CONTROL


NURSE /IPCN

KETERANGAN:

Petugas Pelaksana/ IPCN keliling ruangan setiap hari untuk memonitor pada pasien yang
dilakukan tindakan invansif, sehingga Panitia PPI bias mengetahui kejadian infeksi atau KLB
secara dini. Selanjutnya bila terjadi outbreak petugas pelaksana/ IPCN melaporkan ke Panitia
PPI. Kemudian Panitia PPI mengecek kebenarannya ke tempat yang melaporkan.
Setelah itu, atas persetujuan Direktur Rumah Sakit, Panitia PPI membentuk Tim Pengendali
KLB. Hasil investigasi Tim Pengendali KLP selanjutnya dilaporkan pada Direktur Rumah Sakit
Umum Muslimat Ponorogo.

11
BAB V
PENUTUP

Panduan penanganan dan pengendalian kejadian luar biasa (KLB) sangat penting
untuk meningkatkan kewaspadaan setiap pekerja rumah sakit agar selalu terhindar dari
infeksi - infeksi yang mungkin terjadi. Diharapkan agar buku ini menjadi acuan bagi
pihak manajemen dan setiap petugas dalam meningkatkan penanganan dan pengendalian
kejadian luar biasa dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit
Umum Muslimat Ponorogo.

12

Anda mungkin juga menyukai