Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia - Nya sehingga Panduan Kejadian Luar Biasa di Rumah Sakit Umum
Muslimat Ponorogo Edisi Revisi ini dapat diselesaikan.
Panduan Kejadian Luar Biasa edisi revisi ini disusun sebagai pedoman dalam
melaksanakan pelayanan Kejadian Luar Biasa oleh petugas di Rumah Sakit Umum Muslimat
Ponorogo.
Terima kasih yang sebesar – besarnya, kami haturkan kepada Direktur Rumah Sakit
Umum Muslimat Ponorogo yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam
pembuatan panduan ini, para pejabat struktural dan tenaga fungsional di lingkungan Rumah
Sakit Umum Muslimat Ponorogo yang telah memberikan masukan dalam proses penyusunan
panduan ini, serta seluruh staf di Rumah Sakit Umum Muslimat Ponorogo yang telah dan akan
berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan sampai proses monitoring dan
evaluasi panduan ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................................1
B. TUJUAN........................................................................................................................................2
2. Tujuan Khusus....................................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................................3
RUANGLINGKUP...................................................................................................................................3
BAB III......................................................................................................................................................5
KEBIJAKAN............................................................................................................................................5
Regulasi Rumah Sakit................................................................................................................................5
BAB IV......................................................................................................................................................7
TATALAKSANA.....................................................................................................................................7
A. PROSEDUR PENANGANAN DAN PENGENDALIAN KLB....................................................7
B. LANGKAH - LANGKAH PENGANAN KLB.............................................................................7
C. KLB BERAKHIR........................................................................................................................11
BAB V......................................................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular, keracunan makanan, keracunan
bahan berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat
menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar, menyerap anggaran
biaya yang besar dalam upaya penanggulangannya, berdampak pada sektor ekonomi,
pariwisata serta berpotensi menyebar luas lintas kabupaten/ kota, propinsi bahkan
internasional yang membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya. Diare, campak
dan demam berdarah dengue merupakan penyakit yang sering menimbulkan KLB
diIndonesia.
Beberapa jenis KLB mengalami penurunan seperti diare, campak dan malaria
tetapi beberapa jenis KLB penyakit lain justru semakin meningkat seperti demam
berdarah, keracunan makanan dan bahan berbahaya lainnya, serta munculnya KLB
penyakit baru seperti C o r o n a V i r u s D i s e a s , SARS, HFMD, Hepatitis E dan lain -
lain. Demikian juga beberapa penyakit yang sudah tidak dianggap sebagai masalah
masyarakat timbul kembali seperti KLB difteri, chikungunya, leptospirosis dan kolera.
KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kesakitan dan kematian yang
besar, yang juga berdampak pada pariwisata, ekonomi dan sosial. Kejadian KLB perlu
dideteksi secara dini dan diikuti tindakan yang cepat dan tepat, perlu diidentifikasi
adanya ancaman KLB beserta kondisi rentan yang membesar risiko terjadinya KLB agar
dapat dilakukan peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan
KLB, dan oleh karena itu perlu diatur dalam pedoman Sistem Kewaspadaan Dini
Kejadian Luar Biasa.
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.
1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu layanan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, yang dilaksanakan oleh semua dapartemen/ unit di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya meliputi kualitas pelayanan, manajemen
risiko, dan penangan Kejadian Luar Biasa (outbreak).
2. Tujuan Khusus
Menanggulangi dan mengendalikan KLB yang sedang terjadi. Mencegah
kemungkinan terjadinya KLB serupa di masa yang akan datang
2
BAB II
RUANGLINGKUP
A. PENGERTIAN
Kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu. Dapat juga bermakna kejadian infeksi yang meningkat diluar keadaan
biasa dalamsuatuperiodepadakelompok orang/ pasien tertentu.
KLB dapat terjadi melalui penyebaran secara kontak, udara (droplet atau
airborne), maupun benda perantara (common sourcevehicle).
1. Produk tercemar
KLB disebabkan karena tercemarnya produk atau peralatan yang digunakan oleh
pasien. Produk yang dapat tercemar antara lain cairan infus, produk transfusi, cairan
dialisis, yang merupakan produk yang langsung masuk ke pembuluh darah, maupun
produk sewaktu pemakaian, misalnya disinfektan, susu bayi.
2. Peralatan tercemar
3
4. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan merupakan carrier S.aureus, Streptococcus
hemolitik grupA, Candida, HepatitisB/C, HIV dan menularan penyakitnya pada pasien.
5. Lingkungan
Lingkungan yang seringkali menjadi sumber pencemaran penyakit pada KLB
adalah udara, air dan tanah. Pada air yang tercemar dapat ditemukan bakteri sepertin
Pseudomonas, Acinetobacter dan Legionella. Sedangkan organisme yang seringkali
didapatkan pada tanah adalah Aspergillussp. Sedangkan baru baru ini KLB banyak
disebabkan karena udara atau droplet atau airborne yakni Corona Virus 19.
4
BAB III
KEBIJAKAN
A. REGULASI NASIONAL
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya- Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Cetakan kedua ,2008
5
12. Untuk mendukung upaya pencegahan dan pengendalian infeksi pembuangan limbah
harus dilaksanakan secara tertib dan disiplin sesuai peraturan yang berlaku
13. Setiap pajanan terhadap benda tajam dan jarum maupun cairan tubuh pasien kepada
petugas didokumentasikan untuk dievaluasi
14. Sebagai pengawasan terhadap batas kadaluarsa obat dan alat kesehatan maka dalam
penyimpanannya dicantumkan tanggal kadaluarsa
15. Alat kesehatan “singleuse” yang memungkinkan dapat dilakukan “reuse” dengan tetap
memperhatikan sterilitas dan fungsi alat
16. Kamar Jenazah Rumah Sakit Umum Muslimat Ponorogo hanya menyediakan pelayanan
transisi selama kurang dari 24 jam dengan tetap memperhatikan upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi
6
BAB IV
TATALAKSANA
Bila didapatkan Kejadian Luar Biasa maka Rumah Sakit segera membentuk Tim
Pengendali KLB. Tim Pengendali ini diketuai oleh Infection Prevention and Control
Officer Rumah Sakit Umum Muslimat Ponorogo dan beranggotakan:
Pada KLB didapatkan peningkatan jumlah kasus/ insidens suatu penyakit. Angka
ini didapatkan dengan cara membandingkan kasus/ insidens dengan jumlah kasus/
insidens pada minggu, bulan atau beberapa tahun sebelumnya dalam periode waktu yang
sama. Harus selalu diingat bahwa peningkatan jumlah kasus insidens dibandingkan
periode waktu sebelumnya belum tentu merupakan suatu KLB. Selain karena KLB
peningkatan seperti ini dapat disebabkan antara lain:
8
3. Definisi Kasus
Kasus yang ditentukan sebagai KLB dinilai kriteria diagnosanya baik secara
klinis maupun dengan menilai hasil pemeriksaan laboratoriumnya. Setelah itu ditentukan
klasifikasi individu yang menderita infeksi.sebaiknya dilakukan perbandingan
sensitivitas dan spesifisitas terhadap kultur kuman dan melakukan isolasi setiap sumber
yang diduga menyebabkan infeksi cairan, alat medis.
- Kriteria klinis
- Bedakan menurut waktu, tempat, orang
- Data laboratorium
- Terapkan secara konsisten dan tanpa bias terhadap seluruh kasus yang diteliti
- Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap individu dengan faktor risiko missal dokter,
perawat, petugas kebersihan, keluarga pasien.
4. Epidemiologi Deskriptif
Tentukan informasi yang dikumpulkan pada tiap kasus:
1) Identifikasi Informasi:
- Ulang rekam medic jika timbul pertanyaan
- Hasil laboratorium
- Periksa untuk ada tidak duplikasi data
- Buat pemetaan lokasi tempat terjadi KLB
2) Demografi:
Tentukan karakteristik orang/ petugas untuk populasi definitif yang beresiko. Informasi ini
didapatkan dari :
1) Penemuan klinis
- Definisi kasus jelas
- Waktu terjadinya kasus
- Data suplemen (kematian)
2) Informasi faktor resiko: dapat digunakan untuk penyakit spesifik yang masih dalam
pertanyaan
3) Informasi pelapor: identitas pembuat laporan
9
5. Membuat Hipotesa
Dalam membuat hipotesa, harus diketahui mengenai karakteristik penyakit. Apa
penyebabnya, bagaimana transmisinya, apa reservoirnya dan faktor resiko apa yang
menyebabkan timbulnya penyakit. Hal - hal tersebut harus ditanyakan pada pasien dan
staff rumah sakit dan kemudian gunakan epidemiologi deskriptif sebagai dasar
pembuatan hipotesa.
6. Uji Hipotesa
7. Pengawasan sumber penularan
8. Menyempurnakan Hipotesa
9. Membuat dan mendistribusi laporan KLB
2. KOMUNIKASI
Saat KLB berlangsung dilakukan komunikasi mengenai terjadinya KLB dengan
prosedur:
3. MANAJEMEN
Tindakan pencegahan dan penanggulangan KLB harus dilaksanakan sedini
mungkin sebenarnya pada saat diagnosa telah diverifikasi. Dengan mengetahui diagnosa
suatu penyakit, tindakan pengobatan sudah dilaksanakan segera. Hal - hal yang berkaitan
dengan kebijakan anggaran perlu dibicarakan dengan pihak manajemen Rumah Sakit.
4. PENGAWASAN
Pada proses pengawasan,Panitia PPI mengatur mengenai hal – hal sebagai
berikut:
1. Implementasikan peraturan mengenai isolasi
2. Memberikan Imunisasi jika diperlukan
3. Memberikan antibiotic profilaksis jika dibutuhkan
4. Definisikan indikasi rawat dan dirujuk
5. Definisikan pertemuan dengan anggota
6. Evaluasi pengawasan
10
C. KLB BERAKHIR
Pada saat KLB berakhir, Panitia PPI segera mengumumkan bahwa KLB telah
berakhir secepatnya. Kemudian Panitia PPI membuat laporan lengkap KLB kepada
Direktur Rumah Sakit Umum Muslimat Ponorogo.
PENANGANAN OUTBREAK
TIMPENGENDALI/PENANGANANKLB
PANITIAPPI
KETERANGAN:
Petugas Pelaksana/ IPCN keliling ruangan setiap hari untuk memonitor pada pasien yang
dilakukan tindakan invansif, sehingga Panitia PPI bias mengetahui kejadian infeksi atau KLB
secara dini. Selanjutnya bila terjadi outbreak petugas pelaksana/ IPCN melaporkan ke Panitia
PPI. Kemudian Panitia PPI mengecek kebenarannya ke tempat yang melaporkan.
Setelah itu, atas persetujuan Direktur Rumah Sakit, Panitia PPI membentuk Tim Pengendali
KLB. Hasil investigasi Tim Pengendali KLP selanjutnya dilaporkan pada Direktur Rumah Sakit
Umum Muslimat Ponorogo.
11
BAB V
PENUTUP
Panduan penanganan dan pengendalian kejadian luar biasa (KLB) sangat penting
untuk meningkatkan kewaspadaan setiap pekerja rumah sakit agar selalu terhindar dari
infeksi - infeksi yang mungkin terjadi. Diharapkan agar buku ini menjadi acuan bagi
pihak manajemen dan setiap petugas dalam meningkatkan penanganan dan pengendalian
kejadian luar biasa dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit
Umum Muslimat Ponorogo.
12