SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
ii
SURAT PERNYATAAN
disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir
sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan ini saya kutip dari hasil
karya orang lain telah dicantumkan dengan jelas sesuai norma, kaidah dan etika
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh dari isi skripsi ini bukan hasil
karya sendiri (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang
berlaku.
Gorontalo, Desember 2017
Yang membuat pernyataan
.
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh
RACHMAT KOERNIAWAN LIPUTO
841416175
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
Penguji :
v
LEMBAR PENGESAHAN
JURNAL
Oleh
Penguji :
vi
ABSTRAK
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
"Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin
Persembahan
Tiada doa yg lebih indah selain doa agar skripsi ini cepat selesai. Ku olah kata,
kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam bab sejumlah lima, jadilah
mahakarya, gelar sarjana kuterima, orangtua dan sanak saudara pun bahagia.
Semoga skripsi ini dapat menjadi jalan bagi orang lain untuk mencapai
kesuksesan.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan
Shift Kerja dengan Kejadian Sleep Paralysis pada Perawat di RSUD Toto Kabila
tidak lepas dari dukungan, bimbingan, percikan pemikiran, bantuan, nasehat serta
doa restu dari berbagai pihak. Penulis menyadari kontribusi yang telah mereka
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Syamsu Qamar Badu, M.Pd selaku Rektor Universitas
Negeri Gorontalo.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Mahludin H. Baruwadi, M.Pd selaku Wakil Rektor I
MH. selaku Wakil Rektor III Universitas Negeri Gorontalo.Bapak Prof. Dr.
Negeri Gorontalo.
3. Ibu Dr. Lintje Boekoesoe, M.Kes selaku Dekan Fakultas Olahraga dan
ix
sabar, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
4. Ibu Risna Podungge, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Dekan I Fakultas Olahraga
5. Ibu dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes., selaku Ketua Program Studi
Gorontalo.
Negeri Gorontalo.
7. Ns. Wirda Y. Dulahu, M.Kep, selaku Pembimbing II yang telah sabar, tulus,
x
9. Ns. Ramang Said Hasan, M.Kep, selaku Penguji II yang telah memberikan
skripsi ini.
10. Seluruh Bapak dan Ibu Staff Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan
kasih atas ilmu bermanfaat yang telah diberikan selama menjalani studi
11. Seluruh Ibu yang telah bersedia menjadi responden serta bersedia
13. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Ners B angkatan 2016 yang tidak dapat
14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah ikut
menyelesaikan studiku.
adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini
xii
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 37
4.2 Hasil Penelitian .............................................................................. 50
4.2.1 Karakteristik Responden ....................................................... 50
4.2.2 Analisis Bivariat ................................................................... 55
4.3 Pembahasan.................................................................................. 57
4.3.1 Shift Kerja Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango ................................................................................. 57
4.3.2 Kejadian Sleep Paralysis pada Perawat di RSUD Toto
Kabila Kabupaten Bone Bolango ......................................... 57
4.3.3 Hubungan Shift Kerja dengan Kejadian Sleep Paralysis
pada Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango ................................................................................. 59
4.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 65
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 65
5.2 Saran ............................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 66
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................. 32
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di RSUD Toto
Kabila Kabupaten Bone Bolango ................................................................ 51
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango ........................................................................... 51
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Ruangan di RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango ........................................................................... 52
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja di RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango ........................................................................... 53
Tabel 4.5 Distribusi Shift Kerja Kerja di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango ....................................................................................................... 40
Tabel 4.6 Distribusi Kejadian Sleep paralysis Pada Perawat Di RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango ........................................................................... 55
Tabel 4.7 Kejadian Sleep paralysis Berdasarkan R. Kerja Di RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango ........................................................................... 55
Tabel 4.8. Hubungan Sleep paralysis dengan Kejadian Sleep paralysis pada
Perawat Di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango ......................... 56
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang penting karena ketika tidur
tubuh akan mengalami relaksasi dan merupakan proses pemulihan tubuh dan energi.
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan tidak sadar yang menyebabkan reaksi
individu terhadap lingkungan sekitar menurun bahkan hilang (Wahid & Nurul, 2007).
Hal ini ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkatan kesadaran menurun, terdapat
tidur merupakan salah satu jenis penyakit yang cukup mengganggu dan sangat
mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Kurangnya durasi dan kualitas tidur saat malam
hari dapat membuat kelelahan saat bangun, merasa ngantuk, serta tidak konsentrasi di
Saat ini fenomena gangguan tidur yang menjadi perhatian yang serius adalah
sleep paralysis. Sharpless and Barber (2011) berdasarkan penelitian terhadap 36.000
sample didapatkan lebih dari 20% mengalami sleep paralysis dan meningkat pada
kelompok yang beresiko dengan angka kejadian hingga 28,3% pada pelajar, 31,9%
pada pasian psikiatrik dan 34,6% pada pasien dengan gangguan panik.
1
Fenomena tidur lumpuh atau sleep paralysis merupakan fenomena yang hampir
setiap manusia pernah mengalaminya. Setidaknya sekali atau dua kali dalam hidupnya
dan bisa terjadi pada siapa saja. Sleep paralysis alias tindihan ini memang bisa
berlangsung dalam hitungan detik hingga menit. Yang menarik, saat fenomena ini
terjadi kita sering mengalami halusinasi, seperti melihat sosok atau bayangan hitam di
sekitar tempat tidur. Tak heran, fenomena ini pun sering dikaitkan dengan hal mistis.
sleep onset (gypnagogic) atau selama terbangun di antara waktu malam dan pagi
menyebutkan dari 635 subjek, pada retang usia 18-26 tahun diperoleh kejadian 43%
dari seluruh total subjek mengalami sleep paralysis dengan 37,7% pad pria dan 51,4%
pada wanita pernah mengalami setidaknya satu episode serangan sleep paralysis.
Sementara itu Folkard, Condon & Herbert MRC, di Inggris (1986) melakukan
(12%) perawat yang disurvei mengaku pernah mengalami sleep paralysis. Persentase
17% pada pria dibandingkan pada wanita 12%.. Dalam laporan Sleep Review Mag
MS, RPSGT dan Paula G. Williams dalam jurnalnya didapatkan dari survei pada 64
perawat dengan masing – masing pembagian 32 perawat shift dan non shift didapatkan
2
persentase kejadian sleep paralysis mencapai 26,6 % atau 17 perawat diantaranya
paralysis pernah dilakukan oleh Riby Larasaty (2012) mendapatkan kejadian sleep
sleep paralysis akan dialami oleh seseorang pada saat yang bersangkutan tidur
telentang. Selanjutnya fenomena ini lebih sering terjadi pada mereka yang mengalami
kelelahan yang berlebihan serta jadwal tidur yang terganggu seperti pada pekerja shift
sebagai suatu periode waktu yang dikerjakan oleh sekompok pekerja yang mulai
bekerja ketika kelompok yang lain selesai. Monk dan Folkard dalam Silaban dalam
Wijayanti (2005) mengkategorikan 3 jenis sistem shift kerja, yaitu shift permanen,
Sistem shift kerja sendiri dapat berbeda antara instansi atau perusahaan,
walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam kerja setiap
shift. Menurut periode shift kerja yang meliputi shift pagi, shift sore, dan shift malam.
Hal yang sama berlaku di instansi rumah sakit untuk petugas yang melaksanakan
pelayanan selama 24 jam sehingga pelayanan dibagi dalam tiga shift kerja. Dari
pembagian ketiga shift kerja tersebut kerja shift malam merupakan resiko lebih tinggi.
3
Menurut Mauritz (2008) pekerja shift malam memiliki resiko 28% lebih tinggi
mengalami cedera atau kecelakaan. Selain itu shift kerja malam dapat mengurangi
sosial dan keluarga, adanya faktor resiko pada saluran pencernaan, system syaraf,
jantung dan pembuluh darah serta terganggunya waktu tidur. Hal ini bisa menyebabkan
seseorang itu akan mengalami gangguan tidur. Dari hasil data penelitian setiap tahun
tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius (Primanda, 2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Alawiyyah (2009) di suatu rumah sakit
di Jakarta mendapatkan hasil bahwa perawat yang melakukan kerja secara shift
berjumlah 61%, dan yang kerja non shift berjumlah 39%. Selain itu Alawiyyah juga
mengatakan 61% perawat mengalami gangguan tidur baik kualitas maupun dalam hal
kuantitas. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di rumah
sakit melaksanakan sistem shift, dan perawat yang paling banyak mengalami gangguan
pola tidur adalah perawat yang melakukan kerja secara shift (Alawiyyah, 2009).
Peneliti tertarik mengangkat topik Sleep paralysis pada penelitian ini karena
melihat data dari beberapa perawat di rumah sakit. Peneliti telah melakukan survey
awal pada perawat yang bekerja di RSUD Toto Kabila pada beberapa shift kerja secara
random. Shift Pagi berjumlah 4 orang dan Shift Rotasi (Sore-Malam) berjumlah 4
orang. Didapatkan presentase 12,5% (n=1) pada shift pagi dan 37,% (n=3) shift rotasi
4
1.2 Identifikasi Masalah
1. Robert L. Lindsaey, MS, RPSGT dan Paula G. Williams melakukan survei pada
64 perawat dengan masing – masing pembagian 32 perawat shift dan non shift
3. Peneliti telah melakukan survey pada perawat beberapa shift kerja secara
sleep paralysis.
mengetahui hubungan shift kerja perawat dengan kejadian sleep paralysis pada perawat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan shift kerja dengan kejadian
sleep paralysis pada perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango\
5
1.4.2 Tujuan Khusus
bidang neurologi dan psikologi dengan tinjauan ilmu keperawatan khususnya dalam
a. Profesi Keperawatan
lebih berkualitas, selain itu penelitian yang disusun dapat digunakan untuk
paralysis.
b. Institusi Pendidikan
6
ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengembangkan lebih jauh
di Indonesia.
c. Peneliti
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kerja sebagai pemenuhan tuntutan customer. Pada saat ini sistem kerja shift
keuntungan dari segi ekonomi, dan sosial akan tetapi dapat juga berdampak
kerja shift adalah kelelahan umum atau general fatigue serta gangguan idur
terhadap penyakit.
disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-
17.00). Ciri khas tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja
khusus. Secara umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua
pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari
lebih operasional dengan menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift kerja
8
disebutkan sebagai pekerjaan yang secara permanen atau sering pada jam
perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Proporsi
pekerja shift semakin meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan oleh
memperoleh hasil yang lebih baik. Sebagai akibatnya pekerja juga harus
bekerja siang dan malam. Hal ini menimbulkan banyak masalah terutama
bagi tenaga kerja yang tidak atau kurang dapat menyesuaikan diri dengan
menganut sistem dua shif yaitu shift pagi dan shift siang, waktu kerja shift
pagi dan shift siang masing-masing selama 8 jam yang diatur sebagai berikut
yaitu shift pagi (pukul 09.00 s.d 17.00) dan shift siang (pukul 13.00 s.d
walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam
kerja setiap shift. Menurut William yang dikutip oleh Sri Ramayuli (2004)
9
1) Shift Permanen
Tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang-
orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan tidur pada siang hari.
2) Shift Rotasi
shift yang tetap. Shift rotasi adalah shift rotasi yang paling menggangu
dan hari libur memerlukan 4 regu kerja. Regu ini dikenal dengan regu
hari dan pada akhir shift diberikan libur 2 hari. Selain itu sistem 2-2-3
periode shift diberikan libur 2 hari. Siklus ini bergantian untuk stiap
10
Bagi seorang pekerja, shift kerja berarti berada pada lokasi kerja
yang sama, baik teratur pada saat yang sama (shift kerja kontinyu) atau
shift kerja yang berlainan (shift kerja rotasi). Shift kerja berbeda dengan
hari kerja biasa, dimana pada hari kerja biasa, pekerjaan dikerjakan
shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal
24 jam/hari. Alasan lain dari shift kerja adalah kebutuhan sosial akan
2) Pekerja yang cenderung punya penyakit di perut dan usus, serta yang
malam.
22.00, lebih baik diganti pada pukul 7.00 - 15.00 23.00 atau 8.00 -
16.00 - 24.00
11
5) Rotasi pendek lebih baik dari pada rotasi panjang dan harus
(continental pola).
berurutan
9) Tiap shift terdiri dari satu kali istirahat yang cukup untuk makan.
dan hubungan antara perawat dengan pasien, dokter, sejawat maupun diri
sakit yang bekerja secara shift. Shift kerja dirumah sakit yang ada di
12
indonesia secara umum terdiri dari tiga shift yaitu: shift pagi bekerja selama
7 jam mulai jam 7.00-14.00, shift sore bekerja 7 jam mulai jam 14.00-21.00,
dan shift malam bekerja 10 jam mulai 21.00-7.00. Dari keadaan tersebut
mengemukakan bahwa efek shift kerja yang dapat dirasakan antara lain:
1) Efek fisiologis
2) Efek psikososial
13
istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat beradaptasi aktif dalam
3) Efek kinerja
pemantauan.
cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam)
dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja. Tetapi tidak
kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak
14
2.1.2 Sleep paralysis
1. Konsep Tidur
sedikit sekali yang dapat diingat secara normal dapat dikatakan bahwa
Pengurangan ini sampai batas paling dasar dan akan tetap dalam batas ini
Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena
kondisi seseorang pada keadaan semula, dengan begitu, tubuh yang tadinya
maksimal, akibatnya orang yang kurang tidur akan cepat lelah dan
Tidur adalah suatu keadaan tidak sadar yang dialami seseorang dan
15
2. Fisiologis tidur
tiap individu memiliki siklus tidur yang berbeda. Menurut Perry dan Potter
(1997) menyatakan irama tidur termasuk dalam irama sirkadian atau irama
24 jam. Irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi fisiologis utama dan pola
dipengaruhi oleh cahaya, suhu, tingkat aktifitas, dan rutinitas. Setiap orang
memiliki siklus tidur yang berbeda. Beberapa orang dapat tertidur pada
pukul delapan malam, beberapa orang lainnya dapat tertidur pada pukul dua
pagi. Hal ini dipengaruhi oleh hal-hal yang disebutkan diatas. Rutinitas
3. Pengaturan Tidur
pusat otak yaitu SAR (System Activating Reticular) dan BSR (Bulbar
dibatang otak yang paling atas. SAR memiliki sel khusus yang
visual, pendengaran, nyeri dan taktil. Aktivitas korteks serebral seperti emosi
16
dan pikiran juga turut menstimulasi SAR. SAR memproduksi katekolamin
4. Tahapan Tidur
Proporsi REM dan NREM perubahan dengan usia. Bayi yang baru
lahir menghabiskan lebih banyak waktu dalam tidur REM daripada anak-
dari total waktu tidur dalam tidur REM, dan Sleep Onset REM Periodes (
a. Tahap NREM 1
untuk terbangun oleh stimulus sensori dan suara. Tahap ini akan
b. Tahap NREM 2
mulai menurun dan fungsi tubuh juga semakin menurun. Tahap ini
c. Tahap NREM 3
Tahap awal baru untuk tidur yang lebih dalam. Orang yang
sudah masuk dalam tahap ini akan sulit untuk terbangun dan jarang
17
bergerak. Otot-otot berada dalam keadaan relaksasi penuh. Tahap ini
d. Tahap NREM 4
masuk kedalam tahap ini akan sulit untuk dibangunkan. Tanda tanda
vital semakin menurun dan tahap ini terjadi selama 15-30 menit.
e. Tidur REM
5. Gangguan Tidur
tidur dalam DSM-IV adalah gangguan tidur primer, gangguan tidur yang
berhubungan dengan gangguan tidur mental lain, dan gangguan tidur lain,
hidup, lingkungan tidak nyaman, emosi yang tidak stabil, pola tidur yang
mengantuk pada siang hari, dan kelelahan, serta asupan makan dan
18
kalori. Faktor-faktor gangguan tidur menurut Perry dan Potter (1997)
adalah:
1) Gaya hidup
pada tugas yang begitu banyak disetiap mata kuliahnya Hal ini sangat
pola tidur.
19
5) Latihan fisik dan kelelahan
memiliki tidur yang baik. Namun seseorang yang terlalu lelah dan
(Perry & Potter, 2007). Dibawah ini akan dijelaskan lebih lanjut jenis-
jenis gangguan tidur yang biasa terjadi menurut AASM Sleep Education:
1) Insomnia
meliputi:
20
a) Kesulitan tertidur
kasus ini karena begadang atau bangun terlalu pagi. Ini tidak berarti
insomnia. Hal ini lebih sering terjadi pada kelompok seperti orang
dewasa yang lebih tua, wanita, orang-orang yang sedang stres dan
seperti depresi.
21
b) Insomnia kronis: Jenis insomnia ini terjadi setidaknya tiga kali
2) Hipersomnia
secara berlebihan dari waktu yang normal. Gangguan tidur ini adalah
hari.
3) Parasomnia
4) Confusional Arous
tiba tiba . Berjalan dalam tidur atau berteriak saat sebuah episode
22
5) Sleepwalking
saat sedang tidur. Paling umum terjadi pada anak antara usia 8 dan
12 tahun.
Anda tidur. Mimpi ini sering diisi dengan tindakan. Mereka bahkan
mengakibatkan cedera.
8) Bedwetting
23
9) Apnea
umumnya terjadi akibat jet lag adalah gangguan pada pola tidur, rasa
24
14) Narkolepsi
membuat Anda merasa sangat lelah, dan pada kasus yang parah,
a. Definisi
paralysis terjadi ketika seseorang berada pada tidur paling dalam saat
25
b. Sejarah dan Epidemiologi
yang lebih awal dijumpai di literatur medis, oleh dokter Belanda bernama
tidur berkepanjangan memiliki 2,5 kali risiko yang lebih tinggi untuk
cukup.
di sekitar usia 14 tahun dan memuncak di usia 17-19 tahun. Mimpi buruk
26
Simon Folkard, R. Condon dan M. Herbert MRC, Inggris (1984)
mengalami hanya sekali atau dua kali, sementara hanya sedikit kecil
Kejadian ini terbukti berkaitan dengan usia, sebagian besar terjadi pada
saat dini hari, dan selanjutnya meningkat selama shift malam berturut-
terhadap bahaya dalam hal ini yang dapat memicu seseorang melihat
27
bahwa sleep paralysis sebagai “ketiban sosok gaib”. Selain itu
kegiatan spiritual sebelum tidur seperti lupa berdoa dan shalat. Sistem
otak yang kedua, meliputi bagian sensorik dan motorik dari lapisan luar
gerakan lainnya.
dari trauma yang pernah dialami pada masa lalu. Hal ini didukung oleh
1) Kurang tidur
28
4) Sleeping on the back, Tidur dengan posisi terlentang dapat
pada kaki di malam hari dapat mengganggu tidur tahap REM dan
mengalami Sleep paralysis, paling tidak dua tahun sekali. Jadi fenomena
ini bukan sesuatu yang asing bagi manusia. Usaha untuk menelitinya
REM (Rapid eye movement) dengan mimpi.Ketika kita tidur, kita akan
memasuki beberapa tahapan tertentu. namun kita hanya akan melihat dua
Rem, lalu diikuti 10 menit REM. Siklus 90 menit ini berulang sekitar 3
cepat, hembusan nafas menjadi cepat dan pendek dan mata kita bergerak
dengan cepat (Rapid eye movement - REM). Dalam kondisi inilah mimpi
29
kita tercipta dengan jelas dan kita bisa melihat objek-objek di dalam
dreaming Sleep) dan kondisi sadar. Selama REM dreaming sleep, otak
kita mematikan fungsi gerak sebagian besar otot tubuh sehingga kita
tidak bisa bergerak. Dengan kata lain, kita lumpuh sementara. Fenomena
hanya berlangsung selama beberapa detik hingga paling lama satu menit.
lama.
secara mendadak terjadi lompatan dari REM menuju setengah sadar (N-
30
5) Suara aneh seperti dengungan atau kantong kertas yang berderak
7) Kesulitan bernafas
Meskipun sleep paralysis ini biasa terjadi dan dialami oleh semua
1) Hindari Stress
hidup yang sehat secara fisik maupun psikis. Jangan merokok serta
31
2) Manajemen Pola Tidur
awal pada jam yang sama setiap malam, sekitar pukul 8 atau 9
sesudah isya.
keluar dari situasi tersebut. Selain itu bisa juga mencoba dengan
semula.
tenangan diri.
32
menggerakkan anggota tubuh melalui kekuatan pikiran . (wrm-
i. Pengobatan Medis
caracara diatas yang telah dilakukan, maka perlu untuk evaluasi diri.
Untuk itu bisa dengan buat catatan mengenai pola tidur selama beberapa
Lain halnya jika sleep paralysis disertai gejala lain, maka ada
baiknya segera pergi ke dokter ahli tidur atau laboratorium tidur. Catatan
kapan sleep paralysis dimulai dan sudah berlangsung lama, juga jenis
33
7. Irama Sirkadian
dan kadar hormon, dikenal sebagai irama sirkadian (Folkard dan Monk
dalam Hery Firdaus, 2005). Circardian rhythm berasal dari bahasa Latin.
Circa yang berarti kira-kira dan Dies berarti hari ( circardies = kira-kira satu
hari). Circardian rhythm adalah irama dan pengenalan waktu yang sesuai
dengan perputaran bumi dalam siklus 24 jam. Hampir seluruh makhluk hidup
fungsi tubuh dan fisiologik dalam siklus 24 jam, tetapi adapula beberapa
Menurut Folkard dan Monk serta Mc. Cormick dan Ilgen yang
setiap individu berbeda dalam penyesuaian kerja malam, namun antara shift
pagi dan siang terlihat sedikit perbedaan. Pola aktivitas tubuh akan terganggu
apabila bekerja malam dan maksimum terjadi selama shift malam. Menurut
sendiri, kehidupan mereka diatur menjadi sama dan seragam dalam daur
hidup 24 jam sehari. Pengaturan itu dilakukan oleh penangguh waktu yang
2) Kontak sosial.
34
3) Jadwal kerja.
metabolisme, suhu tubuh, denyut jantung dan tekanan darah. Setiap hari
pada siang hari meningkat dan pada malam hari menurun. Menurut
1) Fase ergotropik, terjadi pada siang hari dan semua organ tubuh siap
untuk bekerja.
2) Fase tropotropik, terjadi malam hari dan sebagian besar fungsi tubuh
energi.
faktor, termasuk:
a) Kerja shift
b) kehamilan
d) obat
Parkinson
35
g) Kesehatan mental masalah
• Kehilangan tidur
Stres dengan kejadian Sleep paralysis pada mahasiswa FIK UI Angkatan 2008.
36
2.3 Kerangka Teori
Shift Work
Excessive sleepiness
DIsorder
Insomnia
GANGGUAN IRAMA
SIKARDIAN
Depression Impaired
work performance
Sleep KEKAKUAN
OTOT
paralysis
SLEEP
SHIFT
PARALYSIS
KERJA
Variabel Dependen
Berhubungan
37
2.5 Hipotesis
Ha : Terdapat hubungan shift kerja dengan kejadian sleep paralysis di RSUD Toto
H0 : Tidak terdapat hubungan shift kerja dengan kejadian sleep paralysis di RSUD
38
BAB III
METODE PENELITIAN
dan bertempat di Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango
yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada
Desain dalam penelitian ini adalah survey analitik yaitu suatu penelitian
yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi
variabel efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).
39
3.3.2 Variabel dependen
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
40
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat
yang berada RSUD Toto Kabila kabupaten Bone Bolango yaitu sebanyak 156
responden.
3.5.2 Sampel
Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang
bersedia dijadikan sampel penelitian di RSUD Toto Bone Bolango yaitu sebanyak
125 responden.
Tehnik sampel yang digunaan pada penilitian ini yaitu purposive sampling.
tidak berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya
1. Kriteria Inklusi
suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003:
41
b. Perawat yang bekerja pada bagian pelayanan (perawat fungsional) di
2. Kriteria Ekslusi
(Nursalam, 2003: 97). Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah perawat
yang sedang dalam keadaan hamil dan menyusui, dan tidak berada dalam
untuk mengukur apakah ada hubungan shit kerja dengan kejadian sleep paralysis
jawaban ya/tidak.. Skor 1 diberikan untuk jawaban “Ya” dan skor 0 untuk jawaban
“Tidak”.
42
kelamin, shift kerja dengan kejadian sleep paralysis pada perawat di RSUD Toto
a. Editing.
untuk mengetahui shift dan kejadian sleep paralysis pada perawat di RSUD
Toto Kabila kabupaten Bone Bolango. Jika ternyata masih ada data atau
b. Coding.
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Semua jawaban benar
43
c. Memasukan Data (Data Entry) atau Processing.
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program atau
digunakan untuk “entri data” penelitian adalah paket program SPSS for
windows.
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
1. Penyajian Data
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat.
𝑓
𝑝= 𝑥 100%
𝑛
Keterangan :
44
P = Presentase
b. Analisis Bivariat.
Keterangan:
2
(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ)2
𝑥𝑝 = ∑(
𝑥𝑝2 = Nilai Chi-Square. 𝑓ℎ
𝑖𝑗
𝑓𝑜 = Frekuensi Observasi
menggunakan rumus:
(∑ 𝑓𝑘 − ∑ 𝑓𝑏
𝑓ℎ =
∑𝑇
Keterangan:
45
∑𝑇 = Jumlah keseluruhan baris dan kolom (Hidayat,
2011;123)
𝑛 = (𝑘 − 1)(𝑏 − 1)
Keterangan:
k = banyaknya kolom
b = banyaknya baris
2011;124).
46
a. Informed consent
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
c. Kerahasiaan (confidentiality)
47
BAB IV
pada tahun 1942 dengan nama Bokuka (bahasa Jepang), yang artinya Gudang
tempat perbekalan. Pada waktu masa peralihan dari Pemerintahan Jepang atas usaha
oleh dr. Aloei Saboe, gudang tersebut diminta dari pemerintah Jepang untuk
dari keluarga dan masyarakat umum,oleh karena penyakit kusta terkenal dengan
sebagai penyakit menular yang sangat berbahaya dan sangat ditakuti. Dari tahun ke
tahun makin lama jumlah penderita Kusta makin bertambah dengan jumlah 305
orang,penderita tersebut berasal dari Kabupaten Gorontalo maupun dari daerah luar
Kab.Gorontalo seperti Sulawesi Tengah dan Kab.Minahasa ( pada saat itu Pulau
sebutan Rumah Sakit Kusta Toto karena berlokasi di Desa Toto, maka diberi nama
48
Rumah Sakit Kusta Toto (RSKT). Saat ini RSTK tidak lagi digunakan dan berganti
nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kabupaten Bone Bolango.
4.1.2 Visi, Misi, Motto, Falsafah, Tujuan dan Nilai RSUD Toto Kabila
1. Visi
2. Misi
akuntabel
3. Motto
4. Falsafah
Profesionalitas”.
5. Tujuan
“Menjadi Rumah Sakit Yang Mampu Memberikan Pelayanan Prima Dan Inovatif
Dengan Didukung Oleh Sumber Daya Manusia Yang Handal Dan Profesional”
49
4.1.3 Pelayanan Unit Rawat Inap dan Rawat Jalan
Saat ini di RSUD Toto kabila terdiridari 9 ruangan rawat inap yang terdiri
dari Ruang ICU, Ruang Interna 1, Ruang Interna 2, Ruang Bedah, Ruang VIP,
Ruang Flamboyan, Ruang Anak, Ruang NICU dan Nifas. Sedangkan Unit Rawat
Jalan Terdiri atas Poliklinik Penyakit Dalam, Bedah, Urologi, Mata, THT, Kulit,
Anak serta Kebidanan. Selain itu terdapat Instalasi Gawat Darurat, Ruang
Perawat Di RSUD Toto Kabila bekerja pada bagian struktural dan pelayanan.
Pada Bagian pelayanan baik rawat inap, rawat jalan, dan kegawatdaruratan.
Bolango
dari 125 responden yang diteliti disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
berikut ini:
50
Tabel 4.1 diketahui bahwa terdapat 125 perawat yang menjadi
(40,8%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden berada pada
kelamin dari 125 responden yang diteliti disajikan dalam tabel distribusi
RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango yang berjenis kelamin laki-
perempuan.
51
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Ruangan
ruangan dari 125 responden yang diteliti disajikan dalam tabel distribusi
responden di unit rawat inap RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango
52
Hasil analisis mengenai karakteristik responden berdasarkan lama
kerja dari 125 responden yang diteliti disajikan dalam tabel distribusi
Kabupaten Bone Bolango yang telah lama bekerja selama < 6 tahun (masa
kerja baru) sebanyak 76 responden (60.8%), lama bekerja selama 6-10 tahun
(masa kerja sedang) sebanyak 46 responden (36.8%) dan lama bekerja >10
2. Karakteristik Shift Kerja Pada Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango.
Hasil analisis mengenai karakteristik shift kerja dari 125 responden yang
Tabel 4.5 Distribusi Shift Kerja Kerja perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten
Bone Bolango
53
Tabel 4.5 diketahui bahwa 125 responden di RSUD Toto Kabila
responden (47,2%) dan yang bekerja pada shift rotasi sebanyak 66 responden
3. Kejadian Sleep paralysis pada Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango
signifikan dua sisi memenuhi syarat validitas instrument yaitu <0.05. Sementara
itu untuk uji reabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach karena instrument
data berbentuk skala bertingkat (skala Guttman) dan diperoleh nila alpha 0.792.
Tabel 4.6 Distribusi Kejadian Sleep paralysis Pada Perawat Di RSUD Toto
Kabila Kabupaten Bone Bolango
Kejadian Sleep paralysis
Non-SP SP Total
n % n %
101 80.8 24 19.2 100%
Sumber: Data Primer, 2017
54
Tabel 4.6 diketahui distribusi diketahui sebagian besar responden di
RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango tidak mengalami kejadian sleep
Tabel 4.8 Hubungan Sleep paralysis dengan Kejadian Sleep paralysis pada Perawat
Di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango
Kejadian Sleep paralysis
Shift Kerja Non-SP SP p
N % n %
Permanen
51 40.8 8 6.4
(Pagi)
Rotasi 0.130*
50 40 16 12.8
(Sore-Malam)
Total 101 80.8 24 19.2
Sumber: Data Primer. 2017
RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango sebagian besar terjadi pada shift
rotasi yaitu sebanyak 12.8% (n=16) dari total reponden pada shift rotasi atau 24.2%
dari seluruh total responden. Dari uji Chi Square diperoleh nila p value = 0.130.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Shift Kerja Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango
serta data jadwal kerja per ruangan diperoleh jumlah responden di RSUD Toto
Kabila yang bekerja pada shift rotasi lebih banyak daripada yang bekerja shift
55
permanen yaitu sebanyak 66 responden (52.8%). Sementara itu jumlah responden
Responden pada shift rotasi bekerja pada dua shift kerja secara bergantian
yaitu shift sore dan shift malam. Shift sore bekerja dari pukul 14.00 – 21.00 dan shift
malam dari pukul 21.00 sampail 08.00. Sistem penjadwalan kerja dibagi berturut
shiftnya adalah 2-3 perawat. Perawat yang bekerja pada shift permanen adalah
perawat pada shift pagi dari pukul 08.00 – 14.00 dan bersifat menetap selama 1 – 2
bulan bergantung pada kebijakan di setiap ruangan serta pembagian yang sudah
instalasi bedah sentral serta hemodialisa menggunakan sistim non-shift serta oncall.
Poliklinik rawat jalan dan ruangan hemodialisa bekerja pada pukul 08.00 – 12.0,
akan tetapi jam kerja bisa lebih dari yang ditentukan bergantung pada kebijakan
tambahan karena jumlah pasien yang banyak. Instalasi bedah sentral dan
hemodialisa memiliki jadwal tambahan berupa sistim oncall, yaitu jam kerja
tambahan diluar jam kerja yang ditentukan, yang bersifat urgent dan spesifik.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Alawiyyah
(2009) yang mengatakan bahwa sebagian besar perawat di rumah sakit bekerja pada
shift rotasi. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja
disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja. Ciri khas tersebut
adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Menurut William (2004)
56
mengklasifikasikan shift kerja menjadi tenaga kerja yang bekerja pada shift yang
tetap setiap harinya disebut dengan shift permanen sedangkan tenaga kerja bekerja
tidak terus-menerus di tempatkan pada shift yang tetap disebut shift rotasi.
4.3.2 Kejadian Sleep paralysis pada Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten
Bone Bolango
tidak mengalami sleep paralysis yaitu sebanyak 101 responden (80.8%) sementara
Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Fokard (1984)
yang mengatakan bahwa perawat yang mengalami kejadian sleep paralysis hanya
sebanyak 12%. Sementara itu Lindsey (2001) melakukan survey pada 64 perawat
paralysis
didapat. Faktor -faktor tersebut meliputi jenis kelamin, usia, lama kerja serta
paralysis terjadi pada wanita yaitu sebesar 16% sementara pada pria hanya 3.2%.
Walaupun proporsi sampel wanita lebih banyak dari pria akan tetapi menurut
asumsi peneliti hal yang menyebabkan wanita rentan mengalami sleep paralysis
adalah faktor kelelahan. Kelelahan dikaitkan dengan kondisi hormonal pada wanita
serta faktor ketahanan yang berbeda dengan pria pada umumnya. Sebagian besar
57
wanita yang bekerja sebagai perawat di RSUD Toto Kabila adalah mereka yang
sudah berkeluarga serta memiliki tanggung jawab di luar pekerjaan sebagai perawat
yaitu sebagai ibu rumah tangga. Selain itu perbedaan hormonal antara wanita dan
estrogen dan progesteron pada wanita lebih dominan dibandingkan dengan laki-
tidur secara langsung (Prasadja, 2009). (2009) dan Sumirta dan Laraswati (2014)
prevalensi gangguan tidur yang lebih besar dari laki-laki. Hasil pada penelitian ini
juga menunjukkan hasil yang serupa dengan teori dan hasil penelitian lainnya,
dimana sebagian besar pekerja shift wanita memiliki kualitas tidur yang buruk.
Kabila sebagian besar responden berada pada rentang usia 20 – 29 tahun sebesar
73.6%. Sebagian besar sleep paralysis terjadi pada umur 20 – 29 tahun yaitu sebesar
15.2%. Pekerja pada rentang usia tersebut merupakan usia yang rentan mengalami
berbagai macam gangguan tidur. Menurut asumsi peneliti, hal ini didasarkan pada
tersebut tahun merupakan usia awal seorang pekerja untuk bekerja, sehingga pada
masa inilah pekerja mulai beradaptasi dengan pekerjaannya. Hal tersebut dapat juga
dikaitkan dengan faktor masa kerja dimana diperoleh bawah responden dengan
58
masa kerja baru sebagian besar mengalami kejadian sleep paralysis yaitu sebanyak
16%.
RSUD Toto Kabila dimana diperoleh tingkat kejadian sleep paralysis meningkat
pada ruang kerja yang memiliki beban kerja lebih besar dibanding dengan ruang
rawat inap lainnya. Dalam hal ini perawat yang bekerja di Instalasi Gawat darurat
Hal diatas terjadi karena faktor beban kerja disetiap ruangan berbeda.
Beban kerja fluktuatif perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Toto kabila dapat
disebabkan oleh jumlah pasien dan tingkat keparahan pasien yang tidak dapat
bekerja cepat, tanggap, dan tepat dalam menangani pasien, serta adanya tekanan
stress dan kelelahan. Kelelahan dapat dikaitan dengan pemenuhan istrahat yang
berkurang sehingga komposisi dan frekuensi tidur menjadi lebih sedikit yang
diperoleh perawat yang bekerja pada instalasi gawat darurat tidak memiliki jam
pasien rawat inap yang rata rata lebih banyak memberikan pengaruh yang signifikan
perawat dan pasien yang berbeda jauh. Perawat shift di ruangan tersebut hanya
berjumlah 2-3 orang dengan perbandingan jumlah pasien yang rata rata mencapai
59
> 60 pasien. Beban kerja yang di alami para perawat juga bisa di akibatkan oleh
panjangnya atau lama shif dalam kerja dan lembur, dimana lembur di gunakan
sehingga penambahan jam kerja akan mengurangi jam istirahat perawat itu sendiri
Penelitian Samra & Smith (2015) menyebutkan terdapat hubungan yang erat
antara jam kerja yang panjang dengan peningkatan resiko gangguan tidur.
Kekurangan tidur terjadi jika salah satu atau lebih faktor berikut terjadi pada
seseorang yaitu tidak mendapatkan cukup tidur (kurang tidur), tidur pada waktu
yang salah (tidak sinkron dengan jam alami tubuh), dan ketidakberaturan jam
/jadwal tidur.
tiba tiba tidak bisa berbicara atau berteriak dan merasakan tekanan yang kuat pada
dada. Hasil wawancara dari beberapa responden mengatakan saat terjadi serangan
sleep paralysis mereka berusaha untuk bangun dan melepaskan diri dari kejadian
tersebut. Beberapa dari mereka bahkan merasakan sulit bernapas. Hanya sebagian
yang menakutkan.
Hal ini sejalan dengan penjelasan oleh Dr.Max Hirshkowitz, direktur Sleep
mengatakans sleep paralysis muncul ketika otak kita mengalami kondisi transisi
antara tidur mimpi yang dalam (REM dreaming Sleep) dan kondisi sadar. Selama
REM dreaming sleep, otak kita mematikan fungsi gerak sebagian besar otot tubuh.
60
Saat gelombang otak saat tidur tidak berjalan seharusnya, secara mendadak terjadi
lompatan dari REM menuju setengah sadar (N-REM). Saat itulah seseorang
Menurut Cheyne (2002) menyebutkan bahwa terdapat dua sistem otak yang
otak yang mengatur ancaman dan tanggapan terhadap bahaya dalam hal ini yang
dekatnya.
4.3.3 Hubungan Shif Kerja Dengan Kejadian Sleep paralysis pada perawat di
Berdasarkan hasil analisa bivariat, hasil penelitian ini diperoleh yang tidak
mengalami kejadian sleep paralysis pada shif kerja permanen itu sebanyak 51
responden, (40.8%), sedangkan yang mengalami sleep paralysis pada shif kerja
mengalami kejadian sleep paralysis pada shif kerja rotasi itu sebanyak 50
responden, (40%), sedangkan yang mengalamis Sleep paralysis pada shif kerja
Dan dari Hasil analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p
value = 0.130 (p > 0.05) artinya bahwa tidak ada hubungan antara shif kerja dengan
kejadian sleep paralysis. Hal ini selaras dengan penelitian oleh Saftarina ( 2013)
tentang Hubungan Shif Kerja Dengan Gangguan Pola Tidur Pada Perawat Instalasi
Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung, dalam hasil penelitiannya
61
menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan shif kerja dengan gangguan pola tidur.
Begitu juga dengan hasil peneltian yang diterbitkan oleh handayani (2008) yang
mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara shif kerja dengan ganguan pola tidur
Hasil peneltian ini juga selaras dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Wijaya (2005), dimana dalam hasil penelitiannya juga diperoleh
Hasil analisis regresi tidak terdapat hubungan antara shift kerja dengan gangguan
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh 6.4% pekerja shift permanen atau
non shift mengalami sleep paralysis sementara 12,8% pada shift rotasi. Peneliti
berasumsi bahwa pekerja dengan kerja shift tidak selamanya akan mengalami
kejadian sleep paralysis, ada juga pekerja dengan kerja non shif pernah bahkan
tidak adanya hubungan shift kerja dengan kejadian sleep paralysis pada perawat di
RSUD Toto Kabila yaitu adanya faktor adaptasi serta beban kerja yang berbeda
baik secara individu maupun antar ruangan kerja. Kondisi mental emosional serta
kesiapan menjalani shift merupakan faktor yang berpengaruh pada kualitas tidur
Berdasarkan hasil data karakteristik responden diketahui bahwa proporsi jam kerja
pekerja perawat rotasi dan permanen di RSUD Toto Kabila tidak seimbang. Sistem
62
shift kerja di RSUD Toto kabila menggunakan sistim 3 shift dengan pola 2-2-2
dimana perawat yang bekerja pada shift rotasi memiliki jam kerja lebih banyak
dengan masing - masing shift sore 2x7 jam dan shift malam 2 x 11 jam dengan 2
hari libur dengan 1 hari shift rotasi yang tak menentu. Sementara perawat shift
permanen memiliki jumlah jam kerja lebih sedikit yaitu 6 jam perhari atau 36 jam
perminggu dengan libur kerja seminggu sekali tanpa menggangu porsi tidur di
rumah. Hal ini berakibat pada peningkatan kelelahan kerja yang mengakibatkan
angka kejadian sleep paralysis pada shift rotasi lebih besar dari mereka yang bekerja
dilakukan peneliti terhadap karakteristik jenis kelamin, usia, lama kerja serta ruang
kerja perawat terhadap kejadian sleep paralysis, diperoleh semua faktor tersebut
yang lebih tinggi dengan niali expected mencapai 11% dibanding pria walaupun
proporsi sampel pada wanita berbeda. Begitupula faktor usia dimana perawat yang
bekerja di RSUD Toto yang mengalami sleep paralysis didominasi oleh perawat
perawat muda dengan rentang usia 20-29 tahun. Hasil penelitian juga
menunujukkan angka prevalensi terbesar berada pada instalasi gawat darurat serta
Hal ini sejalan dengan pernyataan Bae dan Scaefer (2005) yang menyatakan
bahwa kejadian sleep paralysis bisa terjadi pada semua orang oleh karena setiap
manusia memiliki tahapan –tahapan tidur tersendiri yang secara fisiologis berbeda
63
Bila dibandingkan dengan teori yang disampaikan oleh Culebras (2011),
sleep paralysis dapat terjadi dikaitkan dengan beberapa hal, diantaranya jadwal
tidur yang berubah-ubah, kondisi mental/stress, dan penggunan zat kimia. Shift
kerja adalah satu dari sekian faktor yang ada hubungan dengan kejadian sleep
paralysis akan tetapi tidak berpengaruh secara luas tergantung faktor faktor lain
yang menyertainya. Pekerja shift terutama shift malam mengalami adaptasi internal
dan eksternal. Adaptasi internal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, status
kuantitas tidur, toleransi terhadap shift malam, dll. Sedangkan adaptasi eksternal
dipengaruhi oleh faktor sosial politik ekonomi psikososial, rotasi dan penjadwalan
shift, motivasi, status nutrisi dan siklus terang gelap lingkungan sekitar (Pati, 2001).
Saat menjalani rotasi shift kerja, tubuh berusaha beradaptasi, baik internal
mapun eksternal. Jika pekerja tidak dapat beradaptasi dengan baik maka akan
meningkatkan terjadinya gangguan tidur. Adaptasi pekerja pada shift yang menetap
lebih baik dibandingkan dengan pekerja yang bekerja dengan shift rotasi (Fujino,
2001).
Penelitian mengenai studi komparatif kualitas tidur perawat shift dan non
shift di unit rawat inap (safitrie, 2013) menunjukkan terdapat hubungan antara shift
kerja dengan kualitas tidur sementara itu hasil dari analisis data yang dilakukan oleh
Noni (2012) mengenai gangguan tidur dan circadian rhythm pada perawat pekerja
shift diketahui terdapat hubungan yang menunjukkan pada perawat aktif yang
64
Hal yang menjadi perbedaaan dalam penelitian ini adalah responden
penelitian di RSUD Toto Kabila bekerja pada shift yang menggunakan sistim 3
dilakukan di Amerika dan di beberapa negara negara eropa saat ini mayoritas
instansi rumah sakit serta klinik disana memberlakukan sistem 2 shift atau Long
shift. Sistim tersebut dibagi dalam 12 jam tiap shift yaitu day shift (7 am-7 pm) dan
night shift (7 pm-7 am). Pembagain shift kerja /12 jam tampaknya telah menjadi hal
yang biasa, menggantikan shift 8 jam yang umum terjadi beberapa dekade yang
lalu. Menurut sebuah studi baru-baru ini dari University Of Pennsylvania School
para perawat yang bekerja di shift malam rentan mengalami gangguan tidur.
Perawat di rumah sakit yang tidak terbiasa dengan shift kerja termasuk
kondisi yang dikenal dengan shift work sleep disorder (SWSD) . SWSD
menyebabkan gangguan yang lebih serius seperti depresi dan kecemasan dan
kelelahan. Akibat dari ketidak selarasan antara kelelahan fisik serta kesiapan otak
untuk beristirahat maka akan muncul gejala gangguan tidur yang lebih spesifik
sampai 120 menit, menghasilkan kira-kira empat sampai enam siklus per
65
tidur. Namun, perawat yang menyesuaikan diri dengan jadwal kerja shift harus
mengubah rutinitas tidur mereka, yang bertentangan dengan perasaan alami yang
terkait dengan hari biologis dan malam hari. Perubahan ini memperlambat sekresi
melatonin dan proses SCN lainnya, yang pada gilirannya dapat mengganggu pola
yang terkait dengan kerja shift terutama mempengaruhi segmen kedua (slow-wave
Meskipun kejadian sleep paralysis ini dialami oleh semua orang, tetapi
salah satu gangguan tidur ini perlu diwaspadai, karena sleep paralysis merupakan
Beberapa Kendala atau keterbatasan yang dihadapi dan dirasakan oleh peneliti
dalam penelitian yaitu keterbatasan refrensi yang dimiliki peneliti untuk menjadi
rancangan alat ukur serta referensi lokal yang secara spesifik membahas penelitian
ini. Serta masih ada beberpa lagi keterbatasan-keterbatasan lainnya yang dimiliki
peneliti.
66
BAB V
1.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan Shif kerja denga
1.1.1 Bahwa dari 125 responden di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
1.1.2 Dari dari 125 responden di RSUD Toto Kabila Sebagian besar Tidak
1.1.3 Tidak terdapat hubungan antara shift Kerja Dengan Kejadian Sleep
1.2 . Saran
1.2.1 Untuk Perawat yang bekrja dengan kerja shift, diharapkan dan bekrja
dengan jadwal yang teratur, sesuai tupoksi dan tugas pokok, aturan shift,
67
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Eka Nuryanti. 2016. Analisis Determinan Kualitas Tidur pada Pekerja Shift.
Universitas Islam Syarif Hidayatullah. Jakarta
Fukuda, Kazuhiko, PhD. dkk. 1998. The Prevalence of Sleep Paralysis Among
Canadian and Japanese Collage Student. Thesis. Fukushima University.
Japan
Guyton, A.C & Hall, J.E. 1997. Textbook of Medical Physiology (11th Edition).
Elsevier Saunders. Pennysilvenia
67
Larasaty, Ryby. 2008. Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Sleep Paralysis
pada Mahasiswa FIK UI Angkatan 2008. Skripsi. Universitas Indonesia.
Jakarta
Potter, P.A & Perry, A.G. 1997. Fundamentals of Nursing: Concepts, Process and
Practice (4th Edition). St Louis, Mosby year book
Simard, V & Nielsen, T.A (2005) Sleep Paralysis Association Sensed Precence as
A Possible Manifestation of Social Anxiety Dreaming. Journal.
American Psychological Association
Suma’mur P.K. 1994. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung.
Jakarta
Susetyo, Joko, dkk. 2012. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Karyawan
dengan Metode Bourdon Wiersma dan 30 Items of Rating Scale. Thesis.I
nstitut Sains & Teknologi AKPRIND. Yogyakarta
67
Takeuchi, Tamoka PhD. 2002. Cicardian Rhytm. Factor Related to the
Occurrence of Isolated Sleep Paralysis Elicited During a Multi-Phasic
Sleep-Wake Schedule. Thesis. University of Wateloo. Ontario, Canada
William, D. (2008). Nine Shift: Work, Life and Education in the 21st Century.
Learning Resources Network (LERN) ebook
67
2017
Jurnal Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
14.00 – 21.00 dan shift malam dari terus-menerus di tempatkan pada shift
pukul 21.00 sampail 08.00. Sistem yang tetap disebut shift rotasi.
penjadwalan kerja dibagi berturut Kejadian Sleep paralysis pada
turut dengan pola sore-sore-malam- Perawat di RSUD Toto Kabila
malam-libur-libur dengan jumlah Kabupaten Bone Bolango
setiap shiftnya adalah 2-3 perawat. Berdasarkan hasil penelitian
Perawat yang bekerja pada shift diketahui jumlah responden sebagian
permanen adalah perawat pada shift besar tidak mengalami sleep paralysis
pagi dari pukul 08.00 – 14.00 dan yaitu sebanyak 101 responden
bersifat menetap selama 1 – 2 bulan (80.8%) sementara yang mengalami
bergantung pada kebijakan di setiap sleep paralysis hanya sebanyak 24
ruangan serta pembagian yang sudah responden (19.2%). Berdasarkan
ditetapkan dari bagian keperawatan ruangan kerja diperoleh kejadian sleep
rumah sakit. paralysis sebagian besar terjadi pada
Sistem pembagian shift perawat yang bekerja di ruang
berbeda antara ruangan. Pelayanan instalasi gawat darurat serta ruang
rawat inap menggunakan sistim shif, rawat inap interna I dengan masing –
poliklinik rawat jalan menggunakan masing sebanyak 18 responden.
sistim non-shift, instalasi bedah Hal ini sejalan dengan
sentral serta hemodialisa penelitian yang pernah dilakukan oleh
menggunakan sistim non-shift serta Fokard (1984) yang mengatakan
oncall. Poliklinik rawat jalan dan bahwa perawat yang mengalami
ruangan hemodialisa bekerja pada kejadian sleep paralysis sebanyak
pukul 08.00 – 12.0, akan tetapi jam 12%.
kerja bisa lebih dari yang ditentukan Berdasarkan hasil penelitian
bergantung pada kebijakan tambahan diperoleh sebagian besar responden
karena jumlah pasien yang banyak. yang mengalami sleep paralysis
Instalasi bedah sentral dan mengatakan mengalami gejala berupa
hemodialisa memiliki jadwal tiba tiba tidak bisa berbicara atau
tambahan berupa sistim oncall, yaitu berteriak dan merasakan tekanan yang
jam kerja tambahan diluar jam kerja kuat pada dada. Hasil wawancara dari
yang ditentukan, yang bersifat urgent beberapa responden mengatakan saat
dan spesifik. terjadi serangan sleep paralysis
Shift kerja mempunyai mereka berusaha untuk bangun dan
berbagai defenisi tetapi biasanya shift melepaskan diri dari kejadian tersebut.
kerja disamakan dengan pekerjaan Beberapa dari mereka bahkan
yang dibentuk di luar jam kerja. Ciri merasakan sulit bernapas. Hanya
khas tersebut adalah kontinuitas, sebagian kecil dari responden
pergantian dan jadwal kerja khusus. mengatakan mereka berhalusinasi,
Menurut William (2004) seperti melihat sesosok yang
mengklasifikasikan shift kerja menakutkan.
menjadi tenaga kerja yang bekerja Berdasarkan hasil penelitian,
pada shift yang tetap setiap harinya terdapat beberapa faktor yang
disebut dengan shift permanen berkontribusi terdadap kejadian sleep
sedangkan tenaga kerja bekerja tidak paralysis berdasarkan karakteristik
responden yang didapat. Faktor -
pernyataan Bae dan Scaefer (2005) Kekurangan tidur terjadi jika salah
yang menyatakan bahwa setiap satu atau lebih faktor berikut terjadi
manusia memiliki tahapan –tahapan pada seseorang yaitu tidak
tidur, mulai dari tahap mulai tertidur, mendapatkan cukup tidur (kurang
sampai pada tahap mimpi. tidur), tidur pada waktu yang salah
Meskipun dari beberapa (tidak sinkron dengan jam alami
penelitian yang pernah dilakukan tubuh), dan ketidakberaturan jam
menyebutkan ada hubungan sleep /jadwal tidur.
paralysis dengan tingkat kejadian Asumsi lebih lanjut mengarah
sleep paralysis, akan tetapi peneliti ke sistim pembagian shift yang
beranggapan kejadian ini memeliki berbeda di berbagai negara di dunia.
hubungan dengan beban kerja serta Di Amerika dan di beberapa negara
faktor pembagian shift kerja yang negara eropa saat ini mayoritas
berbeda antar instansi maupun dalam instansi rumah sakit serta klinik
skala internasional. Berdasarkan memberlakukan sistem 2 shift (Long
analisis krostabulasi pada perawat di shift) bagi pekerja di rumah sakit
tiap ruangan kerja di RSUD Toto dengan masing – masing pembagian
Kabila diperoleh tingkat kejadian 12 jam tiap shift yaitu day shift (7 am-
sleep paralysis meningkat pada ruang 7 pm) dan night shift (7 pm-7 am).
kerja yang memiliki beban kerja lebih Pembagain shift kerja /12 jam
berat dibanding dengan ruang rawat tampaknya telah menjadi hal yang
inap lainnya. Dalam hal ini perawat biasa, menggantikan shift 8 jam yang
yang bekerja di Instalasi Gawat umum terjadi beberapa dekade yang
darurat sebanyak 22,2 % mengalami lalu. Menurut sebuah studi baru-baru
sleep paralysis. ini dari University Of Pennsylvania
Beban kerja adalah School Of Nursing, 65 persen dari
kemampuan tubuh pekerja dalam 23.000 perawat yang disurvei bekerja
menerima pekerjaan. Setiap beban selama 12 jam. Ditemukan bahwa
kerja yang diterima seseorang harus perawat melaporkan peningkatan
sesuai dan seimbang terhadap kelelahan. Hal ini menyebabkan
kemampuan fisik maupun psikologis peningkatan beban kerja yang lebih
pekerja yang menerima beban kerja besar sehingga menyebabkan para
tersebut. perawat yang bekerja di shift malam
Beban kerja yang di alami para rentan mengalami gangguan tidur.
perawat juga bisa di akibatkan oleh Berbeda dengan di Indonesia yang
panjangnya atau lama shif dalam kerja diatur oleh undang – undang dengan
dan lembur, dimana lembur di memberlakukan sistim 3 shift bagi
gunakan karena adanya kekurangan pekerja sehingga kelelahan yang
staf maupun peningkatan pasien berdampak pada gangguan tidur dapat
secara mendadak sehingga diminimalisir.
penambahan jam kerja akan Meskipun kejadian sleep
mengurangi jam istirahat perawat itu paralysis ini dialami oleh semua
sendiri. Penelitian Samra & Smith orang, tetapi salah satu gangguan
(2015) terdapat hubungan yang erat tidur ini perlu diwaspadai, karena
antara jam kerja yang panjang dengan sleep paralysis merupakan tanda
peningkatan resiko gangguan tidur.
( )
Lampiran 2
KUISIONER
Petunjuk Umum
Formulir ini menanyakan gejala umum yang mungkin Anda alami. Mohon
dibaca setiap pertanyaan dengan saksama dan jawablah dengan sangat jelas.
Yakinlah bahwa jawaban Anda sangat rahasia.
A. Demografi Responden
1. Inisial Responden *(Bisa tidak diisi) :
2. Jenis Kelamin : Pria Wanita
3. Usia :
4. Ruangan :
5. Lama Kerja :
B. Shift Kerja
Berilah tanda centang √ sesuai dengan shift kerja anda di bulan ini!
SHIFT PERMANEN SHIFT ROTASI
(Shift PagiI) (Shift Sore & Malam)
C. Kejadian Sleep Paralysis
Sleep paralysis atau Ketindisisan (Tindihan) merupakan suatu fenomena dimana
tubuh tertidut sedangkan otak masih terjaga atau setengah tidur sehingga terjadi
ketidaksinambungan antara kerja tubuh dan otak yang biasa disertai dengan
halusinasi.
Petunjuk pengisian:
“DALAM WAKTU SEBULAN INI, APAKAH ANDA PERNAH
MENGALAMI GEJALA ATAU FENOMENA SEPERTI DIBAWAH INI?
Jawablah Ya/Tidak pada kolom pertanyaan berikut:
JAWABAN
NO PERTANYAAN
YA TIDAK
1 Pernah tertidur lalu tiba - tiba terbangun
dalam keadaan setengah sadar dan merasa
tercekik
2 Pernah tertidur lalu tiba - tiba terbangun
dalam keadaan setengah sadar dan tidak
bisa bergerak serta merasa seperti melihat
bayangan yang menakutkan
Keterangan
Jenis Kelamin 1 Laki - laki
2 Perempuan
Kejadian SP 1 Non- SP
2 SP