Anda di halaman 1dari 103

HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN KEJADIAN SLEEP PARALYSIS

PADA PERAWAT DI RSUD TOTO KABILA


KABUPATEN BONE BOLANGO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti


Ujian Sarjana Keperawatan

Oleh

RACHMAT KOERNIAWAN LIPUTO


NIM: 841416175

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2017
i
HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN KEJADIAN SLEEP PARALYSIS
PADA PERAWAT DI RSUD TOTO KABILA
KABUPATEN BONE BOLANGO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti


Ujian Sarjana Keperawatan

Oleh

RACHMAT KOERNIAWAN LIPUTO


NIM: 841416175

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2017

ii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang

disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir

Sarjana Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo, merupakan hasil karya saya

sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan ini saya kutip dari hasil

karya orang lain telah dicantumkan dengan jelas sesuai norma, kaidah dan etika

penulisan sesuai dengan pedoman karya iulmiah Universitas Negeri Gorontalo.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh dari isi skripsi ini bukan hasil

karya sendiri (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang

berlaku.
Gorontalo, Desember 2017
Yang membuat pernyataan
.

Rachmat Koerniawan Liputo


NIM. 841416162

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul


HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN KEJADIAN SLEEP PARALYSIS
PADA PERAWAT DI RSUD TOTO KABILA
KABUPATEN BONE BOLANGO

Oleh
RACHMAT KOERNIAWAN LIPUTO
841416175

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Pembimbing I Pembimbing II

DR. Hj. Lintje Boekoesoe, M.Kes Ns. Wirda Y. Dulahu, M.Kep


NIP. 19590110 198603 2 003 NIP. 19870323 201504 2 002

Mengetahui:
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes


NIP. 19771028 200812 2 003

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang Berjudul

HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN KEJADIAN SLEEP PARALYSIS PADA


PERAWAT DI RSUD TOTO KABILA
KABUPATEN BONE BOLANGO

Oleh

RACHMAT KOERNIAWAN LIPUTO


NIM. 841416175

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Hari / Tanggal : Kamis, 28 Desember 2017

Waktu : Pukul 13.00 s/d selesai

Penguji :

1. DR. Hj. Lintje Boekoesoe, M.Kes (………………………….)


NIP. 19590110 198603 2 003

2. Ns. Wirda Y. Dulahu, M.Kep (…………………………..)


NIP. 19870323 201504 2 002

3. dr. Edwina R. Monayo, M.Biomed (…………………………..)


NIP. 19830906 200812 2 004

4. Ns. Ramang Said Hasan, M.Kep (…………………………..)


NIP. 19730607 199603 1 001

Gorontalo, Desember 2017


Dekan Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo

DR. Hj. Lintje Boekoesoe, M.Kes


NIP 19590110 198603 2 003

v
LEMBAR PENGESAHAN

JURNAL

HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN KEJADIAN SLEEP PARALYSIS PADA


PERAWAT DI RSUD TOTO KABILA
KABUPATEN BONE BOLANGO

Oleh

RACHMAT KOERNIAWAN LIPUTO


NIM. 841416175

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Hari / Tanggal : Kamis, 28 Desember 2017

Waktu : Pukul 13.00 s/d selesai

Penguji :

5. DR. Hj. Lintje Boekoesoe, M.Kes (………………………….)


NIP. 19590110 198603 2 003

6. Ns. Wirda Y. Dulahu, M.Kep (…………………………..)


NIP. 19870323 201504 2 002

7. dr. Edwina R. Monayo, M.Biomed (…………………………..)


NIP. 19830906 200812 2 004

8. Ns. Ramang Said Hasan, M.Kep (…………………………..)


NIP. 19730607 199603 1 001

Gorontalo, Desember 2017


Dekan Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo

DR. Hj. Lintje Boekoesoe, M.Kes


NIP 19590110 198603 2 003

vi
ABSTRAK

Rachmat Koerniawan Liputo. 2017. Hubungan Shift Kerja dengan


Kejadian Sleep paralysis pada Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I DR. Hj. Lintje Boekosoe, M.Kes
dan Pembimbing II Wirda Y. Dulahu, Ns, M. Kep.
Shift kerja merupakan pilihan dalam cara pengorganisasian kerja yang
tercipta karena adanya keinginan untuk memaksimalkan produktivitas
kerja.Dampak yang sering dihubungkan dengan kerja shift adalah kelelahan
umum atau general fatigue serta gangguan tidur.Gangguan tidur merupakan salah
satu jenis penyakit yang cukup mengganggu dan sangat mempengaruhi aktivitas
sehari-hari. Kurangnya durasi dan kualitas tidur saat malam hari dapat membuat
kelelahan saat bangun, merasa mengantuk, serta tidak konsentrasi di pagi hingga
siang harinya. Salah satu gangguan tidur yang menjadi fenomena adalah sleep
paralysis. Istilah fenomena tidur lumpuh atau sleep paralysis merupakan
fenomena yang hampir setiap manusia pernah mengalaminya. Setidaknya sekali
atau dua kali dalam hidupnya dan bisa terjadi pada siapa saja. Perubahan ritme
tidur, irama sirkardian merupakan salah satu penyebab seseorang dapat
mengalami sleep paralysis.
Desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik, dengan
pendekatan cross sectional Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat di
RSUD Toto Kabila. Penelitian ini meggunakan teknik purposive sampling.
Sampel penelitian berjumlah 125 perawat. Analisis yang digunakan adalah Uji
Chi-Square.
Hasil Penelitian menunjukkan sebanyak 19,2% (n=24) perawat mengalami
sleep paralysis dan 80,8% (n=1) tidak mengalami sleep paralysis. Sementara
perawat yang mengalami sleep paraysis di shift permanen sebanyak 6,4% (n=8)
dan shift rotasi 12,8% (n=16). Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi-
square diperoleh nilai p value = 0.130 (p > 0.05). Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan hasil dinyatakan tidak bermakna/tidak ada hubungan yang signifikan
antara shift kerja dengan kejadian sleep paralysis..

Kata Kunci : Shift Kerja, Sleep paralysis


Daftar Pustaka : 30 referensi (1994-2017)

vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

"Ketergesaan dalam setiap usaha membawa kegagalan." (Herodotus)

"Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin

kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik." (Evelyn Underhill)

"Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan

saya percaya pada diri saya sendiri." (Muhammad Ali)

Persembahan

Tiada doa yg lebih indah selain doa agar skripsi ini cepat selesai. Ku olah kata,

kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam bab sejumlah lima, jadilah

mahakarya, gelar sarjana kuterima, orangtua dan sanak saudara pun bahagia.

Kupersembahkan mahakarya Skripsiku kepada kedua orangtuaku

“MIRWAN LIPUTO & ROHANA PAKAYA“

Berangkat dengan penuh keyakinan.Berjalan dengan penuh keikhlasan.Istiqomah

dalam menghadapi cobaan. YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH

Semoga skripsi ini dapat menjadi jalan bagi orang lain untuk mencapai

kesuksesan.

Almamater Tercinta Tempatku Menimba Ilmu

Universitas Negeri Gorontalo

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan

kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan

Shift Kerja dengan Kejadian Sleep Paralysis pada Perawat di RSUD Toto Kabila

Kabupaten Bone Bolango” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Olahraga dan

Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.

Dengan penuh ketulusan penulis mengakui dalam penyusunan skripsi ini

tidak lepas dari dukungan, bimbingan, percikan pemikiran, bantuan, nasehat serta

doa restu dari berbagai pihak. Penulis menyadari kontribusi yang telah mereka

berikan sangatlah berharga. Oleh karenanya, dengan segala kerendahan hati

penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan

terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Syamsu Qamar Badu, M.Pd selaku Rektor Universitas

Negeri Gorontalo.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Mahludin H. Baruwadi, M.Pd selaku Wakil Rektor I

Universitas Negeri Gorontalo.Bapak Supardi Nani, SE, M.Si,selaku Wakil

Rektor II Universitas Negeri Gorontalo.Bapak Dr. Fence M. Wantu, SH.,

MH. selaku Wakil Rektor III Universitas Negeri Gorontalo.Bapak Prof. Dr.

Hasanuddin Fatsah, M.Hum., M.Si. selaku Wakil Rektor IV Universitas

Negeri Gorontalo.

3. Ibu Dr. Lintje Boekoesoe, M.Kes selaku Dekan Fakultas Olahraga dan

Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo dan Pembimbing I yang telah

ix
sabar, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam

memberikan bimbingan, masukan, motivasi, arahan dan saran-saran yang

berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.

4. Ibu Risna Podungge, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Dekan I Fakultas Olahraga

dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.Ibu dr. Zuhriana K. Yusuf,

M.Kes. selaku Wakil Dekan II Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas

Negeri Gorontalo.Bapak Ruslan, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Dekan III

Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.

5. Ibu dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes., selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri

Gorontalo.

6. Ibu Ns. H. Rhein R. Djunaid, S.Kep, M.Kes., selaku Sekretaris Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas

Negeri Gorontalo.

7. Ns. Wirda Y. Dulahu, M.Kep, selaku Pembimbing II yang telah sabar, tulus,

dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan

bimbingan, masukan, motivasi, arahan dan saran-saran yang berharga

kepada penulis selama menyusun skripsi.

8. dr. Edwina Rugaiah Monayo, M.Biomed, selaku Penguji I yang telah

memberikan masukan, saran dan arahan yang bersifat membangun demi

penyelesaian skripsi ini.

x
9. Ns. Ramang Said Hasan, M.Kep, selaku Penguji II yang telah memberikan

masukan, saran dan arahan yang bersifat membangun demi penyelesaian

skripsi ini.

10. Seluruh Bapak dan Ibu Staff Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo, terima

kasih atas ilmu bermanfaat yang telah diberikan selama menjalani studi

sebagai mahasiswa profesi Ners ini.

11. Seluruh Ibu yang telah bersedia menjadi responden serta bersedia

melibatkan diri dalam penelitian ini, terima kasih atas partisipasinya.

12. Orangtua tercinta, Mirwan Liputo dan Rohana Pakaya, penyemangat,

motivasiku untuk terus berjuang menyelesaikan studi, Terimakasih atas

semua pengorbanan yang ayah dan ibu berikan.

13. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Ners B angkatan 2016 yang tidak dapat

disebutkan satu persatu. Terimakasih atas bantuan selama ini.

14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah ikut

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

menyelesaikan studiku.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih

banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan

adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.


Gorontalo, Desember 2017
Penulis

Rachmat Koerniawan Liputo


xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN........................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................. vii
MOTTO PERSEMBAHAN ....................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................... 5
1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................... 5
1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
1.5.1 Manfaat Teoritis .................................................................... 6
1.5.2 Manfaat Praktis ..................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 8
2.1 Kajian Teoritis ............................................................................ 8
2.1.1 Shift Kerja ............................................................................. 8
2.1.2 Sleep Paralysis ...................................................................... 15
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan .................................................. 27
2.3 Kerangka Teori ........................................................................... 37
2.4 Kerangka Konsep ........................................................................ 37
2.5 Hipotesis ..................................................................................... 38
BAB III. METODELOGI PENELITIAN ............................................... 39
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 39
3.2 Desain Penelitian ....................................................................... 39
3.3 Variabel Penelitian .................................................................... 39
3.3.1 Variabel Independen ............................................................. 39
3.3.2 Variabel Dependen ............................................................... 40
3.4 Definisi Operasional ....................................................................... 40
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 41
3.5.1 Populasi Penelitian .............................................................. 41
3.5.2 Sampel Penelitian ................................................................ 41
3.6 Tehnik Pengumpulan Data ............................................................. 42
3.7 Tehnik Pengolahan Data ................................................................ 42
3.8 Tehnik Analisis Data ...................................................................... 43
3.9 Etika Penelitian .............................................................................. 46
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 48

xii
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 37
4.2 Hasil Penelitian .............................................................................. 50
4.2.1 Karakteristik Responden ....................................................... 50
4.2.2 Analisis Bivariat ................................................................... 55
4.3 Pembahasan.................................................................................. 57
4.3.1 Shift Kerja Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango ................................................................................. 57
4.3.2 Kejadian Sleep Paralysis pada Perawat di RSUD Toto
Kabila Kabupaten Bone Bolango ......................................... 57
4.3.3 Hubungan Shift Kerja dengan Kejadian Sleep Paralysis
pada Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango ................................................................................. 59
4.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 65
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 65
5.2 Saran ............................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 66

xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................. 32
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di RSUD Toto
Kabila Kabupaten Bone Bolango ................................................................ 51
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango ........................................................................... 51
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Ruangan di RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango ........................................................................... 52
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja di RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango ........................................................................... 53
Tabel 4.5 Distribusi Shift Kerja Kerja di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango ....................................................................................................... 40
Tabel 4.6 Distribusi Kejadian Sleep paralysis Pada Perawat Di RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango ........................................................................... 55
Tabel 4.7 Kejadian Sleep paralysis Berdasarkan R. Kerja Di RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango ........................................................................... 55
Tabel 4.8. Hubungan Sleep paralysis dengan Kejadian Sleep paralysis pada
Perawat Di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango ......................... 56

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jurnal Penelitian


Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3. Lembaran Kuisioner
Lampiran 4. Master Tabel
Lampiran 5. Uji Statistik Output SPSS
Lampiran 6. Dokumentasi

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang penting karena ketika tidur

tubuh akan mengalami relaksasi dan merupakan proses pemulihan tubuh dan energi.

Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan tidak sadar yang menyebabkan reaksi

individu terhadap lingkungan sekitar menurun bahkan hilang (Wahid & Nurul, 2007).

Hal ini ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkatan kesadaran menurun, terdapat

perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh, dan adanya penurunan respons terhadap

rangsangan dari luar.

Namun demikian banyak orang yang mengalami gangguan tidur. Gangguan

tidur merupakan salah satu jenis penyakit yang cukup mengganggu dan sangat

mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Kurangnya durasi dan kualitas tidur saat malam

hari dapat membuat kelelahan saat bangun, merasa ngantuk, serta tidak konsentrasi di

pagi hingga siang harinya (Potter & Perry, 2005).

Saat ini fenomena gangguan tidur yang menjadi perhatian yang serius adalah

sleep paralysis. Sharpless and Barber (2011) berdasarkan penelitian terhadap 36.000

sample didapatkan lebih dari 20% mengalami sleep paralysis dan meningkat pada

kelompok yang beresiko dengan angka kejadian hingga 28,3% pada pelajar, 31,9%

pada pasian psikiatrik dan 34,6% pada pasien dengan gangguan panik.

1
Fenomena tidur lumpuh atau sleep paralysis merupakan fenomena yang hampir

setiap manusia pernah mengalaminya. Setidaknya sekali atau dua kali dalam hidupnya

dan bisa terjadi pada siapa saja. Sleep paralysis alias tindihan ini memang bisa

berlangsung dalam hitungan detik hingga menit. Yang menarik, saat fenomena ini

terjadi kita sering mengalami halusinasi, seperti melihat sosok atau bayangan hitam di

sekitar tempat tidur. Tak heran, fenomena ini pun sering dikaitkan dengan hal mistis.

Sleep paralysis adalah ketidakmampuan tubuh mengendalikan otot volunteer selama

sleep onset (gypnagogic) atau selama terbangun di antara waktu malam dan pagi

(hypnopompic). Perubahan ritme tidur, irama sirkardian merupakan salah satu

penyebab seseorang dapat mengalami sleep paralysis (www.iacword.org, 2008)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fukuda (2009) di Jepang

menyebutkan dari 635 subjek, pada retang usia 18-26 tahun diperoleh kejadian 43%

dari seluruh total subjek mengalami sleep paralysis dengan 37,7% pad pria dan 51,4%

pada wanita pernah mengalami setidaknya satu episode serangan sleep paralysis.

Sementara itu Folkard, Condon & Herbert MRC, di Inggris (1986) melakukan

penelitian terhadap perawat yang mengalami sleep paralysis. Hasilnya didapatkan 52

(12%) perawat yang disurvei mengaku pernah mengalami sleep paralysis. Persentase

17% pada pria dibandingkan pada wanita 12%.. Dalam laporan Sleep Review Mag

(2001) menyebutkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Robert L. Lindsaey,

MS, RPSGT dan Paula G. Williams dalam jurnalnya didapatkan dari survei pada 64

perawat dengan masing – masing pembagian 32 perawat shift dan non shift didapatkan

2
persentase kejadian sleep paralysis mencapai 26,6 % atau 17 perawat diantaranya

melaporkan kejadian tersebut. Sementara itu di Indonesia, penelitan mengenai sleep

paralysis pernah dilakukan oleh Riby Larasaty (2012) mendapatkan kejadian sleep

paralysis pada mahasiswa angkatan 2008 adalah 91,6% (n=98).

Beberapa penelitian menunjukkan adanya kondisi tertentu dimana kejadian

sleep paralysis akan dialami oleh seseorang pada saat yang bersangkutan tidur

telentang. Selanjutnya fenomena ini lebih sering terjadi pada mereka yang mengalami

kelelahan yang berlebihan serta jadwal tidur yang terganggu seperti pada pekerja shift

(Potter & Perry, 2005)

Oxord Advanced Learner’s Dictionary (2005) mendefinisikan shift kerja

sebagai suatu periode waktu yang dikerjakan oleh sekompok pekerja yang mulai

bekerja ketika kelompok yang lain selesai. Monk dan Folkard dalam Silaban dalam

Wijayanti (2005) mengkategorikan 3 jenis sistem shift kerja, yaitu shift permanen,

sistem rotasi cepat, dan sistem rotasi shift lambat.

Sistem shift kerja sendiri dapat berbeda antara instansi atau perusahaan,

walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam kerja setiap

shift. Menurut periode shift kerja yang meliputi shift pagi, shift sore, dan shift malam.

Hal yang sama berlaku di instansi rumah sakit untuk petugas yang melaksanakan

pelayanan selama 24 jam sehingga pelayanan dibagi dalam tiga shift kerja. Dari

pembagian ketiga shift kerja tersebut kerja shift malam merupakan resiko lebih tinggi.

3
Menurut Mauritz (2008) pekerja shift malam memiliki resiko 28% lebih tinggi

mengalami cedera atau kecelakaan. Selain itu shift kerja malam dapat mengurangi

kemampuan kerja, meningkatnya kesalahan dan kecelakaan, menghambat hubungan

sosial dan keluarga, adanya faktor resiko pada saluran pencernaan, system syaraf,

jantung dan pembuluh darah serta terganggunya waktu tidur. Hal ini bisa menyebabkan

seseorang itu akan mengalami gangguan tidur. Dari hasil data penelitian setiap tahun

di dunia, di perkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan

tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius (Primanda, 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Alawiyyah (2009) di suatu rumah sakit

di Jakarta mendapatkan hasil bahwa perawat yang melakukan kerja secara shift

berjumlah 61%, dan yang kerja non shift berjumlah 39%. Selain itu Alawiyyah juga

mengatakan 61% perawat mengalami gangguan tidur baik kualitas maupun dalam hal

kuantitas. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di rumah

sakit melaksanakan sistem shift, dan perawat yang paling banyak mengalami gangguan

pola tidur adalah perawat yang melakukan kerja secara shift (Alawiyyah, 2009).

Peneliti tertarik mengangkat topik Sleep paralysis pada penelitian ini karena

melihat data dari beberapa perawat di rumah sakit. Peneliti telah melakukan survey

awal pada perawat yang bekerja di RSUD Toto Kabila pada beberapa shift kerja secara

random. Shift Pagi berjumlah 4 orang dan Shift Rotasi (Sore-Malam) berjumlah 4

orang. Didapatkan presentase 12,5% (n=1) pada shift pagi dan 37,% (n=3) shift rotasi

mengalami sleep paralysis selama sebulan terakhir.

4
1.2 Identifikasi Masalah

1. Robert L. Lindsaey, MS, RPSGT dan Paula G. Williams melakukan survei pada

64 perawat dengan masing – masing pembagian 32 perawat shift dan non shift

didapatkan persentase kejadian sleep paralysis mencapai 26,6 % atau 17

perawat diantaranya melaporkan kejadian sleep .paralysis.

2. Simon Folkard, R. Condon dan M. Herbert MRC, Inggris melakukan penelitian

terhadap perawat yang mengalami sleep paralysis. Hasilnya didapatkan 52

(12%) perawat yang disurvei mengaku pernah mengalami sleep paralysis.

Persentase 17% pada pria dibandingkan pada wanita 12%.

3. Peneliti telah melakukan survey pada perawat beberapa shift kerja secara

random ditemukan 4 dari 8 perawat mengatakan bahkan sering mengalami

sleep paralysis.

1.3 Rumusan Maaslah

Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah diatas, peneliti ingin

mengetahui hubungan shift kerja perawat dengan kejadian sleep paralysis pada perawat

di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan shift kerja dengan kejadian

sleep paralysis pada perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango\

5
1.4.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi shift kerja perawat di RSUD Toto Kabila

Kabupaten Bone Bolango

b. Untuk mengidentifikasi kejadian sleep paralysis pada perawat di RSUD

Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

c. Untuk menganalisis hubungan shift kerja dengan kejadian sleep paralysis

pad perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat dalam menambah kajian dan pengembangan di

bidang neurologi dan psikologi dengan tinjauan ilmu keperawatan khususnya dalam

hal kebutuhan dasar manusia.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Profesi Keperawatan

Dapat digunakan untuk mengembangkan pelayanan keperawatan yang

lebih berkualitas, selain itu penelitian yang disusun dapat digunakan untuk

membantu praktisi kesehatan dalam mengurangi angka kejadian sleep

paralysis.

b. Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat digunakan dalam memberikan sumbangsih dalam

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang keperawatan. Penelitian

6
ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengembangkan lebih jauh

mengenai kejadian sleep paralysis melihat minimnya penelitian sleep paralysis

di Indonesia.

c. Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan untuk memotivasi peneliti selanjutnya

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dibidang keperawatan.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Shift Kerja

a. Definisi dan Gambaran Umum Shift Kerja

Kerja shift merupakan pilihan dalam cara pengorganisasian kerja

yang tercipta karena adanya keinginan untuk memaksimalkan produktivitas

kerja sebagai pemenuhan tuntutan customer. Pada saat ini sistem kerja shift

sudah diaplikasikan secara luas pada berbagai sektor baik industri

manufaktur maupun industri jasa. Keadaan ini selain memberikan

keuntungan dari segi ekonomi, dan sosial akan tetapi dapat juga berdampak

negatif sehingga perlu perhatian. Dampak yang sering dihubungkan dengan

kerja shift adalah kelelahan umum atau general fatigue serta gangguan idur

kronis yang bila berkepanjangan dapat berakibat meningkatkan risiko

terhadap penyakit.

Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja

disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-

17.00). Ciri khas tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja

khusus. Secara umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua

pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari

sebagaimana yang biasa dilakukan. Namun demikian adapula definisi yang

lebih operasional dengan menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift kerja

8
disebutkan sebagai pekerjaan yang secara permanen atau sering pada jam

kerja yang tidak teratur (Kuswadji, 1997).

Menurut Suma’mur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja

yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh

perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Proporsi

pekerja shift semakin meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan oleh

investasi yang dikeluarkan untuk pembelian mesin-mesin yang

mengharuskan penggunaannya secara terus menerus siang dan malam untuk

memperoleh hasil yang lebih baik. Sebagai akibatnya pekerja juga harus

bekerja siang dan malam. Hal ini menimbulkan banyak masalah terutama

bagi tenaga kerja yang tidak atau kurang dapat menyesuaikan diri dengan

jam kerja yang lazim

Perusahaan yang bergerak dalam bidang perlengkapan balita yang

menganut sistem dua shif yaitu shift pagi dan shift siang, waktu kerja shift

pagi dan shift siang masing-masing selama 8 jam yang diatur sebagai berikut

yaitu shift pagi (pukul 09.00 s.d 17.00) dan shift siang (pukul 13.00 s.d

21.00). Sistem Shift Kerja

Sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan,

walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam

kerja setiap shift. Menurut William yang dikutip oleh Sri Ramayuli (2004)

dikenal dua macam sistem shift kerja yang terdiri dari :

9
1) Shift Permanen

Tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya.

Tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang-

orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan tidur pada siang hari.

2) Shift Rotasi

Tenaga kerja bekerja tidak terus-menerus di tempatkan pada

shift yang tetap. Shift rotasi adalah shift rotasi yang paling menggangu

terhadap irama circardian dibandingkan dengan shift permanen bila

berlangsung dalam jangka waktu panjang.

ILO (1983) menyatakan pergantian shift yang normal 8

jam/shift. Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari Minggu

dan hari libur memerlukan 4 regu kerja. Regu ini dikenal dengan regu

kerja terus-menerus (3x8). Inggris menggunakan sistem 2-2-2, sistem

ini disebut dengan sistem rotasi pendek masing-masing shift lamanya 2

hari dan pada akhir shift diberikan libur 2 hari. Selain itu sistem 2-2-3

juga merupakan system rotasi pendek dimana salah satu shift

dilaksanakan 3 hari untuk 2 shift dilaksanakan 2 hari dan pada akhir

periode shift diberikan libur 2 hari. Siklus ini bergantian untuk stiap

shift. Pada akhir shift malam diperlukan istirahat sekurang-kurangnya

24 jam. Sistem rotasi ini dianjurkan oleh pakar yang berpandangan

modern dengan mempertimbangkan faktor sosial dan psikologis untuk

industri yang bergerak pada bagian manufaktur dan kontiniu (Pulat

dalam Sri Ramayuli, 2004).

10
Bagi seorang pekerja, shift kerja berarti berada pada lokasi kerja

yang sama, baik teratur pada saat yang sama (shift kerja kontinyu) atau

shift kerja yang berlainan (shift kerja rotasi). Shift kerja berbeda dengan

hari kerja biasa, dimana pada hari kerja biasa, pekerjaan dikerjakan

secara teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan

shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal

24 jam/hari. Alasan lain dari shift kerja adalah kebutuhan sosial akan

pelayanan. Polisi dan rumah sakit benar-benar dibutuhkan pelayanannya

dalam 24 jam/hari, 7 jari/minggu.

Pembuatan jadwal shift kerja tidak bisa mengabaikan aspek-

aspek yang mempengaruhinya. (Grandjean, 1986) mengemukakan

Teori Schwarfrenau yang menyebutkan ada beberapa saran yang harus

diperharikan dalam penyusunan jadwal shift kerja, yaitu :

1) Pekerja shift malam sebaiknya berumur antara 25-50 tahun

2) Pekerja yang cenderung punya penyakit di perut dan usus, serta yang

punya emosi tidak stabil disarankan untuk tidak ditempatkan di shift

malam.

3) Pekerja yang tinggal jauh dari tempat kerja atau berada di

lingkungan yang ramai tidak dapat bekerja malam

4) Sistem shift 3 rotasi biasanya berganti pada pukul 6.00 - 14.00 -

22.00, lebih baik diganti pada pukul 7.00 - 15.00 23.00 atau 8.00 -

16.00 - 24.00

11
5) Rotasi pendek lebih baik dari pada rotasi panjang dan harus

dihindarkan kerja malam secara terus menerus.

6) Rotasi yang baik 2 — 2 — 2 (metropolitan pola) atau 2 — 2 — 3

(continental pola).

7) Kerja malam 3 (tiga) hari berturut-turut harus segera diikuti istirahat

paling sedikit 24 jam-

8) Perencanaan shift meliputi akhir pekan dengan 2 (dua) hari libur

berurutan

9) Tiap shift terdiri dari satu kali istirahat yang cukup untuk makan.

b. Shift Kerja bagi Perawat di Rumah Sakit

Menurut Wijaya (2005) mengatakan bahwa perawat bertanggung

jawab meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan,

pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan kepada upaya

pelayanan kesehatan utama sesuai wewenang, tanggung jawab dan etika

profesi keperawatan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat

dituntut untuk lebih profesional agar kualitas pelayanan kesehatan yang

diberikan semakin meningkat. Dalam pernyataan Alimul yang dikutip oleh

Selvia (2013) Bahwa di dalam etika keperawatan terdapat beberapa unsur

yang terkandung didalamnya antara lain pengorbanan, dedikasi, pengabdian

dan hubungan antara perawat dengan pasien, dokter, sejawat maupun diri

sendiri (Selvia, 2013).

Perawat juga merupakan petugas pelayanan kesehatan di rumah

sakit yang bekerja secara shift. Shift kerja dirumah sakit yang ada di

12
indonesia secara umum terdiri dari tiga shift yaitu: shift pagi bekerja selama

7 jam mulai jam 7.00-14.00, shift sore bekerja 7 jam mulai jam 14.00-21.00,

dan shift malam bekerja 10 jam mulai 21.00-7.00. Dari keadaan tersebut

memperlihatkan bahwa shift malam mempunyai waktu yang paling lama

waktu kerjanya (Wijaya, 2005).

c. Efek Shift Kerja

Menurut Fish yang dikutip oleh Hery Firdaus (2005)

mengemukakan bahwa efek shift kerja yang dapat dirasakan antara lain:

1) Efek fisiologis

a) Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak

gangguan dan biasanya dipelukan waktu istirahat untuk menebus

kurang tidur selama kerja malam.

b) Menurunnya kapasitas kerja fisik kerja akibat timbulnya perasaan

mengantuk dan lelah.

c) Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.

2) Efek psikososial

Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis,

antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu

luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan

menggangu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991)

menyatakan bahwa pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan

masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari.

Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk

13
istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat beradaptasi aktif dalam

kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.

3) Efek kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan

oleh efek fisiologis dan psikososial. Menurunnya kinerja dapat

mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh

terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan

pemantauan.

4) Efek terhadap kesehatan

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointesnal, masalah ini

cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi

masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita

diabetes. Efek berupa gangguan tidur Karena terganngunya irama tidur

akibat rotasi kerja dan jadwal kerja yang berubah ubah.

5) Efek terhadap keselamatan kerja

Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan

kerja yang dilakukan Smith et. al, melaporkan bahwa frekuensi

kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam)

dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja. Tetapi tidak

semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan

industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa

kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak

terjadi pada shift malam. (Adiwardana dalam Khairunnisa, 2001).

14
2.1.2 Sleep paralysis

1. Konsep Tidur

Tidur merupakan alah satu cara untuk melepas kelelahan baik

jasmani maupun mental. Menurut (Peter, 1985: 10) berpendapat bahwa

tidur merupakan suatu keadaan yang sederhana. Dalam keadaan tidur,

sedikit sekali yang dapat diingat secara normal dapat dikatakan bahwa

dalam tidur semua system dalam tubuh kita berkurang kegiatannya.

Pengurangan ini sampai batas paling dasar dan akan tetap dalam batas ini

sapai kita bangun kembali keesokan harinya.

Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena

dalam tidur terjadi proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan

kondisi seseorang pada keadaan semula, dengan begitu, tubuh yang tadinya

mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali. Proses pemulihan yang

terhambat dapat menyebabkan organ tubuh tidak bisa bekerja dengan

maksimal, akibatnya orang yang kurang tidur akan cepat lelah dan

mengalami penurunan konsentrasi (Ulimudiin, 2011).

Tidur adalah suatu keadaan tidak sadar yang dialami seseorang dan

dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup

(Guyton, 1987). Tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkatan

kesadaran menurun, terdapat perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh,

dan adanya penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.

15
2. Fisiologis tidur

Tidur adalah sebuah siklus. Setiap manusia memiliki siklus meskipun

tiap individu memiliki siklus tidur yang berbeda. Menurut Perry dan Potter

(1997) menyatakan irama tidur termasuk dalam irama sirkadian atau irama

24 jam. Irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi fisiologis utama dan pola

perilaku, seperti perubahan suhu, denyut jantung, fluktuasi tekanan darah,

sekresi hormon, kemampuan sensorik dan suasana hati. Irama sirkadian

dipengaruhi oleh cahaya, suhu, tingkat aktifitas, dan rutinitas. Setiap orang

memiliki siklus tidur yang berbeda. Beberapa orang dapat tertidur pada

pukul delapan malam, beberapa orang lainnya dapat tertidur pada pukul dua

pagi. Hal ini dipengaruhi oleh hal-hal yang disebutkan diatas. Rutinitas

kuliah, beban pelajaran yang berat, memiliki permasalahan pribadi, dan

kurangnya dukungan social/spiritual dapat mempengaruhi irama tidur

seseorang. Jika siklus tidur-bangun seseorang berubah, maka dapat

memperburuk kualitas tidur mereka.

3. Pengaturan Tidur

Pengaturan tidur diatur oleh dua mekanisme serebral yang menekn

pusat otak yaitu SAR (System Activating Reticular) dan BSR (Bulbar

Synchronizing Reticular). Mekanisme serebral SAR mengatur proses

tertidur dan mekanisme BSR mengatur respon terbangun. SAR terletak

dibatang otak yang paling atas. SAR memiliki sel khusus yang

mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menelima stimulus sensori

visual, pendengaran, nyeri dan taktil. Aktivitas korteks serebral seperti emosi

16
dan pikiran juga turut menstimulasi SAR. SAR memproduksi katekolamin

dan epinefrin (Sleep Research Society, 1993)

4. Tahapan Tidur

Proporsi REM dan NREM perubahan dengan usia. Bayi yang baru

lahir menghabiskan lebih banyak waktu dalam tidur REM daripada anak-

anak dan orang dewasa. Seorang bayi cukup menghabiskan sekitar 50 %

dari total waktu tidur dalam tidur REM, dan Sleep Onset REM Periodes (

SOREMPs ) yang umum.

Menurut Closs (1998), tahapan siklus tidur adalah sebagai berikut :

a. Tahap NREM 1

Tahap NREM adalah tahap pertama saat seseorang mulai untuk

tertidur. Penurunan secara bertahap dari mulai tanda-tanda vital dan

metabolisme. Ketika memasuki ditahapan ini, seseorang sangat mudah

untuk terbangun oleh stimulus sensori dan suara. Tahap ini akan

berakhir setelah beberapa menit.

b. Tahap NREM 2

Tahap NREM merupakan tahap kemajuan relaksasi. Kesadaran

mulai menurun dan fungsi tubuh juga semakin menurun. Tahap ini

berakhir pada menit ke 10 sampai 20.

c. Tahap NREM 3

Tahap awal baru untuk tidur yang lebih dalam. Orang yang

sudah masuk dalam tahap ini akan sulit untuk terbangun dan jarang

17
bergerak. Otot-otot berada dalam keadaan relaksasi penuh. Tahap ini

berakhir setelah 15 sampai dengan 30 menit.

d. Tahap NREM 4

Tahap ini merupakan tahap paling dalam. Ketika seseorang

masuk kedalam tahap ini akan sulit untuk dibangunkan. Tanda tanda

vital semakin menurun dan tahap ini terjadi selama 15-30 menit.

e. Tidur REM

Pada tidur REM adalah tahap mimpi dapat terjadi. Saat

memasuki tahap ini seseorang akan sulit untuk dibangunkan. Lamanya

tahapan ini berlangsung sekitar 20 menit.

5. Gangguan Tidur

Diagnostic And Statictical Manual of Mental Disorders edisi ke

empat (DSM-IV) mengklasifikasikan gangguan tidur berdasarkan kriteria

diagnostik klinik dan perkiraan etiologi. Tiga kategori utama gangguan

tidur dalam DSM-IV adalah gangguan tidur primer, gangguan tidur yang

berhubungan dengan gangguan tidur mental lain, dan gangguan tidur lain,

khususnya gangguan tidur akibat kondisi medis umum atau yang

disebabkan oleh zat.

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tidur

Gangguan tidur dapat muncul akibat berbagai faktor seperti gaya

hidup, lingkungan tidak nyaman, emosi yang tidak stabil, pola tidur yang

mengantuk pada siang hari, dan kelelahan, serta asupan makan dan

18
kalori. Faktor-faktor gangguan tidur menurut Perry dan Potter (1997)

adalah:

1) Gaya hidup

Rutinitas harian dapat mempengaruhi tidur seseorang.

Seorang mahasiswa yang belajar selama dua minggu sebelum ujian

seringkali mengalami perubahan jadwal tidur. Kesulitan

mempertahankan kesadaran pada saat belajar di ruang kuliah

menyebabkan penurunan performa seseorang.

2) Lingkungan yang tidak nyaman

Lingkungan adalah faktor yang paling penting untuk

seseorang dapat tertidur lelap. Lingkungan yang berisik, terlalu

panas, atau terlalu dingin akan mengurangi kenyamaan seseorang.

3) Emosi yang tidak stabil

Kecemasan dan perasaan stres dapat mengganggu pola tidur

seseorang. Mahasiswa yang berada pada jurusan desain, dihadapkan

pada tugas yang begitu banyak disetiap mata kuliahnya Hal ini sangat

mudah sekali untuk memicu perasaan stres yang akan menimbulkan

pola tidur seseorang dapat terganggu.

4) Pola tidur mengantuk pada siang hari

Menurut Kay (2010) Pada mahasiswa yang berada pada

jurusan science khususnya, beratnya mata kuliah yang dihadapi,

ditunjang dengan tugas yang padat, dapat menyebabkan gangguan

pola tidur.

19
5) Latihan fisik dan kelelahan

Seseorang yang kelelahan dalam tahap sedang, biasanya

memiliki tidur yang baik. Namun seseorang yang terlalu lelah dan

dipicu dengan stres yang tinggi, akan menyebabkan keletihan dan

kesulitan untuk tertidur. Biasanya masalah tidur akibat latihan fisik

dan kelelahan menjadi faktor utama timbulnya stres pada mahasiswa.

6) Asupan makanan dan kalori

Asupan makanan sangat mempengaruhi kualitas tidur. Kafein

dan alkohol yang dikonsumsi di malam hari dapat mengganggu pola

tidur seseorang. Kebanyakan orang memerlukan tidur sebanyak 7-8

jam. Akan tetapi, lama waktu tidur dipengaruhi oleh masing-masing

individu. Yang terpenting bukanlah kuantitas, namun kualitas dari

tidur itu sendiri.

b. Jenis Gangguan Tidur

Gangguan tidur dapat mengganggu kualitas tidur seseorang

(Perry & Potter, 2007). Dibawah ini akan dijelaskan lebih lanjut jenis-

jenis gangguan tidur yang biasa terjadi menurut AASM Sleep Education:

1) Insomnia

Insomnia adalah keluhan tidur yang paling umum. Hal itu

terjadi saat mengalami kesulitan tertidur atau tertidur walau memiliki

kesempatan untuk tidur nyenyak. Penyebab, gejala dan tingkat

keparahan insomnia bervariasi dari orang ke orang. Insomnia

meliputi:

20
a) Kesulitan tertidur

b) Kesulitan tidur sepanjang malam

c) Bangun terlalu dini

Insomnia melibatkan gangguan tidur dan gejala siang

hari. Efek insomnia dapat mempengaruhi hampir setiap aspek

kehidupan. Sebuah Studi menunjukkan bahwa insomnia berdampak

negatif pada kinerja kerja, merusak pengambilan keputusan dan

dapat merusak hubungan. Dalam kebanyakan kasus, orang dengan

insomnia melaporkan kualitas hidup yang buruk secara keseluruhan.

Setiap orang memiliki tidur nyenyak sesekali. Dalam banyak

kasus ini karena begadang atau bangun terlalu pagi. Ini tidak berarti

kita menderita insomnia, akan tetapi tidak cukup tidur.

Sebanyak 30 sampai 35 persen orang dewasa mengeluhkan

insomnia. Hal ini lebih sering terjadi pada kelompok seperti orang

dewasa yang lebih tua, wanita, orang-orang yang sedang stres dan

orang-orang dengan masalah kesehatan medis dan mental tertentu

seperti depresi.

Ada dua jenis insomnia berdasarkan keteraturan dan

lamanya gangguan tidur dan gejala siang hari:

a) Insomnia jangka pendek: Insomnia singkat ini berlangsung

hingga tiga bulan. Itu terjadi pada 15 sampai 20 persen orang.

21
b) Insomnia kronis: Jenis insomnia ini terjadi setidaknya tiga kali

per minggu dan berlangsung setidaknya selama tiga

bulan. Sekitar 10 persen orang memiliki insomnia kronis.

2) Hipersomnia

Hipersomnia adalah suatu keadaan ketika seseorang tidur

secara berlebihan dari waktu yang normal. Gangguan tidur ini adalah

kebalikan dari insomnia yaitu kelebihan tidur dari 9 jam di malam

hari.

3) Parasomnia

Parasomnia adalah jenis gangguan tidur yang terjadi pada

anakanak. Anak anak yang mengalami parasomnia mengalami gejala

seperti berjalan saat tertidur, perasaan takut, dan enuresis.

4) Confusional Arous

Confusional Arous adalah gangguan tidur yang menyebabkan

kita bertindak dengan cara yang sangat aneh dan membingungkan

saat bangun atau sesaat setelah bangun tidur.

Episode sering dimulai saat orang lain membangunkan secara

tiba tiba . Berjalan dalam tidur atau berteriak saat sebuah episode

biasa dilakukan. Beberapa orang dengan Confusional Arous juga

menggiling gigi mereka. Insiden ini bisa berlangsung beberapa menit

sampai beberapa jam dan cenderung tidak mengingat episode ini.

22
5) Sleepwalking

Berjalan dalam tidur juga disebut "somnambulism”. adalah

suatu gangguan yang menyebabkan seseorang bangun dan berjalan

saat sedang tidur. Paling umum terjadi pada anak antara usia 8 dan

12 tahun.

6) Sleep Terror/ Night Terror

Night terror (Teror malam atau teror tidur) adalah gangguan

tidur di mana orang tiba-tiba bisa bangun ketakutan, panik, atau

kecemasan yang tidak dapat dijelaskan. Kejadian ini bisa juga

dikaitkan dengan sleep walking (berjalan sambil tidur).

7) REM Sleep Behavior Disorder

RBD terjadi saat Anda mewujudkan mimpi yang hidup saat

Anda tidur. Mimpi ini sering diisi dengan tindakan. Mereka bahkan

mungkin bersikap kasar. Episode cenderung memburuk seiring

berjalannya waktu. Episode awal mungkin melibatkan aktivitas

ringan. Episode selanjutnya bisa lebih ganas. RBD sering diabaikan

selama bertahun-tahun. Pada titik tertentu kemungkinan akan

mengakibatkan cedera.

8) Bedwetting

Istilah bedwetting atau Nocturnal Enuresis, umumnya dikenal

sebagai mengompol, yang terjadi selama proses tidur pada anak

diatas usia lima tahun. Mengompol adalah masalah umum dan

merepotkan pada anak-anak.

23
9) Apnea

Apnea adalah suatu keadaan saat seseorang mengalami

keadaan henti napas saat tidur.

10) Exploding Head Syndrome

EHS Secara bergantian disebut goncangan sensoris kranial

episodik , adalah kondisi dimana seseorang mendengar suara

"bayangan" yang keras (seperti ledakan bom, tembakan senjata, atau

kecelakaan simbal) atau mengalami ledakan Perasaan

11) Sleep paralysis

Sleep paralysis adalah sejenis halusinasi karena adanya

malfungsi tidur ditahap Rapid Eye Movement (REM).

12) Jet Lag

Jet lag adalah perubahan waktu tidur sementara atau merasa

lelah dan kebingungan setelah perjalanan panjang dengan melintasi

beberapa zona waktu menggunakan pesawat terbang. Gejala yang

umumnya terjadi akibat jet lag adalah gangguan pada pola tidur, rasa

selalu mengantuk, dan kelelahan.

13) Restless Leg Syndrome

Restless Leg Syndrome atau Sindrom kaki gelisah adalah

gangguan tidur neurologis yang membuat Anda memiliki dorongan

kuat untuk menggerakkan kaki Anda. Sindrom kaki gelisah membuat

sulit untuk merasa cukup nyaman untuk tertidur

24
14) Narkolepsi

Narkolepsi adalah kelainan tidur seumur hidup yang

membuat Anda merasa sangat lelah, dan pada kasus yang parah,

memiliki serangan tidur yang tidak terkendali secara mendadak.

6. Fenomena Sleep paralysis

a. Definisi

Menurut The American Sleep Disorder Association (1990) Sleep

paralysis terjadi ketika seseorang berada pada tidur paling dalam saat

seluruh otot relaksasi. Akan tetapi, perubahan tahapan tidur secara

mendadak akibat gangguan siklus tidur menyebabkan seseorang tersadar.

Mendefinisikan bahwa sleep paralysis adalah ketidakmampuan tubuh

mengendalikan otot volunteer selama sleep onset (gypnagogic) atau

selama terbangun di antara waktu malam dan pagi (hypnopompic).

Menurut Gillian (2008) Sleep paralysis didukung dengan

halusinasi, perasaan tercekik, dan sulit menggerakkan lidah. Dalam

keadaan ini, seseorang dapat membuka mata, menggerakan bola mata,

dan melihat sekeliling. Keadaan sleep paralysis dapat terjadi selama

beberapa menit sampai dua puluh menit.

Menurut Ohaeri et al (2004) Sleep paralysis bersifat sementara,

biasanya terjadi satu hingga beberapa menit. Sleep paralysis akan

menghilang secara spontan atau dengan stimulus eksternal. Biasanya

dengan sentuhan atau dibangunkan oleh orang lain.

25
b. Sejarah dan Epidemiologi

Tindihan pertama kali dideskripsikan sebagai “night palsy” oleh

Mitchell pada tahun 1876. Terminologi “sleep paralysis” diperkenalkan

oleh neurolog Inggris bernama Samuel Wilson di tahun 1928. Deskripsi

yang lebih awal dijumpai di literatur medis, oleh dokter Belanda bernama

Isbrand van Diemerbroeck pada tahun 1664. Istilah hypnagogic pertama

kali diperkenalkan oleh Alfred Maury.

Tindihan tak dapat dilepaskan dari gangguan tidur, mimpi buruk,

dan narkolepsi. Gangguan tidur bukan hanya dialami oleh dewasa,

melainkan juga pada 10-40% remaja. Orang yang mengalami gangguan

tidur berkepanjangan memiliki 2,5 kali risiko yang lebih tinggi untuk

mengalami kecelakaan mobil dibandingkan mereka yang tidurnya

cukup.

Prevalensi tindihan 5-62%. Di Newfoundland, Canada,

prevalensi tindihan di antara mahasiswa perguruan tinggi mencapai 15-

23%. Rerata onset episode pertama tindihan dilaporkan mulai meningkat

di sekitar usia 14 tahun dan memuncak di usia 17-19 tahun. Mimpi buruk

sering dialami pula oleh penderita tindihan; sekitar 50–90% populasi

umum pernah mengalami mimpi buruk. Tindihan adalah gejala yang

sering dijumpai pada penderita narkolepsi; sekitar 0,16% remaja

menderita narkolepsi. Di Indonesia, prevalensi dan insidens tindihan

belum diketahui pasti.

26
Simon Folkard, R. Condon dan M. Herbert MRC, Inggris (1984)

melakukan penelitian terhadap perawat yang mengalami sleep paralysis.

Hasilnya didapatkan 52 (12%) perawat yang disurvei mengaku pernah

mengalami sleep paralysis. Persentase 17% pada pria dibandingkan

pada wanita 12%.. Sebagian besar penderita (83%) mengaku pernah

mengalami hanya sekali atau dua kali, sementara hanya sedikit kecil

sekitar 4% mengaku pernah mengalaminya 5 kali atau lebih. Penelitian

lebih 12% perawat malam yang disurvei mengaku sering mengalami

sleep paralysis yang berkontribusi pada terganggunya shift malam.

Kejadian ini terbukti berkaitan dengan usia, sebagian besar terjadi pada

saat dini hari, dan selanjutnya meningkat selama shift malam berturut-

turut (Experentia, 1984)

c. Bagian Otak yang Mempengaruhi Sleep paralysis

Menurut Cheyne (2002) menyebutkan bahwa terdapat dua sistem

otak yang berkontribusi dalam terjadinya sleep paralysis. Sistem otak

yang paling mempengaruhi terjadinya sleep paralysis adalah struktur

inner-brain/bagian dalam otak yang mengatur ancaman dan tanggapan

terhadap bahaya dalam hal ini yang dapat memicu seseorang melihat

sosok yang mengintai dalam kegelapan di dekatnya.

Area-area saraf lainnya yang berkontribusi terhadap

penggambaran mimpi REM, tergambar pada pengetahuan pribadi dan

budaya seseorang terhadap kehadiran sosok jahat yang muncul. Misalnya

salah satu kepercayaan budaya yang ada di Indonesia yang menyebut

27
bahwa sleep paralysis sebagai “ketiban sosok gaib”. Selain itu

menyebutkan bahwa sleep paralysis diakibatkan oleh kurangnya

kegiatan spiritual sebelum tidur seperti lupa berdoa dan shalat. Sistem

otak yang kedua, meliputi bagian sensorik dan motorik dari lapisan luar

otak, yang membedakan tubuh seseorang dengan orang lain serta

makhluk lainnya. Ketika aktivitas REM memicu sistem ini, seseorang

akan mengalami sensasi mengambang, terbang, jatuh, dan jenis-jenis

gerakan lainnya.

d. Etiologi Sleep paralysis

Sleep paralisis, banyak terjadi pada seseorang yang memiliki

tekanan atau yang mengalami stres. Simard dan Nielson (2005)

mengatakan bahwa kejadian sleep paralysis dan kecemasan adalah gejala

dari trauma yang pernah dialami pada masa lalu. Hal ini didukung oleh

jurnal yang ditulis oleh Murphy (2006), jurnal tersebut menyebutkan

bahwa seorang anak yang pernah mengalami tindak kekerasan cenderung

pernah mengalami sleep paralysis.

Menurut Culebras (2011), Sleep paralysis dapat terjadi dikaitkan

dengan beberapa hal, seperti:

1) Kurang tidur

2) Jadwal tidur yang berubah-ubah (gangguan irama sirkardian)

3) Kondisi mental, seperti stres, dan seseorang yang mengalami

schizophrenia dengan gangguan berat pada sleep nocturnal.

28
4) Sleeping on the back, Tidur dengan posisi terlentang dapat

menyebabkan tingginya angka kejadian sleep paralysis.

5) Masalah tidur lainnya, Kejadian tidur seperti narkolepsi dan kram

pada kaki di malam hari dapat mengganggu tidur tahap REM dan

berkontribusi terhadap timbulnya sleep paralysis.

6) Penyalahgunaan zat kimia, Seseorang yang minum alkohol dapat

mudah terserang sleep paralysis.

e. Patofisiologi Sleep paralysis

Menurut survey Gallup tahun 1992, hampir semua orang dewasa

mengalami Sleep paralysis, paling tidak dua tahun sekali. Jadi fenomena

ini bukan sesuatu yang asing bagi manusia. Usaha untuk menelitinya

telah berlangsung sejak tahun 1950an, namun baru benar-benar bisa

dipahami ketika para peneliti mulai mengerti hubungan antara kondisi

REM (Rapid eye movement) dengan mimpi.Ketika kita tidur, kita akan

memasuki beberapa tahapan tertentu. namun kita hanya akan melihat dua

tahapan besarnya, yaitu Non REM dan REM.

Ketika kita tidur, 80 menit pertama, kita memasuki kondisi Non

Rem, lalu diikuti 10 menit REM. Siklus 90 menit ini berulang sekitar 3

sampai 6 kali semalam. Selama Non REM, tubuh kita menghasilkan

beberapa gerakan minor dan mata kita bergerak-gerak kecil.

Ketika kita masuk ke kondisi REM, detak jantung bertambah

cepat, hembusan nafas menjadi cepat dan pendek dan mata kita bergerak

dengan cepat (Rapid eye movement - REM). Dalam kondisi inilah mimpi

29
kita tercipta dengan jelas dan kita bisa melihat objek-objek di dalam

mimpi. Dr.Max Hirshkowitz, direktur Sleep Disorders

Center di Veterans Administration Medical Center di

Houston mengatakan kalau Sleep paralysis muncul ketika otak kita

mengalami kondisi transisi antara tidur mimpi yang dalam (REM

dreaming Sleep) dan kondisi sadar. Selama REM dreaming sleep, otak

kita mematikan fungsi gerak sebagian besar otot tubuh sehingga kita

tidak bisa bergerak. Dengan kata lain, kita lumpuh sementara. Fenomena

ini disebut REM Atonia. Dr.Hirshkowitz menyimpulkan kalau efek ini

hanya berlangsung selama beberapa detik hingga paling lama satu menit.

Namun, bagi korban, sepertinya pengalaman ini berlangsung sangat

lama.

Karena gelombang otak saat tidur tidak berjalan seharusnya,

secara mendadak terjadi lompatan dari REM menuju setengah sadar (N-

REM). Saat itulah seseorang tersebut merasa ingin melakukan sesuatu

tapi tidak bisa bergerak.

f. Gejala Sleep paralysis

Dikutip dari Ryan Hurd, The Sleep paralysis Report disebutkan

gejala gejala sleep paralysis sebgai berikut:

1) Merasa tidak mampu bergerak atau menahan diri

2) Tekanan pada dada, tenggorokan dan perut

3) Rasa takut dan teror yang ekstrem

4) Denyut jantung berdebar

30
5) Suara aneh seperti dengungan atau kantong kertas yang berderak

6) Pergeseran aneh dalam gravitasi dan perasaan tubuh

7) Kesulitan bernafas

8) Merasakan akan kehadiran sesuatu di ruangan itu

9) Melihat sebuah penampakan, seringkali sosok yang mengerikan

10) Merasa tersentuh oleh sebuah penampakan

11) Kesadaran mental penuh, yaitu menanggah kejadian itu nyata

g. Dampak Sleep paralysis

Meskipun sleep paralysis ini biasa terjadi dan dialami oleh semua

orang, tetapi gangguan tidur ini patut diwaspadai. Pasalnya, sleep

paralysis bisa juga merupakan pertanda narcolepsy (serangan tidur

mendadak tanpa tanda-tanda mengantuk), sleep apnea (mendengkur),

kecemasan, atau depresi.

h. Penanangan dan Pencegahan Sleep paralysis

Ada beberapa cara untuk mengatasi agar tidak terjadi gangguan

tidur sleep paralysis yaitu sebagai berikut :

1) Hindari Stress

Stres diduga penyebab terbesar sleep paralysis. Mulailah

hidup yang sehat secara fisik maupun psikis. Jangan merokok serta

meminum minuman alkohol/kafein, dan hindari untuk makan terlalu

banyak. Selain itu selalu cukupi kebutuhan tidur dan istirahat.

31
2) Manajemen Pola Tidur

Buatlah pola tidur menjadi lebih teratur. Usahakan tidur di

awal pada jam yang sama setiap malam, sekitar pukul 8 atau 9

sesudah isya.

3) Membuat Gerakan Kecil

Jika mengalami sleep paralysis, beberapa orang

menyarankan untuk membuat gerakan mata dengan cepat, agar dapat

keluar dari situasi tersebut. Selain itu bisa juga mencoba dengan

menggerakkan ujung kaki, ujung tangan atau kepala sekencang-

kencangnya hingga seluruh tubuh dapat digerakkan kembali seperti

semula.

Cara diatas tadi ditambah dengan bernafas sedalam mungkin,

tarik nafas sedalam mungkin lalu keluarkan secara teratur. Begitu

anggota tubuh mulai dapat bergerak maka segera bangun dan

tenangan diri.

4) Membuat Gerakan Mental

Kondisi pada saat sleep paralysis terjadi dapat membuat

panik dan ketakutan sehingga akan memunculkan alam bawah sadar

tentang ketakutan kita sendiri sehingga terkadang terbayang

penggambaran adanya makhluk halus.

Mulut kelu dan susah bergerak ketika sleep paralysis

bukanlah pergerakan fisik yang sebenarnya, melainkan gerakan

mental. Para ahli menganjurkan untuk terus berusaha “melawan” dan

32
menggerakkan anggota tubuh melalui kekuatan pikiran . (wrm-

indonesia.org, Mei 2005).

Karena itu tetaplah tenang dan berfikir positif jika sleep

paralysis itu terjadi. Sikap yang tenang akan meminimalkan

muculnya ketakutan dan penggambaran bayangan yang buruk.

Lakukan gerakan-gerakan kecil seperti yang disampaikan

sebelumnya dengan ditopang pergerakan mental. Gerakan mental

menjadi efektif dengan lantunan zikir yang teratur.

i. Pengobatan Medis

Jika terlalu sering mengalami sleep paralysis, maka selain

caracara diatas yang telah dilakukan, maka perlu untuk evaluasi diri.

Untuk itu bisa dengan buat catatan mengenai pola tidur selama beberapa

pekan dan susun daftar masalah-masalah yang menyita pikiran. Dengan

cara tersebut membantu untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya sleep

paralysis, sehingga gangguan tidur tersebut dapat diatasi dengan

menghindari faktor pemicunya.

Lain halnya jika sleep paralysis disertai gejala lain, maka ada

baiknya segera pergi ke dokter ahli tidur atau laboratorium tidur. Catatan

yang sudah dibuat sebelumnya akan membantu dokter untuk mengetahui

kapan sleep paralysis dimulai dan sudah berlangsung lama, juga jenis

obat yang pernah atau sedang digunakan. Hindari juga untuk

mengkonsumsi obat penenang untuk tidur.

33
7. Irama Sirkadian

Dalam 24 jam tubuh akan mengalami fluktuasi berupa temperatur,

kemampuan untuk bangun, aktivitas lambung, denyut jantung, tekanan darah

dan kadar hormon, dikenal sebagai irama sirkadian (Folkard dan Monk

dalam Hery Firdaus, 2005). Circardian rhythm berasal dari bahasa Latin.

Circa yang berarti kira-kira dan Dies berarti hari ( circardies = kira-kira satu

hari). Circardian rhythm adalah irama dan pengenalan waktu yang sesuai

dengan perputaran bumi dalam siklus 24 jam. Hampir seluruh makhluk hidup

di dunia ini mempunyai irama yang secara teratur mengalami perubahan

fungsi tubuh dan fisiologik dalam siklus 24 jam, tetapi adapula beberapa

perubahan yang sesuai dengan bulan atau tahun. Sebenarnya siklus

circardian manusia berkisar antara 22-25 jam (Mahyastuti, 1993).

Menurut Folkard dan Monk serta Mc. Cormick dan Ilgen yang

dikutip oleh Hery Firdaus (2005) menyatakan bahwa circardian rhythm

setiap individu berbeda dalam penyesuaian kerja malam, namun antara shift

pagi dan siang terlihat sedikit perbedaan. Pola aktivitas tubuh akan terganggu

apabila bekerja malam dan maksimum terjadi selama shift malam. Menurut

Kuswadji (1997) masing-masing orang mempunyai jam biologis sendiri-

sendiri, kehidupan mereka diatur menjadi sama dan seragam dalam daur

hidup 24 jam sehari. Pengaturan itu dilakukan oleh penangguh waktu yang

ada di luar tubuh seperti :

1) Perubahan antara gelap dan terang.

2) Kontak sosial.

34
3) Jadwal kerja.

4) Adanya jam weker

Fungsi tubuh yang sangat dipengaruhi oleh circardian rhythm

adalah pola tidur, kesiapan bekerja, beberapa fungsi otonom, proses

metabolisme, suhu tubuh, denyut jantung dan tekanan darah. Setiap hari

fungsi tubuh ini akan berubah-ubah antara maksimum dan minimum,

pada siang hari meningkat dan pada malam hari menurun. Menurut

Mahyastuti (1993) dalam keadaan normal, fungsi tubuh dapat dibedakan

atas 2 fase, yaitu :

1) Fase ergotropik, terjadi pada siang hari dan semua organ tubuh siap

untuk bekerja.

2) Fase tropotropik, terjadi malam hari dan sebagian besar fungsi tubuh

menurun serta waktu ini dipakai untuk pemulihan dan pembaharuan

energi.

Gangguan irama sirkadian dapat disebabkan oleh banyak

faktor, termasuk:

a) Kerja shift

b) kehamilan

c) perubahan zona waktu

d) obat

e) Perubahan rutin seperti begadang atau tidur di

f) Masalah kesehatan termasuk Alzheimer atau penyakit

Parkinson

35
g) Kesehatan mental masalah

Beberapa efek yang bisa terjadi karena adanya kelainan

ritme ritme sirkadian:

• Kehilangan tidur

• Insomnia yang berlebihan

• Depresi pada gangguan kinerja kerja

• Jadwal Sosial terganggu

• Kelumpuhan tidur (Sleep paralysis)

• Hubungan sosial yang terganggu

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

Sepengetahuan peneliti bawa penelitian mengenai hubungan shift kerja

perawat dengan kejadian sleep paralysis belum pernah dilakukan sebelumnya.

Akan tetapi penelitian yang memfokuskan pada kajian kejadian sleep

paralysis di Indonesia berdasarkan telaah jurnal dan literatur yaitu penelitian

yang pernah dilakukan oleh Ruby Larasaty, mahasiswa Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia tahun 2012 mengenai hubungan Tingkat

Stres dengan kejadian Sleep paralysis pada mahasiswa FIK UI Angkatan 2008.

36
2.3 Kerangka Teori

SHIFT KERJA PERAWAT

SHIFT PAGI SHIFT SORE SHIFT MALAM

Shift Work

Excessive sleepiness
DIsorder
Insomnia
GANGGUAN IRAMA
SIKARDIAN
Depression Impaired
work performance

Sleep loss HALUSINASI

Disrupted social TEROR &


schedules KETAKUTAN

Sleep KEKAKUAN
OTOT
paralysis

RASA TERTEKAN PADA


DADA,
TENGGOROKAN DAN PERUT

(Sumber: American Academy of Sleep Medicine)


2.4 Kerangka Konsep

SLEEP
SHIFT
PARALYSIS
KERJA

Ket Variabel Independen

Variabel Dependen

Berhubungan

37
2.5 Hipotesis
Ha : Terdapat hubungan shift kerja dengan kejadian sleep paralysis di RSUD Toto

Kabila Kabupaten Bone Bolango.

H0 : Tidak terdapat hubungan shift kerja dengan kejadian sleep paralysis di RSUD

Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.

38
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 November – 28 November 2017

dan bertempat di Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kabila Kabupaten Bone

Bolango

3.2 Desain Penelitian


Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian

yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada

seluruh proses penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Desain dalam penelitian ini adalah survey analitik yaitu suatu penelitian

yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi

dan yang menyebabkan terjadinya maslah tersebut untuk kemudian di analisa

apakah terdapat hubungan diantara keduanya (Notoadmojo, 2010).

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu suatu

penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-

variabel efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).

3.3 Variabel Penelitian


3.3.1 Variabel Independen

Variabel independen sering disebut dengan variabel bebas. Variabel bebas

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Notoatmodjo, 2010). Variabel Bebas

(Independent Variable) dalam penelitian ini adalah Shift Kerja Perawat

39
3.3.2 Variabel dependen

Variabel dependen sering disebut dengan variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas (Notoatmodjo, 2010). Variabel Terikat (Dependent Variable) dalam

penelitian ini adalah Kejadian Sleep Paralysis Pada Perawat

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil
1 Shift Shift Kerja adalah Data Nominal a. Shift
Kerja pola pembagian jam Sekunder Permanen
kerja dalm waktu 24 (Shift
jam yang dibagi Pagi)
menurut 3 kelompok b. Shift
shift yaitu shift pagi, Rotasi
sore dan malam. (Shift Sore
– Malam)
(William,
2004)
2 Kejadian Sleep paralysis atau Kuisioner Ordinal a. Tidak
Sleep Tindihan merupakan Sleep
Paralysis suatu fenomena paralysis
dimana tubuh tertidut apabila
sedangkan otak reponden
masih terjaga atau tidak
setengah tidur memilih
sehingga terjadi salah satu
ketidaksinambungan pertayaan
antara kerja tubuh b. Sleep
dan otak yang biasa paralysis
disertai dengan apabila
halusinasi. responden
memilih 1
atau lebih
pertanyaan

40
3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat

yang berada RSUD Toto Kabila kabupaten Bone Bolango yaitu sebanyak 156

responden.

3.5.2 Sampel

Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang

bersedia dijadikan sampel penelitian di RSUD Toto Bone Bolango yaitu sebanyak

125 responden.

3.5.3 Teknik Sampling

Tehnik sampel yang digunaan pada penilitian ini yaitu purposive sampling.

Menurut Arikunto (2006) pengertiannya adalah teknik mengambil sampel dengan

tidak berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya

pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003:

96). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Perawat yang memiliki status aktif sebagai perawat di RSUD Toto

Kabila Kabupaten Bone Bolango

41
b. Perawat yang bekerja pada bagian pelayanan (perawat fungsional) di

RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

c. Perawat yang bersedia dijadikan sample penelitian

2. Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi adalah meng-hilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu

(Nursalam, 2003: 97). Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah perawat

yang sedang dalam keadaan hamil dan menyusui, dan tidak berada dalam

situasi shift malam saat fenomena sleep paralysis terjadi.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

untuk mengukur apakah ada hubungan shit kerja dengan kejadian sleep paralysis

pada perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.

Menurut (Sugiyono, 2008). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab.

Penilaian kuisioner dilakukan dengan memberikan label berupa angka atas

jawaban ya/tidak.. Skor 1 diberikan untuk jawaban “Ya” dan skor 0 untuk jawaban

“Tidak”.

3.7 Tehnik Pengumpulan Data

3.7.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil wawancara pada responden dengan

menggunakan kuesioner untuk mendapatkan identitas responden, umur, jenis

42
kelamin, shift kerja dengan kejadian sleep paralysis pada perawat di RSUD Toto

Kabila Kabupaten Bone Bolango.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara meminta data perawat fungsional di

RSUD Toto Kabupaten Bone Bolango.

3.8 Tehnik Analisa Data

3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan elektronik dengan

menggunakan kalkulator dan program statistik yang ada pada komputer.

Pengolahan data dengan komputer dapat dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut, yaitu (Notoatmodjo, 2012):

a. Editing.

Hasil wawancara, angket/kuesioner atau pengamatan dari lapangan

untuk mengetahui shift dan kejadian sleep paralysis pada perawat di RSUD

Toto Kabila kabupaten Bone Bolango. Jika ternyata masih ada data atau

informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara

ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (droup out).

b. Coding.

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng “kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Semua jawaban benar

diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0.

43
c. Memasukan Data (Data Entry) atau Processing.

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program atau

“software” komputer. Salah satu paket program yang paling sering

digunakan untuk “entri data” penelitian adalah paket program SPSS for

windows.

d. Pembersihan Data (Cleaning).

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut

pembersihan data (data cleaning).

1. Penyajian Data

Data hasil pengolahan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan dinarasikan.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat.

Analisis univariat dilakukan dengan cara mendeskripsikan

atau menggambarkan masing-masing variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2012). dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi

dengan menggunakan rumus :

𝑓
𝑝= 𝑥 100%
𝑛
Keterangan :

44
P = Presentase

F = Jumlah jawaban yang benar

N = Jumlah seluruh pertanyaan

100% = Bilangan Konstan (Mahfoedz, 2011).

b. Analisis Bivariat.

Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya

hubungan signifikan atau pengaruh antara variabel Shift Kerja,

kejadian Sleep Paralysis pada perawat dengan menggunakan uji

statistik uji Chi-Square dengan rumus :

Keterangan:
2
(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ)2
𝑥𝑝 = ∑(
𝑥𝑝2 = Nilai Chi-Square. 𝑓ℎ
𝑖𝑗

𝑓𝑜 = Frekuensi Observasi

𝑓ℎ = Frekuensi harapan (Hidayat, 2011;123).

Dimana untuk mencari frekuensi yang diharapkan

menggunakan rumus:

(∑ 𝑓𝑘 − ∑ 𝑓𝑏
𝑓ℎ =
∑𝑇

Keterangan:

𝑓ℎ = Frekuensi yang diharapkan

∑𝑓𝑘 = Jumlah frekuensi pada kolom

∑𝑓𝑏 = Jumlah frekuensi pada baris.

45
∑𝑇 = Jumlah keseluruhan baris dan kolom (Hidayat,

2011;123)

Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5% atau taraf

kesalahan 0,05. Menguji nilai x2 tabel yang diperoleh dengan harga

kritis dengan tingkat kemaknaan 0,05 menggunakan rumus:

𝑛 = (𝑘 − 1)(𝑏 − 1)
Keterangan:

k = banyaknya kolom

b = banyaknya baris

Kriteria hubungan berdasarkan nilai X2 hitung yang

dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai X2 dalam tabel,

dengan kriteria sebagai berikut :

1) Jika X2 hitung ≥ X2 tabel, maka Ha diterima Ho ditolak.

2) Jika X2 hitung ≤ X2 tabel, maka Ha ditolak Ho diterima (Hidayat,

2011;124).

3.9 Etika Penelitian

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam

pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian.

Etika-etika dalam melakukan penelitian yaitu:

46
a. Informed consent

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan partisipan,

dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent). Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilaksanakan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi partisipan. Tujuan informed

consent adalah agar partisipan mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya, jika partisipan bersedia maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan, serta bersedia untuk direkam dan jika

partisipan tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak partisipan.

b. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang disajikan.

c. Kerahasiaan (confidentiality)

Merupakan etika dalam penelitian untuk menjamin kerahasiaan dari

hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua

partisipan yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.

47
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat RSUD Toto Kabila

Pada mulanya bangunan Rumah Sakit Kusta Toto (RSKT) adalah

merupakan bangunan peninggalan Pemerintah Jepang yang oleh Jepang didirikan

pada tahun 1942 dengan nama Bokuka (bahasa Jepang), yang artinya Gudang

tempat perbekalan. Pada waktu masa peralihan dari Pemerintahan Jepang atas usaha

dari beberapa anggota masyarakat daerah Kabupaten Gorontalo, yang di prakarsai

oleh dr. Aloei Saboe, gudang tersebut diminta dari pemerintah Jepang untuk

dijadikan satu tempat khusus, untuk menampung orang-orang (penderita-penderita)

yang mengidap penyakit Kusta.

Pada waktu itu penderita-penderita penyakit tersebut harus diasingkan jauh

dari keluarga dan masyarakat umum,oleh karena penyakit kusta terkenal dengan

sebagai penyakit menular yang sangat berbahaya dan sangat ditakuti. Dari tahun ke

tahun makin lama jumlah penderita Kusta makin bertambah dengan jumlah 305

orang,penderita tersebut berasal dari Kabupaten Gorontalo maupun dari daerah luar

Kab.Gorontalo seperti Sulawesi Tengah dan Kab.Minahasa ( pada saat itu Pulau

Sulawesi hanya ada satu Propinsi).

Dengan demikian Gudang tersebut menjadi tempat mengisolir sekaligus

menampung penderita Kusta yang kemudian dikenal oleh masyarakat dengan

sebutan Rumah Sakit Kusta Toto karena berlokasi di Desa Toto, maka diberi nama

48
Rumah Sakit Kusta Toto (RSKT). Saat ini RSTK tidak lagi digunakan dan berganti

nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Toto Kabupaten Bone Bolango.

4.1.2 Visi, Misi, Motto, Falsafah, Tujuan dan Nilai RSUD Toto Kabila

1. Visi

“Rumah Sakit Terkemuka di Provinsi Gorontalo dan Sekitarnya”

2. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, RSUD Toto Kabila menetapkan 4

(empat) misi, yaitu :

a. Memberikan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau yang

berorientasi pada kepuasan pelanggan.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang profesional.

c. Mengelola seluruh sumber daya secara transparan, efektif, efisien dan

akuntabel

d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana/prasarana pelayanan di

semua bidang secara terus menerus dan berkesinambungan.

3. Motto

“Melayani dengan senyum”.

4. Falsafah

“Pelayanan Kesehatan Diselenggarakan Dengan Berlandaskan Etika Dan

Profesionalitas”.

5. Tujuan

“Menjadi Rumah Sakit Yang Mampu Memberikan Pelayanan Prima Dan Inovatif

Dengan Didukung Oleh Sumber Daya Manusia Yang Handal Dan Profesional”

49
4.1.3 Pelayanan Unit Rawat Inap dan Rawat Jalan

Saat ini di RSUD Toto kabila terdiridari 9 ruangan rawat inap yang terdiri

dari Ruang ICU, Ruang Interna 1, Ruang Interna 2, Ruang Bedah, Ruang VIP,

Ruang Flamboyan, Ruang Anak, Ruang NICU dan Nifas. Sedangkan Unit Rawat

Jalan Terdiri atas Poliklinik Penyakit Dalam, Bedah, Urologi, Mata, THT, Kulit,

Anak serta Kebidanan. Selain itu terdapat Instalasi Gawat Darurat, Ruang

Persalinan (VK), Kamar Bedah (OK) dan Unit Hemodialisa.

4.1.4 Pelayanan Keperawatan

Perawat Di RSUD Toto Kabila bekerja pada bagian struktural dan pelayanan.

Pada Bagian pelayanan baik rawat inap, rawat jalan, dan kegawatdaruratan.

4.2 Hasil penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden di Rumah Sakit Umum Toto Kabila Kabupaten Bone

Bolango

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Hasil analisis mengenai karakteristik responden berdasarkan usia

dari 125 responden yang diteliti disajikan dalam tabel distribusi frekuensi

berikut ini:

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di RSUD


Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango
No Usia Jumlah %
1 20 – 29 tahun 92 73,6%
2 30 – 39 tahun 32 25,6%
3 > 40 tahun 1 0,8%
Jumlah 125 100
Sumber: Data Primer, 2017

50
Tabel 4.1 diketahui bahwa terdapat 125 perawat yang menjadi

responden di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango, yang berusia

20 - 29 tahun sebanyak 92 orang (73,6%), responden berusia 30 - 39 tahun

sebanyak 32 orang (25,6%), responden berusia >40 tahun sebanyak 1 orang

(40,8%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden berada pada

kategori usia 20 - 29 tahun.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil analisis mengenai karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin dari 125 responden yang diteliti disajikan dalam tabel distribusi

frekuensi berikut ini:

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin RSUD Toto


Kabila Kabupaten Bone Bolango
No Jenis Kelamin Jumlah %
1 Laki-laki 24 19,2%
2 Perempuan 101 80,8%
Jumlah 125 100
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 4.2 diketahui bahwa 125 perawat yang menjadi responden di

RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango yang berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 24 responden (19,2%) sedangkan berjenis kelamin

perempuan sebanyak 101 responden (80,8%). Hasil ini menunjukan bahwa

responden di RSUD Toto Kabila sebagian besar berjenis kelamin

perempuan.

51
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Ruangan

Hasil analisis mengenai karakteristik responden berdasarkan

ruangan dari 125 responden yang diteliti disajikan dalam tabel distribusi

frekuensi berikut ini:

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Ruangan di RSUD Toto


Kabila Kabupaten Bone Bolango
No Pendidikan Jumlah %
1 R. Anak 11 8.8%
2 R. Bedah 18 14.4%
3 R. Flamboyan 8 6.4%
4 R. ICU 12 9.6%
5 R. IGD 18 14.4%
6 R. Interna 1 18 14,4%
7 R. Interna 2 14 11,2%
8 R. NICU 14 11,2%
9 R. VIP 12 9,6%
Jumlah 125 100
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 4.3 diketahui bahwa 125 perawat yang bersedia menjadi

responden di unit rawat inap RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

yang bekerja di R. Anak berjumlah 11 responden (8,8%), R. bedah 18

responden (14,4%), R. flamboyan 8 responden (6,4%), R. ICU 12 responden

(9,6%), R. IGD 18 responden (14,4%), R. interna 1 18 responden (14,4%),

R. interna 2 14 responden (11,2%), R. NICU 14 responden (11,2%) dan R.

VIP 12 responden (9,6%). Hal ini menujukan responden di RSUD Toto

Kabila sebagian besar berada di R. Bedah, Interna 1 dan IGD.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja

52
Hasil analisis mengenai karakteristik responden berdasarkan lama

kerja dari 125 responden yang diteliti disajikan dalam tabel distribusi

frekuensi berikut ini:

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja di RSUD Toto


Kabila Kabupaten Bone Bolango
No Lama Kerja Jumlah %
1 < 6 Tahun (Masa Kerja Baru) 76 60.8%
2 6-10 Tahun (Masa Kerja Sedang) 46 36.8%
3 >10 tahun (Masa Kerja Lama) 3 2.4%
Jumlah 125 100
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 4.4 diketahui bahwa 125 responden di RSUD Toto Kabila

Kabupaten Bone Bolango yang telah lama bekerja selama < 6 tahun (masa

kerja baru) sebanyak 76 responden (60.8%), lama bekerja selama 6-10 tahun

(masa kerja sedang) sebanyak 46 responden (36.8%) dan lama bekerja >10

tahun (masa kerja lama) sebanyak 3 responden (2.4%%) . Hasil ini

menunjukan bahwa responden di RSUD Toto Kabila persentase responden

sebagian besar responden yang sudah bekerja selama < 6 tahun.

2. Karakteristik Shift Kerja Pada Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone

Bolango.

Hasil analisis mengenai karakteristik shift kerja dari 125 responden yang

diteliti disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini:

Tabel 4.5 Distribusi Shift Kerja Kerja perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten
Bone Bolango

No Shift Kerja Jumlah %


1 Permanen 59 47,2%
2 Rotasi 66 52,8%
Jumlah 125 100
Sumber: Data Primer, 2017

53
Tabel 4.5 diketahui bahwa 125 responden di RSUD Toto Kabila

Kabupaten Bone Bolango yang bekerja pada shift permanen sebanyak 59

responden (47,2%) dan yang bekerja pada shift rotasi sebanyak 66 responden

(52,8%) . Hasil ini menunjukan bahwa responden di RSUD Toto Kabila

sebagian besar bekerja pada shift rotasi.

3. Kejadian Sleep paralysis pada Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone

Bolango

Instrumen penelitian dinyatakan valid karena telah diuji melalui korelasi

bivariat Pearson dan Correlated Item-Total Correlation dan diperoleh nilai

signifikan dua sisi memenuhi syarat validitas instrument yaitu <0.05. Sementara

itu untuk uji reabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach karena instrument

data berbentuk skala bertingkat (skala Guttman) dan diperoleh nila alpha 0.792.

Hal tersebut berarti instrument penelitian yang dipakai memenuhi sufficient

reability yaitu >0.7.

Hasil analisis mengenai Kejadian Sleep paralysis pada responden yang

diteliti disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini:

Tabel 4.6 Distribusi Kejadian Sleep paralysis Pada Perawat Di RSUD Toto
Kabila Kabupaten Bone Bolango
Kejadian Sleep paralysis
Non-SP SP Total
n % n %
101 80.8 24 19.2 100%
Sumber: Data Primer, 2017

54
Tabel 4.6 diketahui distribusi diketahui sebagian besar responden di

RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango tidak mengalami kejadian sleep

paralysis yaitu 101 responden (80.8%).

2.1.2 Analisis Bivariat

Hasil analisis bivariat mengenai Kejadian Sleep paralysis berdasarkan shift

kerja disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.8 Hubungan Sleep paralysis dengan Kejadian Sleep paralysis pada Perawat
Di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango
Kejadian Sleep paralysis
Shift Kerja Non-SP SP p
N % n %
Permanen
51 40.8 8 6.4
(Pagi)
Rotasi 0.130*
50 40 16 12.8
(Sore-Malam)
Total 101 80.8 24 19.2
Sumber: Data Primer. 2017

Tabel 4.8 diketahui kejadian sleep paralysis berdasarkan shift kerja di

RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango sebagian besar terjadi pada shift

rotasi yaitu sebanyak 12.8% (n=16) dari total reponden pada shift rotasi atau 24.2%

dari seluruh total responden. Dari uji Chi Square diperoleh nila p value = 0.130.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Shift Kerja Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

Berdasarkan hasil pengumpulan data shift kerja perawat melalui kuisioner

serta data jadwal kerja per ruangan diperoleh jumlah responden di RSUD Toto

Kabila yang bekerja pada shift rotasi lebih banyak daripada yang bekerja shift

55
permanen yaitu sebanyak 66 responden (52.8%). Sementara itu jumlah responden

yang bekerja pada shift permanen sebanyak 59 responden (47.2%).

Responden pada shift rotasi bekerja pada dua shift kerja secara bergantian

yaitu shift sore dan shift malam. Shift sore bekerja dari pukul 14.00 – 21.00 dan shift

malam dari pukul 21.00 sampail 08.00. Sistem penjadwalan kerja dibagi berturut

turut dengan pola sore-sore-malam-malam-libur-libur dengan jumlah setiap

shiftnya adalah 2-3 perawat. Perawat yang bekerja pada shift permanen adalah

perawat pada shift pagi dari pukul 08.00 – 14.00 dan bersifat menetap selama 1 – 2

bulan bergantung pada kebijakan di setiap ruangan serta pembagian yang sudah

ditetapkan dari bagian keperawatan rumah sakit.

Sistem pembagian shift berbeda antara ruangan. Pelayanan rawat inap

menggunakan sistim shif, poliklinik rawat jalan menggunakan sistim non-shift,

instalasi bedah sentral serta hemodialisa menggunakan sistim non-shift serta oncall.

Poliklinik rawat jalan dan ruangan hemodialisa bekerja pada pukul 08.00 – 12.0,

akan tetapi jam kerja bisa lebih dari yang ditentukan bergantung pada kebijakan

tambahan karena jumlah pasien yang banyak. Instalasi bedah sentral dan

hemodialisa memiliki jadwal tambahan berupa sistim oncall, yaitu jam kerja

tambahan diluar jam kerja yang ditentukan, yang bersifat urgent dan spesifik.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Alawiyyah

(2009) yang mengatakan bahwa sebagian besar perawat di rumah sakit bekerja pada

shift rotasi. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja

disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja. Ciri khas tersebut

adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Menurut William (2004)

56
mengklasifikasikan shift kerja menjadi tenaga kerja yang bekerja pada shift yang

tetap setiap harinya disebut dengan shift permanen sedangkan tenaga kerja bekerja

tidak terus-menerus di tempatkan pada shift yang tetap disebut shift rotasi.

4.3.2 Kejadian Sleep paralysis pada Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten

Bone Bolango

Berdasarkan hasil penelitian diketahui jumlah responden sebagian besar

tidak mengalami sleep paralysis yaitu sebanyak 101 responden (80.8%) sementara

yang mengalami sleep paralysis hanya sebanyak 24 responden (19.2%).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Fokard (1984)

yang mengatakan bahwa perawat yang mengalami kejadian sleep paralysis hanya

sebanyak 12%. Sementara itu Lindsey (2001) melakukan survey pada 64 perawat

di rumah sakit diperoleh sebanyak 26.6% pernah mengalami kejadian sleep

paralysis

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa faktor yang berkontribusi

terdadap kejadian sleep paralysis berdasarkan karakteristik responden yang

didapat. Faktor -faktor tersebut meliputi jenis kelamin, usia, lama kerja serta

ruangan kerja yang dikaitkan dengan peningkatan beban kerja.

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin diperoleh sebagian besar sleep

paralysis terjadi pada wanita yaitu sebesar 16% sementara pada pria hanya 3.2%.

Walaupun proporsi sampel wanita lebih banyak dari pria akan tetapi menurut

asumsi peneliti hal yang menyebabkan wanita rentan mengalami sleep paralysis

adalah faktor kelelahan. Kelelahan dikaitkan dengan kondisi hormonal pada wanita

serta faktor ketahanan yang berbeda dengan pria pada umumnya. Sebagian besar

57
wanita yang bekerja sebagai perawat di RSUD Toto Kabila adalah mereka yang

sudah berkeluarga serta memiliki tanggung jawab di luar pekerjaan sebagai perawat

yaitu sebagai ibu rumah tangga. Selain itu perbedaan hormonal antara wanita dan

laki-laki juga memberikan pengaruh terhadap kualitas tidur, dimana hormon

estrogen dan progesteron pada wanita lebih dominan dibandingkan dengan laki-

laki. Keberadaan hormon ini sangat berpengaruh terhadap siklus tidur.

Reseptor hormon estrogen dan progesteron terletak pada bagian tersendiri

di hipotalamus, dimana posisi tersebut mempengaruhi irama sirkadian dan pola

tidur secara langsung (Prasadja, 2009). (2009) dan Sumirta dan Laraswati (2014)

yang menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan responden wanita memiliki

prevalensi gangguan tidur yang lebih besar dari laki-laki. Hasil pada penelitian ini

juga menunjukkan hasil yang serupa dengan teori dan hasil penelitian lainnya,

dimana sebagian besar pekerja shift wanita memiliki kualitas tidur yang buruk.

Sementara itu berdasarkan karakteristik usia responden di RSUD Toto

Kabila sebagian besar responden berada pada rentang usia 20 – 29 tahun sebesar

73.6%. Sebagian besar sleep paralysis terjadi pada umur 20 – 29 tahun yaitu sebesar

15.2%. Pekerja pada rentang usia tersebut merupakan usia yang rentan mengalami

berbagai macam gangguan tidur. Menurut asumsi peneliti, hal ini didasarkan pada

kemampuan pekerja untuk beradaptasi dengan lingkungan kerjanya, dimana usia

tersebut tahun merupakan usia awal seorang pekerja untuk bekerja, sehingga pada

masa inilah pekerja mulai beradaptasi dengan pekerjaannya. Hal tersebut dapat juga

dikaitkan dengan faktor masa kerja dimana diperoleh bawah responden dengan

58
masa kerja baru sebagian besar mengalami kejadian sleep paralysis yaitu sebanyak

16%.

Krostabulasi data juga dilakukan pada perawat di tiap ruangan kerja di

RSUD Toto Kabila dimana diperoleh tingkat kejadian sleep paralysis meningkat

pada ruang kerja yang memiliki beban kerja lebih besar dibanding dengan ruang

rawat inap lainnya. Dalam hal ini perawat yang bekerja di Instalasi Gawat darurat

sebanyak 22,2 % dan interna 1 sebanyak 16, 7% mengalami sleep paralysis.

Hal diatas terjadi karena faktor beban kerja disetiap ruangan berbeda.

Beban kerja fluktuatif perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Toto kabila dapat

disebabkan oleh jumlah pasien dan tingkat keparahan pasien yang tidak dapat

diprediksi, beragamnya tugas keperawatan diharuskannya perawat untuk dapat

bekerja cepat, tanggap, dan tepat dalam menangani pasien, serta adanya tekanan

dan tuntutan untuk menyelamatkan pasien sehingga menyebabkan peningkatan

stress dan kelelahan. Kelelahan dapat dikaitan dengan pemenuhan istrahat yang

berkurang sehingga komposisi dan frekuensi tidur menjadi lebih sedikit yang

berkontribusi pada peningkatan gangguan tidur. Sesuai dengan hasil wawancara

diperoleh perawat yang bekerja pada instalasi gawat darurat tidak memiliki jam

tidur yang beraturan.

Begitupula di ruangan interna 1 atau dikenal dengan bangsal kelas 3. Jumlah

pasien rawat inap yang rata rata lebih banyak memberikan pengaruh yang signifikan

pada peningkatan beban kerja. Perawat bekerja dengan proporsi perbandingan

perawat dan pasien yang berbeda jauh. Perawat shift di ruangan tersebut hanya

berjumlah 2-3 orang dengan perbandingan jumlah pasien yang rata rata mencapai

59
> 60 pasien. Beban kerja yang di alami para perawat juga bisa di akibatkan oleh

panjangnya atau lama shif dalam kerja dan lembur, dimana lembur di gunakan

karena adanya kekurangan staf maupun peningkatan pasien secara mendadak

sehingga penambahan jam kerja akan mengurangi jam istirahat perawat itu sendiri

Penelitian Samra & Smith (2015) menyebutkan terdapat hubungan yang erat

antara jam kerja yang panjang dengan peningkatan resiko gangguan tidur.

Kekurangan tidur terjadi jika salah satu atau lebih faktor berikut terjadi pada

seseorang yaitu tidak mendapatkan cukup tidur (kurang tidur), tidur pada waktu

yang salah (tidak sinkron dengan jam alami tubuh), dan ketidakberaturan jam

/jadwal tidur.

Sementara itu berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebagian besar

responden yang mengalami sleep paralysis mengatakan mengalami gejala berupa

tiba tiba tidak bisa berbicara atau berteriak dan merasakan tekanan yang kuat pada

dada. Hasil wawancara dari beberapa responden mengatakan saat terjadi serangan

sleep paralysis mereka berusaha untuk bangun dan melepaskan diri dari kejadian

tersebut. Beberapa dari mereka bahkan merasakan sulit bernapas. Hanya sebagian

kecil dari responden mengatakan mereka berhalusinasi, seperti melihat sesosok

yang menakutkan.

Hal ini sejalan dengan penjelasan oleh Dr.Max Hirshkowitz, direktur Sleep

Disorders Center di Veterans Administration Medical Center di Houston dimana ia

mengatakans sleep paralysis muncul ketika otak kita mengalami kondisi transisi

antara tidur mimpi yang dalam (REM dreaming Sleep) dan kondisi sadar. Selama

REM dreaming sleep, otak kita mematikan fungsi gerak sebagian besar otot tubuh.

60
Saat gelombang otak saat tidur tidak berjalan seharusnya, secara mendadak terjadi

lompatan dari REM menuju setengah sadar (N-REM). Saat itulah seseorang

tersebut merasa ingin melakukan sesuatu tapi tidak bisa bergerak.

Menurut Cheyne (2002) menyebutkan bahwa terdapat dua sistem otak yang

berkontribusi dalam terjadinya sleep paralysis. Sistem otak yang paling

mempengaruhi terjadinya sleep paralysis adalah struktur inner-brain/bagian dalam

otak yang mengatur ancaman dan tanggapan terhadap bahaya dalam hal ini yang

dapat memicu seseorang melihat sosok yang mengintai dalam kegelapan di

dekatnya.

4.3.3 Hubungan Shif Kerja Dengan Kejadian Sleep paralysis pada perawat di

RSUD Toto Kabila kabupaten Bone Bolango.

Berdasarkan hasil analisa bivariat, hasil penelitian ini diperoleh yang tidak

mengalami kejadian sleep paralysis pada shif kerja permanen itu sebanyak 51

responden, (40.8%), sedangkan yang mengalami sleep paralysis pada shif kerja

permanen sebanyak 8 responden (6.4%). Dan untuk responden yang tidak

mengalami kejadian sleep paralysis pada shif kerja rotasi itu sebanyak 50

responden, (40%), sedangkan yang mengalamis Sleep paralysis pada shif kerja

permanen sebanyak 16 responden (12.8%).

Dan dari Hasil analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p

value = 0.130 (p > 0.05) artinya bahwa tidak ada hubungan antara shif kerja dengan

kejadian sleep paralysis. Hal ini selaras dengan penelitian oleh Saftarina ( 2013)

tentang Hubungan Shif Kerja Dengan Gangguan Pola Tidur Pada Perawat Instalasi

Rawat Inap RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung, dalam hasil penelitiannya

61
menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan shif kerja dengan gangguan pola tidur.

Begitu juga dengan hasil peneltian yang diterbitkan oleh handayani (2008) yang

mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara shif kerja dengan ganguan pola tidur

yang mendapakan nilai p value 0.292.

Hasil peneltian ini juga selaras dengan hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Wijaya (2005), dimana dalam hasil penelitiannya juga diperoleh

Hasil analisis regresi tidak terdapat hubungan antara shift kerja dengan gangguan

tidur dimana P Value: 0,945. Analisis variansi diperoleh P: 0,524, menunjukan

tidak terdapat perbedaan antara shift kerja dengan gangguan tidur.

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh 6.4% pekerja shift permanen atau

non shift mengalami sleep paralysis sementara 12,8% pada shift rotasi. Peneliti

berasumsi bahwa pekerja dengan kerja shift tidak selamanya akan mengalami

kejadian sleep paralysis, ada juga pekerja dengan kerja non shif pernah bahkan

sering mengalami kejadian sleep paralysis. Beberapa faktor yang menyebabkan

tidak adanya hubungan shift kerja dengan kejadian sleep paralysis pada perawat di

RSUD Toto Kabila yaitu adanya faktor adaptasi serta beban kerja yang berbeda

baik secara individu maupun antar ruangan kerja. Kondisi mental emosional serta

kesiapan menjalani shift merupakan faktor yang berpengaruh pada kualitas tidur

seseorang. Perubahan faktor-faktor internal dan atau eksternal akan mempengaruhi

kualitas tidur perawat terhadap sistem kerja shift rotasi.

Asumsi lebih lanjut mengarah ke sistim pembagian shift yang berbeda.

Berdasarkan hasil data karakteristik responden diketahui bahwa proporsi jam kerja

pekerja perawat rotasi dan permanen di RSUD Toto Kabila tidak seimbang. Sistem

62
shift kerja di RSUD Toto kabila menggunakan sistim 3 shift dengan pola 2-2-2

dimana perawat yang bekerja pada shift rotasi memiliki jam kerja lebih banyak

dengan masing - masing shift sore 2x7 jam dan shift malam 2 x 11 jam dengan 2

hari libur dengan 1 hari shift rotasi yang tak menentu. Sementara perawat shift

permanen memiliki jumlah jam kerja lebih sedikit yaitu 6 jam perhari atau 36 jam

perminggu dengan libur kerja seminggu sekali tanpa menggangu porsi tidur di

rumah. Hal ini berakibat pada peningkatan kelelahan kerja yang mengakibatkan

angka kejadian sleep paralysis pada shift rotasi lebih besar dari mereka yang bekerja

pada shift permanen sebesar 52,8%.

Terdapat faktor faktor lain dijelaskan berdasarkan analisa krostabulasi yang

dilakukan peneliti terhadap karakteristik jenis kelamin, usia, lama kerja serta ruang

kerja perawat terhadap kejadian sleep paralysis, diperoleh semua faktor tersebut

saling mempengaruhi. Diketahui jenis kelamin wanita memiliki angka prevalesi

yang lebih tinggi dengan niali expected mencapai 11% dibanding pria walaupun

proporsi sampel pada wanita berbeda. Begitupula faktor usia dimana perawat yang

bekerja di RSUD Toto yang mengalami sleep paralysis didominasi oleh perawat

perawat muda dengan rentang usia 20-29 tahun. Hasil penelitian juga

menunujukkan angka prevalensi terbesar berada pada instalasi gawat darurat serta

ruang interna kelas 3 (bangsal).

Hal ini sejalan dengan pernyataan Bae dan Scaefer (2005) yang menyatakan

bahwa kejadian sleep paralysis bisa terjadi pada semua orang oleh karena setiap

manusia memiliki tahapan –tahapan tidur tersendiri yang secara fisiologis berbeda

dan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor.

63
Bila dibandingkan dengan teori yang disampaikan oleh Culebras (2011),

sleep paralysis dapat terjadi dikaitkan dengan beberapa hal, diantaranya jadwal

tidur yang berubah-ubah, kondisi mental/stress, dan penggunan zat kimia. Shift

kerja adalah satu dari sekian faktor yang ada hubungan dengan kejadian sleep

paralysis akan tetapi tidak berpengaruh secara luas tergantung faktor faktor lain

yang menyertainya. Pekerja shift terutama shift malam mengalami adaptasi internal

dan eksternal. Adaptasi internal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, status

kesehatan, status emosional, pengalaman menjalani shift sebelumnya, kualitas dan

kuantitas tidur, toleransi terhadap shift malam, dll. Sedangkan adaptasi eksternal

dipengaruhi oleh faktor sosial politik ekonomi psikososial, rotasi dan penjadwalan

shift, motivasi, status nutrisi dan siklus terang gelap lingkungan sekitar (Pati, 2001).

Saat menjalani rotasi shift kerja, tubuh berusaha beradaptasi, baik internal

mapun eksternal. Jika pekerja tidak dapat beradaptasi dengan baik maka akan

meningkatkan terjadinya gangguan tidur. Adaptasi pekerja pada shift yang menetap

lebih baik dibandingkan dengan pekerja yang bekerja dengan shift rotasi (Fujino,

2001).

Penelitian mengenai studi komparatif kualitas tidur perawat shift dan non

shift di unit rawat inap (safitrie, 2013) menunjukkan terdapat hubungan antara shift

kerja dengan kualitas tidur sementara itu hasil dari analisis data yang dilakukan oleh

Noni (2012) mengenai gangguan tidur dan circadian rhythm pada perawat pekerja

shift diketahui terdapat hubungan yang menunjukkan pada perawat aktif yang

mengalami gangguan tidur sebanyak (52,6%).

64
Hal yang menjadi perbedaaan dalam penelitian ini adalah responden

penelitian di RSUD Toto Kabila bekerja pada shift yang menggunakan sistim 3

shift. Sementara pada penelitian penelitian sebelumnya yang sebagian besar

dilakukan di Amerika dan di beberapa negara negara eropa saat ini mayoritas

instansi rumah sakit serta klinik disana memberlakukan sistem 2 shift atau Long

shift. Sistim tersebut dibagi dalam 12 jam tiap shift yaitu day shift (7 am-7 pm) dan

night shift (7 pm-7 am). Pembagain shift kerja /12 jam tampaknya telah menjadi hal

yang biasa, menggantikan shift 8 jam yang umum terjadi beberapa dekade yang

lalu. Menurut sebuah studi baru-baru ini dari University Of Pennsylvania School

Of Nursing, 65 persen dari 23.000 perawat yang disurvei bekerja selama 12

jam. Ditemukan bahwa perawat melaporkan peningkatan kelelahan. Hal ini

menyebabkan peningkatan beban kerja yang lebih besar sehingga menyebabkan

para perawat yang bekerja di shift malam rentan mengalami gangguan tidur.

Perawat di rumah sakit yang tidak terbiasa dengan shift kerja termasuk

kondisi yang dikenal dengan shift work sleep disorder (SWSD) . SWSD

mempengaruhi ritme sirkadian. Gejala SWSD meliputi mengantuk berlebihan dan

kelelahan, sakit kepala dan kurang konsentrasi. Akibatnya, SWSD dapat

menyebabkan gangguan yang lebih serius seperti depresi dan kecemasan dan

kelelahan. Akibat dari ketidak selarasan antara kelelahan fisik serta kesiapan otak

untuk beristirahat maka akan muncul gejala gangguan tidur yang lebih spesifik

berupa kejadian sleep paralysis.

Orang dewasa biasanya akan menyelesaikan siklus sirkadian ini setiap 90

sampai 120 menit, menghasilkan kira-kira empat sampai enam siklus per

65
tidur. Namun, perawat yang menyesuaikan diri dengan jadwal kerja shift harus

mengubah rutinitas tidur mereka, yang bertentangan dengan perasaan alami yang

terkait dengan hari biologis dan malam hari. Perubahan ini memperlambat sekresi

melatonin dan proses SCN lainnya, yang pada gilirannya dapat mengganggu pola

siklus sirkadian. Menurut Journal of Clinical Sleep Medicine , kehilangan tidur

yang terkait dengan kerja shift terutama mempengaruhi segmen kedua (slow-wave

sleep) dan segmen ketiga (tidur REM) dari siklus sirkadian.

Meskipun kejadian sleep paralysis ini dialami oleh semua orang, tetapi

salah satu gangguan tidur ini perlu diwaspadai, karena sleep paralysis merupakan

tanda serangan tidur mendadak yang bisa menyebabkan sleep apnea .

4.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini tentunya juga terdapat kendala dan keterbatasan ,

Beberapa Kendala atau keterbatasan yang dihadapi dan dirasakan oleh peneliti

dalam penelitian yaitu keterbatasan refrensi yang dimiliki peneliti untuk menjadi

rancangan alat ukur serta referensi lokal yang secara spesifik membahas penelitian

ini. Serta masih ada beberpa lagi keterbatasan-keterbatasan lainnya yang dimiliki

peneliti.

66
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan Shif kerja denga

Kejadian sleep paralysis di RSUD Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango

maka dapat disimpulkan :

1.1.1 Bahwa dari 125 responden di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone

Bolango yang bekerja pada shift permanen sebanyak 59 responden

(47,2%) dan yang bekerja pada shift rotasi sebanyak 66 responden

(52,8%). Hasil ini menunjukan bahwa responden di RSUD Toto Kabila

sebagian besar bekerja pada shift rotasi

1.1.2 Dari dari 125 responden di RSUD Toto Kabila Sebagian besar Tidak

mengalami kejadian Sleep paralysis 80,8 % (n=101).

1.1.3 Tidak terdapat hubungan antara shift Kerja Dengan Kejadian Sleep

paralysis di RSUD Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango.

1.2 . Saran

1.2.1 Untuk Perawat yang bekrja dengan kerja shift, diharapkan dan bekrja

dengan jadwal yang teratur, sesuai tupoksi dan tugas pokok, aturan shift,

agar kondisi tubuh dapat berkerja secara optimal

1.2.2 Bagi Peneliti selanjutnya diharapakan dapat melanjutkan penelitian yang

belum dilakukan oleh penelti.

67
DAFTAR PUSTAKA

Ari, Eka Nuryanti. 2016. Analisis Determinan Kualitas Tidur pada Pekerja Shift.
Universitas Islam Syarif Hidayatullah. Jakarta

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.


Jakarta

American Academy of Sleep Medicine. 2008. Cicardian Rhytm Sleep Disorders.


www.aasmnet.org/ Diakses 12 Oktober 2017

Anurogo, Dito. 2012. Fenomena Tindihan. Fakultas Kedokteran Universitas


PalangkaRaya. Palangka Raya

Evaramonte, Herdade da Marmeleira. 2016. Complete Guide to Sleep Paralysis,


Facts, Causes and Benefict. International Academy of Conciousness

Folkard, S. & R.Condon. 1998. Night Shift Paralysis. Journal. University


Hospital and Medical Scool of Clifton Boulevar. Inggris

Fukuda, Kazuhiko, PhD. dkk. 1998. The Prevalence of Sleep Paralysis Among
Canadian and Japanese Collage Student. Thesis. Fukushima University.
Japan

_______. 1987. High Prevalence of Isolated Sleep Paralysis: Kanashibari


Phnomenon in Japan. Journal. Departemen of Psychology Tokyo
Metropolitan Institute for Neuroscience, Tokyo. Japan

Gillian. 2008. Sleep Paralysis and Hallucination; What Clinicalns Need To


Know. www.researchgate.net/publication ? Diakses 14 Oktober 2017

Guyton, Arthur C. 1987. Human Physiology and Mechanism of Disease.


Univerity Of Missisipi Medical Center

Guyton, A.C & Hall, J.E. 1997. Textbook of Medical Physiology (11th Edition).
Elsevier Saunders. Pennysilvenia

Hurd Ryan. 2010. Sleep Paralysis: A Dreamer’s Gude. E-book-Electronic version

_______ . The Sleep Paralysis Report. Journal. DreamStudies.org/ Diakses 12


Oktober 2017

Kuswadji S. 1997. Pengaturan Tidur Pekerja Shift (Tinjauan Pustak). Ikatan


Dokter Kesehatan Kerja Indonesia. Jakarta

67
Larasaty, Ryby. 2008. Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Sleep Paralysis
pada Mahasiswa FIK UI Angkatan 2008. Skripsi. Universitas Indonesia.
Jakarta

Koehler, Casey. 2004. Sleep Paralysis. Thesis. University of Colorado Boulder.


USA

Lindsey, Robert L. 2001. Isolated Sleep Paralysis.


Sleepreviewmag.com/2001/01/isolated-sleep-paralysis/ Diakses 12
Oktober 2017

Murphy, M. 2006. Sleep Paralysis: Hystorycal, Psychological, and Medical


Perspectives. Journal. Sudhansu Chocrovety Irish Medical University.
Acces on book.google.co.id.book/ Diakses 12 Oktober 2017

Notoadmodjo, S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. ECG. Jakarta

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu. Salemba


Medika. Jakarta

Potter, P.A & Perry, A.G. 1997. Fundamentals of Nursing: Concepts, Process and
Practice (4th Edition). St Louis, Mosby year book

_______. 2007. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Vol 2. ECG.


Jakarta

Sharpless, B & Jacques P. B. 2011. Lifetime Prevalence Rates of Sleep Paralysis:


A Systematic Review. NIH Public Acces. Phennysylvania State
University. United States of America

Sleep Research Society. 2013. Advancing Sleep & Cicardian Science.


www.sleepresearchsociety.org/ Diakseses 14 Oktober 2017

Simard, V & Nielsen, T.A (2005) Sleep Paralysis Association Sensed Precence as
A Possible Manifestation of Social Anxiety Dreaming. Journal.
American Psychological Association

Sugiyono. 2008. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D. Alfabeta.


Bandung

Suma’mur P.K. 1994. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung.
Jakarta

Susetyo, Joko, dkk. 2012. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Karyawan
dengan Metode Bourdon Wiersma dan 30 Items of Rating Scale. Thesis.I
nstitut Sains & Teknologi AKPRIND. Yogyakarta

67
Takeuchi, Tamoka PhD. 2002. Cicardian Rhytm. Factor Related to the
Occurrence of Isolated Sleep Paralysis Elicited During a Multi-Phasic
Sleep-Wake Schedule. Thesis. University of Wateloo. Ontario, Canada

William, D. (2008). Nine Shift: Work, Life and Education in the 21st Century.
Learning Resources Network (LERN) ebook

67
2017
Jurnal Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo

HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN KEJADIAN SLEEP PARALYSIS


PADA PERAWAT DI RSUD TOTO KABILA
KABUPATEN BONE BOLANGO

Rachmat Koerniawan Liputo1, Dr. Hj. Lintje Boekoesoe, M.Kes2,


Ns. Wirda Y. Dulahu, M.Kep.3

1. Mahasiswa Jurusan Keperawatan


2. Dosen Jurusan Keperawatan UNG
3. Dosen Jurusan Keperawatan UNG

ABSTRAK

Rachmat Koerniawan Liputo. 2017. Hubungan Shift Kerja dengan


Kejadian Sleep paralysis pada Perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I DR. Hj. Lintje Boekosoe, M.Kes dan
Pembimbing II Wirda Y. Dulahu, Ns, M. Kep.
Shift kerja merupakan pilihan dalam cara pengorganisasian kerja yang
tercipta karena adanya keinginan untuk memaksimalkan produktivitas
kerja.Dampak yang sering dihubungkan dengan kerja shift adalah kelelahan umum
atau general fatigue serta gangguan tidur.Gangguan tidur merupakan salah satu
jenis penyakit yang cukup mengganggu dan sangat mempengaruhi aktivitas sehari-
hari. Kurangnya durasi dan kualitas tidur saat malam hari dapat membuat kelelahan
saat bangun, merasa mengantuk, serta tidak konsentrasi di pagi hingga siang
harinya. Salah satu gangguan tidur yang menjadi fenomena adalah sleep paralysis.
Istilah fenomena tidur lumpuh atau sleep paralysis merupakan fenomena yang
hampir setiap manusia pernah mengalaminya. Setidaknya sekali atau dua kali dalam
hidupnya dan bisa terjadi pada siapa saja. Perubahan ritme tidur, irama sirkardian
merupakan salah satu penyebab seseorang dapat mengalami sleep paralysis.
Desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik, dengan
pendekatan cross sectional Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat di
RSUD Toto Kabila. Penelitian ini meggunakan teknik purposive sampling. Sampel
penelitian berjumlah 125 perawat. Analisis yang digunakan adalah Uji Chi-Square
dan Uji Fisher’s Exact.
Hasil Penelitian menunjukkan sebanyak 19,2% (n=24) perawat mengalami
sleep paralysis dan 80,8% (n=1) tidak mengalami sleep paralysis. Sementara
perawat yang mengalami sleep paraysis di shift permanen sebanyak 6,4% (n=8) dan
shift rotasi 12,8% (n=16). Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji chi-square
diperoleh nilai p value = 0.130 (p > 0.05). Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan hasil dinyatakan tidak bermakna/tidak ada hubungan yang signifikan
antara shift kerja dengan kejadian sleep paralysis..

Kata Kunci : Shift Kerja, Sleep paralysis.

Rachmat Koerniawan Liputo Page | 68


2017
Jurnal Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo

PENDAHULUAN Sistem shift kerja sendiri dapat


Latar Belakang berbeda antara instansi atau
Tidur merupakan kebutuhan perusahaan, walaupun biasanya
dasar manusia yang penting karena menggunakan tiga shift setiap hari
ketika tidur tubuh akan mengalami dengan delapan jam kerja setiap shift.
relaksasi dan merupakan proses Menurut periode shift kerja yang
pemulihan tubuh dan energi. Tidur meliputi shift pagi, shift sore, dan shift
didefinisikan sebagai suatu keadaan malam. Hal yang sama berlaku di
tidak sadar yang menyebabkan reaksi instansi rumah sakit untuk petugas
individu terhadap lingkungan sekitar yang melaksanakan pelayanan selama
menurun bahkan hilang (Wahid & 24 jam sehingga pelayanan dibagi
Nurul, 2007). Hal ini ditandai dengan dalam tiga shift kerja. Dari pembagian
aktivitas fisik minimal, tingkatan ketiga shift kerja tersebut kerja shift
kesadaran menurun, terdapat malam merupakan resiko lebih tinggi.
perubahan-perubahan proses Peneliti tertarik mengangkat
fisiologis tubuh, dan adanya topik Sleep paralysis pada penelitian
penurunan respons terhadap ini karena melihat data dari beberapa
rangsangan dari luar. perawat di rumah sakit. Peneliti telah
Namun demikian banyak melakukan survey awal pada perawat
orang yang mengalami gangguan yang bekerja di RSUD Toto Kabila
tidur. Gangguan tidur merupakan pada beberapa shift kerja secara
salah satu jenis penyakit yang cukup random. Shift Pagi berjumlah 4 orang
mengganggu dan sangat dan Shift Rotasi (Sore-Malam)
mempengaruhi aktivitas sehari-hari. berjumlah 4 orang. Didapatkan
Saat ini fenomena gangguan presentase 12,5% (n=1) pada shift pagi
tidur yang menjadi perhatian yang dan 37,% (n=3) shift rotasi mengalami
serius adalah sleep paralysis. Folkard, sleep paralysis selama sebulan
Condon & Herbert MRC, di Inggris terakhir.
(1986) melakukan penelitian terhadap Tujuan Penelitian
perawat yang mengalami sleep Penelitian ini bertujuan untuk
paralysis. Hasilnya didapatkan 52 mengetahui hubungan shift kerja
(12%) perawat yang disurvei mengaku dengan kejadian sleep paralysis pada
pernah mengalami sleep paralysis. perawat di RSUD Toto Kabila
Persentase 17% pada pria Kabupaten Bone Bolango
dibandingkan pada wanita 12%..
Beberapa penelitian METODE PENELITIAN
menunjukkan adanya kondisi tertentu Penelitian ini dilakukan pada
dimana kejadian sleep paralysis akan tanggal 14 November – 28 November
dialami oleh seseorang pada saat yang 2017 dan bertempat di Rumah Sakit
bersangkutan tidur telentang. Umum Daerah Toto Kabila
Selanjutnya fenomena ini lebih sering Kabupaten Bone Bolango. Desain
terjadi pada mereka yang mengalami dalam penelitian ini adalah survey
kelelahan yang berlebihan serta analitik menggunakan pendekatan
jadwal tidur yang terganggu seperti cross sectional
pada pekerja shift (Potter & Perry, Populasi penelitian ini adalah
2005) seluruh perawat di RSUD Toto Kabila

Rachmat Koerniawan Liputo Page | 69


2017
Jurnal Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo

Kab. Bone Bolango. Sampel yang Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik


didapatkan berdasarkan tehnik Responden Berdasarkan Usia di
purposive sampling yaitu berjumlah RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
125 perawat. Analisa data dalam Bolango
penelitian ini Analisa univariat dan No Usia Jumlah %
bivariat dengan menggunakan uji chi 1 20 – 29 92 73,6
square. 2 30 – 39 32 25,6
3 > 40 1 0,8
HASIL PENELITIAN Jumlah 125 100
Gambaran Umum Lokasi Sumber: Data Primer, 2017
Penelitian Tabel 4.2 Distribusi Responden
Penelitian ini dilakukan Rumah Berdasarkan Jenis Kelamin RSUD
Sakit Umum Daerah Toto Kecamatan Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango
Kabila Kabupaten Bone Bolango. Jenis
Rumah sakit ini merupakan sentra No Jumlah %
Kelamin
pelayanan yang paling mendukung 1 Laki-laki 24 19,2
program kesehatan yang merupakan 2 Perempuan 101 80,8
program pokok dari Kabupaten Bone Jumlah 125 100
Bolango. Rumah Sakit Toto Sumber: Data Primer, 2017
Kabupaten Bone Bolango terletak di Tabel 4.3 Distribusi Responden
desa Toto Utara Kecamatan Tilong Berdasarkan Ruangan di RSUD Toto
Kabila memiliki luas tanah 8 Ha Kabila Kabupaten Bone Bolango
terdiri dari 6 Ha areal, persawahan dan
2 Ha bangunan gedung. No Ruangan Jumlah %
Saat ini di RSUD Toto kabila 1 Anak 11 8.8
terdiridari 9 ruangan rawat inap yang 2 Bedah 18 14.4
terdiri dari Ruang ICU, Ruang Interna 3 Flamboyan 8 6.4
1, Ruang Interna 2, Ruang Bedah, 4 ICU 12 9.6
Ruang VIP, Ruang Flamboyan, Ruang 5 IGD 18 14.4
Anak, Ruang NICU dan Nifas. 6 Interna 1 18 14,4
Sedangkan Unit Rawat Jalan Terdiri 7 Interna 2 14 11,2
atas Poliklinik Penyakit Dalam, 8 NICU 14 11,2
Bedah, Urologi, Mata, THT, Kulit, 9 VIP 12 9,6
Anak serta Kebidanan. Selain itu Jumlah 125 100
terdapat Instalasi Gawat Darurat, Sumber: Data Primer, 2017
Ruang Persalinan (VK), Kamar Bedah Tabel 4.4 Distribusi Responden
(OK) dan Unit Hemodialisa. Berdasarkan Lama Kerja di RSUD
Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango
Hasil Penelitian
Karakteristik Responden Lama
No Jumlah %
Karakteristik responden berdasarkan Kerja
usia, jenis kelamin, ruangan kerja dan 1 <6 76 60.8
lama kerja dari 125 responden yang 2 6-10 46 36.8
diteliti disajikan dalam tabel table 3 >10 3 2.4
distribusi frekuensi berikut ini: Jumlah 125 100
Sumber: Data Primer, 2017

Rachmat Koerniawan Liputo Page | 70


2017
Jurnal Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo

Hasil analisis mengenai Analisis Bivariat


karakteristik shift kerja dari 125 Hasil analisis bivariat
responden yang diteliti disajikan mengenai Kejadian Sleep paralysis
dalam tabel distribusi frekuensi berdasarkan shift kerja disajikan
berikut ini: dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.5 Distribusi Shift Kerja Kerja Tabel 4.8 Hubungan Sleep paralysis
perawat di RSUD Toto Kabila dengan Kejadian Sleep paralysis pada
Kabupaten Bone Bolango Perawat Di RSUD Toto Kabila
Shift Kabupaten Bone Bolango
No Jumlah % Kejadian Sleep
Kerja
1 Permanen 59 47,2 Shift paralysis
p
2 Rotasi 66 52,8 Kerja Non
% SP %
Jumlah 125 100 -SP
Sumber: Data Primer, 2017 Permanen 51 40.8 8 6.4
Kejadian Sleep paralysis pada 0.130*
Rotasi 50 40 16 12.8
Perawat di RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango Total 101 80.8 24 19.2
Instrumen penelitian dinyatakan Sumber: Data Primer. 2017
valid karena telah diuji melalui Tabel 5.1 diketahui kejadian
korelasi bivariat Pearson dan sleep paralysis berdasarkan shift kerja
Correlated Item-Total Correlation dan di RSUD Toto Kabila Kabupaten
diperoleh nilai signifikan dua sisi Bone Bolango sebagian besar terjadi
memenuhi syarat validitas instrument pada shift rotasi yaitu sebanyak 12.8%
yaitu <0.05. Sementara itu untuk uji (n=16) dari total reponden pada shift
reabilitas menggunakan rumus Alpha rotasi atau 24.2% dari seluruh total
Cronbach karena instrument data responden. Dari uji Chi Square
berbentuk skala bertingkat (skala diperoleh nila p value = 0.130.
Guttman) dan diperoleh nila alpha
0.792. Hal tersebut berarti instrument PEMBAHASAN
penelitian yang dipakai memenuhi Shift Kerja Perawat di RSUD Toto
sufficient reability yaitu >0.7.Hasil Kabila Kabupaten Bone Bolango
analisis mengenai Kejadian Sleep Berdasarkan hasil
paralysis pada responden yang diteliti pengumpulan data shift kerja perawat
disajikan dalam tabel distribusi melalui kuisioner serta data jadwal
frekuensi berikut ini: kerja per ruangan diperoleh jumlah
Tabel 4.6 Distribusi Kejadian Sleep responden di RSUD Toto Kabila yang
paralysis Pada Perawat Di RSUD bekerja pada shift rotasi lebih banyak
Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango daripada yang bekerja shift permanen
Kejadian Sleep yaitu sebanyak 66 responden (52.8%).
paralysis Total Sementara itu jumlah responden yang
Non-SP SP bekerja pada shift permanen sebanyak
n 101 24 125 59 responden (47.2%).
% 80,8 19,2% 100 Responden pada shift rotasi
Sumber: Data Primer, 2017 bekerja pada dua shift kerja secara
bergantian yaitu shift sore dan shift
malam. Shift sore bekerja dari pukul

Rachmat Koerniawan Liputo Page | 71


2017
Jurnal Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo

14.00 – 21.00 dan shift malam dari terus-menerus di tempatkan pada shift
pukul 21.00 sampail 08.00. Sistem yang tetap disebut shift rotasi.
penjadwalan kerja dibagi berturut Kejadian Sleep paralysis pada
turut dengan pola sore-sore-malam- Perawat di RSUD Toto Kabila
malam-libur-libur dengan jumlah Kabupaten Bone Bolango
setiap shiftnya adalah 2-3 perawat. Berdasarkan hasil penelitian
Perawat yang bekerja pada shift diketahui jumlah responden sebagian
permanen adalah perawat pada shift besar tidak mengalami sleep paralysis
pagi dari pukul 08.00 – 14.00 dan yaitu sebanyak 101 responden
bersifat menetap selama 1 – 2 bulan (80.8%) sementara yang mengalami
bergantung pada kebijakan di setiap sleep paralysis hanya sebanyak 24
ruangan serta pembagian yang sudah responden (19.2%). Berdasarkan
ditetapkan dari bagian keperawatan ruangan kerja diperoleh kejadian sleep
rumah sakit. paralysis sebagian besar terjadi pada
Sistem pembagian shift perawat yang bekerja di ruang
berbeda antara ruangan. Pelayanan instalasi gawat darurat serta ruang
rawat inap menggunakan sistim shif, rawat inap interna I dengan masing –
poliklinik rawat jalan menggunakan masing sebanyak 18 responden.
sistim non-shift, instalasi bedah Hal ini sejalan dengan
sentral serta hemodialisa penelitian yang pernah dilakukan oleh
menggunakan sistim non-shift serta Fokard (1984) yang mengatakan
oncall. Poliklinik rawat jalan dan bahwa perawat yang mengalami
ruangan hemodialisa bekerja pada kejadian sleep paralysis sebanyak
pukul 08.00 – 12.0, akan tetapi jam 12%.
kerja bisa lebih dari yang ditentukan Berdasarkan hasil penelitian
bergantung pada kebijakan tambahan diperoleh sebagian besar responden
karena jumlah pasien yang banyak. yang mengalami sleep paralysis
Instalasi bedah sentral dan mengatakan mengalami gejala berupa
hemodialisa memiliki jadwal tiba tiba tidak bisa berbicara atau
tambahan berupa sistim oncall, yaitu berteriak dan merasakan tekanan yang
jam kerja tambahan diluar jam kerja kuat pada dada. Hasil wawancara dari
yang ditentukan, yang bersifat urgent beberapa responden mengatakan saat
dan spesifik. terjadi serangan sleep paralysis
Shift kerja mempunyai mereka berusaha untuk bangun dan
berbagai defenisi tetapi biasanya shift melepaskan diri dari kejadian tersebut.
kerja disamakan dengan pekerjaan Beberapa dari mereka bahkan
yang dibentuk di luar jam kerja. Ciri merasakan sulit bernapas. Hanya
khas tersebut adalah kontinuitas, sebagian kecil dari responden
pergantian dan jadwal kerja khusus. mengatakan mereka berhalusinasi,
Menurut William (2004) seperti melihat sesosok yang
mengklasifikasikan shift kerja menakutkan.
menjadi tenaga kerja yang bekerja Berdasarkan hasil penelitian,
pada shift yang tetap setiap harinya terdapat beberapa faktor yang
disebut dengan shift permanen berkontribusi terdadap kejadian sleep
sedangkan tenaga kerja bekerja tidak paralysis berdasarkan karakteristik
responden yang didapat. Faktor -

Rachmat Koerniawan Liputo Page | 72


2017
Jurnal Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo

faktor tersebut meliputi jenis kelamin, macam gangguan tidur. Menurut


usia, lama kerja serta ruangan kerja asumsi peneliti, hal ini didasarkan
yang dikaitkan dengan peningkatan pada kemampuan pekerja untuk
beban kerja. beradaptasi dengan lingkungan
Berdasarkan karakteristik kerjanya, dimana usia tersebut tahun
jenis kelamin diperoleh sebagian besar merupakan usia awal seorang pekerja
sleep paralysis terjadi pada wanita untuk bekerja, sehingga pada masa
yaitu sebesar 16% sementara pada pria inilah pekerja mulai beradaptasi
hanya 3.2%. Walaupun proporsi dengan pekerjaannya. Hal tersebut
sampel wanita lebih banyak dari pria dapat juga dikaitkan dengan faktor
akan tetapi menurut asumsi peneliti masa kerja dimana diperoleh bawah
hal yang menyebabkan wanita rentan responden dengan masa kerja baru
mengalami sleep paralysis adalah sebagian besar mengalami kejadian
faktor kelelahan. Kelelahan dikaitkan sleep paralysis yaitu sebanyak 16%.
dengan kondisi hormonal pada wanita Krostabulasi data juga
serta faktor ketahanan yang berbeda dilakukan pada perawat di tiap
dengan pria pada umumnya. Sebagian ruangan kerja di RSUD Toto Kabila
besar wanita yang bekerja sebagai dimana diperoleh tingkat kejadian
perawat di RSUD Toto Kabila adalah sleep paralysis meningkat pada ruang
mereka yang sudah berkeluarga serta kerja yang memiliki beban kerja lebih
memiliki tanggung jawab di luar besar dibanding dengan ruang rawat
pekerjaan sebagai perawat yaitu inap lainnya. Dalam hal ini perawat
sebagai ibu rumah tangga. Selain itu yang bekerja di Instalasi Gawat
perbedaan hormonal antara wanita dan darurat sebanyak 22,2 % dan interna 1
laki-laki juga memberikan pengaruh sebanyak 16, 7% mengalami sleep
terhadap kualitas tidur, dimana paralysis.
hormon estrogen dan progesteron Hal diatas terjadi karena faktor
pada wanita lebih dominan beban kerja disetiap ruangan berbeda.
dibandingkan dengan laki-laki. Beban kerja fluktuatif perawat di
Keberadaan hormon ini sangat Instalasi Gawat Darurat RSUD Toto
berpengaruh terhadap siklus tidur. kabila dapat disebabkan oleh jumlah
Reseptor hormon estrogen dan pasien dan tingkat keparahan pasien
progesteron terletak pada bagian yang tidak dapat diprediksi,
tersendiri di hipotalamus, dimana beragamnya tugas keperawatan
posisi tersebut mempengaruhi irama diharuskannya perawat untuk dapat
sirkadian dan pola tidur secara bekerja cepat, tanggap, dan tepat
langsung (Prasadja, 2009). dalam menangani pasien, serta adanya
Sementara itu berdasarkan tekanan dan tuntutan untuk
karakteristik usia responden di RSUD menyelamatkan pasien sehingga
Toto Kabila sebagian besar responden menyebabkan peningkatan stress dan
berada pada rentang usia 20 – 29 tahun kelelahan. Kelelahan dapat dikaitan
sebesar 73.6%. Sebagian besar sleep dengan pemenuhan istrahat yang
paralysis terjadi pada umur 20 – 29 berkurang sehingga komposisi dan
tahun yaitu sebesar 15.2%. Pekerja frekuensi tidur menjadi lebih sedikit
pada rentang usia tersebut merupakan yang berkontribusi pada peningkatan
usia yang rentan mengalami berbagai gangguan tidur. Sesuai dengan hasil

Rachmat Koerniawan Liputo Page | 73


2017
Jurnal Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo

wawancara diperoleh perawat yang sebanyak 8 responden (33.3%). Dan


bekerja pada instalasi gawat darurat untuk responden yang tidak
tidak memiliki jam tidur yang mengalami kejadian sleep paralysis
beraturan. pada shif kerja Rotasi itu sebanyak 50
Begitupula di ruangan interna responden, (49.5%), sedangkan yang
1 atau dikenal dengan bangsal kelas 3. mengalamisSleep paralysis pada shif
Jumlah pasien rawat inap yang rata kerja permanen sebanyak 16
rata lebih banyak memberikan responden (66.7%).
pengaruh yang signifikan pada Dan dari Hasil analisis
peningkatan beban kerja. Perawat statistic dengan uji chi-square
bekerja dengan proporsi perbandingan diperoleh nilai p value = 0.130 (p >
perawat dan pasien yang berbeda jauh. 0.05). Dengan demikian hasil
Perawat shift di ruangan tersebut dinyatakan tidak bermakna/tidak ada
hanya berjumlah 2-3 orang dengan hubungan yang signifikan antara shift
perbandingan jumlah pasien yang rata kerja dengan kejadian sleep paralysis.
rata mencapai > 60 pasien. Beban Hal ini selaras dengan
kerja yang di alami para perawat juga penelitian yang pernah dilakukan
bisa di akibatkan oleh panjangnya atau Fokard (1984) dalam jurnalnya
lama shif dalam kerja dan lembur, tentang Night Shift Paralysis.
dimana lembur di gunakan karena Bedasarkan survei diketahui hanya
adanya kekurangan staf maupun terdapat 12% perawat (n=52) 10 yang
peningkatan pasien secara mendadak mengaku mengalami sleep paralysis
sehingga penambahan jam kerja akan dengan nilai p value 0.10.
mengurangi jam istirahat perawat itu Perawat yang bekerja dirumah
sendiri sakit sebagian besar bekerja pada
Penelitian Samra & Smith jadwal yang berbeda setiap harinya
(2015) menyebutkan terdapat walaupun ada juga yang memiliki
hubungan yang erat antara jam kerja jadwal tetap. Hal tersebut
yang panjang dengan peningkatan memungkinkan perawat mengalami
resiko gangguan tidur. Kekurangan gangguan tidur oleh karena jadwal
tidur terjadi jika salah satu atau lebih tidur yang tidak menentu sehingga
faktor berikut terjadi pada seseorang menyebabkan perubahan pada irama
yaitu tidak mendapatkan cukup tidur tidur (irama sikardian). Satu faktor
(kurang tidur), tidur pada waktu yang yang berkontribusi terhadap kejadian
salah (tidak sinkron dengan jam alami sleep paralysis ini adalah
tubuh), dan ketidakberaturan jam terganggunya irama sikardian.
/jadwal tidur. Peneliti berasumsi bahwa
Hubungan Shif Kerja Dengan pekerja dengan kerja shift tidak
Kejadian Sleep paralysis selamanya akan mengalami kejadian
Berdasarkan hasil analisa sleep paralysis, ada juga pekerja
bivariat, hasil penelitian ini diperoleh dengan kerja non shif pernah bahkan
yang tidak mengalami kejadian sleep sering mengalami kejadian sleep
paralysis pada shif kerja permanen itu paralysis, hal ini sejalan dengan
sebanyak 51 responden, (50.5%), konsep dari Perry dan Potter (1997)
sedangkan yang mengalami sleep bahwa setiap manusia memiliki siklus
paralysis pada shif kerja permanen yang berbeda, dan diperkuat

Rachmat Koerniawan Liputo Page | 74


2017
Jurnal Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo

pernyataan Bae dan Scaefer (2005) Kekurangan tidur terjadi jika salah
yang menyatakan bahwa setiap satu atau lebih faktor berikut terjadi
manusia memiliki tahapan –tahapan pada seseorang yaitu tidak
tidur, mulai dari tahap mulai tertidur, mendapatkan cukup tidur (kurang
sampai pada tahap mimpi. tidur), tidur pada waktu yang salah
Meskipun dari beberapa (tidak sinkron dengan jam alami
penelitian yang pernah dilakukan tubuh), dan ketidakberaturan jam
menyebutkan ada hubungan sleep /jadwal tidur.
paralysis dengan tingkat kejadian Asumsi lebih lanjut mengarah
sleep paralysis, akan tetapi peneliti ke sistim pembagian shift yang
beranggapan kejadian ini memeliki berbeda di berbagai negara di dunia.
hubungan dengan beban kerja serta Di Amerika dan di beberapa negara
faktor pembagian shift kerja yang negara eropa saat ini mayoritas
berbeda antar instansi maupun dalam instansi rumah sakit serta klinik
skala internasional. Berdasarkan memberlakukan sistem 2 shift (Long
analisis krostabulasi pada perawat di shift) bagi pekerja di rumah sakit
tiap ruangan kerja di RSUD Toto dengan masing – masing pembagian
Kabila diperoleh tingkat kejadian 12 jam tiap shift yaitu day shift (7 am-
sleep paralysis meningkat pada ruang 7 pm) dan night shift (7 pm-7 am).
kerja yang memiliki beban kerja lebih Pembagain shift kerja /12 jam
berat dibanding dengan ruang rawat tampaknya telah menjadi hal yang
inap lainnya. Dalam hal ini perawat biasa, menggantikan shift 8 jam yang
yang bekerja di Instalasi Gawat umum terjadi beberapa dekade yang
darurat sebanyak 22,2 % mengalami lalu. Menurut sebuah studi baru-baru
sleep paralysis. ini dari University Of Pennsylvania
Beban kerja adalah School Of Nursing, 65 persen dari
kemampuan tubuh pekerja dalam 23.000 perawat yang disurvei bekerja
menerima pekerjaan. Setiap beban selama 12 jam. Ditemukan bahwa
kerja yang diterima seseorang harus perawat melaporkan peningkatan
sesuai dan seimbang terhadap kelelahan. Hal ini menyebabkan
kemampuan fisik maupun psikologis peningkatan beban kerja yang lebih
pekerja yang menerima beban kerja besar sehingga menyebabkan para
tersebut. perawat yang bekerja di shift malam
Beban kerja yang di alami para rentan mengalami gangguan tidur.
perawat juga bisa di akibatkan oleh Berbeda dengan di Indonesia yang
panjangnya atau lama shif dalam kerja diatur oleh undang – undang dengan
dan lembur, dimana lembur di memberlakukan sistim 3 shift bagi
gunakan karena adanya kekurangan pekerja sehingga kelelahan yang
staf maupun peningkatan pasien berdampak pada gangguan tidur dapat
secara mendadak sehingga diminimalisir.
penambahan jam kerja akan Meskipun kejadian sleep
mengurangi jam istirahat perawat itu paralysis ini dialami oleh semua
sendiri. Penelitian Samra & Smith orang, tetapi salah satu gangguan
(2015) terdapat hubungan yang erat tidur ini perlu diwaspadai, karena
antara jam kerja yang panjang dengan sleep paralysis merupakan tanda
peningkatan resiko gangguan tidur.

Rachmat Koerniawan Liputo Page | 75


2017
Jurnal Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo

serangan tidur mendadak yang bisa Universitas Islam Syarif


menyebabkan sleep apnea . Hidayatullah. Jakarta
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
KESIMPULAN Suatu Pendekatan Praktik.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Rineka Cipta. Jakarta
tentang hubungan Shif kerja denga American Academy of Sleep
Kejadian sleep paralysis di RSUD Medicine. 2008. Cicardian
Toto Kabila, Kabupaten Bone Rhytm Sleep Disorders.
Bolango maka dapat disimpulkan www.aasmnet.org/ Diakses
Bahwa: 12 Oktober 2017
1. Dari 125 responden di RSUD Toto Anurogo, Dito. 2012. Fenomena
Kabila Kabupaten Bone Bolango Tindihan. Fakultas
yang bekerja pada shift permanen Kedokteran Universitas
sebanyak 59 responden (47,2%) PalangkaRaya. Palangka
dan yang bekerja pada shift rotasi Raya
sebanyak 66 responden (52,8%). Evaramonte, Herdade da Marmeleira.
Hasil ini menunjukan bahwa 2016. Complete Guide to
responden di RSUD Toto Kabila Sleep Paralysis, Facts,
sebagian besar bekerja pada shift Causes and Benefict.
rotasi. International Academy of
2. Dari dari 125 responden di RSUD Conciousness
Toto Kabila Sebagian besar Tidak Folkard, S. & R.Condon. 1998. Night
mengalami kejadian Sleep Shift Paralysis. Journal.
paralysis 80,8 % (n=101). University Hospital and
3. Tidak terdapat hubungan antara Medical Scool of Clifton
shift Kerja Dengan Kejadian Sleep Boulevar. Inggris
paralysis di RSUD Toto Kabila, Fukuda, Kazuhiko, PhD. dkk. 1998.
Kabupaten Bone Bolango. The Prevalence of Sleep
Paralysis Among Canadian
and Japanese Collage
SARAN Student. Thesis. Fukushima
1. Untuk Perawat yang bekrja University. Japan
dengan kerja shift, diharapkan dan _______. 1987. High Prevalence of
bekrja dengan jadwal yang teratur, Isolated Sleep Paralysis:
sesuai tupoksi dan tugas pokok, Kanashibari Phnomenon in
aturan shift, agar kondisi tubuh Japan. Journal. Departemen
dapat berkerja secara optimal of Psychology Tokyo
2. Bagi Peneliti selanjutnya Metropolitan Institute for
diharapakan dapat melanjutkan Neuroscience, Tokyo. Japan
penelitian yang belum dilakukan Gillian. 2008. Sleep Paralysis and
oleh penelti. Hallucination; What
Clinicalns Need To Know.
DAFTAR PUSTAKA www.researchgate.net/public
Ari, Eka Nuryanti. 2016. Analisis ation/ Diakses 14 Oktober
Determinan Kualitas Tidur 2017
pada Pekerja Shift.

Rachmat Koerniawan Liputo Page | 76


2017
Jurnal Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo

Guyton, Arthur C. 1987. Human Nursalam. 2003. Konsep dan


Physiology and Mechanism Penerapan Metodologi
of Disease. Univerity Of Penelitian Ilmu. Salemba
Missisipi Medical Center Medika. Jakarta
Guyton, A.C & Hall, J.E. 1997. Potter, P.A & Perry, A.G. 1997.
Textbook of Medical Fundamentals of Nursing:
Physiology (11th Edition). Concepts, Process and
th
Elsevier Saunders. Practice (4 Edition). St
Pennysilvenia Louis, Mosby year book
Hurd Ryan. 2010. Sleep Paralysis: A _______. 2007. Buku Ajar
Dreamer’s Gude. E-book-Electronic Fundamental Keperawatan
version Edisi 4 Vol 2. ECG. Jakarta
_______ . The Sleep Paralysis Report. Sharpless, B & Jacques P. B. 2011.
Journal. DreamStudies.org/ Lifetime Prevalence Rates of
Diakses 12 Oktober 2017 Sleep Paralysis: A Systematic
Kuswadji S. 1997. Pengaturan Tidur Review. NIH Public Acces.
Pekerja Shift (Tinjauan Phennysylvania State
Pustak). Ikatan Dokter University. United States of
Kesehatan Kerja Indonesia. America
Jakarta Sleep Research Society. 2013.
Larasaty, Ryby. 2008. Hubungan Advancing Sleep & Cicardian
Tingkat Stres dengan Science.
Kejadian Sleep Paralysis www.sleepresearchsociety.or
pada Mahasiswa FIK UI g/ Diakseses 14 Oktober 2017
Angkatan 2008. Skripsi. Simard, V & Nielsen, T.A (2005)
Universitas Indonesia. Sleep Paralysis Association
Jakarta Sensed Precence as A
Koehler, Casey. 2004. Sleep Paralysis. Possible Manifestation of
Thesis. University of Social Anxiety Dreaming.
Colorado Boulder. USA Journal. American
Lindsey, Robert L. 2001. Isolated Psychological Association
Sleep Paralysis. Sugiyono. 2008. Penelitian Kualitatif
Sleepreviewmag.com/2001/0 dan Kuantitatif dan R&D.
1/isolated-sleep-paralysis/ Alfabeta. Bandung
Diakses 12 Oktober 2017 Suma’mur P.K. 1994. Higiene
Murphy, M. 2006. Sleep Paralysis: Perusahaan dan Kesehatan
Hystorycal, Psychological, Kerja. Gunung Agung.
and Medical Perspectives. Jakarta
Journal. Sudhansu Susetyo, Joko, dkk. 2012. Pengaruh
Chocrovety Irish Medical Shift Kerja Terhadap
University. Acces on Kelelahan Karyawan dengan
book.google.co.id.book/ Metode Bourdon Wiersma
Diakses 12 Oktober 2017 dan 30 Items of Rating Scale.
Notoadmodjo, S. 2003. Metodologi Thesis.I nstitut Sains &
Penelitian Kesehatan. ECG. Teknologi AKPRIND.
Jakarta Yogyakarta

Rachmat Koerniawan Liputo Page | 77


2017
Jurnal Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo

Takeuchi, Tamoka PhD. 2002.


Cicardian Rhytm. Factor
Related to the Occurrence of
Isolated Sleep Paralysis
Elicited During a Multi-Phasic
Sleep-Wake Schedule. Thesis.
University of Wateloo.
Ontario, Canada
William, D. (2008). Nine Shift: Work,
Life and Education in the 21st
Century. Learning Resources
Network (LERN) ebook

Rachmat Koerniawan Liputo Page | 78


Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN KUISIONER

Setelah mendapatkan penjelasan (inform consent) mengenai maksud dan tujuan


penelitian ini, saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh
Nama : Rachmat Koerniawan Liputo
NIM : 841416175
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Judul Penelitian : HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN KEJADIAN SLEEP
PARALYSIS PADA PERAWAT DI RSUD TOTO KABILA,
KAB. BONE BOLANGO
Demikian surat persetujuan ini saya tandatangani dengan sukarela tanpa
paksaan dari siapapun.

Gorontalo, November 2017


Responden

( )
Lampiran 2
KUISIONER

Petunjuk Umum
Formulir ini menanyakan gejala umum yang mungkin Anda alami. Mohon
dibaca setiap pertanyaan dengan saksama dan jawablah dengan sangat jelas.
Yakinlah bahwa jawaban Anda sangat rahasia.

A. Demografi Responden
1. Inisial Responden *(Bisa tidak diisi) :
2. Jenis Kelamin : Pria Wanita
3. Usia :
4. Ruangan :
5. Lama Kerja :

B. Shift Kerja
Berilah tanda centang √ sesuai dengan shift kerja anda di bulan ini!
SHIFT PERMANEN SHIFT ROTASI
(Shift PagiI) (Shift Sore & Malam)
C. Kejadian Sleep Paralysis
Sleep paralysis atau Ketindisisan (Tindihan) merupakan suatu fenomena dimana
tubuh tertidut sedangkan otak masih terjaga atau setengah tidur sehingga terjadi
ketidaksinambungan antara kerja tubuh dan otak yang biasa disertai dengan
halusinasi.
Petunjuk pengisian:
“DALAM WAKTU SEBULAN INI, APAKAH ANDA PERNAH
MENGALAMI GEJALA ATAU FENOMENA SEPERTI DIBAWAH INI?
Jawablah Ya/Tidak pada kolom pertanyaan berikut:

JAWABAN
NO PERTANYAAN
YA TIDAK
1 Pernah tertidur lalu tiba - tiba terbangun
dalam keadaan setengah sadar dan merasa
tercekik
2 Pernah tertidur lalu tiba - tiba terbangun
dalam keadaan setengah sadar dan tidak
bisa bergerak serta merasa seperti melihat
bayangan yang menakutkan

3 Pernah tertidur lalu tiba - tiba terbangun


dalam keadaan setengah sadar dan tidak
bisa berbicara/ berteriak
4 Pernah tertidur lalu tiba - tiba terbangun
daalam keadaan setengah sadar dan
merasakan tekanan yang kuat dalam dada
Lampiran 3 MASTER TABEL

No Inisial JK Umur Ruangan Shift LK P1 P P3 P4 Total Kategori


1 S.H 2 40 FLAMBOYAN 1 7 0 0 0 0 0 1
2 R 2 30 FLAMBOYAN 1 7 0 0 0 0 0 1
3 A.R 2 26 FLAMBOYAN 2 2 0 0 0 0 0 1
4 S.U 2 24 FLAMBOYAN 2 k1 0 0 0 0 0 1
5 A.B 2 27 FLAMBOYAN 2 3 1 0 1 0 2 2
6 W.D 2 25 FLAMBOYAN 2 1 1 1 1 1 4 2
7 R.G 2 25 FLAMBOYAN 2 k1 0 0 0 0 0 1
8 R.Y 2 26 FLAMBOYAN 2 2 0 0 1 1 2 2
9 M.A 2 25 VIP 1 4 0 0 0 0 0 1
10 A.F 2 26 VIP 1 2 1 1 0 1 3 2
11 V.D 2 24 VIP 1 3 0 0 0 0 0 1
12 M.T.L 1 34 VIP 1 k1 0 0 0 0 0 1
13 A.L 2 28 VIP 1 7 0 0 0 0 0 1
14 M.N 1 25 VIP 1 k1 0 0 0 0 0 1
15 A.P.P 2 26 VIP 2 6 0 0 0 0 0 1
16 R.Y 1 31 VIP 2 10 0 0 0 0 0 1
17 M.S.S 2 24 VIP 2 k1 1 0 1 1 3 2
18 A.N 1 28 VIP 2 3 0 0 0 0 0 1
19 S.S 2 27 VIP 2 3 1 0 1 0 2 2
20 C.M 2 34 VIP 2 13 0 0 0 0 0 1
21 S.K 2 35 IGD 1 13 0 0 0 0 0 1
22 F.R 2 30 IGD 1 7 0 0 0 0 0 1
23 I.M 2 27 IGD 1 7 1 0 0 0 1 2
24 A.R 1 26 IGD 1 4 0 0 0 0 0 1
25 A.N 2 30 IGD 1 3 0 0 0 0 0 1
26 S.P 2 30 IGD 1 k1 0 0 0 0 0 1
27 D.Y 2 30 IGD 1 9 0 0 1 1 2 2
28 D.D 2 25 IGD 1 4 0 0 0 0 0 1
29 F.P 2 32 IGD 1 9 0 0 0 0 0 1
30 A.M.A 1 32 IGD 2 10 0 0 0 0 0 1
31 W.H 1 30 IGD 2 9 0 0 0 0 0 1
32 R.B 2 30 IGD 2 9 0 0 0 0 0 1
33 S.B.P 1 28 IGD 2 5 0 0 1 1 2 2
34 G.D.A 2 25 IGD 2 4 0 0 0 0 0 1
35 I.K 2 25 IGD 2 4 0 0 0 1 1 2
36 A.K 2 30 IGD 2 10 0 0 0 0 0 1
37 F.P 1 26 IGD 2 4 0 0 0 0 0 1
38 F.T 2 24 IGD 2 2 0 0 0 0 0 1
39 S.L.Y 2 24 INTERNA 2 1 k1 0 0 0 0 0 1
40 N.A.H 2 31 INTERNA 2 1 k1 0 0 0 1 1 2
41 L.O 2 23 INTERNA 2 1 2 0 0 0 0 0 1
42 H.M 2 27 INTERNA 2 1 1 0 0 0 0 0 1
43 M.M 2 26 INTERNA 2 1 k1 0 0 0 0 0 1
44 I.D 2 26 INTERNA 2 1 2 0 0 0 0 0 1
45 Z.D 1 35 INTERNA 2 1 10 0 0 0 0 0 1
46 M.Y 1 26 INTERNA 2 1 k1 0 0 0 1 1 2
47 S.L 2 30 INTERNA 2 2 7 0 0 1 1 2 2
48 S 2 27 INTERNA 2 2 7 0 0 0 0 0 1
49 N.S 1 29 INTERNA 2 2 5 0 0 0 0 0 1
50 E.Y 2 27 INTERNA 2 2 6 0 0 0 0 0 1
51 K.D 2 26 INTERNA 2 2 3 0 0 0 0 0 1
52 S.D 2 24 INTERNA 2 2 1 0 0 0 0 0 1
53 T.S.K 2 27 ICU 1 6 0 0 0 0 0 1
54 N.A 2 31 ICU 1 8 0 0 0 0 0 1
55 I.S.M 1 30 ICU 1 7 0 0 0 0 0 1
56 M.M 2 34 ICU 1 10 0 0 0 0 0 1
57 S.W.H 2 32 ICU 1 11 0 0 0 0 0 1
58 G.H 2 27 ICU 1 6 0 0 0 0 0 1
59 S.M.T 2 26 ICU 2 4 0 0 1 0 1 2
60 J.B 1 26 ICU 2 6 0 0 0 0 0 1
61 R.K 1 25 ICU 2 5 0 0 0 0 0 1
62 S.N.R 2 24 ICU 2 k1 0 0 0 0 0 1
63 Y.D.C 2 25 ICU 2 6 0 0 0 0 0 1
64 R.G 1 24 ICU 2 k1 0 0 0 0 0 1
65 S.A 2 30 INTERNA 1 1 8 1 0 1 1 3 2
66 A.Z 1 26 INTERNA 1 1 3 0 0 0 0 0 1
67 A.S 2 30 INTERNA 1 1 7 0 0 0 0 0 1
68 E.D 2 29 INTERNA 1 1 6 0 0 0 0 0 1
69 S.W.G 2 29 INTERNA 1 1 6 0 0 0 0 0 1
70 A.Y 2 26 INTERNA 1 1 4 0 0 0 0 0 1
71 A.R.K 2 26 INTERNA 1 1 4 0 0 0 0 0 1
72 M.B 2 28 INTERNA 1 1 k1 0 0 0 0 0 1
73 V.D.S 2 24 INTERNA 1 1 k1 0 0 0 0 0 1
74 N 2 26 INTERNA 1 2 5 0 0 0 0 0 1
75 T.S 1 26 INTERNA 1 2 5 0 0 1 0 1 2
76 N 2 31 INTERNA 1 2 10 0 0 0 0 0 1
77 K.M 2 23 INTERNA 1 2 k1 0 0 0 0 0 1
78 E.N.D 2 24 INTERNA 1 2 4 0 0 0 0 0 1
79 S.M.M 2 29 INTERNA 1 2 7 0 0 1 0 1 2
80 M.P 2 30 INTERNA 1 2 8 0 0 0 0 0 1
81 A.K 1 26 INTERNA 1 2 6 0 0 0 0 0 1
82 I.D.M 2 29 INTERNA 1 2 6 0 0 0 0 0 1
83 S.Y.A 2 29 ANAK 1 8 0 0 0 0 0 1
84 A.S 2 30 ANAK 1 3 0 0 0 0 0 1
85 Y.U.I 2 25 ANAK 1 2 0 0 0 0 0 1
86 T.U.M 2 25 ANAK 1 2 0 0 1 0 1 2
87 N.Y 2 29 ANAK 1 6 0 0 0 0 0 1
88 N.N 2 26 ANAK 2 6 1 0 1 0 2 2
89 D.M 2 25 ANAK 2 3 0 0 0 0 0 1
90 T.M 2 25 ANAK 2 3 0 0 0 0 0 1
91 M.Y 2 25 ANAK 2 4 0 0 0 0 0 1
92 S.T.D 2 25 ANAK 2 4 0 0 0 0 0 1
93 S.N 2 26 ANAK 2 6 0 0 0 0 0 1
94 M.M 2 29 NICU 1 5 0 0 0 0 0 1
95 A.A 2 32 NICU 1 10 0 0 0 0 0 1
96 T.Y 2 28 NICU 1 7 0 0 0 0 0 1
97 P.J 2 24 NICU 1 2 0 0 0 0 0 1
98 A.D 2 24 NICU 1 2 0 0 0 0 0 1
99 D.T.Y 2 26 NICU 2 4 0 0 0 0 0 1
100 M.K 2 24 NICU 2 2 0 0 1 0 1 2
101 N 2 24 NICU 2 2 0 0 0 0 0 1
102 N.J 2 26 NICU 2 5 1 1 1 1 4 2
103 B.U 2 27 NICU 2 2 0 0 0 0 0 1
104 O.J 2 31 NICU 2 7 0 0 0 0 0 1
105 U.U 2 24 NICU 2 4 0 0 0 0 0 1
106 U.M 2 24 NICU 2 4 0 0 0 0 0 1
107 D.G 2 25 NICU 2 3 0 0 0 0 0 1
108 I.D.T 2 31 BEDAH 1 10 0 0 0 0 0 1
109 A.L 1 31 BEDAH 1 7 0 0 0 0 0 1
110 D.J 2 29 BEDAH 1 4 0 0 0 0 0 1
111 H.L 2 26 BEDAH 1 4 0 0 1 0 1 2
112 I.M 1 31 BEDAH 1 6 0 0 0 0 0 1
113 A.A 2 26 BEDAH 1 5 0 0 0 0 0 1
114 A.L 2 24 BEDAH 1 2 0 0 0 0 0 1
115 D.D 2 24 BEDAH 1 k1 0 0 0 0 0 1
116 Y.D 2 24 BEDAH 1 k1 0 0 0 0 0 1
117 M.K 2 28 BEDAH 2 6 0 0 1 1 2 2
118 N.U 2 26 BEDAH 2 k1 0 0 0 0 0 1
119 R.P 1 26 BEDAH 2 4 0 0 0 0 0 1
120 E.U 2 24 BEDAH 2 4 0 0 0 0 0 1
121 R.F.D 1 30 BEDAH 2 6 1 1 1 0 3 2
122 S.L 2 28 BEDAH 2 7 0 0 0 0 0 1
123 W.P 2 26 BEDAH 2 4 0 0 0 0 0 1
124 G.GH 2 26 BEDAH 2 2 0 0 0 0 0 1
125 T.S.D 1 24 BEDAH 2 2 0 0 0 0 0 1
Total 10 4 19 13

Keterangan
Jenis Kelamin 1 Laki - laki
2 Perempuan

Shift Kerja 1 Permanen


2 Rotasi

Kejadian SP 1 Non- SP
2 SP

Anda mungkin juga menyukai