Anda di halaman 1dari 88

SKRIPSI

HUBUNGAN KUALITAS MUTU PELAYANAN DENGAN


KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS
TURIKALE KABUPATEN MAROS

Diajukan Oleh :

Fikri Agung
1810078

ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TAMALATEA
MAKASSAR
2022
KATA PENGENATAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penyusunan Skripsi ini merupakan

salah satu persyarakatan dalam menyelesaikan Pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan ( STIK ) Tamalatea Makassar. Dalam penulisan skripsi ini, banyak

hambatan dan kesulitan yang di hadapi penulis dari persiapan sampai

penyelesaian skripsi ini, Namun atas bantuan, bimbingan dan kerjasama dari

pihak sehingga hambatan tersebut dapat teratasi.

. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada Ayahanda dan Ibunda atas segala doa, nasehat,kasih sayang,

pengorbanan, dan motivasi yang telah diberikan tanpa henti sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak H. Rahmat, S.E. selaku ketua Yayasan STIK Tamalatea Makassar,

3. Ibu Dr. Rahmawati, SKM., M.Si. selaku ketua STIK Tamalatea Makassar,

4. Ibu Hasmah,SKM.,M.Kes selaku Wakil Ketua 1 sekaligus pembimbing 1 yang

telah meluangkan waktu untuk membimbing peneliti sampai tahapakhir

penyusunan skripsi ini

5. Bapak Dr. Muh. Khadafi, SH., MH., selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing peneliti sampai tahap akhir penyusunan

skripsi ini

6. Kepada Tim Penguji yang telah banyak memberikan masukan dalam proses

penysunan skripsi ini


7. Untuk teman-teman angkatan 2018 yang tidak sempat saya sebutkan namanya

satu persatu terimah kasih atas bantuan,semangat dan kebersamaan selama ini.

8. Segenap kelembagaan Intern/Ekstern Mahasiswa STIK Tamalatea

Penulis persembahan tugas akhir ini, meskipun masih memiliki

kekurangan, oleh karena itu kritik, saran atau masukan dari pembaca sangat

diharapkan demi perbaikan dan karya yang lebih baik di hari esok.

Makassar, September 2022

Penulis
ABSTRACT

Fikri Agung, 2022. The Relationship between Service Quality and Outpatient
Satisfaction at the Turikale Health Center, Maros Regency (Guide by Hasmah
and Muh. Khadafi).

(xiii + 94 Pages + 17 Tables + 6Attachments)

The quality of health services is a service that can provide satisfaction to


every user of health services in accordance with the average level of satisfaction
that has been determined based on professional standards and codes of ethics.The
purpose of the study was to know the relationship between service quality and
patient satisfaction. at the Turikale Health Center, Maros Regency
The type of research used is quantitative research with a cross sectional
approach with a population of 231 patients and sampling using accidental
sampling technique so that the sample obtained is 54 patients. Data were
analyzed by Chi Square test. The variables studied were satisfaction, dimensions
of Reliability, Assurance, Tangible, Empathy, Responsiveness
The results of this study based on statistical tests using the chi square test
found the p value of Reliability with satisfaction (p = 0.000), Responsiveness with
satisfaction (p = 0.000), Assurance with satisfaction (p = 0.000), Tangible with
satisfaction (p = 0.000), Empathy with satisfaction (p = 0.000), Responsiveness
with satisfaction (p = 0.000). Conclusion There is a relationship between the
dimensions of Reliability, Assurance, Tangible, Empathy, Responsiveness with
satisfaction
This study suggests to the public health center to further improve the
quality of service to patients

Bibliography : 25 pieces (2002-2020)


Keywords : Satisfaction, Service Quality
ABSTRAK

Fikri Agung, 2022. Hubungan Mutu Pelayanan Dengan Kepuasan Pasien Rawat
Jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros (Dibimbing Oleh Hasmah dan
Muh. Khadafi).

(xiii + 94 Halaman+ 17 Tabel + 6 Lampiran)

Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang dapat memberikan


kepuasan kepada setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata yang sebagaimana telah ditetapkan berdasarkan standar dan
kode etik profesi.Tujuan penelitian mengetahui hubungan mutu pelayanan dengan
kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional dengan jumlah populasi 211 pasien rawat jalan dan
pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling sehingga sampel yang
diperoleh sebanyak 54 pasien. Data dianalisis dengan uji Chi Square. Variabel
yang diteliti adalah kepuasan, dimensi Reliability, Assurance, Tangible, Empathy,
Responsiveness.
Hasil penelitian ini berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji chi
square ditemukan nilai p Reliability dengan kepuasan (p = 0,000),
Responsiveness dengan kepuasan (p = 0,000), Assurance dengan kepuasan (p =
0,000), Tangible dengan kepuasan (p = 0,000), Empathy dengan kepuasan (p =
0,000), Responsiveness dengan kepuasan (p = 0,000). Kesimpulan Ada hubungan
dimensi Reliability, Assurance, Tangible, Empathy, Responsiveness dengan
kepuasan
Penelitian ini menyarankan kepada pihak puskesmas agar lebih
meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien.

Daftar Pustaka : 25 buah (2002-2020)


Kata kunci : Kepuasan, Mutu Pelayanan

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii

KATA PENGANTAR....................................................................................... iii

ABSTRACT....................................................................................................... v

ABSTRAK......................................................................................................... vi

DAFTAR ISI...................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL.............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................3

B. Rumusan Masalah .............................................................................4

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ......................................................................................6

B. Kerangka Berpikir .............................................................................24

C. Hipotesis Penelitian ..........................................................................29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ..................................................................................25

viii
B. Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................25

C. Desain Penelitian ..............................................................................25

D. Subjek Penelitian ..............................................................................28

E. Prosedur Penelitian ...........................................................................29

F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................29

G. Instrumen Penelitian .........................................................................30

H. Teknik Analisis Data .........................................................................31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ................................................................................................32

B. Pembahasan.......................................................................................41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................54

B. Saran..................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu 25

2.2 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 28

4.1 Distribusi Jenis Kelamin Pasien Rawat Jalan di 33


Puskesmas Turikale Kabupaten Maros

4.2 Distribusi Pendidikan Pasien Rawat Jalan di 33


Puskesmas Turikale Kabupaten Maros

4.3 Distribusi Usia Pasien Rawat Jalan di Puskesmas 34


Turikale Kabupaten Maros

4.4 Distribusi Pekerjaan Pasien Rawat Jalan di 34


Puskesmas Turikale Kabupaten Maros

4.5 Distribusi Dimensi Reliability (Kehandalan) 35

4.6 Distribusi Dimensi Responsiveness (Daya 35


Tanggap)

4.7 Distribusi Dimensi Assurance (Jaminan) 36

4.8 Distribusi Dimensi Empathy (Empati) 36

4.9 Distribusi Dimensi Tangible (Nyata/tampak) 37

4.10 Distribusi Kepuasan Pasien 37

4.11 Hubungan Dimensi Reliability (Kehandalan) 38


dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan di
Puskesmas Turikale Kabupaten Maros

4.12 Hubungan Dimensi Responsiveness (Daya 39


tanggap) dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan
di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros

4.13 Hubungan Dimensi Assurance (Jaminan) dengan 39


Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas
Turikale Kabupaten Maros

x
4.14 Hubungan Dimensi Empathy (Empati) dengan 40
Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas
Turikale Kabupaten Maros

4.15 Hubungan Dimensi Tangible (Nyata/tampak) 41


dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan di
Puskesmas Turikale Kabupaten Maros

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Teoritis 26

3.1 Kerangka Konsep 27

DAFTAR ISTILAH

xii
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Faskes : Fasilitas Kesehatan

WHO : World Health Organization

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Master Tabel

Lampiran 3 Hasil Olah Data

Lampiran 4 Surat Rekomendasi Penelitian dari STIK Tamalatea


Makassar

Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Meneliti dari Puskesmas


Turikale Kab. Maros

Lampiran 6 Dokumentasi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat

menimbulkan kepuasan pada setiap pasien dimana tata cara penyelenggaraannya

sesuai dengan standar dan kode etik yang telah ditetapkan. Kepuasan menjadi

bagian penting dalam pelayanan kesehatan sebab kepuasan pasien tidak dapat

dipisahkan dari kualitas pelayanan kesehatan. Jika ingin melakukan peningkatan

kualitas pelayanan maka diperlukannya survei tingkat kepuasan pasien. Menurut

Parasuraman et al, ada lima dimensi kualitas jasa untuk melihat kepuasan

konsumen atau pasien yang dikenal dengan nama ServQual. Kelima dimensi

tersebut meliputi kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness),

keyakinan (confidence), empati (emphaty) dan bukti langsung (tangible)

(Anggraini & Oliver, 2019).

Kepuasan konsumen adalah tanggapan pelanggan atau pengguna jasa untuk

setiap pelayanan yang diberikan. Kepuasan konsumen atau kepuasan pasien dapat

dikatakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui kualitas pelayanan yang diberikan

oleh Rumah Sakit atau Puskesmas. Jika kepuasan pasien yang dihasilkan baik,

berarti pelayanan yang disuguhkan oleh Rumah sakit atau Puskesmas tersebut

juga sangat baik. Namun jika kepuasan pasien yang dihasilkan tidak baik, berarti

perlu dilakukan evaluasi khusus tentang mutu pelayanan Rumah Sakit atau

Puskesmas yang dilakukan oleh pegawai tertentu. (Rahmawati & Iljanto, 2017)

1
2

Menurut Depkes RI (2011), Puskesmas merupakan kesatuan organisasi

fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,

terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta

aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi tepat guna,dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan

masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan

mutu pelayanan kepada perorangan.(Anggraini & Oliver, 2019)

Demikian halnya dengan Puskesmas Turikale, Sebagai pelayanan kesehatan

masyarakat umum, Puskesmas Turikale memiliki masalah utama yaitu mengenai

pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai harapan pasien atau tidak. Oleh

karena itu, pihak Puskesmas Turikale dituntut untuk selalu menjaga kepercayaan

pasien dengan meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan tujuannya yaitu

“Peningkatan kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap Puskesmas Turikale”

sehingga pasien akan merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang diberikan dan

dapat meningkatkan kunjungan pasien rawat jalan maupun rawat inap di Puskesmas

Turikale.

Puskesmas Turikale merupakan salah satu puskesmas yang menyediakan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah Kabupaten Maros khususnya

Kecamatan Turikale. Puskesmas Turikale berusaha untuk terus menerus

meningkatkan kualitas pelayanan tanpa mengabaikan fungsi sosial sebagai instansi

kesehatan. Puskesmas Turikale juga terus mengembangkan dan melengkapi sarana

prasarana kesehatan sesuai dengan visi Puskesmas Turikale agar menjadi

puskesmas pilihan masyarakat Maros dan sekitarnya dalam mencari dan


3

mendapatkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dimana

Puskesmas Turikale menghadapi isu-isu strategis, yaitu belum optimalnya

pelayanan kesehatan, masih adanya keluhan pasien terhadap pelayanan yang ada,

kurangnya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, persiapan pengelolaan

menjadi Badan Layanan Umum (BLU), persaingan diantara puskesmas di

sekitarnya.Sehingga keadaan tersebut berakibat adanya kompetisi yang sangat

sengit diantara puskesmas yang ada. Maka dari itu peneliti hendaknya melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Kualitas Mutu Pelayanan Kepuasan Pasien

Rawat Jalan Di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros” agar dapat mengetahui

masalah kualitas mutu pelayanan yang ada di Puskesmas Turikale.

Dalam pola interaksi sosial, persepsi pasien sangat berperan dalam

menggambarkan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan puskesmas.

Berdasarkan persepsi ini akan timbul kesan pasien terhadap puskesmas, yang

selanjutnya dapat disebut sebagai kualitas pelayanan puskesmas. Kesan yang

didapat dibangun atas persepsi masing-masing individu yang berelasi.

Fenomena mutu layanan puskesmas secara umum merupakan isue penting

dalam pelayanan kesehatan di puskesmas seluruh Indonesia. Hal ini menjadi salah

satu barometer akreditasi puskesmas. Mutu pelayanan yang dimaksud mencakup

mutu layanan secara klinis maupun mutu pelayanan non klinis seperti pelayanan

administrasi, pelayanan sarana dan prasarana lain yang dibutuhkan oleh pasien.

Pelayanan kesehatan di puskesmas yang bermutu, dan berbasis kepuasan pasien

juga menjadi salah satu faktor penting dalam pelaksanaan Sistem Kesehatan yang

terintegrasi.(Munawir, 2018)
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini bagaimana hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi

Reliability (kehandalan), Assurance (jaminan), Tangible (nyata/tampak),

Empathy (empati), Responsiveness (daya tanggap) dengan kepuasan pasien

rawat jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan mutu pelayanan dengan kepuasan pasien

rawat jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi

Reliability (kehandalan) dengan kepuasan pasien rawat jalan di

Puskesmas Turikale Kabupaten Maros

b. Mengetahui hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi

Responsiveness (daya tanggap) dengan kepuasan pasien rawat jalan di

Puskesmas Turikale Kabupaten Maros

c. Mengetahui hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi

Assurance (jaminan) dengan kepuasan pasien rawat jalan di

Puskesmas Turikale Kabupaten Maros

d. Mengetahui hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi Empathy

(empati) dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Turikale

Kabupaten Maros
5

e. Mengetahui hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi Tangible

(nyata/tampak) dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas

Turikale Kabupaten Maros

D. Manfaat Penelitian

Dapat memberikan kontribusi teoritis berupa pengembangan konsep kualitas

pelayanan, khususnya pada lembaga public yakni Puskesmas. Secara praktis dapat

menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan terkait pelayanan

Puskesmas, khususnya untuk kasus jasa rawat jalan.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kualitas Pelayanan

Terjadinya kompetisi dalam usaha dalam merebut market guna meningkatkan

penjualan membawa sebuah perubahan positif dalam dunia bisnis karena mereka

bersaing dalam memberikan pelayanan terbaik bagi setiap konsumen. Hal itu

mengubah persepsi banyak orang yang awalnya berpegang teguh pada filosofi

produk dan penjualan ke filosofi pemasaran. Dalam proses pemasaran, kualitas

pelayanan menjadi sesuatu yang sangat krusial karena hal itu menjadi faktor

dominan dalam menciptakan rasa puas atau tidak puasnya terhadap pelanggan.

(Darus et al., 2018)

Batinggi dan Badu (2009), mengemukakan bahwa berdasarkan Kamus Umum

Bahasa Indonesia; pelayanan kata dasarnya adalah layan dan kata kerjanya adalah

melayani, artinya menolong, menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain.

Sementara itu S. Lukman dan Moenir dalam Batinggi dan Badu (2009), juga

mengatakan “pelayanan merupakan suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi

dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik

dan menyediakan kepuasan pelanggan”.(Riandi, 2018)

Sedangkan definisi pelayanan menurut Gronroos adalah suatu aktivitas atau

serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi sebagai akibat

adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang
7

disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan

permasalahan pelanggan (Ratminto, 2005). Dengan kata lain, Pelayanan merupakan

salah satu upaya untuk memenuhi ekspektasi pelanggan dalam hal kecepatan

menangani komplain dan keramahan terhadap pelanggan.(Sarah et al., 2020)

Pelayanan adalah kunci utama untuk mencapai keberhasilan dalam berbagai aspek

usaha atau aktivitas bisnis yang bergerak di bidang jasa (Batinggi dan Badu, 2009).

Pelayanan akan sangat menentukan dalam setiap kegiatan di masyarakat jika di

dalamnya terdapat persaingan. Bisa jadi produk yang dijual sama atau jasa yang

ditawarkan juga sama tapi kenapa respon dari masyarakat bisa berbeda? Semua itu

disebabkan oleh adanya pelayanan terhadap pelanggan yang berbeda. Prasojo

dalam Batinggi dan Badu (2009), mengatakan “pelayanan merupakan tanggapan

terhadap keperluan manajerial yang hanya akan terpenuhi kalau pengguna jasa itu

mendapatkan produk yang mereka inginkan.(Anwary, 2020)

Dalam menejelaskan pengertian Kualitas Pelayanan ini penulis mengambil

beberapa pendapat para ahli yaitu, (Gultom et al., 2021)

1. Kualitas adalah “segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau

kebutuhan pelanggan

2. Menurut Goetsch dalam Siswanto (2005), kualitas adalah “suatu kondisi

dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.

3. Tjiptono (2007), mendefinisikan kualitas jasa/pelayanan berfokus pada

pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta ketepatan

penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Konsep kualitas


8

sendiri sebenarnya bersifat relatif, yaitu tergantung dari perspektif yang

digunakan untuk menentukan ciri-ciri dan spesifikasi. Pada dasarnya

terdapat tiga orientasi kualitas yang seharusnya konsisten satu sama lain,

yaitu: 1). Persepsi konsumen 2). Produk/jasa dan 3).Proses. Untuk yang

berwujud barang, ketiga orientasi ini hampir selalu dapat dibedakan dengan

jelas, tetapi tidak untuk jasa atau layanan.(Afifah et al., 2021)

Pelayanan yang baik seharusnya memiliki kualitas yang sesuai dengan yang

diharapkan masyarakat, sehingga masyarakat senantiasa merasa puas dengan

pelayanan yang diberikan oleh sebuah instusi pemerintah. Sinambela

mendefinisikan kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan

atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of costumers) (Sinambela, 2006:6).

Kualitas adalah keseluruhan ciri dan sifat dari suatu produk atau pelayanan yang

berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan

Menurut Tjiptono (2005:2) pengertian kualitas terdiri dari beberapa poin,

diantaranya: (Fakolade, O. A & Atanda, 2015)

1. Kesesuaian dengan kecocokan/ tuntutan

2. Kecocokan untuk pemakaian

3. Perbaikan/ penyempurnaan berkelanjutan

4. Bebas dari kerusakan/ cacat

5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat

6. Melakukan segala sesuatu secara benar dengan semenjak awal

7. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan


9

Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktifitas yang bersifat tidak

kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat adanya interaksi antara

konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan

pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan

konsumen/ pelanggan.(Heru Nurcahyo et al., 2015)

Pelayanan adalah:

1. Secara terus menerus mendengarkan apa yang dikatakan pelanggan dan

secara teratur mengukur kepuasan pelanggan

2. Mengerjakan sesuatu dalam menit itu juga dan jangan dibiarkan

pelanggan menunggu berhari-hari apa yang diinginkannya

3. Berikan pelatihan kepada mereka yang bertugas langsung dengan

pelanggan supaya dapat memberikan pelayanan yang prima

4. Para karyawan itu perlu diberikan motivasi, ide-ide supaya mereka

bergerak melakukan tugasnya Kotler dan Keller (2007) menyatakan

bahwa kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan

berakhir pada persepsi pelanggan, dimana persepsi pelanggan terhadap

kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan

suatu pelayanan. Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukan

berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, yaitu

perusahaan akan tetapi sudut pandang penilaian persepsi pelanggan.

Siswati S. (2015), mengemukakan bahwa kualitas memiliki delapan dimensi

pengukuran yang terdiri atas aspek-aspek berikut:


10

1. Kinerja (performance). Kinerja disini merujuk pada karakter produk inti

yang meliputi merek, atribut-atribut yang dapat diukur, dan aspek-aspek

kerja individu. Kinerja beberapa produk biasanya didasari oleh preferensi

subjektif pelanggan yang pada dasarnya bersifat umum.

2. Keistimewaan produk (features). Dapat berbentuk produk tambahan dari

suatu produk inti yang dapat menambah nilai suatu produk. Keragaman

produk biasanya diukur secara subjektif oleh masing-masing individu

(dalam hal ini pelanggan) yang menunjukkan adanya perbedaan kualitas

suatu produk (jasa). Dengan demikian, perkembangan kualitas suatu produk

jasa menuntut karakter flesibelitas agar dapat menyesuaikan diri dengan

permintaan pasar.

3. Reliabilitas/keterandalan (reliability). Dimensi ini berkaitan dengan

timbulnya kemungkinan suatu produk mengalami keadaan tidak berfungsi

(malfunction)pada suatu priode. Keandalan suatu produk yang menandakan

tingkat kualitas sangat berarti bagi konsumen dalam memilih produk (jasa).

Hal ini menjadi semakin penting mengingat besarnya biaya penggantian dan

pemeliharaan yang harus dikeluarkan apabila produk yang dianggap tidak

reliabel mengalami kerusakan.

4. Kesesuaian (conformance). Dimensi lain yang berhubungan dengan kualitas

suatu barang adalah kesesuaian produk dengan standar dalam industrinya.

Kesesuaian suatu produk dalam industri jasa diukur dari tingkat akurasi dan

waktu penyelesaian termasuk juga perhitungan kesalahan yang terjadi,

keterlambatan yang tidak dapat diantisipasi, dan beberapa kesalahan lain.


11

5. Ketahanan atau daya tahan (durability). Ukuran ketahanan suatu produk

meliputi segi ekonomis maupun teknis. Secara teknis, ketahanan suatu

produk didefinisikan sebagai sejumlah kegunaan yang diperoleh seseorang

sebelum mengalami penurunan kualitas. Secara ekonomis, ketahanan

diartikan sebagai usia ekonomis suatu produk dilihat dari jumlah kegunaan

yang dapat diperoleh sebelum terjadi kerusakan dan keputusan untuk

mengganti produk.

6. Kemampuan pelayanan (serviceability). Kemampuan pelayanan bisa juga

disebut dengan kecepatan, kompetisi, kegunaan, dan kemudahan produk

diperbaiki. Dimensi ini menunjukkan bahwa konsumen tidak hanya

memerhatiakan adanya penurunan kualitas produk tetapi juga waktu

sebelum disimpan, penjadwalan pelayanan, proses komunikasi dengan staf,

frekuensi pelayanan perbaikan kerusakan produk, dan pelayanan lainnya.

Variabelvariabel tersebut dapat merefleksikan adanya perbedaan standar

perorangan.mengenai pelayanan yang diterima, di mana kemampuan

pelayanan suatu produk tersebut menghasilkan suatu kesimpulan akan

kualitas produk yang dinilai secara subjektif oleh konsumen.

7. Estetika (aesthetics). Estetika merupakan dimensi pengukuran yang paling

subjektif. Estetika suatu produk dilihat dari bagaimana suatu produk

didengar oleh pelanggan. Dengan demikian, estetika jelas merupakan

penilaian dan refleksi yang dirasakan oleh konsumen.

8. Kualitas yang dirasakan (percieved quality). Konsumen tidak selalu

memilki informasi lengkap mengenai atribut-atribut produk (jasa). Namun


12

umumnya pelanggan memiliki informasi tentang produk secara tidak

langsung, misalnya melaui merek, nama, dan negara produsen atau penyedia

jasa.

Kualitas pelayanan merupakan dua suku kata yang saling bertautan dan

integral, dua suku kata tersebut harus dikerjakan dengan baik dan benar. Konsep

kualitas pelayanan pada dasarnya memberikan persepsi secara konkrit mengenai

kualitas suatu layanan. Konsep kualitas layanan ini merupakan suatu revolusi

secara menyeluruh, permanen dalam mengubah cara pandang manusia dalam

menjalankan atau mengupayakan usaha-usahanya yang berkaitan dengan proses

dinamis, berlangsung, terus menerus dalam memenuhi harapan, keinginan dan

kebutuhan serta persepsi. (Rizal, A., & Jalpi, A. 2017)

Kualitas pelayanan yang baik menjadi sebuah prioritas bagi setiap perusahaan.

Mereka berkompetisi untuk menyajikan sebuah pelayanan yang lebih baik, lebih

ramah dan lebih mendekatkan antara perusahaan dengan konsumennya. Adanya

kebutuhan dan keinginan pelanggan terhadap suatu produk atau jasa merupakan

salah satu alasan pengusaha mendirikan perusahaan. Tidak sedikit perusahaan yang

mulai menitikberatkan pelayanan terhadap pelanggannya dengan harapan para

pelanggan akan merasa puas dan loyal terhadap produk atau jasa perusahaan karna

pelanggan merupakan salah satu aset yang paling berharga bagi sebuah perusaan,

semakin banyak pelanggan maka akan semakin bertambah keuntungan perusahaan

tersebut. Kualitas pelayanan ini sangat penting artinya bagi kehidupan suatu

perusahaan, karena tanpa pelanggan, maka tidak akan terjadi transaksi jual beli

diantara keduanya. Kualitas pelayanan diberikan kepada pelanggan harus berfungsi


13

untuk lebih memberikan kepuasan yang maksimal. Berbagai ahli mendefinisikan

kualitas sebagai “kecocokan untuk digunakan”, “pemenuhan tuntutan”, “bebas dari

variasi”, dan seterusnya.(Riandi, 2018)

Menurut Kotler mengutip dari American Society For Quality (2010), Kualitas

adalah “total fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.

Sementara itu Batinggi dan Badu (2009), mengemukakan bahwa “pelayanan

merupakan suatu proses”. Oleh karena itu, objek utama dari pelayanan ialah proses

itu sendiri. Dalam hal pelayanan sebagai suatu proses, unsur pelayanan dipersempit

menjadi: (Murtiana, et. al.,2016)

1. Tugas layanan

2. Prosedur layanan

3. Kegiatan layanan

4. Pelaksanaan layanan.

Unsur-unsur tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena keempatnya

akan membentuk proses kegiatan yang berkaitan antara satu sama lainnya.

Konsepsi kualitas pelayanan merupakan suatu standard kualitas yang harus

dipahami dalam memberikan pelayanan terhadap pelanggan. Pemahaman tersebut

tidak bisa hanya berdasarkan asumsi atau cerita apa lagi sesuatu yang mengada-ada,

kualitas sebuah produk barang atau jasa harus disesuaikan dengan suatu standard

yang sudah diakui dan diaplikasikan secara internasional, seperti standar ISO

(International Standardization Organization). (Mernawati, 2015)


14

Konsep kualitas pelayanan tidak terlepas dari implementasi manajemen

kualiatas ISO 9001. Unsur konsumen tampak dengan jelas dalam interaksi semua

aktivitas kualitas jasa, mulai dari identifikasi keinginan konsumen sampai pada

pemenuhan persyaratan konsumen. Tujuan ahir dari semua itu adalah memenuhi

harapan pelanggan sebagai konsumen perusahaan jasa. (Lubis, Rizky Ardilla,

2020).

Kesadaran akan kualitas dimulai dari diidentifikasinya persyaratan-persyaratan

konsumen sampai dimulainya gagasan konsep produk (jasa), bahkan setelah

pengiriman kepada konsumen. Hal ini dilakukan untuk memperoleh umpan balik

dan mendengar suara (Kurniawan &Aditya, 2017)

Setiap organisasi modern dan maju senantiasa mengedepankan bentuk-bentuk

aktualisasi kualitas layanan. Kualitas layanan yang dimaksud adalah memberikan

bentuk pelayanan yang optimal dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, harapan

dan kepuasan dari pelanggan yang meminta pelayanan dan yang meminta dipenuhi

pelayanannya. Konsep kualitas layanan yang berkaitan dengan kepuasan ditentukan

oleh lima unsur yang biasa dikenal dengan istilah kualitas layanan “RATER”

(responsiveness, assurance, tangible, empathy dan reliability). Konsep kualitas

layanan RATER intinya adalah membentuk sikap dan perilaku dari pengembang

pelayanan untuk memberikan bentuk pelayanan yang kuat dan mendasar, agar

mendapat penilaian sesuai dengan kualitas layanan yang diterima. (Hastuti, et al.,

2017)

Inti dari konsep kualitas layanan adalah menunjukkan segala bentuk aktualisasi

kegiatan pelayanan yang memuaskan orang-orang yang menerima pelayanan sesuai


15

dengan daya tanggap (responsiveness), menumbuhkan adanya jaminan (assurance),

menunjukkan bukti fisik (tangible) yang dapat dilihatnya, menurut empati

(empathy) dari orang-orang yang memberikan pelayanan sesuai dengan

kehandalannya (reliability) menjalankan tugas pelayanan yang diberikan secara

konsekuen untuk memuaskan yang menerima pelayanan. (Burhanuddin, 2016)

Berdasarkan inti dari konsep kualitas layanan “RATER” kebanyakan

organisasi kerja yang menjadikan konsep ini sebagai acuan dalam menerapkan

aktualisasi layanan dalam organisasi kerjanya, dalam memecahkan berbagai bentuk

kesenjangan (gap) atas berbagai pelayanan yang diberikan oleh pegawai dalam

memenuhi tuntutan pelayanan masyarakat. Aktualisasi konsep “RATER” juga

diterapkan dalam penerapan kualitas layanan pegawai baik pegawai pemerintah

maupun non pemerintah dalam meningkatkan prestasi kerjanya.

Lebih jelasnya dapat diuraikan mengenai bentuk-bentuk aplikasi kualitas layanan

dengan menerapkan konsep “RATER” yang dikemukakan oleh Parasuraman dalam

Lupiyoadi (2013), sebagai berikut: Keandalan (Reliability) Yaitu kemampuan

perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara

akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dangan harapan pelanggan yang berarti

ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan,

sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.

Tuntutan keandalan pegawai dalam memberikan pelayanan yang cepat, tepat,

mudah dan lancar menjadi syarat penilaian bagi orang yang dilayani dalam

memperlihatkan aktualisasi kerja pegawai dalam memahami lingkup dan uraian

kerja yang menjadi perhatian dan fokus dari setiap pegawai dalam memberikan
16

pelayanannya. Inti pelayanan keandalan adalah setiap pegawai memiliki

kemampuan yang andal, mengetahui mengenai seluk-beluk prosedur kerja,

mekanisme kerja, memperbaiki berbagai kekurangan atau penyimpangan yang

tidak sesuai dengan prosedur kerja dan mampu menunjukkan, mengarahkan dan

memberikan arahan yang benar kepada setiap bentuk pelayanan yang belum

dimengerti oleh masyarakat, sehingga memberi dampak positif atas pelayanan

tersebut yaitu pegawai memahami, menguasai, handal, mandiri dan profesional atas

uraian kerja yang ditekuninya. (Anggraini & Oliver, 2019)

Pelayanan prima merupakan terjemahan dari excellen service yang artinya

pelayanan terbaik, pelayanan prima sebagai strategi adalah suatu pendekatan

organisasi total yang menjadikan kualitas pelayanan yang diterima pengguna jasa

sebagai penggerak utama pencapaian tujuan organisasi. Arti pelayanan prima

berorientasi pada kepuasan pengguna layanan (Hardiyansyah, 2011:98) Mengenai

pengukuran kualitas, Tjiptono (2005:223) telah menggambarkan suatu alat ukur

kualitas layanan yang disebut SERVQUAL (Service Quality).

SERVQUAL ini merupakan skala multi item yang terdiri dari pertanyaan-

pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan atas kualitas

pelayanan meliputi 5 dimensi, yaitu:

a. Reliability (Kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan

pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan

memuaskan
17

b. Responsiveness (Cepat tanggap), yaitu kemampuan para

karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan

pelayanan dengan tanggap

c. Assurance, yaitu kemampuan kesopanan dan sifat dipercaya

yang dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko dan

keragu-raguan

d. Empathy (Empati), yaitu kemudahan dalam melakukan

hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan

memahami kebutuhan pelanggan

e. Tangibles (Berwujud), yaitu fasilitas fisik perlengkapan

pegawai dan sarana komunikasi.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

Kualitas Pelayanan adalah kegiatan yang diberikan oleh suatu perusahaan, dimana

para pelanggan mempunyai persepsi masing–masing terhadap pelayanan yang

diberikan oleh perusahaan tersebut, sehingga pelanggan bisa memutuskan apakah

pelayanan yang diberikan oleh perusahaan sesuai dengan keinginan konsumen atau

tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Pelayanan Menurut Albert dan

Zamke dalam (Laila, 2018), faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan

yaitu:

a. Disusunnya strategi pelayanan yang baik

b. Orang di garis depan berorientasi pada pelanggan/konsumen

c. Sistem pelanggan yang ramah


18

Setiap organisasi harus mengatur tiga faktor tersebut untuk mewujudkan

kepuasan pelanggan. Interaksi diantara tiga faktor tersebut adalah, sistem, strategi,

sumber daya manusia dan pelanggan yang disebut segitiga pelayanan (The Service

Triangle).

B. Pengertian Kepuasaan Pasien

Kepuasan konsumen adalah sejauh mana manfaat sebuah produk dirasakan

(perceived) sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan (Amir:2005). Menurut

Tjiptono (2008:24), kepuasan pelanggan adalah evaluasi secara sadar atau penilaian

kognitif menyangkut apakah kinerja produk/ jasa relative bagus/jelek, atau apakah

produk/jasa cocok atau tidak cocok dengan tujuan pemakainnya.

Kepuasan pasien tercipta dari pengalaman pasien di masa lalu, dimana saat

pasien berkunjung ke puskesmas dan merasakan sendiri bagaimana pelayanan yang

di berikan kepada pasien tersebut.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien Menurut Moison, Walter dan

White, dalam Oktafioni, Yuliazmi (2015:7) kepuasan pasien dipengaruhi oleh

faktor-faktor sebagai berikut :(Triwardani, 2017)

a. Karakteristik Produk

Produk merupakan kepemilikan Puskesmas atau rumah sakit yang bersifat

fisik antara lain gedung dan dekorasi. Karakteristik produk Puskesmas atau

rumah sakit meliputi penampilan bangunan, kebersihan dan tipe ruangan

yang disediakan beserta kelengkapannya.

b. Harga
19

Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan

kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini

mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin

mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar.

c. Pelayanan

Keramahan petugas Puskesmas atau rumah sakit, kecepatan dalam

pelayanan. Puskesmas dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan

lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung

ke Puskesmas. Kepuasan muncul dari pertama masuk pasien terhadap

pelayanan kesehatan yang diberikan.

d. Lokasi

Meliputi letak Puskesmas, letak ruang dan lingkungannya. Merupakan salah

satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih Puskesmas.

Umumnya semakin dekat Puskesmas dengan keramaian atau yang mudah

dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin

menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan Puskesmas tersebut.

e. Fasilitas

Kelengkapan fasilitas Puskesmas turut menentukan penilaian kepuasan

pasien.

f. Image

Image yaitu citra, reputasi dan kepedulian Puskesmas terhadap lingkungan.

Image memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien, di mana


20

pasien memandang Puskesmas mana yang akan dibutuhkan untuk proses

penyembuhan.

g. Desain visual

Tata ruang dan dekorasi Puskesmas menentukan kenyamanan suatu

Puskesmas. Desain visual harus disertakan dalam penyusunan strategi

terhadap kepuasan pasien.

h. Komunikasi

Informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan keluhan-keluhan

penerima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan

terhadap keluhan pasien.

Menurut Azwar, dalam (Murtiana, et. al.,2016) Kepuasan pasien dapat ditinjau

dari beberapa aspek, yaitu:

1. Hubungan para-medis dan pasien. Para-medis dapat menampung dan

mendengarkan semua keluhan, serta menjawab dan memberikan keterangan

tentang hal-hal yang ingin diketahui oleh pasien

2. Kenyamanan pelayanan

3. Kebebasan melakukan pilihan

4. Pengetahuan dan kompetensi teknis

5. Efektififitas pelayanan

6. Keamanan tindakan
21

C. Tinjauan Hasil Penelitian Berdasarkan Variabel yang Diteliti

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Penelitian, Masalah Subjek Instrumen Metode Temuan
No Tahun Utama
1. Nur Fajri Istiqomah, Mengetahui hubungan pelayanan 50 Kuesioner survey Hasil penelitian ini
2016 denagn kepuasan pasien rawat inap Responden eksplanat menunjukan adanya hubungan
puskesmas II tambak Kabupaten ory antara mutu pelayanan
Banyumas dengan dimensi reliability
pendekata (0,037<0,05), dimensi
n cross responsiveness (0,006<0,05),
sectional. dimensi assurance
(0,006<0,05), dimensi
empathy (0,034<0,05),
dimensi tangible (0,003<0,05)
dengan minat kunjungan
ulang pasien.
2. (Riandi, 2018) Pengaruh kepuasan layanan terhadap 95 Kuesioner cross- Hasil penelitian menunjukkan
minat beli ulang pasien rawat inap di Responden sectional bahwa variabel kepuasan
Rumah Sakit Umum Tanjung Pura layanan (tampilan fisik,
keandalan, daya tanggap,
jaminan dan empati)
berpengaruh terhadap minat
beli ulang pasien rawat inap
di Rumah Sakit Umum
Tanjung Pura baik secara uji
serempak (Uji F)
D. Kerangka Teori

Mutu Pelayanan Kesehatan :


1. Reliability (kehandalan) Kepuasan pasien
2. Assurance (jaminan)
3. Tangible (nyata/tampak)
4. Empathy (empati)
5. Responsiveness (daya tanggap)

Mutu Pelayanan Kesehatan


dipengaruhi:
1. Kualitas sarana fisik
2. Jenis tenaga yang tersedia
3. Obat dan alat kesehatan
4. Proses pembelian layanan

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis


Sumber : Modifikasi dari Bustami (2011) Mahdani (2009) dan Purwoastuti
23

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep variabel yang diteliti sebagai berikut :

Reliability (kehandalan)

Responsiveness (daya tanggap)

Assurance (jaminan) Kepuasan


Pasien
Empathy (empati)

Tangible (nyata/tampak)

Keterangan :

= Independen

= Dependen

F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif


24

Tabel 2.2
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Variabel Defenisi Operasional Instrumen Kriteria Objektif Skala


dan alat Ukur
ukur
Kepuasan Rasa puas yang Kuesioner 1. Puas: jika skor Skala
Pasien dirasakan oleh pasien ≥ 60 % ordinal
terhadap pelayanan
puskesmas yang di 2. Tidak Puas :
dapatkan jika skor < 60
%

Reliability kemampuan fasilitas Kuesioner 1. Baik: jika skor Skala


(kehandalan) kesehatan ≥ 60 % ordinal
memberikan
pelayanan dengan 2. Kurang Baik :
segera, tepat (akurat), jika skor < 60
dan memuaskan %

Responsiveness Kemampuan petugas Kuesioner 1. Baik: jika skor Skala


(daya tanggap) kesehatan puskesmas ≥ 60 % ordinal
memberikatn
pelayanan yang cepat 2. Kurang Baik :
dan tanggap jika skor < 60
%

Assurance Jaminan kepada Kuesioner 1. Baik: jika skor Skala


(jaminan) pasien mencakup ≥ 60 % ordinal
kemampuan,
kesopanan dan sifat 2. Kurang Baik :
kehandalan yang jika skor < 60
dimiliki oleh para %
petugas kesehatan
puskesmas, bebas dari
bahaya atau resiko
keragu-raguan
25

Empathy sikap yang tulus dan Kuesioner 1. Baik: jika skor Skala
(empati) besifat individual atau ≥ 60 % ordinal
pribadi yang diberikan
kepada para pasien 2. Kurang Baik :
dengan berupaya jika skor < 60
memahami keinginan %
para pasien

Tangible ketersediaan sarana Kuesioner 1. Baik: jika skor Skala


(nyata/tampak) dan prasarana ≥ 60 % ordinal
puskesmas yang
lengkap 2. Kurang Baik :
jika skor < 60
%

G. Hipotesis

1. Hipotesis Nol (H0)

a. Tidak ada hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi Reliability

(kehandalan) dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Turikale

Kabupaten Maros

b. Tidak ada hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi Responsiveness

(daya tanggap) dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Turikale

Kabupaten Maros

c. Tidak ada hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi Assurance

(jaminan) dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Turikale

Kabupaten Maros
26

d. Tidak ada hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi Empathy

(empati) dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Turikale

Kabupaten Maros

e. Tidak ada hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi Tangible

(nyata/tampak) dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Turikale

Kabupaten Maros

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi Reliability

(kehandalan) dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Turikale

Kabupaten Maros

b. Ada hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi Responsiveness

(daya tanggap) dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas

Turikale Kabupaten Maros

c. Ada hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi Assurance

(jaminan) dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Turikale

Kabupaten Maros

d. Ada hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi Empathy (empati)

dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten

Maros

e. Ada hubungan mutu pelayanan berdasarakan dimensi Tangible

(nyata/tampak) dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas

Turikale Kabupaten Maros


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional

Study yang bermaksud mengetahui hubungan mutu pelayanan dengan kepuasan

pasien di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros

pada bulan Agustus s.d September Tahun 2022

C. Pepulasi dan sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah 211 pasien rawat jalan yang terdaftar di

Puskesmas Turikale selama periode Juli s.d Agustus Tahun 2022.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 54 pasien di Puskesmas Turikale selama

periode Juli s.d Agustus Tahun 2022

3. Cara pengambilan sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan accidental

sampling dimana Responden yang menjadi sampel adalah Responden yang

ditemui peneliti pada saat pengambilan data di Puskesmas dengan besaran


28

jumlah sampel ditentukan dengan rumus Isaac dan Michael. (Sugiyono,

2015):
2
N Z pq
2 2
d ( N −1 )+ Z pq

Keterangan:
n = Jumlah sampel keseluruhan
N = Besar populasi
p = Perkiraan populasi variable penelitian (0,05)
q = 1-p = 1-0,05=0,95
Z = Standar derajat kepercayaanl (1,96)
d = Tingkat ketelitiaan yang diinginkan (0,05)
Perhitungan untuk sampel penelitian, yaitu :

N Z 2 pq
n=
d 2 ( N−1 )+ Z 2 pq

n=211¿ ¿n=120 ¿ ¿

n=¿ 54

Sampel yang diperoleh sebanyak 54 pasien rawat jalan

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu berupa kuesioner dan kamera

untuk dokumentasi penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer diperoleh melalui observasi langsung dengan menggunakan

kuesioner kepada pasien rawat jalan di Puskesmas Turikale


29

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari profil Puskesmas Turikale serta study literatur

berupa jurnal.

F. Pengolahandan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan dengan menggunakan bantuan computer dan kemudian disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang analisis hubungan

variabel penelitian disertai penjelasan. Langkah-langkah pengolahan data

adalah sebagai berikut :

a. Tahap editing dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh

merupakan informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan

memperhatikan kelengkapan jawaban dan jelas tiap jawaban.

b. Pengkodean dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar

memudahkan dalam pengolahan dan menganalisis data dengan

memberikan kode dalam bentuk angka.

c. Pembuatan/pemindahan hasil koding koesioner ke daftar koding (master

tabel).

2. Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi disertasi dengan

penjelasan setelah melalui 2 analisis yaitu:


30

a. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang ditunjukkan untuk meninjau

gambaran dari masing-masing variable penelitian, baik variable

dependen maupun variable independen

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat ditunjukkan untuk mengetahui hubungan variabel

independen dependen dengan menggunakan uji Chi Squere Test dengan

hasil uji statistik dikatakan bermakna jika nilai p< α – 0,05 maka HO

ditolak dan Ha diterima dan disajikan dalam bentuk Tabel Silang 2x2

seperti pada tabel di bawah ini:

Variabel Variabel dependen


Independen Jumlah
Kategori 1 Kategori 2
Kategori 1 a b a+b
Kategori 2 c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

c. Intrepretasi Data

Test dengan hasil uji statistik dikatakan bermakna jika nilai p< α= 0,05

maka H0 ditolak dan Ha diterima atau sebagai berikut :

Kesimpulan tingkat kemaknaan dapat dilakukan apabila hasil sebagai

berikut:

(1) Nilai p≤0,05 berarti ada hubungan bermakna antara vaniabel

independen dan variabel dependen.


31

(2) Nilai p> 0,05 berarti tidak ada hubungan bermakna antara variabel

independen dan variabel dependen


BAB IV

HASIL DAN PEMBASAHAN

A. Hasil

1. Tinjauan Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Turikale merupakan salah satu puskesmas yang berada di

Kabupaten Maros yang berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lau

b. Sebelah Timur berbatasann dengan Kecamatan Bantimurung.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mandai

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Maros Baru

Luas wilayah kerja kira-kira 30,03 km2 terdiri atas 7 Kelurahan dan 31

lingkungan aktifitas penduduk di Kecamatan Turikale meliputi pegawai negri

sipil, pegawai swasta, pedagang, pertanian dan perkebunan

Visi Puskesmas Turikale yaitu menjamin pemerataan kesehatan bagi

seluruh masyarakat di Kecamatan Turikale, khususnya pada masyarakat

miskin dan kelompok masyarakat rentan yang membutuhkan penanganan

kesehatan khusus

Misi puskesmas Turukale diantarannya mengupayakan pelayanan

kesehatan yang bemutu dan mandiri, serta menciptakan suasana kerja yang

harmonis sesame pegawai maupun masyarakat sehingga tercipta kebersamaan.


33

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat (Karakteristik Responden)

1) Jenis Kelamin

Tabel 4.1
Distribusi Jenis Kelamin Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Turikale
Kabupaten Maros
Jenis Kelamin f %
Laki-Laki 29 53,7
Perempuan 25 46,3
Total 54 100,0
Sumber : Data primer, 2022

Tabel 4.1 menunjukkan dari 54 Responden terdapat 29(53,7%)

Responden berjenis kelamin laki-laki dan 25(46,3%) berjenis kelamin

perempuan.

2) Pendidikan

Tabel 4.2
Distribusi Pendidikan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Turikale
Kabupaten Maros
Pendidikan f %
SD 2 3,7
SMP 13 24,0
SMA 34 63,0
S1 5 9,3
Total 54 100,0
Sumber : Data primer, 2022

Tabel 4.2 menunjukkan dari 54 Responden terdapat yang paling

banyak berpendidikan SMA yaitu 34(63,0%) Responden dan yang paling

sedikit berpendidikan SD yaitu 2(3,7%) Responden.


34

3) Usia

Tabel 4.3
Distribusi Usia Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten
Maros
Usia f %
17-21 tahun 7 13,0
22-26 tahun 2 3,7
27-31 tahun 8 14,8
32-36 tahun 4 7,4
37-41 tahun 12 22,2
>42 tahun 21 38,9
Total 54 100,0
Sumber : Data primer, 2022

Tabel 4.3 menunjukkan dari 54 Responden terdapat yang paling

banyak kelompok usia >42 tahun yaitu sebanyak 21(38,9%) dan yang

paling sedikit kelompok usia 22-26 tahun yaitu sebanyak 2(3,7%)

Responden.

4) Pekerjaan

Tabel 4.4
Distribusi Pekerjaan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Turikale
Kabupaten Maros
Pekerjaan f %
Petani 31 57,4
Wiraswasta 18 33,3
PNS 5 9,3
Total 54 100,0
Sumber : Data primer, 2022

Tabel 4.4 menunjukkan dari 54 Responden terdapat yang paling

banyak bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 31(57,4%) dan yang paling

sedikit bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 5(9,3%) Responden.


35

b. Analisis Univariat (Variabel Penelitian)

1) Reliability (Kehandalan)

Tabel 4.5
Distribusi Dimensi Reliability (Kehandalan) terhadap Kepuasan Pasien
Rawat Jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros
Reliability (Kehandalan) f %
Baik 31 57,4
Kurang Baik 23 42,6
Total 54 100,0
Sumber : Data primer, 2022

Tabel 4.5 menunjukkan dari 54 Responden terdapat 31(57,4%)

yang menyatakan dimensi Reliability (Kehandalan) baik dan 23(42,6%)

yang menyatakan dimensi Reliability (Kehandalan) kurang baik, data ini

menunjukkan bahwa dimensi Reliability (Kehandalan) tergolong baik

dikarenakan lebih banyak pasien yang menyatakan sudah baik

2) Responsiveness (Daya Tanggap)

Tabel 4.6
Distribusi Dimensi Responsiveness (Daya Tanggap) terhadap Kepuasan
Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros
Responsiveness (Daya Tanggap) f %
Baik 41 75,9
Kurang Baik 13 24,1
Total 54 100,0
Sumber : Data primer, 2022

Tabel 4.6 menunjukkan dari 54 Responden terdapat 41(75,9%)

yang menyatakan dimensi Responsiveness (Daya Tanggap) baik dan

13(24,1%) yang menyatakan dimensi Responsiveness (Daya Tanggap)

kurang baik. data ini menunjukkan bahwa dimensi Responsiveness (Daya


36

Tanggap) tergolong baik dikarenakan lebih banyak pasien yang

menyatakan sudah baik.

3) Assurance (Jaminan)

Tabel 4.7
Distribusi Dimensi Assurance (Jaminan) terhadap Kepuasan Pasien
Rawat Jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros
Assurance (Jaminan) f %
Baik 25 46,3
Kurang Baik 29 53,7
Total 54 100,0
Sumber : Data primer, 2021

Tabel 4.7 menunjukkan dari 54 Responden terdapat 25(46,3%)

yang menyatakan dimensi Assurance (Jaminan) baik dan 29(53,7%) yang

menyatakan dimensi Assurance (Jaminan) kurang baik, data ini

menunjukkan bahwa dimensi Assurance (Jaminan) tergolong kurang

baik dikarenakan lebih banyak pasien yang menyatakan kurang baik

4) Empathy (Empati)

Tabel 4.8
Distribusi Dimensi Empathy (Empati) terhadap Kepuasan Pasien Rawat
Jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros
Empathy (Empati) f %
Baik 41 75,9
Kurang Baik 13 24,1
Total 54 100,0
Sumber : Data primer, 2022

Tabel 4.8 menunjukkan dari 54 Responden terdapat 41(79,5%)

yang menyatakan dimensi Empathy (Empati) baik dan 13(2,1%) yang

menyatakan dimensi Empathy (Empati) kurang baik.


37

5) Tangible (Nyata/tampak)

Tabel 4.9
Distribusi Dimensi Tangible (Nyata/tampak) terhadap Kepuasan Pasien
Rawat Jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros
Tangible (Nyata/tampak) F %
Baik 33 61,1
Kurang Baik 21 38,9
Total 54 100,0
Sumber : Data primer, 2022

Tabel 4.9 menunjukkan dari 54 Responden terdapat 33(61,1%)

yang menyatakan dimensi Tangible (Nyata/tampak) baik dan 21(38,9%)

yang menyatakan dimensi Tangible (Nyata/tampak) kurang baik, data ini

menunjukkan bahwa dimensi Tangible (Nyata/tampak) tergolong baik

dikarenakan lebih banyak pasien yang menyatakan baik dari pada yang

kurang baik

6) Kepuasan

Tabel 4.10
Distribusi Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Turikale
Kabupaten Maros
Kepuasan f %
Puas 31 57,4
Tidak Puas 23 42,6
Total 54 100,0
Sumber : Data primer, 2021

Tabel 4.10 menunjukkan dari 54 Responden terdapat 33(61,1%)

yang menyatakan puas dan 21(38,9%) yang menyatakan dimensi

Tangible (Nyata/tampak) tidak puas, data ini menunjukkan bahwa


38

kepuasan pasien tergolong baik dikarenakan lebih banyak pasien yang

menyatakan puas dari pada yang tidak puas.

c. Analisis Bivariat

1) Hubungan Dimensi Reliability (Kehandalan) dengan Kepuasan Pasien

Tabel 4.11
Hubungan Dimensi Reliability (Kehandalan) dengan Kepuasan Pasien
Rawat Jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros
Kepuasan
Puas Tidak Puas Jumlah
Reliability (Kehandalan) p
f % f % ∑ %
Baik 28 90,3 3 9,7 31 100,0
0,000
Kurang Baik 3 13,0 20 87,0 23 100,0
Total 31 57,4 23 42,6 54 100,0
Sumber : Data primer 2022

Tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa dari 31 Responden yang

memilih kategori baik terdapat 28 (90,3%) merasa puas dan merasa tidak puas

3 (9,7%) dan 23 responden yang memilih kategori kurang baik 3 (13,0%)

merasa puas dan merasa tidak puas 20 (87,0%).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan rumus Chi Square

hasil pada continuity corection dengan nilai p=0.000 dimana p < α (0,05)

maka H0 di tolak dan Ha diterima berarti ada hubungan signifikan antara

reliability (kehandalan) dengan kepuasan pasien.

2) Hubungan Dimensi Responsiveness (Daya tanggap) dengan Kepuasan

Pasien
39

Tabel 4.12
Hubungan Dimensi Responsiveness (Daya tanggap) dengan Kepuasan
Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros
Kepuasan
Responsiveness Puas Tidak Puas Jumlah p
(Daya tanggap) f % f % ∑ %
Baik 30 73,2 11 26,8 41 100,0
0,000
Kurang Baik 1 13,0 12 87,0 13 100,0
Total 31 57,4 23 42,6 54 100,0
Sumber : Data primer 2022

Tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa dari 41 Responden yang

memilih kategori baik terdapat 30 (73,2%) merasa puas dan merasa tidak puas

11 (26,8%) dan 13 responden yang memilih kategori kurang baik 1 (13,0%)

merasa puas dan merasa tidak puas 12 (87,0%), dengan nilai p=0.000

3) Hubungan Dimensi Assurance (Jaminan) dengan Kepuasan Pasien

Tabel 4.13
Hubungan Dimensi Assurance (Jaminan) dengan Kepuasan Pasien Rawat
Jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros
Kepuasan
Puas Tidak Puas Jumlah
Assurance (Jaminan) p
f % f % ∑ %
Baik 25 100,0 0 0,0 25 100,0
0,000
Kurang Baik 6 20,7 23 79,3 29 100,0
Total 31 57,4 23 42,6 54 100,0
Sumber : Data primer 2022

Tabel 4.13 diatas menunjukkan bahwa dari 25 Responden yang

memilih kategori baik terdapat 25 (100,0%) merasa puas dan merasa tidak

puas 0 dan 29 responden yang memilih kategori kurang baik 6 (20,7,%)

merasa puas dan merasa tidak puas 23 (79,3%).


40

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan rumus Chi Square

hasil pada continuity corection dengan nilai p=0.000 dimana p < α (0,05)

maka H0 di tolak dan Ha diterima berarti ada hubungan signifikan antara

assurance (jaminan) dengan kepuasan pasien.

4) Hubungan Dimensi Empathy (Empati) dengan Kepuasan Pasien

Tabel 4.14
Hubungan Dimensi Empathy (Empati) dengan Kepuasan Pasien Rawat
Jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros
Kepuasan
Empathy (Empati) Puas Tidak Puas Jumlah p
f % f % ∑ %
Baik 30 73,2 11 26,8 41 100,0
0,000
Kurang Baik 1 7,7 12 92,3 13 100,0
Total 31 57,4 23 42,6 54 100,0
Sumber : Data primer 2022

Tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa dari 31 Responden yang

memilih kategori baik terdapat 30 (73,2%) merasa puas dan merasa tidak puas

11 (26,8%) dan 13 responden yang memilih kategori kurang baik 1 (7,7%)

merasa puas dan merasa tidak puas 12 (92,3%).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan rumus Chi Square

hasil pada continuity corection dengan nilai p=0.000 dimana p < α (0,05)

maka H0 di tolak dan Ha diterima berarti ada hubungan signifikan antara

empathy (empati) dengan kepuasan pasien.

5) Hubungan Dimensi Tangible (Nyata/tampak) dengan Kepuasan

Pasien
41

Tabel 4.15
Hubungan Dimensi Tangible (Nyata/tampak) dengan Kepuasan Pasien
Rawat Jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros
Kepuasan
Tangible (Nyata/tampak) Puas Tidak Puas Jumlah p
f % f % ∑ %
Baik 27 81,8 6 18,2 33 100,0
0,000
Kurang Baik 4 19,0 17 81,0 21 100,0
Total 31 57,4 23 42,6 54 100,0
Sumber : Data primer 2022

Tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa dari 33 Responden yang

memilih kategori baik terdapat 27 (81,8%) merasa puas dan merasa tidak puas

6 (18,2%) dan 21 responden yang memilih kategori kurang baik 4 (19,0%)

merasa puas dan merasa tidak puas 17 (81,0%).

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan rumus Chi Square hasil

pada continuity corection dengan nilai p=0.000 dimana p < α (0,05) maka H0

di tolak dan Ha diterima berarti ada hubungan signifikan antara tangible

(nyata/tampak) dengan kepuasan pasien.

B. Pembahasan

1. Hubungan Dimensi Reliability (Kehandalan) dengan Kepuasan Pasien

Reliability berarti kehandalan yang berhubungan dengan kemampuan

penyedia pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan segera, akurat dan

memuaskan. Pentingnya dimensi reliability ini sebagai penampilan sebuah

penyelenggara jasa saat kontak pertama kali dengan pelanggan dalam

memberikan pelayanan. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data

yang menunjukkan dari 54 Responden terdapat 31(57,4%) yang menyatakan


42

dimensi Reliability (Kehandalan) baik dan 23(42,6%) yang menyatakan

dimensi Reliability (Kehandalan) kurang baik, dari hasil data tersebut maka

dapat dikatakan bahwa sebagian besar persepsi Responden mengenai mutu

pelayanan pada dimensi Reliability (Kehandalan) Puskesmas Turikale sudah

baik, namun masih adanya Responden yang menilai dimensi Reliability masih

kurang baik dikarenakan masih ada beberapa Responden merasa keluhan

mereka tidak diatasi dengan cepat, serta Responden juga masih ada yang

mengeluhkan pelayanan petugas pada saat memberikan penjelasan hanya

sekali saja tidak berulang sehingga Responden masih ada yang kurang

mengerti terutama dalam hal penjelasan tentang prosedur pelayanan.

Tabel 4.11 menunjukkan diantara 31 Responden menilai dimensi

Reliability (Kehandalan) baik terdapat 3(9,7%) Responden yang merasa tidak

puas dan diantara 23 Responden menilai dimensi Reliability (Kehandalan)

kurang baik terdapat 3(13,0%) Responden yang merasa puas, masih adanya

Responden yang belum merasa puas dikarenakan informasi yang diperoleh

tidak diberikan secara tulisan hanya disampaikna secara lisan saja sehingga

Responden terkadang lupa apabila kembali ke Puskesmas

Hasil uji statistik menggunakan Chi Square dengan melihat nilai p

pada Continuity Correction yaitu p=0.000, maka nilai p < α (0,05) sehingga

H0 ditolak yang dapat diartikan terdapat hubungan antara dimensi Reliability

(kehandalan) dengan kepuasan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Turikale

Kabupaten Maros
43

Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Penelitian Laila, (2018),

dengan judul Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien Rawat

Jalan RSUD Pasaman Barat Tahun 2018. Hasil penelitiannya menunjukkan

untuk variable kehandalan, (67,4%) Responden menyatakan persepsi

kehandalan petugas kesehatan baik dan (32,6%) menyatakan persepsi

kehandalan petugas kesehatan tidak baik. Dan penelitian Fuzna (2018)

dengan judul kepuasan pasien BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

terhadap pelayanan di Unit Rawat Jalan (URJ) Rumah Sakit Permata Medika

Semarang Tahun 2018. Mendapatkan kesimpulan pada Reability/keandalan

beberapa Responden puas dengan tindakan yang cepat dan tepat terhadap

pemeriksaan, pengobatan dan perawatan sebesar 56,56 %.

Aspek-aspek kehandalan sistem pelayanan yang diberikan oleh

penyedia jasa diantaranya kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan rencana,

kepedulian rumah sakit terhadap permasalahan yang dialami pasien,

penyampaian informasi, serta keakuratan (Supriyanto, 2005). Hasil penelitian

Hastuti (2017) dan Kurniawan (2017) menunjukkan variabel reliability

terdapat hubungan dengan kepuasan pasien dengan p value< 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut mengenai variabel reliability menurut

Irawan (2007) reliability yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan

yang telah dijanjikan serta memberikan pelayanan yang akurat.

Pemberi layanan kesehatan harus memperhatikan hal tersebut

sehingga berupaya dalam meningkatkan reliability dan masyarakat sebagai

pengguna jasa akan memberikan nilai positif dan akan berkunjung ulang.
44

Dalam kehandalan setiap pegawai harus memiliki kemampuan, mengetahui

prosuder kerja serta mekanisme kerja, mampu memberikan arahan yang benar

kepada setiap bentuk pelayanan kepada pengguna jasa sehingga memberikan

dampak positif atas pelayanan tersebut. Dalam hal ini pegawai, perawat, serta

dokter dituntut dalam memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat

sehingga pengguna jasa layanan akan merasa puas

2. Hubungan Dimensi Responsiveness (Daya tanggap) dengan Kepuasan

Pasien

Responsiveness adalah kemampuan penyedia pelayanan untuk

membantu pelanggan dalam memberikan pelayanan dengan baik dan tepat.

Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil yang menunjukkan dari

54 Responden terdapat 41(75,9%) yang menyatakan dimensi Responsiveness

(Daya Tanggap) baik dan 13(24,1%) yang menyatakan dimensi

Responsiveness (Daya Tanggap) kurang baik, dari hasil data tersebut maka

dapat dikatakan bahwa sebagian besar persepsi Responden mengenai mutu

pelayanan pada dimensi dimensi Responsiveness (Daya Tanggap) Puskesmas

Turikale termasuk dalam kategori baik, namun masih adanya Respoden yang

menilai kurang dalam dimensi Responsiveness, hal ini dikarenakan

Responden masih menganggap kurang dalam Petugas memberikan informasi

tentang jalur pelayanan bagi pasien yang datang ke Puskesmas, sehingga

Respoden terkadang ragu untuk datang, ketanggapan petugas harus lebih

ditingkatkan karena sebagai petugas harus lebih cekatan dan memberikan

tindakan yang cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pasien dan


45

memberikan tindakan cepat pada saat pasien membutuhkan atas

permasalahan yang mereka hadapi

Hasil uji statistik menggunakan Chi Square dengan melihat nilai p

pada Continuity Correction yaitu p=0.000, maka nilai p < α (0,05) sehingga

H0 ditolak yang dapat diartikan terdapat hubungan antara dimensi

Responsiveness (daya tanggap) dengan kepuasan Pasien rawat jalan Di

Puskesmas Turikale Kabupaten Maros

Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Penelitian Laila (2018)

dengan judul Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien Rawat

Jalan RSUD Pasaman Barat Tahun 2018. Hasil penelitiannya menunjukan

untuk variabel ketanggapan (58,7%) Responden menyatakan persepsi

ketanggapan petugas kesehatan baik dan (41,3%) Responden menyatakan

persepsi ketanggapan petugas tidak baik. Dan penelitian Fuzna (2018) dengan

judul Kepuasan Pasien BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

Terhadap Pelayanan di Unit Rawat Jalan (URJ) Rumah Sakit Permata Medika

Semarang. Mendapatkan kesimpulan pada variabel responsiveness/daya

tanggap Responden puas dalam dokter dan perawat yang memberikan reaksi

cepat dan tanggap sebesar 54,54 % dan Responden tidak puas dalam aspek

kesiagaan petugas kesehatan untuk membantu pasien sebesar 10,10 %.

Murtiana (2016) menilai kepuasan pasien secara langsung dari segi

pelayanan dokter dan perawat dimana hasilnya menunjukkan ada hubungan

dengan kepuasan pasien. Seorang dokter maupun Perawat harus dapat

meyakinkan pasien bahwa dirinya memiliki kemampuan dalam proses


46

penyembuhan maupun komunikasi dengan pasien. Menurut Perosfoni, et al

(2010) kepuasan kerja perawat sangat dibutuhkan terutama dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh

Kurniawan (2017) pada dimensi responsiveness memiliki hubungan dengan

kepuasan pasien. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wahyuni (2018) dan Hastuti (2017) menyatakan bahwa tidak ada hubungan

dengan kepuasan pasien. Hal ini berarti mutu pelayanan pada variabel

responsiveness yang diterima pasien telah sesuai dengan mutu pelayanan

yang diharapkan. dengan demikian ketanggapan merupakan suatu keinginan

para petugas/karyawan dalam membantu konsumen serta memberikan

pelayanan.

3. Hubungan Dimensi Assurance (Jaminan) dengan Kepuasan Pasien

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan dari 54 Responden

terdapat 25(46,3%) yang menyatakan dimensi Assurance (Jaminan) baik dan

29(53,7%) yang menyatakan dimensi Assurance (Jaminan) kurang baik, dari

hasil data tersebut maka dapat maka dapat dikatakan bahwa mutu pelayanan

pada dimensi Assurance (Jaminan) Puskesmas Turikale termasuk dalam

kategori kurang baik dikarenakan masih lebih banyak Responden yang

menyatakan dimensi Assurance (Jaminan) kurang baik hal ini diperoleh dari

Responden yang menganggap infoermasi yang diberikan terkait pelayanan

dipuskesmas selama pandemi masih membuat warga menjadi bingung

terutama dalam hal protokol yang diterapkan di Puskesmas, dimana

Responden masih menganggap informasi yang disampiakan masih kurang.


47

Hasil penelitian menunjukkan diantara 25 Responden menilai dimensi

Assurance (jaminan) baik semuanya merasa puas dan diantara 29 Responden

menilai dimensi Assurance (jaminan) kurang baik terdapat 6(20,7%). Dan

diantara 23 Responden menilai dimensi kurang baik terdapat 23 (79,3%)

responden merasa tidak puas. Hal ini menunjukkan pemberi jasa masih belum

mampu menunjukkan kemampuan diri yang dimilikinya, sehingga saat

melaksanakan tugasnya rasa percaya diri akan kemampuannya dirasa kurang

oleh konsumen, namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Wahyuni (2015) menyatakan bahwa tidak ada hubungan dengan

kepuasan pasien. Parasuraman dalam Surdirman (2016) assurance merupakan

dimensi kualitas yang memiliki hubungan dengan kemampuan petugas dalam

menanamkan rasa percaya diri kepada para konsumen. Dengan demikian

melalui dimensi ini bisa melihat sejauh mana pemberi layanan mampu

memberikan assurance (jaminan) kepada pasien.

Hasil uji statistik menggunakan Chi Square dengan melihat nilai p

pada Continuity Correction yaitu p=0.000, maka nilai p < α (0,05) sehingga

H0 ditolak yang dapat diartikan terdapat hubungan antara dimensi Assurance

(jaminan) dengan kepuasan Pasien, hasil penelitian ini serupa dengan yang

dilakukan oleh Penelitian Laila (2018) dengan judul Faktor–Faktor Yang

Mempengaruhi Kepuasan Pasien Rawat Jalan RSUD Pasaman Barat Tahun

2018. Hasil penelitiannya menunjukan untuk variable jaminan (72,8%)

Responden menyatakan persepsi jaminan petugas kesehatan baik dan (27,2%)

menyatakan persepsi jaminan petugas kesehatan tidak baik. Dan penelitian


48

Fuzna (2018) dengan judul Kepuasan Pasien BPJS (Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial) Terhadap Pelayanan di Unit Rawat Jalan (URJ) Rumah Sakit

Permata Medika Semarang. Mendapatkan kesimpulan pada variabel

Assurance/Jaminan Responden puas dengan adanya jaminan keamanan dan

kepercayaan sebesar 51,51% dan Responden tidak puas dalam kemampuan

para dokter dalam menetapkan diagnosis penyakit sebesar 14,14 %.

Pengukuran kepuasan dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu

pelayanan kesehatan. Melalui pengukuran ini dapat melihat sejauh mana

dimensi- dimensi mutu pelayanan kesehatan dilaksanakan dapat memenuhi

harapan pasien selain itu dapat melihat dimensi mana saja yang memiliki

hubungan dengan kepuasan pasien

4. Hubungan Dimensi Empathy (Empati) dengan Kepuasan Pasien

Empathy dalam penelitian ini merupakan dinilai dari aspek

kepedulian penuh petugas kesehatan kepada pasien yang meiliputi perhatian

kepada pasien, perhatian staff kepada pasien dan memahami akan kebutuhan

pasien . Dengan demikian jika penyedia jasa tidak mengetahui ataupun

memiliki kepudulian maka penyedia jasa seperti Rumah Sakit maupun

Puskesmas akan kehilangan kesempatan dalam memuaskan pengguna jasa.

Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data Tabel 4.8

menunjukkan dari 54 Responden terdapat 41(79,5%) yang menyatakan

dimensi Empathy (Empati) baik dan 13(24,1%) yang menyatakan dimensi

Empathy (Empati) kurang baik, dari hasil data tersebut maka dapat maka

dapat dikatakan bahwa mutu pelayanan pada dimensi Empathy (Empati)


49

Puskesmas Turikale termasuk dalam kategori baik, masih adanya Responden

yang merasa kurang pada dimensi Empathy karena Responden merasa

petugas melayani dengan kurang ramah, pasien juga merasa kurang

diperhatikan saat berkonsultasi, serta kurang mendapatkan penjelasan tentang

cara penggunaan obat dengan jelas, hakekatnya setiap petugas pelayanan

kesehatan harus memiliki rasa empati dan rasa tanggap yang cepat dalam

memberikan pelayanan kesehatan agar tercapainya tingkat kepuasan yang

tinggi terhadap pasien. Oleh sebab itulah institusi kesehatan sangat

meperhatikan mutu pelayanan. Sehingga ada hubungan mutu pelayanan

dengan kepuasan pasien.

Dimensi ini merefleksikan kemampuan pekerja untuk menyelami

perasaan pelanggan, sebagaimana jika pekerja itu sendiri mengalaminya.

Hasil penelitian di atas sesuai dengan pendapat Kotler bahwa kepuasan

sebagai respon dari pemenuhan harapan dan kebutuhan konsumen. Pendapat

ini juga dikemukakan oleh Tjiptono yang mengemukakan bahwa tingkat

pemenuhan kenikmatan dan harapan ini dapat lebih atau kurang. Kepuasan

adalah fungsi dari perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan

diharapkan. Kepuasan merupakan persepsi yang dirasakan oleh individu

ketika harapan dan kebutuhannya dapat dipenuhi oleh individu atau faktor

lainnya. Pasien merupakan salah satu individu yang memerlukan penanganan

denagan kemampuan lebih dari petugas kesehatan. Ketika petugas

memberikan penanganan kepada pasien sesuai dengan apa yang dibutuhkan

oleh pasien maka pasien akan merasa puas terhadap hasil tersebut.
50

Hasil uji statistik menggunakan Chi Square dengan melihat nilai p

pada Continuity Correction yaitu p=0.000, maka nilai p < α (0,05) sehingga

H0 ditolak yang dapat diartikan terdapat hubungan antara dimensi Empathy

(empati) dengan kepuasan Pasien rawat jalan di Puskesmas Turikale

Kabupaten Maros. Dalam hal ini Peneliti menggunakan aspek administrasi

yang dimana masuk ke dalam pengertian dari empathy. Hasil menunjukkan

adanya hubungan dengan kepuasan pasien. Dengan demikian adanya nilai

kepuasan dengan harapan yang besar pada bagian administrasi. Hal ini terjadi

akibat ketidakpahaman ataupun ketidakmampuan pemberi layanan

memahami keinginan konsumen yang mengakibatkan ketidakpuasan terhadap

layanan yang diberikan. Akses ke pelayanan kesehatan perlu menjadi

perhatian pemberi layanan dapat berupa jarak maupun biaya, karena dengan

terjangkaunya biaya maupun jarak akan menjadi penilaian positif terhadap

pemberi layanan kesehatan.

5. Hubungan Dimensi Tangible (Nyata/tampak) dengan Kepuasan Pasien

Dalam penelitian ini aspek Tangible (Nyata/tampak) dinilai

berdasarkan apa yang nampak atau nyata yang dilihat oleh Responden seperti

ketersediaan tempat cuci tangan, kursi tunggu yang nyaman atau pun

pembersih tangan seperti hand sanitizer, Hasil penelitian yang telah

dilakukan diperoleh data menunjukkan dari 54 Responden terdapat 33(61,1%)

yang menyatakan dimensi Tangible (Nyata/tampak) baik dan 21(38,9%) yang

menyatakan dimensi Tangible (Nyata/tampak) kurang baik, dari hasil data

tersebut maka dapat maka dapat dikatakan bahwa mutu pelayanan pada
51

dimensi Tangible Puskesmas Turikale termasuk dalam kategori baik, namun

masih adanya Respoden yang menilai kurang baik hal ini terjadi karena

Responden masih mengeluhkan sarana cuci tangan meskipun telah disediakan

dengan baik masih terdapat kekurangan dalam hal pengadaan kembali tissue

dan sabun di tempat cuci tangan dimana pada saat tissue ataupun sabun telah

habis tidak segera untuk diisi ulang, begitupun dengan Hand Sanitizer yang

disediakan terkadang sudah habis namun lambat untuk diisi ulang, serta kursi

tunggu yang tidak mencukupi untuk pasien yang datang untuk berobat

Hasil uji statistik menggunakan Chi Square dengan melihat nilai p

pada Continuity Correction yaitu p=0.000, maka nilai p < α (0,05) sehingga

H0 ditolak yang dapat diartikan terdapat hubungan antara dimensi Tangible

(nyata/tampak) dengan kepuasan Pasien Rawat jalan di Puskesmas Turikale

Kabupaten Maros, Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh (Rizal & Jalpi, 2017). Dimana melihat hubungan kualitas

pelayanan kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien di poli gigi puskesmas

kelayan dalam kota banjarmasin tahun 2014.

Menurut Parasuraman dan Zetham tangibles merupakan wujud sarana

prasarana seperti ruangan, peralatan, dan peralatan komunikasi. Penelitian ini

tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh Kurniawan & Aditya (2017) pada

variabel tangible tidak ada hubungan dengan kepuasan pasien. Sama halnya

dengan penelitian Lubis (2020) tidak ada hubungan dengan kepuasan pasien,

namun peneliti menggunakan aspek environment dimana dapat dikategorikan


52

dalam pengertian tangibles. Namun berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Murtiana., 2016; Hastuti, 2017 dan Kurniawan, 2017) yang

menyatakan bahwa dimensi tangibles memiliki hubungan dengan kepuasan

pasien. Kenyaman terhadap lingkungan Rumah Sakit sangat mempengaruhi

terhadap presepsi kepuasan pasien (Murtiana, 2016).

Sesuai dengan pendapat Kotler bahwa kepuasan sebagai respon dari

pemenuhan harapan dan kebutuhan konsumen. Respon ini sebagai hasil dari

penilaian konsumen bahwa produk atau pelayanan sudah memberikan tingkat

pemenuhan kenikmatan. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Tjiptono yang

mengemukakan bahwa tingkat pemenuhan kenikmatan dan harapan ini dapat

lebih atau kurang. Ketidakpuasan merupakan respon pelanggan sebagai hasil

dan evaluasi ketidaksesuaian kinerja atau tindakan yang dirasakan sebagai

akibat dari tidak terpenuhinya harapan. Kepuasan merupakan persepsi yang

dirasakan oleh individu ketika harapan dan kebutuhannya dapat dipenuhi oleh

individu atau faktor lainnya. Pasien merupakan salah satu individu yang

memerlukan penanganan dengan kemampuan lebih dari petugas kesehatan.

Ketika fasilitas yang ada di pelayanan sesuai dengan yang dikehendaki oleh

pasien maka pasien akan merasa puas dengan apa yang mereka terima.

Wujud dari sarana dan prasarana yang diberikan oleh penyedia jasa

menjadi bukti terhadap penilaian kepuasan. Hal ini menjadikan masyarakat

memilih ataupun mempertimbangkan dalam menggunakan jasa pelayanan.

Dalam hal ini Martul (2004) menyatakan kualitas pelayanan berupa kondisi

fisik menjadi bentuk yang nyata yang memberikan adanya apresiasi serta
53

memberikan nilai positif bagi pengguna jasa dan menjadi suatu penilaian

dalam menentukan kemamapuan dari pengembang pelayanan memanfaatkan

kemampuannya seperti menggunakan alat dan perlengkapan serta

menunjukkan performa yang baik, berwibawa dan berintegritas.


54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

a. Ada hubungan dimensi Reliability (kehandalan) dengan kepuasan pasien

rawat jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros, semakin baik dimensi

Reliability maka pasien akan semain puas

b. Ada hubungan dimensi Responsiveness (daya tanggap) dengan kepuasan

pasien rawat jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros, semakin baik

dimensi Responsiveness maka pasien akan semain puas

c. Ada hubungan dimensi Assurance (jaminan) dengan kepuasan pasien rawat

jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros, semakin baik dimensi

Assurance maka pasien akan semain puas.

d. Ada hubungan dimensi Empathy (empati) dengan kepuasan pasien rawat

jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros, semakin baik dimensi

Empathy maka pasien akan semain puas..

e. Ada hubungan dimensi Tangible (nyata/tampak) dengan kepuasan pasien

rawat jalan di Puskesmas Turikale Kabupaten Maros, semakin baik dimensi

Tangible maka pasien akan semain puas..

B. Saran

1. Meningkatkan mutu pelayanan pada dimensi Reliability (Kehandalan)

khususnya di bidang pelayanan apoteker dan loket pendaftaran, sehingga

pasien tidak menunggu terlalu lama saat mengambil resep obat pada saat

antri
55

2. Perlunya penambahan tenaga kesehatan dan partisipasi tenaga kesehatan

yang cepat tanggap (responsivenes) sehingga pelayanan lebih cepat dari

sebelumnya.

3. Perlunya pemberian pemahaman (Assurance) yang lebih kepada pasien

tentang tindakan apa yang akan dilakukan tenaga kesehatan sehingga tidak

menimbulkan rasa keraguan pada pasien.

4. Menumbuhkan rasa emphaty (empati) kepedulian kepada pasien agar

terjalinnya komunikasi yang baik pada saat pelayanan.

5. Perlunya penegasan untuk memerhatikan kebersihan lingkungan Puskesmas

terutama di ruang wc, sehingga tidak bersih dan berbau.


56

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, N., Anggraeni, S., & Suryanto, D. (2021). Hubungan Kualitas Pelayanan
Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Pada Bagian Loket Pendaftaran
Di Upt Puskesmas Tajau Pecah Tahun 2021. EPRINTS UNISKA.
Anggraini, A. R., & Oliver, J. (2019). Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Mutu
Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Haji Medan. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Anwary, A. Z. (2020). Hubungan Kualitas Pelayanan Dengan Kepuasan Pasien Di
Puskesmas Durian Gantang Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Dinamika
Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 11(1), 397–409.
https://doi.org/10.33859/dksm.v11i1.627
Burhanuddin N. (2016), Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan
Pasien RSUD Syekh Yusuf Gowa. J MKMI. 2016;12(1):41–6
Bustami. (2011). Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akseptabilitasnya.
Jakarta : Erlangga.
Darus, M., Milawati, S., & Maemunah, N. (2018). Kebijakan Dasar Puskesmas
Kesehatan Masyarakat. Nursing News, 3 Nomor 1, 612–619.
Fakolade, O. A & Atanda, A. I. (2015). Hubungan Mutu Pelayanan Terhadap Tingkat
Kepuasan Pasien Rawat Jalan Di Peskesmas. Literature Review, 12(November),
33–37.
Gultom, R. J., Nababan, D., Sipayung, R., Hakim, L., & Tarigan, F. L. (2021).
Hubungan Kualitas Pelayanan Rawat Jalan Dengan Kepuasan Pasien Bpjs Di
Rumah Sakit Bhayangkara Tk III Tebing Tinggi`Relationship Tinggi`
Tinggi`Relationship of the Quality of Outstanding Services With Bpjs Patient
Satisfaction At Bhayangkara Hospital Tk I. Journal of Healthcare Technology
and Medicine, 7(2), 2615–109.
Hastuti, Siti Kurnia Widi, dkk. (2017). “Hubungan Mutu Pelayanan dengan Kepuasan
Pasien Peserta BPJS di Rumah Sakit Umum Daerah Yogyakarta”, a Jurnal
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Vol 11, No. 2, Hal 161-168
Heru Nurcahyo, Marchaban, & Sumarni. (2015). the Relation of Outpatient Service
Quality on the Era of the National Health Insurance Towards Patient
Satisfaction. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi, 2–6.
57

Istiqomah N f. (2016). Inap Di Puskesmas Ii Tambak. Jurnal Manajemen Fakultas


Ekonomi Universitas Jambi, Vol.1 No 1 : 2302-4682
Kurniawan dan Aditya. (2017). “Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan
Kepuasan Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Tingkat IV Slamet Riyadi
Surakarta”, Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informati Kesehatan, Volume 7,
No. 1, hal: 43-50
Lubis, Rizky Ardilla, (2020). “Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan
Kepuasan Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas SEI Mencirim Medan Tahun 2020”,
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF),Volume 3, No. 1, hal: 13-20

Laila, (2018), Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien rawat jalan di


RSUD Pasaman Barat. [Thesis].Padang: UNAND;
Mahdani. (2009). “Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Kunjungan
Ulang Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Sigli”. Skripsi Kesehatan
Masyarakat. Universitas Sumatera Utara
Mernawati, D. (2015). Analisis Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Lamper Tengah
Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang. Public Health Perspective
Journal, 1
Munawir, I. (2018). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien Rawat
Jalan Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 17(3), 15–22.
https://doi.org/10.33221/jikes.v17i3.155
Murtiana, Eka., Ruslan Majid., Nur Nasriana Jufri. (2016). “Hubungan Mutu
Pelayanan Kesehatan Kepada Kepuasan Pasien Bpjs Di Rsud Kota Kendari
Tahun 2016”, Jurnal Ilimiah Kesehatana Masyarakat, Volume 1, No. 4
Rahmawati, R. D., & Iljanto, S. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan
Tingkat Kunjungan Rawat Jalan Di RS Ananda Bekasi Tahun 2017. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Riandi, R. (2018). Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien
Rawat Jalan di PUSKESMAS Wonorejo Samarinda Tahun 2018 Skripsi
Diajukan Oleh Ronal Riandi. Ilmu Kesehatan, 1–50.
https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/845/SKR RONAL
RIANDI.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Rizal, A., & Jalpi, A. (2017). Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan
Kesehatan Di Puskesmas Kota Banjarmasin Tahun 2016. In Prosiding Hasil
Penelitian Uniska Tahun 2017.
58

Sarah, I., Meruntu, E., Wowor, R. E., Aldegonda, A., Kesehatan, F., Universitas, M.,
& Ratulangi, S. (2020). Journal of. 1(April), 27–31.
Siswati S. (2015), Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien BPJS di
Unit Rawat Inap. J MKMI. 2015;11(3):174–83
Triwardani, Y. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien
BJPS pada pelayanan di Puskesmas Pamulang. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 139.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35713/1/YUNI
TRIWARDANI-FKIK.pdf
Wahyuni, Dwi dan Lienna Sofiana. (2018). Hubungan anatara Kualitas Pelayanan
dengan Kepuasan Pasien di Puskesmas Tepus I Kabupaten Gunung Kidul
Yogyakarta. Jurnal Medika Respati Volume 10, No. 2, hal: 27-37
59

Lampiran 1
KUESIONER

I. Identitas Responden :

Nama :

Jenis kelamin : a. Laki-laki

b. Perempuan
Pendidikan terakhir : a. SD b. SMP c. SMA

d. S1

Usia : a. 17-21 Tahun d. 32-36 Tahun

b. 22-26 Tahun e. 37-41 Tahun

c. 27-31 Tahun f. ≥ 42 Tahun


Pekerjaan : .......................

II. Pernyataan tentang Mutu Pelayanan


Petunjuk pengisian:
1. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan baik sebelum menjawab
2. Beri tanda ceklist ( √ ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan pendapat
bapak/ibu/saudara/i
3. Keterangan:
a. SB = Sangat Baik, artinya pernyataan tersebut sangat sesuai dengan pendapat
atau perasaan bapak/ibu/saudara/i
b. B = Baik, artinya pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat atau perasaan
bapak/ibu/saudara/i
c. KB = Kurang Baik, artinya pernyataan tersebut kurang sesuai dengan pendapat
atau persaan bapak/ibu/saudara/i
d. TB = Tidak Baik, artinya pernyataan tersebut tidak sesuai dengan pendapat atau
perasaan bapak/ibu/saudara/i
e. STB = Sangat Tidak Baik, artinya pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan
pendapat atau perasaan bapak/ibu/saudara/i
60

Apa yang anda rasakan tentang


Pernyataan
mutu pelayanan
Sangat Baik Kurang Tidak Sangat
Baik Baik Baik Tidak
Baik
Reliability (kehandalan)

Petugas memiliki pengetahuan serta kemampuan yang


mencukupi dalam memberikan informasi tentang
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan prosedur

Informasi yang diberikan petugas


akurat serta bisa dipertanggungjawabkan

Petugas memberi informasi secara


tertulis bila pasien kurang begitu paham tentang
prosedur pelayanan di puskesmas
Tenaga medis memberikan pelayanan yang
teliti dan tepat waktu
Responsiveness (daya tanggap)
Petugas memberikan informasi tentang jalur pelayanan
bagi pasien yang datang kepuskesmas
Petugas pemberi informasi dan penanganan pengaduan
di tempat pendaftaran pasien cepat tanggap terkait
aduan pasien.
Tenaga medis melakukan tindakan sesuai prosedur

Pelayanan informasi kesehatan tidak menggunakan


bahasa yang bisa dimengerti pasien
Assurance (jaminan)
Informasi petugas puskesmas yang diberikan tentang
pelayanan bisa dipertanggung jawabkan

Adanya Jaminan jika terjadi kesalahan dalam


pelayanan

Dokter melayani dengan sikap menyakinkan sehingga


pasien merasa aman

Petugas tidak memiliki pengetahuan serta kemampuan


yang mencukupi dalam memberikan informasi terkait
pelayanan dipuskesmas
61

Empathy (empati)
Informasi pelayanan kesehatan diberikan tanpa pasien
harus meminta
Petugas selalu mengingatkan pasien dan pendamping
pasien untuk tidak melepas masker selama berada
dilingkungan Puskesmas

Petugas tidak bersikap ramah dalam melayani pasien

Petugas tidak mengenakan tanda pengenal yang jelas


dan tidak menggunakan masker

Tangible (nyata/tampak)
Ruangan pelayanan informasi di puskesmas aman dan
nyaman

Terdapat Hand Sanitizer di setiap ruangan

Ruangan pelayanan tidak terlihat rapi dan bersih dan


tidak terdapat poster ajakan mematuhi protokol
kesehatan
Tersedianya kotak saran di tempat
pendaftaran pasien

III. Pernyataan tentang Kepuasan Pasien


Petunjuk pengisian:
1. Bacalah pernyataan dibawah ini
dengan baik sebelum menjawab
2. Berilah tanda ceklist (√) pada kolom
yang telah disediakan sesuai dengan pendapat
bapak/ibu/saudara/i
3. Keterangan:
a. SP = Sangat Puas, artinya pernyataan tersebut sangat sesuai dengan pendapat
atau perasaan bapak/ibu/saudara/i
b. P = Puas, artinya pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat atau perasaan
bapak/ibu/saudara/i
c. KP = Kurang Puas, artinya pernyataan tersebut kurang sesuai dengan pendapat
atau perasaan bapak/ibu/saudara/i
d. TD = Tidak Puas, artinya pernyataan tersebut tidak sesuai dengan pendapat atau
perasaan bapak/ibu/saudara/i
e. STP = Sangat Tidak Puas, artinya pernyataan tersebut sangat tidak sesuai
dengan pendapat atau perasaan bapak/ibu/saudara/i
62

Apa yang anda rasakan tentang


Pernyataan
mutu pelayanan
Sangat Puas Kurang Tidak Sangat
Puas Puas Puas Tidak
Puas

Prosedur pelayanan pasien cepat dan tidak berbelit

Waktu tunggu pelayanan tidak terlalu lama

Petugas kesehatan tidak mengukur suhu dan menyuruh


cuci tangan sebelum masuk ruang tunggu

Petugas kesehatan tidak memperkenankan masuk


pasien atau pendamping pasien yang tidak memakai
masker

Tempat duduk diruang tunggu tertata berjarak


63

Lampiran 2
Master Tabel
KOD
Jenis Kelamin Pendidikan Usia Pekerjaan Reliability Responsiveness Assurance Empathy Tangible Kepuasan
E
37-41 Kurang
1 perempuan SMP Wiraswasta Baik Baik Baik Baik Puas
tahun Baik
17-21
2 perempuan SMA Wiraswasta Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
37-41
3 perempuan SMP Wiraswasta Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
37-41 Kurang Kurang Kurang Tidak
4 laki-laki SMP Wiraswasta Baik Baik
tahun Baik Baik Baik Puas
17-21
5 laki-laki S1 PNS Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
>_ 42 Kurang Kurang Kurang Tidak
6 perempuan SMP Wiraswasta Baik Baik
tahun Baik Baik Baik Puas
27-31 Kurang Kurang Kurang Tidak
7 perempuan S1 PNS Kurang Baik Baik
tahun Baik Baik Baik Puas
32-36
8 laki-laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
>_ 42
9 laki-laki S1 PNS Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
27-31 Kurang Kurang
10 perempuan S1 PNS Baik Baik Baik Puas
tahun Baik Baik
22-26
11 perempuan SMA Wiraswasta Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
>_ 42
Kurang Kurang Tidak
12 perempuan S1 tahun PNS Baik Kurang Baik Baik
Baik Baik Puas
27-31
13 laki-laki SMP Petani Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
27-31 Kurang Kurang Kurang Tidak
14 perempuan SMP Wiraswasta Baik Baik
tahun Baik Baik Baik Puas
64

17-21 Kurang
15 laki-laki SMP Wiraswasta Baik Baik Baik Baik Puas
tahun Baik
>_ 42 Kurang Kurang
16 laki-laki SMP Petani Baik Baik Baik Puas
tahun Baik Baik
>_ 42
17 laki-laki SMA Wiraswasta Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
27-31 Kurang
18 perempuan SMA Wiraswasta Baik Baik Baik Baik Puas
tahun Baik
>_ 42 Kurang
19 laki-laki SMA Wiraswasta Baik Kurang Baik Baik Baik Puas
tahun Baik
>_ 42
20 laki-laki SMP Petani Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
37-41 Kurang Kurang Kurang Tidak
21 perempuan SMP Wiraswasta Kurang Baik Baik
tahun Baik Baik Baik Puas
37-41 Kurang Kurang Tidak
22 laki-laki SMP Petani Baik Kurang Baik Baik
tahun Baik Baik Puas
37-41
23 laki-laki SMP Wiraswasta Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
>_ 42 Kurang Kurang
24 laki-laki SMA Petani Baik Baik Baik Puas
tahun Baik Baik
17-21 Kurang Kurang Kurang Kurang Tidak
25 laki-laki SMA Wiraswasta Baik
tahun Baik Baik Baik Baik Puas
>_ 42 Kurang Kurang Kurang Kurang Tidak
26 laki-laki SMA Wiraswasta Kurang Baik
tahun Baik Baik Baik Baik Puas
32-36
27 perempuan SMP Wiraswasta Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
>_ 42 Kurang Kurang Kurang Kurang Tidak
28 perempuan SMA Wiraswasta Kurang Baik
tahun Baik Baik Baik Baik Puas
>_ 42
29 laki-laki SMA Petani Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
>_ 42 Kurang Kurang Kurang Tidak
30 perempuan SMA Petani Baik Baik
tahun Baik Baik Baik Puas
31 laki-laki SMA 37-41 Petani Kurang Baik Kurang Baik Kurang Tidak
65

tahun Baik Baik Baik Puas


17-21
32 laki-laki SMA Petani Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
>_ 42 Kurang Kurang Kurang Tidak
33 perempuan SMA Petani Baik Baik
tahun Baik Baik Baik Puas
27-31 Kurang Kurang Kurang Tidak
34 perempuan SMA Petani Kurang Baik Baik
tahun Baik Baik Baik Puas
>_ 42
35 laki-laki SMA Petani Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
37-41 Kurang Kurang Kurang Tidak
36 perempuan SMA Petani Kurang Baik Baik
tahun Baik Baik Baik Puas
37-41 Kurang Kurang Tidak
37 laki-laki SMA Petani Baik Kurang Baik Baik
tahun Baik Baik Puas
37-41
38 laki-laki SMA Petani Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
>_ 42 Kurang Kurang
39 laki-laki SMA Petani Baik Baik Baik Puas
tahun Baik Baik
17-21 Kurang Kurang Kurang Kurang Tidak
40 laki-laki SMA Petani Baik
tahun Baik Baik Baik Baik Puas
>_ 42 Kurang Kurang Kurang Kurang Tidak
41 laki-laki SMA Petani Kurang Baik
tahun Baik Baik Baik Baik Puas
32-36
42 perempuan SMA Petani Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
>_ 42 Kurang Kurang Kurang Kurang Tidak
43 perempuan SMA Petani Kurang Baik
tahun Baik Baik Baik Baik Puas
>_ 42
44 laki-laki SD Petani Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
>_ 42 Kurang Kurang Kurang Tidak
45 perempuan SMA Petani Baik Baik
tahun Baik Baik Baik Puas
37-41
46 perempuan SMA Petani Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
37-41 Kurang Kurang Kurang Tidak
47 laki-laki SMA Petani Baik Baik
tahun Baik Baik Baik Puas
66

17-21
48 laki-laki SMA Petani Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
>_ 42 Kurang Kurang Kurang Tidak
49 perempuan SMA Petani Baik Baik
tahun Baik Baik Baik Puas
27-31 Kurang Kurang Kurang Tidak
50 perempuan SMA Petani Kurang Baik Baik
tahun Baik Baik Baik Puas
32-36
51 laki-laki SD Petani Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
>_ 42
52 laki-laki SMA Petani Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
27-31 Kurang Kurang
53 perempuan SMA Petani Baik Baik Baik Puas
tahun Baik Baik
22-26
54 perempuan SMA Petani Baik Baik Baik Baik Baik Puas
tahun
Lampiran 3
Hasil Olah Data

Analisis Univariat

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 29 53.7 53.7 53.7
prempuan 25 46.3 46.3 100.0
Total 54 100.0 100.0

Tingkat Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 2 3.7 3.7 3.7
SMP 13 24.1 24.1 27.8
SMA 34 63.0 63.0 90.7
S1 5 9.3 9.3 100.0
Total 54 100.0 100.0

Umur Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 17-21 tahun 7 13.0 13.0 13.0
22-26 tahun 2 3.7 3.7 16.7
27-31 tahun 8 14.8 14.8 31.5
32-36 tahun 4 7.4 7.4 38.9
37-41 tahun 12 22.2 22.2 61.1
>_ 42 tahun 21 38.9 38.9 100.0
Total 54 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Petani 31 57.4 57.4 57.4
Wiraswasta 18 33.3 33.3 90.7
PNS 5 9.3 9.3 100.0
Total 54 100.0 100.0

Reliability (kehandalan)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 31 57.4 57.4 57.4
68

Kurang Baik 23 42.6 42.6 100.0


Total 54 100.0 100.0

Responsiveness (daya tanggap)


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 41 75.9 75.9 75.9
Kurang Baik 13 24.1 24.1 100.0
Total 54 100.0 100.0

Assurance (jaminan)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 25 46.3 46.3 46.3
Kurang Baik 29 53.7 53.7 100.0
Total 54 100.0 100.0

Empathy (empati)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 41 75.9 75.9 75.9
Kurang Baik 13 24.1 24.1 100.0
Total 54 100.0 100.0

Tangible (nyata/tampak)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 33 61.1 61.1 61.1
Kurang Baik 21 38.9 38.9 100.0
Total 54 100.0 100.0

Kepuasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Puas 31 57.4 57.4 57.4
Tidak Puas 23 42.6 42.6 100.0
Total 54 100.0 100.0

Anlisis Bivariat

Reliability*Kepuasan
Kepuasan Total
Puas Tidak Puas
Reliability Baik Count 28 3 31
(kehandalan) Expected Count 17.8 13.2 31.0
69

% within Reliability 90.3% 9.7% 100.0%


(kehandalan)
Kurang Baik Count 3 20 23
Expected Count 13.2 9.8 23.0
% within Reliability 13.0% 87.0% 100.0%
(kehandalan)
Total Count 31 23 54
Expected Count 31.0 23.0 54.0
% within Reliability 57.4% 42.6% 100.0%
(kehandalan)

Chi-Square Tests
Asymptotic Significance Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 32.249 a
1 .000
Continuity Correction b
29.166 1 .000
Likelihood Ratio 36.146 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear 31.652 1 .000
Association
N of Valid Cases 54
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,80.
b. Computed only for a 2x2 table

Responsiveness*Kepuasan
Kepuasan
Puas Tidak Puas Total
Responsiveness Baik Count 30 11 41
(daya tanggap) Expected Count 23.5 17.5 41.0
% within 73.2% 26.8% 100.0%
Responsiveness (daya
tanggap)
Kurang Baik Count 1 12 13
Expected Count 7.5 5.5 13.0
% within 7.7% 92.3% 100.0%
Responsiveness (daya
tanggap)
70

Total Count 31 23 54
Expected Count 31.0 23.0 54.0
% within 57.4% 42.6% 100.0%
Responsiveness (daya
tanggap)

Chi-Square Tests
Asymptotic Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 17.307 a
1 .000
Continuity Correction b
14.733 1 .000
Likelihood Ratio 18.932 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 16.987 1 .000
N of Valid Cases 54
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,54.
b. Computed only for a 2x2 table

Assurance*Kepuasan
Kepuasan
Puas Tidak Puas Total
Assurance Baik Count 25 0 25
(jaminan) Expected Count 14.4 10.6 25.0
% within Assurance 100.0% 0.0% 100.0%
(jaminan)
Kurang Count 6 23 29
Baik Expected Count 16.6 12.4 29.0
% within Assurance 20.7% 79.3% 100.0%
(jaminan)
Total Count 31 23 54
Expected Count 31.0 23.0 54.0
% within Assurance 57.4% 42.6% 100.0%
(jaminan)
71

Chi-Square Tests
Asymptotic Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 34.538 a
1 .000
Continuity Correction b
31.371 1 .000
Likelihood Ratio 44.101 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 33.899 1 .000
N of Valid Cases 54
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,65.
b. Computed only for a 2x2 table

Empathy*Kepuasan
Kepuasan Total
Puas Tidak Puas
Empathy Baik Count 30 11 41
(empati) Expected Count 23.5 17.5 41.0
% within Empathy 73.2% 26.8% 100.0%
(empati)
Kurang Baik Count 1 12 13
Expected Count 7.5 5.5 13.0
% within Empathy 7.7% 92.3% 100.0%
(empati)
Total Count 31 23 54
Expected Count 31.0 23.0 54.0
% within Empathy 57.4% 42.6% 100.0%
(empati)
Chi-Square Tests
Asymptotic Significance Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 17.307 a
1 .000
Continuity Correction b
14.733 1 .000
Likelihood Ratio 18.932 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 16.987 1 .000
N of Valid Cases 54
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,54.
b. Computed only for a 2x2 table
72

Tangible*Kepuasan
Kepuasan Total
Puas Tidak Puas
Tangible Baik Count 27 6 33
(nyata/tampak) Expected Count 18.9 14.1 33.0
% within Tangible 81.8% 18.2% 100.0%
(nyata/tampak)
Kurang Baik Count 4 17 21
Expected Count 12.1 8.9 21.0
% within Tangible 19.0% 81.0% 100.0%
(nyata/tampak)
Total Count 31 23 54
Expected Count 31.0 23.0 54.0
% within Tangible 57.4% 42.6% 100.0%
(nyata/tampak)

Chi-Square Tests
Asymptotic Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 20.680 a
1 .000
Continuity Correction b
18.192 1 .000
Likelihood Ratio 21.927 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 20.297 1 .000
N of Valid Cases 54
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,94.
b. Computed only for a 2x2 table
73

Lampiran 4 Surat pengantar penelitian dari STIK Tamalatea Makassar


74

Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Melakukan penelitian dari Puskesmas


Turikale
75

Lampiran 6 Dokumentasi

Gambar 1 Pengambilan data pasien dengan menggunakan kuesioner

Gambar 2 Pengambilan data pasien dengan menggunakan kuesioner


76

Gambar 3 Dokumentasi di Lokasi Penelitian Puskesmas Turikale

Anda mungkin juga menyukai