Anda di halaman 1dari 69

GAMBARAN BEBAN KERJA PERAWAT DI INSTALASI

GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


ABEPURA JAYAPURA

SKRIPSI

OLEH:

AKULIAN PEKEI
A015713001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JAYAPURA
2018
PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri, disusun berdasarkan


pedoman tata cara penelitian Karya Ilmiah Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jayapura.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari terdapat pernyataan yang tidak benar, saya bersedia di tuntut dan
menerima segala tindakan atau sanksi sesuai ketentuan peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.

Jayapura, Februari 2018


Yang membuat pernyataan

AKULIAN PEKEI
NIM. A015713001

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN BEBAN KERJA PERAWAT DI INSTALASI


GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
ABEPURA JAYAPURA

Skripsi penelitian yang dipersiapkan dan disusun oleh:

AKULIAN PEKEI
A015713001

Telah disetujui untuk dilakukan seminar Skripsi


Pada hari , tanggal 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Luter Walilo, S.Kep.,MM Ns Risna Ampulembang, S.,Kep.


NIK. 28082017036 NUP. 9914101923

iii
LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN BEBAN KERJA PERAWAT DI INSTALASI


GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
ABEPURA JAYAPURA

Skripsi penelitian yang dipersiapkan dan disusun oleh:

AKULIAN PEKEI
A015713001

Telah disetujui untuk dilakukan seminar Skripsi


Pada hari , tanggal 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Luter Walilo, S.Kep., MM Ns Risna Ampulembang, S., Kep.


NIK. 28082017036 NUP. 9914101923

Penguji I Penguji II

Ns. Viertianingsih Patungo, S.Kep., MSN Ns. Yulanda F.Aruanaya, S.Kep., M.Si
NIDN. 1410018902 NIP. 19701030 198903 2 001

iv
GAMBARAN BEBAN KERJA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABEPURA JAYAPURA

Oleh:

Akulian Pekei1, Luter Walilo2, Ns Risna Ampulembang3

Abstrak

Latar belakang Pelayanan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan di dalam pelayanan
Instalasi Gawat Darurat. Akan tetapi, pelayanan di Instalasi Gawat Darurat dapat
terhambat jika kondisi di dalam Instalasi Gawat Darurat penuh dengan pasien. Perawat
sebagai subyek yang berperan dalam pemberian pelayanan kesehatan mengemban tugas
serta peranan yang berat karena sebagai tangan kanan dokter yang menentukan
keberhasilan kerja (saran, rujukan atau arahan) dokter.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui beban kerja perawat di Instalasi Gawat
Darurat RSUD Abepura 2017.
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Ruangan Instalasi Gawat Darurat RSUD
Abepura sebanyak 20 orang dan sampel penelitian sebanyak 20 orang dengan teknik
pengambilan sampel adalah accidental sampling.
Hasil penelitian diketahui bahwa beban kerja perawat paling banyak dikategorikan
beban kerja ringan yaitu sebanyak 11 (55%) responden, beban kerja berkategori sedang
sebanyak 5 (25%) responden dan yang berkategori berat sebanyak 4 (20%) responden.
Diharapkan untuk melakukan penelitian tentang variabel-variabel lain seperti faktor
yang mempengaruhi beban kerja perawat Rumah Sakit, serta faktor-faktor lain yang
berkaitan dengan beban kerja perawat.

Kata Kunci : Beban Kerja Perawat, Instalasi Gawat Darurat


Pustaka : 10 (2008-2017)

1)
Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKES Jayapura
2)
Pembimbing I
3)
Pembimbing II

v
DESCRIPTION OF NON-WORK LOADS IN EMERGENCY
DEPARTMENT GENERAL HOSPITAL REGIONS OF
ABEPURA JAYAPURA

By:

Akulian Pekei1, Luter Walilo2, Ns Risna Ampulembang3

Abstract

Background Rapid and appropriate services are needed in the Emergency department
service. However, service in the Emergency department may be impeded if the condition
in the Emergency department is full of patients. Nurses as subjects who play a role in the
provision of health services carrying duties as well as a heavy role because as a doctor's
right hand that determines the success of work (advice, referrals or directions) doctors.
The purpose of this study is to determine the workload of nurses at the emergency
department of Abepura Hospital 2017.
The research design used was descriptive research. Population in this research is all
nurses who work in Emergency department Room RSUD Abepura as many as 20 people
and research sample counted 20 people with sampling technique is accidental sampling.
The result of the research shows that nurses work load is mostly categorized as light
work load (11 (55%), medium category (5 (25%) respondents and 4 (20%) respondents.
It is expected to conduct research on other variables such as factors affecting the
workload of hospital nurses, as well as other factors related to the workload of nurses.

Keywords : Nurses Workload, Emergency department


Reference : 10 (2008-2017)

1)
Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKES Jayapura
2)
Pembimbing I
3)
Pembimbing II

vi
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
Nama : Akulian Pekei
NIM : A015713001
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Deiyai, 17 Agustus 1995
Suku/Bangsa : Papua/Indonesia
Alamat : Pos 7 Sentani

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar SD YPPK Ugapuga Tamat Tahun 2006
2. Sekolah SMP Negeri 1 Mapurjaya Kab. Mimika Tamat Tahun 2009
3. Sekolah SMA Negeri 3 Mimika Tamat Tahun 2013
4. Sementara menyelsaikan pendidikan pada Program S1 Keperawatan di
STIKES Jayapura 2018.

vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

”Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku
ini Allahmu, Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau, Aku akan
memegang engkau dengan tangan kanan–Ku yang membawa kemenangan”.
(Yesaya 41: 10)

Persembahan :
Karya Ini Saya Persembahkan Kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus
2. Kepada kedua orang tua tercinta Albertus Pakei dan Rupina agapa
3. Bapak Ibu Dosen yang telah mendewasakan aku
4. Almameterku Sekolah Tinggi Kesehatan Jayapura
5. Adik-adikku yang tercinta.

Akhir kata Damai dan Allah Bapa dan Roh Kudus menyertai kita semua
Amin

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkah dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat
pada waktunya.

Dalam penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini, peneliti banyak


mendapat dukungan moril dari dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bernadikus Patrick Daundy, M. Agr., Sc
2. Dra. Maria Sumartini, M.Si selaku Ketua Yayasan Pengembangan Pendidikan
dan Pelatihan Masyarakat Papua (YP3MP).
3. Luter Walilo, S.Kep.,MM, selaku pembimbing I
4. Ns. Risna Ampulembang S.Kep. selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, masukan kepada peneliti.
5. Ns. Vertianingsih Patungo, S.Kep., MSN selaku penguji I dan Ns. Yulanda
F.Aruanaya,S.Kep., M.Si selaku penguji II yang telah memberikan masukan
kepada penulis.
6. Seluruh dosen beserta staf jurusan keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jayapura yang memberikan segala hal dalam proses penulisan
skripsi ini.
7. Kedua orang tuaku atas dukungan moril dan materiil dalam mengikuti
pendidikan.
8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi Peneliti
untuk menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya.
Dengan segala kerendahan hati, peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan
skripsi ini dari segi penyusunan masih jauh dari kesempurnaan dan tidak
sepenuhnya menuntaskan masalah yang dihadapi dan dipertanyakan. Untuk itu
kiritik dan saran sangatlah peneliti harapkan demi perbaikan ke depan.

ix
Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Doa serta
harapan dari peneliti kiranya Tuhan Yang Maha Esa, selalu memberkati dan
menyertai kita dalam menjalankan tugas serta meniti karir hidup ini ke depan.

Jayapura, Agustus 2018

Peneliti

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
ABSTRACT .............................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................... vii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori .......................................................................... 6
1. Konsep Rumah Sakit ............................................................. 6
2. Konsep Instalasi Gawat Darurat ............................................ 12
3. Konsep Beban Kerja .............................................................. 16
B. Kerangka Teori ........................................................................... 25

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


A. Kerangka Konsep ....................................................................... 27
B. Definisi Operasional ................................................................... 28

xi
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 29
C. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................. 29
D. Instrumen Penelitian ................................................................... 30
E. Pengumpulan Data ...................................................................... 30
F. Teknik Pengolahandan Penyajian Data ...................................... 31
G. Analisa Data ............................................................................... 32
H. Etika Penelitian .......................................................................... 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Data Demografi ......................................................................... 34
B. Hasil Penelitian .......................................................................... 35
C. Pembahasan ............................................................................... 40
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 45

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................ 46
B. Saran .......................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Key Perfomance Indicators IGD Rumah Sakit .......................... 14

Tabel 3.1. Definisi Operasional .................................................................. 28

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Umur ................... 36

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 36

5.3 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Status Pegawai .............. 36

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Lama Kerja ......... 37

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Beban Kerja ........ 37

Tabel 5.6 Hubungan umur dengan beban kerja perawat ............................ 38

Tabel 5.7 Hubungan Jenis Kelamin dengan beban kerja perawat ............. 38

Tabel 5.8 Hubungan Status Pegawai dengan beban kerja perawat ............ 38

Tabel 5.9 Hubungan Lama Kerja dengan beban kerja perawat ................. 39

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................... 25


Bagan 3.1. Kerangka Konsep .............................................................................. 27

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Persetujuan Menjadi Responden


Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

xv
DAFTAR SINGKATAN

IGD : Instalasi Gawat Darurat

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

KPI : Key Performance Indicators

Depkes : Departemen Kesehatan

UU : Undang-undang

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah area di dalam sebuah rumah
sakit yang dirancang dan digunakan untuk memberikan standar perawatan
gawat darurat untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau
mendesak. (Queensland Health ED, 2013). Unit ini memiliki tujuan utama
yaitu untuk menerima, melakukan triase, menstabilisasi, dan memberikan
pelayanan kesehatan akut untuk pasien, termasuk pasien yang membutuhkan
resusitasi dan pasien dengan tingkat kegawatan tertentu (Australian College
for Emergency Medicine, 2014).
Menurut UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, tenaga
kesehatan dikelompokkan sesuai keahlian yang dimiliki seperti tenaga medis,
tenaga farmasi, tenaga keperawatan, tenaga masyarakat dan lingkungan,
tenaga gizi, tenaga keterampilan fisik, tenaga keteknisan medis dan lain-
lainnya yang menunjang dalam pemberian jasa kesehatan. Tenaga
keperawatan merupakan tenaga mayoritas yaitu 60-70% dari petugas yang
ada di rumah sakit yang di dominasi oleh perawat wanita (Gillies, 2013).
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang telah lulus dari pendidikan
perawat yang bertanggungjawab dan berwenang memberikan pelayanan
keperawatan secara mandiri dan mampu berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya serta perawat memegang
peranan yang sangat besar dalam bidang pelayanan kesehatan. Perawat
merupakan staf kesehatan yang mempunyai interaksi yang paling tinggi
dengan pasien dan keluarga pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan
(Martina, 2012).
Beban kerja berkaitan erat dengan produktifitas tenaga kesehatan,
dimana 53,2% waktu yang benar-benar produktif yang digunakan pelayanan
kesehatan langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang
(Satria, 2013). Tenaga kesehatan khususnya perawat, dimana analisa beban

1
kerjanya dapat dilihat dari aspek-aspek seperti tugas-tugas yang dijalankan
berdasarkan fungsi utamanya, begitupun tugas tambahan yang dikerjakan,
jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerjanya sesuai dengan
pendidikan yang ia peroleh, waktu kerja yang digunakan untuk mengerjakan
tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta
kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya
dengan baik).
Banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh perawat dapat
menganggu penampilan kerja dari perawat. Akibat negative dari banyaknya
tugas tambahan perawat diantaranya timbulnya emosi perawat yang tidak
sesuai dengan yang diharapkan dan berdampak buruk bagi produktifitas
perawat (Satria, 2013). Menurut hasil survey dari PPNI tahun 2006, sekitar
50,9% perawat yang bekerja di empat provinsi di Indonesia mengalami stress
kerja, sering pusing, lelah, tidak bias beristirahat karena beban kerja terlalu
tinggi dan menyita waktu, gaji rendah tanpa insentif memadai. Namun,
perawat di rumah sakit swasta dengan gaji lebih baik ternyata mengalami
stress kerja lebih besar dibandingn perawat di rumah sakit pemerintah yang
berpenghasilan rendah. Sementara hasil penelitian yang dilakukan
International Council of Nurses (ICN) menunjukkan, peningkatan beban
kerja perawat dari empat pasien jadi enam orang telah mengakibatkan 14%
peningkatkan kematian pasien yang dirawat dalam 30 hari pertama sejak
dirawat di rumah sakit. Ini menunjukkan adanya hubungan antara jumlah
kematian dengan jumlah perawat per pasien dalam sehari (Satria, 2013).
Perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan indikator
Indonesia sehat 2010 dan pedoman penetapan indikator provinsi sehat dan
kabupaten/kota sehat serta perkiraan kebutuhan penambahan tenaga
kesehatan untuk mencapai Indonesia sehat 2010 berdasarkan indikator
sumber daya kesehatan tahun 2010 dalam Kepmenkes No.
1202/MENKES/SK/VIII/2003. Adapun kebutuhan jumlah tenaga perawat
dan dokter tahun 2010 berdasarkan indikator Indonesia sehat 2010 dengan
rasio perawat 117 per 100.000 penduduk dan kebutuhan jumlah perawat

2
tahun 2010 sebanyak 276.049 orang sehingga perkiraan kebutuhan
penambahan perawat tahun 2010 sebanyak 6.495 orang. Sedangkan rasio
dokter umum 40 per 100.000 penduduk dan kebutuhan jumlah dokter umum
tahun 2013 sebanyak 94.376 orang sehingga perkiraan kebutuhan
penambahan dokter umum tahun 2010 sebanyak 8.749 orang.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 5 Mei
2017 di Instalasi Gawat Darurat RSUD Abepura jumlah tenaga perawat
seluruhnya berjumlah 25 orang dengan perincian perawat laki-laki sebanyak
11 orang, perawat perempuan sebanyak 14 orang. Sementara tingkat
pendidikan perawat yang berijazah S1 sebanyak 4 orang, D-III sebanyak 19
orang, dan SPK sebanyak 2 orang. Waktu kerja di IGD dibagi dalam 3 (tiga)
shift yaitu shift pagi (jam 08.00-14.00), shift sore (jam 14.00-21.00) dan shift
malam (jam 21.00-08.00). Pada waktu pagi dan sore jumlah kunjungannya
banyak dibandingkan jumlah kunjungan pada waktu malam. Namun jumlah
tenaga perawat pada waktu pagi sudah mencukupi dalam hal penanganan
terhadap pasien yaitu 5 orang perawat yang terdiri dari perawat jaga dan
perawat yang bekerja sesuai dengan hari kerja padau mumnya. Sedangkan
pada waktu sore dengan jumlah kunjungan yang juga banyak akan tetapi
jumlah tenaga perawat hanya 5 orang. Sift pagi ada 7 orang perawat dimana 2
orang lainnya merupakan Kepala ruangan dan wakil kepala ruang yang selalu
masuk pada pagi hari.
Wawancara dengan seorang perawat yang sedang dinas, diketahui
bahwa setiap hari pasien yang masuk ke IGD rata-rata 100-120 pasien. Pasien
paling banyak masuk pada pagi dan siang hari sementara untuk malam hari
jumlah pasien sedikit. Perawat bersangkutan juga mengatakan bahwa hampir
setiap hari seorang perawat menangani pasien dalam dalam satu kali sift rata-
rata 5-10 orang pasien.
Beban kerja terjadi pada jangka waktu tertentu, sehingga terkadang
bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya bisa berlebihan. Situasi
tersebut dapat kita jumpai pada tenaga kerja yang bekerja pada rumah sakit
khususnya perawat. Keadaan yang tidak tepat tersebut dapat menimbulkan

3
kecemasan, ketidakpuasan kerja dan kecenderungan meninggalkan kerja.
Selain itu faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi
pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang di butuhkan
untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien dan dokumentasi asuhan
keperawatan serta banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh
seorang perawat sehingga dapat menganggu penampilan kerja dari perawat
tersebut. Akibat negatif dari permasalahan ini, kemungkinan timbul emosi
perawat yang tidak sesuai yang diharapkan. Beban kerja yang berlebihan ini
sangat berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kesehatan dan tentu saja
berpengaruh terhadap produktifitas rumah sakit itu sendiri.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Gambaran beban kerja perawat di Instalasi Gawat
Darurat RSUD Abepura Tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu “Bagaimana gambaran beban kerja perawat di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Abepura Tahun 2017.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran beban kerja perawat di Instalasi gawat
darurat RSUD Abepura 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya karakteristik perawat yang bekerja di Instalasi Gawat
Darurat RSUD Abepura tahun 2017.
b. Diketahuinya gambaran beban kerja perawat di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Abepura 2017

4
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perawat
Sebagai gambaran nyata tentang beban kerja perawat di lingkungan
kerja, sehingga dapat mengantisipasi dan sebagai informasi penting bagi
Perawat Instalasi Gawat Darurat agar mereka dapat mempersiapkan diri,
sehingga mengurangi tekanan mental saat bekerja.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit untuk
pembagian tenaga perawat dalam perencanaan ketenagaan sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai referensi ilmiah bagi peneliti
selanjutnya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Konsep Rumah Sakit
a. Pengertian
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus
diwujudkan melalui berbagai upaya kesehatan dalam rangkaian
pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang didukung
oleh suatu sistem kesehatan nasional.
Sejalan dengan amanat Pasal 28 II ayat (1) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap
orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal
34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Dalam hal pembagian urusan sesuai dengan undang-undang No 23
tahun2014 pada dasarnya terdiri dari dua unsur yaitu urusan wajib dan
urusan pilihan, dalam melaksanakan lima kewenangan rumah sakit
termasuk urusan wajib antara lain penanganan bidang kesehatan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah bahwa Rumah Sakit Umum
Daerah adalah merupakan salah satu perangkat daerah yang berbentuk
lembaga teknis daerah.

6
7

Peraturan Daerah Provinsi Papua nomor 11 tahun 2008 tentang


organisasi dan tata kerja inspektorat, bappeda dan lembaga teknis
daerah Provinsi Papua pada pasal 53 – 55 tentang tentang Pembentukan
dan Susunan Organisasi Lembaga RSUD Abepura, bahwa RSUD
Abepura mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan kesehatan
dengan mengutamakan kegiatan pengobatan dan pemulihan pasien yang
dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan
serta melaksanakan upaya rujukan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit bahwa:
1. Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanaan kesehatan
perorangan secara paripurna.
2. Untuk menjalankan tugas tersebut Rumah Sakit mempunyai fungsi :
a) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
b. Klasifikasi Rumah sakit
Untuk melaksanakan ketentuan pasal 24 undang-undang nomor
44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit perlu mengatur
Klasifikasi Rumah Sakit dengan peraturan menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi kelas A,
B, dan C yaitu:
1. Klasifikasi Kelas A
a. Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan
medik spesialis dasar, 5 (lima) pelayanan spesialis penunjang
medik, 12 (dua belas) pelayanan medik spesialis lain dan 13 (tiga
belas) pelayanan medik sub spesialis.
8

b. Kriteria fasilitas kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan medik
umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar,
pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis
lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan medik sub
spesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan
penunjang klinik, dan pelayanan penunjang non klinik.
c. Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar,
pelayanan medik gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu anak
/keluarga berencana.
d. Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan
gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari
seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal
kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.
e. Pelayanan medik spesialis dasar terdiri dari pelayanan penyakit
dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi.
f. Pelayanan spesialis penunjang medik terdiri dari pelayanan
anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik, patologi klinik dan
patologi anatomi.
g. Pelayanan medik spesialis lain sekurang-kurangnya terdiri dari
pelayanan mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan
pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru,
orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran
forensik.
h. Pelayanan medik spesialis gigi mulut terdiri dari pelayanan bedah
mulut, konservasi atau endodonsi, periodonti, orthodonti,
prosthodonti, pedodonsi dan penyakit mulut.
i. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan
asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.
9

j. Pelayanan medik sub spesialis terdiri dari sub spesialis bedah,


penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi, mata,
telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah,
kulit dan kelamin, jiwa, paru, orthopedi dan gigi mulut.
k. Pelayanan penunjang klinik terdiri dari perawatan intensif,
pelayanan darah, gizi, farmasi, sterilisasi instrumen dan rekam
medik.
l. Pelayanan penunjang non klinik terdiri dari pelayanan laundry
atau linen, jasa boga/ dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas,
pengelolaan limbah, gudang, ambulance, komunikasi,
pemulasaraan jenazah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas
medik dan penampungan air bersih.
2. Klasifikasi Kelas B:
a. Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan
medik spesialis dasar, 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang
medik, 8 (delapan) pelayanan medik spesialis lainnya dan 2 (dua)
pelayanan medik sub spesialis dasar.
b. Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan medik
umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar,
pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis
lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan medik sub
spesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan
penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik.
c. Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar,
pelayanan medik gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu anak
/keluarga berencana.
d. Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan
gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari
seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal
10

kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi


sesuai dengan standar.
e. Pelayanan medik spesialis dasar terdiri dari pelayanan penyakit
dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi.
f. Pelayanan spesialis penunjang medik terdiri dari pelayanan
anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik.
g. Pelayanan medik spesialis lain sekurang-kurangnya 8 (delapan)
dari 13 (tiga belas) pelayanan meliputi mata, telinga hidung
tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan
kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf,
bedah plastik dan kedokteran forensik.
h. Pelayanan medik spesialis gigi mulut terdiri dari pelayanan bedah
mulut, konservasi/endodonsi, dan periodonti.
i. Pelayanan keperawatan dan kebidanan terdiri dari pelayanan
asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.
j. Pelayanan medik sub spesialis 2 (dua) dari 4 (empat) sub spesialis
dasaryang meliputi: bedah, penyakit dalam, kesehatan anak,
obstetri dan ginekologi.
k. Pelayanan penunjang klinik terdiri dari perawatan intensif,
pelayanan darah, gizi, farmasi, sterilisasi instrumen dan rekam
medik.
l. Pelayanan penunjang non klinik terdiri dari pelayanan
laundry/linen, jasa boga / dapur, teknik dan pemeliharaan
fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulance, komunikasi,
pemulasaraan jenazah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas
medik dan penampungan air bersih.
3. Klasifikasi kelas C yaitu
a. Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan
medik spesialis dasar dan 4 (empat) pelayanan spesialis
penunjang medik.
11

b. Kriteria, fasilitas dan kemampuan rumah sakit umum kelas c


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan medik
umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar,
pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis
gigi mulut, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan
penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik.
c. Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar,
pelayanan medik gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu anak
/keluarga berencana.
d. Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan
gawat darurat 24 (dua puluh) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu
dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus
gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan
standar.
e. Pelayanan medik spesialis dasar terdiri dari pelayanan penyakit
dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi.
f. Pelayanan medik spesialis gigi mulut minimal 1 (satu) pelayanan.
g. Pelayanan spesialis penunjang medik terdiri dari pelayanan
anestesiologi, radiologi,
h. Rehabilitasi medik dan patologi klinik. Pelayanan keperawatan
dan kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan.
i. Pelayanan penunjang klinik terdiri dari perawatan intensif,
pelayanan darah, gizi, farmasi, sterilisasi instrumen dan rekam
medik
j. Pelayanan penunjang non klinik terdiri dari pelayanan
laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas,
pengelolaan limbah, gudang, ambulance, komunikasi, kamar
jenazah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas medik dan
penampungan air bersih.
12

2. Konsep Instalasi Gawat Darurat


a. Pengertian Instalasi Gawat Darurat
Menurut Undang-undang RI No.44 Tahun 2009 pasal 1 Gawat
Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan
lebih lanjut.
Instalasi Gawat Daurat (IGD) rumah sakit adalah salah satu
bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien
yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan
hidupnya. Kementerian Kesehatan mengeluarkan kebijakan mengenai
Standar Instalasi Gawat Daurat (IGD) Rumah Sakit yang tertuang
dalam Kepmenkes RI No. 856/Menkes/SK/IX/2009 untuk mengatur
standarisasi pelayanan gawat darurat di rumah sakit. Guna
meningkatkan kualitas IGD di Indonesia perlu komitmen Pemerintah
Daerah untuk membantu Pemerintah Pusat dengan ikut memberikan
sosialisasi kepada masyarakat bahwa dalam penanganan
kegawatdaruratan dan life saving tidak ditarik uang muka dan
penanganan gawat darurat harus dilakukan 5 (lima) menit setelah pasien
sampai di IGD.
Salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan
awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat
mengancam kelangsungan hidupnya (Wikipedia, 2015).
b. Prinsip Umum Instalasi Gawat Daurat (IGD)
Latar belakang pentingnya diatur standar IGD karena pasien
yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat
dan tepat untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan
gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga
dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time
yang cepat dan penanganan yang tepat. Semua itu dapat dicapai antara
lain dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan
manajemen IGD Rumah Sakit sesuai dengan standar. Disisi lain,
13

desentralisasi dan otonomi telah memberikan peluang daerah untuk


mengembangkan daerahnya sesuai kebutuhan dan kemampuannya serta
siap mengambil alih tanggung jawab yang selama ini dilakukan oleh
pusat.
Prinsip umum pelayanan IGD di rumah sakit dari Depkes RI (2013):
1. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang
memiliki kemampuan: melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus
gawat darurat dan melakukan resusitasi dan stabilitasi (life saving).
2. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat
memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam
seminggu.
3. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di
rumah sakit diseragamkan menjadi instalasi gawat darurat (IGD).
4. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani
kasus gawat darurat.
5. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 (lima) menit
setelah sampai di IGD.
6. Organisasi IGD didasarkan pada organisasi multidisiplin,
multiprofesi dan terintegrasi struktur organisasi fungsional (unsur
pimpinan dan unsur pelaksana)
7. Setiap Rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan
gawat daruratnya minimal sesuai dengan klasifikasi.
c. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat
IGD rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan
pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta
pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat
darurat medis. Salah satu indikator mutu pelayanan adalah waktu
tanggap (response time) Satria (2013).
Prosedur pelayanan di suatu rumah sakit, pasien yang akan
berobat akan diterima oleh petugas kesehatansetempat baikyang berobat
di rawat inap, rawat jalan (poliklinik) maupun di IGD untuk yang
14

penyakit darurat/emergency dalam suatu prosedur pelayanan rumah


sakit. Prosedur ini merupakan kunci awal pelayanan petugas kesehatan
rumah sakit dalam melayani pasien secara baik atau tidaknya, dilihat
dari sikap yang ramah, sopan, tertib, dan penuh tanggung jawab
(Depkes RI, 2006).
d. Mutu Pelayanan Instalasi Gawat Daurat
Kemampuan suatu rumah sakit secara keseluruhan dalam hal
mutu dan kesiapan untuk melayani pasien tercermin dari kemampuan
IGD. Standarisasi IGD untuk mencapai mutu pelayanan saat ini
menjadi salah satu komponen penilaian penting dalam akreditasi suatu
rumah sakit. Penilaian mutu pelayanan IGD rumah sakit mengacu
kepada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2009 tentang
standar pelayanan minimal rumah sakit menggunakan Indikator Kinerja
Kunci atau Key Performance Indicators (KPI). Dalam SPM rumah sakit
untuk unit pelayanan IGD rumah sakit memiliki beberapa indikator
sebagai berikut.
Tabel 2.1. Key Performance Indicators Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit
Jenis Pelayanan Indikator Standar
Gawat Darurat Kemampuan menangani life saving
Jam buka pelayanan gawat darurat 24 24 jam
jam Pemberi pelayanan kegawat-
daruratan yang bersertifikat yang
masih berlaku ATLS / BTLS
/ACLS/PPGD
Kesediaan tim penanggulangan Satu tim
bencana
Waktu tanggap pelayanan gawat ≤ 5 menit
darurat setelah pasien
datang
Kepuasan pelanggan ≥ 70%
Tidak adanya pasien yang diharuskan
membayar uang muka 100%
Kematian pasien ≤ 24 jam ≤ dua per
seribu
(pindah ke
pelayanan
rawat inap
setelah 8 jam)
Sumber: SPM Rumah Sakit Tahun 2013
15

e. Waktu Tanggap (Response Time)


IGD sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di
rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan
hidup klien. Satria (2013) telah membuktikan secara jelas tentang
pentingnya waktu tanggap (response time). Menurut Kepmenkes
Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit (SPM- RS), waktu tanggap pelayanan dokter di instalasi gawat
darurat memiliki standar maksimal 5 menit di tiap kasus.
Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada
pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan
kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu
penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan
penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan
sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah
sakit sesuai standar (Kepmenkes RI, 2009).
Hendrik Pranowo, Sulistyo, et.al., Satria (2013) menyatakan
bahwa waktu penatalaksanaan kegawatdaruratan medis dan response
time berpengaruh terhadap mutu pelayanan di instalasi gawat darurat.
Dalam Penelitian yang dilakukan Satria (2013) didapatkan hasil bahwa
respon dokter triase atau respon terhadap pasien dengan jenis
kegawatan true emergency dan false emergency mempengaruhi mutu
rumah sakit.
Penyusunan standar tenaga keperawatan di rumah sakit
diharapkan dapat digunakan untuk menetapkan kebutuhan tenaga
keperawatan berdasarkan kualifikasi dan jenis pelayanan keperawatan
di di rumah sakit. Dalam penanganan gawat darurat ada filosofi “Time
Saving is Life Saving” artinya seluruh tindakan yang dilakukan pada
saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien. Hal
ini mengingatkan bahwa pasien dapat kehilangan nyawa hanya dalam
hitungan menit saja. Berhenti nafas selama 2-3 menit pada manusia
dapat menyebabkan kematian yang fatal Satria (2013).
16

3. Konsep Beban Kerja


a. Pengertian Beban Kerja
Beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-
masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu Satria (2013). Beban
kerja merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan bagi seorang
tenaga kerja untuk mendapatkan keserasian dan produktivitas kerja
yang tinggi selain unsur beban tambahan akibat lingkungan kerja dan
kapasitas kerja. Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah
besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi
dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu
Tambunan (2013).
Standar beban kerja tenaga kesehatan berdasarkan standar
nasional yaitu jumlah jam kerja perawat dalam 1 minggu = 40 jam,
kalau hari kerja efektif 5 hari per minggu, maka 40/5 = 8 jam per hari,
kalau hari kerja efektif 6 hari per minggu, maka 40/6 = 6,6 jam per hari,
(Depkes RI (2006) dalam Tambunan (2013).
Beban kerja adalah volume dari hasil kerja atau catatan-catatan
tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan volume yang
dihasilkan oleh sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu. Dari
sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima seorang harus
sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemamuan
kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut.
Manuaba dalam Satria (2013), menyatakan bahwa beban dapat berupa
beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya
pekerjaan seperti mengangkat, mengangkut, merawat, mendorong.
Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat
keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu
lainnya.
Menurut Bina Diknakes dalam Tambunan (2013) menyatakan
bahwa pengelolaan tenaga kerja yang tidak direncanakan dengan baik
dapat menyebabkan keluhan yang subyektif, beban kerja semakin berat,
17

tidak efektif dan tidak efisien yang memungkinkan ketidakpuasan


bekerja yang pada akhirnya mengakibatkan turunnya kinerja dan
produktivitas serta mutu pelayanan yang merosot.
Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh
suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara jumlah
pekerjaan dengan waktu. Setiap pekerja dapat bekerja secara tanpa
membahayakandirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya,
untuk itu perlu dilakukan upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar, sehingga diperoleh produktivitas
kerja yang optimal (UU Kesehatan No 36 Tahun 2009, Tambunan,
2013).
b. Klasifikasi Beban Kerja
Menurut Tambunan (2013), mengklasifikasikan beban kerja
sebagai berikut:
1. Beban Berlebih Kuantitatif
Beban berlebih secara fisik ataupun mental akibat terlalu
banyak melakukan kegiatan merupakan kemungkinan sumber stres
pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban berlebih kuantitatif ialah
desakan waktu, yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan
secepat mungkin secara tepat dan cermat.
2. Beban Terlalu Sedikit Kuantitatif
Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif juga dapat
mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Pada pekerjaan
yang sederhana, dimana banyak terjadi pengulangan gerak akan
timbul rasa bosan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin
sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau sedikitnya tugas yang harus
dilakukan, dapat menghasilkan berkurangnya perhatian. Hal ini,
secara potensial membahayakan jika tenaga kerja gagal untuk
bertindak tepat dalam keadaan darurat.
18

3. Beban Berlebih Kualitatif


Kemajuan teknologi mengakibatkan sebagian besar pekerjaan
yang selama ini dikerjakan secara manual oleh manusia/tenaga kerja
diambil alih oleh mesin-mesin atau robot, sehingga pekerjaan
manusia beralih titik beratnya pada pekerjaan otak. Pekerjaan makin
menjadi majemuk sehingga mengakibatkan adanya beban berlebih
kualitatif. Kemajemukan pekerjaan yang harus dilakukan seorang
tenaga kerja dapat dengan mudah berkembang menjadi beban
berlebih kualitatif jika kemajemukannya memerlukan kemampuan
teknikal dan intelektual yang lebih tinggi daripada yang dimiliki.
4. Beban Terlalu Sedikit Kualitatif
Beban terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan dimana
tenaga kerja tidak diberi peluang untuk menggunakan ketrampilan
yang diperolehnya, atau untuk mengembangkan kecakapan
potensialnya secara penuh. Beban terlalu sedikit disebabkan kurang
adanya rangsangan akan mengarah ke semangat dan motivasi yang
rendah untuk kerja. Tenaga kerja akan merasa bahwa ia “tidak maju-
maju”, dan merasa tidak berdaya untuk memperlihatkan bakat dan
ketrampilannya.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Beban Kerja
Rodahl dan Manuaba dalam Satria (2013) menyatakan bahwa
beban kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
1. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja,
seperti:
a. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun
kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi
kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-tugas yang bersikap mental
seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan,
tanggung jawab pekerjaan.
19

b. Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat,


kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur
organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.
c. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan
kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja
psikologis.
2. Faktor internal
a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu
sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh
disebut Strain, berat ringannya strain dapat dinilai baik secara
obyektif maupun subyektif. Faktor internal meliputi faktor
somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi
kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan,
keinginan dan kepuasan).
d. Perhitungan Beban Kerja
Menurut Adipradana dalam Kurniadi (2013) menyatakan bahwa
perhitungan beban kerja dapat dilihat dari tiga aspek, yakni fisik,
mental dan panggunaan waktu. Aspek fisik meliputi beban kerja
berdasarkan kriteria-kriteria fisik manusia. Aspek mental merupakan
perhitungan beban kerja dengan mempertimbangkan aspek mental
(psikologis), aspek mental atau psikologis lebih menekankan pada
hubungan interpersonal antara perawat dengan kepala ruang, perawat
dengan perawat lainnya dan hubungan perawat dengan pasien, yang
dapat mempengaruhi keserasian dan produktifitas kerja bagi perawat
sebagai alokasi penggunaan waktu guna peningkatan pelayanan
keperawatan terhadap pasien dan aspek pemanfaatan waktu lebih
mempertimbangkan pada aspek penggunaan waktu untuk bekerja.
Analisis beban kerja adalah proses penentuan jumlah jam kerja
(man hours) yang digunakan untuk menyelesaikan beban kerja tertentu,
jumlah jam kerja karyawan yang di butuhkan. Untuk mengukur beban
kerja menggunakan sistem klasifikasi pasien. Hal ini menyesuaikan
20

tingkat ketergantungan pasien, tingkat kesulitan serta kemampuan


diperlukan dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Tehnik perhitungan beban kerja banyak diterapkan oleh para
ahli agar benar-benar menggambarkan kebutuhan tenaga perawat
sepanjang masa sehingga setiap kondisi pasien banyak atau sedikit tidak
perlu lagi mencari tenaga tambahan. Salah satu cara terbaik adalah
menghitung berdasarkan beban kerja riil yaitu akumulasi jumlah
tindakan keperawatan semua pasien yang harus di berikan asuhan
keperawatan dalam jangka waktu satu tahun yang dirata- ratakan
(Kurniadi, 2013).
1. Metode work sampling
Menurut Ilyas dalam Kurniadi (2013), metode work sampling
akan mengetahui, yakni:
a. Aktivitas apa saja yang sedang dilakukan perawat pada saat jam
kerja
b. Apakah aktivitas perawat masih ada hubungan dengan tugas
pokoknya pada saat jam kerja
c. Bisa membandingkan berapa proporsi kerja produktif dan kerja
non produktif
d. Jenis beban kerja yang digunakan dikaitkan dengan waktu dan
jadwal kerjanya. Akhirnya akan diketahui dari beberapa perawat
yang bekerja akan didapatkan jenis kegiatan dan banyaknya
kegiatan yang telah dilakukan dari mulai datang sampai pulang.
Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan pada metode work
sampling yaitu:
a. Menentukan kompetensi perawat yang akan di observasi
b. Bila jumlahnya banyak perawatnya perlu dilakukan pemilihan
representatif di kelompoknya
c. Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang diklasifikasikan
sebagai kegiatan keperawatan produktif atau non produktif
21

d. Memberikan pelatihan kepada observer dimana diharapkan


memiliki latar belakang pendidikan setingkat lebih tinggi dari
perawat yang di observasi. Tiap observer akan mengamati 5-8
perawat
e. Pengamatan akan dilakukan setiap interval 5 menit sekali.
Semakin tinggi tingkat mobilitas pekerjaan atau tindakan
keperawatan yang diamati maka semakin pendek waktu
pengamatan. Semakin pendek jarak pengamatan maka semakin
banyak sampel-sampel pengamatan yang dapat diambil observer
sehingga akurasi penelitian menjadi lebih akurat. Pelaksanaan
pengamatan dilakukan selama jam kerja/shift kerjanya, tetapi bila
perawat yang di observasi bekerja 24 jam maka observer akan
melakukan pengamatan selama 24 jam.
2. Continous Sampling
Metode continous sampling hampir sama dengan work
sampling dengan perbedaan terletak pada cara pengamatan yang
dilakukan terus-menerus terhadap setiap kegiatan perawat dan
dicatat secra terinci serta dihitung lama waktu untuk melaksanakan
kegiatan tersebut. Pencatatan dilakukan mulai perawat datang/mulai
kerja sampai pulang. Pengamatan dapat dilakukan kepada satu atau
lebih perawat secara bersamaan.
3. Self Reporting (variasi antara time study and task frequency)
Observer akan memeriksa daftar kegiatan yang ditetapkan
oleh peneliti sehingga tinggal mengisi kegiatan mana yang telah
dikerjakan. Catatan-catatan formulir tugas harian dibuat untuk
periode waktu tertentu yang berisi pekerjaan yang ditugaskan. Hasil
formulir tugas harian ini dapat dihitung data tentang jenis kegiatan,
waktu dan lamanya kegiatan dilakukan.
Menurut Ilyas dalam (Kurniadi, 2013) menambahkan cara
perhitungan beban kerja menjadi 2 jenis lagi yaitu time and motion
study dan daily log.
22

a. Time and motion study


Penemu pertama kali adalah Frederick Taylor, seorang
yang menggunakan time and motion studies untuk meneliti dan
kemudian menerapkan prinsip-prinsip efisiensi di level pekerja
bawah yang menghasilkan produktivitas tinggi. Cara ini
dilakukan dengan mengamati dan mengikuti apa yang sedang
dilakukan perawat. Hal ini akan digunakan untuk mengetahui
tentang kualitas pekerjaan yang dilaksanakan seorang perawat.
Tipe perawat yang diinginkan adalah seorang yang mahir
dibidangnya yang bisa memiliki keahlian tertentu, misalnya
perawat mahir ICU, perawat mahir anak dan yang lainnya. Hasil
lain dari teori ini adalah dapat mengidentifikasi kualitas
pendidikan dan pelatihan yang telah diikuti seorang pekerja sesuai
kompetensinya.
b. Daily log
Daily log merupakan bentuk sederhana dari work
sampling. Pada cara ini responden yang akan diteliti dipersilahkan
menurut sendiri kegiatan yang telah dilakukan dan waktu yang
dibutuhkan untuk tiap kegiatan
e. Standar Beban Kerja
Nurcahyaningtyas dalam (Satria, 2013), standar beban kerja
perawat sebagai berikut:
1. Dinas pagi
Jam dinas = 420 menit. Jumlah jam efektif = 357 menit.
Beban kerja: K1 = 357 menit, K2 = 714 menit, K3 = 1071 menit, K4
= 1428 menit.
Dinas sore
Jam dinas = 420 menit. Jumlah jam efektif = 357 menit.
Beban kerja: K1 = 357 menit, K2 = 714 menit, K3 = 1071 menit, K4
= 1428 menit.
23

2. Dinas malam
Jam dinas = 600 menit. Jumlah jam efektif = 510 menit.
Beban kerja: K1 = 510 menit, K2 = 1020 menit, K3 = 1530 menit,
K4 = 2040 menit.
f. Kesesuaian Beban Kerja
Adanya keseimbangan antara tugas tambahan yang ia kerjakan,
jumlah pasien yang harus dirawatnya, kapasitas kerjanya sesuai dengan
pendidikan yang diperoleh, waktu kerja yang digunakan untuk
mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap
hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat
menyelesaikan kerjanya dengan baik (Satria, 2013).
g. Ketidaksesuaian Beban Kerja
Waktu kerja yang harus diperoleh oleh perawat melebihi
kapasitasnya. Apabila waktu kerja yang harus ditanggung oleh perawat
melebihi kapasitas maka akan berdampak buruk bagi produktivitas
perawat dan banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh
seorang perawat dapat mengganggu penampilan kerja perawat. Beban
kerja yang melebihi ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas
tenaga kesehatan (Satria, 2013).
h. Dampak Beban Kerja
Menurut Manuaba dalam (Satria, 2013) bahwa akibat beban
kerja yang terlalu berat atau yang terlalu sedikit dapat mengakibatkan
seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Beban
kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan fisik atau
mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu
sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan
menimbulkan kebosanan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin
sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit
mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara
24

potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau


rendah dapat menimbulkan stres kerja.
Dari dampak beban kerja tersebut maka cara mencegah dan
mengendalikan stres kerja menurut Sauter dalam Prihatini (2013)
adalah sebagai berikut:
1. Beban kerja fisik maupun mental harus disesuaikan dengan
kemampuan dan kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan
menghindarkan adanya beban kerja.
2. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun
tanggung jawab di luar pekerjaan.
3. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan mengembangkan karier,
mendapatkan promosi dan pengembangan keahlian.
4. Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang
satu dengan yang lain.
5. Tugas-tugas harus didesain untuk menyediakan stimulasi dan
kesempatan agar pekerja menggunakan keterampilannya.
25

B. Kerangka Teori

Instalasi Gawat Beban Kerja


Darurat Kinerja Pegawai

Faktor yang mempengaruhi


Kinerja Pegawai:
- Tingkat Pendidikan
- Umur
- Jenis kelamin
- Lama Kerja/masa kerja

Bagan 2.1. Kerangka Teori


(Sumarsan, 2011; Rudiantoro, 2013; Jahra, 2013)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel Tunggal

Beban Kerja Perawat


di IGD

Faktor yang mempengaruhi


Beban kerja:
- Tingkat Pendidikan
- Umur
- Jenis Kelamin
- Lama Kerja/masa kerja

Bagan 3.1. Kerangka Konsep

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

26
27

B. Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Alat ukur Skala
Definisi
No Variabel Parameter dan cara ukur Hasil ukur
Operasional
ukur
1. Beban Seluruh - Banyaknya Survei dengan Ordinal Untuk kepentingan
Kerja kegiatan atau tugas yang menggunakan diskripsi penelitian
aktivitas yang harus work sampling ini maka beban kerja:
dilakukan oleh dikerjakan (Ilyas, 2015 1. Berat jika skor
Seorang - Harus Modifikasi) 56-80%
perawat bekerja 2. Sedang jika skor
selama terlalu cepat 31-55%
bertugas di - Jumlah 3. Ringan jika skor
suatu unit personalia <30%
pelayanan kurang, Nilai tertinggi 80%
keperawatan - Kurang dan nilai terendah
waktu
istirahat
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang
menggambarkan objek penelitian yaitu mengenai beban kerja perawat dalam
pelayanan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Abepura secara objektif terhadap
fenomena dan karakteristik.

B. Tempat dan waktu penelitian


1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang IGD RSUD Abepura.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 08 sampai 14 Januari 2018

C. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di
Ruangan IGD RSUD Abepura sebanyak 20 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013).
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah accidental
sampling. Accidental sampling adalah metode pemilihan sampel yang
kebetulan ditemui oleh peneliti.
Sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang perawat di Ruang IGD
Rumah Sakit Daerah Abepura yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi:
a. Kriteria Inklusi:
- Perawat yang bekerja di Ruang IGD RSUD Abepura
- Perawat yang bersedia menjadi responden

28
29

b. Kriteria Eksklusi
- Perawat yang tidak bersedia menjadi responden
- Perawat yang tidak ada saat penelitian
D. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen dalam
pengambilan data. Kuesioner dibagi menjadi 2 bagian yaitu kuesioner A yaitu
kuesioner tentang karakteristik responden dan kuesioner B tentang beban
kerja perawat.
Berikut adalah gambaran atau penjelasan dari ke-2 bagian kuesioner
penelitian ini:
1. Kuesioner A (Karakteristik Responden)
Kuesioner ini untuk mengetahui karakteristik responden antara lain umur,
jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan ada masa kerja.
2. Kuesioner B (Beban Kerja Perawat)
Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang diambil dan di
modifikasi dari (Ilyas, 2015) dengan nilai Cronbach's Alpha = .674.
Kuesioner ini berisikan 20 pertanyaan yang semuanya merupakan
pertanyaan positif.
Jumlah kuesioner sebanyak 20 pertanyaan dengan jawaban Sangat Ringan,
Ringan, Sedang dan Berat. Skor tiap item pertanyaan:
4 = Berat
3= Sedang
2= Ringan
1= Sangat ringan
Dengan perhitungan
 Berat jika skor 56- 80%
 Sedang jika skor 31% - 55%
 Ringan jika skor <30%
 Sangat Ringan jika skor 0%
Nilai tertinggi 80% dan nilai terendah
30

E. Teknik Pengumpulan Data


Adapun langkah- langkah dalam pengumpulan data sebagai berikut:
1. Setelah mendapat persetujuan dari Direktur RSUD Abepura. Selanjutnya
peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada responden.
2. Memberikan informed concent kepada calon responden dengan
memberikan penjelasan kepada responden maksud dan tujuan penelitian.
Apabila responden setuju, maka diberikan lembar informed concent yang
ditanda tangani oleh responden.
3. Peneliti membagikan kuesioner dalam bentuk angket kepada pegawai.
Waktu pengisian penelitian dilakukan selama 30 menit dan dikumpul
kembali.
4. Setelah itu hasil kuesioner di cek kelengkapan pengisian, dinilai dan
dianalisis.

F. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data


1. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data yang dikumpulkan perlu diolah agar menjadi informasi
yang akhirnya dapat digunakan untuk menjawab tujuan penelitian melalui
tahapan sebagai berikut:
a. Editing adalah memeriksa kembali kelengkapan akurasi terhadap
kemungkinan kesalahan pengisian jawaban dan keserasian informasi
dari responden.
b. Processing adalah membuat penilaian berdasarkan hasil jawaban
kuesioner responden
c. Coding adalah membuat kode-kode tertentu melalui pengelompokan
keperluan untuk memudahkan pengolahan data.
d. Tabulating adalah membuat tabel frekwensi untuk semua jawaban yang
telah diberi kode sesuai dengan klasifikasinya masing-masing.
e. Analyzing, yakni melakukan penilaian secara univariat dan bivariat.
f. Cleaning, yakni melakukan kegiatan pengecekan data kembali.
31

2. Penyajian Data
Setelah data dianalisis kemudian dibuat dalam bentuk tabel atau grafik
disertai dengan narasi atau penjelasan.

G. Analisa Data
Analisis univariat adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
gambaran karakteristik responden dan beban kerja perawat. Data yang
diperoleh dihitung dengan menggunakan tabel ditabulasi frekuensi dalam
bentuk prosentase.
Rumus yang digunakan :
f
P= x 100%
n

Keterangan:
P : Presentase
f : Frekuensi jawaban
n : Total pertanyaan

H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, setelah mendapatkan ijin dari
Direktur RSUD Abepura, kemudian penelitian melakukan proses
pengambilan data. Peneliti tetap memperhatikan masalah etik dalam
pengambilan data pada responden, meliputi :
1. Informed Concent (Lembar persetujuan menjadi responden)
Responden yang diteliti diberi lembar persetujuan menjadi
responden yang berisi informasi mengenai tujuan penelitian. Responden
diberikan kesempatan membaca isi lembar persetujuan tersebut selanjutnya
mencantumkan tanda tangan sebagai bukti kesediaan menjadi responden
atau objek penelitian dan apabila responden menolak untuk diteliti, maka
penulis tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.
32

2. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh
peneliti, hanya data yang dipaparkan untuk kepentingan analisa data.
Penulis menjamin kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan di
jamin kerahasiaan oleh penulis, hanya kelompok data tertentu yang
dilaporkan pada hasil penelitian.
3. Anonymity (Inisial)
Penulis memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Demografi
Rumah Sakit Umum Daerah Propinsi Irian Jaya berada di Abepura.
Sesuai surat Gubernur KDH Provinsi Irian Jaya Nomor: 445/1019/SET/1990,
23 Maret 1990 dan Surat Dirjen Yanmed Nomor:
601/Yanmed/RS/Budik/YMU/90, 24 Agustus 1990, telah diterbitkan SK
Gubernur KDH TK. I Irian Jaya Nomor: 204 tahun 1990 tentang Penetapan
Rumah Sakit Pembantu Abepura menjadi Rumah Sakit Umum Abepura
dengan kapasitas tempat tidur 50 buah.
Selanjutnya sesuai SK. Menkes Nomor: 1183/Menkes/ SK/XI/1994 dan
Keputusan Mendagri Nomor: 117 Tahun 1996, Rumah Sakit Umum Daerah
Abepura ditetapkan menjadi Kelas D diresmikan oleh Gubernur KDH
Provinsi Tk. I Irian Jaya pada 19 Mei 1997. Tidak lama berselang RSUD
Abepura ditingkatkan menjadi Kelas C dengan SK Menkes Nomor 491/ SK/
V/1997, 20 Mei 1997 dengan mendapat persetujuan Menteri Dalam Negeri
sesuai Radiogram Nomor: 061/1983/3) tanggal 2 Juli 1997 dengan kapasitas
tempat tidur 159 buah. Sampai saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Abepura
berstatus Rumah Sakit Tipe C dengan kapasitas tempat tidur 165 buah.
Peraturan Daerah Provinsi Papua No 11 Tahun 2008 tentang organisasi dan
tata kerja Inspektorat, BAPPEDA dan Lembaga teknis Provinsi Papua pasal
55.
Secara umum saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Abepura berdiri di
atas tanah seluas 7.675 M2 dengan pertambahan penderita yang datang
membutuhkan pelayanan serta dengan tersedianya tenaga spesialis maka di
bangunlah ruang tambahan serta penambahan tenaga untuk membantu
mencukupi pelaksanan pelayanan serta menampung penderita yang dari tahun
ke tahun bertambah terus.

33
34

B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, karakteristik yang dianalisis adalah sebagai
berikut:
a. Umur
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Umur perawat di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Abepura
Umur Frekuensi (N) Persen (%)
20-30 tahun 9 45
31-40 tahun 11 55
Total 20 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa umur perawat paling


banyak yaitu umur 31-40 tahun sebanyak 11 (55%) responden
sedangkan responden dengan umur 21-30 tahun paling sedikit sebanyak
9 (45%) responden.
b. Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin
perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Daerah Abepura
Jenis kelamin Frekuensi (n) Persen (%)
Laki-laki 10 50
Perempuan 10 50
Total 20 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui berdasarkan jenis kelamin


bahwa perawat laki-laki dan perempuan jumlahnya sama yaitu
sebanyak 10 (50%) responden.
c. Status Pegawai
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Status Pegawai
perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Daerah Abepura
Status Pegawai Frekuensi (n) Persen (%)
PNS 12 60
Pegawai Kontrak 8 40
Total 20 100
35

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden yang


berstatus sebagai PNS sebanyak 12 (60%) responden sedangkan
responden berstatus pegawai kontrak sebanyak 8 (40%) responden.
d. Lama Kerja
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Lama Kerja
perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Daerah Abepura
Lama Kerja Frekuensi (N) Persen (%)
> 5 tahun 8 40
< 5 tahun 12 60
Total 20 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden dengan lama


kerja < 5 tahun paling banyak yaitu sebanyak 12 (60%) responden,
sedangkan perawat dengan lama kerja > 5 tahun sebanyak 8 (40%)
responden.
e. Beban Kerja
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Beban Kerja
perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Daerah Abepura
Beban Kerja Frekuensi (n) Persen (%)
Sedang 5 25
Ringan 11 55
Berat 4 20
Total 20 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa beban kerja perawat


paling banyak dikategorikan ringan yaitu sebanyak 11 (55%)
responden, beban kerja berkategori sedang sebanyak 5 (25%) responden
dan yang berkategori berat sebanyak 4 (20%) responden.
36

2. Data Beban Kerja Perawat


a. Tabel 5.6 Gambaran umur dengan beban kerja perawat di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Abepura
Beban Kerja
Umur Berat Ringan Sedang Total
n % n % n % n %
20-30 tahun 3 15 6 30 0 .0 9 45
31-40 tahun 1 5 5 25 5 25 11 55
Total 4 20. 11 55 5 25 20 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa umur dengan beban


kerja perawat yaitu umur 20-30 tahun memiliki beban kerja berat paling
banyak yaitu 3 (15%) responden sedangkan memiliki beban kerja
sedang paling banyak yaitu 6 (30%) responden.
b. Tabel 5.7 Gambaran Jenis Kelamin dengan beban kerja perawat di Unit
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Abepura
Beban Kerja
Jenis Kelamin Berat Ringan Sedang Total
n % n % n % n %
Laki-laki 1 5 6 30 3 15 10 50
Perempuan 3 15 5 25 2 10 10 50
Total 4 20. 11 55 5 25 20 100

Berdasarkan tabel diatas jenis kelamin laki-laki memiliki beban


kerja ringan paling banyak yaitu sebanyak 6 (30%) responden,
sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan memiliki beban
kerja berat paling banyak sebanyak 3 (15%) responden.
c. Tabel 5.8 Gambaran Status Pegawai dengan beban kerja perawat di
Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Abepura
Beban Kerja
Status Pegawai Berat Ringan Sedang Total
n % n % n % n %
PNS 3 15 6 30 3 15 12 60
Pegawai Kontrak 1 5 5 25 2 10 8 40
Total 4 20. 11 55 5 25 20 100
37

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa status pegawai PNS


memiliki beban kerja sangat ringan paling banyak yaitu sebanyak 6
(30%) responden sedangkan yang memiliki beban kerja sangat berat
paling banyak yaitu sebanyak 3 (15%) responden.
d. Tabel 5.9 Gambaran Lama Kerja dengan beban kerja perawat di Unit
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Abepura
Beban Kerja
Lama Kerja Berat Ringan Sedang Total
n % n % n % n %
> 5 tahun 2 10 4 20 2 10 8 40
< 5 tahun 2 10 7 35 3 15 12 60
Total 4 20. 11 55 5 25 20 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui responden dengan lama kerja <


5 tahun memiliki beban kerja sedang paling banyak yaitu 3 (15%)
responden, sedangkan responden dengan lama kerja < 5 tahun memiliki
beban kerja ringan paling banyak yaitu sebanyak 7 (35%) responden.
38

C. Pembahasan
A. Karakteristik Responden
Berdasarkan umur perawat diketahui bahwa umur perawat paling
banyak yaitu umur 31-40 tahun sebanyak 11 (55%) responden sedangkan
responden dengan umur 21-30 tahun paling sedikit sebanyak 9 (45%)
responden.
Menurut Suryani (2003), umur berpengaruh terhadap kinerja
seseorang karena kemampuan untuk menyesuaikan diri pada situasi-situasi
dalam bekerja dan proses pemahaman serta kematangan dalam bekerja
dapat dicapai pada umur 30-45 tahun. Di usia yang masih muda, proses
pembelajaran dalam hal adaptasi terhadap pekerjaan dan penyesuaian
terhadap situasi yang baru masih sangat dirasakan oleh responden yang
masih berada di umur usia muda sehingga membutuhkan ketekunan dan
semangat untuk memperoleh aktualisasi diri dalam bekerja.
Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa perawat laki-laki dan
perempuan jumlahnya sama yaitu sebanyak 10 (50%) responden. Berat
ringannya dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Faktor
internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, ukuran, kondisi kesehatan),
faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, dan kepuasan).
Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap beban kerja karena kekuatan
tubuh yang dimiliki oleh seorang laki- laki lebih besar dari pada seorang
perempuan. Dari kenyataan yang ada dapat diperlihatkan ketika perawat di
ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Abepura
mempunyai tugas dalam hal pekerjaan berat seperti mengantar pasien ke
ruangan rawat inap, memindahkan pasien dari ambulan ke ruang IGD,
melakukan resusitasi jantung paru dan lain sebagainya, hal tersebut
dilakukan oleh perawat yang berjenis kelamin laki-laki.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang
berstatus sebagai PNS sebanyak 12 (60%) responden sedangkan responden
berstatus pegawai kontrak sebanyak 8 (40%) responden. Jika dilihat dari
status kepegawaian, lebih dari setengahnya responden dengan beban kerja
39

berat adalah Non PNS. Semua perawat akan melakukan tugasnya dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai kinerja yang optimal dengan beban
kerja yang seimbang tetapi bila tidak diimbangi dengan kebutuhan tenaga
keperawatan yang memadai akan menghambat kualitas kinerja perawat
yang menyebabkan beban kerja perawat menjadi berat.
Berdasarkan lama kerja diketahui bahwa responden dengan lama
kerja < 5 tahun paling banyak yaitu sebanyak 12 (60%) responden,
sedangkan perawat dengan lama kerja > 5 tahun sebanyak 8 (40%)
responden. Menurut Suyanto (2008), faktor eksternal yang berasal dari
luar diri pekerja salah satunya adalah organisasi kerja seperti lamanya
masa kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja perawat. Pekerjaan yang
dilakukan oleh perawat dengan rentang masa kerja 2-3 tahun masih
tergolong baru. Proses adaptasi yang dilakukan dengan rentang kerja 2-3
tahun masih blum mempunyai pengalaman yang cukup untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan ketekunan. Proses
adaptasi terhadap pekerjaan membutuh-kan waktu minimal 2 tahun agar
mampu melakukan pekerjaan dengan kinerja yang optimal. Lama waktu
kerja yang dimiliki oleh perawat instalasi gawat darurat Rumah sakit
umum Daerah Abepura tergolong masih baru, apalagi banyak diantara
mereka yang yang mengeluhkan tentang peningkatan kinerja tidak akan
tercapai karena tidak sesuai dengan kebutuhan tenaga keperawatan ada.
Rata-rata mereka bekerja dengan 3 orang dalam satu shift kerja dengan
rata-rata pasien ± 40 pasien perhari. Hal ini sesuai dengan hasil rekapitulisi
yang menunjukkan angka tertinggi dengan jumlah nilai 24 yaitu pada
kecepatan respon. Apabila perawat bekerja hanya dengan 3 orang dalam
satu shift kerja dengan jumlah pasien rata-rata ± 40 pasien perhari maka
keinginan untuk memberikan kinerja yang optimal dengan pelayanan yang
segera mungkin tidak akan bisa dilakukan karena dengan jumlah pasien
yang banyak tidak akan bisa memberikan pelayanan yang segera dengan
waktu tunggu yang pendek untuk mendapatkan pelayanan medis.
40

B. Beban Kerja Perawat


Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa beban kerja perawat
paling banyak dikategorikan ringan yaitu sebanyak 11 (55%) responden,
beban kerja berkategori sedang sebanyak 5 (25%) responden dan yang
berkategori berat sebanyak 4 (20%) responden.
Beban kerja perawat terjadi karena naik turunnya beban kerja yang
diterima oleh perawat seperti tinggi rendahnya beban shift kerja yang
diterima dalam bekerja melayani pasien dengan intensitas pasien yang
banyak. Beban shift yang diterima dapat mempengaruhi perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pihak manajemen juga
perlu memperhatikan secara serius beban kerja yang diterima oleh
perawat. Apabila beban kerja yang diterima terlalu besar maka akan dapat
menimbulkan stres kerja yang bisa mempengaruhi motivasi kerja dan
menurunnya kinerja. Perlu dilakukan evaluasi secara terus menerus serta
memonitoring beban kerja para karyawan agar tetap berada dalam batas
yang wajar dan sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Beban kerja
yang normal dapat mempertahankan kinerja karyawan karena karyawan
akan merasa nyaman dan tidak mengalami stres dalam bekerja sehingga
kinerja mereka menjadi lebih baik. Analisa beban kerjanya dari tugas-
tugas yang dijalankan berdasarkan fungsinya, tugas tambahan, jumlah
pasien yang dirawat, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan perawat,
waktu kerja sesuai dengan jam kerja serta kelengkapan fasilitas. Fluktuasi
beban kerja perawat terjadi pada jangka waktu tertentu. Sehingga
terkadang bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya bisa
berlebihan.
Beban kerja perawat ringan apabila didukung dengan kebutuhan
tenaga keperawatan yang sesuai dengan penghitungan dan analiasa
kebutuhan tenaga perawat. Dalam penelitian ini tidak didapatkan beban
kerja kerja perawat ringan hal itu disebabkan karena perbandingan jumlah
pasien yang datang ke IGD tidak sesuai dengan jumlah perawat yang
bekerja pada setiap shift yang hanya berjumlah 5 perawat meskipun
41

perawat memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja apabila tidak


didukung oleh jumlah tenaga yang memadai akan tetap mem- pengaruhi
kinerjanya.
Peningkatan kinerja di suatu rumah sakit merupakan gambaran dari
keseriusan berbagai pihak termasuk perawat dalam menjalankan proses
keperawatan kepada pasien secara optimal. Tuntutan dan kebutuhan
asuhan keperawatan yang berkualitas di masa depan merupakan tantangan
yang harus dipersiapkan secara benar-benar dan ditangani secara
mendasar, terarah, dan sungguh-sungguh dari rumah sakit untuk
menciptakan kinerja yang optimal dan dapat memberikan beban kerja yang
seimbang terhadap perawat. Dalam penelitian ini tidak didapatkan kinerja
perawat dalam kategori baik. Proses penilaian kinerja yang baik harus
didukung oleh beberapa faktor yang mempengeruhi kinerja perawat seperti
perkawinan, masa kerja dan tingkat pendidikan. Tetapi dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar-besar perawat dalam masa kerja 4-5
tahun. Hal ini tergolong masa kerja yang baru yang mem- butuhkan proses
adaptasi dan ketekunan untuk menyesuaikan diri terhadap pekerjaan yang
ada sehingga proses penilaian untuk pencapaian kinerja yang baik tidak
bisa didapatkan akibat dari kemampuan dalam hal adaptasi dengan beban
kerja yang berat yang menuntut prosfesionalisme dalam bekerja. Dalam
hal pendidikan sebagian besar perawat berpendidikan S1 yang didukung
oleh kemampuan intelektual dan skill yang memadai tetapi hal tersebut
tidak akan mampu dilakukan apabila rasio kebutuhan tenaga keperawatan
dengan jumlah pasien tidak seimbang. Hal tersebut semakin menguras
tenaga bagi para perawat yang bekerja di ruang IGD dan hal itu tidak bisa
membuat mereka memberikan kinerja yang optimal terhadap pelayanan
kesehatan yang harus diberikan kepada pasien yang dapat berdampak
terhadap kinerja perawat itu sendiri.
Kualitas pelayanan keperawatan tidak terlepas dari peran klasifikasi
pasien diruang rawat inap, karena dengan klasifikasi tersebut pasien
merasa lebih dihargai sesuai haknya dan dapat diketahui bagaimana
42

kondisi dan beban kerja perawat di masing-masing ruang rawatan. Kondisi


dan beban kerja di Instalasi gawat darurat (IGD) perlu diketahui agar dapat
ditentukan kebutuhan kuantitas dan kualitas tenaga perawat yang
diperlukan dalam ruang IGD sehingga tidak terjadi beban kerja yang tidak
sesuai yang akhirnya menyebabkan stres kerja. Kondisi kerja berupa
situasi kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang diterapkan, hubungan
social kerjasama antar petugas yang dapat mengakibatkan ketidak
nyamanan bagi pekerja. Demikian juga dengan beban kerja baik secara
kuantitas dimana tugas-tugas yang harus dikerjakan terlalu banyak/sedikit
maupun secara kualitas dimana tugas yang harus dikerjakan membutuhkan
keahliahan. Faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah
kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien melebihi
dari kemampuan seseorang, keinginan untuk berprestasi kerja, tuntutan
pekerjaan tinggi serta dokumentasi asuhan keperawatan (Munandar, 2008).
Beban kerja perawat di ruang IGD tergolong berat. Beban kerja yang
tergolong berat karena perawat di Ruang IGD dalam melakukan
kegiatannya harus secara cermat, cepat dan tepat melakukan identifikasi
setiap pasien yang datang karena dituntut dengan keberhasilan
penyelamatan jiwa tergantung dari pelayanan yang diberikan di Ruang
IGD. Dalam waktu yang bersamaan perawat harus selalu waspada
terhadap kedatangan pasien gawat maupun darurat yang harus
diselamatkan jiwanya. Bekerja di ruang IGD dalam setiap kesempatan
akan menemui pasien yang memiliki karakteristik yang bervariasi yang
berdampak pada kondisi dan beban kerja yang berbeda. Untuk itu perawat
harus peran sebagai tenaga serba bisa, memiliki inisiatif, berperilaku
kreatif serta memiliki wawasan yang luas dengan motivasi kerja keras,
cerdas, ikhlas dan kerja berkualitas. Jenis pasien yang dirawat di ruangan
rawat inap rumah sakit dapat dipandang sebagai tuntutan terhadap
pelayanan kesehatan jika tidak dikelola dengan baik maka akan berakibat
terjadinya stress kerja.
43

Akibat negatif dari meningkatnya beban kerja adalah kemungkinan


timbul emosi perawat yang tidak sesuai yang diharapkan pasien. Beban
kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas tenaga
kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap produktifitas perawat.
Perawat merasakan bahwa jumlah perawat yang ada tidak sebanding
dengan jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan. Kondisi ini dapat
memicu munculnya stres kerja, karena semua pasien yang berkunjung
secara tidak langsung menuntut mendapatkan pelayanan yang efektif dan
efisien sehingga permasalahan yang dihadapi pasien segera terselesaikan
(Munandar, 2008).
C. Gambaran Beban kerja perawat Di Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Umum Daerah Abepura
Peningkatan kinerja di suatu rumah sakit merupakan gambaran dari
keseriusan berbagai pihak termasuk perawat dalam menjalankan proses
keperawatan kepada pasien secara optimal. Tuntutan dan kebutuhan
asuhan keperawatan yang berkualitas di masa depan merupakan tantangan
yang harus dipersiapkan secara benar-benar dan ditangani secara
mendasar, terarah, dan sungguh-sungguh dari rumah sakit untuk
menciptakan kinerja yang optimal dan dapat memberikan beban kerja yang
seimbang terhadap perawat.
Beban kerja perawat terjadi karena naik turunnya beban kerja yang
diterima oleh perawat seperti tinggi rendahnya beban shift kerja yang
diterima dalam bekerja melayani pasien dengan intensitas pasien yang
banyak. Beban shift yang diterima dapat mempengaruhi perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pihak manajemen juga
perlu memperhatikan secara serius beban kerja yang diterima oleh
perawat. Apabila beban kerja yang diterima terlalu besar maka akan dapat
menimbulkan stres kerja yang bisa mempengaruhi motivasi kerja dan
menurunnya kinerja. Perlu dilakukan evaluasi secara terus menerus serta
memonitoring beban kerja para karyawan agar tetap berada dalam batas
yang wajar dan sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Beban kerja
44

yang normal dapat mempertahankan kinerja karyawan karena karyawan


akan merasa nyaman dan tidak mengalami stres dalam bekerja sehingga
kinerja mereka menjadi lebih baik. Analisa beban kerjanya dari tugas-
tugas yang dijalankan berdasarkan fungsinya, tugas tambahan, jumlah
pasien yang dirawat, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan perawat,
waktu kerja sesuai dengan jam kerja serta kelengkapan fasilitas. Fluktuasi
beban kerja perawat terjadi pada jangka waktu tertentu. Sehingga
terkadang bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya bisa
berlebihan.
Beban kerja perawat ringan apabila didukung dengan kebutuhan
tenaga keperawatan yang sesuai dengan penghitungan dan analiasa
kebutuhan tenaga perawat. Dalam penelitian ini tidak didapatkan beban
kerja kerja perawat ringan hal itu disebabkan karena perbandingan jumlah
pasien yang datang ke Ruang IGD tidak sesuai dengan jumlah perawat
yang bekerja pada setiap shift yang hanya berjumlah 5 perawat meskipun
perawat memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja apabila tidak
didukung oleh jumlah tenaga yang memadai akan tetap mempengaruhi
kinerjanya.
Dalam penelitian ini tidak didapatkan kinerja perawat dalam kategori
baik. Proses penilaian kinerja yang baik harus didukung oleh beberapa
faktor yang mempengeruhi kinerja perawat seperti perkawinan, masa kerja
dan tingkat pendidikan. Tetapi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar besar perawat dalam masa kerja 4-5 tahun. Hal ini
tergolong masa kerja yang baru yang membutuhkan proses adaptasi dan
ketekunan untuk menyesuaikan diri terhadap pekerjaan yang ada sehingga
proses penilaian untuk pencapaian kinerja yang baik tidak bisa didapatkan
akibat dari kemampuan dalam hal adaptasi dengan beban kerja yang berat
yang menuntut prosfesionalisme dalam bekerja.
45

D. Keterbatasan Penelitian
1. Selama melakukan penelitian peneliti mengalami kendala waktu
dikarenakan jarak yang agak jauh dari Sentani ke Abepura
2. Responden kerja dengan sistem shif
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa:
1. Karakteristik responden
- Umur perawat 31-40 tahun sebanyak 11 (55%) responden, umur 21-30
tahun sebanyak 9 (45%) responden.
- Jenis kelamin perawat laki-laki dan perempuan jumlahnya sama yaitu
sebanyak 10 (50%) responden.
- PNS sebanyak 12 (60%) responden, pegawai kontrak sebanyak 8 (40%)
responden.
- Lama kerja < 5 tahun sebanyak 12 (60%) responden, lama kerja > 5
tahun sebanyak 8 (40%) responden.
1. Beban kerja Perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Daerah Abepura dikategorikan ringan sebanyak 11 (55%) responden,
sedang sebanyak 5 (25%) dan berat sebanyak 4 (20%) responden.

B. Saran
Berdasarkan hasil analisis pembahasan dan kesimpulan, penelitian
dapat menyusun beberapa rekomendasi sebagai berikut :
1. Perawat
Diharapkan dapat mengantisipasi segala bentuk beban pekerjaan
sehingga tetap menjalankan tugas dengan baik dan penuh tanggungjawab.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan dalam pembagian
tugas serta memperhatikan hak serta kinerja perawat di Ruang IGD.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai referensi ilmiah bagi peneliti
selanjutnya.

48
DAFTAR PUSTAKA

Adipradana, (2013). Analisis Beban Kerja. Dikutip: sumber http://adipradana.


wordpress.com [2008-11-27].; Diakses tanggal 21 Mei 2017

Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014). Dikutip; Metodolog ipenelitian


kualitatif dalam riset keperawatan (1). Jakarta : Rajawali Pers

Australian College for Emergency Medicine. (2014). Dikutip; Policy on the


Australian Triage Scale. Dikutip: www.acem.org.au/P06_Aust_Tria
ge_Scale. di akses 14 Meir 2017.

Depkes, (2013). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


364/Menkes/SK/V/2006 tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Gillies, D. A. (2013). Dikutip; Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan


Sistem Edisi Kedua. Jakarta : Terjemahan Illiois W. B. Saunders Company

Haryani, Titik. (2013). Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pada
Perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta. Dikutip;
etd.eprints.ums.ac.ld/2705/l/J210040036.pdf. Diakses Tanggal 23 April
2017

Irwandy, (2007). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Beban Kerja, Dikutip


:http//www.liwandy.kapali.wordpress.com//. di akses 23 April 2017

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856/Menkes


/SK/IX/2009. Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. 25
Dikutip; September 2009. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.

KemKes RI (2010). Sarana dan prasarana rumah sakit,

Kurniadi, A. (2013). Manajemen keperawatan dan prospektifnya teori, konsep


dan aplikasi. Jakarta: FKUI,

Martina, Anggara. (2012). Gambaran Tingkat Stress Perawat Di Ruang Rawat


Inap Rumah Sakit Paru Dr. Moehammad Goenawan Partowidigdo Cisarua
Bogor. Skripsi, Universitas Indonesia, Depok.

Munandar, AS. (2008). Psikologi industri dan organisasi, edisi 1, UI Press,


Jakarta.

49
49

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka


Cipta.

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.


Undang-Undang Tentang Kesehatan, UU Nomor 36 Tahun 2009 Lembaran
Negara Republik Indonesia No. 144 Tahun 2009, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia No. 5063.

Prihatini, Lilis D. (2013). Analisis Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres
Kerja Perawat Di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. USU: Skripsi
tidak dipublikasikan.

Queensland Health. (2012). Implementation Standard for Emergency Department


Short Stay Unit Version 1.0. Queensland Government.

Satria, Wa.,Sidin, A.I., Noor, N.B. 2013. Gambaran Beban Kerja Dengan Kinerja
Perawat Dalam Mengimplementasikan Patient Safety Di RS Universitas
Hasanuddin. Skripsi. Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, UNHAS, Makassar.

Singer, Thode, Viccellio, Pines. (2011). The Association Between Length of


Emergency Department Boarding and Mortality. Academic Emergency
Medicine 18 (12): 1324-1329.

Tambunan, Rudi M. (2013) Pedoman Penyusunan Standard Operating


Procedures (SOP). Edisi kedua, Maiestas Publishing, Jakarta.

Utomo, Tri Widodo W. (2008). Analisis Kebutuhan Pegawai. 2010;


http://www.shdeshare.net/triwidodowutomo/analisis-beban-kerja. Tanggal
15 Juni

Wilde, E.T. (2012). Do Emergency Medical System Response Times Matter For
Health Outcomes?. New York: Columbia University
Lampiran 1:

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN


(Informed Consent)

Setelah membaca informasi tentang tujuan penelitian dari Akulian Pekei


sebagai mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Jayapura dan
memahami tentang tujuan penelitian, serta peran yang diharapkan dari saya di
dalam penelitian ini, maka saya setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
yang berjudul “Gambaran Beban Kerja Perawat di IGD RSUD Abepura”
Saya sangat memahami bahwa keikutsertaan saya menjadi responden pada
penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi peningkatan keberhasilan keperawatan
kesehatan masyarakat.

Demikianlah persetujuan ini saya tanda tangani secara sukarela dan tanpa
paksaan dari pihak manapun.

Sentani, Juni 2017


Responden

(………………………..)
(Inisial)
Lembar Kuesioner

Kode : ………………

GAMBARAN BEBAN KERJA PERAWAT DI IGD RSUD ABEPURA

A. Data Responden

Isilah tanda titik – titik dan berilah tanda centang pada kolom yang disediakan

1. Inisial :…………………………….

2. Jenis Kelamin : [ ] Laki – Laki [ ] Perempuan

3. Umur : [ ] 20-30 tahun [ ]31 – 40 tahun

[ ] 41-50 tahun [ ] 50 tahun

4. Pendidikan : [ ] SD [ ] D-III

[ ] SMP [ ] SI

[ ] SMA [ ] S2 [ ] S3

5. Status Pegawai : [ ] PNS [ ] Honor/Kontrak

6. Masa Kerja : [ ] < 5 tahun [ ] 6 – 10 tahun

[ ] 11-20 tahun [ ] > 20 tahun

7. Pangkat/Golongan : ……………………………….
B. Kuesioner Beban Kerja Perawat

Berilah tanda silang (X) pada kuesioner yang tersedia


Keterangan kode pilihan :
1. Jika anda merasa pernyataan dibawah termasuk kategori beban kerja sangat
ringan, maka anda memilih SR
2. Jika anda merasa pernyataan dibawah termasuk kategori beban kerja ringan,
maka anda memilih RN
3. Jika anda merasa pernyataan dibawah termasuk kategori beban kerja sedang,
maka anda memilih SD
4. Jika anda merasa pernyataan dibawah termasuk kategori beban kerja berat,
maka anda memilih BR

No. Pertanyaan 4 3 2 1
1. Menyiapkan alat medis untuk pemeriksaan awal
seperti tensimeter, thermometer, stetoskop dll.
2. Memberikan pertolongan pertama kepada pasien
yang dalam keadaan darurat
3. Menyeleksi pasien yang datang ke IGD sesuai
dengan triase
4. Tenaga perawat yang ada kurang dibanding
dengan jumlah pasien yang datang ke IGD
5. Melakukan pengawasan yang ketat kepada pasien
gawat darurat selama jam kerja
6. Memberikan obat kepada pasien yang menderita
luka minor
7. Mencari masalah, penyebab, tanda dan gejala
yang diderita oleh pasien
8. Membuat rencana asuhan keperawatan
9. Menetapkan rencana tindakan dari tiap diagnosa
keperawatan
10. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang
telah dilakukan
11. Melakukan evaluasi terhadap respon pasien pada
setiap tindakan yang diberikan
12. Kesiapan mental perawat dalam menghadapi
pasien dengan kondisi apapun
13. Perawat harus memiliki dan menguasi
pengetahuan teoritis dan patofisiologi berbagai
penyakit
14. Keterampilan yang dimiliki harus mampu
mengimbangi sulitnya pekerjaan di IGD
15. Memelihara peralatan kesehatan
16. Melakukan pengecekan alat setiap pergantian
shift
17. Melakukan pengecekan obat setelah dipakai
18. Mengantar pasien yang akan dirawat sampai
keruangan yang dituju
19. Menyiapkan formulir untuk penyelesaian
administrasi
20. Memberikan informasi kepada pasien dan
keluarganya tentang pengobatan yang perlu
dilanjutkan dan cara penggunaan obatnya
(Modifikasi Ilyas, 2015)
JADWAL PENELITIAN

Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Penyusunan
Proposal
Ujian
Proposal
Perbaikan
Proposal
Pengumpulan
Data
Pengelolahan
dan
Analisa Data
Penyusunan
Skripsi
Ujian Skripsi

Perbaikan
Skripsi

Anda mungkin juga menyukai