Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati di seluruh wilayah

Indonesia. Berdasarkan data terakhir, Indonesia memiliki kekayaan tumbuhan

lima besar di dunia. Tumbuhan adalah bahan baku yang digunakan sebagai

obat herbal. Berdasarkan riwayat penggunaan tumbuhan, obat herbal dapat

diklasifikasikan menjadi obat herbal tradisional dan obat herbal

nontradisional. Obat herbal tradisional Indonesia yang dikenal sebagai obat

tradisional mengandung tumbuhan yang telah digunakan secara turun-

temurun yang merupakan warisan budaya bangsa Indonesia. Obat herbal

nontradisional mengandung tumbuhan yang tidak memiliki riwayat

penggunaan turun-temurun, namun berpotensi memiliki manfaat bagi

kesehatan masyarakat (BPOM RI, 2014).

Obat tradisional menggambarkan sekelompok praktik kesehatan

dengan sejarah yang panjang dan merujuk pada pengetahuan medis yang

dikembangkan oleh budaya masyarakat yang menggabungkan tanaman,

binatang, dan obat-obatan berbasis mineral untuk mengobati penyakit (WIPO,

2014).

Menurut World Helath Organizing (WHO), hingga 80% penduduk

di negara berkembang dan 65% penduduk di negara maju memilih

menggunakan obat tradisional. Faktor pendorong penggunaaan obat

tradisional di negara maju antara lain adalah usia harapan hidup lebih panjang
pada prevalensi penyakit kronis meningkat, adanya kegagalan penggunaan

obat modern untuk penyakit tertertu (seperti kanker), dan meluasnya akses

informasi mengenai obat tradisional di seluruh dunia. Data dari sekretariat

Convention on Biological Diversity (CBD) menunjukkan angka penjualan

global obat tradisional dapat menyentuh angka 60 miliar dollar Amerika

Serikat setiap tahunnya (Ismail, 2015).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (2010), sekitar 59,12%

penduduk Indonesia pernah mengkonsumsi jamu dan 95,6% diantaranya

merasakan jamu berkhasiat dalam meningkatkan kesehatan (Peraturan

Menteri Kesehatan RI, 2016).

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan semakin

banyak penggunaan obat-obatan kimia yang dibuat oleh pabrik obat, karena

sifatnya yang praktis dan efeknya cepat di dalam penyembuan. Akan tetapi

ditinjau dari segi ekonomi harga dari obat-obatan ini sangat mahal. Meski

darijalur pemerintah memberikan keringanan terhadap harga obat dengan

memberikan obat generic yang murah. Namun hal itu diangap masih belum

bias mengatasimasalah. Para ahli mulai berpikir, jika obat-obat kimia yang

dibuat berasal dari tumbuh-tumbuahan dengan kandungan-kandungan zat

tertentu diproses dan dimanfaatkan untuk pengobatan (Ismail, 2015).

Selain harga obat tradisional jauh lebih murah, efek samping yang

ditimbulkan relative kecil, serta dapat jiga sebagai tumbuhan hias di rumah.

Meskipun sudah mulai dibudidayakan oleh Departemen Pertanian yang

berkerja sama dengan Lembaga Penelitian Universitas-Universitas yang

berada di Indonesia khususnya Universitas yang menyediakan penyediakan


laboratorium penelitian untuk masa yang akan dating ini dapat dimiliki

prospek yang cerah kasena untuk dibudidayakan dan hemat juga pratis. Selain

ini hampir semua etnis di Indonesia terutama di Papua memiliki pengetahuan

tentang obat-obatan untuk pengobatan secara tradisional (Dinkes Provinsi

Papua, 2019).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Papua tahun 2016 jumlah kasus

malaria 128.517 dengan API 58/1000 penduduk, tahun 2017 jumblah kasus

malaria meningkat menjadi 152.984 dengan API 63,886/1000 penduduk,

tahun 2018 jumlah kasus malaria terus meningkat menjadi 163,443 dengan

API 57,29/1000 penduduk (Dinkes Provinsi Papua, 2019). Berdasarkan data

Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura pada tahun 2016 jumlah kasus malaria

10.239 dengan API 88/1000 penduduk, tahun 2017 jumlah kasus malaria

meningkat menjadi 15.720 dengan API 111,30/1000 penduduk, tahun 2018

jumlah kasus malaria meningkat menjadi 21.508 dengan API 181,10/1000

penduduk (Dinkes Kabupaten Jayapura, 2019).

Jumlah spesies tanaman obat yang melimpah di Indonesia

membuat penggunaan pengobatan tradisional oleh individu dalam rumah

tangga telah dilakukan secara turun-temurun dari nenek moyang hingga

sekarang, kebiasaan ini telah menjadi warisan budaya bangsa Indonesia.

Pengobatan tradisional masih digunakan oleh individu dalam rumah tangga

dikarenakan beberapa faktor yang menunjang yaitu pengalaman yang

sebelumnya didapat oleh orang tua yang telah turun temurun digunakan, tidak

merepotkan atau lebih praktis karena bahan yang digunakan dapat langsung

diperoleh dari alam yang ada di sekitar rumah, pengobatan tradisional tidak
mengeluarkan biaya, serta manfaat yang dirasakan yaitu ramuan tradisional

yang dikonsumsi beserta bantuan pengobatan dari dukun dapat mrngurangi

rasa sakit (Gazali, dkk, 2011).

Cara-cara penanganan terhadap penyakit malaria yang dikembangkan

dalam suatu budaya pengobatan tradisional didasarkan pada pemahaman atau

pengetahuan lokal kelompok masyarakat tersebut mengenai penyakit

malaria. Menurut Idowu et al (2008), pemahaman tentang penyakit malaria

pada masyarakat berbagai suku bangsa berbeda- beda; hal ini antara lain

berhubungan dengan keyakinan budaya masing-masing. Berbagai hasil

penelitian menunjukkan bahwa masyarakat tradisional dari hampir semua

kebudayaan sejak dahulu sudah mengembangkan cara-cara untuk mencegah

serangan penyakit malaria, mengobati dan merawat penderita penyakit ini

(Willcox et al, 2004).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail (2015) tentang faktor

yang mempengaruhi keputusan masyarakat memilih obat tradisional di

Gampong Lam Ujong menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara sumber

informasi, sosial budaya dan pendapatan terhadap keputusan masyarakat

dalam memilih obat tradisional di Gampong Lam Ujong Meunasah Manyang

Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar tahun 2014.

Faktor pendorong penggunaaan obat tradisional di negara maju antara

lain adalah usia harapan hidup lebih panjang pada prevalensi penyakit kronis

meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit

tertertu (seperti kanker), dan meluasnya akses informasi mengenai obat

tradisional di seluruh dunia. Data dari sekretariat Convention on Biological


Diversity (CBD) menunjukkan angka penjualan global obat tradisional dapat

menyentuh angka 60 miliar dollar Amerika Serikat setiap tahunnya (Ismail,

2015).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas

Namblong diperoleh data kasus malaria pada tahun 2017/2018 yang terdapat

9 kampung termasuk kampung Sarmi atas, penyakit yang lebih menonjol

pada masyarakat kampung Sarmi Atas adalah Penyakit Malaria. Pada tahun

2017 berjumlah 31,7% kasus malaria dan pada tahun 2018 meningkat

menjadi 41,7% kasus (Puskesmas Nambong, 2019).

Dari uraian tersebut di atas peneliti ingin mengangkat masalah tentang

Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan tanaman obat

tradisional untuk pengobatan penyakit malaria pada masyarakat Kampung

Sarmi Atas Distrik Namblong Kabupaten Jayapura sehingga kedepannya obat

tradisional dapat bermanfaat secara teratur.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakan tersebut diatas maka permasalahan

yang timbul adalah : “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan

penggunaan tanaman obat tradisional untuk pengobatan penyakit malaria

pada masyarakat Kampung Sarmi Atas Distrik Namblong Kabupaten

Jayapura”.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang berhubungan

dengan penggunaan tanaman obat tradisional untuk pengobatan penyakit

malaria pada masyarakat Kampung Sarmi Atas Distrik Namblong

Kabupaten Jayapura

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan penggunaan tanaman

obat tradisional untuk pengobatan penyakit malaria pada masyarakat

Kampung Sarmi Atas Distrik Namblong Kabupaten Jayapura.

b. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan penggunaan

tanaman obat tradisional untuk pengobatan penyakit malaria pada

masyarakat Kampung Sarmi Atas Distrik Namblong Kabupaten

Jayapura.

c. Untuk mengetahui hubungan antara suku dengan penggunaan tanaman

obat tradisional untuk pengobatan penyakit malaria pada masyarakat

Kampung Sarmi Atas Distrik Namblong Kabupaten Jayapura.

d. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan penggunaan

tanaman obat tradisional untuk pengobatan penyakit malaria pada

masyarakat Kampung Sarmi Atas Distrik Namblong Kabupaten

Jayapura

e. Untuk mengetahui hubungan antara sosial budaya dengan penggunaan

tanaman obat tradisional untuk pengobatan penyakit malaria pada

masyarakat Kampung Sarmi Atas Distrik Namblong Kabupaten

Jayapura
1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas

Puskesmas lebih semagat dalam memberikan pendampingan

sosialisasi. Masyarakatpun lebih giat lagi dalam memelihara, merawat

dan terlibat dalam berbagai program puskesmas, terutama berkahitan

dengan asuhan mandiri tanaman obat keluarga (TOGA).

2. Bagi masyarakat Kampung Sarmi Atas

Sebagai sumber informasih bagi masyarakat tentang pemanfaatan

tanaman obat tradisional untuk mengobati penyakit Malaria.

3. Bagi peneliti

Merupakan pengalaman yang berharga dalam memperluas

wawasan dan pengetahuan tentang tumbuhan obat tradisional untuk

penderita penyakit Malaria.


1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Sealian Penelitian

No Judul/Penelitian/Lokasi Tahun Desain Hasil

1. Pengobatan tradisional di Hasil penelitian menujukan pengobatan tradisional mempunyai hubungan


desa lemahabang kulong 2004 Kasus control yang bermakna dengan pengobatan tradisional responden yang
kec. Lemahabang kab. mempergunakan selama sakit mengunakan obat tradisional
Cirebon

2. Gambaran Tumbuhan Sampel pada penelitian ini adalah KK yang mempunyai tumbuhan obat
Herbal Sebagai Jamu 2011 Verifikatif tradisional yang berjumblah 48 KK berdasarkan hasil penelitian sebagian
Pengobatan Tradisional besar responden yaitu 31 responden (64,6%) pengunaan obat tradisional

3. Pemanfaatan Tradisional Longitudinal Berdasarkan hasil identifikasi dan wawancara diketahui bahwa sebanyak
Tumbuhan Alam 2003 30 jenis tumbuhan yang sering di rutin di manfaatkan oleh masyarakat di
Berkhasiat Obat Oleh sekitar kawasan hutan Tagale.
Masyarakat Di Sekitar
Cagar Alam Tangale

4. Pengetahuan 2018 Cross Sectional Berdasarkan hasil wawancara dan identifikasi tumbuhan,
Masyarakat tentang jenis terdapat 45 spesien tumbuhan dari 27 famili yang digunakan masyarakat
tumbuhan obat di disekitar Taman Wisata Alam Madapangga sebagai bahan pengobatan
kawasan taman wisata berbagai penyakit
alam Madapangga
Sumbawa

5. Pengetahuan Dan Sikap Deskriptif Hasil pengetahuan dan tanaman obat data pengetahuan pengetahuan
Remaja Terhadap 2010 tanaman obat para remaja dibedakan atas dua macam yaitu data leksikal
No Judul/Penelitian/Lokasi Tahun Desain Hasil

Tanaman Obat tanaman obat dan data kegunahan tanaman obat sedangkan data sikap
Tradisional Di Kabupaten remaja tidak dibedakan
Buleleng Dalam Rangka
Pelestarian Lingkungan

Hubungan Pengetahuan Cross Sectional study


6. Keluarga Dengan 2019
Penggunaan Tanaman
Obat Tradisional Untuk
Pengobatan Penyakit
Malaria Dalam
Kehidupan Masyarakat
Kampung Yakasib
Distrik Namblong
Kabupaten Jayapura
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Tumbuhan Obat Tradisional

a. Definisi Tanaman Obat

Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat

obat yang digunakan sebagai obat dalam penyembuhan

mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit

tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi

mengandung efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang

berfungsi mengobati (Flora, 2008).

Tanaman obat tidak berarti tumbuhan yang ditanam

sebagai tanaman obat. Tanaman obat yang tergolong rempah-

rempah atau bumbu dapur, tanaman pagar,tanaman buah

tanaman sayur atau bahkan tanaman liar juga dapat digunakan

sebagai tanaman yang di manfaatkan untuk mengobati

berbagai macam penyakit salah satunya malaria. (Hariana,

2008).

Tanaman obat atau biofarmaka didefinisikan sebagai jenis

tanaman yang sebagian, seluru tanaman dan atau eksudat

tanaman tersebut digunakan sebagai obat obat, bahan atau

ramuan obat-obatan. Eksudat tanaman adalah isi sel yang

secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu

sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudan tanaman dapat berupa

10
zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara

tertentu dipisakan / diisolasi dari tanamannya (Herdiani, 2012).

b. Pengunaan Tanaman Obat

Dalam penggunaan tanaman obat sebagai obat biasa

dengan cara diminum, ditempel, untuk mencuci / mandi, dihirup

sehingga dapat memenuhi konsep kerja teseptor sel dalam

menerima senyawa kimia atau rangsanga. Hingga sekarang,

penggobatan tradisional masih diakui keberadaanya dikalangan

masyarakat luas. Ini sejalan dengan kebijakan pemerinta yang

terus membina dan mengembangkan. Salah satu pengobatan

tradisional yang sedang tred saat ini adalah ramuan tanaman

obat secara empiric, ramuan tradisional dengan tanaman obat

paling banyak digunakan oleh masyarakat. Penggunaan ramuan

tradisional tidak hanya untuk menyembukan satu penyakit,

tetapi juga untuk menjaga dan memulihkan kesehatan

(Stepanus,2011).

Obat tradisional telah berada dalam masyarakat dan

digunakan secara empiris dapat memberikan manfaat dalam

meningkatkan kesehatan tubuh dan penggobatan berbagai

penyakit. Departemen Kesehatan mengklasifikasikan obat

tradisional sebaga obat dalam kehidupan sehari-hari, obat

herbal terstandar, dan fitofarmaka obat tradisional adalah

ramuan dari berbagai macam jenis dari bagian tanaman yang

mampunyai khasiat untuk menyembukan berbagai macam

11
penyakit sala satunya penyakit malaria. Obat tradisional di

Indonesia dikenal dengan nama ramuan / jamu. Obat tradisional

sendiri masih mempunyai berupa senyawa. Sehigga khasiat

obat tradisional mungkin terjadi dengan adanya interaksi

antara senyawa yang mempunyai pengaruh yang lebih kuat

(Nurhayati,2008).

Pengetahuan tentang tanaman obat dari luar seperti India,

China terdapat kemiripan dikarenakan letak geografik

Nusantara di antara dua pusat kebudayaan yaitu Cina dan

India. Hubungan dagang dan penyebaran agama menyadi

media penyaluran pengetahuan tentang tanaman obat. Sejak

zaman kerajaan di nusantara dari mulai kutai kartanegara

nenek moyang bangsa kita adalah tanaman obat playaran

tentang obast modern di Indonesia berawal ketika didirikan

sekolah Dokter Djawa (STOVIA) tahun 1904 di Batavia oleh

pemerintah Hindia Belanda untuk memenuhi kebutuhan tenaga

dokter di lingkugan mereka. Pada zaman itu dimulai plajaran

tentang obat-obatan modern dengan pendekatan kimiawi, sehinga

pada saat itu penggobatan tradisional mulai sedikit terlupakan

(Flora,2008).

Keampuhan pengobatan herbal hanya dibuktikan melalui

pengelaman. Berbagai macam penyakit yang sudah tidak dapat

disembukan melalui pengobatan aleopati (Kedokteran), ternyata

masih bias diatasi dengan pengobatan herbal. Keungulan dari

12
penggunaan tanaman alami sebagai obat terletak pada bahan

dasarnya yang bersifat alami sehinga efek sampingnya dapat

ditekan seminimal mungkin, meskipun dalam beberapa kasus

dijumpai orang-orang yang alergi terhadap tanaman herbal.

Namun alergi tersebut juga dapat terjadi pada obat-obatan kimia.

Tidak dapat dipungkiri bawah obat-obatan medic sering

menimbulkan efek samping yang menyebabkan munculnya

berbagai penyakit lain (Utami, 2008).

Kelebian dari pengobatan dengan menggunakan ramuan

tumbuan secara tradisional tersebut adalah tidak adanya efek

samping yang ditimbulkan seperti yang terjadi pada kimiawi.

Obat-obatan tradisional selain menggunakan bahan ramuan dari

berbagai tumbuh-tumbuhan tertentu yang mudah didapat disekitar

perkarangan rumah kita sendiri, jika tidak mengandung resiko

yang membahayakan bagi pasien dan mudah dikerjakan oleh

siapa saja baik dalam keadaan mendesak sekalipun (Thomas,1992).

c. Bagian-Bagian Tanaman Obat Yang Di Manfaatkan

Tanaman obat pada umumnya memiliki bagian-bagian

tertentu yang digunakan sebagai obat, yaitu :

1. Akar (radix) misalnya pacar air, cempaka dan pepaya

2. Rimpang (rhizome) misalnya kunyit, Jahe, temulawak

3. Umbi (tuber) bawang merah, bawang puti, teki

4. Bunga (flos) misalnya jagung, piretri dan cengkih

5. Buah (fruktus misalnya delima, kapulaga dan makota dewa

13
6. Biji (Semen) misalnya saga, pinang, jamblang dan pala

7. Kayu (lindum) misalnya secang, bidara laut dan cendana

jenggi

8. Kulut kayu (cortes) misalnya pule, kayu manis dan pulosari

9. Batang (cauli misalnya kayu putih, turi, brotowali

10. Daun (folia) misalnya saga, landep, miana, ketapeng, pegagan

dan sembung

11. Seluruh tanaman (herbal) misalnya samiroto, patika kebo

dan meniran

Salah satu prinsip kerja obat tradisional adalah proses

(reaksinya) yang lambat (namun bersifat konstruktif), tidak

seperti obat kimia yang bias langsung beraksi (tapi bersifat

destruktif / merusak). Hal ini karena obat tradisional bukan

senyawa aktif. Obat tradisional berasal dari bagian tanaman

obat yang diiris, dikeringkan, dan di ancurkan. Jika ingin

mendapatkan senyawa yang dapat digunakan secara aman,

tanaman obat harus melalui proses ekstrasi, kemudian

dipisahkan, dimurnikan secara fisik dan kimiawi (di-fraksinasi)

Tentu saja proses tersebut membutuhkan bahan baku dalam

jumblah yang sagat banyak (Herdiani, 2012)

2. TOGA (Tanaman Obat Keluarga)

Menurut Leimen (2015) ditegaskan pembinaan kesehatan

masyarakat dapat dilakukan melalui pengunaan tanaman obat keluarga

14
dengan demikian diharapkan dapat membantu masyarakat dalam

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat terutama di kampong-

kampung dan pemukiman-pemukiman yang belum terjangkau oleh

playanan puskesmas. Pemanfaatan tanaman adalah obat bagi

masyarakat suatu menambah pengetahuan dan keterampilan dalam

mengetahui gejala-gejala penyakit ringan. Tanaman obat keluarga

(TOGA) dapat dimanfaatkan untuk mengatasi gejala-gejala penyakit

ringan sebelum dibawa ke Puskesmas.

Dalam budidaya tanaman obat masalah pengetahuan dalam

tanaman sangat penting, karena bibit yang kurang baik akan sangat

berpengaru terhadap tanaman dan hasil. Bahan tanaman hendaknya

diambil dari sumber yang baik, karena selain berpengaruh terhadap

produksi juga merupakan sarana dalam penularan OPT (organisme

pengganggu tanaman).

Bahan tanaman yang digunakan sebagai tanaman obat keluarga

sebaiknya berasal dari hasil kegiatan pertanian organic dan yang sudah

pasti bukan hasli rekayasa genetika iradiasi bahkan genetika yang

diubah dengan cara-cara yang tidak alami (Ruhnadpyat , 2013).

3. Tinjauan Tentang Penyakit Malaria

Perkataan malaria berasal dari Bahasa Italia (mala = jelek ;

udara), jadi dahulu orang menduga bahwa penyakit malaria

disebabkan oleh udara yang kotor. Dalam penelitian yang lebih

modern ternyata penyakit malaria disebabkan oleh parasit bersel

tunggal yang disebut Protozoa. Parasit ini dipindahkan ke dalam

15
tubuh manusia melalui nyamuk Anopeles. Malaria adalah penyakit

infeksi yang luas penyebarannya di dunia dan di perkirakan 1/3

penduduk di dunia terkena penyakit infeksi ini sehingga

mempunyai pengaruh social (Widjajanti, 2014).

Penyakit malaria ada tiga macam yaitu Malaria Tertiana

yang disebabkan oleh Plasmodium Vivax dengan tanda demam

berkala 3 hari sekali sehari, Malaria Kwartana yang disebabkan

oleh Plasmodium Malaria dengan demam 4 hari sekali (Malaria

kwartana ini tidak ada di papua) dan Malaria Tropika yang

disebabkan oleh Plasmodium Falcifarum dengan tanda demam

tidak tertentu.

Plasmodium falcifarum yang dapat mengakibatkan Malaria

Tropika. Tanda-tanda atau gejala-gejala dari penderita Malaria ini

sangat khas. Serangan yang mendadak dingin menggigil, padas

badan yang semakin tinggi (naik). Pada saat badan nya panas

kepala penderita sangat pending sekali, kadang kala disertai

muntah-muntah, denyut nadi teraba cepat, badan terasa sakit/pegal

linu, banyak keringat keluar. Biasa kalau keringat banyak, suhu

badan akan menurun, Penderita malaria biasanya puca/lemah,

karena parasit (kuman) itu menyerang butir-butir darah merah.

Limpa teraba agak membesar, dan pada penderita malaria sudah

lama (kronis) limpanya bener-bener besar (Sudibyo, 2014).

16
4. Kebudayaan Dan Perilaku

Menurut (Kalangie, 2013) kebudayaan adalah suatu system

kognitif suatu system yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan,

dan nilai yang berbeda dalam pikiran anggota-anggota individual

masyarakat. Dengan kata lain, menurut pandagan ini berada dalam

“tatanan kenyataan yang indeasional”. Kebudayaan dipergunakan

dalam proses-proses orentasi, transaksi, pertemuan, perumusan

gagasan, penggolongan, dan penafsiran perilaku social nyata dalam

masyarakat mereka.

Menurut (Kalangie, 2013) Ada dua jenis tujuan kebudayaan

yaitu pencapaian hasil dan pengembangan ekonomi desa dan

pengembangan kepercayaan kmampuan diri dalam kehidupan

komunitas. Sasaran golongan pertama yang umumnya dianut oleh

pelaksanaan-pelaksanaan pemerintahan dan perencanaan ekonomi

pedesaan cenderung pendirian bahwa CD merupakan program

biyaya renda untuk memajukan berbagai sector pada tingkat desa

sehingga, dengan demikian, anggaran untuk kepentingan

pembangunan prasarana dan industry tidak terganggu atau dapat

lebih besar.

Sarana golongan kedua adalah bahwa melalui CD

penduduk pedesaan dapat memiliki atau dapat mengembangkan

kesadaran baru akan kebebasan dan keyakinan kemampuan diri,

serta berkemampuan secara mandiri untuk merencanakan,

melaksanakan, dan memantau projek-projek mereka sendiri.

17
Hubungan dengan itu, penggunaan konsep perilaku disini

berada dalam pengertian ketunggalannya dengan konsep kebudayaan

perilaku kesehatan seseorang sedikit atau banyak, terkait dengan

pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma dalam lingkugan-

lingkugan sosialnya, berkenan dengan etiologi, terapi, pencegahan

penyakit (penyakit-penyakit fisik, prikis, dan social). Dapat saja

seseorang memperlihatkan perilaku kesehatan adalah kegiatan-

kegiatan perawatan kesehatan yang dilakukan dalam suatu atau

banyak system social (organisasi) playanan kesehatan (Kalangie,

2013).

Konsep perilaku kesehatan memiliki kebudayaan tersendiri

karena merupakan kenyataan yang menunjukan bahwa komunikasi

gagasan-gagasan kesehatan baru berhasil bukan hanya karena

sudah diterima tetapi juga diadopsi atau dipraktekan dalam

bentuk-bentuk perilaku untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

pencegahan penyakit dan promosi kesehatan (Kalangie, 2013).

18
B. Kerangka Teori

Predisposising Factor
 Umur
 Jenis Kelamin
 Suku
 Sosial Budaya
 Pendidikan
 Pengetahuan

 Sikap
 Kepercayaan
 Penghasilan
 Pekerjaan
 Nilai-nilai

Enabling Factor

 Katersediaan Fasilitas Perilaku Penggunaan


Obat Tradisional
 Lingkungan Fisik

Reinforcing Factor

 Perilaku Petugas
Kesehatan

Gambar 4. Kerangka Teori

(Sumber: Green, 1980) dalam Alihana (2011)

19
C. Kerangka Konsep

Faktor yang berhubungan:


1. Umur
2. Jenis Kelamin Penggunaan Tumbuhan
3. Suku Obat Tradisional
4. Sosial Budaya
5. Pendidikan
6. Pengetahuan

Gambaran 1.2 Kerangka Konsep Penelitian

20
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancanggan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat observasional analitik

dengan desain studi cross-sectional. Penelitian analitik adalah penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel (Dahlan, 2012).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan pengetahuan keluarga

dengan penggunaan obat tradisional di Pada Masyarakat Kampung Sarmi

Atas Distrik Namblong Kabupaten Jayapura. Dalam penelitian cross

sectional, pengambilan data penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu

yang bersamaan (Notoatmodjo, 2014).

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kampung Sarmi Atas Distrik Namblong

Kabupaten Jayapura.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada Bulan Oktober 2019 di

Kampung Sarmi Atas Distrik Namblong Kabupaten Jayapura.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah penelitian meliputi seluruh warga masyarakat

Sarmi Atas dengan jumlah 172 KK yang terdiri dari 309 jiwa.

21
2. Sampel

Dari jumblah tersebut penulis mengadakan penarikan sampel

dengan cara memilih sampling jumlah yaitu dimana penulis tidak

memberikan kesempatan yang sama kepada anggota populasi untuk

menjadi sampel, tetapi sampel ini hanya dipilih dengan pertimbangan-

pertimbangan tertentu dari peneliti.

Sampel terdiri dari informasi pangkal atau pokok dalam peneliti

ini adalah aparat Kampung, Ondowafi di Kampung Sarmi Atas, Informan

pangkal berguna untuk mengetahui masyarakat yang memiliki pengaturan

pengobatan tradisional (Informan Kunci). Sedangkan informan tambahan

adalah masyarakat yang pernah menggunakan obat tradisional tersebut

terhadap pengobatan Penyakit Malaria. Berdasarkan keteragan sampel

diatas, maka jumlah sampel yang diambil penulis adalah 40 responden

dengan rincian sebagai berikut : Aparat Kampung 8 orang, Ondowafi 1

orang. Informan pangkal 5 orang, Informan tambahan 26 orang.

D. Hipotesis Penelitian

H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan keluarga dengan penggunaan

tanaman obat tradisional untuk pengobatan penyakit malaria Pada

Masyarakat Kampung Sarmi Atas Distrik Namblong Kabupaten

Jayapura

H1 : Ada hubungan pengetahuan keluarga dengan penggunaan tanaman

obat tradisional untuk pengobatan penyakit malaria Pada

Masyarakat Kampung Sarmi Atas Distrik Namblong Kabupaten

Jayapura

22
Tabel 1.2: Definisi Operasional Variabel dan Kriteria Objektif
Alat dan Cara
No Variabel Definisi Operasional Kriteria objektif Skala
Ukur

1. Pengunaan tanaman Masyarakat yang mengunakan obat Observasi data 1. Tidak menggunakan Nominal
obat tradisional tradisional di dalam mengobati menical record tanaman obat
penyakit malaria, system pengetahuan tradisional
masyarakat local yang telah terlibat 2. Mengunakan tanaman
dalam pemanfaatan secara turun- obat tradisional
temurun konsep perilaku kesehatan
memiliki kebudayaan
Masyarakat yang mengunakan obat Wawancara 1.Tidak menggunakan Nominal
2 Jenis tanaman obat tradisional di dalam mengobati tanaman obat tradisional
tradisional berbagai macam jenis penyakit dan
salah satu nya termasuk penyakit 2.Menggunakan tanaman
malaria obat tradisional
3. Pengetahuan Sistem pengetahuan masyarakat local Kuesioner Pengetahuan: Nominal
yang telah terlibat dalam pemanfaatan 1. Baik 76%-100%
secara turun-temurun 2. Cukup 56%-75%
3. Kurang < 55%
(Arikunto, 2010)
4. Jenis Tanaman Jenis tanaman yang digunakan Kuesioner Nominal
masyarakat sebagai bahan obat
tradisional
5. Cara pengolahan Cara yang dipakai masyarakat dalam Kuesioner
pengolahan tanaman obat tradisional Nominal
6 Takaran/Dosis Jumlah obat tradisional yang dipakai Kuesioner Nominal
masyarakat dalam sekali pengobatan
penyakit malaria

23
E. Alat Dan Cara Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan peneliti penulis

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti :

1. Teknik Observasi Partisipasi

Peneliti mengamati langsung tentang pemanfaatan tanaman

obat tradisional bersama masyarakat dan mengamati cara atau

proses pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat untuk

mengobati warga masyarakat yang menderita penyakit malaria.

2. Teknik Wawancara

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi

melalui wawancara terhadap beberapa informan dan responden yang

diangap mengatahui permasalahan yang diteliti. Wawancara dilakukan

terhadap warga masyarakat setempat yang memiliki kualifikasi

tertentu, yakni orang-orang yang pernah terlibat dalam proses

pengobatan tradisional. Teknik wawancara yang di gunakan adalah

teknik wawancara bebas terbuka. Bentuk wawancara ini digunakan

dengan maksut agar para informan dan responden yang

diwawancarai dapat memberikan keterangan yang panjang dan lebar

secara bebas tentu proses pemanfaatan tanaman obat tradisional

terhadap Penyakit Malaria pada masyarakat Kampung Sarmi Atas.

3. Studi Kepustakaan

Teknik ini dipakai untuk memperoleh data sekunder guna

melengkapi data-data primer di lapangan lewat pustaka yang telah

ada dan laporan-laporan yag ada relefansinya dengan judul dan

24
permasalahan yang ditulis seperti Suryabrata (2013), Hembing (2013),

Kuncoro (2012), Tampubolon (2010), Sudibyo (2009).

F. Teknik Pengelola Dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Pada penelitian ini meliputi tahapan sebagai berikut :

1. Editing

Langkah ini dilakukan agar data yang terkumpul dapat di

olah dengan baik. Data yang terkumpul dikoreksi kembali

sehingga kesalahan dalam, pencatatan dapat di perbaiki dan dapat

di baca secara jelas.

2. Coding

Yaitu memberikan kode pada data yang memudahkan

dalam memasukkan data ke program computer.

3. Entri Data

Adalah memindahkan data yang di peroleh kedalam file

Computer agar data dianalisis lebih lanjut.

4. Cleaning

Tahap pembersihan data bertujuan untuk mengecek kembali

data yang telah di masukan dalam program computer sehingga data

yang diolah merupakan data valid (Notoatmodjo, 2010).

25
DAFTAR PUSTAKA

Anderson F,2016. Antropologi Kesehatan. Universitas Indonesia (UI-Pless),


Jakarta.

Atjung D, 2012 Tumbuan Obat-Obatan di Indonesia. Kurnia Esa, Jakarta.

Data, 2017/2018.Puskesmas Namblong. Distrik Namblong Kabupaten


Jayapura

Entjang I,2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat .Yale Universiti USA, Bandung.

Hargono Dj,2013. Pemanpahatan Tanaman Obat Untuk Kesehatan


Keluarga. Bineka Cipta bekerja sama dengan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan dan Kesehatan RI, Jakarta

Jarvis D.C, 2018. Pengobatan Tradisional.Pionir Jaya, Bandung

Kartasapoetra, A,G, 2018. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. P.T Bina


Aksara, Jakarta.

Kuncoro DM, 2012. Sayuran, Buah-buahan yang sehat dan Berkhasiat


Obat. CV. Amalia Jakarta.

Kalangie N, 2013. Kebudayaan dan Kesehatan. P.T Kasaint Blanc Indah


Corp, Anggota IKAPI, Jakarta.

Leimena, 2011.Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta


LIPI,2010. Tumbuhan Obat . Balai Pusta, Jakarta

Masjhur J , 2018. Manusia Kesehatan dan Lingkugan. Yayasan


Adikarya IKAPI Bandung

Rahardi F, 2015. Membuat Kebun Tanaman Obat. Puspa Swara, Jakarta

Rismunandar, 2012.Rempah-rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Sinar


Baru, Bandung

Sarwono B, 2015. Jeruk dan Kerabatnya. Penerbar Swadaya, Jakarta.

Simbala H., 2017. Inventasi Tumbuan Obat Pada Masyarakat Suku


Yakasib, F Mipa Uncen, Papua

Sudibyo B, 2016. Ramuan Obat Tradisional. Pelayanan SP3T , Jokjakarta.

Suryabrata S,2003. Metodelogi Penelitian.PT Raja Grafindo Pesada.


Jakarta

26
Soesilo S, 2011. Pengawasan Obat Dan Makanan. Direktur Jenderal RI,
Jakarta

Soemirat J, 2014. Kesehatan Lingkugan. Gadjah Mada Universiti Press,


Anggota IKAPI Bandung

Sukarni M, 2014. Kesehatan Keluarga Lingkugan. Kanisius, Kanisius


Anggota IKAPI, Bogor.

Tampobolon O.T, 2011. Tumbuan Obat..Bharata Karya, Jakarta.

Tohir K.A, 2011. Bercocok Tanam Pohon Buah-buahan. Pradnya Pramita.

Widjajanti A, 2018, Obat-obatan, Penerbit Kanisius. (Angggota IKAPI)


Jogjakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai