Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Abepantai merupakan bagian dari wilayah kerja

puskesmas Abepantai, yang berada di Jl. Raya Abepantai RT 001/RW 007

Distrik Abepura Kota Jayapura. Dengan luas wilayah sebesar 96 km2 dan

berbatasan langsung dengan : (1) bagian timur, berbatasan dengan distrik

Jayapura Selatan (2) bagian baarat, berbatasan dengan Kabupaten Kerom (3)

bagian utara, berbtasan dengan dengan Kelurahan Asano Distrik Abepura (4)

bagian selatan, berbatasan dengan Koya Barat, secara geografis Puskesmas

Abepantai, Pustu Enggros, Nafri, Koya mempunyai letak pada lokasi yang

terletak pada jalur utama. Berdasarkan luas wilayah kerja Puskesmas

Abepantai, kelurahan Abepantai mempunyai jmlah penduduk sebesar 10.427

jiwa, dengan jumlah sebesar 3308 kepala keluarga, yang dibagi menjadi

perkampung yaitu Abepantai sebesar 10.427 jiwa, Nafri sebesar 2.109 jiwa,

Koya Koso sebesar 4.595 jiwa dan Enggros sebesar 584 jiwa.

Puskesmas Abepantai bekerja sesuai visi dan misi puskesmas yaitu

sebagai berikut, Visi : menjadi pusat pelayanan kesehatan dasar yang

bermutu, mandiri dan beriorentasi pada keluarga dan masyarakat agar

tercapai kelurahan/kampung sehat diwilayah kerja puskesmas Abepantai.

Misi (1) Meningkatkan kemitraan dengan semua pihak yang terkait dalam

pelayanan kesehatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang

"Lalong Mbeot"
kesehatan sehingga masyarakat bisa mandiri (2) Meningkatkan

profesionalisme sumber daya manusia dalam pelaksanaan pelayanan

kesehatan (3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu,

manusiawi serta terjangkau oleh seluruh masyarakat (4) Menurunkan resiko

kesakitan dan menaikan usia harapan hidup (5) Menjadikan puskesmas

sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat (6) Meningkatkan

kesejahteraan semua pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan.

Situasi ketenagaan di Puskesmas Abepantai sendiri berubah dari

tahun ketahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Abepantai per

31 desember 2017 : Nakes PNS (1) Dokter sebanyak 3 orang (2) perawat

sebanyak 9 orang (3) bidan sebanyak 9 orang (4) sanitarian sebayak 1 orang

(5) gizi sebanyak 3 orang (6) analis kesehatan sebanyak 3 orang (7) asisten

apoteker sebanyak 3 orang dan (8) tenaga admin/SMA sebanyak 1 orang.

Dengan Nakes non PNS (1) dokter kontrak sebanyak 1 orang (2) perawat

magang sebanyak 2 orang (3) bidan kontrak sebanyak 1 orang (4) sanitarian

magang sebanyak 1 orang (5) supir ambulance sebanyak 1 orang (6) cleaning

service sebanyak 1 orang, dengan demikian jumlah pekerja yang bertugas di

Puskesmas Abepantai sebanyak 38 orang. Sarana kesehatan Puskesmas

Abepantai terdiri dari rumah tunggu 1 buah, puskesmas 1 buah, puskesmas

pembantu 4 buah (Enggros, Nafri, Koya Koso dan Koya Karang), posbindu 1

buah dan posyandu sebanyak 13 buah, dengan jumlah kader yang aktif yaitu

sebanyak 65 orang. Sarana penunjang lainnya yaitu Mobil Puskesmas

"Lalong Mbeot"
Keliling (pusling) sebanyak 2 buah dan Motor sebanyak 9 buah (Pustu Nafri,

KB, Gizi, Imunisasi, P2M, Apotek dan Kesling).

4.2 Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Data yang dianalisis adalah kategori umur responden, pendidikan

responden, pekerjaan responden, pendapatan responden, paritas responden,

penyakit infeksi, asupan protein dan asupan energi. Data yang

dikumpulkan merupakan data primer yang berasal dari 50 responden yang

di wawancarai langsung di wilayah Puskesmas Abepantai Kota Jayapura.

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, paritas, penyakit infeksi, asupan protein dan asupan energi di
wilayah Puskesmas Abepantai Kota Jayapura (n=50)

Kasus Kontrol
No Variabel (%) (%) n
(n) (n)
1 Umur
a. <20 tahun 4 8 1 2 5
b. >20 tahun 21 42 24 48 45
Jumlah 25 50 25 50 100
2 Pendidikan
a. Rendah (SD- 1 2 9 18 10
SMP)
b. Tinggi (SMA-PT) 24 48 16 32 40
Jumlah 25 50 25 50 100
3 Pekerjaan
a. Bekerja 9 18 10 20 19
b. Tidak Bekerja 16 32 15 30 31
Jumlah 25 50 25 50 100
4 Pendapatan
a. Rendah 17 34 8 16 25
b. Tinggi 8 16 17 34 25
Jumlah 25 50 25 50 100
5 Paritas
a. > 3 anak 20 40 17 34 37
b. <3 anak 5 10 8 16 13

"Lalong Mbeot"
Kasus Kontrol
No Variabel (%) (%) n
(n) (n)
Jumlah 25 50 25 50 100
6 Penyakit Infeksi
a. Ya 7 14 4 8 11
b. Tidak 18 36 21 42 39
Jumlah 25 50 25 50 100
7 Asupan Energi
a. Rendah <80% 17 34 8
16 25
AKG
b. Cukup 80% AKG 8 16 17 34 25
Jumlah 25 50 25 50 100
8 Asupan Protein
a. Rendah <80%
18 36 8 26 26
AKG
b. Cukup 80% AKG 7 14 17 24 24
Jumlah 25 50 25 50 100
Sumber: Data Primer 2019

Tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa dari 50 responden

berdasarkan umur diketahui ibu dengan umur >20 tahun paling banyak

dalam kelompok Kontrol sebanyak 28 (48%) orang, dan kelompok kasus

sebanyak 24 (48%) orang.

Berdasarkan pendidikan paling banyak kasus dengan tingkat

pendidikan Tinggi (SMA-PT) sebanyak 28 (48%) orang, kelompok kontrol

sebanyak 16 (32%) orang. Berdasarkan pekerjaan ibu yang tidak bekerja

paling banyak kelompok kasus sebanyak 16 (32%) orang, sedangkan

kelompok kontrol paling banyak ibu yang tidak bekerja sebanyak 15 30%)

orang. Berdasarkan pendapatan paling banyak kelompok kasus dengan

tingkat pendapatan rendah sebanyak 17 (34%) orang, sedangkan kelompok

kontrol paling banyak dengan tingkat pendapatan tinggi sebanyak 17

(34%) orang.

"Lalong Mbeot"
Berdasarkan paritas paling banyak kelompok kasus dengan

paritas > 3 anak sebanyak 24 (40%) orang, dan kelompok kasus paling

banyak dengan paritas > 3 anak sebanyak 17 (34%) orang. Berdasarkan

penyakit infeksi paling banyak dengan kelompok kontrol tidak ada

penyakit infeksi sebanyak 21 (42%) orang, dan kelompok kasus paling

banyak tidak ada penyakit infeksi sebanyak 18 (36%) orang. Berdasarkan

asupan energi kelompok kasus paling banyak dengan asupan energi rendah

sebanyak 17 (34%) orang, sedangkan kelompok kontrol paling banyak

dengan asupan energi tinggi sebanyak 17 (34%) orang. Berdasarkan

asupan protein kelompok kasus paling banyak dengan asupan protein

rendah sebanyak 18 (36%) orang, sedangkan kelompok kotrol paling

banyak dengan asupan protein tinggi sebanyak 17 (34%) orang.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan antara umur ibu dengan kejadian kurang energi kronik

(KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura

tahun 2019

Tabel 4.2 Hubungan antara umur ibu dengan kejadian kurang energi
kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota
Jayapura tahun 2019
KEK
KEK Tidak KEK Jumlah
Umur Ibu
< 23,5 CM > 23,5 CM
n % n % n %
<20 tahun 4 8 1 2 5 10
>20 tahun 21 42 24 48 45 90
Jumlah 25 50 25 50 50 100
P value: 0,157 OR: 4.571 95% CI: .473-44.170

"Lalong Mbeot"
Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa dari 50

responden kelompok kontrol paling banyak dengan Tidak KEK > 23,5

CM pada usia >20 tahun sebanyak 24 (48%) orang, dan kelompok

kasus paling banyak dengan KEK < 23,5 CM sebanyak 21 (42%) orang.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh P value = 0,157, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh

nilai 4.571 dan nilai 95% CI (0,473 - 44.170), maka disimpulkan tidak

ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian kurang energi kronik

(KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun

2019.

b. Hubungan antara Pendidikan ibu dengan kejadian kurang energi

kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota

Jayapura tahun 2019

Tabel 4.3 Hubungan antara Pendidikan ibu dengan kejadian kurang


energi kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas
Abepantai Kota Jayapura tahun 2019
KEK
KEK Tidak KEK Jumlah
Pendidikan Ibu
< 23,5 CM > 23,5 CM
n % n % n %
Rendah (SD-SMP) 1 2 9 18 10 20
Tinggi (SMA-PT) 24 48 16 32 40 80
Jumlah 25 50 25 50 50 100
P value: 0,005 OR: .074 95% CI: .009 -.643

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa dari 50

responden pendidikan paling banyak kasus dengan tingkat pendidikan

Tinggi (SMA-PT) sebanyak 28 (48%) orang, kelompok kontrol

sebanyak 16 (32%) orang.

"Lalong Mbeot"
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh P value = 0,005, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh

nilai 0,074 dan nilai 95% CI (0,009 -.643), maka disimpulkan Ada

hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian kurang energi kronik

(KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun

2019.

c. Hubungan antara Pekerjaa ibu dengan kejadian kurang energi

kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota

Jayapura tahun 2019

Tabel 4.4 Hubungan antara Pekerjaa ibu dengan kejadian kurang energi
kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota
Jayapura tahun 2019
KEK
KEK Tidak KEK Jumlah
Pekerjaan
< 23,5 CM > 23,5 CM
n % n % n %
Bekerja 9 18 10 20 19 38
Tidak bekerja 16 32 15 30 31 62
Jumlah 25 50 25 50 50 100
P value: 0,771 OR: 0.844 95% CI: .269-2.647

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa dari 50

responden pekerjaan ibu yang tidak bekerja paling banyak kelompok

kasus sebanyak 16 (32%) orang, sedangkan kelompok kontrol paling

banyak ibu yang tidak bekerja sebanyak 15 (30%) orang.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh P value = 0,771, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh

nilai 0.844 dan nilai 95% CI (0, 269-2.647), maka disimpulkan tidak

ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian kurang energi

"Lalong Mbeot"
kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura

tahun 2019.

d. Hubungan antara Pendapatan dengan kejadian kurang energi

kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota

Jayapura tahun 2019

Tabel 4.5 Hubungan antara Pendapatan dengan kejadian kurang energi


kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota
Jayapura tahun 2019
KEK
KEK Tidak KEK Jumlah
Pendapatan
< 23,5 CM > 23,5 CM
n % n % n %
Rendah 17 34 8 16 25 50
Tinggi 8 16 17 34 25 50
Jumlah 25 50 25 50 50 100
P value: 0,011 OR: 4.516 95% CI: 1.376-14.820

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa dari 50

responden pendapatan paling banyak kelompok kasus dengan tingkat

pendapatan rendah sebanyak 17 (34%) orang, sedangkan kelompok

kontrol paling banyak dengan tingkat pendapatan tinggi sebanyak 17

(34%) orang.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh P value = 0,011, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh

nilai 4.516 dan nilai 95% CI (1.376-14.820), maka disimpulkan Ada

hubungan antara pendapatan dengan kejadian kurang energi kronik

(KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun

2019.

"Lalong Mbeot"
e. Hubungan antara Paritas dengan kejadian kurang energi kronik

(KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura

tahun 2019

Tabel 4.6 Hubungan antara Paritas dengan kejadian kurang energi


kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota
Jayapura tahun 2019
KEK
KEK Tidak KEK Jumlah
Paritas
< 23,5 CM > 23,5 CM
n % n % n %
Ya > 3 Anak 20 40 17 34 37 74
Tidak <3 Anak 5 10 8 16 13 26
Jumlah 25 50 25 50 50 100
P value: 0.333 OR: 1.882 95% CI: .518- 6.845

Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa dari 50

responden paling banyak kelompok kasus dengan paritas > 3 anak

sebanyak 24 (40%) orang, dan kelompok kasus paling banyak dengan

paritas > 3 anak sebanyak 17 (34%) orang.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh P value = 0,333, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh

nilai 1.882 dan nilai 95% CI (0.518- 6.845), maka disimpulkan Tidak

Ada hubungan antara Paritas dengan kejadian kurang energi kronik

(KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun

2019.

"Lalong Mbeot"
f. Hubungan antara Penyakit Infeksi dengan kejadian kurang energi

kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota

Jayapura tahun 2019

Tabel 4.7 Hubungan antara Penyakit Infeksi dengan kejadian kurang


energi kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai
Kota Jayapura tahun 2019
KEK
KEK Tidak KEK Jumlah
Penyakit Infeksi
< 23,5 CM > 23,5 CM
n % n % n %
Ya 7 14 4 8 11 22
Tidak 18 36 21 42 39 78
Jumlah 25 50 25 50 50 100
P value: 0, 306 OR: 2.042 95% CI: .513-8.119

Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa dari 50

responden paling banyak dengan kelompok kontrol tidak ada penyakit

infeksi sebanyak 21 (42%) orang, dan kelompok kasus paling banyak

tidak ada penyakit infeksi sebanyak 18 (36%) orang.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh P value = 0,333, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh

nilai 2.042 dan nilai 95% CI (0.513-8.119), maka disimpulkan Tidak

Ada hubungan antara Penyakit Infeksi dengan kejadian kurang energi

kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura

tahun 2019.

"Lalong Mbeot"
g. Hubungan antara Asupan Energi dengan kejadian kurang energi

kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota

Jayapura tahun 2019

Tabel 4.8 Hubungan antara Asupan Energi dengan kejadian kurang


energi kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas
Abepantai Kota Jayapura tahun 2019
KEK
KEK Tidak KEK Jumlah
Asupan Energi
< 23,5 CM > 23,5 CM
n % n % n %
Rendah <80% 17 34 8
16 25 50
AKG
Cukup > 80% AKG 8 16 17 34 25 50
Jumlah 25 50 25 50 50 100
P value: 0,011 OR: 4.516 95% CI: 1.376-14.820

Berdasarkan tabel 4.8 diatas diketahui bahwa dari 50

responden kelompok kasus paling banyak dengan asupan energi rendah

sebanyak 17 (34%) orang, sedangkan kelompok kontrol paling banyak

dengan asupan energi tinggi sebanyak 17 (34%) orang.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh P value = 0,011, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh

nilai 4.516 dan nilai 95% CI (1.376-14.820), maka disimpulkan Ada

hubungan antara Asupan Energi dengan kejadian kurang energi kronik

(KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun

2019.

"Lalong Mbeot"
h. Hubungan antara Asupan Protein dengan kejadian kurang energi

kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota

Jayapura tahun 2019

Tabel 4.9 Hubungan antara Asupan Protein dengan kejadian kurang


energi kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas
Abepantai Kota Jayapura tahun 2019
KEK
KEK Tidak KEK Jumlah
Asupan Protein
< 23,5 CM > 23,5 CM
n % n % n %
Rendah <80% AKG 18 36 8 26 26 52
Cukup > 80% AKG 7 14 17 24 24 48
Jumlah 25 50 25 50 50 100
P value: 0,005 OR: 4,516 95% CI: 1.627-18.357

Berdasarkan tabel 4.9 diatas diketahui bahwa dari 50

responden kelompok kasus paling banyak dengan asupan protein rendah

sebanyak 18 (36%) orang, sedangkan kelompok kotrol paling banyak

dengan asupan protein tinggi sebanyak 17 (34%) orang.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh P value = 0,005, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh

nilai 4,516 dan nilai 95% CI (1.627-18.357), maka disimpulkan Ada

hubungan antara Asupan Protein dengan kejadian kurang energi kronik

(KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun

2019.

"Lalong Mbeot"
3. Analisis Mulitivariat

Variabel yang bermakna secara statistik pada analisis bivariat

kemudian dianalisis secara multivariat. Analisis multivariat yang

digunakan adalah regresi logistik.

Tabel 4.10 Regresi logistik Ganda kejadian kurang energi kronik (KEK)
pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun
2019
B S.E. Wald df Sig. Exp (B)
Umur 2,849 1,949 2,137 1 ,144 17,278
Pendidikan -2,702 1,397 3,739 1 ,053 ,067
Pekerjaan ,424 ,971 ,191 1 ,662 1,529
Pendapatan 2,591 1,222 4,496 1 ,034 13,345
Paritas -,384 ,971 ,157 1 ,692 ,681
Penyakit infeksi -1,190 1,352 ,774 1 ,379 ,304
Asupan energi 1,857 ,887 4,382 1 ,036 6,402
Asupan protein 3,087 1,185 6,786 1 ,009 21,922
Constant -9,622 6,060 2,521 1 ,112 ,000
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa variabel yang memiliki

pengaruh terhadap kejadian kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil di

puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun 2019 adalah Pendidikan,

Pendapatan, Asupan energi, Asupan protein.

"Lalong Mbeot"
4.3 Pembahasan

Kekurangan energi kronik (KEK) adalah suatu keadaan patologis

akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut atau lebih zat

gizi (malnutrisi). Mekanisme timbulnya kekurangan energi kronik berawal

dari faktor lingkungan dan manusia yang didukung dengan kurangnya

konsumsi zat gizi pada tubuh, jika hal ini terjadi maka simpanan zat-zat pada

tubuh akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan bila keadaan ini terus

berlangsung lama, maka simpanan zat gizi tersebut akan habis sehingga

berakibat pada kemerosotan jaringan (Almiran & fallah, 2004).

Kekurangan energi kronis merupakan suatu keadaan dimana status

gizi seseorang berada pada kondisi yang kurang baik. Hal ini dapat

disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan dan sumber energi yang

mengandung zat mikro. Kebutuhan wanita hamil akan meningkat dari

biasanya dimana pertukaran dari hampir semua beban terjadi sangat aktif

terutama pada trimester III. Karena itu peningkatan jumlah konsumsi makan

perlu ditambah, terutama konsumsi pangan sumber energi untuk memenuhi

semua kebutuhan ibu dan janin, maka kurang mengkonsumsi kalori akan

menyebabkan malnutrisi atau biasanya disebut KEK. Kontribusi dari

terjadinya KEK ibu hamil akan mempengaruhi tumbuh kembang janin antara

lain dapat meningkatkan resiko BBLR (Depkes RI, 2013).

Beberapa teori menyebutkan bahwa kejadian KEK (Kekurangan

Energi Kronik) dapat dipicu atau disebabkan oleh beberapa hal seperti tingkat

"Lalong Mbeot"
pendidikan, pekerjaan, umur, pendapatan, jumlah anak, asupan gizi, dan

penyakit infeksi.

a. Hubungan antara umur ibu dengan kejadian kurang energi kronik

(KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun

2019

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 50 responden

kelompok kontrol paling banyak dengan Tidak KEK > 23,5 CM pada usia

>20 tahun sebanyak 24 (48%) orang, dan kelompok kasus paling banyak

dengan KEK < 23,5 CM sebanyak 21 (42%) orang.

Umur seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu

muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari

35 tahun, berisiko tinggi untuk melahurkan. Wanita hamil kurang dari 20

tahun memiliki dapat menagalami gangguan kesehatan pertumbuhan dan

perkembangan janin serta ditambah dengan tekanan (stess) psikologi,

social, ekonomi. Sedangkan ibu hamil yang berusia diatas 35 tahun

sebagaian besar mengalami kehamilan yang sehat dan dapat melahirkan

dengan sehat pula. Tetapi bebrapa penelitian meyatakan semakin matang

usia ibu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya beberapa resiko

gangguan kehamilan.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh P

value = 0,157, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 4.571

dan nilai 95% CI (0,473 - 44.170), maka disimpulkan tidak ada hubungan

"Lalong Mbeot"
antara umur ibu dengan kejadian kurang energi kronik (KEK) pada ibu

hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun 2019.

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa usia ibu hamil tidak

berhubungan dengan kejadian KEK. Hal ini dikarenakan usia responden

paling banyak pada umur 20-35 tahun yang merupakan umur yang paling

baik untuk ibu hamil sehingga tidak ada hubungan umur pada penelitian

ini dengan kejadian KEK. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hafifah W (2016) didapatkan hasil tidak ada hubungan

yang bermakna antara umur dengan kejadian KEK.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa dari hasil

wawancara sebagian besar respon memiliki umur saat kehamilan

pertamanya yang terlalu muda yang berumur kurang dari 20 tahun, hal

inilah yang menjadi penyabab ibu dengan umur yang muda memiliki

peluang 13,500 kali berisiko terkena KEK, sehingga umur merupakan

salah satu faktor penting dalam proses kehamilan dan persalinan, karena

kehamilan pada ibu yang berumur muda menyebabkan meningkatnya

kebutuhan gizi dalam masa perkembangan janin demikian juga dengan

kebutuhan gizi ibu. Usia kurang dari 20 tahun merupakan ibu hamil yang

beresiko dan dikhawatirkan pasokan gizi terutama protein untuk janin

kurang.

"Lalong Mbeot"
b. Hubungan antara Pendidikan ibu dengan kejadian kurang energi

kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura

tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 50 responden

pendidikan paling banyak kasus dengan tingkat pendidikan Tinggi (SMA-

PT) sebanyak 28 (48%) orang, kelompok kontrol sebanyak 16 (32%)

orang.

Pendidikan merupakan salah satu faktor panyebab terjadinya

kurang energi kronik pada ibu hamil, karena tingkat pendidikan yang lebih

tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki tentang gizi

khususnya konsumsi makanan yang bergizi dalam kebutuhan ibu selama

kehamilan, sehingga tingkat pendidikan ibu berpengaruh pada kebutuhan

asupan gizi yang harus dipenuhi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

dari hasil wawancara yang didapatkan bahwa ibu hamil yang didaptkan

bahwa ibu hamil yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah sulit

dalam hal memahami informasi terkait dengan kebutuhan gizi, sehinggah

sangat mempengaruhi pola makan dan kebutuhan gizi selama masa

kehamilan. Oleh karena itu ibu yang pendidikannya rendah memiliki

peluang 6,000 kali berisiko mengalami kurang energi kronik pada ibu

hamil serta dipengaruhi oleh asupan gizi yang kurang.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh P

value = 0,005, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 0,074

dan nilai 95% CI (0,009 -.643), maka disimpulkan Ada hubungan antara

"Lalong Mbeot"
pendidikan ibu dengan kejadian kurang energi kronik (KEK) pada ibu

hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun 2019.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

dengan Fitrianingsih (2014), bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara pendidikan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas

Tompobulu Kabupaten Gowa dengan hasil p-value = 0,04, dimana status

pendidikan ibu hamil juga sangat berpengaruh terhadap kualitas dan

kuantitas konsumsi makanan, karena dengan pendidikan yang lebih tinggi

diharapkan pengetahuan dan informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi

lebih baik. Berbedah dengan penelitian yang dilakukan oleh Efrianita Nur

Agustan (2010) di Kecamatan Jebres Surakarta dengan nilai p = 0,678,

hasil tersebut mengatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

berpengaruh tidak langsung terhadap KEK.

Sesuai dengan teori Djeni (2000) mengatakan bahwa tingkat

pendidikan turut menetukan mudah tidaknya seorang menyerap dan

memahami pengetahuan gizi dan kesehatan. Pada masyarakat dengan

pendidikan rendah akan lebih kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang

berhubungan makanan yang lenih beraneka ragam bergizi seimbang.

Diharapkan dengan pendidikan yang cukup juga akan

mempengaruhi pengetahuannya termasuk dnegan memili makanan.

Berdasarkan Teori Empirisme oleh John Locke dalam wawan (2010)

pengalaman-pemgalam yang diperoleh individu termasuk pendidikan yang

diterima oleh individu yang bersangkutan akan menentukan perkembangan

"Lalong Mbeot"
seseorang dan individu dan mampu untuk membentuk pribadi individu

tersebut. Pendidikan formal mempengaruhi pendidikan seseorang, dimana

yang diharapkan orang yang berpendidikan tinggi akan semakin luas juga

pengetahuannya (Februhartanty, 2010).

c. Hubungan antara Pekerjaan ibu dengan kejadian kurang energi

kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura

tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 50 responden

pekerjaan ibu yang tidak bekerja paling banyak kelompok kasus sebanyak

16 (32%) orang, sedangkan kelompok kontrol paling banyak ibu yang

tidak bekerja sebanyak 15 (30%) orang.

Pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan yang dikerjakan

seseorang untuk mendapatkan nafkah, hasil atau pencaharian. Orang yang

sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu

yang lebih untuk meperoleh informasi karena orang yang berkeja akan

lebih banyak berinteraksi dnegan ornag lain dari pada yang tidak bekrja

(Depkes RI, 2006). Menurut Nursalam (2003) pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetepi pekerjaan merupakan cara seseorang untuk mencari

nafkah bagi kelurganya yang dilakukan secara berulang dan penuh dengan

tantangan. Ibu bekerja untuk mencari nafkah bagi kepentingan dirinya

sendiri maupun keluarganya, faktor bekerja saja tidak terlalu member

peran terhadap timbulnya suatu masalah pada ibu hamil akan tetapi kondisi

bekerja yang menonjol serta aktivitas syang berlebihan dan kurangnya

"Lalong Mbeot"
istirahat saat bekerja berpengaruh besar terhadap kehamilan dan kesehatan

janin yang dikandungnya (Depkes RI, 2008).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh P

value = 0,771, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 0.844

dan nilai 95% CI (0, 269-2.647), maka disimpulkan tidak ada hubungan

antara pendidikan ibu dengan kejadian kurang energi kronik (KEK) pada

ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun 2019.

Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakuan oleh Hafifah Wijayanti (2016) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan pekerjaan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di peroleh hasil

p-value = 0,009, dimana ibu yang tidak bekrja adalah IRT (ibu rumah

tangga) yang justru banyaka mengalami kejadian KEK. Namun hal ini

tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggi Nurhasna

Furqi (2016), yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara

pekerjaan ibu hamil dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas

Halmahera Semarang dengan hasil p-value = 0,438.Berdasarkan penelitian

yang dilakukan dengan wawancara bahwa ibu yang tidak berkeja adalah

IRT (ibu rumah tangga) justru banyak yang mengalami KEK, karena ibu

yang tidak bekerja justru tidak memiliki waktu untuk memenuhi

kebutuhan enrgi yang diperlukan, disamping itu ibu yang tidak bekerja

tidak memiliki akses info yang bayak karena setidaknya waktu dan beban

kerja yang dikerjakan setiap hari sangat bnayak seperti harus mengerjakan

pekerjaan rumah sendiri, seperti mengurus rumah, mengurus anak dan

"Lalong Mbeot"
suami sehingga beban kerja yang dilakukan ibu hamil sangat

mempengaruhi kebutuhan gizi yang diperlukan.

Sesuai dengan teori Bandich (1993) yang di kutip oleh Shaw

(2003), menyatakan bahwa ibu hamil yang bekerja mempunyai waktu

lebih sedikit yang menyiapkan makanan yang berpengaruh pada status gizi

ibu hamil. Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi

untuk ibu hamil. Status gizi juga didefinisika sebagai statsus kesehatan

yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan

nutrient.

d. Hubungan antara Pendapatan dengan kejadian kurang energi kronik

(KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun

2019

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 50 responden

pendapatan paling banyak kelompok kasus dengan tingkat pendapatan

rendah sebanyak 17 (34%) orang, sedangkan kelompok kontrol paling

banyak dengan tingkat pendapatan tinggi sebanyak 17 (34%) orang.

Mendes et.al (1999), faktor pendapatan memiliki peran besar

dalam persoalan gizi dan kebiasaan makan keluarga terutama tergantung

pada kemampuan keluarga untuk memneli pangan yang dibutuhkan

keluarga tersebut. Tingkatan pendapatan menentukan pola makanan apa

yang dibeli, semakin tinggi pendapatan semakin bertambah pula

pengeluaran untuk belanja. Peningkatan pendapatan rumah tangga

terutama bagi kelompok rumah tangga miskin dapat meningkatkan status

"Lalong Mbeot"
gizi, karena peningkatan pendapatan tersebut memungkinkan mereka

mampu membeli pangan berkualitas dan berkuantitas yang lebih baik.

Keadaan ekonomi merupakan faktor yang penting dalam menentukan

jumlah dan macam barang atau pangan yang tersedia dalam rumah tangga.

Semakin tinggi pendapatan maka cenderung pengeluaran total dan

pengeluaran pangan semakin tinggi (Mursiyam dkk, 2008). Dengan

demikian pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas

dan kuantitas makanan.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh

P value = 0,011, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 4.516

dan nilai 95% CI (1.376-14.820), maka disimpulkan Ada hubungan antara

pendapatan dengan kejadian kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil

di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun 2019.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mohammad Sadli (2011), bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pendapatan keluarga dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas

Cibolang Cirebon, dengan nilai p = 0,001. Berbeda dengan penelitian

Johanis (2011) yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan anatara

pendapatan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Kecamatan Singkil

Kota Manado, dengan nilai p = 0,565. Hasil tersebut menyatakan bahwa

walaupun pendapatan keluarga rendah, tetapi mereka memiliki

pengetahuan yang cukup tentang makanan bergizi sehingga terjadi

"Lalong Mbeot"
keseimbangan antara masukan makanan dengan kebutuhan makanan yang

diperlukan tubuh.

Responden dalam penelitian ini sebagian besar tidak bekerja atau

hanya sebagai ibu rumah tangga sehingga pendapatan keluarga hanya

berasal dari suami. Pendapatan keluarga per bulan hanya berasal dari

suami rata-rata ≤ UMK Kota Jayapura tahun 2019, yaitu sebesar Rp.

3.240.900,-/bulan. Pendapatan keluarga mencerminkan kemampuan

masyarakat dari segi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

termasuk kebutuhan kesehatan dan pemenuhan zat gizi. Hal ini pada

akhirnya berpengaruh terhadap kondisi kehamilan ibu (Hasnah, 2011).

Seseorang dengan ekonomi yang tinggi maka kemungkinan besar

gizi yang dibutuhkan akan tercukupi serta adanya pemeriksaan kehamilan

yang membuat gizi ibu semakin terpantau (Asiyah dkk, 2013). Akan tetapi

selain faktor ekonomi, juga terdapat faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi kejadian KEK pada ibu hamil, diantaranya adalah: asupan

makanan atau pola konsumsi, penyakit infeksi, pengetahuan ibu, usia ibu

hamil, jarak kehamilan dan faktor perilaku (Supariasa, 2002).

e. Hubungan antara Paritas dengan kejadian kurang energi kronik

(KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun

2019

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 50 responden

paling banyak kelompok kasus dengan paritas > 3 anak sebanyak 24 (40%)

"Lalong Mbeot"
orang, dan kelompok kasus paling banyak dengan paritas > 3 anak

sebanyak 17 (34%) orang.

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu.

Paritas merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya KEK pada ibu

hamil. Biasanya ibu dengan paritas lebih dari 5 kali memiliki

kemungkinan besar ubtuk melahirkan bayi BBLR (Puji E, dkk. 2007).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan tidak ada

hubungan antara paritas dengan kejadian KEK pada ibu hamil di

Puskesmas Abepantai, peneliti berasusmsi bahwa dari hasil wawancara

hamper sebagaian besar ibu hamil memiliki jumlah anak yang lebih dari 3,

namun dengan umur awal kehamilan, yang cukup muda memiliki masa

waktu yang cukup panjang hal ini yang membuat hampir seluruh ibu

memiliki jumlah anak yang lebih dari 3 dengan jarak yang cukup jauh

serta di dukung oleh penggunaan program KB sehinggah memiliki jarak 1

– 2 tahun saat masa kehamilan.

Menurut Mochtar (1998), paritas adalah seorang wanita yang

pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. A Ibugis D (2008), menyatakan

bahwa ibu hamil yang memiliki paritas lebih dari 4 orang lebih berisiko

dibandingkan dengan ibu yang mempunyai paritas kurang dari 4 oramg.

Lenih lanjut dijelaskan bahwa kondisi kesehatan ibu hamil sangat

dipengaruhi oleh umur, paritas, penyakit infeksi, dan riwayat kehamilan

seperti keguguran dan pendarahan, bahkan pada ibu hamil yang

mengalami KEK faktor terlalu sering dan terlalu bnayak melahirkan juga

"Lalong Mbeot"
menjadi penyebab tidak langsung pada kehamilan ibu hamil (Depkes R.I.

2000).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh P

value = 0,333, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 1.882

dan nilai 95% CI (0.518- 6.845), maka disimpulkan Tidak Ada hubungan

antara Paritas dengan kejadian kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil

di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun 2019.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari penelitian

Novitasari (2016) tidak ada hubungan paritas dengan kejadian KEK pada

ibu hamil di Desa Sukowono Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember

dengan nilai signifikan (p) = 0,384 > α (0,05). Namun hal ini berbeda

dengan hasil penelitian yang dilakukan Sumini (2017) Ada Hubingan

Paritas Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) di BPM Ny.

“A” Desa Gombang Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo dengan uji

statistik Contingency Coefficient dengan taraf signifikan 0,05

menunjukkan hubungan paritas dengan kejadian KEK mempunyai

tingkatan rendah.

f. Hubungan antara Penyakit Infeksi dengan kejadian kurang energi

kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota

Jayapura tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 50 responden

paling banyak dengan kelompok kontrol tidak ada penyakit infeksi

"Lalong Mbeot"
sebanyak 21 (42%) orang, dan kelompok kasus paling banyak tidak ada

penyakit infeksi sebanyak 18 (36%) orang.

Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang

gizi sebagai akibat menurunnya nafsu makan. Adanya gangguan

penyerapan dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat

gizi oleh adanya penyakit. Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi

kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat.

Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan kaadaan gizi yang

jelek dapat mempermudah infeksi. Penyakit umum yang terjadi pada

penyakit infeksi antara lain diare, tuberculosis dan malaria (supriasa,

2002).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh P

value = 0,333, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 2.042

dan nilai 95% CI (0.513-8.119), maka disimpulkan Tidak Ada hubungan

antara Penyakit Infeksi dengan kejadian kurang energi kronik (KEK) pada

ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun 2019.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan di

Kabupaten Banjarnegara dimana diperoleh probabilitas 0,123 (p > 0,05)

atau dapat dikatakan tidak ada hubungan antara penyakit infeksi dengan

keadaan KEK pada ibu hamil di Kabupaten Banjarnegara tahun 2005. Dari

hasil analisis diperoleh OR=2,737 (CI = 0,744 - 10,074) dengan taraf

kepercayaan 95% maka ibu hamil yang terkena penyakit infeksi

mempunyai risiko relatif sama untuk terkena KEK dibandingkan dengan

"Lalong Mbeot"
ibu hamil yang tidak terkena penyakit infeksi. Hal ini terjadi karena ibu

hamil selalu memeriksakan keadaan kesehatannya setiap bulan ke tenaga

kesehatan. Dengan adanya hal tersebut maka mempengaruhi korelasi

antara penyakit infeksi dengan keadaan KEK pada Ibu hamil di Kabupaten

Banjarnegara.

Menurut Suhardjo (1996) dalam Ningrum (2010), status gizi

merupakan bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya

status gizi yang mempengaruhi kesehatan tetapi status kesehatan juga

mempengaruhi status gizi. Infeksi dan demam dapat menyebabkan

merosotnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan

mencerna makanan. Parasite dalam usus seperti cacing gelang dan cacing

pita bersaing dengan tubuh dalam memperoleh makanan dan dengan

demikian menghalangi zat gizi kedalam arus darah. Keadaan demikian

membantu terjadinya kurang gizi. Supariasa (2001) dalam Ningrum

(2010), menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara interaksi

(bakteri, virus dan parasite) dengan malnutrisi.

g. Hubungan antara Asupan Energi dengan kejadian kurang energi

kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota

Jayapura tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 50 responden

kelompok kasus paling banyak dengan asupan energi rendah sebanyak 17

(34%) orang, sedangkan kelompok kontrol paling banyak dengan asupan

energi tinggi sebanyak 17 (34%) orang.

"Lalong Mbeot"
Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam

mengukur status gizi masyarakat. Jika asupan gizi untuk ibu hamil dari

makanan tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi

defisiensi zat gizi. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme

energi. Kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama

kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ

kandungan, serta perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu.

Kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat

menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna (Rahmaniar dkk, 2011).

Secara umum kejadian KEK tidak hanya dipengaruhi oleh asupan

energi dan protein, melainkan semua zat gizi dapat memberi kontribusi

terhadap kejadian ini, namun demikian besarnya pengaruh asupan energi

dan protein sebagai prediktor terkuat terhadap kejadian KEK. Kebutuhan

energi pada masa kehamilan dari Trimester I, II dan III mengalami

peningkatan secara signifikan, dimana kebutuhan energi ibu hamil

dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan plasenta, serta pembentukan

enzim dan hormon yang mengatur pertumbuhan janin. Kalori ini

diperlukan ibu untuk dapat berfungsi dengan baik. Ibu hamil yang

mengalami kekurangan gizi (KEK) selama kehamilan memiliki resiko

tinggi melahirkan bayi dan mengalami kerusakan otak dan sumsum tulang

karena 2-5 minggu pertama adalah pembentukan sistem syaraf dan

cenderung akan melahirkan bayi berat badan lahir rendah(BBLR).

"Lalong Mbeot"
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh P

value = 0,011, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 4.516

dan nilai 95% CI (1.376-14.820), maka disimpulkan Ada hubungan antara

Asupan Energi dengan kejadian kurang energi kronik (KEK) pada ibu

hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun 2019. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gotri Marsedi (2016)

yang menunjukan hasil hubungan bermakna antara asupan energi dengan

kejadian KEK ibu hamil dengan nilai p= 0,006 .

Menurut Supariasa dkk., 2012 penyebab kurang energi kronik

(KEK) disebabkan dari faktor lingkungan dan faktor manusia yang

didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi, maka simpanan zat gizi

pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini

berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi

kemerosotan jaringan. Akibat kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil

dapat berakibat pada ibu hamil dan bayi yang dikandung.

a. Hubungan antara Asupan Protein dengan kejadian kurang energi

kronik (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Abepantai Kota

Jayapura tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 50 responden

kelompok kasus paling banyak dengan asupan protein rendah sebanyak 18

(36%) orang, sedangkan kelompok kotrol paling banyak dengan asupan

protein tinggi sebanyak 17 (34%) orang.

"Lalong Mbeot"
Status gizi merupakan ukuran keberhasilan dalam pemenuhan

nutrisi untuk ibu hamil. Gizi ibu hamil merupakan nutrisi yang diperlukan

dalam jumlah yang banyak untuk pemenuhan gizi ibu sendiri dan

perkembangan janin yang dikandungnya. Kebutuhan makanan dilihat

bukan hanya dalam porsi yang dimakan tetapi harus ditentukan pada mutu

zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi

(Pangemanan, dkk, 2013).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh

P value = 0,005, hasil perhitungan Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 4,516

dan nilai 95% CI (1.627-18.357), maka disimpulkan Ada hubungan antara

Asupan Protein dengan kejadian kurang energi kronik (KEK) pada ibu

hamil di puskesmas Abepantai Kota Jayapura tahun 2019.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Fatma Dyah Nurbaiti (2016) Ada hubungan antara asupan energi dan

protein dengan kejadian KEK pada wanita usia 20-35 tahun di Desa

Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

Tingkat konsumsi energi sesuai Riskesdas 2013, protein dan zat

besi ibu hamil, diperoleh dengan cara membandingkan jumlah rata-rata

konsumsi energi protein dan zat besi ibu hamil dengan AKG (Angka

Kecukupan Gizi) yang dianjurkan. Hasilnya kemudian dikategorikan, jika

konsumsi energi, protein dan zat besi <80% AKG maka dikatakan tingkat

konsumsi energi, protein dan zat besi “kurang” sedangakan besi ≥80%

"Lalong Mbeot"
AKG maka dikatakan tingkat konsumsi energi, protein dan zat besi

“cukup”.

Penambahan protein selama kehamilan tergantung kecepatan

pertumbuhan janinnya. Kebutuhan protein pada trimester I hingga

trimester II kurang dari 6 gram tiap harinya, sedangkan pada trimester III

sekitar 10 gram tiap harinya. Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi VI

2004 menganjurkan penambahan 17 gram tiap hari. Pada penelitian ini 70

% subjek sudah dapat memenuhi kebutuhan proteinnya dengan rata-rata 70

gram per hari.

"Lalong Mbeot"

Anda mungkin juga menyukai