Anda di halaman 1dari 34

PERANAN PEMERINTAH KAMPUNG DALAM

MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT


DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
(Studi Pada Kampung Mabul Distrik Koroway Buluanop
Kabupaten Asmat )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademik dalam penyelesaian


Skripsi pada program studi Iimu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Cenderawasih

Oleh:

ANI SONYA TEKEGE


NIM. 20170321014051

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITA CENDERAWASIH
JAYAPURA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah Mempertahankan Skripsi di Hadapan Panitia Penguji Pada Program Studi

Ilmu Pemerintah Jurusan Ilmu Administrasi Faktiltas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Cenderawasih.

Judul PERANAN PEMERINTAH KAMPUNG UNTUK


MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR (Studi pada Kampung
Mabul Distrik Koroway Buluanop Kabupaten Asmat)

Identitas Penulis
Nama : Ani Sonya Tekege
Nim : 20170321014051
Program Studi : Ilmu Administrasi
Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Jurusan : Ilmu Administrasi
Jenjang Program : Strata Satu ( S1)

Di Setujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Jan Piet Morin, M.Si Sriyono, S.Sos., M.Si


NIP. 1960013 198703 1 002 NIP. 19740625 200212 1 001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Cenderawasih

Dr. Septinus San, S.Sos,M.Si


NIP. 196809241996101001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan Skripsi ini di hadapan Panitia Ujian Skripsi Program Studi

Ilmu Pemerintahan Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Cenderawasih Jayapura.

Judul PERANAN PEMERINTAH KAMPUNG UNTUK

MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR (Studi pada Kampung

Mabul Distrik Koroway Buluanop Kabupaten Asmat)

Identitas Penulis
Nama : Ani Sonya Tekege
Nim : 20170321014051
Program Studi : Ilmu Administrasi
Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Jurusan : Ilmu Administrasi
Jenjang Program : Strata Satu ( S1)

Di Setujui

No Nama Jabatan Tanda tangan

1. Drs. Jan Piet Morin, M.Si ...................


Ketua
NIP. 1960013 198703 1 002

Sriyono, S.Sos., M.Si


2. Anggota ...................
NIP. 19740625 200212 1 001

3. Antonita Asriani Lensru. S.IP, M.Si Anggota ...................


NIP. 197908212008122002

iii
KATA PFNGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang

Maha Kuasa atas kasih dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

SKRIPSI yang berjudul “Peranan Pemerintah Kampung Untuk Meningkatkan

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur (Studi pada Kampung

Mabul Distrik Koroway Buluanop Kabupaten Asmat)”.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak baik dari segi materi maupun materiil. Maka pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Cenderawasih.

2. Bapak Septinus San, S.Sos. M.Si sebagai Dekan Fisip Uncen

3. Bapak Drs. Jan Piet Morin, M.Si, sebagai dosen pembimbing I yang

senantiasa membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Sriyono, S.Sos., M.Si, sebagai dosen pembimbing II yang senantiasa

membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Panitia Ujian Skripsi pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Cenderawasih.

6. Bapak Kepala Kampung Mabul yang telah disetujui

Tiada sesuatu yang akan penulis berikan kecuali Doa Kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa Semoga selalu melimpahkan rahamat dan anugerah-Nya Kepada

semua Pihak atas bantuan dan dorongan yang telah di berikan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak

iv
kekurangan. Besar harapan penulis kiranya Skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa

saja yang membacanya maupun bagi penulis sendiri.

Jayapura, Juli 2019

Penyusun

v
MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu.
Mintalah apa saja yang kamu kehendaki dan kamu akan menerimanya”

( Yohanes 15:7 )

Kupersembahkan Skripsi ini kepada:

1. Tuhan Yesus yang memberikan kehidupan

2. Kepada yang tercinta kedua orangtuaku yang selalu memberi motivasi serta

dukungan doa restu dan dana bagi penulis selama mengikuti kuliah.

3. Kakak serta adik-adikku yang tersayang yang selalu setia menemaniku

dalam menyusun Skripsi ini.

Teriring salam dan doa penulis Skripsi

vi
ABSTRAK

Pembangunan nasional yang multi dimensi secara pengelolaannya melibatkan


segenap aparat pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah
bahkan sampai di tingkat kampung. Pembangunan kampung merupakan upaya
peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat kampung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peranan pemerintah
kampung dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dan faktor-faktor yang
menghambat upaya pemerintah kampung dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan infrastruktur Kampung Mabul. Metode penelitian
adalah yang digunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Informan kunci dalam penelitian ini adalah kepala kampung dan sekretaris
Kampung Mabul dan masyarakat yang diambil dari Kampung Mabul. Peranan
pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dinilai belum sepenuhnya
efisien, disini ditandai dalam pembangunan Infrastruktur pemerintah Kampung
hanya menggalakan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan infrastruktur. Faktor-faktor yang menghambat upaya
pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat lebih dominan
terhadap hambatan internal masyarakat sendiri, seperti: Kurangnya kesadaran dari
masyarakat, Masyarakat yang memiliki mata pencaharian (aktifitas pekerjaan)
tidak terlalu peduli dengan Pembangunan, Pemikiran Masyarakat yang tidak
bersatu lagi.

Kata Kunci: Peranan Kepala Kampung, Partisipasi masyarakat

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 3
D. Kajian Teori ................................................................................. 5
E. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ................................. 19
F. Metode Penelitian ........................................................................ 22

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


A. Sejarah Kampung ......................................................................... 26
B. Kondisi Geofrafis ......................................................................... 28
C. Sarana Dan Prasarana Kampung .................................................. 39
D. Kelembagaan Pemerintahan Kampung ........................................ 39

BAB III PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


A. Pemerintahan Kampung dalam meningkatkan Partisipasi
Masyarakat dalam Tahapan Pembangunan Infrastruktur ............ 42
B. Peranan Pemerintah dalam Menjalankan Fungsi Kepemimpinan
dalam Pembangunan Infrastruktur ............................................... 48
C. Faktor-faktor penghambat pemerintah dalam Meningkatkan
Parisipasi Masyarkat .................................................................... 56

BAB VI ANALISIS DATA


A. Peranan Pemerintah Desa untuk Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat dalam Tahapan Pembangunan Infrastruktur ............ 62

viii
B. Peranan Pemerintah dalam menjalankan Fungsi Kepemimpinan
untuk Pembangunan Infrastruktur ................................................ 70
C. Faktor-faktor Penghambat Pemerintah dalam Meningkatkan
Parisipasi Masyarkat .................................................................... 72

BAB VII PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................. 85
B. Saran ............................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 88

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembangunan nasional yang multi dimensi secara pengelolaannya
melibatkan segenap aparat pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun di
tingkat daerah bahkan sampai di tingkat kampung. Pemerintahan kampung
merupakan basis pemerintahan terendah dalam struktur Pemerintahan
Indonesia yang sangat menentukan bagi berhasilnya ikhtiar dalam
pembangunan nasional yang menyeluruh, maka tepatlah kiranya jika wilayah
kampung menjadi sasaran penyelenggaraan aktifitas pemerintahan dan
pembangunan. Hal tersebut terkait juga dengan begitu banyaknya program
dan kegiatan yang dirancang oleh pemerintah untuk pembangunan kampung.
Pembangunan kampung merupakan upaya peningkatan kualitas
hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat
kampung. Namun jika kita melihat pada pembangunan kampung dan kota,
ada kesenjangan diantara keduanya. Pemerintah pusat menggerakkan
pembangunan di kampung sebagai implementasi dari Undang-undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dan mengacu pada
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dimana pemerintah
pusat telah memberikan wewenang kepada daerah desa/kampung untuk lebih
menentukan nasib pembangunan kampung itu sendiri. Maksud dan tujuan
undang-undang tersebut adalah menciptakan pemerataan pembangunan
nasional dalam mengatasi kesenjangan antar daerah, karena dengan
pembangunan daerah itulah yang akan dapat menjangkau pelosok negeri.
Proses tahap rencana pembangunan atau yang sering disebut dengan
RPJM Desa/Kampung sampai tahap pelaksanaan hingga evaluasi
pembangunan infrastruktur kampung, juga harus melibatkan banyak pihak
dalam setiap tahap nya. Semua tahapan dilakukan melalui serangkaian forum
musyawarah dengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan di
wilayah setempat. Unsur pelaku pembangunan infrastruktur kampung

1
meliputi banyak elemen-elemen antara lain seperti warga masyarakat,
lembaga-lembaga kemasyarakatan kampung, aparatur pemerintah kampung
dan institusi lain yang terkait khusus dalam pelaksanaan tugas dalam
menyelenggarakan pembangunan.
Peranan pemerintah kampung serta kesediaan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan infrastruktur pada Kampung Mabul pun menjadi hal
yang cukup menarik bagi peneliti. kampung yang merupakan salah satu
kampung pada Distrik Koroway Buluanop ini bertempat pada Kabupaten
Asmat Provinsi Papua Barat.
Ini merupakan dampak positif lain dalam proses pembangunan
infrastruktur kampung yang tidak hanya disokong oleh anggaran belanja
kampung melainkan ada pihak swasta yang bersedia menjadi mitra
pemerintah kampung sendiri dalam memajukan Kampung Mabul. Namun,
dampak negatif juga tidak bisa dihindari seperti infrastruktur yang dibangun
pemerintah kampung kadang tidak bertahan lama, seperti jalan kampung
yang terus saja rusak karena penggunaan transportasi berat dari industri,
dampak negatif lainnya ialah karateristik masyarakat yang terus bergeser,
karakteristik masyarakat kampung yang biasanya homogenitas dan kental
dengan rasa kebersamaan masyarakat kampung seiring waktu berubah kearah
heterogen. Sehubungan dengan letak geografis Kampung Mabul yang
strategis serta kandungan potensi kampung yang kompleks tersebut maka
kebutuhan pembangunan infrastruktur adalah kebutuhan yang sangat penting
agar tercapainya peningkatan produktifitas di berbagai bidang kehidupan
masyarakat kampung. Untuk itu pemerintah Kampung Mabul terus
menggalakkan pembangunan Infrastruktur kampung, demi menunjang
kehidupan masyarakat.
Jika melihat secara kasat mata pembangunan infrastruktur di
Kampung Mabul mengalami cukup banyak kendala, pembangunan
Infrastruktur yang terus berjalan di Kampung Mabul kurang mendapat respon
antusias masyarakat. masyarakat kampung yang cenderung memiliki
pekerjaan atau aktifitas masing-masing membuat masyarakat seperti terkesan

2
apatis dalam ikut ambil bagian untuk pembangunan infrastruktur.
Pemerintah kampung sebenarnya ditantang serta dituntut untuk
melaksanakan pembangunan dengan menggunakan pendekatan perencanaan
pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat, dimana masyarakat
bukan hanya sebagai objek tetapi sekaligus sebagai subjek pembangunan,
sehingga situasi yang dikembangkan dalam perencanaan pembangunan
benar-benar dari bawah (bottom-up approach). Karena dalam pembangunan
infrastruktur kampung yang ideal harus lebih didasarkan atau ditentukan oleh
masyarakat itu sendiri sehingga memungkinkan tumbuhnya keswadayaan
atau partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaannya. Di sisi lain,
infrastruktur yang dibangun juga dapat menumbuhkan rasa memiliki dan
tanggungjawab masyarakat dalam mengelola dan memelihara setelah proyek
tersebut berakhir (Suriadi; 2005:61). Maka yang seharusnya dilaksanakan
oleh pemerintah kampung adalah merencanakan dan melaksanakan
pembangunan infrastruktur itu dengan menuntun dan melibatkan peran serta
masyarakat agar berjalan sebagaimana mestinya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
meneliti judul proposal "Peranan Pemerintah kampung Untuk Meningkatkan
Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur (Studi pada
Kampung Mabul Distrik Koroway Buluanop Kabupaten Asmat)".

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah "Bagaimanakah
peranan pemerintah kampung untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan infrastruktur di Kampung Mabul Distrik Koroway
Buluanop Kabupaten Asmat?"

C. Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang diajukan mempunyai sasaran yang hendak

3
dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian. Suatu riset khusus dalam
ilmu pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan,
menggambarkan dan menguji kebenaran ilmu pengetahuan itu sendiri.
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
1) Untuk mengetahui bagaimana peranan pemerintah kampung dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan infrastruktur
Kampung Mabul.
2) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat upaya
pemerintah kampung dalam meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan infrastruktur Kampung Mabul.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan atau manfaat dan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Secara subjektif sebagai suatu sarana untuk melatih dan
mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan
metodologis penulis dalam menyusun berbagai kajian literature untuk
menjadikan suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah
kepustakaan pendidikan..
2) Secara praktis, diharapkan penelitian ini bisa memberikan data dan
informasi yang berguna bagi semua kalangan, terutama bagi mereka
yang ingin mengetahui Pembangunan infrastruktur kampung.
3) Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan memberikan kegunaan
untuk pengembangan Ilmu Administrasi Negara, penelitian ini juga
diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam penelitian
berikutnya yang sejenis.

4
D. Kajian Teori
1. Peranan Pemerintah Kampung
 Peranan
Peranan memiliki arti sebagai perilaku individu yang penting
sebagai struktur sosial masyarakat. Peran adalah suatu perilaku
seseorang yang diharapkan dapat membuat suatu perubahan serta
harapan yang mengarah pada kemajuan.
Menurut Soerjono Soekanto (1990:243) peranan meliputi
norma yang dihubungkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat
sebagai rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan sosial. Artinya adalah posisi yang dimiliki seseorang
tersebut seperti kepala kampung yang merupakan pemerintahan
kampung, dengan posisi tersebut pemerintah kampung akan lebih
memiliki wewenang untuk menegakkan peraturan-peraturan dalam
kehidupan masyarakat sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Menurut Narwoko (2004:160) fungsi peranan adalah sebagai
memberi arah pada proses sosialisasi, pewarisan tradisi, kepercayaan,
nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan, menghidupkan sistem
pengendali dan kontrol sehingga dapat melestarikan kehidupan
masyarakat, maupun dapat mempersatukan kelompok atau
masyarakat.
Berdasarkan pelaksanaannya peranan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu: Peranan yang diharapkan (expected roles) ialah
cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian masyarakat.
Masyarakat menghendaki peranan yang diharapkan dilaksanakan
secermat-cermatnya dan peranan ini tidak dapat ditawar dan harus
dilaksanakan seperti yang ditentukan. Peranan jenis ini antara lain
peranan kepemimpinan. Sedangkan peranan yang disesuaikan (actual
roles) yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan itu dijalankan.
Peranan ini pelaksanaannya lebih luwes, dapat disesuaikan dengan
situasi dan kondisi tersebut. Peranan yang disesuaikan mungkin tidak

5
cocok dengan situasi setempat, tetapi kekurangan yang muncul dapat
dianggap wajar oleh masyarakat (Hendropuspio dalam Narwoko,
2007:160). Fungsi dari peranan ialah:
a. Memberi arah pada proses sosialisasi (instruksi dan konsultasi)
b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan
pengetahuan (delgasi)
c. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat (partisipasi)
d. Menghidupkan sistem pengendali dan kontrol, sehingga dapat
melestarikan kehidupan masyarakat (pengendalian).
1.1. Pemerintah Kampung/Desa
Dalam Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 114 Tahun
2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa disebutkan Pemerintah
Desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa,
Sedangkan pemerintahan desa kampung adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah kampung merupakan bagian dari birokrasi
pemerintah modern yang bertugas mengelola barang-barang publik.
Sebagai institusi modern, pemerintah kampung tidak hanya cukup
memainkan legitimasi simbolik dan sosial tetapi harus membangun
legitimasi yang di bangun dari dimensi kinerja politik dan ekonomi.
kampung adalah suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa,
landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan kampung adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan
pemberdayaan masyarakat Penyelenggara pemerintah kampung
merupakan sub sistem dari sistem penyelenggara pemerintahan
sehingga kampung memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakatnya.

6
Unsur dari pemerintah kampung ialah kepala kampung.
Perangkat kampung yang terdiri dari sekretaris kampung, pelaksana
kewilayahan dan pelaksanaan teknis perangkat kampung serta
bekerja sama dengan BPD untuk menyelenggarakan pemerintahan
kampung.
Kepala kampung merupakan pemimpin yang berada di
pemerintahan kampung dimana dipilih langsung oleh penduduk
kampung berwarga negara Republik Indonesia yang syarat
selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur oleh peraturan daerah yang
berdominan pada peraturan daerah yang berpedoman pada peraturan
pemerintah. Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa Pasal 26 disebutkan bahwa kepala desa mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan. Urusan pemerintahan yang dimaksud adalah
pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa/
kampung seperti pembuatan peraturan kampung, pembentukan
lembaga kemasyarakatan, pembentukan badan usaha milik kampung,
dan kerjasama antar kampung. Urusan pembangunan yang dimaksud
adalah pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana dan
prasarana fasilitas umum kampung.
Kepala kampung dalam menyelenggarakan sarana prasarana
umum kampung juga harus mengikuti prosedur sesuai dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 144 tentang Pedoman
Pembangunan Desa yang mana mengatakan bahwa pemerintah desa
memiliki peran menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai
dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan
pembangunan kabupaten/kota. Pembangunan kampung sebagaimana
yang dilaksanakan oleh pemerintah kampung hams dengan
melibatkan seluruh masyarakat kampung dengan semangat gotong
royong. Dimana masyarakat kampung berhak melakukan
pemantauan terhadap pelaksanaan pembangunan kampung dalam

7
rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kampung
sebagaimana dimaksud pada pemerintah kampung dalam rangka
mengkordinasikan pembangunan kampung sebagaimana dimaksud.
Kepala kampung dapat didampingi oleh tenaga pendamping
profesional, kader pemberdayaan masyarakat kampung.
Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban kepala kampung
wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
kampung setiap akhir tahun anggaran kepada bupati atau walikota
serta menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
kampung pada akhir masa jabatan kepada bupati atau walikota;
memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan
secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran dan
memberikan atau menyebarkan informasi penyelenggaraan
pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat kampung setiap
akhir tahun anggaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala
kampung memiliki peranan yang sangat besar dalam memajukan
pembangunan untuk meningkatkan kehidupan rakyat kampungnya.
Selaku pemimpin utama dan tertinggi kepadanya juga diberikan
kuasa sebagai penanggung jawab utama seluruh kegiatan yang
diselenggarakan. Sedangkan perangkat kampung ialah terdiri dari
sekretaris kampung, pelaksana kewilayahan dan pelaksanaan teknis
perangkat kampung yang bertugas membantu kepala kampung dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya. Perangkat kampung diangkat
oleh kepala kampung setelah dikonsultasikan dengan distrik atas
nama bupati/walikota. Dalam melaksanakan tugasnya perangkat
kampung bertanggung jawab kepada kepala kampung kepala
kampung dapat membentuk lembaga kemasyarakatan yang
ditetapkan dengan peraturan kampung dengan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan. Lembaga kemasyarakatan ini
bertugas membantu pemerintah kampung dan merupakan mitra

8
dalam memberdayakan masyarakat kampung. Sebagai perwujudan
demokrasi sesuai dalam maka pemerintahan dalam tatanan
pemerintah kampung dibentuk Badan Musyawarah Kampung
(BAMUSKAM) atau sebutan lain yang disesuaikan dengan budaya
yang berkembang di kampung bersangkutan, yang berfungsi sebagai
lembaga pengatur dan pengontrol dalam penyelenggaraan pemerintah
kampung, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan peraturan
kampung, anggaran pendapatan dan belanja kampung, dan keputusan
kepala kampung. Di kampung dibentuk lembaga kemasyarakatan
yang berkedudukan sebagai mitra kerja pemerintah kampung dalam
memberdayakan masyarakat kampung. untuk menilai apakah
kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.
2. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Infrastruktur
2.1. Partisipasi
Keit Davis dan John W. Nestrom (1996:179)
mengungkapkan partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi
orang-orang dalam situasi kelompok atau masyarakat yang
mendorong mereka untuk menyumbangkan pada tujuan-tujuan
kelompok dan bersama-sama bertanggung jawab terhadap tujuan
tersebut serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang
bersangkutan.
Menurut Mubyarto (1997:35) partisipasi masyarakat adalah
keterlibatan masyarakat dalam suatu proses pembangunan di mana
masyarakat ikut terlibat mulai dari tahap penyusunan program,
perencanaan dan pembangunan, perumusan kebijakan, dan
pengambilan keputusan. Maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan partisipasi masyarakat adalah sesuatu melibatkan
masyarakat bukan hanya kepada proses pelaksanaan kegiatan saja,
tetapi juga melibatkan masyarakat dalam hal perencanaan dan
pengembangan dari pelaksanaan program tersebut, termasuk
menikmati hasil dari pelaksanaan program tersebut. Lebih lanjut

9
secara sederhana partisipasi masyarakat adalah keterlibatan
seseorang (individu) atau sekelompok masyarakat secara sukarela,
dalam suatu kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan
kegiatan, sampai kepada proses pengembangan kegiatan atau
program tersebut tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban. Jadi
partisipasi diasumsikan mempunyai aspirasi, nilai budaya yang perlu
diakomodasikan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan suatu
program pembangunan. Fungsi dari partisipasi masyarakat adalah:
a. Partisipasi memperluas basis pengetahuan dan representasi.
Dengan mengajak masyarakat dengan spektrum yang lebih luas
dalam proses pembuatan keputusan maka partisipasi dapat:
meningkatkan representasi dari kelompok-kelompok komunitas,
membangun perspektif yang beragam yang berasal dari beragam
stakeholders, mengakomodir pengetahuan lokal, pengalaman, dan
kreatifitas, sehingga memperluas kisaran ketersediaan pilihan
alternatif.
b. Partisipasi membantu terbangunnya transparansi komunikasi
dan hubungan-hubungan kekuasaan di antara para stakeholders.
Dengan melibatkan stakeholders dan berdiskusi dengan
pihak-pihak yang akan menerima atau berpotensi menerima
akibat dari suatu kegiatan/proyek, hal itu dapat menghindari
ketidakpastian dan kesalahan interpretasi tentang suatu isu/
masalah.
c. Partisipasi dapat meningkatkan pendekatan interaktif dan siklikal
dan menjamin bahwa solusi didasarkan pada pemahaman dan
pengetahuan lokal. Dengan membuka kesempatan dalam proses
pengambilan keputusan, maka para pembuat keputusan dapat
memperluas pengalaman masyarakat dan akan memperoleh
umpan balik dari kalangan yang lebih luas. Dengan demikian,
kegiatan yang dilakukan akan lebih relevan dengan kepentingan
masyarakat lokal dan akan lebih efektif.

10
d. Partisipasi akan mendorong kepemilikan lokal, komitmen dan
akuntabilitas. Pelibatan masyarakat lokal dapat membantu
terciptanya hasil (outcomes) yang berkelanjutan dengan
memfasilitasi kepemilikan masyarakat terhadap proyek dan
menjamin bahwa aktivitas-aktivitas yang mengarah pada
keberlanjutan akan terus berlangsung. Hasil yang diperoleh dari
usaha-usaha kolaboratif lebih mungkin untuk diterima oleh
seluruh stakeholders.
Partisipasi dapat membangun kapasitas masyarakat dan
modal sosial. Pendekatan partisipatif akan meningkatkan
pengetahuan dari tiap stakeholders tentang kegiatan/aksi yang
dilakukan oleh stallholders lain.
Pada penerapan partisipasi Keith Davis (1986:179)
mengemukakan unsur yang penting dalam menerapkan partisipasi
agar partisipasi berfungsi dengan semestinya, antara lain bahwa
partisipasi sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan
perasaan, lebih dari semata-mata atau hanya keterlibatan secara
jasmaniah dan Kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha
mencapai tujuan kelompok. Hal ini berarti bahwa terdapat rasa
senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok karena seseorang
menjadi anggota suatu kelompok karena nilainya. dan unsur terakhir
ialah tanggung jawab, yaitu segi yang menonjol dari rasa menjadi
anggota. Diakui sebagai anggota artinya ada rasa "sense of
belonging". Pada dasarnya terdapat beberapa prinsip-prinsip di
dalam pengembangan model pembangunan yang berorientasi pada
partisipasi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
a) Masyarakat harus sebagai subjek bukan objek.
b) Menghargai pengetahuan dan ketrampilan lokal.
c) Mempengaruhi keputusan harus dijamin, bukan hanya ikut serta.
Proses harus belajar sejalan dengan outcome.

11
Cohen dan Uphoff (1977:47) mencatat bahwa ada 4 (empat)
bentuk partisipasi, yaitu:
a) Participation in decision making merupakan partisipasi dalam
proses pembuatan kebijakan atau keputusan organisasi.
Masyarakat diberikan kesempatan untuk memberikan masukan
dan pendapat serta ikut menilai rencana yang sedang disusun.
b) Participation implementation adalah partisipasi yang
mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan
operasional dari kebijakan yang telah diambil terdahulu.
Partisipasi ini juga dalam hal mematuhi keputusan dan kebijakan
yang telah ditetapkan.
c) Participation in benefits adalah partisipasi masyarakat dalam
menikmati dan memanfaatkan hasil pembangunan yang telah
diprogramkan. Masyarakat juga merasakan dampak dari
keputusan dan kebijakan yang telah diambil.
d) Participation in evaluation adalah partisipasi masyarakat dalam
bentuk keikutsertaan menilai serta mengawasi kegiatan-kegiatan
pembangunan. Demikian juga halnya dalam mengawasi
pelaksanaan keputusan dan kebijakan yang telah diambil.
Adapun menurut Conyers (1991:54) partisipasi masyarakat
dalam pembangunan dapat berbentuk berbagai macam, yang secara
umum dapat dijelaskan sebagai berikut : Partisipasi dalam
menentukan arah strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang
dilakukan pemerintah. Hal ini bukan saja berlangsung dalam proses
politik, tetapi juga dalam proses sosial; hubungannya antara
kelompok kepentingan dalam masyarakat. Partisipasi dalam memikul
beban dan tanggungjawab dalam pelaksanaan pembangunan. Hal ini
dapat berupa sumbangan dalam hal mobilisasi sumber-sumber
pembiayaan pembangunan, kegiatan yang produktif serasi, dan
pengawasan sosial atas jalannya pembangunan dan Partisipasi dalam
memetik hasil dan manfaat pembangunan secara berkeadilan.

12
Bagian-bagian daerah maupun golongan masyarakat tertentu dapat
ditingkatkan keterlibatannya di dalam kegiatan produktif melalui
perluasan kesempatan dan pembinaan.
Selanjutnya Conyers juga menambahkan bahwa ada 9
(sembilan) tipe partisipasi yang mungkin saja dapat terjadi di dalam
pembangunan yakni:
1. Partisipasi sukarela dengan inisiatif dari bawah.
2. Partisipasi dengan imbalan, yang inisiatifnya dari bawah.
3. Partisipasi paksaan (enforced), dengan inisiatif dari bawah.
4. Partisipasi sukarela (volunteered), dengan inisiatif dari atas.
5. Partisipasi dengan imbalan (rewarded), dengan inisiatif dari atas.
6. Partisipasi paksaan, dengan inisiatif dari atas.
7. Partisipasi sukarela dengan inisiatif bersama (through shared
initiative),
8. Partisipasi imbalan, dengan inisiatif bersama.
9. Partisipasi paksaan dengan inisiatif bersama dari atas dan juga
bawah.
Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk
dalam pengambilan keputusan. Perasaan terlibat dalam perencanaan
perlu ditumbuhkan sedini mungkin di dalam masyarakat. Partisipasi
dalam operasional pembangunan Partisipasi dalam menerima
kembali hasil pembangunan Partisipasi dalam menilai pembangunan,
yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai sejauh mana
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauh mana
hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Partisipasi
masyarakat dalam pembangunan infrastruktur dapat diwujudkan
dengan baik jika sistem pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang
ada melibatkan atau memberikan tempat bagi partisipasi masyarakat.
Walaupun banyak jenis partisipasi yang bisa disumbangkan
masyarakat dalam pembangunan, namun tetap saja ada pengaruh
hambatan untuk ikut berpartisipasi, hambatan yang terjadi bisa

13
bersifat eksternal maupun internal, dalam teori menurut Plumer
dalam Suryawan (2004:27), menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi
adalah:
1. Pengetahuan dan keahlian. Dasar pengetahuan yang dimiliki akan
mempengaruhi seluruh lingkungan dari masyarakat tersebut. Hal
ini membuat masyarakat memahami ataupun tidak terhadap
tahap-tahap dan bentuk dari partisipasi yang ada;
2. Pekerjaan masyarakat. Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan
tertentu akan dapat lebih meluangkan ataupun bahkan tidak
meluangkan sedikitpun waktunya untuk berpartisipasi pada suatu
proyek tertentu. Seringkali alasan yang mendasar pada masyarakat
adalah adanya pertentangan antara komitmen terhadap pekerjaan
dengan keinginan untuk berpartisipasi;
3. Tingkat pendidikan dan buta huruf. Faktor ini sangat berpengaruh
bagi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi
serta untuk memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk
partisipasi yang ada. tingkat buta huruf pada masyarakat akan
mempengaruhi dalam partisipasi;
4. Jenis kelamin. Sudah sangat diketahui bahwa sebagian masyarakat
masih menganggap faktor inilah yang dapat mempengaruhi
keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi
beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan akan mempunyai
persepsi dan pandangan berbeda terhadap suatu pokok
permasalahan.
5. Kepercayaan terhadap budaya tertentu. Masyarakat dengan tingkat
heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya
akan menentukan strategi partisipasi yang digunakan serta
metodologi yang digunakan. seringkali kepercayaan yang dianut
dapat bertentangan dengan konsep-konsep yang ada.

14
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa masyarakat dalam
memberikan partisipasinya tidak hanya harus berbentuk uang atau
tenaga, tetapi juga dapat berbentuk pikiran, keahlian, maupun barang.
Teknik-teknik partisipasi bukan sekedar alat pendekatan. Namun
partisipasi juga pernyataan pikiran dan sikap, sehingga penting
menghargai nilai-nilai, ketrampilan dan kebutuhan orang lain
khususnya kelompok yang tidak beruntung. Teknik-teknik partisipasi
memang perlu dikuasai. Namun penguasaan saja tidak cukup, masih
diperlukan pengalaman personal. Ketrampilan teknik juga diperlukan
sesuai dengan konteksnya. Partisipasi memerlukan belajar sambil
bekerja dan selalu menyesuaikan dengan tingkat perkembangan
pengetahuan, ketrampilan dan penguatan kapasitas antar partisipan.
Keseimbangan proses dan keluaran sangat penting.
2.2. Pembangunan Infrastruktur
Siagian (2005) memberikan pengertian tentang
pembangunan sebagai Suatu usaha atau rangkaian usaha
pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara
sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas
dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Sedangkan
Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih
sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih
baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Grigg (2000) menjelaskan bahwa infrastruktur merupakan
sistem fisik yang menyediakan transportasi, jalan, pengairan atau
irigasi, bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya, yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia baik
kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi. Pengertian ini
merujuk pada infrastruktur sebagai suatu sistem. Dimana
infrastruktur dalam sebuah sistem adalah bagian-bagian berupa
sarana dan prasarana yang tidak terpisahkan satu sama lain.
Infrastruktur sendiri dalam sebuah sistem menopang sistem sosial

15
dan sistem ekonomi sekaligus menjadi penghubung dengan sistem
lingkungan. Ketersediaan infrastruktur memberikan dampak terhadap
sistem sosial dan sistem ekonomi yang ada di masyarakat. Oleh
karenanya, infrastruktur perlu dipahami sebagai dasar-dasar dalam
mengambil kebijakan.

Gambar 2.1 Infrastruktur Sebagai Penopang/Pendukung Sistem


Ekonomi, Sosial-Budaya, Kesehatan, dan Kesejahteraan (Grigg dan
Fontane, 2000)

Pembangunan infrastruktur dalam sebuah sistem menjadi


penopang kegiatan-kegiatan yang ada dalam suatu ruang.
Infrastruktur merupakan wadah sekaligus katalisator dalam sebuah
pembangunan. Ketersediaan infrastruktur meningkatkan akses
masyarakat terhadap sumberdaya sehingga dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas yang menuju pada perkembangan
ekonomi suatu kawasan atau wilayah. Oleh karenanya penting
bagaimana sistem rekayasa dan manajemen infrastruktur dapat
diarahkan untuk mendukung perkembangan ekonomi suatu kawasan
wilayah. Sistem rekayasa dan manajemen infrastruktur berpengaruh
terhadap sistem tata guna lahan yang pada akhirnya membangun
suatu kegiatan. Hubungan pembangunan infrastruktur terhadap
sistem tata guna lahan tersebut ditegaskan oleh Grigg dan Fontane
(2000) seperti pada Gambar 2.1 di atas. Rekayasa dan Manajemen
Infrastruktur dalam memanfaatkan sumberdaya dalam rangka
pemanfaatan untuk transportasi, infrastruktur sistem tata guna lahan:
Sistem Ekonomi, Sosial-budaya, Kesehatan, Kesejahteraan.
2.3. Pembangunan Infrastruktur Kampung
Dalam beberapa dekade terakhir mulai terjadi
perubahan-perubahan definisi kawasan kampung. Hal tersebut
dikarenakan mulai berubahnya tipologi kawasan kampung dan

16
perkembangan kawasan kampung dalam beberapa waktu terakhir-
Terutama setelah era globalisasi yang masuk ke perkampungan, telah
terjadi interaksi dan negosiasi sosial budaya masyarakat kampung
terhadap modernitas dan budaya luar. kawasan kampung dan
kawasan perkotaan mulai ditinggalkan dengan tidak relevannya
pemahaman tersebut dengan mulai biasnya perkampungan-p
erkotaan dalam definisi klasik, secara ekonomi kawasan
perkampungan dikategorikan sebagai wilayah yang mempunyai
kegiatan utama pertanian sedangkan kawasan perkotaan
dikategorikan sebagai wilayah dengan kegiatan utama di sektor jasa
dan perdagangan. Definisi tersebut masih banyak digunakan hingga
saat ini. Namun munculnya kawasan perkampungan dengan
perekonomian yang ditopang oleh kegiatan industri kecil seperti
kerajinan, pariwisata, definisi tersebut dirasa belum dapat mewakili
keseluruhan tipologi kawasan perkampungan. Oleh karenanya
muncul istilah-istilah seperti kampung-kota yang berusaha
mendefinisikan kawasan-kawasan desa yang dianggap memiliki
ciri-ciri perkotaan baik secara fisik maupun sosial dan ekonomi
(Suhardjo, 2008).
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 144 tentang
Pedoman Pembangunan Desa menyebutkan bahwa bidang
pelaksanaan pembangunan kampung terdiri dari dua macam
perencanaan pembangunan yang disusun secara berjangka meliputi:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah kampung untuk jangka
waktu 6 (enam) tahun; dan Rencana Pembangunan Tahunan atau
Desa yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa/Kampung,
merupakan penjabaran dari RPJM Desa/Kampung untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun.
Pemanfaatan dan pemeliharaan dalam lingkungan kampung
yang mungkin dibutuhkan antara lain ialah tambatan perahu, jalan
pemukiman, jalan kampung antar pemukiman ke wilayah pertanian,

17
pembangkit listrik tenaga mikrohidro, lingkungan pemukiman
masyarakat kampung dan infrastruktur kampung lainnya yang sesuai
dengan kondisi kampung. Dari pengertian di atas dapat kita pahami
bahwa pembangunan infrastruktur kampung adalah suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang dilakukan secara
terencana untuk membangun prasarana atau segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses
pembangunan.
Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu
roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.
Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan. Sarana
dan prasarana fisik, atau sering disebut dengan infrastruktur,
merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem pelayanan
masyarakat. Berbagai fasilitas fisik merupakan hal vital guna
mendukung berbagai kegiatan pemerintahan, perekonomian, industri
dan kegiatan sosial di masyarakat dan pemerintahan. Mulai dari
sistem energi, transportasi jalan raya, bangunan-bangunan
perkantoran dan sekolah, hingga telekomunikasi, rumah peribadatan
dan jaringan layanan air bersih, kesemuanya itu memerlukan adanya
dukungan infrastruktur yang handal (Biemo W. Soemardi, 46:2009).
Agar lebih jelas ruang lingkup pembangunan infrastruktur dapat
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a) Pembangunan infrastruktur transportasi perdesaan guna
mendukung peningkatan aksesibilitas masyarakat desa, yaitu:
jalan, jembatan, tambatan perahu;
b) Pembangunan infrastruktur yang mendukung produksi kampung,
yaitu; irigasi perkampungan, pasar desa.
c) Pembangunan infrastruktur yang mendukung pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat, meliputi penyediaan air minum,
sanitasi perkampungan

18
Pembangunan infrastruktur berstandar lingkungan akan
menciptakan kemakmuram masyarakat. Hal yang harus dipikirkan
adalah pemerintah dan masyarkat harus mampu membangun sebuah
infrastruktur yang saling terintegrasi satu sama lain. Karena ini
merupakan sebuah kemampuan sebuah kampung dalam
melaksanakan pembangunan.
Pembangunan infrastruktur kampung terus dipacu untuk
menuju modernitas yang diharapkan dengan maksud mengimbangi
serta mensejajarkan laju pembangunan di perkotaan. Pembangunan
akan berjalan dengan baik apabila terjadi kerja sama yang harmonis
antara pemerintah dengan warga masyarakat. Pada dasarnya
pembangunan infrastruktur kampung merupakan suatu pembangunan
yang dilaksanakan di kampung dan berwujud nyata. Hasil
pembangunan tersebut dapat dilihat dan dirasakan oleh masyarakat.
pemimpin dan bawahan.

E. Definisi Konsep Dan Definisi Operasional


1. Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang
menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989:34). dengan
konsep peneliti melakukan abstraksi dan menyederhanakan pemikirannya
melalui penggunaan satu istilah untuk kejadian (events) yang berkaitan
dengan yang lain nya, maka untuk mendapatkan batasan yang jelas,
definisi konsep penulis adalah:
1. Peranan merupakan fungsi dan wewenang yang dimiliki orang karena
kedudukannya. Peranan meliputi hak dan kewajiban yang muncul serta
merta karena kedudukan dan tanggung jawabnya. Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya
maka dia menjalankan suatu peran seperti: memberi arah pada proses
sosialisasi, pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma

19
dan pengetahuan. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat,
menghidupkan sistem pengendali dan kontrol sehingga dapat
melestarikan kehidupan masyarakat.
2. Pemerintah desa/kampung adalah pemimpin dari desa/kampung di
Indonesia, kepala kampung merupakan pimpinan dari pemerintah
kampung.
3. Partisipasi masyarakat merupakan kesediaan masyarakat untuk ikut
serta membantu berhasilnya program pembangunan baik berupa
materi, tenaga, pikiran, keterampilan dan sebagainya.
4. Pembangunan infrastruktur kampung adalah pembangunan yang
dilaksanakan di kampung berwujud nyata dan bertujuan untuk
memudahkan masyarakat seperti jalan kampung.
5. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur adalah sejauh
mana masyarakat turut serta mengambil bagian dalam pelaksanaan
pembangunan, dimana mulai tahap perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Dari definisi konsep di atas dapat disimpulkan bahwa peranan
pemerintah kampung sangat penting dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat agar tercapai pembangunan yang lebih baik untuk
kesejahteraan masyarakat. Dimana, pemerintah kampung bisa
mengimplementasikan pembangunan partisipatif oleh masyarakat dalam
proses pelaksanaan pembangunan
2. Definisi Operasional
Menurut Singarimbun (1995:46) definisi operasional adalah
unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur
suatu variabel. Dengan kata lain definisi operasional berisi tentang
indikator-indikator yang akan digunakan untuk mengukur variabel. Maka
yang menjadi operasionalisasi dalam penelitian adalah pemerintah
kampung dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Indikator
peranan pemerintah kampung dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam tahapan pembangunan antara lain;

20
1. Tahap perencanaan dimana masyarakat ikut dilibatkan untuk berfikir
dalam Musrenbang tentang keterlibatan masyarakat dalam penetapan
kebijakan pembangunan daerah, Keterlibatan dalam hal ini adalah
apakah masyarakat dilibatkan dalam proses penyusunan
program-program pembangunan.
2. Tahap pelaksanaan dimana masyarakat diharapkan untuk ikut
berpartisipasi pada saat pelaksanaan pembangunan, dimana ada
kerjasama antara pemerintah kampung dengan masyarakat.
3. Tahap evaluasi dimana dilakukan dengan adanya pengawasan dari
masyarakat terhadap program yang sedang berjalan.
Indikator peranan pemerintah kampung dalam melaksanakan
fungsi kepemimpinan dalam pembangunan infrastruktur dapat dilihat
dari:
1. Fungsi Instruktif. Sebagai komunikator yang menentukan apa dan
bagaimana agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif, sehingga
fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah
2. Fungsi konsultatif. Sebagai komunikasi dua arah bahan pertimbangan
dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3. Fungsi partisipasi. Berusaha mengaktifkan orang-orang yang
dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam
melaksanakannya.
4. Fungsi Delegasi. Memberikan pelimpahan wewenang kepada
bawahan.
5. Fungsi Pengendalian. Mewujudkan melalui kegiatan bimbingan,
pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
Indikator faktor-faktor yang mungkin menghambat upaya
pemerintah kampung dalam meningkatkan partisipasi masyarakat
menurut Teori Plummer dapat dilihat dari:
1. Kemauan dan Keahlian Masyarakat
2. Pekerjaan Masyarakat
3. Jenis Kelamin Masyarakat

21
4. Pendidikan Masyarakat dan;
5. Kepercayaan ataupun Homogenitas Masyarakat
F. Metode Penelitian
A. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Menurut Nawawi (2005:64) bahwa bentuk deskriptif adalah
bentuk penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau
fenomena yang bersifat actual pada saat penelitian dilakukan dan
menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana
diikuti dengan interupsi yang akurat. Dengan metode deskriptif ini
diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas fakta-fakta yang ada
dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian dan mencoba
menganalisis untuk member kebenaran berdasarkan daya yang ada.
B. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian dilakukan pada kampung Mabul
Distrik KorowayBuluanop Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.
C. Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, informan penelitian tidak
berdasarkan populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin
dalam fokus penelitian tidak ditentukan secara sengaja dan akan
memberikan berbagai informasi-informasi yang diperlukan selama
penelitian. Informan penelitian ini meliputi dua macam yaitu informan
kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian dan informan
utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang
diteliti. Tehnik penentuan informan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling yaitu penentuan informan sebagai sumber data berdasarkan
pertimbangan tertentu (Sugiono, 2005:53). Berdasarkan penjelasan
diatas, maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan kunci
dan informan utama yaitu sebagai berikut:

22
1. Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan
kunci dalam penelitian ini adalah kepala kampung dan sekretaris
Kampung Mabul.
2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini
adalah masyarakat yang diambil dari Kampung Mabul.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan dan data-data
yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung dari lapangan pada lokasi penelitian sesuai
dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan
dengan cara:
a) Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian
disini peneliti akan mengambil observasi dengan model
non-participant dimana peneliti hanya sebagai instrument
pengamat, yang mengamati peranan pemerintah, serta gambaran
tentang bagaimana masyarakat Kampung Mabul dalam
pembangunan Infrastruktur kemudian mencatat gejala-gejala yang
ditemukan di lapangan data-data yang diperlukan sebagai acuan
yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
b) Wawancara (interview) adalah teknik pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung dan terbuka pada kepala
kampung dan sekretaris Kampung Mabul serta pihak yang
berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang
berhubungan dengan penelitian serta perwakilan masyarakat yang
diambil dari Kampung Mabul secara purposive.

23
2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan yang
dilakukan melalui studi pustaka yang diperlukan untuk mendukung
data primer. Adapun bentuk pengumpulan data sekunder yang
dilakukan adalah:
a) Studi Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dan informasi
melalui literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti
buku-buku, artikel, dan makalah yang memiliki relevansi dengan
masalah yang diteliti serta analisis peraturan daerah.
Studi Dokumentasi adalah dengan cara memperoleh data
melalui pengkajian dan penelaan terhadap catatan penulis maupun
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah-masalah yang
diteliti.
E. Instrument Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memiliki kedudukan khusus, yaitu
sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data,
serta pelapor hasil penelitiannya (Moleong, 2010:168). Kedudukan
peneliti tersebut menjadikan peneliti sebagai key instrument atau
instrumen kunci yang mengumpulkan data berdasarkan kriteria-kriteria
yang dipahami. Oleh karena itu peneliti secara langsung berperan aktif
dalam proses penelitian. Hal itu dilakukan guna mendapatkan data-data
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumen pendukung pada
penelitian ini adalah menggunakan alat perekam suara (MP3 player),
kamera digital, MP3 player digunakan untuk merekam data lisan saat
wawancara, kamera digital untuk mengambil gambar atau foto. Alat tulis
digunakan untuk mencatat, catatan tersebut berupa catatan lapangan.
F. Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat
suatu urutan , menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu
deskripsi. Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang
dipergunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik kualitatif.
Menurut Farid (1997:152) bahwa analisa kualitatif adalah analisa

24
terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti
dalam menghubung-hubungkan fakta, data dan informasi. Jadi teknik
analisa data kualitatif yaitu dengan menyajikan hasil wawancara,
observasi dan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan di
lapangan. Sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang
diteliti dan kemudian menarik kesimpulan.

25

Anda mungkin juga menyukai