Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

a. Titus Pekei (2011) dalam buku yang berjudul “Cermin Noken Papua:

Perspektif Kearifan Mata Budaya Papuani”. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mendiskripsikan arti pentingnya Noken, untuk mengetahui

fungsi dalam kehidupan masyarakat Papua, serta membangun pemahaman

dan pandangan mengenai masa depan budaya Noken sebagai salah satu

warisan budaya yang tak terbendakan pemahaman terhadap transmisi

Noken, nominasi Noken, dan perlindungan Noken.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Noken

a. Pengertian Noken

Noken merupakan tas tradisional yang dibawa dengan

mengunakan kepala dan terbuat dari beberapa bahan seperti kulit

kayu, rotan, anggrek, daun pandan, dan rumput rawa. Noken

merupakan tas yang multi fungsi dimana dapat menyimpan segala

kebutuhan. Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk

membawa hasil-hasil pertanian, seperti sayur-sayuran, umbi-umbian,

ternak, bahkan masyarakat yang tinggal di Daerah Pegunungan

Tengah menggunakan Noken sebagai tempat untuk menaruh bayi


yang belum bisa berjalan.

Noken memiliki makna yang sangat penting dalam struktur

kehidupan masyarakat Papua. Dalam tradisi adat Papua hanya

perempuan yang berhak untuk membuat Noken, apabila seorang

perempuan belum dapat membuat noken maka dianggap belum

dewasa tetapi bagi perempuan yang sudah menguasai dianggap

sudah dewasa. Jika sudah dewasa, perempuan Papua barulah boleh

menikah. Berbeda dengan laki-laki, dimana seorang laki-laki tidak

diperbolehkan untuk membuat Noken. Hal ini dikarenakan Noken

merupakan sebuah simbol kesuburan seorang perempuan. Noken

memiliki nama yang berbeda-beda di setiap suku, dimana noken

dalam bahasa Biak adalah Inokson, suku Marind (Merauke) adalah

Mahyan, suku Moor adalah Aramuto, dan suku Dani adalah Su, dan

masih banyak lagi. Meskipun memiliki nama yang berbeda-beda

noken tetap memiliki makna yang sakral dan penting dalam struktur

budaya masyarakat adat. (Titus Pekei 2013: 32).

Noken (tas tradisional) memiliki keunikan tersendiri

dibandingkan dengan tas pada umumnya, karena keunikannyanya

yang dibawa dengan kepala. Sehingga pada 17 tanggal 14 Desember

2012 noken di daftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya

tradisional dan warisan kebudayaan dunia. Pengakuan UNESCO

dapat mendorong upaya melindungi dan mengembangkan warisan

budaya noken yang dimiliki lebih dari 250 suku di Provinsi Papua
dan Papua Barat. (Sumber: http//www.kemdikbud.go.id).

b. Fungsi

Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada masyarakat

pedalaman, misalnya di Paniai, Wamena, noken berfungsi sebagai

tas, pakaian, dan penutup kepala atau topi. Noken yang berfungsi

sebagai tas biasanya terbuat dari rajutan atau anyaman serat pohon

atau daun yang kadang diwarnai dan diberi aneka hiasan.

Noken berukuran besar berfungsi untuk membawa hasil kebun,

hasil laut, kayu, hewan kecil, belanjaan, atau menggendong bayi, dan

lain-lain. Noken juga digunakan sebagai tempat penyimpan berbagai

barang atau sebagai “almari” makanan. Noken berukuran kecil untuk

membawa barang pribadi, seperti uang, sirih pinang, makanan, buku

bagi anak sekolah, dan lain-lain.

Selain berfungsi sebagai tas, noken dapat digunakan sebagai

pakaian. Kaum perempuan Papua, khususnya di daerah pedalaman,

menggunakan noken sebagai pakaian, baik sebagai baju maupun rok.

Oleh karena terbuat dari bahan alami, noken terasa nyaman

dikenakan sebagai pakaian. Selain dipakai sehari-hari seperti ke

pasar, kebun, atau tempat lain, noken juga dipakai sebagai busana

perempuan Papua saat menyambut tamu dari luar daerah. Jadi, noken

sekaligus merupakan pakaian kebesaran dalam penyambutan tamu.

1. Makna Filosofis

Sebagai produk budaya, noken memiliki makna filosofis


yang luas. Makna filosofis itu berupa lambang yang

mencerminkan hubungan keseimbangan antara orang Papua

dengan lingkungan fisik dan kulturalnya.

a) Keselarasan dengan alam, kearifan lokal, dan konservasi

lingkungan.

Kehidupan masyarakat asli Papua tidak dapat dipisahkan

dan bergantung pada alam. Alam memberikan apa yang

menjadi kebutuhan masyarakat. Sebaliknya, masyarakat

memperlakukan alam secara arif dan berusaha untuk selalu

hidup harmoni dengan alam. Sebagian besar benda yang

mereka kenakan berasal dari alam. Pemakaian noken untuk

berbagai keperluan hidup mereka merupakan salah satu bukti

keselarasan hubungan antara masyarakat dengan alam.

b) Lambang kesuburan.

Bagi perempuan Papua, noken merupakan lambang

kesuburan dan kesehatan kandungan perempuan. Filosofi ini

identik dengan bentuk dan sifat elastis noken yang dapat

menyesuaikan dengan apa yang dibawanya seperti kandungan

perempuan yang mengandung janin kecil hingga tumbuh besar

dan siap dilahirkan.

c) Lambang keragaman budaya

Noken dimaknai sebagai lambang keragaman budaya

masyarakat Papua. Semua orang Papua mengenalnya dan


mengetahui ciri khas masing-masing daerah yang

membuatnya, baik bentuk maupun bahan. Ukuran noken

bervariasi dari kecil hingga besar. Dari sisi warna pun

beragam, mulai yang polos sampai berwarna-warni. Ada pula

noken yang diberi aksesoris dari bulu burung dan manik-

manik, atau tanpa asesoris.

d) Pandangan hidup

Noken melambangkan pandangan hidup dan jati diri

masyarakat Papua. Masyarakat memaknai noken sebagai

sebuah warisan budaya yang mencerminkan cita-cita

kehidupan mereka di dunia ini. Dengan noken, masyarakat

mempunyai pemahaman yang baik terhadap alam dan seisinya.

Dalam kehidupannya, manusia Papua bercermin pada

keberadaan sebuah noken. Secara filosofi, noken selalu diisi

dengan hal- hal yang baik, demikian pula masyarakat Papua

selalu mengisi dirinya dengan hal-hal yang baik. Melalui

keberadaan noken, masyarakat Papua diingatkan untuk

senantiasa menjalin hubungan yang harmonis dengan alam dan

memberikan yang terbaik untuk sesamanya.

Noken juga melambangkan kemandirian seperti terlihat

pada berbagai benda di dalamnya yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. “Manusia noken”

adalah yang selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan


hidup. Kemandirian manusia noken tidak membuat mereka

bersikap egois dan mementingkan diri sendiri. Dengan

berbagai barang di dalam noken, orang Papua berbagi dengan

sesama. Dalam hal ini, noken dimaknai sebagai “rumah

berjalan” karena di dalam sebuah noken berbagai kebutuhan

yang menjamin kelangsungan hidup dapat dipenuhi.

e) Ikatan batin.

Noken yang dikenakan oleh seorang anak akan

menimbulkan ikatan batin kepada orang tua dan tanah

kelahirannya. Dikatakan sebagai pengikat batin antara anak

Papua dan orang tuanya karena sang mama, khususnya, selalu

membuatkan noken bagi anaknya. Selain itu, noken

perlambang ikatan batin dengan tanah kelahiran karena noken

terbuat dari bahan alami di sekitar rumah atau kampung

halaman.

2. Makna Sosial

Noken memiliki makna sosial yang terkait dengan

hubungan antara sesama warga masyarakat, warga dengan

pemimpinnya, serta warga satu komunitas suku dengan warga

komunitas suku lainnya. Noken dapat menjadi identitas sosial

sebuah komunitas suku karena mencirikan asal suku seseorang.

Orang Papua dapat dilihat asal-usul kesukuannya dengan melihat

bentuk dan ciri khas noken yang dikenakan. Noken Asmat,


misalnya, berbeda bentuk dan ciri khasnya dengan noken

Wamena; begitu pula noken Paniai berbeda dengan noken dari

Biak, dan sebagainya. Jadi, bentuk dan ciri khas noken ini dapat

berfungsi sebagai ikatan sosial suatu suku di Papua. Seorang

warga suatu suku dapat mengenali warga lainnya yang sesuku

berdasarkan noken yang dibawa atau dikenakannya.

Selain sebagai identitas dan ikatan sosial, noken merupakan

benda budaya yang memiliki makna sebagai penanda pelapisan

sosial dalam masyarakat Papua. Sebagai penanda status sosial,

noken berfungsi mengatur hubungan warga masyarakat antara

pemimpin dan yang dipimpin. Kedudukan social seseorang dapat

dilihat dari noken yang dikenakan. Noken yang dikenakan kepala

suku, misalnya, berbeda dengan noken yang dikenakan oleh

warga biasa. Seseorang yang telah menggunakan noken kepala

suku harus dapat berperilaku layaknya seorang pemimpin yang

dapat mengayomi dan berlaku adil bagi masyarakatnya.

Sebaliknya, warga masyarakat umumnya akan menggunakan

noken untuk kalangan rakyat biasa sesuai dengan kedudukan

mereka dalam suatu komunitas suku. Seorang warga biasa tidak

mungkin mengenakan noken yang seharusnya dipakai oleh kepala

suku. Hal itu menunjukkan ada pemahaman yang baik pada warga

masyarakat mengenai kedudukan sosial seseorang melalui

simbolisasi noken.
Noken dapat pula dimaknai sebagai simbol kebersamaan

dan tolong- menolong karena seseorang yang memiliki sesuatu

dalam noken itu dapat membagikannya kepada sesama yang

memerlukan. Sebagai simbol social untuk berbagi dengan sesama,

noken sekaligus mengandung makna pengakuan atas hak milik

seseorang.

Makna sosial noken yang lain adalah sebagai penghormatan

yang tinggi dari seseorang kepada lainnya. Noken digunakan

sebagai benda pemberian atau kenang-kenangan kepada

seseorang yang dianggap istimewa dan berjasa bagi pemberi.

Secara sosiologis, noken memperkuat interaksi sosial di

antara kaum perempuan, para mama Papua pembuat noken. Di

beberapa daerah, banyak dijumpai para mama membuat noken

bersama di suatu tempat. Hal itu sebetulnya untuk mengusir rasa

malas dan bosan apabila dikerjakan secara sendiri-sendiri.

3. Makna Budaya

Noken merupakan warisan nenek moyang yang memiliki

makna budaya mendalam bagi masyarakat Papua. Sedemikian

pentingnya makna budaya noken bagi masyarakat Papua sehingga

mereka berusaha melestarikannya melalui berbagai aktivitas

seperti peminangan gadis, upacara perkawinan, inisiasi,

pengangkatan kepala suku, dan sebagainya. Dalam peminangan

gadis dan upacara perkawinan, noken berperan istimewa sebagai


salah satu benda hantaran atau mas kawin. Noken dipakai sebagai

tempat menaruh kain timor yang juga merupakan syarat wajib

dalam upacara perkawinan khususnya di Papua Barat.

Noken menjadi simbol kedewasaan pada upacara inisiasi

yaitu upacara adat yang dilakukan dalam pergantian tingkat pada

siklus hidup manusia. Misalnya dari status anak-anak menuju

status orang dewasa. Di beberapa daerah seperti di Kabupaten

Paniai, noken menjadi syarat bagi seorang anak perempuan

ataupun laki-laki untuk dapat diakui adat sebagai seorang dewasa.

Bagi anak perempuan yang sudah diakui menginjak dewasa, dia

dapat melangsungkan perkawinan. Bagi anak laki-laki yang sudah

berstatus dewasa berhak mengikuti musyawarah atau rapat adat.

Noken juga merupakan benda adat prasyarat wajib dalam

upacara penobatan kepala suku. Pada acara penobatan kepala

suku, tetua adat mengenakan noken kepada kepala suku terpilih

yang akan terus memakainya. Noken yang dikenakan oleh kepala

suku memiliki ciri khas yang berbeda dari noken yang dipakai

oleh rakyat kebanyakan.

Sebagai warisan budaya, noken merupakan benda pusaka

yang dapat disejajarkan dengan benda pusaka warisan turun-

temurun lainnya, seperti tanah, rumah, binatang, gading, kain

timor, dan sebagainya. Noken sebagai benda pusaka berbeda

dengan noken yang dipakai sehari-hari. Noken jenis ini hanya


dipakai bila dalam upacara tertentu.

Masyarakat Papua terdiri dari beratus-ratus suku yang

mendiami suatu lokasi yang terkadang berdekatan satu dengan

lainnya. Perbedaan suku tersebut sering menyebabkan

pertentangan atau konflik antar suku yang berbeda. Dalam suatu

konflik, biasanya terdapat kesepakatan tidak tertulis di antara

kedua belah pihak bahwa untuk mengakhiri konflik perlu

diadakan sebuah upacara perdamaian. Konflik antar suku akan

terus terjadi apabila mata rantai penyebab konflik, misalnya

pembunuhan, belum terputus. Budaya perdamaian yang

disimbolkan, salah satunya dengan noken ini, akan dijaga dengan

kesungguhan oleh kedua belah pihak yang bertikai.

4. Makna Ekonomi

Noken memiliki makna ekonomis bagi masyarakat Papua.

Dengan noken orang Papua dapat memastikan terjaganya

persediaan makanan dalam keluarganya. Noken juga

mengingatkan orang Papua untuk selalu menyediakan bahan

makanan yang menjadi kebutuhan mereka sehari-hari. Ketika

bahan makanan mulai menipis, mereka harus mengisi kembali

nokennya sehingga dapat menjadi semacam “sistem peringatan

dini” akan kelangsungan hidup mereka. Ubi, petatas, sagu,

merupakan bahan makanan yang selalu tersedia dalam noken-

noken yang tergantung di dapur rumah tangga masyarakat Papua.


Noken juga memiliki daya jual cukup tinggi sehingga

menjadi “tabungan” bagi mama-mama Papua ketika mereka harus

menyediakan uang untuk keperluan mendesak seperti

menyekolahkan anak atau mengirimkan sejumlah uang kepada

anak yang sedang menuntut ilmu di luar Papua. Pada zaman dulu,

noken bahkan berfungsi sebagai alat tukar atau barter, apabila ada

warga yang membutuhkan barang tertentu dapat memperolehnya

dengan cara menukarkan sebuah noken. Sebagai benda adat,

noken juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena selalu

dibutuhkan oleh masyarakat Papua pada umumnya.

c. Pembuatan Noken

Pembuatan noken selalu dilakukan oleh perempuan. Noken

identik dengan perempuan yang terampil dan mahir membuat noken

dan biasanya disebut dengan mama mama noken. Noken yang

disebut wadah atau tempat akan menentukan status diri prempuan

dan menentukan status kedudukan dalam komunitas suku bangsa itu

sendiri. Adapula bapak yang mampu membuat noken, beberapa di

antaranya ialah yang ahli membuat noken dari anggrek di suku Mee

di sebut bapak noken Anggrek dari Meuwo-dide (daerah persebaran

orang Mee) tanah Papua. Perajin noken perempuan maupun laki-laki

tidak banyak. Mama-mama noken pada umumnya belum bisa

membaca dan menulis tetapi sudah sangat terampil membuat

kerajinan tangan noken. Banyak pula yang sudah lanjut usia,


sementara tidak banyak generasi penerus yang mampu menghasilkan

noken seperti yang dibuat mama mama noken.

1. Bahan Baku

Pemilihan bahan untuk membuat noken diambil sesuai

kebutuhan dan kearifan rakyat Papua. Bahan pun sangat beragam

dan disesuaikan dengan letak geografis dan alam setempat. Bahan

yang dihasilkan pun sangat berbeda dan potensi sumber daya

alam yang dihasilkan pun beragam berbeda. Di bawah ini

beberapa contoh bahan alam yang digunakan sebagai bahan baku

noken:

Gbr. Pohon genemon/melinjo Gbr. Pohon mahkota dewa

Gbr. Pohon Beringin Gbr. Pohon Yonkori

Gbr. Rumput Rawa Gbr. Pohon Pandan (Pandanus)


Gbr. Pohon Rotan Gbr. Pohon Anggrek

Noken dibuat dari bahan alam seperti kulit kayu, serat

pohon, rumput rawa, daun pandan, rotan dan anggrek. Pemilihan

sumber daya alam tersebut sesuai dengan keadaan alam,

ketersediannya, dan kearifan komunitas pembuatnya di berbagai

wilayah di provinsi Papua dan Papua Barat. Bahan alam yang

khas dan berada di tanah Papua ini merupakan ciri asal muasal

produk noken. Dapat pula dikatakan bahwa di balik pemilihan

dan pengambilan bahan baku alami itu ada tujuan masyarakat

untuk mempertahankan warisan budaya lokal.

Dalam metode dan proses pembuatan noken kita mengenal

bahan baku noken alami. Dalam mengolah bahan alam menjadi

bahan baku maka diperlukan persiapan, pemilihan, penebangan,

pengupasan, pembersihan dan pewarnaan. Seluruh proses

pengolahan dilakukan secara manual dengan alat bantu sederhana

seperti pisau, dan tali. Proses pengolahan bahan alam yang lain

dilakukan di lingkungan rumah, kecuali penebangan pohon dan

pengupasan kulit kayu yang dilakukan langsung di hutan.

Dari bahan alam yang di dapat tersebut banyak dihasilkan


produk noken yang berbagai macam bentuknya. Berbagai hasil

noken dari bahan alam yang ada di tanah Papua diantaranya

seperti pada gambar di bawah ini :

Gbr. Noken rajut dan anyaman

Gbr. Noken anyaman

Gbr. Noken anggrek rajut ketat maupun jaring

Noken anggrek adalah warna dasar dari tangkai pohon

anggrek dengan warna alami yaitu warna kuning, hitam dan

coklat. Warna alam bukan di warnai tetapi memang sudah tumbuh


dan diambil oleh perajin pada habitatnya dan diprosesnya. Warna

asli antara kuning, hitam dan coklat adalah warna alami sejak

ditumbuh hingga oleh perajin ambil dan proses untuk mrmbuat

noken anggrek rajut jaring maupun noken anggrek ketat seperti

gambar 3.10 diatas.

2. Jenis dan Pengolahan Bahan Baku

a) Kulit Kayu

Tanah Papua kaya akan berbagai jenis pepohonan.

Kulitnya merupakan bahan baku noken anyaman yang populer.

Hampir semua jenis kulit kayu dapat dimanfaatkan sebagai

bahan baku noken, namun masyarakat Papua tidak ambil

sembarang pohon tetapi mengikuti kebiasaan leluhur mereka

sambil mempertahankan nilai budayanya. Biasanya, pohon

dipilih yang masih berumur muda yaitu 1−3 tahun karena

mudah diproses. Kulit kayu berbagai jenis pohon banyak

tumbuh di hutan-hutan Papua. Penebangan atau pemotongan

kayu dilakukan dengan parang dan kapak.

Bahan kulit kayu atau serat pohon berasal dari pohon

yang tumbuh di hutan. Kulit kayu memiliki serat yang juga

disebut serat kayu diambil dengan cara memisahkan kulit, dari

batang pohonnya. Cara yang biasa dilakukan oleh perajin

adalah dengan menggunakan tangan dan beberapa alat bantu

sederhana. Kulit kayu yang dipilih adalah berbagai jenis kulit


yang diperoleh dari kayu lunak atau sumber serat pohon yang

masih muda agar mudah di kupas/kuliti dan mudah keringkan.

b) Proses pengolahan bahan baku dari kulit kayu adalah ;

1) Pemilihan batang pohon.

Pohon yang dipilih adalah pohon yang berusia muda

sekitar 1-3 tahun, supaya tidak sulit untuk melepaskan kulit

dari batang pohonnya dan melepaskan serat dari kulit

batangnya. Pohon yang sudah besar dan tua jarang dipakai

tetapi kalau bahan puma bebi (serat puma atau gnemon),

damiyo bebi (serat damiyo) bisa dipakai karena meskipun

besar dan sudah berusia tetapi masih tergolong muda

sehingga tidak lengket saat pengupasan kulit.

2) Tebang pohon.

Penebangan pohon dilakukan dengan cara yang sangat

sederhana dengan parang dan kapak dan tidak

menggunakan mesin. Namun perlu diperhatikan jarak antar

pohon satu dengan lainnya, sehingga penebangan tidak

menjadikan hutan Nampak gundul di satu lokasi saja,

melainkan perlu dipertimbangkan kemungkinan akan

tumbuh tanaman muda baru. Cara lain yang bijak adalah

dengan menebang satu pohon tetapi dengan menggantinya

menanam satu pohon juga di lokasi yang sama.


3) Bersihkan ranting, daun, dan potong bagian pucuk pohon.

Serat yang baik terdapat pada bagian batang pohon

bagian tengah, sehingga ranting-ranting tidak diperlukan.

Oleh sebab itu ranting, daun, dan pucuk pohon perlu

dibersihkan dari batangnya agar mudah mengulitinya.

Untuk mudahnya batang pohon dipotong menjadi beberpaa

bagian dan dibelah.

4) Pisahkan kulit kayu dari batang pohon.

Batang pohon yang sudah dibelah dikuliti dengan

menggunakan pisau. Batang pohon dibersihkan dari kotoran

yang melekat. Pisahkan kulit kayu dari ujung batang dengan

menggunakan tangan. Batang pohon yang tidak terpakai

dapat dijadikan kayu bakar.

c) Pewarnaan Bahan Baku

Pewarnaan bahan baku noken dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu pada saat pemintalan maupun pada saat bahan

baku diolah. Pewarnaan yang digunakan adalah pewarna alam

dan buatan. Prinsipnya memberi warna pada produk noken

dilakukan sebelum noken selesai terbentuk. Secara tradisional

mewarnai benang pintalan dengan pewarna alam menggunakan

tangan sering dilakukan oleh mama mama noken, hal ini

dilakukan agar lebih mudah. Warna-warna yang digunakan

disesuaikan dengan selera atau kesukaan mama-mama


pembuatan noken. Mereka tidak memiliki desain tersendiri

untuk menentukan warna pada noken. Oleh sebab itu mama

mama noken kesulitan membuat motif pada noken rajut jika

menggunakan cara yang tradisional seperti ini. Maka motif

yang didapat pada noken rajut cenderung garis-garis yang

dibedakan dengan warna saja tidak ada yang lain.

Warna yang digunakan merupakan warna yang

disesuaikan dengan kearifan lokal masyarakat Papua. Yang

paling dominan adalah warna merah, putih, hitam, kuning, dan

coklat. Warna-warna ini sangat akrab dengan alam dan

kehidupan masyarakat Papua dan Papau Barat. Masing-masing

suku di Papua dan Papua Barat memiliki ciri khas terhadap

pewarnaan pada noken.

d. Teknik Pembuatan Noken

Noken bagi masyarakat Papua mencerminkan hubungan yang

harmonis dengan alam lingkungan. Hal itu juga terkait dengan teknik

pembuatan noken yang menyesuaikan dengan alam lingkungan

dimana masyarakat tersebut tinggal. Masyarakat yang tinggal di

daerah pantai lebih mengenal teknik pembuatan noken dengan cara

dianyam, atau teknik anyam. Hal itu disebabkan bahan baku yang

banyak dijumpai di daerah pantai adalah daun pandan, kulit pohon

yang lebih cocok dibuat noken dengan cara dianyam. Sebaliknya,

masyarakat di daerah pedalaman Papua lebih mengenal teknik


pembuatan noken dengan cara dirajut karena bahan baku yang

tersedia di pedalaman Papua lebih banyak berupa serat pohon dan

kulit kayu yang teknik pembuatannya lebih cocok memakai teknik

rajut. Pengetahuan tentang teknik pembuatan noken ini diperoleh

oleh masyarakat Papua secara turun temurun dari nenek moyang

mereka.

a. Teknik Anyaman

Teknik anyaman adalah mengatur bilah; potongan lembaran

dari daun pandan atau rumput rawa, bambu, rotan, dan sebagainya

dengan cara tindih-menindih dan silang-menyilang. Pembuatan

anyaman dilakukan dengan tangan. Teknik anyaman itu

dipertahankan sebagai salah satu cara pembuatan noken dari masa

lampau hingga kini. Pewarnaan pada anyaman noken dilakukan

sebelum bilah dianyam. Pekerjaan menganyam dilakukan pada

siang hari, di rumah atau di sanggar noken, dan aktifitas ini

dimanfaatkan sebagai pengisi waktu senggang.

b. Teknik Rajutan

Teknik rajutan adalah teknik menyirat atau menjalin benang

sehingga berbentuk jaring-jaring atau menyerupai jala. Dalam

proses rajutan perlu disiapkan benang. Benang yang terbuat dari

bahan serat pohon harus melalui proses pemintalan terlebih

dahulu baru bisa dirajut. Pemintalan yang dilakukan secara

konvensional oleh masyarakat Papua pengrajin noken adalah


dengan menggunakan tangan dan alas paha mereka. Mama-mama

noken dapat memintal serat pohon yang sudah diurai menjadi

lembaran tipis dan panjang tadi menjadi benang pintalan dengan

dibantu abu sekam agar tangan tidak licin atau tetap kasat.

c. Desain dan Motif Noken

Desain anyaman noken lebih dominan dibuat dalam bentuk

tas, namun ada pula yang dibuat dalam bentuk berbagai peralatan

rumah tangga lainnya seperti wadah-wadah. Anyaman noken

sudah banyak dibuat perajin noken dengan berbagai motif khas

Papua dan hiasan yang menarik. Motif yang biasa dibuat adalah

geometris seperti segiempat, segitiga, meander, swastika, dan

garis vertikal maupun horisontal.

Desain rajutan noken lebih dominan dibuat dalam bentuk

tas. Namun tidak seperti anyaman noken, noken dengan teknik

rajutan banyak dibuat dalam bentuk pakaian, topi, wadah hp,

dompet, ikat kepala/pinggang dan masih bnayak lagi. Membuat

motif pada noken rajutan tidak semudah dengan teknik anyaman,

sehingga motif yang muncul masih banyak berupa garis-garis

pembeda warna saja.

2.2.2 Kualitas Produk

a. Pengertian Kualitas Produk

Menurut Fandy Tjiptono (2010:14) Kualitas Produk adalah


kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan

yang mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.

Kualitas Produk juga merupakan kondisi yang selalu berubah

(misalnya apa yang dianggap kualitas saat ini berkuaitas mungkin

dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).

Kualitas Produk Salah satu keunggulan dalam persaingan ini

terutama adalah kualitas produk yang dapat memenuhi keinginan

konsumen. Bila tidak sesuai dengan spesifikasi maka produk akan

ditolak. Sekalipun produk tersebut masih dalam batas toleransi yang

telah ditentukan maka produk tersebut sebaiknya perlu menjadi

catatan untuk menghindari terjadinya kesalahan yang lebih besar

diwaktu yang akan datang. Demikian juga konsumen dalam dalam

membeli suatu produk konsumen selalu berharap agar barang yang

dibelinya dapat memuaskan segala keinginan dan kebutuhannya.

Untuk itu perusahaan harus dapat memahami keinginan konsumen,

sehingga perusahaan dapat menciptakan produk yang sesuai dengan

harapan konsumen. Kualitas produk yang baik merupakan harapan

konsumen yang harus dipenuhi oleh perusahaan, karena kualitas

produk yang baik merupakan kunci perkembangan produktivitas

perusahaan.

Kualitas produk merupakan hal penting yang harus diusahakan

oleh setiap perusahaan apabila menginginkan produk yang

dihasilkan dapat bersaing di pasar. Dewasa ini, dikarenakan


kemampuan ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat cenderung

meningkat, sebagian masyarakat semakin kritis dalam

mengkonsumsi suatu produk. Konsumen selalu ingin mendapatkan

produk yang berkualitas sesuai dengan harga yang dibayar,

walaupun terdapat sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa,

produk yang mahal adalah produk yang berkualitas. Jika hal itu

dapat dilaksanakan oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut akan

dapat tetap memuaskan para konsumen dan dapat menambah jumlah

konsumen. Dalam perkembangan suatu perusahaan, persoalan

kualitas produk akan ikut menentukan pesat tidaknya perkembangan

perusahaan tersebut. Apabila dalam situasi pemasaran yang semakin

ketat persaingannya, peranan kualitas produk akan semakin besar

dalam perkembangan perusahaan. Selain itu, konsumen akan

menyukai produk yang menawarkan kualitas, kinerja, dan pelengkap

inovatif yang terbaik (Lupiyoadi dan Hamdani, 2006:131).

b. Dimensi Kualitas Produk

Dimensi kualitas produk menurut Fandy Tjiptono (2010:25)

mengemukakan, bahwa kualitas produk memiliki beberapa dimensi

antara lain :

1. Kinerja (Performance) merupakan karakteristik operasi dan

produk inti (core product) yang dibeli. Misalnya kecepatan,

kemudahan dan kenyamanan dalam penggunaan.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (Features) yaitu


karakteristik sekunder atau pelengkap.

3. Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to Spesification)

yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi

standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya pengawasan

kualitas dan desain, standar karakteristik operasional

4. Keandalan (Realibility) yaitu kemungkinan kecil akan mengalami

kerusakan atau gagal pakai. Misalnya pengawasan kualitas dan

desain, standar karakteristik operasional

5. Daya tahan (Durability) berkaitan dengan berapa lama produk

tersebut dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur

teknis maupun umur ekonomis.

6. Estetika (Esthetica) yaitu daya tarik produk terhadap panca

indera. Misal keindahan desain produk, keunikan model produk,

dan kombinasi

7. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived Quality) merupakan

persepsi konsumen terhadapkeseluruhan kualitas atau keunggulan

suatu produk. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli

akan atribut atau ciri-ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli

mempersepsikan kualitasnya dari aspek harga, nama merek, iklan,

reputasi perusahaan, maupun negara pembuatnya.

8. Dimensi kemudahan perbaikan (Service ability) meliputi

kecepatan, kemudahan, penanganan keluhan yang memuaskan.

Pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum penjualan,


tetapi juga selama proses penjualan hingga purna jual yang

mencakup pelayanan reparasi dan ketersediaan komponen yang

dibutuhkan.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Produk

Menurut Feigan Baum (2012:28) Faktor-faktor yang

mempengaruhi Kualitas Produk secara langsung dipengaruhi oleh 9

bidang dasar atau 9 M, yaitu :

1. Market (Pasar)

Jumlah produk baru dan baik yang ditawarkan di pasar terus

bertumbuh pada laju yang eksplosif. Konsumen diarahkan untuk

mempercayai bahwa ada sebuah produk yang dapat memenuhi

hampir setiap kebutuhan. Pada masa sekarang konsumen meminta

dan memperoleh produk yang lebih baik memenuhi ini. Pasar

menjadi lebih besar ruang lingkupnya dan secara fungsional lebih

terspesialisasi di dalam barang yang ditawarkan. Dengan

bertambahnya perusahaan, pasar menjadi bersifat internasional

dan mendunia. Akhirnya bisnis harus lebih fleksibel dan mampu

berubah arah dengan cepat.

2. Money (Uang)

Meningkatnya persaingan dalam banyak bidang bersamaan

dengan fluktuasi ekonomi dunia telah menurunkan batas (marjin)

laba. Pada waktu yang bersamaan, kebutuhan akan otomatisasi

dan pemekanisan mendorong pengeluaran mendorong


pengeluaran biaya yang besar untuk proses dan perlengkapan

yang baru. Penambahan investasi pabrik, harus dibayar melalui

naiknya produktivitas, menimbulkan kerugian yang besar dalam

memproduksi disebabkan oleh barang afkiran dan pengulang

kerjaan yang sangat serius. Kenyataan ini memfokuskan perhatian

pada manajer pada bidang biaya kualitas sebagai salah satu dari

“titik lunak” tempat biaya operasi dan kerugian dapat diturunkan

untuk memperbaiki laba.

3. Management (Manajemen).

Tanggung jawab kualitas telah didistribusikan antara

beberapa kelompok khusus. Sekarang bagian pemasaran melalui

fungsi perencanaan produknya, harus membuat persyaratan

produk. Bagian perancangan bertanggung jawab merancang

produk yang akan memenuhi persyaratan itu. Bagian produksi

mengembangkan dan memperbaiki kembali proses untuk

memberikan kemampuan yang cukup dalam membuat produk

sesuai dengan spesifikasi rancangan. Bagian pengendalian

kualitas merencanakan pengukuran kualitas pada seluruh aliran

proses yang menjamin bahwa hasil akhir memenuhi persyaratan

kualitas dan kualitas pelayanan, setelah produk sampai pada

konsumen menjadi bagian yang penting dari paket produk total.

Hal ini telah menambah beban manajemen puncak khususnya

bertambahnya kesulitan dalam mengalokasikan tanggung jawab


yang tepat untuk mengoreksi penyimpangan dari standar kualitas.

4. Men (Manusia).

Pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan

penciptaan seluruh bidang baru seperti elektronika komputer

menciptakan suatu permintaan yang besar akan pekerja dengan

pengetahuan khusus. Pada waktu yang sama situasi ini

menciptakan permintaan akan ahli teknik sistem yang akan

mengajak semua bidang spesialisasi untuk bersama

merencanakan, menciptakan dan mengoperasikan berbagai sistem

yang akan menjamin suatu hasil yang diinginkan.

5. Motivation (Motivasi).

Penelitian tentang motivasi manusia menunjukkan bahwa

sebagai hadiah tambahan uang, para pekerja masa kini

memerlukan sesuatu yang memperkuat rasa keberhasilan di dalam

pekerjaan mereka dan pengakuan bahwa mereka secara pribadi

memerlukan sumbangan atas tercapainya sumbangan atas

tercapainya tujuan perusahaan. Hal ini membimbing ke arah

kebutuhan yang tidak ada sebelumnya yaitu pendidikan kualitas

dan komunikasi yang lebih baik tentang kesadaran kualitas.

6. Material (Bahan)

Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan kualitas,

para ahli teknik memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat

dari pada sebelumnya. Akibatnya spesifikasi bahan menjadi lebih


ketat dan keanekaragaman bahan menjadi lebih besar.

7. Machine and Mecanization (Mesin dan Mekanik)

Permintaan perusahaan untuk mencapai penurunan biaya

dan volume produksi untuk memuaskan pelanggan telah

terdorong penggunaan perlengkapan pabrik yang menjadi lebih

rumit dan tergantung pada kualitas bahan yang dimasukkan ke

dalam mesin tersebut. Kualitas yang baik menjadi faktor yang

kritis dalam memelihara waktu kerja mesin agar fasilitasnya dapat

digunakan sepenuhnya.

8. Modern Information Metode (Metode Informasi Modern)

Untuk mengumpulkan, menyimpan, mengambil kembali,

memanipulasi informasi pada skala yang tidak terbayangkan

sebelumnya. Teknologi informasi yang baru ini menyediakan cara

untuk mengendalikan mesin dan proses selama proses produksi

dan mengendalikan produk bahkansetelah produk sampai ke

konsumen. Metode pemprosesan data yang baru dan konstan

memberikan kemampuan untuk memanajemeni informasi yang

bermanfaat, akurat, tepat waktu dan bersifat ramalan mendasari

keputusan yang membimbing masa depan bisnis.

9. Mounting Product Requirement (Persyaratan Proses Produksi)

Kemajuan yang pesat dalam perancangan produk,

memerlukan pengendalian yang lebih ketat pada seluruh proses

pembuatan produk. Meningkatnya persyaratan prestasi yang lebih


tinggi bagi produk menekankan pentingnya keamanan dan

kehandalan produk.

2.2.3 Harga

a. Pengertian Harga

Menurut Kotler dan Armstrong (2013:151), Sejumlah uang

yang dibebankan atas suatu barang atau jasa atau jumlah dari nilai

uang yang ditukar konsumen atas manfaat - manfaat karena memiliki

atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Bob

Sabran (2012: 67), harga adalah salah satu elemen bauran pemasaran

yang menghasilkan pendapatan, elemen lain menghasilkan biaya.

Harga merupakan elemen termudah dalam program pemasaran untuk

disesuaikan, fitur produk, saluran, dan bahkan komunikasi

membutuhkan banyak waktu.

b. Penetapan Harga

Strategi penetapan harga menjadi sesuatu yang perlu

diperhatikan dalam tiga situasi berikut ini:

1. Ketika harga suatu produk bru yang sedang ditetapkan

2. Ketika sedang melakukan mempertimbangkan melakukan

perubahan jangka panjang bagi suatu produk yang sudah mapan,

dan

3. Ketika sedang mempertimbangkan melakukan perubahan harga


jangka pendek.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penetapan

harga, yakni:

a. Faktor-faktor internal, yang terdiri dari: tujuan pemasaran

perusahaan, pertimbangan organisasi, sasaran pemasaran biaya

dan strategi bauran pemasaran.

b. Faktor-faktor eksternal, ang terdiri dari: situasi dan permintaan

pasar, persaingan, harapan perantara, dan faktor-faktor lingkugan

seperti kondisi sosial ekonomi, kebijakan dan peraturan

pemerintah, budaya dan politik.

Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu:

a. Tujuan berorientasi pada Laba

Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap

perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba

paling tinggi. Tujuan ini dikenal denagn istilah maksimasi laba.

Ada perusahaan yang menggunakan target laba, yaitu tingkat laba

yang sesuai atau yang diharapkan sebagai sasaran laba.

b. Tujuan beroriantasi pada volume

Ada pula perusahaan yang menetapkan harganya

berdasarkan tujuan yang berorintasi pada volume tertentu atau

yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objectives,

Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target

penjualan volume (dalam ton, kg, unit, , dan lain-lainnya) nilai


penjualan (Rp) atau pangsa pasar (absolute maupun kreatif).

c. Tujuan berorientasi pada citra

Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui

strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga

tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius.

Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk

nilai tertentu (image of value).

d. Tujuan stabilitas harga

Tujuan stabilitas dilakukan dengan jalan menetapkan harga

untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu

perusahaan dan pemimpin industri (industry leader).

e. Tujuan – tujuan lainnya

Harga dapat pula ditetapkan tujuan mencegah masuknya

pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung

penjualan ulang, atau menghindari capur tangan pemerintah.

c. Faktor pertimbangan lain dalam penetapan harga

Faktor – faktor lain yang harus juga dipertimbangkan dalam

rangka merancang program penetapan harga antara lain :

1. Lingkungan politik dan hukum, misalnya regulasi, perpajakan,

perlindungan konsumen.

2. Lingkungan internasional, di antaranya lingkungan politik,

ekonomi, sosial budaya, sumber daya alam dan teknologi dalam

konteks global.
3. Unsur harga dalam program pemasaran lain, misalnya program

promosi penjualan dan distribusi (seperti diskon kuantitas, diskon

kas, fasilitas kredit atau bantuan pembiayaan, kontrak jangka

panjang dan negotiated pricing).

d. Metode penetapan harga

Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat

kategori utama, yaitu metode penetapan harga berbasis permintaan,

berbasisi biaya, berbasis laba, dan berbasis persaingan. Menurut

Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Bob Sabran (2012:77)

yang menjelaskan metode penetapan harga sebagai berikut:

1. Metode Penetapan Harga Berbasis Permintaan

a) Adalah suatu metode yang menekankan pada faktor-faktor

yang mempengaruhi selera dan referansi pelanggan daripada

faktor-faktor seperti biaya, laba, dan persaingan. Permintaan

pelanggan sendiri didasarkan pada berbagai pertimbangan,

diantaranya yaitu:

b) Kemampuan para pelanggan untuk membeli (daya beli).

c) Kemauan pelanggan untuk membeli.

d) Suatu produk dalam gaya hidup pelanggan, yakni menyangkut

apakah produk tersebut merupakan simbol status atau hanya

produk yang digunakan sehari-hari.

e) Manfaat yang diberikan produk tersebut kepada pelanggan.

f) Harga produk-produk substitusi.


g) Pasar potensial bagi produk tersebut.

h) Perilaku konsumen secara umum.

2. Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya

Dalam metode ini faktor penentu harga yang utama adalah

aspek penawaran atau biaya bukan aspek permintaan.Harga

ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang

ditambah dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya-

biaya langsung, biaya overhead, dan laba.

3. Metode Penetapan Harga Berbasis Laba

Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan

biaya dalam penetapan harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas

dasar target volume laba spesifik atau dinyatakan dalam bentuk

persentase terhadap penjualan atau investasi. Metode penetapan

harga berbasis laba ini terdiri dari target harga keuntungan, target

pendapatan pada harga penjualan, dan target laba atas harga

investasi.

4. Metode Penetapan Harga Berbasis Persaingan

Selain berdasarkan pada pertimbangan biaya, permintaan,

atau laba, harga juga dapat ditetapkan atas dasar persaingan, yaitu

apa yang dilakukan pesaing. Metode penetapan harga berbasis

persaingan terdiri dari.Harga di atas atau di bawah harga pasar;

harga penglaris, dan harga penawaran tertutup.


e. Indikator – indikator Harga

Menurut Kotler dan Armstrong terjemahan Sabran (2012:52),

didalam variabel harga ada beberapa unsur kegiatan utama harga

yang meliputi daftar harga, diskon, potongan harga, dan periode

pembayaran. Menurut Kotler dan Armstrong terjemahan Sabran

(2012:278), ada empat indikator yang harga yaitu:

1. Keterjangkauan harga.

2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk.

3. Daya saing harga.

4. Kesesuaian harga dengan manfaat.

2.2.4 Keputusan Pembelian

a. Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan konsumen dalam melakukan pembelian suatu

produk merupakan suatu tindakan yang lazim dijalani oleh setiap

individu konsumen ketika mengambil keputusan membeli.

Keputusan membeli atau tidak membeli merupakan bagian dari

unsur yang melekat pada diri individu konsumen yang disebut

behavior, dimana ia merujuk kepada tindakan fisik yang nyata.

Berikut ini peneliti paparkan pendapat-pendapat mengenai

keputusan pembelian yang dikemukakan beberapa ahli :

Menurut Buchari Alma (2011:96), mengemukakan bahwa

keputusan pembelian adalah :


“Suatu keputusan konsumen yang dipengaruhi oleh ekonomi

keuangan, teknologi, politik, budaya, produk, harga, lokasi, promosi,

physical evidence, people dan process, sehingga membentuk suatu

sikap pada konsumen untuk mengolah segala informasi dan

mengambil kesimpulan berupa response yang muncul produk apa

yang akan dibeli”.

Sedangkan Menurut Philip Kotler yang diterjemahkan oleh A.

B Susanto (2012) mengemukakan bahwa keputusan pembelian dapat

diartikan sebagai suatu keputusan yang diambil oleh seorang calon

pembeli menyangkut kepastian akan membeli atau tidak.

Sementara itu keputusan konsumen untuk melakukan

pembelian suatu produk meliputi enam sub keputusan (pilihan

produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian, jumlah

pembelian, metode pembayaran), Kotler dan Keller yang dialih

bahasakan Susanto (2012:184) menjelaskannya sebagai berikut :

b. Pilihan produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah

produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini

perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang

yang berminat membeli sebuah produk serta alternatif yang mereka

pertimbangkan.

1. Pilihan merek

Pembeli harus mengambil keputusan tentang merek mana


yang akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan

tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana

konsumen memilih sebuah merek

2. Pilihan penyalur

Pembeli harus mengambil keputusan penyalur mana yang

akan dikunjungi. Setiap pembeli mempunyai pertimbangan yang

berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur bisa dikarenakan

faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan barang

yang lengkap dan lain-lain.

3. Waktu pembelian.

Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian

bisa berbeda-beda, misalnya : ada yang membeli setiap hari, satu

minggu sekali, dua minggu sekali, tiga minggu sekali atau sebulan

sekali.

4. Jumlah pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa

banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian

yang dilakukan mungkin lebih dari satu. Dalam hal ini perusahaan

harul mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan

yang berbeda-beda dari para pembeli.

5. Metode pembayaran

Pembeli dapat mengambil keputusan tentang metode

pembayaran yang akan dilakukan dalam pengmbilan keputusan


konsumen menggunakan barang dan jasa, dalam hal ini juga

keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh teknologi yang

digunakan dalam transaksi pembelian.

c. Tipe-tipe Keputusan Pembelian

Pengambilan keputusan konsumen pada umumnya berbeda-

beda tergantung pada jenis keputusan pembeliannya. Tipe-tipe

keputusan pembelian tersebut dapat dikelompokan kedalam empat

tipe, Kotler dan Amstrong (2012) menyatakan bahwa terdapat empat

tipe perilaku pembeli dalam keputusan pembelian, yaitu:

Tabel 2.1

Tipe-tipe Keputusan Pembelian

High Involvement Low Involvement


Significant Differences Complex Buying Variety-Seeking
Between Brands Behavior Buying behavior
Dissonance-
Few Differences Between Habitual Buying
Reducing Buying
Brands Behavior
Behavior
Sumber: Kotler & Amstrong (2012:208)

Penjelasan dari ke empat tipe pembelian yaitu sebagai berikut:

a) Perilaku pembelian yang kompleks (Complex Buying Behavior)

Dimana konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang

rumit disaat mereka sangat terlibat dalam sebuah pembelian dan

menyadari adanya yang signifikan diantara berbagai merek.

b) Perilaku pembelian yang mengurangi ketidakefesiensian

(Dissonance-Reducing Buying Behavior)

Konsumen mengalami keterlibatan tinggi akan tetapi


melihat sedikit perbedaan, diantara merek-merek. Keterlibatan

yang tinggi didasari oleh fakta bahwa pembelian tersebut mahal,

jarang dibeli dan beresiko

c) Perilaku pembelian yang mencari keragaman (Dissonance-

Reducing Buying Behavior)

Beberapa situasi pembeli ditandai oleh keterlibatan

konsumen yang rendah namun perbedaan merek yang signifikan.

Dalam situasi ini, konsumen sering melakukan perpindahan

merek.

d) Perilaku pembelian yang karena kebiasaan (Habitual Buying

Behavior)

Keterlibatan consume rendah sekali dalam proses pembelian

karena tidak ada perbedaan nyata diantara berbagai merek. Harga

barang relative rendah.


2.3 Kerangka Pemikiran

Pada sub-bab ini peneliti akan menggambarkan kerangka pemikiran

yang bertujuan memudahkan pembaca dalam memahami pengaruh antar

variabel penelitian yaitu kualitas produk, harga, dan keputusan pembelian.

Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan

fungsi-fungsinya yang meliputi daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan

serta atribut lainnya. Bila suatu produk telah dapat menjalankan fungsi-

fungsinya dapat dikatakan sebagai produk yang memiliki kualitas yang baik.

Keputusan pembelian konsumen terletak pada pertimbangan persepsi kualitas

produk noken. Jika noken dirasakan oleh konsumen memiliki daya tahan,

keandalan, ketepatan, kemudahan yang mumpuni terhadap selera dan

pemenuhan kebutuhan konsumen maka hal tersebut berpengaruh terhadap

keputusan pembelian.

Selain itu pertimbangan keputusan pembelian ialah harga, harga adalah

satuan moneter atau ukuran lainya termasuk barang dan jasa yang ditukarkan

agar memperoleh hak kepemilikan atau pengunaan suatu barang atau jasa.

Pengertian tersebut sejalan dengan konsep pertukaran dalam pemasaran,

sedangkan jika di lihat berdasarkan sudut pandang konsumen, berdasarkan

konsep tersebut harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu

produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-

manfaat untuk menggunakan produk atau jasa tersebut. Artinya harga

seringkali digunakan sebagai indikator seseorang dalam memutuskan atau

dalam menentukan keputusan pembelian. Harga juga akan berpengaruh


terhadap konsep pertukaran nilai barang terhadap manfaat barang atau produk

tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga adalah

pertimbangan keputusan konsumen terkait manfaat atau kualitas produk

dengan pemenuhan kebutuhannya.

Suatu keputusan konsumen yang dipengaruhi oleh ekonomi keuangan,

teknologi, politik, budaya, produk, harga, lokasi, promosi, physical evidence,

people dan process, sehinga membentuk suatu sikap pada konsumen untuk

mengolah segala informasi dan mengambil kesimpulan berupa respon yang

muncul produk apa yang akan dibeli. Sedangkan keputusan pembelian dapat

diartikan sebagai berikut keputusan yang diambil oleh seorang calon pembeli

menyangkut kepastian akan membeli atau tidak.

Berdasarkan konsep diatas seorang konsumen akan melakukan

pembelian terhadap produk noken, jika konsumen memiliki informasi tentang

kualitas produk noken meliputi manfaat, daya tahan, keandalan, ketepatan,

kemudahan, serta membandingkan kualitas tersebut dengan beban biaya yang

harus di keluarkan sebagai penggantinya. Sehingga dapat disimpulkan

sementara terdapat pengaruh antara kualitas produk dan harga terhadap

keputusan pembelian konsumen.


2.4 Hipotesis

Anda mungkin juga menyukai