Anda di halaman 1dari 2

Mahkota para perempuan Papua

Bicara soal sosok Kartini, bayangan kita pasti merujuk pada perempuan yang bersanggul dan
kebaya serta surat-suratnya yang di terbitkan berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang" karya
Armijin Pane. Sosok yang sudah menjadi stigma para masyarakat umum karena beliau membela
emansipasi wanita yang masih berlangsung hingga sampai saat ini. Namun selain Ibu kita R. A.
Kartini, kita harus beralih dari sanggulan dan kebaya, tentu kita harus mengenal mahkota para
perempuan pembela keberlangsungan hidup keluarga yang ada di papua.

Perempuan papua sudah pasti dikenal dan dekat dengan noken. Noken sendiri tas asli anyaman
atau rajutan buatan perempuan papua yang sudah diturunkan dari para nenek moyang orang
papua. tas khas papua ini yang dirajut dari benang asli akar anggrek dan ada juga serat-serat
kayu atau yang sekarang lebih trend adalah bahan dasarnya pun berupa, benang wol dan
manila (sejenis benang wol tapi dari nilon).

Noken sendiri sudah menjadi simbol dari kehidupan yang baik, bagaimana tidak, dulu noken
menjadi sebuah titik ukur bagi perempuan yang mulai beranjak dewasa apabila perempuan itu
sudah bisa menganyam atau merajut noken itu membuktikan bahwa perempuan itu sudah
dewasa. Jika seorang perempuan papua tetapi dirinya tidak bisa membuat noken dia dianggap
belum dewasa. Noken juga biasanya digunakan oleh para perempuan yang belum menikah.
Jadinya jika perempuan tersebut belum bisa membuat noken, maka dirinya masih belum bisa
menikah dengan kekasihnya.

Noken yang dipakai ini cara penggunananya cukup unik kalau pada umumnya tas di pakai di
lengan atau dijinjing berbeda dengan noken yang cara pemakaiannya digunakan di atas kepala
seperti sebuah mahkota. Tak tanggung-tanggung bobot yang dibawa pada 1 buah noken ini bisa
mencapai 3-5 kg dan biasanya para perempuan papua tidak hanya membawa 1 saja bahkan
bisa mencapai 2-4 atau lebih. Susunan noken diatas kepala juga beragam, menyesuaikan kapan
dan darimana perempuan papua membawa nokennya. Pada umumnya noken dipakai untuk
para perempuan membawa hasil dari kebun. Bentuk rajutan Noken biasanya berbentuk jarring.
Dalam tradsi, noken juga biasa digunakan untuk mas kawin pernikahan adat, proses noken
menjadi mas kawin ini biasanya dari pihak sang laki-laki memberikan noken itu. noken sendiri
mempunyai banyak variasi ukuran dan susunannya meliputi noken yang berisi kayu bakar
dibagian pertama, biasanya noken khusus kayu bakar ini terbuat lebih lebar dan panjang.
Setelah itu noken yang kedua berisi ubi-ubian (kasbi dan petatas) dan disusunan terluar adalah
sayur dan alat-alat kerja laki-laki seperti parang. yang paling mengesankan adalah noken juga
bisa dibuat menggendong anak sedangkan barang bawaannya diletakan di bagian belakang.
Jadi sudah terbayang kuatnya seorang kartini papua untuk mengangkat mahkota yang tidak
lain adalah nokenya itu, memang butuh tenaga yang cukup banyak dan hanya perempuan
Papua yang bisa.
Sekarang Noken menjadi ciri khas orang papua terlebih lagi dalam bidang fashion. Saat ini
noken berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Karya-karya anyaman atau noken ini
banyak dan beragam sekali. Anyaman dan rajutan khas bisa kita jumpai dalam berbagai bentuk
dan model seperti, topi, baju, dan juga rok. Perempuan dan masyarakat Papua patut bangga
dengan mahkota ini bisa menjadi beragam sekali kegunanaanya.

Noken sudah dikenal dengan digandrunginya oleh banyak anak muda. Terlebih lagi noken asli
khas Papua ini sudah di akui sampai ke UNESCO yang menobatkan noken sebagai salah satu
warisan budaya pada tanggal 4 Desember 2012. Di era saat ini noken tidak hanya berperan
sebagai alat khas untuk keperluan adat atau hanya sebagai sarana transportasi untuk
mengangkut bahan makanan bagi para perempuan atau ibu-ibu dipapua, namun juga sebagai
ciri dari masyarakat papua itu sendiri.

Gambaar dari : https://cvaristonkupang.com/2016/10/06/keunikan-tanah-papua-dalam-festival-baliem-


the-uniqueness-of-papua-in-baliem-festival/noken-papua/

https://www.google.co.id/search?q=noken+papua&client=ms-android-
oppo&prmd=inv&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiWtqaV4_faAhUKPY8KHRBgDf0Q_AUIES
gB&biw=360&bih=566#imgdii=WF-bVGn6hz0szM:&imgrc=tV4QxEo5GZr3OM:

Anda mungkin juga menyukai