KESADARAN PARSIAL
DISUSUN OLEH
Makalah ini berisi penjelasan mengenai teori Georg Lukacs Kesadaran Parsial. Georg
Lukacs yang menawarkan pendekatan yang sedikit berbeda dalam persoalan kesadaran palsu
dan ideologi. Konseptualisasinya tentang masalah dan konsep-konsep tersebut jatuh pada
model epistemologi tradisional ketimbang langsung pada strategi dan taktik gerakan buruh.
Teori kesadaran parsial tersebut diaplikasikan pada puisi Satu Mimpi Satu Barisan.
Puisi tersebut diambil dari antologi puisi milik Wijih Thukul yang berjudul Nyanyian Akar
Rumput. Antalogi puisi ini sendiri mengambarkan keterwakilan kelas sosial petani, buruh,
dan kaum miskin lainnya dalam semangat yang semakin menguat, bahwa segala bentuk
kemiskinan itu bukanlah semata-mata hadiah dari kekuasaan Tuhan, akan tetapi peluang dan
kesempatan itu telah dilahap oleh kekuasaan politik dan modal.
Dalam makalah ini terdapat dua pokok pembahasan yang di dapat dari analisis puisi Satu
Mimpi Satu Barisan yaitu, deskriminasi terhadap kaum buruh dan perbandingan kedudukan
kaum buruh dan borjuis.
PEMBAHASAN
Georg Lukacs lahir 13 April 1885, Budapest, Hongaria dan meninggal 4 Juni 1971,
Budapaset, Hongaria. Dia adalah seorang filsuf Hongaria dan juga filsuf Marxis, ahli
kecantikan, sejarawan sastra, dan kritikus. Dia adalah salah satu pendiri Marxisme berat,
sebuah tradisi interperatik yang berangkat dari kaum Maxisortodoksi ideologis Uni Soviet.
Dia adalah mengembangkan teori reifikisasi, dan berkontribusi teori Marx. Dengan
perkembangan teori kesadaran kelas Karl Marx dia juga seorang filsuf leninisme. Dia secara
ideologis mengembangkan dan mengorganisir praktik-praktik revolusioner pragmatis lenin ke
dalam filsafat formal revolusi pelopor partai.
Seorang pemikir ideologis storis menawarkan pendekatan yang sedikit berbeda dalam
persoalan kesadaran palsu dan ideologi. Konseptualisasinya tentang masalah dan hubungan
antar konsep-konsep tersebut jatuh pada model epistemologi tradisional ketimbang langsung
pada strategi dan taktik gerakan buruh. Lukacs mengembangkan konsep refikasi dari gagasan
Marx tentang fetisime komoditas menjadi teori kesadaran palsu kelas pekerja.
Dalam tatanan masyarakat borjuis, semua hubungan antar manusia dikuasai oleh
hukum pasar. Kapitalisme telah menyamarkan bentuk hubungan kemanusiaan itu sekedar
menjadi hubungan antar komoditi, barang untuk diperjual-belikan. Semuanya yang layak jual
dalam arti memiliki nilai tukar kemudian di lempar ke pasar yang ditentukan oleh hukum-
hukum objektif pasar. Hubungan tersebut seolah terjadi secara alami dan tanpa sadar manusia
telah menjadi objek pembendaan yang tak memiliki kekuatan sebagai manusia rasional dan
bebas sama sekali. Padahal hubungan itu merupkan hasil konstruksi historis oleh tangan-
tangan manusia.
Dari sinilah sebenarnya pemikiran borjuis lahir, yang mana kemudian membawa
pandangan dunia yang eksploitatif. Pemikiran borjuis itu memang cenderung bersifat
kontemplatif dalam arti pemikiran yang terkonstitusi dalam lanskap individual itu sekedar
memanfaatkan momen yang menguntungkan serta melihat realitas sekedar hitam-putih tanpa
mau menelaah lebih dalam akan kontradiksi internalnya. Implikasinya pemikiran ini
cenderung pasif dan sekedar menjelaskan realitas ketimbang merubah secara mendasar
konstruksi sosial kapitalisme.
Kesadaran parsial kelas bahwa kesadaran proletar sebagai buruh adalah sesuatu
yang parsial dari keseluruhan komoditas petisisme ciptaan modus kapitalis berdasarkan
hubungan M-C-M (money-commodity-money) yang menyembunyikan eksploitasi nilai
surplus. Harga di tentukan oleh mekanisme pasar, bukan oleh kaum proletar itu sendiri. Jika
terjadi penurunan harga, maka proletar menjadi turun nilai tenaga kerjanya. Dalam konteks
ini, menurut Lukacs kesadaran palsu menjadi cara biasa untuk memahami dan bertindak
dalam masyarakat kapitalis. Di sisi lain, kecenderungan dari proses ekonomi yang berbentuk
akumulasi modal, mencegah kesadaran palsu, perjuangan kelas atau ledakan aktivitas yang
luar bisa, untuk mengarah pada pertumbuhan dan perkembangan kesadaran kelas.
Pusat gagasan Lukacs terletak pada kelas sosisal sebagai “subjek”. Kelas dalam
pengertian Marxsisme adalah agen sejarah, tapi berbentuk struktural atau formasi material
dan entitas “intersubjektif”. Menurut Lukacs kapitalisme tidak mampu keluar dari kesadaran
parsial yang dimilikinya, tapi secara struktural ia bergerak mencapai pemahaman yang benar,
baik sebagai dirinya sendiri maupun sebagai sistem sosial. Kelas yang berkuasa dalam
masyarakat kapitalis sangat berbeda dari kelompok-kelompok yang berkuasa dalam
masyarakat feodal (aturan yang dilakukan secara langsung dan sadar, di sahkan oleh agama,
sosial dan prinsip-prinsip “alamia”, sedangkan faktor ekonomi masih tersembunyi dan
sekunder). Sementara kapitalis, dominasi tercapai oleh kesadaran palsu, baik pada kelas
berkuasa borjuis maupun kelas pekerja, dengan mediasi komoditas. Kelas pekerja adalah
satu-satunya kelompok sosial yang punya kemampuan untuk memahami informasi aksi
revolusioner, karena kehidupan kelas ini adalah kehidupan sehari-hari yang berada dalam inti
irasionalitas dan kontradiksi masyarakat kapitalis. Menurut Lukacs, kesadaran kelas borjuis
sebagai “kesadaran palsu” adalah kondisi objektif sebagai hasil dari aktivitas ekonomi dan
tidak abriter, subjektif atau psikologis.
Lukacs mengatakan kesadaran diri dapat disebut sebagai praktik revolusioner dalam
terminologi. Hegelian dikenal sebagai penyatuan antara subjek dan objek. Ketika kesadaran
sebagian kaum proletar menjadi utuh, kognisi proletariat akan memahami keseluruhan
kondisi sosial tempat ia berposisi sebagai yang tertindas, Lukacs mengasumsikan akan terjadi
revolusi, bukan hanya pada realitas itu sendiri, tapi juga pada tingkat kesadaran. Dalam istilah
Hegelian, reifikasi subjek dan objek menyediakan jalan bagi sebuah totalitas. Dengan
mengetahui diri sendiri, proletariat menjadi subjek dan objek sejarah. Lukacs menyiratkan
bahwa tindakan kesadaran diri ini adalah praktik revolusioner dalam dirinya sendiri.
Jadi, kesadaran palsu yang dihasilkan oleh praktik hidup masyarakat kapitalis, retak
secara struktual. Persoalannya adalah menegaskan kembali ideologi yang dominan atau
kesadaran palsu tersebut ditransformasi oleh sistem-sistem ideologi yang bersaing.
Contoh pengaplikasian teori kesadaraan parsial tehadap Puisi Satu Mimpi Satu Baris karya
Wiji Thukul
Bait pertama hingga bait terakhir dalam puisi tersebut menceritakan beberapa beberapa
kisah orang yang pernah dan masih bekerja sebagai buruh pabrik. Buruh-buruh tersebut
mendapat perlakuan tidak adil selama bekerja di pabrik. Beberapa dari mereka kini haru
mendarita akibat di pecat saat menuntuk hak mereka.
Pada bait yang pertama dengan sangat jelas para buruh di perlakukan dengan tidak
adil. Dengan upah yang yang kecil, tak heran beberapa buruh mogok kerja agara mendapat
upah yang layak, namun bukannya mendapat apa yang seharusnya menjadi hak meraka,
para penguasa justru memecat mereka tanpa belas kasih. Hal seperti ini di jelaskan juga
pada bait-bait selanjutnya, perhatikan kutipan bait-bait berikut
Pada kutipan-kutipan bait di atas terdapat hal yang sama dimana para buruh di
paksa untuk bekerjasa keras tanpa kenal waktu, terkadang ada juga perusahan yang
memperkerjakan buruh dengan membabi buta layaknya hewan yang di paksa untuk
memenuhi sagala kamauan majikannya bila hal yang diingikan oleh majiakan tidak
terpenuhi maka buruh yang dianggap sebagai peliharan akan di perlakukan dengan dengan
kasar tanpa melihat martabat buruh yang di pekerjakan.
Norma-norma hak asasi manusia terkadang tidak lagi menjadi tolak ukur bagi parah
penguasa yang mementingkan kepuasan diri sendiri dan kaumnya. Kaum borjuis selalu
mencari keuntungan terbesar tanpa memperhatikan hak-hak orang yang juga berkerja di
bawahnya.
Hampir semua bait dalam puisi Satu Mimpi Satu Barisan merupakan ungkapan
protes pada sisitem kapitalis yang terjadi pada masyarakat terpinggir. Penguasa dapat
menuntut dan meminta tenaga kelas pekerja dengan semena-mena, namun sebaliknya
kelas pekerja tidak di perbolehkan meminta upah dan hak yang layak bagi apa yang telah
dikerjakan. Kaum perkerja selalu menjadi pihak yang dikuras untuk memperkaya kaum
borjuis. Seperti pada contoh bait berikut
Kaum pekerja yang selayaknya juga pantas menikmati hidup dengan tenang dari
hasil kerja keras mereka di pabrik, justru berbanding terbalik dengan yang terjadi pada
umumnya kaum pekerja memiliki hidup yang luntang-lantung. Kehidupan kelas pekerja
yang kurang layak tersebut tampak telah menjadi sesuatu yang lumrah dimata kaum borjuis.
Dari hal diatas terlihat bahwa kaum kelas pekerja hanya dianggap sebagai alat
pemuas keinginan kaum borjuis yang memperkaya dirinya, demi kehidupan yang tenang
tanpa memperdulikan kelas bawah yang semakin tertindas akibat perlakuan kaum borjuis.
KESIMPULAN
Kesadaran Parsial merupakan terori dari Georg Lukacs yang menerepakan pendekatan yang
sedikit berbeda dalam persoalan kesadaran palsu dan ideologi. Konseptualisasinya tentang
masalah dan konsep-konsep tersebut jatuh pada model epistemologi tradisional ketimbang
langsung pada strategi dan taktik gerakan buruh. Lukacs mengembangkan konsep reifikasi
dari gagasan Marx tentang fetisisme komoditas menjadi teori kesadaran palsu kelas pekerja.
Fetisisme komoditas adalah karakterisktik defenitif atau pusat dari masyarakat kapitalis.
Pertukaran komoditas mengandaikan kehadiran nyata dari suatu objek dalam benda fisik
yang lain.
Kesadaran parsial kelas bahwa kesadaran proletar sebagai buruh adalah sesuatu yang
parsial dari keseluruhan komoditas petisisme ciptaan modus kapitalis berdasarkan
hubungan M-C-M (money-commodity-money) yang menyembunyikan eksploitasi nilai
surplus. Revolusi Sebagai Totalitas Kesadaran Prolektariat sebagai analisis ilmiah, pada
dasarnya kesadaran bersifat kontemplatif (selalu mencari apa yang cocok dengan objeknya).
Dalam Puisi Satu Mimpi Satu Tujuan karya Wijhi Thukul terlihat bahwa kaum kelas pekerja
hanya dianggap sebagai alat pemuas keinginan kaum borjuis yang memperkaya dirinya,
demi kehidupan yang tenang tanpa memperdulikan kelas bawah yang semakin tertindas
akibat perlakuan kaum borjuis.
DAFTAR PUSTAKA
Thukul, Wiji. 2017. Nyanyian Akar Rumput. Jakarta : Penerbit Pustaka Utama