Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH GEORG LUCKACS (1885-1971)

KESADARAN PARSIAL

DISUSUN OLEH

MARGRETH J. E. SARAH DENISHA (164114017)

KATARINA W. A. BAHAGIA (164114029)

AGUSTINA ALOMANG (164114057)

FRISKA SIBARANI (164114063)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA


FAKULTAS SASTRA / PRODI SASTRA INDONESIA
2016/2017
PENGANTAR

Makalah ini berisi penjelasan mengenai teori Georg Lukacs Kesadaran Parsial. Georg
Lukacs yang menawarkan pendekatan yang sedikit berbeda dalam persoalan kesadaran palsu
dan ideologi. Konseptualisasinya tentang masalah dan konsep-konsep tersebut jatuh pada
model epistemologi tradisional ketimbang langsung pada strategi dan taktik gerakan buruh.

Teori kesadaran parsial tersebut diaplikasikan pada puisi Satu Mimpi Satu Barisan.
Puisi tersebut diambil dari antologi puisi milik Wijih Thukul yang berjudul Nyanyian Akar
Rumput. Antalogi puisi ini sendiri mengambarkan keterwakilan kelas sosial petani, buruh,
dan kaum miskin lainnya dalam semangat yang semakin menguat, bahwa segala bentuk
kemiskinan itu bukanlah semata-mata hadiah dari kekuasaan Tuhan, akan tetapi peluang dan
kesempatan itu telah dilahap oleh kekuasaan politik dan modal.

Dalam makalah ini terdapat dua pokok pembahasan yang di dapat dari analisis puisi Satu
Mimpi Satu Barisan yaitu, deskriminasi terhadap kaum buruh dan perbandingan kedudukan
kaum buruh dan borjuis.
PEMBAHASAN

Georg Lukacs lahir 13 April 1885, Budapest, Hongaria dan meninggal 4 Juni 1971,
Budapaset, Hongaria. Dia adalah seorang filsuf Hongaria dan juga filsuf Marxis, ahli
kecantikan, sejarawan sastra, dan kritikus. Dia adalah salah satu pendiri Marxisme berat,
sebuah tradisi interperatik yang berangkat dari kaum Maxisortodoksi ideologis Uni Soviet.
Dia adalah mengembangkan teori reifikisasi, dan berkontribusi teori Marx. Dengan
perkembangan teori kesadaran kelas Karl Marx dia juga seorang filsuf leninisme. Dia secara
ideologis mengembangkan dan mengorganisir praktik-praktik revolusioner pragmatis lenin ke
dalam filsafat formal revolusi pelopor partai.

Seorang pemikir ideologis storis menawarkan pendekatan yang sedikit berbeda dalam
persoalan kesadaran palsu dan ideologi. Konseptualisasinya tentang masalah dan hubungan
antar konsep-konsep tersebut jatuh pada model epistemologi tradisional ketimbang langsung
pada strategi dan taktik gerakan buruh. Lukacs mengembangkan konsep refikasi dari gagasan
Marx tentang fetisime komoditas menjadi teori kesadaran palsu kelas pekerja.

Dengan begitu, ia menjaga jaraknya dari indetifikasi Marxisime tradisional tentang


kesadaran palsu dan ideologi yang dianggap mengidentifikasikan persyaratan satu sama lain,
serta menjadikan kalangan Borjuis sebagai pengguna konsep tersebut.
Kesadaran parsial merupakan penerapan dari Georg Lukacs yang menawarkan
pendekatan yang sedikit berbeda dalam persoalan kesadaran palsu dan ideologi.
Konseptualisasinya tentang masalah dan konsep-konsep tersebut jatuh pada model
epistemologi tradisional ketimbang langsung pada strategi dan taktik gerakan buruh. Lukacs
mengembangkan konsep reifikasi dari gagasan Marx tentang fetisisme komoditas menjadi
teori kesadaran palsu kelas pekerja. Dengan begitu, ia menjaga jaraknya dari identifikasi
Marxisme tradisional tentang kesadaran palsu dan ideologi yang dianggap
mengidentifikasikan persyaratan satu sama lain, serta menjadikan kalangan borjuis sebagai
pengguna konsepsi tersebut.

Dalam tatanan masyarakat borjuis, semua hubungan antar manusia dikuasai oleh
hukum pasar. Kapitalisme telah menyamarkan bentuk hubungan kemanusiaan itu sekedar
menjadi hubungan antar komoditi, barang untuk diperjual-belikan. Semuanya yang layak jual
dalam arti memiliki nilai tukar kemudian di lempar ke pasar yang ditentukan oleh hukum-
hukum objektif pasar. Hubungan tersebut seolah terjadi secara alami dan tanpa sadar manusia
telah menjadi objek pembendaan yang tak memiliki kekuatan sebagai manusia rasional dan
bebas sama sekali. Padahal hubungan itu merupkan hasil konstruksi historis oleh tangan-
tangan manusia.

Dari sinilah sebenarnya pemikiran borjuis lahir, yang mana kemudian membawa
pandangan dunia yang eksploitatif. Pemikiran borjuis itu memang cenderung bersifat
kontemplatif dalam arti pemikiran yang terkonstitusi dalam lanskap individual itu sekedar
memanfaatkan momen yang menguntungkan serta melihat realitas sekedar hitam-putih tanpa
mau menelaah lebih dalam akan kontradiksi internalnya. Implikasinya pemikiran ini
cenderung pasif dan sekedar menjelaskan realitas ketimbang merubah secara mendasar
konstruksi sosial kapitalisme.

Fatisisme komoditas lebih berhubungan dengan ideologi ketimbang masalah


meterial. Lukacs menunjukan bahwa fetisisme komoditas adalah karakterisktik defenitif atau
pusat dari masyarakat kapitalis. Pertukaran komoditas mengandaikan kehadiran nyata dari
suatu objek dalam benda fisik yang lain. Nilai tukar muncul dari hubungan antara dua
komoditas. Proses ini dicapai dengan memperkenalkan sebuah donominator umum yang akan
mengungkapkan nilai benda material yang berbeda, namun seolah-olah sama. Singkatnya,
reifikasi adalah kecenderungan untuk membedakan aktivitas kita dan ketika kecenderungan
tersebut telah menjadi universal, itu berpengaruh pada setiap aspek. Lukacs menggangap
kecenderungan filosofis untuk memisahkan yang ideal dan yang material sebagai hasil dari
reifikasi. Karena pekerja menjual tenaga kerja mereka sebagai komoditas, maka ada kualitas
antara subjek dan objek, yang memprlihatkan pengaruh Hagel bahwa kesadaran
menghasilkan didirinya dalam dunia materi. Ini sedikit berbeda dengan lukacs yang
menyatakan bahwa sebagai subjek, manusia mengobjektifikasikan kegiatannya sendiri.
Luckas menawarkan semacam teori “refleksi” yang mencoba menghadiri di kotomo subjek-
objek dalam merefleksikan sesuatu yang lain dari dirinya sendiri.

Pada tingkat selanjutnya, Lukacs memahami kelas pekerja memiliki kepentingan


untuk mengetahui kebenaran tentang situasi dalam masyarakat kapitalis melalui pemahaman
tentang totalitas sosial, sementara kelas borjuis memilki kepentingan untuk
menyembunyikanya demi proses reproduksi dominasi. Dengan begitu, perbedaan antara kelas
pekerja dan borjuis dapat dilihat sebagai perbedaan kepentingan dalam kebenaraan, dan
kepentingan di dalam ilusi itu pada akhirnya keduanya bersifat karsial (Eagleton, 1991).

Kesadaran parsial kelas bahwa kesadaran proletar sebagai buruh adalah sesuatu
yang parsial dari keseluruhan komoditas petisisme ciptaan modus kapitalis berdasarkan
hubungan M-C-M (money-commodity-money) yang menyembunyikan eksploitasi nilai
surplus. Harga di tentukan oleh mekanisme pasar, bukan oleh kaum proletar itu sendiri. Jika
terjadi penurunan harga, maka proletar menjadi turun nilai tenaga kerjanya. Dalam konteks
ini, menurut Lukacs kesadaran palsu menjadi cara biasa untuk memahami dan bertindak
dalam masyarakat kapitalis. Di sisi lain, kecenderungan dari proses ekonomi yang berbentuk
akumulasi modal, mencegah kesadaran palsu, perjuangan kelas atau ledakan aktivitas yang
luar bisa, untuk mengarah pada pertumbuhan dan perkembangan kesadaran kelas.

Pusat gagasan Lukacs terletak pada kelas sosisal sebagai “subjek”. Kelas dalam
pengertian Marxsisme adalah agen sejarah, tapi berbentuk struktural atau formasi material
dan entitas “intersubjektif”. Menurut Lukacs kapitalisme tidak mampu keluar dari kesadaran
parsial yang dimilikinya, tapi secara struktural ia bergerak mencapai pemahaman yang benar,
baik sebagai dirinya sendiri maupun sebagai sistem sosial. Kelas yang berkuasa dalam
masyarakat kapitalis sangat berbeda dari kelompok-kelompok yang berkuasa dalam
masyarakat feodal (aturan yang dilakukan secara langsung dan sadar, di sahkan oleh agama,
sosial dan prinsip-prinsip “alamia”, sedangkan faktor ekonomi masih tersembunyi dan
sekunder). Sementara kapitalis, dominasi tercapai oleh kesadaran palsu, baik pada kelas
berkuasa borjuis maupun kelas pekerja, dengan mediasi komoditas. Kelas pekerja adalah
satu-satunya kelompok sosial yang punya kemampuan untuk memahami informasi aksi
revolusioner, karena kehidupan kelas ini adalah kehidupan sehari-hari yang berada dalam inti
irasionalitas dan kontradiksi masyarakat kapitalis. Menurut Lukacs, kesadaran kelas borjuis
sebagai “kesadaran palsu” adalah kondisi objektif sebagai hasil dari aktivitas ekonomi dan
tidak abriter, subjektif atau psikologis.

Revolusi Sebagai Totalitas Kesadaran Prolektariat sebagai analisis ilmiah, pada


dasarnya kesadaran bersifat kontemplatif (selalu mencari apa yang cocok dengan objeknya).
Namun, sebagai ide perjuangan, kesadaran merupakan bagian dari realitas sosial, daya yang
dinamis bagi sebuah transformasi. Dengan kata lain, Marxisme sebagai teori tentang totalistas
sosial masyarakat kapitalis adalah sebuah ideologi yang mengarahkan pemahaman dan aksi
sosial ke inti kontradiksi kapitalisme dan transformasi revoluisoner sebagai sebuah kebutuhan
internal. Momentum kesadaran revolusioner hadir saat kelas pekerja memahami bahwa dunia
yang terasing dari dirinya- di mana ia tertindas di sana merupakan hasil dari peran sertanya
juga. Dalam situasi non-revolusioner, kelas pekerja menjual tenaga pada efek reifikasi. Nilai
tersebut diambil oleh kapitalis dari laba buruh dan buruh diletakkan pada tingkat subsistensi.
Dengan begitu, mereka akan terasing. Pada dasarnya situasi subsiten merupakan hasil
tindakan mereka, tapi mereka belum menyadarinya.

Lukacs mengatakan kesadaran diri dapat disebut sebagai praktik revolusioner dalam
terminologi. Hegelian dikenal sebagai penyatuan antara subjek dan objek. Ketika kesadaran
sebagian kaum proletar menjadi utuh, kognisi proletariat akan memahami keseluruhan
kondisi sosial tempat ia berposisi sebagai yang tertindas, Lukacs mengasumsikan akan terjadi
revolusi, bukan hanya pada realitas itu sendiri, tapi juga pada tingkat kesadaran. Dalam istilah
Hegelian, reifikasi subjek dan objek menyediakan jalan bagi sebuah totalitas. Dengan
mengetahui diri sendiri, proletariat menjadi subjek dan objek sejarah. Lukacs menyiratkan
bahwa tindakan kesadaran diri ini adalah praktik revolusioner dalam dirinya sendiri.

Jadi, kesadaran palsu yang dihasilkan oleh praktik hidup masyarakat kapitalis, retak
secara struktual. Persoalannya adalah menegaskan kembali ideologi yang dominan atau
kesadaran palsu tersebut ditransformasi oleh sistem-sistem ideologi yang bersaing.
Contoh pengaplikasian teori kesadaraan parsial tehadap Puisi Satu Mimpi Satu Baris karya
Wiji Thukul

Satu mimpi satu barisan


Wiji Thukul

Di lembang ada kawan sofyan


Jualan bakso kini karena dipecat perusahaan
Karena mogok karena ingin perbaikan
Karena upah, ya karena upah

Di ciroyon ada kawan sodiyah


Si lakinya terbaring di amben kontrakan
Buruh pabrik teh
Terbaring pucat dihantam tipus
Yah dihantam tipus
Juga ada neni
Kawan bariah
Bekas buruh pabrik kaus kaki
Kini jadi buruh di perusahaan lagi
Dia dipecat, ya dia di pecat
Kesalahanya: karena menolak
Diperlakukan sewenang-wenang

Di cimahi ada kawan udin buruh sablon


Kemarin kami datang dia bilang
Umpama dirontgen pasti tampak
Isi dadaku ini pasti rusak
Karena amoniak, ya amoniak

Di cigugur ada kawan siti


Punya cerita harus lembur sampai pagi
Pulang lunglai lemas ngantuk letih
Membungkuk 24 jam
Ya, 24 jam
Di majalaya ada kawan enam
Buruh pabrik handuk dulu
Kini luntang-lantung cari kerjaan
Bini hamil tiga bulan
Kesalahan: karena tak sudi
Terus diperah seperti sapi

Dimana-mana ada sofyan, ada sodiyah, ada bariyah


Tak bisa di bungkam kodim
Tak bisa dibungkam popor senapan
Di mana-mana ada neni, ada udin, ada siti
Di mana-mana ada aman
Di bandung, solo, jakarta, tangerang
Tak bisa dibungkam kodim
Tak bisa dibungkam popor senapan
Satu mimpi
Satu barisan
Analisi Puisi Satu Mimpi Satu Tujuan

1. Diskriminasi Terhadap Buruh Pabrik

Bait pertama hingga bait terakhir dalam puisi tersebut menceritakan beberapa beberapa
kisah orang yang pernah dan masih bekerja sebagai buruh pabrik. Buruh-buruh tersebut
mendapat perlakuan tidak adil selama bekerja di pabrik. Beberapa dari mereka kini haru
mendarita akibat di pecat saat menuntuk hak mereka.

Di lembang ada kawan sofyan


Jualan bakso kini karena dipecat perusahaan
Karena mogok karena ingin perbaikan
Karena upah, ya karena upah

Pada bait yang pertama dengan sangat jelas para buruh di perlakukan dengan tidak
adil. Dengan upah yang yang kecil, tak heran beberapa buruh mogok kerja agara mendapat
upah yang layak, namun bukannya mendapat apa yang seharusnya menjadi hak meraka,
para penguasa justru memecat mereka tanpa belas kasih. Hal seperti ini di jelaskan juga
pada bait-bait selanjutnya, perhatikan kutipan bait-bait berikut

Dia dipecat, ya dia di pecat


Kesalahanya: karena menolak
Diperlakukan sewenang-wenang

Di cimahi ada kawan udin buruh sablon


Kemarin kami datang dia bilang
Umpama dirontgen pasti tampak
Isi dadaku ini pasti rusak
Karena amoniak, ya amoniak

Pulang lunglai lemas ngantuk letih


Membungkuk 24 jam
Ya, 24 jam

Buruh pabrik handuk dulu


Kini luntang-lantung cari kerjaan
Bini hamil tiga bulan
Kesalahan: karena tak sudi
Terus diperah seperti sapi

Pada kutipan-kutipan bait di atas terdapat hal yang sama dimana para buruh di
paksa untuk bekerjasa keras tanpa kenal waktu, terkadang ada juga perusahan yang
memperkerjakan buruh dengan membabi buta layaknya hewan yang di paksa untuk
memenuhi sagala kamauan majikannya bila hal yang diingikan oleh majiakan tidak
terpenuhi maka buruh yang dianggap sebagai peliharan akan di perlakukan dengan dengan
kasar tanpa melihat martabat buruh yang di pekerjakan.
Norma-norma hak asasi manusia terkadang tidak lagi menjadi tolak ukur bagi parah
penguasa yang mementingkan kepuasan diri sendiri dan kaumnya. Kaum borjuis selalu
mencari keuntungan terbesar tanpa memperhatikan hak-hak orang yang juga berkerja di
bawahnya.

1. Perbedaan kedudukan antara buruh dan kaum borjuis

Hampir semua bait dalam puisi Satu Mimpi Satu Barisan merupakan ungkapan
protes pada sisitem kapitalis yang terjadi pada masyarakat terpinggir. Penguasa dapat
menuntut dan meminta tenaga kelas pekerja dengan semena-mena, namun sebaliknya
kelas pekerja tidak di perbolehkan meminta upah dan hak yang layak bagi apa yang telah
dikerjakan. Kaum perkerja selalu menjadi pihak yang dikuras untuk memperkaya kaum
borjuis. Seperti pada contoh bait berikut

Di ciroyon ada kawan sodiyah


Si lakinya terbaring di amben kontrakan
Buruh pabrik teh
Terbaring pucat dihantam tipus
Yah dihantam tipus

Buruh pabrik handuk dulu


Kini luntang-lantung cari kerjaan
Bini hamil tiga bulan
Kesalahan: karena tak sudi
Terus diperah seperti sapi

Kaum pekerja yang selayaknya juga pantas menikmati hidup dengan tenang dari
hasil kerja keras mereka di pabrik, justru berbanding terbalik dengan yang terjadi pada
umumnya kaum pekerja memiliki hidup yang luntang-lantung. Kehidupan kelas pekerja
yang kurang layak tersebut tampak telah menjadi sesuatu yang lumrah dimata kaum borjuis.

Dari hal diatas terlihat bahwa kaum kelas pekerja hanya dianggap sebagai alat
pemuas keinginan kaum borjuis yang memperkaya dirinya, demi kehidupan yang tenang
tanpa memperdulikan kelas bawah yang semakin tertindas akibat perlakuan kaum borjuis.
KESIMPULAN

Kesadaran Parsial merupakan terori dari Georg Lukacs yang menerepakan pendekatan yang
sedikit berbeda dalam persoalan kesadaran palsu dan ideologi. Konseptualisasinya tentang
masalah dan konsep-konsep tersebut jatuh pada model epistemologi tradisional ketimbang
langsung pada strategi dan taktik gerakan buruh. Lukacs mengembangkan konsep reifikasi
dari gagasan Marx tentang fetisisme komoditas menjadi teori kesadaran palsu kelas pekerja.
Fetisisme komoditas adalah karakterisktik defenitif atau pusat dari masyarakat kapitalis.
Pertukaran komoditas mengandaikan kehadiran nyata dari suatu objek dalam benda fisik
yang lain.

Kesadaran parsial kelas bahwa kesadaran proletar sebagai buruh adalah sesuatu yang
parsial dari keseluruhan komoditas petisisme ciptaan modus kapitalis berdasarkan
hubungan M-C-M (money-commodity-money) yang menyembunyikan eksploitasi nilai
surplus. Revolusi Sebagai Totalitas Kesadaran Prolektariat sebagai analisis ilmiah, pada
dasarnya kesadaran bersifat kontemplatif (selalu mencari apa yang cocok dengan objeknya).

Dalam Puisi Satu Mimpi Satu Tujuan karya Wijhi Thukul terlihat bahwa kaum kelas pekerja
hanya dianggap sebagai alat pemuas keinginan kaum borjuis yang memperkaya dirinya,
demi kehidupan yang tenang tanpa memperdulikan kelas bawah yang semakin tertindas
akibat perlakuan kaum borjuis.
DAFTAR PUSTAKA

Thukul, Wiji. 2017. Nyanyian Akar Rumput. Jakarta : Penerbit Pustaka Utama

Adian, Donny Grahral. 2011. Setelah Marxisme. Depok : Penerbit Koekoesan.

Anda mungkin juga menyukai