Anda di halaman 1dari 75

MAKALAH PANCASILA

IDEOLOGI

DISUSUN
OLEH:
VANIA PUTRI
(2203110022)
Dosen pengampuh:Drs.Syafrizal,M.Si.,Ph.D
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
`JURUSAN ILMU KOMUNIKASI’
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2022
IDEOLOGI MARXISME

HISTORY MARXISME
•Ketika kita berbicara mengenai ajaran Marxis, pikiran kita akan langsung terarah
kepada kajian mengenai teori kelas, karena memang pemikiran-pemikiran Marx pada
akhirnya mempunyai titik temu pada kajian teori kelas ini
•Menurut karl Marx negara tidak mengabdi kepada kepentingan seluruh
masyarakat, melainkan hanya melayani kepentingan kelas – kelas sosial tertentu
saja. Negara secara hakiki merupakan alat dalam tangan-tangan kelas atas untuk
mempertahankan kedudukan mereka. Dalam suatu masyarakat yang sungguh-
sungguh manusiawi, yang bebas dari penguasa kelas, negara tidak mempunyai
fungsi lagi.
•Marx menolak paham bahwa negara mewakili kepentingan seluruh masyarakat.
Negara dikuasai oleh dan berpihak kepada kelas-kelas atas. Tindakan – tindakan
negara selalu akan menguntungkan kelas-kelas atas meskipun kadang – kadang
juga menguntungkan kelas - kelas bawah. Walaupun negara mengatakan bahwa ia
adalah milik semua golongan dan bahwa kebijaksanaannya demi kepentingan
seluruh masyarakat, namun sebenarnya negara melindungi kepentingan kelas atas
ekonomis. Maka negara menurut Marx termasuk lawan kelas – kelas bawah. Negara
bukan milik dan bukan kepentingan mereka. Dari negara mereka tidak mendapat
sesuatu yang baik.
Materialisme Historis Marx
Materialisme history adalah penerapan materialisme dialektik didalam sejarah dan
kehidupan masyarakat.dengan lahirnya materialisme history ini terjadilah suatu
revolusi didalam pandangan sejarah.ia telah mendobrak pandangan sejarah idealis
yang hamper 2000 tahun lamanya menguasai alam fikir manusia dan menegakkan
pandangan sejarah yang ilmiah.dan ini merupakan suatu diri yang penting yang
membedakan materialisme marx dengan materialisme sebelumnya karena
materialisme sebelum marx tak dapat memegang teguh da konsekuen pandangan
materialis dalam menghadapi masalah masalah sosial dan sejarah.
LENIN BERKATA:Penemuan konsepsi materialis tentang sejarah atau lebiih tepat lagi
penerangan dan peluasan materialisme sejarah konsekuen kedalam bidang gejala
sosial,telah mengatasi dua kelemahan pokok daripada teori sejarah dahulu.
pertama,mereka paling hanya meneliti motif motif ideologis daripada aktifitas
sejarah manusia ,tanpa menyelidiki apa yang melahirkan motif motif itu,tanpa
berpegang pada hukum objektif yang menguasai perkembangan system hubungan
sosialdahn tanpa melihat akar akar daripada hubungan hubungan itu pada tingkat
perkembangan produksi materil,
kedua,teori teori dahulu tidak meliputi aktifitas massa penduduk,sedang
materialisme histori untuk pertama kalinya mempelajari keadaan sosial daripada
kehidupan massa massa dan perubahan didalamnya dengan ketepatan (keakuratan)
ilmu alam.
Dengan materialisme histori,marx menunujukkan hukum hukum pbjektif
perkembangan masyarakat,menjelaskan sejara ilmiah sebab sebab nya
kelahiran,perkembangan dan kehancurannya sesuatu system masyarakat.Ia
menyatakan bahwa pencipta sejarah adalah massa rakyat pekerja,bukan individu
individu istimewa misalnya raja,pahlawan dsb.
Ajaran marx tentang ekonomi politik dan tentang sosialisme ilmiah,yang akann
diutarakan kemudian,adalah justru perwujudan kongkrit daripada materialisme
histori mengenai perkembangan masyarakat manusia pada tingkat tertentu.
kapitalisme oleh karenanya disini saja tak perlu menjelaskan semua isi
pokoknya,yang hendak saja kemukakn dibagian ini hanya mengenai dua hal,yaitu:
A.tentang perjuangan klas,
B.tentang peranan massa rakyat pekerja dan individu didalam sejarah.
Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya
keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Sistem
berfikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham materialisme dialektika Karl Marx.
Dalam kritik yang dilontarkan pada Hegel tentang manusia sebagai esensi dari jiwa.
Marx menyanggah bahwa manusia adalah makhluk alamiah dalam obyek alamiah.23
Dasar pemikiran materialisme sejarah Marx berasal dari karya Ludwig Feuerbach
(1804-1872). Menurut Marx,Feuerbach telah berhasil membangun materialisme
sejati dan ilmu pengetahuan yang positif dengan menggunakan hubungan sosial
antarmanusia sebagai prinsip dasar teorinya. Michel Curtis dalam Watloly24
menjelaskan bahwa materialisme sejarah Marx adalah materialisme dalam arti
filosofis, bukan materialisme praktis yang mengartikan materi sebagai kebenaran,
dan tidak bermakna. Materialisme sejarah Marx akan menunjukkan, bahwa di balik
materi ada kesadaran yang menggerakkan arah sejarah sehingga materialisme
sejarah harus difahami sebagai gerak materi yang menyejarah. Materi di sini dalam
arti metode pemikiran. Materi memiliki daya transformatif yang menyejarah. Marx
memandang bahwa hanya dalam kerja ekonomi itulah, manusia mengubah dunia.
Pandangan Marx yang menjadikan materi sebagai primer di atas, dikenal dengan
konsep materialisme historis. Materialisme historis berpendapat bahwa perilaku
manusia ditentukan oleh kedudukan materi, bukan pad aide karena ide adalah
bagian dari materi.25 Marx memetakan materialisme ke dalam materialisme historis
dan materialisme dialektis. Materialisme historis merupakan pandangan ekonomi
terhadap sejarah. Kata historis ditempatkan Marx dengan maksud untuk
menjelaskan berbagai tingkat perkembangan ekonomi masyarakat yang terjadi
sepanjang zaman. Sedangkan materialisme yang dimaksud Marx adalah mengacu
pada pengertian benda sebagai kenyataan yang pokok. Marx tetap konsekuen
memakai kata historical materialisme untuk menunjukkan sikapnya yang
bertentangan dengan filsafat idealism.
Filsafat materialisme beranggapan bahwa kenyataan berada di luar persepsi
manusia, demikian juga diakui adanya kenyataan objektif sebagai penentu terakhir
dari ide. Sedangkan filsafat idealism menegaskan bahwa segenap kesadaran
didasarkan pada ide-ide dan mengingkari adanya realitas di belakang ide- ide
manusia.
Ada empat konsep sentral dalam memahami pendekatan materialisme historis
menurut Morisson dalam Damsar,27 yaitu:
pertama, Means of Production (cara produksi) yaitu sesuatu yang igunakan untuk
memproduksi kebutuhan material dan untuk mempertahankan keberadaan.
Kedua, Relations of Production (hubungan produksi), yaitu hubungan antara cara
suatu masyarakat memproduksi dan peranan sosial yang terbagi kepada individu-
individu dalam produksi.
Ketiga, Mode of Production (mode produksi), yaitu elemen dasar dari suatu tahapan
sejarah dengan memperlihatkan bagaimana basis ekonomi membentuk hubungan
sosial.
Keempat, Force of Production (kekuatan produksi), yaitu kapasitas dalam benda-
benda dan orang yang digunakan bagi tujuan produksi.
Sedangkan Materialisme Dialektika, merupakan ajaran Marx yang menyangkut hal
ihwal alam semesta secara umum. Menurut Marx, perkembangan sejarah manusia
tunduk pada watak materialistik dialektika. Jika teori ini diterapkan pada masyarakat,
maka dalam pemikiran Marx disebut dengan materialisme historis. Hal ini didasarkan
kenyataan bahwa yang menentukan struktur masyarakat dan perkembangan dalam
sejarah adalah kelas-kelas sosial. Kelas-kelas itu bukan suatu kebetulan, melainkan
merupakan upaya manusia untuk memperbaiki kehidupan dengan mengadakan
pembagian kerja. Prinsip dasar teori ini “bukan kesadaran manusia untuk
menentukan keadaan sosial, melainkan sebaliknya keadaan sosiallah yang
menentukan kesadarn manusia.” Lebih lanjut Marx berkeyakinan bahwa untuk
memahami sejarah dan arah perubahan, tidak perlu memerhatikan apa yang
dipikirkan oleh manusia, tetapi bagaimana dia bekerja dan berproduksi. Dengan
melihat cara manusia itu bekerja dan berproduksi, dapat menentukan cara manusia
itu berpikir.
Komunisme adalah ideologi besar yang sempat menjadi bagian sejarah dunia. Ada
beberapa tokoh komunisme yang terkenal di dunia, seperti Karl Marx, Frederich
Engels, Lenin, Fidel Castro, dan Mao Zedong.

https://www.academia.edu/20330867/
Makalah_sejarah_tentang_Marxisme
(rabu,26-10-2022{17:00})
Berikut adalah beberapa tokoh marxisme di dunia:

1.Karl Marx dan Frederick Engels


Tokoh pertama dan namanya yang diabadikan sebagai suatu aliran marxis adalah
Karl Marx dan Frederick Engels. Mereka berasal dari Jerman dengan bukunya
(dokumen) Manifesto Komunis yang berisi sejarah sosial manusia yang tak lain
adalah sejarah perjuangan kelas. Untuk memahami pandangan Karl Marx dan
Frederich Engels tentang sastra sebaiknya terlebih dahulu mengetahui pemikirannya
tentang kelas-kelas ekonomi.
Frederick Engels
Menurut Marx susunan masyarakat dalam bidang ekonomi yang dinamakan
bangunan bawah menentukan kehidupan sosial, politik, intelektual, dan kultural
bangunan atas.Sejarah dipandangnya sebagai suatu perkembangan terus-menerus,
daya-daya kekuatan didalam kenyataan secara progresif merekah dan ini
semuannya menuju masyarakat yang ideal tanpa kelas. Evolusi tersebut tidak
berjalan dengan halus, tetapi secara tersendat-sendat.
Hubungan-hubungan ekonomi menimbulkan berbagai kelas yang saling
bermusuhan, ini mengakibatkan pertentangan kelas yang akhirnya dimenangkan
oleh suatu kelas tertentu. Hubungan produksi yang baru seterusnya menimbulkan
suatu kelas baru yang melawan kelas yang sedang berkuasa dan dengan dmikian
tercapailah suatu tahap baru dalam pertentangan kelas.
Dalam teori ekonominya Marx terutama menerangkan bagaimana pertentangan
antara kelas borjuis dan proletar yang jaya akan melaksanakan masyarakat tanpa
kelas. Perubahan bangunan bawah mengakibatkan perubahan dalam bangunan
atas. Bagi Marx, sastra sama dengan dengan gejala-gejala kebudayaan lainnya
mencer,minkan hubungan ekonomi, sebuah karya sastra hanya dapat dimengerti
apabila dikaitkan sengan hubungan-hubungan terasebut.
Perhatian Marx terhadap karya sastra dapat dilihat dari surat-surat atau karangan-
karangannya yang tampak betapa Marx menghargai sebuah lukisan mengenai
kenyataan masyarakat didalam sastra yang sesuai dengan contohnya, namun ia juga
tidak buta terhadap nilai-nilai sastra.
Ia menolak pandangan deterministik yang sempit, seolah-olah perubahan dalam
bangunan atas langsung diakibatkan oleh perubahan dalam bangunan bawah.
Hubungan antara produksi ekonomi di satu pihak dan produksi artistik di lain pihak
tidak seimbang.Pada postingan sebelumnya, Artikel Kami sudah membahas
mengenai teori sosial marxisme.Nah, pada kesempatan kali ini, yang akan dibahas
adalah mengenai tokoh-tokoh sastra marxisme. Jika bisa didefinisikan, tokoh-tokoh
ini berusaha untuk menyebarluaskan ideologi Marxisme melalui karya sastra. Untuk
selengkapnya, simak penjelasan berikut.
Tokoh-Tokoh Sastra Marxisme
Pada awal dicetuskannya teori sosial marxisme, penganut paham tersebut masih
sangat jarang. Faktor yang menyebabkan teori tersebut tidak berhasil
disebarluaskan adalah karena tidak adanya media yang cocok untuk
menyebarluaskan ideologi Marxisme.media yang kerap kali digunakan untuk
menyampaikan ideologi ini pada awalnya hanya pada forum simposium dan diskusi
ilmiah. Alhasil, rakyat Uni Soviet yang pada saat itu rata-rata adalah kelas
menengah-bawah, seakan gagal paham guna menerima ideoogi ini. Sampai
tercetuslah ide, untuk menyebarluaskan paham ini melalui media yang lebih dekat
dengan masyarakat, yaitu karya sastra.Karena sifatnya yang fleksibel, terjangkau,
dan mudah dicerna masyarakat membuat penyebaran paham ini berkembang pesat
hingga pada akhirnya menyebar ke seluruh penjuru Uni Soviet. Berikut adalah
tokoh-tokoh Marxime yang menyebarluaskan ideologinya melalui karya sastra.
2.Lenin
Lenin merupakan orang yang berjasa dan dapat dipandang sebagai peletak dasar
bagi kritik sastra Marxis. Ia menulis lebih banyak daripada Marx tentang masalah-
masalah teoritis yang berkaitan dengan sastra dan mengembangkan suatu visi yang
jelas tentang sastra.
Bapak Pendiri Uni Soviet
Ini terutama disebabkan karena ia berpendapat bahwa sastra merupakan suatu
sarana penting dalam perjuangan proletariat melawan kapitalisme. Adapun
pandangan Lenin terhadap sastrra meliputi:
a. sastra terikat akan kelas-kelas yang ada di dalam masyarakat,
b. sastra mencerminkan kenyataan sebagai ungkapan pertentangan kelas,
c. sastra harus dapat membangun masyarakat,
d. tiga syarat ikatan partai, dan
e. adanya suatu dialektika antara sastra dan kenyataaan.
Pertama, sastra terikat akan kelas-kelas yang ada di dalam masyarakat. Dari Marx,
Lenin meminjam pandangan, bahwa sastra terikat akan kelas-kelas yang ada di
dalam masyarakat.
Kedua, sastra mencerminkan kenyataan sebagai ungkapan pertentangan kelas.
Bocaccio melawan kaum rohaniwan feodal dalam kumpulan ceritanya Decomerone
yang menelanjangi kebwejatan para rahib. Pada zamannya Anna Karerina akibat
tragis pernikahan yang tidak bahagia.
Ketiga, sastra harus membangun masyarakat. Tetapi sastra hanya mencerminkan
kenyataan, sastra dapat dan harus turut membangun masyarakat. Hal ini telah
diuraikan secara jelas oleh kritisi sastra Rusia pada abad ke-19.
Lenin terutama dipengaruhi oleh Tsjernysjevski (1828-1889) yang menempatkan
sastra di bawah perubahan-perubahan yang harus terjadi di dalam masyarakat.
Sastra harus berperan sebagai guru, dan harus menjalannkan fungsi didaktik. Sastra
hendaknya tidak hanya membuka mata orang bagi kekurangan-kekurangan di dalam
tata masyarakat, tetapi juga menunjukkan jalan keluar.

Keempat, tiga syarat ikatan partai. Dalam sebuah karangan yang ditulisnya pada
tahun 1905, Lenin memaparkan apa yang diharapkannya dari sastra.Tulisan itu
berjudul “Organisasi Partai dan Sastra Partai”. Dalam karangan tersebut Lenin tidak
secara eksplisit membahas sastra, melainkan meneropong tulisan jurnalistik dan
publistik.
3.Lukacs
Lukacs merupakan orang yang berjasa menyebarkan ajaran Marx di Rusia. Dia
merupakan pimpinan sebuah partai di Rusia. Lewat Lukacslah Rusia mengenal aliran
Marx ini. Menurut Lukacs kenyataan mempunyai berbagai tahap.Kulit luar secara
langsung dapat diamati, tetapi terdapat juga unsur-unsur dan kecenderungan-
kecenderungan dalam kenyataan yang terus menerus berubah, tetapi yang secara
teratur, menurut suatu hukum tertentu, selalu kembali. Pemikiran Lukacs mencakup:
a. tugas kesenian menampilkan kenyataan, dan b. sastra menampilkan yang khas
dan universal.
Tokoh Marxisme
Pertama, tugas kesenian ialah menampilkan kenyataan dalam keseluruhannya. Seni
yang sejati tidak merekam kenyataan bagaikan sebuah tustel foto, tetapi melukiskan
kenyataan dalam keseluruhannya. Yang merupakan aspek paling penting di dalam
kenyataan ialah masalah kemajuan manusia.Seorang pengarang besar yang
melukiskan kenyataan dalam keseluruhannya, tidak dapat mengabaikan masalah
tersebut dan harus mengambil sikap terhadap masalah itu, ia harus melibatkan diri.
Kedua, sastra menampilkan yang khas dan universal. Pandangan Lukacs terhadap
sastra yang menampilkan yang khas, dan universal mirip dengan pandangan
Aristoteles. Dengan melukiskan yang khusus diperlihatkan hakikatnya sehinggga
sastra menciptakan tokoh-tokoh, situasi-situasi dan peristiwa yang khas karena
menampilkan kenyataan sosial dalam keseluruhannya.Berdasarkan hubungan antara
yang khusus dan yang umum, maka Lukacs lebih menyukai pengarang-pengarang
realis abad ke-19 dan menolak pengarang-pengarang naturalis, karena mereka
demikian terikat pada teknik kepengarangan, sehingga tidak menyentuh hakikat
kenyataan dan hanya berkisar pada kulit gejala-gejala.
Sastra ditulis berdasarkan pada pandangan tertentu:
a. Tema dasar tulisan Lukacs adalah keruntuhan realisme borjuis pada paroh kedua
abad ke Sembilan belas dan penggantiannya oleh sastra teknis yang nampaknya
bagus, namun tak berharga sama sekali.
b. Modernisme hanya mampu melihat manusia sebagai makhluk putus asa yang
terasing, bahwa modernisme sengaja mengingkari kenyataan yang seutuh-utuhnya,
bahwa modernisme hanya merupakan gerakan kesenian, tetapi justru
mengingkarinya.
c. Sastra ditulis berdasarkan pandangan tertentu.
d. Sastrawan modernis James Joyce, Marcel Proust dan Samuel Beckett. Penulis
realis Charles Dicens dan Honore de Balzac.
e. Keunggulan realism terletak pada keunggulannya menciptakan tipe yang
bersumber pada kesadaran penulis akan perubahan sosial yang progresif.
f. Dua gagasan kunci adalah keyakinan akan timbulnya suatu realism baru yang
segar, realisme sosialis yang akan mengatasi humanisme borjuis yang lapuk.

4.Bertolt Brecht
Polemik yang paling menarik ialah terjadi antara Lukacs dan pengarang drama
Jerman, Bertolt Brecht. Seperti Lukacs, maka Brecht pun berpendapat bahwa
seorang pengarang tidak dapat bersikap netral, ia harus memperjuangkan
kepentingan kaum buruh.
Tokoh Marxisme Uni Soviet
Tetapi menurut Brecht, pada abad 20 ini tidak dapat diperjuangkan dengan berkiblat
pada realisme abad ke-19. Keadaan masyarakat telah berubah secara mendalam
dan menuntut bentuk-bentuk kesenian lain yang serasi dengan perkembangan
masyarakat. Selaku seorang seniman yang aktif Brecht tidak begitu dogmatik seperti
Lukacs yang berteori saja.Brecht bahkan mempertanyakan pendapat Lucaks bahwa
seni harus mencerminkan kenyataan. Menurut Brecht seni harus bertujuan
mengubah masyarakat. Dalam karya-karya pentasnya Brecht melawan teater
tradisional yang hanya menyajikan sebuah ilusi yang melapisi kenyataan dengan
gula manis. Karya Brecth bercirikan “efek pengasingan”, memperlihatkan
pertentangan-pertentangan yang menyangkut masalah-masalah pokok.tamatnya
sering terbuka, artinya penonton sendiri dipersilahkan memilih pemecahan. Para
pelaku sengaja memperlihatkan, bahwa mereka hanya main sandiwara saja,
sehingga identifikasi dipersukar, baik penonton maupun pelaku tidak demikian saja
mempersatukan perilaku dengan perannya. Teks pentas diselingi film dengan
nyanyian, sehingga para penonton dirangsang untuk merenungkan secara aktif dan
kritis situasi masyarakat.Selain Brecht ada kritisi neomarxis lainnya yang mempunyai
keberatan terhadap pendapat Lukacs yang ortodok itu. Tetapi mereka tetap setia
pada titik pangkal kritik sastra marxis, yakni satra mencerminkan kenyataan di
dalam masyarakat dan merupakan sarana untuk memahaminya.

Di Jerman Walter Benjamin dan Theodor Ardono menekankan bahwa setiap zaman
mempunyai teknik sastra sendiri yang selalu berubah. Di Perancis, Lucien Gold-man
berusaha untuk mengaitkan sastra pada pada suatu kurun waktu tertentu dengan
sistem ideologis yang sedang berkuasa. Dalam telaahnya Le Dien Cache (Tuhan
yang tersembunyi) ia meneliti titik-titik pertemuan antara sastra Perancis abad ke-17
(Racine, Pascal) dengan aliran Jansenisme di bidang gereja dan negara.
https://www.artikelkami.com/2020/04/tokoh-sastra-marxisme.html?m=1
(rabu,26-10-22{17:30})
Negara apa saja yang menganut ideologi Marxisme?
Dalam empat de jure negara sosialis lainnya yang ada saat ini -Tiongkok, Kuba,
Laos, dan Vietnam- pihak yang berkuasa memegang Marxisme–Leninisme sebagai
ideologi resmi mereka, meskipun mereka memberikan interpretasi yang berbeda
dalam hal kebijakan praktis:
1.China
China memiliki satu partai komunis yakni Partai Komunis China (CPC), yang
mengatur keseluruhan Republik Rakyat China. China memproklamirkan diri sebagai
negara komunis oleh Mao Zedong pada tahun 1949. Pemilu di China diadakan
secara terbuka di seluruh negeri, namun CPC memiliki kendali atas semua
penunjukan politik di China. Saat ini China sudah membuka diri dengan negara lain
di seluruh dunia. Oleh karena itu, sejak tahun 2004 China mulai mengubah
konstitusi negara, dengan mengikis beberapa prinsip komunis yakni mengakui
kepemilikan pribadi dan adanya kesenjangan kekayaan di antara masyarakatnya.
Saat ini pengaruh China dirasakan di berbagai penjuru dunia, termasuk di Asia,
Eropa, dan Afrika. China menerapkan sistem perdagangan yang agresif sehingga
mampu mengalahkan para pesaing dari barat.
Sebagai sebuah negara sosialis komunis cina menggunakan ideologi komunisme
yang dibuat oleh marx dan lenin.dalam “manifesto komunis”,dikemukakan bahwa
hukum dasar dari perkembangan semua masyarakat yang antagonistic adalah
hukum perjuangan kelas,perjuangan antara kelas yang menghisap dengan yang
dihisap antara kelas yang berkuasa dengan kelas yang ditindas.Dengan adanya
perjuangan kelas,maka masyarakat akan berkembang ke tingkat tingakat yang lebih
tinggi sampai pada masyarakat sosialis,dimana saat itu kapitalis akan hancur dan
proletary akan menang.selain itu diungkapkan pula peranan partai komunis yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari kelas buruh dan merupakan barisan pelopor
dari kelas pekerja.
Dalam pendapat para pemikir dan sejarawan RRC,sebelum kemenagangn
PKC,masyarakat cina yang mayoritas adalah petani miskin berada dalam penindasan
para tuan tanah,warlord dan kapitalis.maka sesuai dengan situasi cina saat itu
menurut persepsi para pemimpin komunis dicina,kelaa yang ditindas adalah para
petani dan rakyat miskin.dalam marxisme-lennisme,yang menjadi basis revolusi
adalah kaum pekerja.

2. Kuba
Kuba memiliki kekuatan utama negara yaitu Partai Komunis Kuba. Partai ini
menganut ketat tradisi Marxisme-Leminisme dibandingkan dengan partai lainnya.
Pada tahun 1965, Kuba menjadi negara komunis dan menjalin hubungan dengan Uni
Soviet. Oleh karena itu, pada tahun yang sama Amerika Serikat memutuskan
hubungan perdagangan dengan Kuba. Saat Uni Soviet runtuh tahun 1991, Kuba
mencari hubungan perdagangan lain dengan China, Bolivia, dan Venezuela.
Kemudian, pada masa pemerintah Presiden Amerika Serikat Barack Obama,
hubungan antara kedua negara ini mulai membaik dan pembatasan hubungan
dagang dilonggarkan. Namun pada masa Donald Trump, hubungan tersebut kembali
seperti sebelumnya, yakni adanya pembatasan hubungan dagang AS dengan Kuba.
sebagai salah satu negara yang pernah memiliki pemimpin yang anti Amerika
Serikat, Kuba menjadi perhatian dunia internasional ketika menjalin hubungan
bilateral dengan negara adidaya tersebut. Pemimpin sebuah negara sangat
berpengaruh terhadap jalannya pemerintahan, begitupun dengan Kuba. Semenjak
dipimpin oleh Raul Castro, Kuba menjadi lebih cenderung liberalis. Penelitian ini akan
membahas tentang reformasi yang dilakukan Raul Castro dan dampak reformasi
tersebut.
Fidel castro adalah pemimpin yang sangat menentang Amerika Serikat. Ia
menentang kebijakan-kebijakan Amerika Serikat terhadap negara-negara kecil. Hal
ini membuat Fidel castro adalah orang yang paling dimusuhi oleh Amerika Serikat.
Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Fidel Castro membuat hubungan bilateral
antara Kuba dan Amerika Serikat memburuk meliputi 2 hal yaitu pertama, Fidel
Castro mulai menasionalisasikan aset-aset yang dimiliki oleh Amerika Serikat.
Perindustrian diambil alih negara dalam segala sektor industri. Dalam dua tahun
pertama revolusi, negara mengambil alih hampir seluruh lahan pertanian baik yang
dikelola swasta atau lahan yang dikelola oleh keluarga-keluarga tertentu. Total lahan
yang dirampas mencapai 700.000 caballarias, 290.000 caballarias diantaranya
ditanami sebagai lahan milik negara dan koperasi, 270.000 caballarias oleh petani
yang berlahan kurang dari 5 caballarias yang bergabung kedalam asosiasi produsen
kecil nasional, sementara sisanya dioperasikan oleh kelompok-kelompok petani yang
mendapat masing-masing 5-30 caballarias.1
Kedua, dimulainya hubungan dagang antara Kuba dan Uni Soviet pada Februari
1960 dimana Uni Soviet merupakan rival Amerika Serikat pada waktu itu. Hubungan
dagang itu diawali dengan Uni Soviet menawarkan pertukaran gula Kuba dengan
minyak Soviet. Hal ini dilakukan karena Kuba adalah negara penghasil gula terbesar
kedua setelah Brazil. Bahkan untuk menyatakan bahwa Kuba menentang Amerika
Serikat, Fidel Castro dengan tegas mendeklarasikan Kuba sebagai negara sosialis
dan mengatakan dirinya adalah penganut Marxisme-Leninisme sampai mati.
3. Korea Utara
Pemisahan Korea Utara dan Korea Selatan dimulai pada akhir Perang Dunia II, di
mana Korea Utara didominasi oleh Rusia dan Korea Selatan oleh Amerika Serikat.
Setelah Korea Selatan mendeklarasikan diri merdeka dari Korea Utara, pemimpin
komunis Korea Kim Il-Sung dilantik sebagai pemimpin baru Korea Utara. Pemerintah
Korea Utara tidak menganggap negaranya sebagai komunis, walaupun di mata dunia
dikenal sebagai negara komunis. Hal ini karena setelah Uni Soviet runtuh, Korea
Utara melakukan revisi pada konstitusinya dan menghapus referensi Marxisme-
Leninisme. Kemudian, keluarga Kim juga telah menganut paham komunisnya sendiri
berdasarkan konsep Juche atau kemandirian. Diperkenalkan pada pertengahan
1950-an, konsep juche mempromosikan nasionalisme Korea seperti yang diwujudkan
dalam kepemimpinan dan pengabdian, misalnya pemujaan kepada keluarga Kim.
Korea Utara merupakan sebuah negara yang selalu menjadi topik perbincangan di
dunia internasional karena semua provokasi dan ancaman-ancaman yang telah
dibuat oleh Korea Utara menjadikan dunia internasional merasa terancam. Jumlah
penduduk Korea Utara sekitar 24.545.000 jiwa1 dan memiliki luas wilayah sekitar
120.540 km2, Korea Utara atau yang biasa dikenal dengan Republik Demokratik
Rakyat Korea, merupakan sebuah negara di Asia Timur, yang meliputi sebagian
utara Semenanjung Korea. Ibu kota Korea Utara adalah Pyongyang. Zona
Demiliterisasi Korea menjadi batas antara Korea Utara dan Korea Selatan. Sungai
Amnok dan Sungai Tumen membentuk perbatasan antara Korea Utara dan Republik
Rakyat Tiongkok. Sebagian dari Sungai Tumen di timur laut merupakan perbatasan
dengan Rusia.
Korea Utara adalah negarawarisan Uni Soviet pada saat Perang Dingin. Kebijakan
ekonomi yang dijalankan Korea Utara cenderung sosialis-komunis. Pada awalnya,
Korea Utara dianggap sebagai negara yang mampu menjadi penantang dan
penyangga kuat terhadap dominasi barat di Semenanjung Korea. Namun sebaliknya,
kejatuhan Uni Soviet pada tahun 1980-1990an menyebabkan Korea Utara
kehilangan sandaran terutama dalam bidang ekonomi.
Dalam bidang ekonomi, Korea Utara termasuk ke dalam salah satu negara yang
menganut kebijakan bahwa negara merupakan pemilik ekonomi dan diatur
sepenuhnya oleh pemerintah serta membatasi pelaksanaan perdagangan
internasional melalui kebijakan isolasinya, sehingga Korea Utara menjadi salah satu
negara yang paling tertutup didunia. Secara sumber daya, Korea Utara bukanlah
negara yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah.
Karena sikap yang ditunjukkan oleh para pemimpin Korea Utara yang tertutup
tersebut membuat negara- negara barat yang ingin memberikan bantuan terhadap
Korea Utara menjadi tidak berminat untuk memberikan bantuan kepada Korea
Utara.
Kondisi berbeda ditunjukan oleh negara tetangganya, yakni Korea Selatan. Korea
Utara menyatakan mampu bangkit tanpa campur tangan negara lain. Sedangkan
sikap Korea Selatan yang baik terhadap dunia internasional, dimana Korea Selatan
mampu berkerja sama dengan baik dengan negara-negara lain. Presiden Korea
Selatan, Park Chung Hee yang menjabat pada 1980an dinobatkan sebagai seorang
pahlawan di bidang ekonomi.
Korea Selatan memiliki sistem pemerintahan yang cenderung sentralistik dan
otoriter, namun kebijakannya dalam sektor ekonomi dapat dikatakan berhasil. Peran
sentral pemerintah memperkuat upaya pembangunan yang sempat berhenti di
pemerintahan sebelumnya karena belum adanya ketegasan dari pemerintah sendiri.
Pada tahun 1963 pendapatan perkapita hanya sebesar 100 US dolar, angka ini
bertumbuh hingga 6.614 US dolar pada 1990 bahkan mencapai 13.980 US dolar
pada 20042. kebijakan otoriter yang dijalankan dapat membuahkan hasil yang cukup
maksimal. Dibantu Amerika Serikat, Korea Selatan berhasil menekan anggaran
belanja yang tidak perlu, seperti mengurangi jumlah pengeluaran dan
mengembangkan industri lokal yang digawangi oleh chaebol. Pada 1970, Korea
Selatan sudah mampu bersaing di pasar global bersama dengan negara-negara
maju di Eropa. Korea Selatan memiliki kebijakan yang baik membuat perekonomian
mereka sedikit bergejolak, yaitu sikap defensif yang cukup kuat terhadap modal
asing3.
Keterlibatan terhadap pihak asing pernah dilakukan oleh Korea Utara melalui
undang-undang pada tahun 1984 yang memperbolehkan adanya investasi asing
dengan joint venture-nya4, tetapi kebijakan tersebut dinilai gagal karena tidak
berhasil mendatangkan dan menarik investor-investor untuk melakukan investasi di
Korea Utara.
Ketertutupan Korea Utara dari dunia Internasional ini dikarenakan Ideologi yang
diterapkan disana, yakni hasil pemikiran Kim Il Sung mengenai tesis politis yang
berkembang menjadi paham Marxisme, yaitu Ideologi Juche (The Juche Idea) pada
pertengahan dekade 1960-an. Juche adalah ideologi resmi yang dianut di Korea
Utara.Juche mengandung prinsip bahwa "manusia menguasai segala sesuatu dan
memutuskan segala sesuatu". Ideologi Juche sendiri secara konseptual berarti
otonom dan independen (Self-Reliance), yaitu melakukan kontak dengan pihak asing
kecuali dengan negara-negara yang mendukungnya (Tiongkok dan Uni Soviet)5.
Meskipun beberapa pihak sering mengartikan Juche sebagai Self-Reliance tetapi arti
sesungguhnya adalah bagaimana jiwa Juche tersebut tertanam dalam diri seorang
sehingga negara bisa memegang posisi independen, menolak bergantung kepada
pihak lain, menggunakan potensinya sendiri, mempercayai kekuatannya sendiri,
menunjukan semangat revolusi dari Self-Reliance dan menyelesaikan masalah
sendiri berdasarkan tanggung jawab sendiri dalam berbagai situasi.
Ideologi Juche dikemukakan Kim Il Sung di depan umum pada Desember 1955, Kim
Il Sung mengatakan dalam pidato itu sebagai berikut, "We are not engaged in any
other country’s revolution, but solely in the Korean revolution. This, the Korean
revolution, determines the essence of juche in the ideological work of our Party.”6
Ideologi Juche pada masa kepemimpinan Kim Il Sung lebih mengedepankan politik
dan pembangunan ekonomi.
Dibalik beberapa kemajuan industri yang telah di peroleh Korea Utara pada masa
kepemimpinan Kim Il Sung, masih terdapat adanya hambatan dalam memajukan
progres ekonomi, sosial dan politik yang ingin dicapai oleh Korea Utara, yakni
meningkatnya angka kelaparan. Kelaparan yang terjadi di Korea Utara dapat
mencegah masyarakat untuk mengembangkan skillnya, menggunakan manfaat
teknologi terbaru dan kehilangan kesempatan pembangunan lainnya. Jumlah
kelaparan kronis yang melanda Korea Utara setiap tahunnya mengalami
peningkatan, sementara tidak ada penurunan yang signifikan terhadap angka
penderita kelaparan dan malnutrisi
Setelah meninggalnya Kim Il Sung pada tanggal 8 Juli 1994, Korea Utara dipimpin
oleh Kim Jong-Il yang merupakan anaknya sendiri. Dalam menjalankan roda
pemerintahannya, Kim Jong-Il tetap menggunakan Juche sebagai ideologi dan
kebijakan luar negeri Korea Utara. Kim Jong-Il juga mengutamakan kebijakan untuk
memperkuat bidang militer (Militarry first).
4. Laos
Laos secara resmi menyatakan diri sebagai negara komunis pada tahun 1975
dengan dukungan dari Vietnam dan Uni Soviet. Sebelumnya, negara ini menganut
sistem monarki. Pemerintah Laos sebagian besar dijalankan oleh jenderal militer
yang mendukung sistem satu partai yang didasarkan pada cita-cita Marxis. Pada
tahun 1988, negara tersebut mulai mengizinkan beberapa bentuk kepemilikan
pribadi. Laos kemudian bergabung dengan World Trade Organization pada tahun
2013.
Sebagai salah satu negara anggota ASEAN, Laos merupakan salah satu negara yang
masih menganut ideologi komunisme hingga sekarang.
Laos juga termasuk negara komunis yang ada di dunia. Negara ini sudah dipimpin
rezim komunis dari tahun 1975. Partai komunis di negara ini memiliki nama Partai
Revolusi Rakyat Laos atau LPRP.
Walaupun demikian, pemerintah Laos tidak secara terbuka menyebut komunis
sebagai ideologi negaranya. Akan tetapi, kehidupan politik di negara ini terkenal
sangat tertutup tanpa ada seorangpun yang mengetahui hal yang sedang terjadi di
jalur kekuasaan negara tersebut.
Sama halnya dengan Vietnam, Laos juga telah melakukan perubahan ekonomi.
Mereka mereformasi sistem ekonomi pada tahun 1986 dan sejak saat itu, ekonomi
Laos semakin meningkat dan tingkat kemiskinannya menurun.

Tahun 1991, Laos menggunakan konstitusi yang menjamin HAM. Akan tetapi,
beberapa hal seperti hak hidup, kebebasan untuk berekspresi, dan berkumpul tidak
ada dalam konstitusi yang mereka buat.Sama halnya dengan negara komunis
lainnya, negara Laos juga mengatur media secara ketat. Pemerintah memiliki kendali
atas konten yang diunggah masyarakat Laos lewat sosial media.
Satu-satunya partai resmi yang berdiri di negara ini adalah Partai Revolusioner
Rakyat Laos. Pemimpin negara ini adalah Presiden Bounnhang Vorachith yang juga
merupakan Sekretaris Jenderal Partai Revolusioner Rakyat Laos. Sementara itu,
Thougloun Sisoulith yang merupakan perdana Menteri Laos juga anggota dari
Politbiro Partai Revolusioner Rakyat Laos.
Setelah Perang Dunia II selesai, Laos mendapatkan otonomi khusus dari Prancis
pada tahun 1945. Delapan tahun kemudian mendapatkan kemerdekaan penuh
dengan nama Kerajaan Laos. Agama memainkan peran penting di Laos dan oleh
karenanya Buddha dijadikan sebagai agama resmi Kerajaan Laos.Pada saat awal-
awal kemerdekaan, kondisi Laos sangat memprihatinkan. Sebagian besar
masyarakat Laos pada saat itu sangat tergantung kepada pertanian subsisten dan
kondisi infrastruktur yang buruk dimana dari 5600 km jalan yang ada di Laos, cuma
800 km yang beraspal. Oleh karenanya pemasukan pemerintah sangat sedikit
sehingga mereka tidak bisa menggaji seluruh pegawai sipilnya, tentara, polisi, dan
lain-lainnya. Situasi seperti ini yang membuat banyak masyarakat Laos bersimpati
kepada laos.
https://idkuu.com/toplist-top-10-negara-yang-menganut-ideologi-marxisme-2022/
amp
(rabu,26-10-22{18:00})

BAGAIMANA IDEOLOGI MARXISME SAAT INI?


Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam
buku Manifesto Komunis yang ditulis oleh Marx dan Friedrich Engels. Marxisme
merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa
kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar.
Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam
dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh
kaum kapitalis.[4] Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan
kumuh.[4] Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan
pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang kaya.[3] Untuk
menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme perlu
diganti dengan paham komunisme.[3] Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx,
kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.[3] Inilah dasar dari
marxisme.
Pengaruh Marxisme
Karl Marx.
Marxisme merupakan sistem pemikiran memadukan tiga tradisi intelektual yang masi
telah sangat berkembang saat itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Prancis, dan
ilmu ekonomi Inggris. Marxisme tidak bisa begitu saja dikategorikan sebagai
"filsafat" seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu dimensi
filosofis yang utama dan bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap
banyak pemikiran filsafat setelahnya. Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman
modern tidak mungkin mengabaikannya.
Tradisi Hegel
Dalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel.Bahkan sampai
saat ini pun kalangan Marxis masih menggunakan terminologi Hegel.Ada baiknya
jika di sini disebutkan satu persatu ide Hegelianisme yang juga menjadi isi penting
dari Marxisme:
Pertama, realitas bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan sebuah proses
sejarah yang terus berlangsung.
Kedua, karena realitas merupakan suatu proses sejarah yang terus berlangsung,
kunci untuk memahami realitas adalah memahami hakikat perubahan sejarah.
Ketiga, perubahan sejarah tidak bersifat acak, melainkan mengikuti suatu hukum
yang dapat ditemukan.
Keempat, hukum perubahan itu adalah dialektika, yakni pola gerakan triadik yang
terus berulang antara tesis, antitesis, dan sintesis.
Kelima, yang membuat hukum ini terus bekerja adalah alienasi-yang menjamin
bahwa urutan keadaan itu pada akhirnya akan dibawa menuju sebuah akhir akibat
kontradiksi-kontradiksi dalam dirinya.
Keenam, proses itu berjalan di luar kendali manusia, bergerak karena hukum-hukum
internalnya sendiri, sementara manusia hanya terbawa arus bersama dengannya.
Ketujuh, proses itu akan terus berlangsung sampai tercapai suatu situasi, di mana
semua kontradiksi internal sudah terselesaikan.
Kedelapan, ketika situasi tanpa konflik ini tercapai, manusia tidak lagi terbawa arus
oleh kekuatan-kekuatan yang bekerja di luar kendali mereka.Akan tetapi, untuk
pertama kalinya manusia akan mampu menentukan jalan hidup mereka sendiri dan
tentunya mereka sendiri akan menjadi penentu perubahan.
Kesembilan, pada saat inilah untuk pertama kalinya manusia dimungkinkan untuk
memperolah kebebasannya dan pemenuhan diri.
Kesepuluh, bentuk masyarakat yang memungkinkan kebebasan dan pemenuhan diri
itu bukanlah masyarakat yang terpecah-pecah atas individu-individu yang berdiri
sendiri seperti dibayangkan oleh orang liberal.Akan tetapi, merupakan sebuah
masyarakat organik, di mana individu-individu terserap ke dalam suatu totalitas yang
lebih besar, sehingga lebih mungkin memberi pemenuhan daripada kehidupan
mereka yang terpisah-pisah.
Dari kesepuluh kesamaan tersebut, kuantitas materiil yang semakin kompleks bisa
berubah menjadi suatu kualitas baru.
Ilmu ekonomi sebagai dasar
Menurut Karl Marx, hal paling mendasar yang harus dilakukan manusia agar dapat
terus hidup adalah mendapatkan sarana untuk tetap bertahan hidup.Apapun yang
bisa menghasilkan pangan, sandang, dan papan bagi mereka, serta untuk
memenuhi kebutuhan dasar.Tidak ada yang bisa menghindar dari tugas
memproduksi hal-hal itu.Namun, ketika cara-cara produksi berkembang dari tahap
primitif, segera muncul kebutuhan agar tiap individu dapat melakukan spesialisasi
karena pemikiran mereka akan lebih makmur dengan cara itu.Lalu, orang menjadi
bergantung satu dengan yang lain.Produksi sarana hidup kini menjadi aktivitas
sosial, bukan lagi aktivitas individu.
Dalam saling ketergantungan ini (masyarakat), setiap orang ditentukan
hubungannya dengan sarana produksi."Apa yang kulakukan seorang diri untuk
penghidupanku menentukan sebagian besar hal pokok dalam cara hidupku, dan
sekaligus merupakan kontribusiku terhadap masyarakat secara
keseluruhan."Hubungan ini juga menentukan siapa saja yang punya kepentingan
sama denganku dalam pembagian produk sosial itu dan siapa saja yang
bertentangan dengan kepentinganku.Dengan cara pandang seperti itu, terbentuklah
kelas-kelas sosial ekonomi, yang juga mengakibatkan timbulnya konflik di antara
kelas-kelas itu.
Pada akhir abad ke-19 paham liberalisme ekonomi ala Barat terdengar gaungnya
oleh pemerinah Hindia-Belanda. Paham itu mengubah kebijakan ekonomi
pemerintah dari yang semula kerja paksa menjadi industrialisasi. Masuknya investasi
swasta telah mengubah tanah-tanah perkebunan menjadi pabrik-pabrik dan
mengubah buruh-buruh tani bumi putra menjadi buruh-buruh pabrik. Kebijakan
pemerintah itu mendapat kritik dari kaum kiri yang berpaham Marxisme di Belanda.
Kritik itu berhasil mendesak pemerintah untuk memberlakukan kebijakan politik
‘balas-budi’ atau eticshe politic. Kebijakan ini lah yang kemudian menjadi awal
masuknya paham Marxisme di Indonesia. Kebijakan politik etis telah membuka kran
terbentuknya perkumpulan-perkumpulan di Hindia-Belanda. Sneevliet, seorang
anggota kaum kiri Belanda masuk di Indonesia membawa paham Marxisme dengan
mendirikan Indische Social Democratische Vereniging (ISDV). Pengaruh ISDV sampai
pada Sarekat Islam (SI) yang saat itu memiliki basis massa yang banyak, yang
kemudian membentuk SI-Merah. Oleh perkumpulan ini Marxisme menemukan
kesamaan dengan ajaran Islam Keduanya bertemu pada kesamaan pada perjuangan
pembebasan kaum lemah. Analisis perjuangan kelas dalam Marxisme digunakan
untuk menginterpretasi ayat-ayat al-Qur’an. Misalnya, Hadji Misbach menafsirkan
surat al-Humazah menemukan dua kontradiksi kelas, antara kaum uang dan kaum
mustadl’afin yang disebabkan oleh fitnah kapitalisme berupa kesengsaraan rakyat.
Selain itu Marxisme juga memengaruhi pemikiran tradisi Jawa, yang memunculkan
semboyan ‘Sama Rata-Sama Rasa’ dan ‘Bangkitnya Kaum Kromo’. Dua semboyan ini
bertemu pada gagasan Marx tentang “masyarakat tanpa kelas” yang tertuang dalam
Babad Tanah Jawa-nya Marco Kartodikromo. Paham ini melahirkan para pejuang
revolusi di Hindia-Belanda. Mereka menyebarkan gagasan Marxisme dan melakukan
aksi-aksi pengorganisasian rakyat, terutama pada kelompok buruh pabrik.
Perjuangan itu telah sampai pada pembentukan organisasi revolusioner yang
bernama Partai Komunis Indonesia (PKI).
Marxisme dalam Kajian Pemikiran
Marxisme adalah sebuah bentuk pemikiran Karl Marx yang juga diracik oleh
Frederick Engels dalam suatu filsafat materialism. Pemikiran Marxisme ini nantinya
akan digerakkan ke arah politik revolusioner. Marxisme dipersepsikan pengikutnya
sebagai ajaran resmi partai komunis. Bahkan pada masa lenin seluruh hubungan
antar negara dan pengikutnya bertitik tolak pada Marxisme-Leninisme. Semenjak
saat itu Marxisme-Leninisme menjadi sebuah ideology untuk mewujudkan
masyarakat tanpa kelas (Kusumandaru, 2004 : 88).
Namun sebenarnya Marxisme sejak kematian Marx telah mengalami perpecahan.
Perpecahan itu ditunjukkan oleh kubu Kautsky yang disebut ortodoks dan Eduard
Bernstein yang dikenal revionisme. Perpecahan inilah yang dikaitkan dengan cikal
bakal kehancuran Uni Sovyet dimasa yang akan datang. Bernstein beranggapan
bahwa untuk mencapai jalan revolusioner perjuangan kelas merupakan suatu
keniscayaan. Baginya perkembangan masyarakat memerlukan politik reformistik
dengan melihat kondisi objektif masyarakat. Melalui jalan demikian, tindakan
revoluioner dan radikal melalui kekerasan fisik dapat dihindarkan.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Marxisme
(rabu,26-10-22{20:00})

IDEOLOGI KAPITALISME

KAPITALISME HISTORY
Kapitalisme ialah suatu cara mengadakan produksi, yang mana dalam sistem
kapitalisme orang mengadakan produksi tidak hanya untuk menutupi kebutuhan
hidup tetapi dengan tujuan mencari laba. Laba yang diperoleh, sesudah dikurangi
untuk menutupi ongkos-ongkos yang dikeluarkan, dipergunakan pula untuk
mengadakan perusahaan baru pula. Jadi laba bukan dianggap sebagai karunia yang
dapat diraih dengan cara yang mudah. Belum tentu bahwa tiap-tiap milik / hasil
disebut capital.
Kapital ialah milik yang dipergunakan untuk memperbanyak milik, sebagai contoh
yaitu sebuah cikar kepunyaan seorang tukang pedati atau perahu seorang nelayan
dipergunakan untuk mencari sesuap nasi bagi diri dan anak istrinya dapat
dinamakan kapital dalam bentuk yang kecil. Tukang pedati atau pemilik perahu tadi
itu bukan termasuk kaum kapitalis.Kapitalis ialah orang yang membuat rumah atau
membeli rumah dengan tujuan menyewakannya atau seorang pemilik kapal yang
melayarkan kapalnya dengan tujuan sisa uang yang diperolehnya akan
dipergunakannya mungkin ditambah dengan uang yang didapatnya dengan
berhutang dengan membeli kapal yang kedua, ketiga dan seterusnya.
Hal-hal penting dalam dunia ini mula-mula timbul secara sederhana demikian pula
dengan kapitalisme ini. Mula-mula timbul di Eropa barat dalam lapangan industri
tekstil kra-kira tahun 1250. Pada mulanya sebuah perusahaan tenun domba milik
Negara Belanda memperoleh bahan dari daerahnya sendiri. Tetapi kemudian ekspor
barang tenunan meningkat, bulu domba didatangkan dari daerah lain, terutama dari
pasar Calais, yang mendatangkan bulu domba dari tanah Inggris. Saudagar yang
banyak modalnya menempatkan dirinya antara penenun dan bahan tenunan,
diborongnya bulu domba di Calais itu, lalu dijualnya kepada penenun. Dalam taraf
berikut bulu domba benar-benar telah menjadi milik saudagar yang telah dapat
disebut menjadi seorang pengusaha.
Dalam sistem kapitalisme orang mengadakan produksi tidak hanya untuk menutupi
kebutuhan hidup, misalnya seorang petani atau seorang pekerja tangan dalam
sistem kapitalisme orang mengadakan produksi dengan mengandung laba. Laba
yang diperoleh sesudah dikurangi untuk menutup ongkos-ongkos yang dikeluarkan,
dipergunakan pula untuk mengadakan perusahaan baru pula. Jadi laba bukan
dianggap sebagai karunia, yang dapat diraih dengan suatu selamatan. Belum tentu
bahwa tiap-tiap milik dapat disebut kapital, sebuah rumah tempat kita diam, atau
sesuatu yang kita beli untuk menyenangkan hati bukan kapital (Romein : 97).Dalam
abad pertengahan persaingan terbatas karena kebanyakan pekerja tangan
tergabung dalam organisasi yang disebut “gilda”. Organisasi itu mengadakan aturan-
aturan keras yang tidak memungkinkan terjadinya persaingan. Perkembangan lebih
lanjut yaitu efek dari Revolusi Industri di Inggris sehingga bisa dikatakan kapitalisme
memasuki era baru. Berbagai pendirian pabrik sangat membutuhkan kapital. Akibat
revolusi industri telah memunculkan para pebisnis, mereka bertindak sebagai
pengusaha. Sebagai suatu kemajuan akibat industrialisasi, bagaimanapun juga
keperluan kapital menjadi pengukur kekayaan seseorang. Para kapitalis melakukan
usaha bersama, membentuk organisasi perdagangan, yang disebut korporasi.
Seperti diketahui, bahwa kaum borjuis atau kapitalis sebagai penganut politik eko
liberal, menolak segala campur tangan negara dalam perusahaan, sebab dianggap
sebagai paksaan seperti qilda yang mereka anggap telah menjadi using itu.
Sebagai akibat revolusi industri, muncullah apa yang disebut sistem kerja di pabrik,
timbul apa yang dinamakan buruh pabrik. Pada awalnya, para borjuis yang sebagian
menjadi kaum industrialis itu semata-mata mencari dan menumpuk kekayaan, maka
mereka hanya memperhatikan hal-hal yang menurut mereka dapat adalah kaum
buruh karena mereka merasa khawatir akan kehilangan sebagian keuntungannya
jika mereka memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan kaum pekerjanya.
Tenaga murah sengaja dieksploitasi, para buruh dipaksa untuk belanja 10-18 jam
sehari sesuai dengan keinginan majikan. Pabrik- pabrk pada masa ini masih
memperlihatkan pabrik-pabrik yang kotor dan pengap sehingga kaum buruh tidak
saja mengalami penderitaan fisik, tetapi juga psikis karena mereka seolah-olah
menjadi bagian dari mesin dan bekerja seperti mesin.Terdapat pula berbagai macam
pembagian kerja, misalnya buruh yang pekerjaannya memutar sekrup, mengepak,
mensortir dan sebagainya selama berbulan-bulan bahkan dapat bertahun-tahun.
Pekerjaan semacam itu tentu sangat menjemukan dan dapat menekan jiwa, lebih-
lebih banyak bekas petani yang dahulu biasa bekerja di alam terbuka dapat
memperoleh kepuasan batin dengan melihat terwujudnya benda-benda hasil
ciptaannya sendiri.Para majikan yang telah menjadi kaya dan yang melihat
negaranya menjadi kuat dan disegani berkat usaha mereka, tidak mengalami
kesulitan dalam menemukan alasan-alasan mengapa kaum buruh sedemikian
keadaannya. Mereka menentang usaha-usaha pemerintahan untuk mencampuri
dalam urusan-urusan ekonomi yang dapat dianggap merugikan kepentingan mereka.
Kaum borjuis atau kapitalis yang mempunyai slogan “Laissez faire” (biarkan saja),
pada awal revolusi industri mampu menghadapi saingan dari manapun datangnya.
Untuk membela faham ini, mereka menunjuk pada bukti-bukti nyata berupa
ekspansi industri dan perdagangan Inggris yang dimungkinkan berkat tiadanya
berbagai perbatasan oleh pemerintah, berupa tarif-tarif, mereka menyayangkan
banyak kaum buruh yang hidup sengsara, tetapi keadaan ini bukan kesalahan
siapapun, melainkan sudah merupakan akibat “alamiah” berlakunya hukum-hukum
ekonomi demikian pandangan kaum kapitalis tersebut (Sundoro; 193). Berbagai
bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh para majikan terhadap buruh, mendorong
munculnya ide tentang martabat manusia yang menentang segala bentuk
pemerasan seseorang oleh orang lain, melainkan juga diusahakan untuk
memberikan hidup yang layak bagi setiap orang, kecuali penghapusan perdagangan
budak, dengan mengadakan peraturan upah m inimal dan juga jam kerja maksimal
bagi para pekerja, kewajiban belajar untuk memberi dasar pada setiap orang dapat
menentukan hidupnya dengan sebaik mungkin, disitu juga diadakan perawatan
umum bagi orang-orang cacat dan cedera yang mempunyai hak untuk hidup seabgai
manusia (Sartono; 53). Proktariat industri tergabung dari perekonomian dunia dan
mereka sangat dieksploitasi. Organisasi pabrk, kebiasaan kehidupan di pabrik dan
efisiensi teknis, tidak memperhitungkan soal kemanusiaan dan nilai-nilai pekerja
sebagai manusia, maka akibatnya sebagai reaksi keras kerap kali timbul agitasi yang
berkobar-kobar. Hubungan antara kapital dan pekerja menimbulkan suatu problem
sosial, yang ternyata tidak dapat dipecahkan jika hanya dengan philantrhophy
(Sartono; 54), pekerja mulai sadar akan kedudukannya dan menjadi semakin peka
terhadap aturan perbaikan masyarakat.
PERJALANAN KAPITALISME SERTA DAMPAKNYA DI INDONESIA
Kedatangan bangsa barat ke Indonesia melalui kongsi dagang yang dibentuk di
Indonesia yaitu Indische Vereniging Ost Company makin menguatkan kelompok-
kelompok kapital di nusantara. Mereka membawa pengaruh pada sistem
perekonomian nusantara. Telah diperkenalkan namanya sistem monopoli dalam
perdagangan serta redanya eksploitasi pada alam dan juga tenaga manusia. Pada
hari terakhir dari tahun 1799 VOC dibubarkan dan seluruh miliknya diambil alih oleh
pemerintah Belanda. Demikianlah maka sejak hari pertama tahun 1800 Indonesia
menjadi jajahan negeri Belanda.Bataafsche Republik adalah sekutu Prancis dan
dengan demikian ikut terlibat dalam peperangan yang terus menerus dengan Inggris
beserta sekutu- sekutunya. Peperangan ini dilangsungkan pula di Indonesia
sehingga dimulai dari Sumatra barat dan di Maluku, kepulauan nusantara menjadi
jajahan Inggris (Soekmono; 113). Maka untuk memenuhi kebutuhan perang Belanda
daerah jajahan dijadikan sebagai daerah eksploitasi terutama pada sektor ekonomi.
Selama peperangan berlangsung menyebabkan ekonomi negaranya merosot tajam,
karena kas negeri Belanda telah kosong dan ditambah lagi adanya hutang-hutang
luar negeri dalam jumlah yang tidak sedikit (Badrika; 155). Untuk mengatasi
ekonomi negara seperti ini, pemerintah colonial mencoba untuk menggali potensi
Indonesia melalui pelaksanaan sistem tanam paksa. Tanam paksa telah membawa
hasil yang sangat besar dalam usaha memperbaiki ekonomi negara dan pemerintah
kolonial Belanda, sehingga penduduk negeri Belanda terhindar dari krisis ekonomi
yang berkepanjangan.Setelah tanam paksa dihapuskan, sistem ekonomi yang
diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda bersifat liberal dan mengembangkan
sistem ekonomi kapitalisme. Walaupun di masa tersebut negara melaksanakan
sistem ekonomi kapitalis tetapi keuntungan yang berhasil diperolehnya cukup
besar.Peranan golongan swasta asing yang terjun dalam kegiatan perekonomian di
Indonesia pada masa pemerintahan kolonial Belanda diantaranya orang-orang
Belanda sendiri, orang-orang eropa, orang-orang timur asing (Cina, India dan Arab).
Perkembangan ekonomi swasta asing di Indonesia berasal dari penanaman modal
eksploitasi terhadap beberapa wilayah di Indonesia.
Pengusaha swasta Belanda maupun orang-orang eropa lainnya, lebih ban8yak
mengusahakan perkebunan-perkebunan dengan tananam yang laku di pasaran
eropa. Selain itu, juga banyak yang terjun dalam bidang pertambangan. Sementara
orang timur aisng yang terjun dalam bidang perekonomian diantaranya sebagai
pedagang kelontong dan menguasai pusat-pusat perekonomian yang dianggap
strategis seperti mengontrak pasar kepada pemerintah kolonial Belanda, sehingga
setiap orang yang memasuki pasar, baik sebagai pedagang maupun sebagai pembeli
harus membayar sewa masuk. Disamping itu, perkembangan ekonomi dari
golongan.
Sundoro, Muhammad Hadi, Dari Renaisance sampai Imperialisme Modern
Sejarah Peradaban Barat Abad Modern, 2007, Jember University Press.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_kapitalisme
(rabu,26-10-22{20:30})

TOKOH TOKOH YANG MUNCUL DALAM IDEOLOGI KAPITALISME

Berikut adalah 3 tokoh utama kapitalisme:

DAVID RICARDO
David Ricardo berasal lahir di London pada tahun 1772. David tertarik dengan ilmu
ekonomi dimulai sejak 1799, ketika dia tinggal di Bath saat dia mulai membaca The
Wealth of Nation Adam Smith. David di usianya ke 42, ia telah menjadi seorang
pengusaha sukse dan menjadi tuan tanah desa. Pada tahun 1817 dia
mempublikasikan buku karya yang berjudul “On the Principle of Political Economy
and Taxation” (Faruq and Mulyanto, 2017).
Teori Ricardo yang terkenal adalah tentang teori keunggulan komparatif, diamna
perdagangan tergantung pada keunggulan komparatif atau efisiensi relatif dari pada
keunggulan absolut. Ricardo menganggap bahwa negara akan cenderung menjual
barangnya yang relatif lebih efisien dalam produksinya. Sehingga melalui
spesialisasi, setiap negara akan memperoleh keuntungan dari perdagangan luar
negeri (Atmanti, 2017). David Ricardo juga memperkenalkan teori nilai kerja. Teori
ini ia jelaskan bahwa nilai tukar suatu barang ditentukan oleh ongkos yang perlu
dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut. Ricardo menganggap baahwa
biaya untuk bahan mentah dan upah buruh yang besarnya hanya cukup untuk
bertahan hidup bagi buruh yang bersangkutan. Ricardo lebih menekankan pada
maksimalisasi hasil produksi dan minimalisasi ongkos produksi dengan memberikan
upah minimum bagi buruh (Aryanti, 2018). David Ricardo dan penekanannya
terhadap sektor ekonomi menyebabkan pemikirannya sejalan dengan pemikiran
ekonomi lainnya seperti Adam Smith dan Karl Marx. David Ricardo memuju premis
dasar mereka yang menyatakan bahwa tenaga kerja itu merupakan sumber deluruh
kekayaan. Maka atas dasar itulah David merumuskan teori nilai kerja. Dvid
mengungkapkan bahwa “keuntungan kapitalis menjadi basis eksploitasi tenaga
kerja” (Cholidiyah, 2018).
Referensi

Atmanti, H. D. (2017). Kajian Teori Pemikiran Ekonomi Mazhab Klasik dan


Relevansinya pada Perekonomian Indonesia. JEB17: Jurnal Ekonomi dan Bisnis,
2(02).

B. Thomas Maltus

Thomas Robert Malthus, FRS (lahir di Surrey, Inggris, 13 Februari 1766 –


meninggal di Haileybury, Hertford, Inggris, 29 Desember 1834 pada umur 68
tahun), yang biasanya dikenal sebagai Thomas Malthus, meskipun ia lebih
suka dipanggil "Robert Malthus”. (Qomar & Muna, 2020). Mulanya Malthus
tak lebih dari seorang pendeta yang sama sekali tak dikenal. Tetapi tahun
1798, Malthus itu terbitkan sebuah buku walau tipis namun sangat
berpengaruh. Judulnya An Essay on the Principle of Population as it Affects
the Future Improvement of Society. (Subair, 2015) Pola dasar pemikiran
Malthus dan kerangka analisisnya ialah menyangkut teori tentang sewa tanah
dan teori tentang penduduk. Kelahiran yang tidak terkontrol menyebabkan
penduduk bertambah menurut deret ukur padahal persediaan bahan
makanan bertambah secara deret hitung. (Pujiati, 2011)
Malthus berpendapat bahwa tingkat pendapatan masyarakat yang tinggi
hanya akan mendorong lebih banyak anak. Ketika pendapatan perkapita
meningkat, populasi akan meningkat lebih cepat, sehingga mengurangi
pendapatan per kapita sampai batas subsistensi.
Kukrangan teori yang dikemukakan oleh Malthus ini adalah tidak
memperhatikan aspek perkembangan zaman dimana pada saat sekarang ini
orang-orang sudah mengalami perubahan karena perbuhan zaman pula.
Menurut Gimenez yang juga mengkriti teori ini melihat prinsip teori
kependudukan Malthus sebagai cara lain borjuis ekonomi menyusun relasi
sosial, dan kedua, pada level yang lebih spesifik, jawaban Marx atas
pertanyaan prinsip teori kependudukan Malthus adalah prinsip dari angkatan
kerja atau pertumbuhan relatif penduduk yang dia elaborasi pada wacana
dalam analisisnya tentang hukum umum dalam akumulasi kapital.
A. Teori-Teori Kependudukan
1. Aliran Malthusian (Thomas Robert Malthus)
Malthus adalah orang pertama yang mengemukakan tentang penduduk.
Dalam “Essay on Population”, Malthus beranggapan bahwa bahan makanan
penting untuk kelangsungan hidup, nafsu manusia tak dapat ditahan dan
pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan. Teori Malthus
menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur
sedangakn pertumbuhan ketersediaan pangan mengikuti deret hitung, pada
kasus ini dimana terdapat permasalahan meledaknya jumlah penduduk dikota
yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan pun berkurang, hal ini
merupakan perimbangan yang kurang menguntungkan jika kita kembali
kepada teori Malthus.26
Teori Malthus jelas menekankan tentang pentingnya keseimbangan
pertambahan jumlah penduduk menurut deret ukur terhadap persediaan
bahan makanan menurut deret hitung. Teori Malthus tersebut sebetulnya
sudah mempersoalkan daya dukung lingkungan dan daya tampung
lingkungan. Tanah sebagai suatu komponen lingkungan alam tidak mampu
menyediakan hasil pertanian untuk mencukupi kebutuhan jumlah penduduk
yang terus bertambah dan makin banyak. Daya dukung tanah sebagai
komponen lingkungan menurun, karena beban manusia yang makin banyak.
Jumlah penduduk harus seimbang [09.51, 30/10/2022] vania: dengan batas
ambang lingkungan, agar tidak menjadi beban lingkungan atau mengganggu
daya dukung dan daya tampung lingkungan, dengan menampakkan bencana
alam berupa banjir, kekeringan, gagal panen, kelaparan, wabah penyakit dan
kematian.

Purba, B., Sudarmanto, E., Syafii, A., Nugraha, N. A., Zaman, N., Ahdiyat, M.,
& Umarama, A. (2020).Ekonomi Politik: Teori dan Pemikiran. Yayasan Kita
Menulis.
Sa'idy, I. B. (2013). Analisis Daya Saing Komoitas Tekstil dan Produk Tekstil
Indonesia di Amerika Serikat. Economics Development Analysis Journal , 2,
315.
Subair, S. (2018). RELEVANSI TEORI MALTHUS DALAM DISKURSUS
KEPENDUDUKAN KONTEMPORER. DIALEKTIKA, 9(2).

ADAM SMITH

Dalam teori ini, Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi


menjadi empat tahap yaitu:
1. MasaPerburuan
2. Masa Bercocok Tanam dan Berternak
Masa Bercocok tanam dan berternak adalah masa dimana kebutuhan
masyarakat mulai meningkat, sehingga masyarakat tersebut tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Hal ini yang kemudian mendorong
mereka untuk menjalin hubungan dengan kelompok – kelompok di luar
kelompok mereka. Oleh sebab itu, timbulah sistem jual beli untuk memenuhi
kebutuhan hidup dengan menggunakan sistem barter, yaitu sistem jual beli
dengan cara menukar suatu barang dengan barang lain yang dibutuhkan.
3. MasaPerdagangan
Masa perdagangan adalah masa dimana setiap barang
diperjualbelikan dengan sejumlah uang. Pembeli akan menukar
barang atau jasa dengan sejumlah uang yang diinginkan penjual.
Pada masa perdagangan ini terdapat kegiatan produksi, distribusi,
dan konsumsi.
4. MasaPerindustrian
Masa perindustrian adalah masa dimana kegiatan ekonomi yang
dilakukan meliputi mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang
lebih tinggi untuk penggunaannya.
Masyarakat Tradisional Masyarakat Modern Kapitalis
Selain itu, ada dua proses yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara
lain:
 Proses Pembagian Kerja (Spesialisasi)
Pembagian kerja merupakan awal permulaan pertumbuhan ekonomi karena
mampu meningkatkan daya produktivitas tenaga kerja. Pembagian kerja
tersebut tidak lepas dari faktor-faktor pendorong seperti meningkatnya
keterampilan pekerja dan penemuan mesin yang hemat tenaga. Pembagian
kerja ini akan terjadi jika tahap pembangunan telah menuju sistem
perekonomian modern kapitalis sebab pada sistem perekonomian modern
kapitalis , kompleksitas aktivitas ekonomi dan kebutuhan hidup
mengharuskan masyarakat tidak lagi melakukan pekerjaan secara sendiri
namun lebih ditekankan untuk menggeluti bidang tertentu.

 Proses Pemupukan Modal


Pemupukan modal merupakan proses yang memegang peranan penting
dalam pertumbuhan ekonomi bahkan Adam Smith menekankan bahwa
pemupukan modal harus dilakukan terlebih dahulu daripada pembagian kerja.
Pemupukan modal menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi
yang terjadi pada suatu Negara. Pemupukan modal dan investasi sangat
bergantung pada perilaku menabung masyarakat, sementara di sisi lain
kemampuan menabung masyarakat ditentukan oleh kemampuan menguasai
dan mengeksplorasi sumber daya yang ada. Artinya menurut teori ini, orang
yang mampu menabung adalah kelompok pengusaha dan tuan tanah.
Menurut Smith, pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara
simultan dan memiliki keterkaitan satu dengan yang lain apabila timbul
peningkatan kinerja pada suatu sektor. Peningkatan kinerja sektor akan
meningkatkan daya tarik pada pemupukan modal, mendorong kemajuan
teknologi, meningkatkan pembagian
kerja/spesialisasi, dan memperluas pasar.

https://amp.kompas.com/internasional/read/
2021/10/24/043000270/3-tokoh-utama-kapitalisme
(kamis,27-10-22{10:30})
Negara-negara yang menganut paham kapitalisme antara
lain :

1.AMERIKA SERIKAT
Amerika Serikat (AS) menganut sistem ekonomi kapitalis dan memberikan
kesempatan untuk pihak swasta mengembangkan perusahaannya. Sistem
kapitalis di negara ini sudah terjadi lebih dari seabad lalu dan dilakukan juga
di Eropa. Forbes menyebut, dari 27 juta perusahaan yang terdapat di AS,
hampir seluruhnya adalah milik swasta. Ditambah, perusahaan-perusahaan
swasta tersebut berkembang pesat di AS. Perusahaan swasta kecil dengan
kurang dari 500 karyawan menyumbang 46% PDB nonpertanian Ketika kita
membahas mengenai ideologi kapitalisme, maka pastinya negara yang akan
terpikir pertama kali oleh kita ialah negara Amerika Serikat. Namun, negara
ini sejatinya menggunakan ideologi kapitalisme campuran. Dengan
menggunakan sistem ini, negara Amerika serikat menjadi negara eksportir
dan importir terbesar kedua di dunia.
Komoditas utama ekspor dari negara Amerika Serikat ialah bahan-bahan
kimia. Keberadaan ideologi kapitalis di negara ini tidak terlepas dari kondisi
yang dimiliki olehnya. Amerika Serikat merupakan negara yang sangat luas
dan memiliki beragam iklim sehingga memiliki kekayaan alam yang luar biasa.
Pengembangan infrastruktur yang pesat juga mendukung peningkatan
kapasitas produksi di negara tersebut. Hal ini tidak terlepas dari tahap-tahap
kebijakan publik yang ada di negara tersebut.

2.INGGRIS
Inggris merupakan negara yang terhitung memiliki perekonomian terbesar di
dunia. Sama seperti negara Amerika Serikat, Inggris juga menggunakan
ideologi kapitalisme campuran. Artinya, sekalipun yang banyak menguasai
kegiatan perekonomian adalah sektor swasta, namun pemberlakuan pajak
yang kompetitif turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan sosial bagi
rakyat negara tersebut.
Dengan adanya pembiayaan dari sektor pajak tersebut, maka tujuan
pembangunan nasional dari negara Inggris dapat lebih mudah untuk dicapai.
Dapat dikatakan bahwa sejatinya negara Inggris telah menerapkan ideologi
ini sejak lama. Banyak pemodal besar yang telah mengembangkan usahanya
sehingga usaha tersebut menjadi industri yang lebih besar lagi. Sebanyak 5,6
juta perusahaan yang berdiri di Inggris merupakan milik swasta. Data
tersebut terungkap dalam Research Briefing dari House of Commons Library
di tahun 2021. Namun demikian, angka ini rupanya jauh menurun jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang menyentuh angka 6,5%.
Perusahaan swasta yang menjamur di Inggris tidak hanya bergerak di
komunikasi, namun juga makanan hingga busana.

3.JERMAN

Nama-nama seperti Volkswagen Group, BMW Group, dan Otto Group sudah
populer di kalangan masyarakat. Perusahaan-perusahaan besar tersebut
merupakan perusahaan keluarga yang berdiri di Jerman. Selain tiga
perusahaan itu, masih banyak lagi perusahaan di Jerman yang dimiliki oleh
pihak swasta. Artinya, negara ini menerapkan pola kapitalisme atau pasar
bebas. Ekonomi Jerman adalah salah satu yang terbesar di dunia, dengan
produk-produk ekspor berkualitas tinggi. Sementara itu, perusahaan-
perusahaan keluarga di Jerman tersebut memberikan sumbangan PDB sekitar
43%.
Bicara mengenai Jerman tentu pembaca akan langsung membayangkan
mengenai beberapa produk otomotifnya. Banyak industri yang berkembang di
negara Jerman. Setiap industri tersebut memiliki berbagai karakteristiknya
sendiri. Sama halnya dengan negara Inggris, negara Jerman juga
menerapkan ideologi kapitalisme campuran.
Dengan adanya penggunaan dari ideologi ini, maka negara Jerman juga turut
menerapkan tarif pajak yang kompetitif bagi industri yang ada di negaranya.
Hal ini menyebabkan adanya pendidikan gratis hingga masa perkuliahan
sarjana bagi siapapun yang ada di negara tersebut. hanya saja, bagi setiap
warga negara pun tarif pajak juga tinggi. maka dari itu, salah satu kewajiban
warga negara ialah membayar pajak.
Jerman, negara yang paling padat penduduknya di Uni Eropa, memiliki salah
satu perekonomian terbesar di dunia dan memiliki peran bagi dunia
internasional yang tumbuh terus sejak reunifikasi. Negara ini akhirnya
didaulat sebagai negara terbaik di dunia.
Berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF) di Davos, Switzerland,
Jumat (21/1/2016), Jerman berhasil mengalahkan 59 negara lainnya sebagai
negara terbaik dunia. Jerman menduduki peringkat pertama setelah
memperoleh skor tertinggi yang dihitung berdasarkan beberapa kategori yaitu
adventure, kewarganegaraan, pengaruh kebudayaan, pengusaha,
peninggalan pusaka, perpindahan, keterbukaan bisnis, kekuatan dan kualitas
hidup. Dilaporkan pertumbuhan domestik bruto (PDB) yang cukup tinggi
mencapai USD3,7 triliun. Tidak hanya itu, PDB per kapita Jerman dilaporkan
sebesar USD45.888 per kapita. Di samping itu, Jerman menganut ekonomi
pasar sosial, yaitu kapitalisme pasar terbuka yang juga membawa jaminan
pelayanan sosial tertentu. Ekonomi Jerman juga merupakan salah satu
terbesar di dunia dan importir serta eksportir terkemuka di dunia. Sektor jasa
yang meliputi telekomunikasi, perawatan kesehatan dan pariwisata, memiliki
kontribusi terbesar untuk perekonomiannya. Tidak hanya itu, industri dan
pertanian merupakan sektor ekonomi penting lainnya. Jerman juga memiliki
tenaga kerja yang sangat terampil dan makmur. Penduduk Jerman tercatat
sebanya 80,88 juta dan mayoritas warga di sana memiliki etnis asli Jerman,
dengan Turki dan Eropa lainnya yang mewakili populasi minoritas yang
signifikan. Variasi etnis tersebut diakibatkan menariknya negara tersebut
sebagai negara tujuan migrasi yang membuat populasi asing tumbuh secara
substansial di abad 21.

Hal menarik lainnya dari Jerman yaitu kebudayaannya yang telah


menghasilkan beberapa tokoh terkemuka di dunia dalam ilmu-ilmu alam dan
sosial, serta seni. Jerman berhasil melahirkan Ludwig van Beethoven dan
Immanuel Kant yang memiliki tradisi yang kuat dalam sastra, musik dan
filsafat. Bahkan, festival rakyat tetap populer di zaman modern ini yang
menjadi Oktoberfest tahunan.

4.BELANDA

Negara yang menganut ideologi kapitalisme selanjutnya ialah Belanda.


Negara yang sebagian wilayahnya lebih rendah dari permukaan laut ini
menggunakan ideologi kapitalisme. Negara ini memang khas dengan produksi
bunga tulipnya, namun ia juga memiliki sektor lain dalam industrinya. Negara
Belanda terkenal sebagai salah satu penghasil gas dan energi hijau terbesar
di wilayah Eropa.Di sisi lain, negara Belanda juga memiliki industri IT yang
cukup maju. Negara yang pernah menjajah Indonesia ini juga dikenal sebagai
salah satu negara yang mengutamakan sektor pertaniannya sebagai salah
satu komoditas ekspornya. Dalam menjalankan kegiatan ekspor ini, Belanda
menaati segala asas-asas perjanjian internasional.
PADA tahun 1944, pemikir anti-kolonial Karibia, Eric Williams, menulis karya
klasiknya Capitalism and Slavery. Buku itu berargumen bahwa kekayaan
melimpah yang dipompa Inggris dari perkebunan-perkebunan budak di Hindia
Barat pada abad ke-18, berkontribusi secara signifikan bagi Revolusi Industri,
dan karena itu juga bagi kelahiran kapitalisme modern.
Tetapi dalam diskusi ini, Belanda dan kerajaan kolonialnya diabaikan.
Seringkali sejarawan imperial konservatif di Belanda melihat pertanyaan
tentang kontribusi perbudakan bagi kapitalisme sebagai sesuatu yang tidak
relevan karena Belanda cukup terlambat dibanding Inggris dalam melewati
revolusi industri. Argumen ini mengabaikan peran penting kapital dagang
Belanda bagi terobosan yang lebih luas dari kapitalisme Eropa. Secara umum,
sejarawan-sejarawan ini biasanya berargumen bahwa kontribusi perbudakan
di Hindia Belanda adalah kecil. Mereka juga cenderung untuk memperlakukan
sejarah kolonisasi, kekerasan dan perbudakan di Amerika secara terpisah dari
sejarah kolonialisme Belanda di Asia, seolah-olah keduanya tidak berkaitan
Namun, narasi ini mulai bergeser, bahkan di antara sejarawan-sejarawan
yang bekerja di Belanda. Ini dapat menolong untuk menyediakan landasan
bagi penulisan kembali sejarah keterlibatan global kerajaan Belanda dalam
perbudakan, yang mempertemukan dunia sekitar Samudra Atlantik dan
Samudra Hindia dan yang menunjukkan bagaimana kekayaan yang ditimbun
di kedua belahan bumi ini menyuplai akumulasi kapital Eropa, dengan kapital
Belanda sebagai inisiator, penegak, pengorganisir, dan penengah. Pedagang-
pedagang Belanda terlibat dalam perbudakan global sejak abad ke-16.
Mereka tetap berperan demikian hingga paruh pertama 1860-an, ketika
Belanda menjadi bangsa terakhir Eropa yang secara formal menghapus
perbudakan di koloni-koloninya. Bahkan setelah itu Belanda memberlakukan
kerja paksa yang lebih parah lagi kepada subjek-subjek yang sebelumnya
diperbudak. Di Hindia Belanda, hal ini diorganisir dalam bentuk “sistem
tanam”, yang telah menggantikan perbudakan dengan tipe kerja paksa lain
pada periode sebelumnya. Di Suriname dan koloni-koloni Belanda lainnya di
Karibia, dekrit emansipasi tahun 1863 menuntut 10 tahun tambahan di
perkebunan, di mana populasi Afrika diwajibkan untuk terus bekerja untuk
tuan-tuan mereka yang sebelumnya. Peran kerajaan Belanda dalam
perbudakan global bersifat ekstensif, termasuk transportasi dan penjualan
ratusan ribu tawanan di wilayah Samudra Atlantik dan Samudra Hindia, dan
operasi kerja perbudakan di koloni-koloni yang pada titik-titik tertentu
mencakup Brazil Utara, New Amsterdam (sekarang New York), Suriname,
Afrika Selatan, Indonesia hari ini, Sri Lanka, dan banyak bagian lain Asia.
Eksperimen skala besar pertama dengan perkebunan budak oleh Belanda
tidak dilakukan di Barat, tetapi di Pulau Banda di Maluku Selatan, tempat pala
dihasilkan, setelah Gubernur VOC Jan Pieterszoon Coen mengorganisir
genosida penduduk lokal. Di mayoritas area di bawah kontrol VOC, Belanda
mengombinasikan perbudakan dengan banyak bentuk kerja paksa lain. Ini
berbeda dengan koloni-koloni di Atlantik seperti Suriname, yang sepenuhnya
diorganisir di sekitar institusi perkebunan budak Afrika di mana bentuk-bentuk
lain dari kerja paksa pada penduduk asli didorong sampai ke marjin.

5.PRANCIS

Perancis merupakan salah satu ekonomi terbesar dan terkuat di dunia.


Adapun sistem ekonomi yang dianut Perancis adalah sama dengan Amerika
Serikat dan Inggris, yakni sistem ekonomi liberal (pasar)/kapitalisme. Menurut
data dari IMF, ekonomi Perancis berada di urutan 8 dunia berdasarkan
kemampuan berbelanja (PPP) tahun 2007, yakni sebesar $ 2.047 triliun.
Sedangkan berdasarkan data CIA World Factbook (2008) menentukan GDP
Perancis adalah sebesar $2.067 triliun, yang berada di urutan 8 dunia
berdasarkan PPP. Kemudian di grup negara Maju G8, Perancis berada di
peringkat kelima ekonomi terbesar, dan peringkat keenam berdasarkan PDB
nominal.
Perancis tercatat mengganti mata uangnya dari franc ke euro pada tahun
2002. Berdasarkan data OECD, tahun 2004, Perancis merupakan pengekspor
barang manufaktur terbesar kelima di dunia dan pengimpor terbesar keempat
di dunia. Di sektor industri penerbangan, Perancis memiliki industri angkasa
penting yang dipimpin oleh konsorsium Eropa, yakni Airbus. Perancis bersama
Swedia menjadi satu-satunya kekuatan Eropa (selain Rusia) yang memiliki
pelabuhan antariksa nasional pribadi (Centre Spatial Guyanais).
Di sektor energi, Perancis merupakan negara Barat yang paling mandiri dalam
sumber daya energi. Hal itu dikarenakan Perancis memiliki investasi yang
besar dalam tenaga nuklir (tenaga nuklir di Perancis), yang membuat Perancis
menjadi negara produsen yang paling minim karbon dioksida di antara 7
negara industri di dunia. Hasil dari investasi besar dalam pengembangan
energi nuklir, banyak listrik diproduksi di Perancis yang menggunakan tenaga
nuklir, sebesar 78,1% (2004). Angka tersebut meningkat dari 8% (1973),
24% (1980), serta 75% (1990).

Sistem ekonomi yang dianut Perancis adalah sistem ekonomi liberal (pasar
bebas). Sistem Ekonomi Liberal adalah sistem ekonomi yang menghendaki
adanya kebebasan yang seluas-luasnya bagi tiap individu untuk melakukan
kegiatan ekonomi tanpa campur tangan pemerintah. Setiap individu memiliki
kebebasan dalam berusaha dan memiliki benda, baik berupa modal maupun
benda-benda konsumsi. Dalam sistem ini setiap orang bebas untuk berusaha
dan memiliki modal dan alat-alat produksi.
Negara yang menganut ideologi komunisme yang terakhir kita bahas dalam
kesempatan ini ialah negara Prancis. Negara yang juga berada di belahan
benua Eropa barat ini memiliki sistem perpajakan yang hampir sama dengan
negara Inggris dan Jerman. Di sisi lain, negara Prancis cukup terkenal dengan
industri mobilnya. Beberapa merek mobil di Prancis terkenal sebagai Merek
mobil mewah di dunia. Negara Prancis juga menjalin hubungan bilateral
dengan negara kita dan kerja sama multilateral dengan beberapa negara lain.
Ini merupakan salah satu contoh hubungan bilateral dan multilateral.

6.CHINA

Meskipun memiliki ideologi komunisme, namun China menganut sistem


ekonomi pasar kapitalis. Terbukti, sebagian besar perusahaan yang ada di
China adalah milik swasta. Secara sederhana, Bloomberg menyebut, dari 100
perusahaan teratas di China, 49 di antaranya adalah perusahaan swasta yang
sangat berkembang. Sementara itu, sektor swasta menyumbang 54% dari
total nilai 100 perusahaan besar di China. Jumlah ini naik 10% bila
dibandingkan dengan tahun 2010. Beberapa perusahaan swasta besar yang
berasal dari China serta mampu merajai pasar dunia adalah Alibaba, Huawei,
dan Tencent.
BEIJING - China membanggakan diri sebagai negara komunis. Namun,
mereka mempraktikkan sistem kapitalis, yang membuatnya menjadi raksasa
ekonomi nomor dua di dunia setelah Amerika Serikat (AS). Sekadar diketahui
komunisme adalah ideologi dan gerakan filosofis, sosial, politik, dan ekonomi
yang tujuannya adalah pembentukan masyarakat komunis, yaitu tatanan
sosial ekonomi yang terstruktur di atas gagasan kepemilikan bersama atas
alat-alat produksi dan tidak adanya kelas sosial, uang, dan negara.
Sedangkan kapitalisme adalah sistem ekonomi yang didasarkan pada
kepemilikan dan kontrol pribadi atas alat-alat produksi dan operasinya untuk
mendapatkan keuntungan.
Pada bulan Juli 1921, kongres pertama PKC diadakan dengan 12 atau 13
orang yang hadir, termasuk Mao Zedong yang kemudian menjadi "pemimpin
seumur hidup" negara itu. Para peserta pertemuan Shanghai bahkan tidak
dapat mengingat hari tepatnya. Tapi hari ini partai yang sama memiliki jutaan
anggota, terus memetakan nasib China. Sementara eksperimen komunis
Rusia, Uni Soviet, gagal total pada tahun 1991 bersama banyak negara
sosialis lainnya di Eropa Timur, China masih menganggap dirinya sebagai
negara komunis, namun menjalankan sistem kapitalis. Charlie Parton, seorang
ahli terkemuka tentang China dan senior associate fellow di Royal United
States Institute (RUSI), sebuah think tank Inggris, berpendapat bahwa sistem
tersebut bekerja berkat interpretasi China tentang Marxisme dan penekanan
berlebihan PKC pada "kesinambungan sejarah". “Upaya partai dan rakyat
selama satu abad terakhir merupakan babak paling luar biasa dalam sejarah
ribuan tahun bangsa China,” bunyi resolusi terbaru dari Komite Pusat PKC,
membangun hubungan yang jelas antara sejarah negara dan komunisme.
https://ekbis.sindonews.com/newsread/781039/33/negara-negara-raksasa-
penganut-sistem-ekonomi-kapitalis-nomor-1-sudah-lebih-dari-seabad-1653635126
(kamis,27-10-22{11:00})

BAGAIMANA IDEOLOGI KAPITALISME SAAT INI?


PERKEMBANGAN KAPITALISME DI DUNIA
Kapitalisme ialah suatu cara mengadakan produksi, yang mana dalam sistem
kapitalisme orang mengadakan produksi tidak hanya untuk menutupi
kebutuhan hidup tetapi dengan tujuan mencari laba. Laba yang diperoleh,
sesudah dikurangi untuk menutupi ongkos-ongkos yang dikeluarkan,
dipergunakan pula untuk mengadakan perusahaan baru pula. Jadi laba bukan
dianggap sebagai karunia yang dapat diraih dengan cara yang mudah. Belum
tentu bahwa tiap-tiap milik / hasil disebut capital (Romein : 97).
Kapital ialah milik yang dipergunakan untuk memperbanyak milik, sebagai
contoh yaitu sebuah cikar kepunyaan seorang tukang pedati atau perahu
seorang nelayan dipergunakan untuk mencari sesuap nasi bagi diri dan anak
istrinya dapat dinamakan kapital dalam bentuk yang kecil. Tukang pedati atau
pemilik perahu tadi itu bukan termasuk kaum kapitalis.
Kapitalis ialah orang yang membuat rumah atau membeli rumah dengan
tujuan menyewakannya atau seorang pemilik kapal yang melayarkan
kapalnya dengan tujuan sisa uang yang diperolehnya akan dipergunakannya
mungkin ditambah dengan uang yang didapatnya dengan berhutang dengan
membeli kapal yang kedua, ketiga dan seterusnya.

Hal-hal penting dalam dunia ini mula-mula timbul secara sederhana demikian
pula dengan kapitalisme ini. Mula-mula timbul di Eropa barat dalam lapangan
industri tekstil kra-kira tahun 1250. Pada mulanya sebuah perusahaan tenun
domba milik Negara Belanda memperoleh bahan dari daerahnya sendiri.
Tetapi kemudian ekspor barang tenunan meningkat, bulu domba didatangkan
dari daerah lain, terutama dari pasar Calais, yang mendatangkan bulu domba
dari tanah Inggris. Saudagar yang banyak modalnya menempatkan dirinya
antara penenun dan bahan tenunan, diborongnya bulu domba di Calais itu,
lalu dijualnya kepada penenun. Dalam taraf berikut bulu domba benar-benar
telah menjadi milik saudagar yang telah dapat disebut menjadi seorang
pengusaha.
Dalam sistem kapitalisme orang mengadakan produksi tidak hanya untuk
menutupi kebutuhan hidup, misalnya seorang petani atau seorang pekerja
tangan dalam sistem kapitalisme orang mengadakan produksi dengan
mengandung laba. Laba yang diperoleh sesudah dikurangi untuk menutup
ongkos-ongkos yang dikeluarkan, dipergunakan pula untuk mengadakan
perusahaan baru pula. Jadi laba bukan dianggap sebagai karunia, yang dapat
diraih dengan suatu selamatan. Belum tentu bahwa tiap-tiap milik dapat
disebut kapital, sebuah rumah tempat kita diam, atau sesuatu yang kita beli
untuk menyenangkan hati bukan kapital (Romein : 97).
Dalam abad pertengahan persaingan terbatas karena kebanyakan pekerja
tangan tergabung dalam organisasi yang disebut “gilda”. Organisasi itu
mengadakan aturan-aturan keras yang tidak memungkinkan terjadinya
persaingan.
Perkembangan lebih lanjut yaitu efek dari Revolusi Industri di Inggris
sehingga bisa dikatakan kapitalisme memasuki era baru. Berbagai pendirian
pabrik sangat membutuhkan kapital. Akibat revolusi industri telah
memunculkan para pebisnis, mereka bertindak sebagai pengusaha. Sebagai
suatu kemajuan akibat industrialisasi, bagaimanapun juga keperluan kapital
menjadi pengukur kekayaan seseorang. Para kapitalis melakukan usaha
bersama, membentuk organisasi perdagangan, yang disebut korporasi.
Seperti diketahui, bahwa kaum borjuis atau kapitalis sebagai penganut politik
eko liberal, menolak segala campur tangan negara dalam perusahaan, sebab
dianggap sebagai paksaan seperti qilda yang mereka anggap telah menjadi
using itu (Sundoro; 191).
Sebagai akibat revolusi industri, muncullah apa yang disebut sistem kerja di
pabrik, timbul apa yang dinamakan buruh pabrik. Pada awalnya, para borjuis
yang sebagian menjadi kaum industrialis itu semata-mata mencari dan
menumpuk kekayaan, maka mereka hanya memperhatikan hal-hal yang
menurut mereka dapat adalah kaum buruh karena mereka merasa khawatir
akan kehilangan sebagian keuntungannya jika mereka memperhatikan dan
mengusahakan kesejahteraan kaum pekerjanya. Tenaga murah sengaja
dieksploitasi, para buruh dipaksa untuk belanja 10-18 jam sehari sesuai
dengan keinginan majikan. Pabrik- pabrk pada masa ini masih
memperlihatkan pabrik-pabrik yang kotor dan pengap sehingga kaum buruh
tidak saja mengalami penderitaan fisik, tetapi juga psikis karena mereka
seolah-olah menjadi bagian dari mesin dan bekerja seperti mesin.
Terdapat pula berbagai macam pembagian kerja, misalnya buruh yang
pekerjaannya memutar sekrup, mengepak, mensortir dan sebagainya selama
berbulan-bulan bahkan dapat bertahun-tahun. Pekerjaan semacam itu tentu
sangat menjemukan dan dapat menekan jiwa, lebih-lebih banyak bekas
petani yang dahulu biasa bekerja di alam terbuka dapat memperoleh
kepuasan batin dengan melihat terwujudnya benda-benda hasil ciptaannya
sendiri.
Para majikan yang telah menjadi kaya dan yang melihat negaranya menjadi
kuat dan disegani berkat usaha mereka, tidak mengalami kesulitan dalam
menemukan alasan-alasan mengapa kaum buruh sedemikian keadaannya.
Mereka menentang usaha-usaha pemerintahan untuk mencampuri dalam
urusan-urusan ekonomi yang dapat dianggap merugikan kepentingan
mereka. Kaum borjuis atau kapitalis yang mempunyai slogan “Laissez faire”
(biarkan saja), pada awal revolusi industri mampu menghadapi saingan dari
manapun datangnya. Untuk membela faham ini, mereka menunjuk pada
bukti-bukti nyata berupa ekspansi industri dan perdagangan Inggris yang
dimungkinkan berkat tiadanya berbagai perbatasan oleh pemerintah, berupa
tarif-tarif, mereka menyayangkan banyak kaum buruh yang hidup sengsara,
tetapi keadaan ini bukan kesalahan siapapun, melainkan sudah merupakan
akibat “alamiah” berlakunya hukum-hukum ekonomi demikian pandangan
kaum kapitalis tersebut (Sundoro; 193).
Berbagai bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh para majikan terhadap
buruh, mendorong munculnya ide tentang martabat manusia yang
menentang segala bentuk pemerasan seseorang oleh orang lain, melainkan
juga diusahakan untuk memberikan hidup yang layak bagi setiap orang,
kecuali penghapusan perdagangan budak, dengan mengadakan peraturan
upah m inimal dan juga jam kerja maksimal bagi para pekerja, kewajiban
belajar untuk memberi dasar pada setiap orang dapat menentukan hidupnya
dengan sebaik mungkin, disitu juga diadakan perawatan umum bagi orang-
orang cacat dan cedera yang mempunyai hak untuk hidup seabgai manusia
(Sartono; 53).
Proktariat industri tergabung dari perekonomian dunia dan mereka sangat
dieksploitasi. Organisasi pabrk, kebiasaan kehidupan di pabrik dan efisiensi
teknis, tidak memperhitungkan soal kemanusiaan dan nilai-nilai pekerja
sebagai manusia, maka akibatnya sebagai reaksi keras kerap kali timbul
agitasi yang berkobar-kobar. Hubungan antara kapital dan pekerja
menimbulkan suatu problem sosial, yang ternyata tidak dapat dipecahkan jika
hanya dengan philantrhophy (Sartono; 54), pekerja mulai sadar akan
kedudukannya dan menjadi semakin peka terhadap aturan perbaikan
masyarakat.
III. PERJALANAN KAPITALISME SERTA DAMPAKNYA DI INDONESIA
Kedatangan bangsa barat ke Indonesia melalui kongsi dagang yang dibentuk
di Indonesia yaitu Indische Vereniging Ost Company makin menguatkan
kelompok-kelompok kapital di nusantara. Mereka membawa pengaruh pada
sistem perekonomian nusantara. Telah diperkenalkan namanya sistem
monopoli dalam perdagangan serta redanya eksploitasi pada alam dan juga
tenaga manusia.
Pada hari terakhir dari tahun 1799 VOC dibubarkan dan seluruh miliknya
diambil alih oleh pemerintah Belanda. Demikianlah maka sejak hari pertama
tahun 1800 Indonesia menjadi jajahan negeri Belanda Bataafsche Republik
adalah sekutu Prancis dan dengan demikian ikut terlibat dalam peperangan
yang terus menerus dengan Inggris beserta sekutu- sekutunya. Peperangan
ini dilangsungkan pula di Indonesia sehingga dimulai dari Sumatra barat dan
di Maluku, kepulauan nusantara menjadi jajahan Inggris (Soekmono; 113).
Maka untuk memenuhi kebutuhan perang Belanda daerah jajahan dijadikan
sebagai daerah eksploitasi terutama pada sektor ekonomi. Selama
peperangan berlangsung menyebabkan ekonomi negaranya merosot tajam,
karena kas negeri Belanda telah kosong dan ditambah lagi adanya hutang-
hutang luar negeri dalam jumlah yang tidak sedikit (Badrika; 155).
Untuk mengatasi ekonomi negara seperti ini, pemerintah colonial mencoba
untuk menggali potensi Indonesia melalui pelaksanaan sistem tanam paksa.
Tanam paksa telah membawa hasil yang sangat besar dalam usaha
memperbaiki ekonomi negara dan pemerintah kolonial Belanda, sehingga
penduduk negeri Belanda terhindar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Setelah tanam paksa dihapuskan, sistem ekonomi yang diterapkan oleh
pemerintah kolonial Belanda bersifat liberal dan mengembangkan sistem
ekonomi kapitalisme. Walaupun di masa tersebut negara melaksanakan
sistem ekonomi kapitalis tetapi keuntungan yang berhasil diperolehnya cukup
besar.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kapitalisme
(kamis,27-10-22{12:00)})

IDEOLOGI LIBERALISME

HISTORY LIBERALISME
Sejarah liberalisme dimulai dari zaman Renaissance, sebagai reaksi terhadap
ortodoksi religius. Saat itu kekuasaan gereja mendominasi seluruh aspek kehidupan
manusia. Semua aturan kehidupan ditentukan dan berada di bawah otonomi gereja.
Hasilnya, manusia tidak memiliki kebebasan dalam bertindak, otonomi individu
dibatasi dan bahkan ditiadakan. Kondisi ini memicu kritik dari berbagai kalangan,
yang menginginkan otonomi individu dalam setiap tindakan dan pilihan hidup.
Otonomi individu dipahami sebagai keterbebasan dari determinasi dan intervensi
eksternal, berupa pembatasan, pemaksaan atau berbagai bentuk ancaman dan
manipulasi, dalam melakukan tindakan. Menurut liberalisme, individu adalah
pencipta dan penentu tindakannya. Dengan konsep seperti ini, maka kesuksesan
dan kegagalan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, oleh tindakan-tindakannya
dan pilihan-pilihan terhadap tindakan tersebut. Intinya, manusia memiliki kebebasan
dalam hidupnya, manusia adalah pribadi yang otonom.
Dalam perkembangannya, ada dua corak liberalisme, liberalisme yang dipelopori
oleh John Locke dan liberalisme yang dipelopori oleh Jean Jacques Rousseau. John
Locke berpendapat bahwa kebebasan yang menjadi nilai dasar liberalisme dipahami
sebagai ketidakhadiran intervensi eksternal dalam aktivitas- aktivitas individu.
Kebebasan adalah hak properti privat. Karenanya, pemerintah bersifat terbatas
(minimal) terhadap kehidupan warganya. Untuk itu harus ada aturan hukum yang
jelas dan lengkap dalam menjamin kebebasan sebagai hak properti privat ini. Corak
liberalisme ini kemudian mendasari dan menginspirasi munculnya libertarianisme
yang dipelopori oleh Alexis de Tocqueville, Friedrich von Hayek dan Robert Nozick.Di
sisi lain Rousseau berpendapat bahwa pemerintah harus tetap berfungsi menjamin
terlaksananya kebebasan individu dalam masyarakat. Corak liberalisme ini
selanjutnya mendasari dan menginspirasi munculnya liberalisme egalitarian, dengan
tokohnya antara lain John Rawls dan Ronald Dworkin. Liberalisme ini berusaha
menyatukan ide kebebasan dan kesamaan individu dalam masyarakat. Pemerintah
dibutuhkan untuk meredistribusikan nilai- nilai sosial dalam melaksanakan dan
mencapai kebebasan dan kesamaan individu-individu dalam masyarakat.
Perbedaan terpenting antara liberalisme dan libertarianisme adalah pandangan
tentang kebebasan individu. Menurut libertarianisme, kebebasan yang menjadi hak
individu merupakan satu bentuk properti privat, tidak seorang pun atau apa pun
yang dapat merampas dan mencabutnya dari seseorang tanpa dianggap telah
melanggar hak orang tersebut. Seperti libertarianisme, liberalisme juga
mengutamakan kebebasan. Kebebasan menurut liberalisme tidak dapat dikorbankan
untuk nilai yang lain, untuk nilai ekonomi, sosial dan politik. Kebebasan hanya dapat
dibatasi dan dikompromikan ketika ia konflik dengan kebebasan dasar yang lain
yang lebih luas. Karenanya, kebebasan menurut liberalisme bukan sesuatu yang
absolut, kebebasan hanya dapat dibatasi demi kebebasan itu sendiri.Konsep otonomi
individu dalam pandangan liberalisme tidak hanya berupa kebebasan individu dalam
bertindak dan memilih cara hidup yang baik. Namun, juga untuk mengkritisi,
merevisi dan bahkan meninggalkan nilai dan cara hidup yang telah dipilihnya.
Karena menurut liberalisme, siapa pun dapat keliru dalam pilihan hidupnya.
Tindakan seperti ini bebas dilakukan oleh siapa pun jika nilai dan pilihan hidupnya
semula tidak lagi tampak berharga untuk dikejar dan tidak lagi sesuai dengan nilai
yang mereka yakini saat ini. Dengan demikian, otonomi individu tidak harus
ditundukkan oleh keanggotaannya pada suatu kelompok, seperti kelompok agama,
etnis dan sebagainya. Mereka bebas untuk tetap berada atau menarik diri dari
kelompoknya. Setiap orang bebas memilih konsep tentang hidup yang baik,
meskipun sangat berbeda dengan nilai dan pilihan hidup anggota komunitas yang
lain. Namun, konsep tersebut tidak boleh melanggar prinsip keadilan. Orang-orang
dengan konsep hidup yang berbeda-beda akan saling menghormati, bukan karena
hal ini mempromosikan satu cara hidup bersama. Namun, karena mereka mengakui
bahwa tiap-tiap orang memiliki klaim pertimbangan yang sama. Tidak ada tugas
khusus yang ditetapkan komunitas terhadap individu. Tidak ada kelompok atau
praktek sosial tertentu yang memiliki kewenangan di luar penilaian dan kemungkinan
penolakan individu. Tidak ada yang “ditetapkan untuk seseorang” atau tidak ada
yang berwewenang memberikan penilaian terhadap seseorang selain nilai yang
ditetapkan oleh orang tersebut.Pengakuan terhadap otonomi atau kebebasan
individu dalam bertindak mengindikasikan adanya pengakuan terhadap pluralitas
dalam masyarakat. Kebebasan dan kesamaan perlakuan terhadap individu dalam
bertindak dan memilih cara hidup akan menghasilkan pluralitas nilai dan pilihan
hidup. Setiap orang bebas untuk bertindak dan memilih cara hidup yang baik
menurutnya. Pengakuan terhadap pluralitas tindakan dan pilihan hidup mendapat
perlakuan yang sama. Untuk menjamin tercapainya kesamaan perlakuan tersebut,
maka liberalisme mengemukakan ide netralitas negara.
Pemerintah menurut liberalisme harus bersikap netral terhadap konsep apa pun
tentang hidup yang baik, yang dianut dan dipilih oleh warganya. Pemerintah tidak
boleh memberikan prioritas pada satu nilai di atas nilai yang lain, atau tidak
menyokong dan mengabaikan salah satu nilai yang ada. Liberalisme menganggap
bahwa intervensi pemerintah untuk menyokong salah satu nilai atau pilihan hidup
dan mengabaikan nilai atau pilihan hidup yang lain, melanggar dan membatasi
otonomi individu, yang menjadi nilai liberalisme.Ide netralitas negara tidak
membenarkan adanya tindakan atas dasar superioritas atau inferioritas intrinsik dari
berbagai konsep tentang kehidupan yang baik. Tidak boleh ada tindakan yang
secara sengaja atau tidak sengaja berusaha mempengaruhi penilaian-penilaian
orang tentang nilai dari berbagai konsep yang berbeda ini. Kebebasan sebagai nilai
yang esensial dalam kehidupan manusia akan terancam dengan adanya pemaksaan
suatu pandangan khusus tentang kehidupan yang baik pada setiap orang.
Netralitas negara yang bertujuan untuk menjamin kebebasan dan kesamaan individu
dalam masyarakat, dengan sendirinya mendorong berkembangnya cara hidup yang
bernilai dan mendorong tersingkirnya cara-cara hidup yang tidak bernilai. Netralitas
negara terhadap pluralitas nilai tersebut dengan sendirinya menyeleksi nilai- nilai
yang ada, mana yang tetap bertahan dan diminati banyak orang atau tersingkir
karena tidak menarik minat orang.
Kegagalan sosialisme dan marxisme dalam mengatasi konflik pada masyarakat
seperti terlihat di Uni Sovyet dan negara- negara lain di dunia menjadikan
liberalisme sebagai konsep yang dominan saat ini. Namun, ini tidak berarti
liberalisme menjadi satu ideologi yang tanpa cacat. Cacat inilah yang dilihat oleh
komunitarianisme dan memunculkannya dalam bentuk kritik terhadap liberalisme.
Komunitarianisme mengkritik nilai-nilai liberalisme yang dianggap tidak sensitif
terhadap keanggotaan pada satu kelompok, terutama kelompok kultural, yang
menjadi perdebatan sengit dalam filsafat politik saat ini.
Liberalisme merupakan paradigma berfikir dan kebudayaan yang tengah menjadi
mainstream dunia. Dimana atmosfir pemikiran maupun konstelasi kemanusiaan
kontemporer didominasi paradigma liberal ini. Berbagai perubahan yang melahirkan
idiom-idiom global, seperti kebebasan pers, pasar bebas, serta demokrasi,
nampaknya tidak dapat dilepaskan dari liberalisme sebagai titik tolaknya. Idiom-
idiom tersebut secara imperatif memaksakan perubahan di berbagai kawasan dunia,
Liberalisme adalah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan
pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai yang
utama.Paham liberalisme mulai berkembang pada abad ke-18 dan 19 di Perancis
dan Inggris.
Kelahiran liberalisme di Perancis untuk pertama kalinya dikobarkan oleh kaum
borjuis. Liberalisme dilatarbelakangi adanya ketimpangan dan kesenjangan yang
sangat mencolok dalam negara yang telah mengakar sekian lama di Perancis.Sejak
abad ke-17, pemerintah Perancis terlalu banyak mencampuri masalah kebebasan
ekonomi dan mengekang ekonomi perdagangan.Sebagai akibat sejarah masa
lampau, terdapat pemisahan dan perbedaan yang sangat kentara antargolongan di
Perancis. Golongan I dan II yang terdiri dari kaum bangsawan dan alim ulama
memiliki banyak hak tanpa kewajiban. Golongan III yang terdiri dari kaum borjuis
kaya raya dan rakyat biasa tanpa hak dan penuh dengan kewajiban.Golongan
borjuis mengajak rakyat untuk menentang kekuasaan tak terbatas raja dan kaum
bangsawan yang bertindak sewenang-wenang. Mereka menuntut kebebasan
ekonomi.
Lambat laun, tuntutan kaum borjuis tidak terbatas pada kebebasan dalam bidang
ekonomi saja, tetapi juga dalam bidang politik dan agama.Puncaknya, pada tahun
1789, terjadilah revolusi Perancis yang menjadi awal terbentuknya golongan liberal.
Liberalisme kemudian menyebar luas ke berbagai negara lainnya di Eropa dan
mendapat banyak dukungan.
https://amp.kompas.com/stori/read/2022/09/06/160000479/ideologi-liberalisme--
pengertian-latar-belakang-dan-dampa
(kamis,27-10-22{12:15})
Referensi
Danial, Deni Muhammad. 2008. Mengenal Ideologi-Ideologi di Dunia. Semarang:
ALPRIN
Rachman, Budhy Munawar dan Moh Shofan. 2010. Sekulerisme, Liberalisme, dan
Pluralisme. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

TOKOH TOKOH YANG MUNCUL DALAM IDEOLOGI


LIBERALISME

Berikut tokoh-tokoh liberalisme dan pemikirannya:


JOHN LOCKE
. Seorang filsuf asal Inggris.
.Pencetus teori naturalism liberal, yaitu hak milik pribadi adalah suatu hak alam dan
naluri yang tumbuh bersama pertumbuhan manusia.
. Memiliki konsep State of Nature: Secara alamiah, manusia itu baik, tetapi akibat
adanya kesenjangan harta dan kekayaan, mereka khawatir jika ada hak individu
yang akan diambil oleh orang lain.
. John Locke berpendapat bahwa negara terbentuk dari adanya perjanjian sosial
yang terjadi antara individu yang hidup bebas dengan penguasa.
JEAN JACQUES ROUSSEAU
. Seorang penulis dan filsuf asal Swiss.
.Pemikiran liberalisme JJ Rousseau mempengaruhi terjadinya Revolusi Perancis
dalam membebaskan kedikatatoran Raja dan kaum bangsawan.
. Pencetus teori kontrak sosial, yaitu sebuah kesepakatan rasional tentang seberapa
besar kewenangan pejabat negara dan seberapa luas kebebasan warganya.
VOLTAIRE
. Seorang penulis dan filsuf asal Perancis.
.Voltaire sangat mendukung hak-hak manusia dan kebebasan sipil, termasuk
kebebasan beragama dan hak mendapatkan pengadilan yang sepatutnya.
. Gerakan Voltaire banyak disalurkan melalui karya kritik terhadap doktrin gereja dan
institusi Perancis pada masanya.
JOHN ADAM SMITH
. Seorang tokoh pemikir asal Skotlandia.
.Adam Smith adalah tokoh ekonomi liberal yang menjadi dasar munculnya sistem
ekonomi pasar bebas atau kapitalis.
.Adam Smith berpendapat bahwa segala kekuatan ekonomi seharusnya ada di
tangan pasar, di mana manusia punya kedudukan sebagai indvidu yang diutamakan.
DAVID RICARDO
. Seorang pakar ekonomi politik Inggris.
.David Ricardo menyatakan bahwa ekonomi liberal didasarkan pada pemikiran
apabila perekonomian dibiarkan ada di tangan pasar, maka pasar akan bisa berjalan
dengan sendirinya berdasarkan mekanisme dan hukumnya sendiri.
.Mekanisme dan hukum pasar dianggap melekat dengan proses produksi ekonomi
dan perdagangan.
. Perdagangan bebas adalah aktivitas komersial yang dijalankan bebas tanpa
pembatasan nasional dan membawa keuntungan bagi individu yang berpartisipasi.
MONTESQUEUI
.Seorang pemikir politik asal Perancis Montesquieu menentang adanya kesewenang-
wenangan dalam pemerintahan.
. Montesquieu mencetuskan adanya pembagian kekuasaan dalam pemerintahan,
yang terdiri dari kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
.Tujuannya adalah menciptakan pengawasan antarlembaga dan mencegah
penyalahgunaan wewenang.
JEREMY BENTHAM
.Seorang filsuf asal Inggris.
.Pencetus utilitarianisme, yaitu sebuah pemikiran filsafat yang menjadikan kegunaan,
manfaat, dan keuntungan sebagai tolak ukur baik dan buruknya suatu tindakan.
.Utilitarianisme merupakan reaksi terhadap konsep hukum alam pada abad ke-18.
Menurutnya, hukum bertugas memelihara kebaikan dan mencegah terjadinya
kejahatan yang lebih besar.
IMMANUEL KANT
.Seorang filsuf asal Jerman.
.Immanuel Kant menegaskan bahwa perdamaian dapat berlangsung secara terus
menerus dan hukum alam menciptakan harmoni dan kerja sama antar manusia.
. Immanuel Kant percaya akan kesempurnaan sifat manusia, maka perang
mreupakan hal yang tidak nyata dan dibuat-buat.

NURCHOLIS MADJID
.Seorang pemikir Islam dan cendekiawan asal Indonesia.
. Tokoh pembaruan pemikiran dan gerakan Islam d Indonesia yang mengemukakan
konsep pluralisme yang mengakomodasi keberagaman keyakinan di Indonesia.
.Nurcholis Madjid atau yang dikenal dengan Cak Nur beranggapan bahwa konsep
kebebasan dalam beragaman adalah kebebasan dalam menjalankan agama tertentu
yang disertai dengan tanggung jawab penuh.
.Nurcholis Madjid menganggap kebebasan dalam memilih agama adalah konsep
yang logis.

Referensi
Jackson, R dan Sorensen, G. 2016. Pengantar Studi Hubungan Internasional.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kuntowijaya, dkk. 2003. Begawan Jadi Capres: Cak Nur Menuju Istana. Jakarta: KPP
Paramadina
Danial, Deni Muhammad. 2008. Mengenal Ideologi-Ideologi di Dunia. Semarang:
ALPRIN
Rachman, Budhy Munawar dan Moh Shofan. 2010. Sekulerisme, Liberalisme, dan
Pluralisme. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/02/25/00000041/tokoh-tokoh-
liberalisme
(kamisa,25-10-22{14:15})

NEGARA YANG MENGGUNAKAN IDEOLOGI


LIBERALISME

Ada 6 Negara yang Menganut Ideologi Liberalisme di Dunia:

1.AMERIKA SERIKAT

jika kita bicara mengenai liberalisme, pasti negara pertama yang akan
terpikirkan oleh kita adalah negara Amerika Serikat. Negara ini memang terkenal
degan kebebasannya yang luar biasa dijunjung tinggi. dengan adanya kebebasan ini,
negara Amerika Serikat memang terlihat maju dan dikenal sebagai salah satu negara
adidaya atau superpower.

Pemberlakuan liberalisme di negeri ini dapat dikatakan sebagai pemberlakuan


liberalisme yang paling murni. Artian dari paling murni sendiri yaitu kebebasan
individu benar-benar terjamin.Pada fase Cold War Internationalism, Holsti
mengemukakan,bahwa pasca Peraag Dunia II, banyak terjadi transformasi-
transformasi yang terjadi secara samar namun jclas terjadinya. Salah satu
transformasi yang terjadi adalah pergescran sistem ekonomi Liberal yang saat itu
menjadi sistem ekonomi utama dunia, ditentang oleh negara-negara dunia kedua
dan ketiga yang menuntut "New International Economic Order ".Hal ini kemudian
mengguncang tatanan dunia saat itu, sehingga muncul blok-blok bipolar yang
berasal dari aliansi-aliansi negara-negara yang memiliki kepentingan yang searah.
Dua blok bipolar tersebut adalah blok Barat (Amerika Serikat) dan blok Timur
(USSR).Kedua blok tcrsebut mewakili masing-masing ideologi yang dibawa, blok
Barat yang dipimpin Amerika Serikat dengan Liberalisme dan blok Timur yang
dipimpin USSR dengan komunisme. Pada awalnya, setelah Nazi-Jennan dikalahkan
dalam Perang Dunia II, komunisme berkembang pesat di Eropa Timur. Amerika
Serikat dan Inggris mengkhawatirkan pengaruh komunisme akan terns berkembang
dan masuk ke Eropa Barat dan mengalahkan pengaruh Liberalisme dan menjatuhkan
demokrasi yang menjadi ideologi Amerika Serikat dan sekutusekutunya.
(Encylopedia Britannica, 1998).Tokoh-tokoh seperti George F. Kem1an, Hans
Morgenthau, dan para penganut faham Wilsonian, menilai politik luar negeri Amerika
Serikat saat itu terlalu dipengaruhi oleh ketakutan akan ancaman pengaruh
komunisme dan komitmen yang terlalu tinggi untuk mempertahankan ideologi
Demokrasi Liberal, sehingga Amerika Serikat saat itu banyak ikut campur dalam
urusan negara lain meskipun hal tersebut tidak memiliki hubungan dengan
kepentingan negaranya sendiri.(Saull, 2012, p. 61) Pada fase ini, Amerika Serikat
mengalami age ofconsensus, dimana Amerika Serikat sebagai penggerak blok Barat
bertindak sebagai pelindung negara-negara dibawah aliansinya dari komunis USSR.
Keterlihatan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam menjadi contoh aksi Amerika
Serikat bertindak sebagai "World Police" dengan alasan melindungi sekutu dalam
blok yang dipimpinnya. Meski kekuatan dunia telah dipegang oleh kedua negara
adikuasa, Amerika Serikat dan USSR, setiap perubahan dan kemajuan dunia tidak
lepas dari pengaruh kedua negara ini.Tetapi keberadaan UN masih memegang
kontrol atas sistem tutanan dunia, setiap prospek perubahan-perubahan yang
muncul dari kedua negara adidaya tersebut masih hams disetujui oleh UN untuk
dapat diadopsi oleh negara-negara di dunia.Peran UN sebagai administratif 1m yang
kemudian mengubah kecendrungan politik Amerika Serikat untuk bersifat sedikit
lunak dan ''jinak" agar mendapat persetujuan dari UN.(Holsti,2006)

Pada fase kedua, Post-Cold War lnternasionalism,kekuatan dunia telah dipegang


oleh kedua negara adikuasa Amerika Serikat dan USSR, setiap perubahan dan
kemajuan dunia tidak lepas dari pengaruh kedua negara ini. Tetapi keberadaan UN
masih memegang kontrol atas sistem tatanan dunia, setiap prospek perubahan-
perubahan yang muncul dari kedua negara adidaya tersebut masih hams disetujui
oleh UN untuk dapat diadopsi oleh negara-negara di dunia.Peran UN sebagai
administratif m1 yang kemudian mengubah kecendrungan politik Amerika Serikat
untuk bersifat sedikit lunak dan 'jinak" agar mendapat persetujuan dari UN.
Tuntutan dari egara-negara dari dunia ke-3 yang sudah merasa cukup akan
ketergantungan pada negara lain, menurunkan keefektifitasan dari interdependence
negara-negara ini dengan kedua kekuatan bipolar Amerika Serikat dan USSR serta
melahirkan nationalism barn di negara-negara tersebut.

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/20839/BAB
%202.pdf?sequence=3&isAllowed=y
(kamis,27-10-22{16:00})

2.AUSTRALIA

Salah satu negara yang berada di bagian selatan bumi ini merupakan negara
yang menganut ideologi liberalisme di dunia. Penerapan ideologi liberalisme di
negara ini hampir sama dengan di negara Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan
ideologi politik ini merupakan warisan dari para pendatang asal benua Eropa.

Adanya liberalisme dapat terlihat dari pola kehidupan sehari-hari penduduk negara
ini. Mereka merupakan masyarakat yang bebas namun tetap berada dalam lingkup
peraturan perundang-undangan. Di sisi lain, pemerintahan di negara ini juga
menerapkan aspek kebebasan yang baik. Sistem pemerintahan Australia dibangun di
atas tradisi demokrasi liberal. Berdasarkan nilai-nilai toleransi beragama, kebebasan
berbicara dan berserikat, dan supremasi hukum, lembaga-lembaga Australia dan
praktik-praktik pemerintahannya mencerminkan model Inggris dan Amerika Utara.
Pada saat yang sama, mereka khas Australia.

Pemerintah yang bertanggungjawab Salah satu demokrasi yang tertua dan lestari di
dunia, Persemakmuran Australia didirikan pada 1901 ketika bekas koloni Inggris ini –
kini enam negara bagian – sepakat untuk menjadi federasi. Praktik dan prinsip
demokrasi yang membentuk parlemen kolonial pra-federasi (seperti ‘satu orang, satu
suara’ dan hak pilih wanita) diberlakukan oleh pemerintah federal Australia yang
pertama. Koloni Australia mewarisi tradisi pemilu dari Inggris yang mencakup hak
pilih terbatas dan pemungutan suara umum dan ganda. Pelanggaran seperti suap
dan intimidasi pemilih mendorong perubahan pemilihan umum. Australia
mempelopori reformasi yang menopang praktik pemilu demokrasi modern.Pada
1855, Victoria memperkenalkan pemilihan umum secara rahasia, yang menjadi
terkenal di seluruh dunia sebagai ‘pemilu Australia’. Pada 1856, Australia Selatan
menghapuskan persyaratan profesional dan harta serta memberi hak pilih kepada
seluruh pria dewasa, kemudian pada 1892 memberi wanita dewasa hak pilih. Pada
dasawarsa 1890an koloni-koloni tersebut memberlakukan prinsip satu suara per
orang, menghentikan praktik pemungutan suara ganda.Pemerintah Australia
didasarkan pada parlemen yang dipilih secara populer dengan dua majelis: Dewan
Perwakilan dan Senat. Para menteri yang diangkat dari kedua majelis ini
menjalankan fungsi eksekutif, dan keputusan kebijakan dibuat dalam rapat-rapat
Kabinet. Selain pengumuman keputusan, diskusi Kabinet tidak disebarluaskan. Para
menteri terikat oleh prinsip solidaritas Kabinet, yang sangat mencerminkan model
Inggris yakni Kabinet bertanggungjawab kepada parlemen.Walaupun Australia
adalah bangsa yang merdeka, Ratu Elizabeth II dari Inggris secara resmi juga
merupakan Ratu Australia. Ratu menunjuk Gubernur Jenderal (atas saran dari
Pemerintah Australia terpilih) untuk mewakilinya. Gubernur Jenderal memiliki
kekuasaan yang luas, tetapi berdasarkan konvensi hanya bertindak atas saran para
menteri dalam hampir semua urusan.

3.JERMAN
Negara yang menganut ideologi liberalisme di dunia yang selanjutnya yaitu negara
Jerman. Keberadaan dari ideologi liberalisme di negara ini semakin diperkuat dengan
adanya Partai Demokrat Liberal yang banyak mendominasi kursi parlemen Jerman.
Penggunaan liberalisme sebagai ideologi di negara Jerman mulai terjadi setelah
runtuhnya tembok Berlin pada tahun 1989.

Adapun sistem pemerintahan parlementer yang merupakan tonggak dalam


perkembangan ideologi liberalisme mulai resmi digunakan pada tahun 1990. Negara
Jerman terdiri dari 16 negara bagian yang setiap negara bagian tersebut memiliki
parlemen, konstitusi, dan pemerintah sendiri. Di sisi lain, kekuasaan negara yang
tertinggi ada pada federasi.

Di samping Bundestag (parlemen), anggota majelis federal diutus oleh negara


bagian untuk ikut serta dalam pembuatan peraturan perundang-undangan yang ada
di tingkat federal. Prinsip ini agak mirip dengan fungsi DPRD.

4.INGGRIS

Negara yang saat ini sedang dipimpin oleh Ratu Elizabeth II ini merupakan
salah satu negara yang menganut paham liberalisme dalam pelaksanaan kehidupan
berbangsa dan bernegaranya. Pada awalnya, negara ini menggunakan sistem
monarki absolut, dimana kekuasaan tertinggi ada di tangan Raja yang menjabat dan
tidak terdapat adanya batasan terhadap kekuasaan raja tersebut.

Penggunaan sistem tersebut tentu menyebabkan rakyat hidup menderita (terutama


jika raja bersikap tirani). Maka dari itu, pada tahun 1215, muncullah Magna Charta
yang menandai pelaksanaan demokrasi dalam negara tersebut. setelah itu,
terbentuk suatu parlemen (badan pembuat hukum) yang memiliki tugas untuk
membatasi kekuasaan raja dengan menyatakan bahwa konstitusi memiliki
kekuasaan yang lebih tinggi dibandingkan raja.

Liberalisme yang diselenggarakan oleh negara ini juga memiliki beberapa ciri khusus
seperti digunakannya konstitusi tidak tertulis, menggunakan sistem negara
kesatuan, parlemennya terdiri dari dua kamar (bicameral), tidak memiliki lembaga
yudikatif yang sejajar, dan lain sebagainya.

5.PRANCIS

Negara yang menganut ideologi liberalisme yang selanjutnya yaitu negara


Perancis. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, pahami ini lahir bersamaan
dengan lahirnya revolusi Perancis. Dalam magna charta revolusi tersebut, terdapat
sebuah istilah liberte atau kebebasan. Munculnya paham ini tidak terlepas dari peran
masyarakat yang sangat merasakan kepincangan dalam penyelenggaraan negara.

Kepincangan yang dimaksud ialah terpisahnya masyarakat menjadi tiga golongan.


Golongan pertama dan kedua (yaitu bangsawan dan orang kaya) memiliki banyak
hak namun hanya memiliki sedikit kewajiban. Sebaliknya, golongan ketiga (rakyat
biasa) memiliki begitu banyak kewajiban dengan hanya sedikit hak. Bisa ditebak
bahwa Oleh sebab inilah, terjadi pemberontakan oleh rakyat yang dicetuskan oleh
Montesquieu, JJ. Rousseau, dan Voltaire.

Di bawah pimpinan dari Napoleon Bonaparte, ideologi liberalisme mulai tersebar di


seluruh penjuru benua Eropa dan hingga kini eksistensinya senantiasa terjaga

6.JEPANG

Negara yang menganut ideologi liberalisme yang terakhir kita bahas dalam
kesempatan ini ialah negara Jepang. Hampir sama dengan praktek liberalisme di
dunia barat, pelaksanaan liberalisme di Jepang juga terlihat dari digunakannya
sistem pemerintahan parlementer. Sistem parlementer yang digunakan pun meniru
apa yang digunakannya oleh negara Inggris, yaitu sistem dua kamar.

Perwujudan dari liberalisme di Jepang pun semakin diperkuat dengan adanya partai
demokrasi liberal yang telah menguasai parlemen di Jepang sejak tahun 1955
hingga saat ini. Jika di Jerman nama parlemen disebut dengan Bunderstag, maka di
Jepang parlemen dikenal dengan sebutan kokkai. Kokkai terbagi menjadi dua, yaitu
majelis tinggi dan majelis rendah.

Kedua majelis tersebut dipilih secara langsung dalam pemilu dengan sistem paralel.
Berdasarkan konstitusi Jepang. Kokkai merupakan lembaga kekuasaan tertinggi dan
satu-satunya yang berkuasa untuk membuat peraturan perundang-undangan.

https://indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/
sistem_pemerintahan.htm

(kamis,27-10-22{17:10})

BAGAIMANA IDEOLOGI LIBERALISME SAAT INI?

Liberalisme adalah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan
pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai yang utama.
Kaum liberalis menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.
Liberalisme menghendaki pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang
mendukung usaha pribadi, dan sistem pemerintahan yang transparan.
Demokrasi Liberal Sebelumnya, Indonesia pernah menerapkan demokrasi liberal
atau demokrasi parlementer pada tahun 1949 - 1959. Periode ini tidak berjalan
mulus karena benturan antarparlemen sendiri.
Demokrasi kala ini ditandai dengan banyaknya partai politik. Pada Pemilu 1955, ada
172 partai politik yang bertanding. Kondisi ini menyebabkan partai-partai dengan
ideologi yang berbeda saling bersaing untuk menguasai pemerintahan dan
menjalankan programnnya. Sehingga menyebabkan banyaknya pemberontakan
daerah dan kondisi politik yang tidak stabil.
Liberalisme pada masa Orde Baru
Sampai saat ini, isu-isu liberalisme masih terus bergulir. Kontroversi pemberantasan
simpatisan Partai Komunis Indonesia atau PKI pada tahun 1965 - 1966 dianggap
menjadi titik balik kembalinya liberalisme di Indonesia.
Akhir masa kepemimpinan Soekarno dinilai berjalan tidak efektif karena pengaruh
paham liberalisme. Perdebatan masih bergulir hingga orde baru di bawah pimpinan
Soeharto.
Kebijakan ekonomi Indonesia pasca 1965 sangat terbuka bagi masuknya investasi
dan modal asing, semakin berjalannya waktu, paham pasar bebas semakin diterima
di Indonesia.
Pasar bebas atau free market tentu identik dengan liberalisme. Di luar lingkup
pemerintahan, peristiwa 1965 juga membuka jalan bagi perkembangan islam liberal
di Indonesia.
Paham islam liberal tumbuh dan berkembang di atas reruntuhan pemikiran
komunisme di dalam negeri. Wacana islam liberal pertama kali dimunculkan di
Indonesia oleh Nurcholis Madjid.
Paham Islam Liberal Dengan menekankan prinsip kebebasan atau liberty, pemikir
islam liberal mengkritik pemahaman umat islam yang dianggap ketinggalan zaman.
Para pemikir islam liberal mengarahkan umat menuju jalan sekulerisasi atau
memisahkan antara agama dan pemerintahan.
Paham islam politik sangat bertolak belakang dengan sekulerisme. Islam politik
menganggap islam melingkupi agama sekaligus negara dan tidak bisa dipisahkan.
Masa awal kekuasaan orde baru, ruang gerak aktivis islam dalam politik sangat
dibatasi.
Sejak 1971 hingga kini, liberalisasi islam menampakkan hasilnya. Salah satu bukti
keberhasilannya adalah melalui program pembaharuan pendidikan islam. Institut
Agama Islam Negeri atau IAIN berkembang menjadi pusat studi islam yang
memperkenalkan ilmu sosial dan humaniora barat.
Sarjana-sarjana lulusannya mengisi berbagai lowongan pekerjaan di pemerintahan
dan swasta. IAIN masih menjadi dambaan banyak pelajar islam untuk melanjutkan
studi hingga kini.
Liberalisme dalam Politik dan Budaya
Dalam aspek politik, liberalisme diwujudkan melalui demokrasi. Masyarakat diberikan
kebebasan menyatakan pendapat dan berserikat atau membentuk organisasi. Salah
satunya kebebasan membentuk partai politik.
Setiap individu juga diberi hak suara dalam memilih aktor-aktor penggerak
pemerintahan. Akan tetapi, berpijak pada Pancasila sila keempat, one man one vote
tidak menjadi satu-satunya cara dalam mengambil keputusan. Musyawarah mufakat
juga patut dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan.
Dalam aspek budaya, dilihat dari cara berpakaian dan gaya hidup, liberalisme
memberi banyak pengaruh ke dalamnya. Akan tetapi, liberalisme menjadi tidak ideal
di Indonesia.
Mengingat budaya Indonesia yang memegang teguh nilai dan norma dalam
masyarakat, kebebasan dan perilaku individu dibatasi oleh tatanan norma yang
berlaku. Sehingga, dapat dikatakan sejauh ini liberalisme di Indonesia bukanlah
liberalisme yang utuh atau murni.
Selain di negara Eropa, liberalisme juga pernah diterapkan di Indonesia, tepatnya
pada era Orde Lama dan Orde Baru. Indonesia pernah memberlakukan demokrasi
liberal sejak 1949 hingga 1959.
Sayangnya, penerapan demokrasi liberal pada era Orde Lama tidak berjalan baik,
ditandai dengan banyaknya partai politik yang muncul. Akibatnya, kondisi politik
menjadi tidak stabil. Kemudian, liberalisme juga sempat kembali diberlakukan sejak
1965-1966.
Pada 1965, kebijakan ekonomi Indonesia menjadi sangat terbuka sehingga investasi
dan modal asing dapat masuk dengan mudah. Selain dalam kebijakan ekonomi,
liberalisme juga ikut diterapkan dalam politik dan budaya.
Akan tetapi, ideologi liberalisme dianggap tidak cocok di Indonesia, karena
berlawanan dengan budaya yang ada di Tanah Air.
Ciri-ciri ideologi liberalisme adalah sebagai berikut:
.Pemerintahan berbentuk demokrasi.
.Masyarakat memiliki kebebasan yang penuh.
.Aturan pemerintah terbatas.
Perkembangan paham liberalisme saat ini
Perkembangan paham-paham di Eropa semakin hari semakin mengalami kemajuan
yang berpegang pada satu ideologi saja. Seperti negara Liberal, walu dikatakan
menganut pesat.
Dalam hal ini adalah Liberalisme dan. Liberalisme mempunyai makna positif dan
negative tergantung dalam konteks apa menempatkannya. Perkembangan
Liberalisme di Prancis dan Inggris tidaklah sama,masing-masing dengan konteks
historisme sendiri-sendiri.
Sehingga disini, Liberalisme tidak berada pada posisi sebagai ideologi, namun hanya
sebagai pragmatisme, karena mengambil keuntungan dari tiap-tiap paham yang
ada.
Seiring berkembangnya peradaban manusia dan diiringi oleh kemajuan beberapa
Negara dibelahan dunia, kini paham liberalisme menjadi sebuah paham yang penting
untuk dipelajari dalam tahapan kajian perbandingan Ideologi yang didalamnya
membahas kelebihan dan kekurangan masing masing ideologi dari sebuah Negara
yang kemudian dijadian sebuah kajian dalam peningkatan ideology ataupun
percampuran ideology.
Dalam perkembangannya liberalisme klasik menuai kritik, prakteknya kontra
produktif, kebebasan individu yang ingin dilindungi justru digerogoti sendiri. Sejarah
akhirnya memaksa liberalisme klasik harus dibongkar menjadi liberalisme
demokratisyaitu liberalisme yang mampu melindungi individualitas setiap orang dan
memanusiakan manusia.Gagasan ini telah diterima menjadi sangat jelas secara luas
selama beberapa generasi di Amerika, Sehingga menjadi sangat bagi masyarakat
Amerika kontemporer.
Liberalisme dimulai dengan gagasan bahwa hak-hak individu muncul terlebih dahulu.
Dapat dikatakan bahwa kekuasaan pemerintah yang muncul terlebih dahulu. Dapat
diartikan bahwa kekuasaan pemerintah yang muncul belakangan dibangun di
sekitarnya.Liberalisme moden telah berevolusi dalam cara yang mentransformasikan
dan memperluas gagasan Locke. Kalangan liberal modern menetang penggunaan
kekuasaan negara untuk memaksakan moral konvensional, agama, atau standar-
standar perilaku tradisional.
Referensi Husaini, Adian. 2009. Membendung Arus Liberalisme di
Indonesia. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar Dzulhadi, Qosim Nursheha. 2012.
Membongkar Kedok Liberalisme di Indonesia. Jakarta: Cakrawala
Publishing

https://nasional.kompas.com/read/2022/03/05/01150051/liberalisme-
di-indonesia?page=all
(kamis,27-10-22{18:00})
IDEOLOGI NASIONALISME

HISTORY NASIONALISME
Ideologi Nasionalisme
Macam ideologi di dunia yang berikutnya adalah ideologi nasionalisme. Ideologi ini
akan menitikberatkan kepada kedaulatan negara sebagai hal yang mutlak dan tidak
boleh diganggu oleh pihak manapun.
Setiap warga negara haruslah memiliki rasa mencintai negara lebih dari apapun
dengan berjuang dan berkorban secara bersama-sama demi menjaga kedaulatan
negara. Pada saat ini nasionalisme dibagi menjadi tiga bentuk yaitu nasionalis
kewarganegaraan, nasionalis etnis, dan nasionalis romantic.
Nasionalis kewarganegaraan menunjukkan bahwa warga negara merupakan
komponen yang berperan sangat penting di dalam tatanan sistem bernegara. Jadi
kekuatan utama dari suatu negara bertumpu kepada warga negara.
Sejarah Nasionalisme
Nasionalisme sudah menjadi pandang yang dikenal sejak akhir abad ke-18.pada
Revolusi Amerika dan Perancis nasionalismen sudah menjadi pandang kuat yang
pertama.
Setelah itu baru menyebar ke negara-negara baru di Amerika Latin. Pada awal abad
ke-19 menyebar ke Eropa Tengah, selanjut di Eropa Timur dan Tenggara.
Berkembang di Asia dan Afrika pada awal abad ke-20. Itu menjadi kebangkitan dan
perjuangan yang kuat bagi masyarakat di dua benua tersebut.
Nasionalisme di Indonesia
Di Indonesia, mulai muncul benih-benih nasionalisme sejak abad ke-19 dan abad ke-
20.
awal kebangkitan nasionalisme di Indonesia berawal dari lahirnya Budu Utomo yang
didirikan oleh Wahidin Soedirohoesoedo dan Soetomo.
Berawal dari embrio yang bersifat kultural, nasionalisme rakyat Indonesia perlahan
mulai berkembang dan terwujud dalam pembantukan organisasi Budi Utomo.
Budi Utomo menjadi pemicu kesadaran para tokoh pergerakan nasionalisme untuk
mulai berjuang dengan cara berorganisasi.
Presiden Soekarno dalam setiap pidatonya saat peringatan Hari Kebangkitan
Nasional menegaskan bahwa Budi Utomo merupakan awal kesadaran bangsa
Indonesia berjuang merebut kemerdekaan dengan jalan berorganisasi.
Para pendiri Budi Utomo telah memberikan ide untuk memperjuangkan
kemerdekaan dari Pemerintah Kolonial Belanda dengan cara baru, yakni melalui
perserikatan, perhimpunan politik dan persatuan.
Budi Utomo sebagai alat perjuangan modern yang menjadi pemicu pergerakan
kemerdekaan nasional.
Banyak Indonesia mulai membangun dan melanjutkan perjuangan untuk mencapi
kembali kemerdekaan dengan organisasi rakyat yang modern.
Bahkan Presiden Soekarno menyebut jika Budi Utomo berperan dalam
mengantarkan rakyat Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan pada 17 Agustus
1945.
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/29/180000269/nasionalisme-arti-
sejarah-dan-tujuan?amp=1&page=2
(kamis,27-10-22{19:01})
Pada abad ke-20 sejarah nasionalisme berlanjut, rasa nasionalisme menyebar hingga
ke dataran Eropa timur, Afrika dan Asia dimana masyarakatnya bersatu dan
berjuang penuh kegigihan untuk menunjukan identitas nasional sebagai pemahaman
yang baru.
Berangsur secara pasti, pemahaman lama yang menekankan kebudayaan suku mulai
ditinggalkan. Pemahaman lama ini, seringkali tak berdaya untuk membangun sebuah
negara nasional bahkan bisa menjadi faktor penghalang padahal dibanyak bangsa
yang terjajah perlu adanya kesatuan yang dibangun dari rasa nasionalisme agar
bangsa menjadi kuat, gigih sehingga mampu mengusir segala bentuk penjajahan
kolonial.
Penanaman Ideologi Nasional
Untuk menanamkan ideologi nasional (misalnya bahasa nasional dll) banyak sekali
mencontoh atau mengambil ide-ide dari bangsa-bangsa yang lebih dulu sudah
membentuk negara nasional, terutama bangsa Barat.
Akan tetapi dalam prakteknya, ide-ide dari barat tidak selalu sejalan dengan para
nasionalis sehingga perlu adanya penyaringan lebih lanjut sehingga memunculkan
pemahaman baru lagi.
Banyak negara setuju sekaligus menolak dengan apa yang dicontohkan oleh bangsa
barat pada zaman itu. Untuk itu mengambil pemahaman yang baik dan membuang
yang buruk (tidak sesuai) adalah keputusan terbaik dari kaum nasionalis seperti
Soekarno, Nasser dll.
Meski nasionalisme berkembang cepat sebagai pemahaman universal, tetapi kata
“nasionalisme” hanya memiliki arti positif (dipandang baik) oleh negara amerika
latin, afrika, timur tengah dan asia karena kata “nasionalisme” menyarankan rakyat
untuk melakukan pembebasan dari penjajahan kolonial yang justru penjajahan
banyak dilakukan oleh bangsa barat.
Oleh karena itu di barat, mereka memilih untuk menggunakan kata “patriotist”
daripada kata “nasionalist” karena rasa nasionalisme dipandang sebagai sesuatu
yang buruk sedangkan patriotisme dipandang sebagai sesuatu yang baik.
Hal ini wajar dan bisa kita pahami karena bagi negara-negara penjajah (barat), rasa
nasionalisme dianggap sebagai gangguan terbesar saat mereka ingin menjajah
suatu negara. Lalu bagaimana sejarah nasionalisme di Indonesia? (Baca juga:
Nasionalisme Indonesia).

https://www.siswapedia.com/sejarah-nasionalisme/?amp
(kamis,27-10-22{21:00})
TOKOH TOKOH YANG MENGANUT IDEOLOGI NASIONALISME

TOKOH-TOKOH PAHAM NASIONALISME


a.   Hans Kohn
       Menururt Hans Kohn nasionalisme adalah suatu paham yang menghendaki
kesetiaan yang tertinggidari rakyat kepada negara dan bangsa.
Kata natio berasal kata nascie yang berarti dilahirkan. Nation atau bangsa menurut
Hans Kohn adalah golongan-golongan yang beragam dan tidak dapat dirumuskan
secara eksak. Kebanyakan bangsa memiliki faktor-faktor obyektif tertentu yang
membedakan mereka dengan bangsa-bangsa lainnya, seperti kesamaan keturunan,
bahasa, daerah, kesatuan politik, adapt istiadat, tradisi, perasaan dan agama. Akan
tetapi tidak satupun diantara faktor-faktor itu bersifat mutlak guna merumuskan
bentuk dasar sebuah bangsa.
Hans Kohn mengatakan nasionalisme adalah suatu paham yang menempatkan
kesetiaan tertinggi individu kepada negara dan bangsa. Nasionalisme secara
fundamental timbul dari adanya kesadaran nasional berbangsa dan bernegara
sendiri. Hans Khan. menurut Hans Khan paham nasionalisme timbul karena
perpaduan politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

b.    Louis Snyder


       Menurut Louis Snyder nasionalisme merupakan percampuran dari berbagai
gagasan sehingga menyatu pada taraf tertentu dalam kurun sejarh.
Louis Snyder. menurut Louis Snyder nasionalisme hasil dari perpaduan faktor faktor
politik, ekonomi, sosial,dan intelektual pada suatu taraf di dalam sejarah.

c.   Ernest Renan


      Menururt Ernest Renan nasionalisme adalah munculnya keinginan menjadi satu
bangsa karena ada kemauan untuk bersatu.
Ernest Renan, mendefinisikan bangsa sebagai sebuah kehendak untuk bersatu dan
bernegara. Menurut Ernest Renan, bangsa terjadi karena adanya keinginan untuk
hidup bersama dengan perasaan setia kawan yang agung. Ia menyebutnya sebagai
"Le désir d'etre ensemble".
Ernest Renan menjelaskan, keinginan untuk bersatu dari kelompok masyarakat
tersebut didorong oleh adanya persamaan sejarah dan cita-cita untuk meningkatkan
rakyat menjadi sebuah bangsa. Mereka terikat oleh Tanah Air yang sama.
ernest Renan mendefinisikan nasionalisme sebagai sekelompok manusia yang
berkeinginan untuk bersatu. Berbeda lagi dengan Otto Bauer yang mengatakan
nasionalisme merupakan suatu persatuan karakter yang timbul karena persamaan
nasib.
Joseph Ernest Renan (1823 - 1892). menurut Joseph nasionalisme ada apabila
muncul keinginan untuk bersatu

e.   Otto Boule


      Menurut Otto Bouer nasionalisme muncul karena ada persamaan sikap dan
tingkah laku dalam memperjuangkan nasib yang sama.
Sedangkan dalam pandangan Otto Bauer, bangsa didefinisikan sebagai kelompok
manusia yang memiliki persamaan karakter. Karakter tersebut tercipta atas
persamaan senasib sepenanggungan dari masyarakat di dalamnya.
Otto Bauer(1882 - 1939). menurut Otto Bauer bangsa adalah perasaan perangi dan
tingkah laku dalam memperjuangkan persatuan dan senasib yang sama

f. Kedourie
     Menurut Kedourie nasionalisme adalah doktrin yang berpretensi untuk
memberikan satu kriteria dalam  menentukan unit penduduk yang ingin menikmati
satu pemerintahan eksklusif bagI dirinya, untuk melegitimasi pelaksanaan
kekuasaan dalam negara, dan untuk memberikan hak mengorganisasikan suatu
masyarakat negara.

g. Smith
     Smith berpendapat, nasionalisme adalah satu gerakan ideologis untuk meraih
dan memelihara otonomi, kohesi dan individuality bagi satu kelompok sosial tertentu
yang diakui oleh beberapa anggotanya untuk membentuk atau menentukan satu
bangsa yang sesungguhnya atau yang berupa potensi saja.

h. Minogue
      Menurut Minogue, nasionalisme merupakan gerakan politik untuk memperoleh
dan mempertahankan integritas politik, yakni gerakan politik yang didasarkan pada
perasaan tidak puas sekelompok orang menentang orang asing
i. Gellner
     Gellner, nasionalisme terutama merupakan satu prinsip politik, yakni teori
legitimasi politik yang memerlukan batas etnis yang tidak melintasi politik

https://krismawijaya.weebly.com/blog/tokoh-tokoh-ideologi-nasionalisme-sosialisme-
komunisme-liberalisme-dan-pan-islamisme
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/sosio_ekons/article/download/
1687/1304
(jumat,28-10-22{12:00})
NEGARA NEGARA YANG MENGANUT IDEOLOGI NASIONALISME

Indonesia menganut paham nasionalisme.. sehingga Indonesia dapat kokoh


sampai sekarang.. namun beberapa rakyatnya masih ada yg blm memiliki rasa
nasionalisme.. sehingga berniat memecah belah Indonesia.. seperti Aceh yang
memaksa untuk dijadikan sebuah negara dan membuat organisasi GAM/Gerakan
Aceh Merdeka.. dan OPM/Organisasi Papua Merdeka...namun pemerindah dan
presiden menentangnya.. karena jika ada wilayah Indonesia yang terpecah 1 saja..
maka... Indonesia tidak lg menjadi NKRI.. seperti Timor Leste dulu.. yang melepas
hub. dgn Indo dan membuat negara sendiri.. dengan sangat terpaksa diizinkan..
karena dulu Timor Leste ditelantarkan.. namun skrng pemerintah dan presiden
berupaya agar semua wil. Indo menjadi prioritas dan dpt ditangani semua.. agar wil.
Indo tsb tetap bersatu dgn Indonesia dan menjadi NKRI.
Nasionalisme Indonesia adalah ideologi yang muncul pada masa Kolonialisme
Belanda di Hindia Belanda yang menyerukan kemerdekaan bagi koloni itu dan
penyatuannya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat bangsa. Masa
pembangunan di bawah kekuasaan kolonial itu sering disebut Kebangkitan Nasional
Indonesia. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1945
dan diakui merdeka dari Belanda setelah tahun 1949 setelah Revolusi Nasional
Indonesia, nasionalisme Indonesia bertahan sebagai seperangkat ideologi yang
mendukung melanjutkan kemerdekaan dan pembangunan negara yang baru
merdeka. Karena sifat Indonesia yang multietnis, nasionalisme Indonesia tidak terdiri
dari pembelaan terhadap satu kelompok etnis, kadang-kadang diwujudkan sebagai
Nasionalisme sipil, Nasionalisme Agama,[1][2][3] dan Nasionalisme sayap kiri.
Beberapa bentuk tersebut dicontohkan dalam Semboyan Bhinneka Tunggal Ika
Indonesia yang berarti "Berbeda-beda, namun tetap satu" dalam Jawa Kuno, dalam
ideologi dasar negara Pancasila, atau dalam undang-undang kontemporer yang
menjamin keberagaman suku dan agama.

AMERIKA SERIKAT
bangsa Amerika memulai sejarah nasionalisme pada 1776, di mana terdapat
semangat kebebasan dan persamaan untuk menciptakan sebuah negara nasional.
Keinginan tersebut ternyata dipelopori oleh adanya sistem kekuasaan yang
sebelumnya diklaim diskriminatif dan penuh penindasan. Salah satu tokoh terkenal
yang mencanangkan konsep kebebasan ini adalah Martin Luter King. Ia menentang
perbedaan yang menghasilkan penindasan terhadap orang yang memiliki warna kulit
berbeda. Amerika menyimbolkan nasionalismenya melalui The Four Freedom dan
Patung Liberty (dewi kemerdekaan). Dari patung tersebut, Amerika berusaha
menjunjung konsep yang mengutamakan hak dasar manusia untuk mendapat
kemerdekaannya. Dari nasionalisme tersebut, ternyata akhirnya terbentuk dasar
keyakinan tentang persamaan manusia yang pada ujungnya juga menciptakan
sebuah sistem demokrasi yang kini dijalankan.
Nasionalisme Amerika , adalah bentuk pengaruh sipil , etnis , budaya atau ekonomi [
1] yang ditemukan di Amerika Serikat . [2] Pada dasarnya, ini menunjukkan aspek-
aspek yang menjadi ciri dan pembeda Amerika Serikat sebagai komunitas politik
yang otonom. Istilah ini sering berfungsi untuk menjelaskan upaya untuk
memperkuat identitas nasional dan penentuan nasib sendiri dalam urusan nasional
dan internasional mereka. [3]
Keempat bentuk nasionalisme telah menemukan ekspresi sepanjang sejarah Amerika
Serikat, tergantung pada periode sejarah. Undang-undang Naturalisasi pertama
tahun 1790 yang disahkan oleh Kongres dan Presiden George Washington
mendefinisikan identitas dan kewarganegaraan Amerika berdasarkan garis ras,
menyatakan bahwa hanya "orang kulit putih bebas yang berkarakter baik" yang
dapat menjadi warga negara, dan menolak kewarganegaraan bagi budak kulit hitam
dan siapa pun yang bukan keturunan Eropa. ; jadi itu adalah bentuk nasionalisme
etnis . Namun sarjana Amerika seperti Hans Kohn berpendapat bahwa pemerintah
Amerika Serikat melembagakan nasionalisme sipil yang didasarkan pada konsep
kewarganegaraan yang legal dan rasional, yang didasarkan padabahasa dan tradisi
budaya yang sama [2] dan bahwa para Founding Fathers Amerika Serikat
mendirikan negara di atas prinsip-prinsip liberal dan individualis klasik .
https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/American_nationalism?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc,sc
(jumat,28-10-22{18:00})
AFRIKA
Nasionalisme Afrika adalah sebuah istilah payung yang merujuk kepada sebuah
kelompok dari ideologi politik, terutama di Afrika Sub-Sahara, yang mendasarkan
pada gagasan penentuan nasib sendiri nasional dan pembentukan negara.[1]
Ideologi tersebut muncul pada masa pemerintahan kolonial Eropa pada abad ke-19
dan ke-20 dan sedikit terinspirasi dari gagasan-gagasan nasionalis dari Eropa.
Awalnya, nasionalisme Afrika berdasarkan pada tuntutan-tuntutan untuk penentuan
nasib sendiri dan memainkan peran penting dalam proses dekolonisasi Afrika (ca.
1957-66). Namun, istilah tersebut merujuk kepada serangkaian besar gerakan politik
dan ideologi berbeda dan tidak sama dengan Pan-Afrikanisme yang
memperjuangkan federasi dari beberapa atau seluruh negara di Afrika.
Nasionalisme Afrika adalah sebuah istilah payung yang merujuk kepada sebuah
kelompok dari ideologi politik, terutama di Afrika Sub-Sahara, yang mendasarkan
pada gagasan penentuan nasib sendiri nasional dan pembentukan negara.[1]
Ideologi tersebut muncul pada masa pemerintahan kolonial Eropa pada abad ke-19
dan ke-20 dan sedikit terinspirasi dari gagasan-gagasan nasionalis dari Eropa.
Awalnya, nasionalisme Afrika berdasarkan pada tuntutan-tuntutan untuk penentuan
nasib sendiri dan memainkan peran penting dalam proses dekolonisasi Afrika (ca.
1957-66). Namun, istilah tersebut merujuk kepada serangkaian besar gerakan politik
dan ideologi berbeda dan tidak sama dengan Pan-Afrikanisme yang
memperjuangkan federasi dari beberapa atau seluruh negara di Afrika.
Afrika merupakan benua yang gersang dan tandus karena terdapat banyak gurun
pasir yang luas. Meskipun demikian, benua afrika memiliki sumber daya alam
melimpah. Oleh karena itu, sejak abad 19 bangsa barat berlomba-lomba
menanamkan pengaruhnya di afrika. Setelah perang dunia berakhir, gerakan
nasionalisme bangsa afrika melawan kolonialisme dan imperialisME bangsa barat
muncul dimesir.
Nasionalisme mulai muncul di Asia dan Afrika setelah Perang Dunia I. Itu
menghasilkan pemimpin sepertiKemal Atatürk di Turki, Saʿd Pasha Zaghūl di Mesir,
Ibn Saud di Semenanjung Arab , Mahatma Gandhi di India , dan Sun Yat-sen di
Cina. Atatürk berhasil menggantikan struktur monarki Islam abad pertengahan
dengan republik sekuler yang direvitalisasi dan dimodernisasi pada tahun 1923.
Tuntutan untuk persatuan Arab digagalkan di Afrika dan Asia oleh imperialisme
Inggris dan di Afrika oleh imperialisme Prancis. Namun Inggris mungkin telah
menunjukkan hadiah untuk akomodasi dengan kekuatan baru dengan membantu
menciptakan Mesir merdeka (1922; sepenuhnya, 1936) dan Irak (1932) dan
menunjukkan semangat yang sama di India, di manaKongres Nasional India ,
didirikan pada tahun 1885 untuk mempromosikan nasionalisme liberal yang diilhami
oleh model Inggris, menjadi lebih radikal setelah 1918. Jepang, dipengaruhi oleh
Jerman , menggunakan teknik industri modern untuk melayani nasionalisme yang
lebih otoriter .
Bangsa-bangsa baru
Kemajuan nasionalisme di Asia dan Afrika tercermin dalam sejarahLiga Bangsa-
Bangsa setelah Perang Dunia I dan Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah Perang
Dunia II. Perjanjian Versailles , yang mengatur konstitusi Liga Bangsa-Bangsa, juga
mengurangi kekaisaran Blok Sentral yang dikalahkan , terutama Jerman dan Turki.
Liga mendistribusikan koloni-koloni Afrika Jerman sebagai mandat ke Inggris Raya,
Prancis , Belgia, dan Afrika Selatan dan wilayah Pasifiknya ke Jepang, Australia, dan
Selandia Barudi bawah berbagai klasifikasi sesuai dengan harapan mereka untuk
mencapai kemerdekaan. Di antara anggota asli Liga, hanya ada lima negara Asia
(Cina, India, Jepang, Thailand, dan Iran) dan dua negara Afrika (Liberia dan Afrika
Selatan), dan hanya menambahkan tiga negara Asia (Afghanistan, Irak, dan Turki)
dan dua negara Afrika (Mesir dan Ethiopia) sebelum dibubarkan pada tahun 1946.
Dari wilayah mandat di bawah kendali Liga, hanya Irak, Lebanon, dan Suriah yang
mencapai kemerdekaan selama masa hidupnya.
Dari 51 anggota asliPerserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1945, delapan orang
Asia (Cina, India, Irak, Iran, Lebanon, Arab Saudi , Suriah, dan Turki) dan empat
orang Afrika (sama seperti di Liga). Pada tahun 1980, 35 tahun setelah
pendiriannya, PBB telah menambahkan lebih dari 100 negara anggota, kebanyakan
dari mereka Asia dan Afrika. Sementara negara-negara Asia dan Afrika tidak pernah
berjumlah bahkan sepertiga dari keanggotaan di Liga, mereka datang untuk
mewakili lebih dari setengah dari keanggotaan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dari
negara-negara Asia dan Afrika yang baru ini, beberapa telah diciptakan, seluruhnya
atau sebagian, dari wilayah yang dimandatkan.
SetelahPerang Dunia II , India, Pakistan, Ceylon (Sri Lanka), Burma (Myanmar), dan
Malaya (Malaysia) di Asia dan Ghana di Afrika mencapai kemerdekaan secara damai
dari Kerajaan Inggris , begitu pula Filipina dari Amerika Serikat . Wilayah lain harus
berjuang keras untuk kemerdekaan mereka dalam perang kolonial yang pahit,
seperti di Indocina Prancis (Vietnam, Laos, Kamboja) dan Afrika Utara Prancis
(Tunisia, Aljazair). Komunisme merekrut pendukung dari dalam barisan gerakan
nasionalis baru di Asia dan Afrika, pertama dengan membantu mereka dalam
perjuangan mereka melawan kekuatan kapitalis Barat dan kemudian, setelah
kemerdekaan dicapai, dengan bersaing dengan kapitalisme Barat dalam memperluas
bantuan keuangan dan teknis.Nasionalisme Cina di bawah Chiang Kai-shek selama
Perang Dunia II berkurang dengan pengambilalihan komunis Cina. Tetapi
komunisme Cina segera mulai menjauh dari komunisme supranasional, seperti yang
dialami negara-negara komunis Eropa sebelumnya. Pada akhir 1960-an, saling tuduh
Rusia dan Cina mengungkapkan nasionalisme Cina di mana Mao Zedong telah
bangkit untuk berbagi tempat kehormatan dengan Lenin. Ketika komunisme
Tiongkok semakin jauh ke dalam, pengaruhnya terhadap negara-negara Asia dan
Afrika baru berkurang .

JERMAN
Nasionalisme Jerman adalah sebuah pemikiran bahwa bangsa Jerman adalah sebuah
negara dan mengusulkan kesatuan kebudayaan bangsa Jerman.[1] Nasionalisme
Jerman didahului dengan kelahiran nasionalisme Romantik saat Peperangan era
Napoleon ketika Pan-Jermanisme mulai tumbuh. Advokasi dari sebuah negara
Jerman mulai menjadi pasukan politik berpengaruh dalam menanggapi invasi
wilayah Jerman oleh Prancis dibawah kepemimpinan Napoleon. Setelah kebangkitan
dan kejatuhan Jerman Nazi yang melawan Yahudi dan golongan lainnya saat Perang
Dunia II, nasionalisme Jerman secara umum dipandang di negara tersebut sebagai
hal tabu.[2] Namun, saat Perang Dingin, nasionalisme Jerman bertumbuh dengan
didukung penyatuan kembali Jerman Timur dan Barat yang terjadi pada 1990.[2]

Nasionalisme Jerman menghadapi kesulitan dalam mempromosikan identitas Jerman


yang bersatu serta menghadapi pertentangan di Jerman. Perselisihan Katolik-
Protestan di Jerman dari masa ke masa membuat perpecahan yang besar dan
keretakan antara Jerman Katolik dan Protestan setelah 1871, seperti dalam
menanggapi kebijakan Kulturkampf di Prusia oleh Kanselir Jerman dan Perdana
Menteri Prusia Otto von Bismarck, yang berupaya untuk meredam budaya Katolik di
Prusia. Hal tersebut membuat terjadinya pertentangan dari Katolik Jerman dan
mengakibatkan kebangkitan Partai Tengah dan Partai Rakyat Bavaria yang pro-
Katolik.[3] Terdapat pula lawan-lawan nasionalis dari Jerman yang sebagian besar
adalah nasionalis Bavaria, yang mengklaim bahwa istilah Bavaria masuk ke Jerman
pada 1871 secara kontroversial dan mengklaim bahwa pemerintah Jerman memiliki
urusan domestik yang panjang dengan Bavaria.[4] Di luar Jerman pada masa
sekarang yakni Austria, terdapat nasionalis Austria yang berupaya untuk melakukan
penyatuan Austria dengan Jerman atas dasar menyelamatkan identitas keagamaan
Katolik Austria dari ketakutan akan menjadi bagian dari Jerman yang mayoritas
Protestan.
https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/American_nationalism?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc,sc
(jumat,28-10-22{20:20})
BAGAIMANA IDEOLOGI NASIONALISME SAAT INI?

Di era Indonesia modern yang ditandai dengan derasnya arus globalisasi dan
kemajuan teknologi yang dirayakan secara gegap gempita, Indonesia menghadapi
tantangan besar dalam hal kesadaran berbangsa dan bernegara.
Derasnya gempuran kebudayaan asing yang terfasilitasi dengan media dan teknologi
internet dapat secara bebas leluasa hadir di tengah-tengah masyarakat kita dan
berpotensi mendominasi serta mempengaruhi kebudayaan lokal.
Ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan negara lainnya yang
mengancam kedaulatan bangsa, khususnya pasca 1998, seperti bermunculannya
ideologi yang berseberangan dengan ideologi negara, terorisme, radikalisme, serta
konflik sosial berbasis suku, ras dan agama.
Singkatnya, sekelumit permasalahan bangsa di atas sedikit banyak menjelaskan
bahwa Indonesia sedang menghadapi tantangan serius terkait dengan nasionalisme.
Menurunnya nilai-nilai nasionalisme di kalangan masyarakat sebetulnya bukan
perkara baru, melainkan permasalahan klasik yang terus dialami bangsa ini sejak
Indonesia merdeka dari penjajahan kolonial hingga saat ini.
Hasil survei LSI Denny JA patut direnungkan. Survei itu menunjukkan bahwa sejak
2005-2018 jumlah warga yang pro-Pancasila semakin berkurang setidak-tidaknya
10%. Di level pendidikan formal, khususnya kelompok muda, jumlah pro-Pancasila
juga menurun.
Hasil penelitian LSI 2019 cukup memberikan sedikit angin segar karena jika
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, nasionalisme masyarakat mengalami
kenaikan.
Sebesar 66,4 persen warga yang masih mengidentifikasi diri sebagai bagian dari
bangsa Indonesia, 19,1 persen warga mengidentifikasi diri sebagai kelompok
penganut agama tertentu, dan 11,9 persen warga mengidentifikasi diri sebagai
bagian dari suku tertentu.
Meskipun hasil survei menunjukkan perkembangan nasionalisme cukup positif di
pada 2019, kita tidak boleh lupa bahwa 33,6 persen warga yang tidak
mengutamakan nasionalisme bukanlah angka yang kecil dan artinya nasionalisme
masih berada dalam tantangan, oleh karena itu topik ini masih relevan untuk
disuarakan.
Nasionalisme dalam sejarah bangsa Indonesia
Dalam upaya mendirikan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat,
Soekarno mengadopsi gagasan Ernest Renan tentang nasionalisme yang merujuk
pada kesepakatan politik untuk mencapai cita-cita masa depan bersama sebagai
bangsa yang senasib sepenanggungan dan kesediaan berkorban untuk menjaga
semangat kebangsaan.
Nasionalisme dalam pandangannya bukanlah nasionalisme sempit, melainkan lebih
mencerminkan humanisme dan internasionalisme yang terlahir dari tiga kondisi yaitu
adanya eksploitasi ekonomi, kekecewaan politik akibat dominasi kekuasaan asing,
dan hilangnya hak mengembangkan kebudayaan lokal di bawah cengkeraman
sistem pendidikan kolonial.
Di era kolonial, nasionalisme dibangun atas kesadaran bersama yang dipupuk atas
dasar perbedaan suku, agama, ras, dan antar golongan untuk terbebas dari
belenggu penjajahan kolonial.
Dalam pemerintahan Orde Lama, nasionalisme dibangun untuk membangun
Indonesia ke arah yang lebih baik dengan mengedepankan kebudayaan lokal dan
nasional serta sekeras mungkin menutup keran terhadap pengaruh kebudayaan
asing.
Sementara di era Orde Baru nasionalisme dipupuk dan dibentuk dalam doktrin-
doktrin yang bersifat top-down serta terkesan digunakakan sebagai legitimasi
kekuasaan yang bersifat militeristik.
Nasionalisme mendapat tantangan yang signifikan di era reformasi. Hal ini ditandai
dengan mulai terpinggirkannya muatan Pancasila di level pendidikan formal yang
sebagaian besar terfokus hanya pada perkembangan teknologi dan ekonomi.
Memudarnya nasionalisme di era ini juga dapat disoroti dari maraknya konflik sosial
berbasis ras seperti kasus Poso, Ambon, Aceh, Papua, serta lepasnya Timor Timur
dari Indonesia, bermunculannya ormas-ormas yang menegaskan identitas kultural,
serta banyaknya ideologi alternatif yang kerap bertentangan dengan ideologi
bangsa.
Belum lagi, maraknya berbagai narasi primordialisme dan sentimen berbasis isu
SARA yang berkembang di masyarakat pada saat pilpres dua periode terakhir seolah
membuat sekat-sekat kultural menjadi lebih kuat dan tidak terhindarkan.
Berangkat dari kenyataan ini, nasionalisme perlu disuarakan kembali untuk menjaga
kedaulatan bangsa dan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik karena jika
tidak persatuan dan kesatuan akan terancam dan generasi mendatang akan
bersikap apatis terhadap negerinya sendiri.
Strategi penguatan nasionalisme
Jika nasionalisme dalam konteks dulu dibangun untuk membentuk kesadaran
kolektif demi memerdekakan diri dari kolonialisme, di era kontemporer ini
nasionalisme harus dibangun untuk membawa Indonesia menjadi negara yang maju
dan berdaulat.
Oleh karena itu, diperlukan strategi-strategi yang tepat dan efisien dalam upaya
menumbuhkembangkan kembali nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia
kontemporer, khususnya di kalangan kelompok muda.
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah dengan menguatkan kembali nasionalisme
di level pendidikan formal. Muatan Pancasila wajib diberikan serta diamalkan di
semua level pendidikan formal dengan penerapan yang tepat.
Kedua, masih dalam level pendidikan formal, narasi-narasi sejarah tentang
kepahlawanan yang wajib munculkan kembali, diketahui, dan dipahami oleh
generasi muda. Misalnya, kisah tentang ikrar Sumpah Pemuda terkait kesadaran
berbangsa dan bernegara yang digagas oleh kelompok muda dan menjadi cikal
bakal proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, model pendidikan karakter yang dilakukan oleh K.H. Dewantara yang
menitikberatkan pada pendidikan karakter pada bidang kesenian dan kebudayaan
dalam upaya memperhalus budi pekerti dan kemanusiaan masih relevan untuk
diterapkan.
Ketiga, penguatan nasionalisme dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
budaya populer, seperti kegiatan olah raga, musik, film, kompetisi pendidikan, dan
masih banyak lagi. Suksesnya perayaan Asian Games di Indonesia 2018 yang
dibarengi dengan meningkatkan prestasi altet-atlet Indonesia terbukti berhasil dalam
menumbuhkan semangat nasionalisme dan kebanggaan menjadi bagian dari bangsa
Indonesia di kalangan masyarakat. Selain itu, kemenangan siswa Indonesia dalam
meraih medali emas di Olimpiade Matematika di Lucknow India serta kemenangan
penyanyi muda Indonesia, Claudia Emmanuela Santoso, dalam ajang pencarian
bakat di Jerman juga sukses dalam membangun nasionalisme di kalangan
masyarakat.
Sebagai bangsa yang terdiri dari beragam unsur kebudayaan, Indonesia memiliki
keunggulan di bidang kreativitas seni dan budaya sehingga nasionalisme dapat
diinternalisasi dan diolah secara kekinian dengan menonjolkan kebhinekaan budaya
dalam bentuk kegiatan-kegiatan kreatif di kancah internasional untuk rasa
kebanggaan terhadap Indonesia.
https://nasional.kompas.com/read/2019/11/15/15304751/pentingnya-nasionalisme-
di-era-indonesia-modern?page=all#page2.
(jumat,28-10-22{22:00})

IDEOLOGI FASISME
HISTORY FASISME
Sejarah Ideologi Fasisme Istilah "Fasisme” pertama kali digunakan di Italia oleh
pemerintahan pimpinan Benito Mussolini yang menjabat sebagai perdana menteri
sejak 1922 hingga 1943. Pada 1921, Mussolini mendirikan Partito Nazionale Fascista
(PFN) atau Partai Fasis Nasional dan menempati posisi sebagai Duce Fascism atau
Pemimpin Fasisme. Paham Fasisme dan Komunisme adalah dua gejala dari penyakit
yang sama. Keduanya sering dikelompokkan sebagai sistem totaliter. Keduanya
sama dalam hal pemerintahan, yaitu kediktatoran satu partai. Pada masa Perang
Dunia II (1939-1945), Fasisme semakin menguat. Ada Italia, Jerman, dan Jepang,
yang ingin meluaskan pengaruh ekstra-nasionalis mereka. Usai Perang Dunia II,
ideologi fasisme seakan-akan berakhir, tetapi sebenarnya tidak demikian. Sebagai
sebuah produk pemikiran, benih-benih fasisme akan terus ada selama terdapat
kondisi obyektif yang membentuknya. William Ebenstein dalam Isme-Isme yang
Mengguncang Dunia (2006) mengatakan bahwa "jika Komunisme adalah
pemberontakan pertama terhadap Liberalisme, maka Fasisme adalah
pemberontakan kedua". Fasisme muncul dengan pengorganisasian pemerintahan
dan masyarakat secara totaliter, kediktatoran partai tunggal yang bersifat ultra-
nasionalis, rasis, militeris, dan imperialis. Fasisme muncul di masyarakat pasca-
demokrasi dan pasca-industri. Fasisme ada di negara yang memiliki pengalaman
demokrasi.
Hal-hal yang penting dalam pembentukan suatu karakter negara Fasisme adalah
militer, birokrasi, prestise individu sang diktator, dan yang terpenting adalah
dukungan massa. Semakin keras pola kepemimpinan suatu negara fasis, semakin
besar pula dukungan yang didapatnya. Kondisi penting lainnya dalam pertumbuhan
negara Fasisme adalah perkembangan industrialisasi. Kemunculan negara industri
akan memunculkan ketegangan sosial dan ekonomi. Jika Liberalisme adalah
penyelesaian ketegangan dengan jalan damai yang mengakomodasi kepentingan
yang ada, maka Fasisme mengingkari perbedaan kepentingan secara paksaan.
Fasisme mendapat dukungan pembiayaan dari pelaku industri dan tuan tanah.
Kedua kelompok ini mengharapkan lenyapnya gerakan serikat buruh yang dianggap
menghambat kemajuan proses produksi dalam industri. Sumber dukungan lain bagi
rezim fasis adalah kelas menengah, terutama pegawai negeri. Mereka melihat
Fasisme adalah sarana untuk mempertahankan prestise sekaligus perlindungan
politik. Fasisme juga memerlukan dukungan dari kaum militer, seperti yang pernah
berlaku di Jerman, Italia, dan Jepang, sebagai jalan menuju militerisasi rakyat.
Meskipun Fasisme bukan merupakan akibat langsung dari depresi ekonomi,
sebagaimana teori Marxisme, tetapi jelas kaum fasis memanfaatkan hal itu.
Banyaknya angka pengangguran akibat depresi, melahirkan kelompok yang secara
psikologis menganggap dirinya tidak berguna dan diabaikan. Saat hal ini terjadi,
maka Fasisme bekerja dengan memulihkan harga diri dengan menunjukkan bahwa
mereka adalah ras unggul sehingga mereka merasa dimiliki. Dengan modal inilah,
Fasisme memperoleh dukungan dari rakyat lapisan bawah.
https://tirto.id/goLd
(sabtu,29-10-22{12:00})
Sejarah Fasisme Paham fasisme muncul setelah Italia mengalami krisis ekonomi usai
Perang Dunia I.Meski keluar sebagai negara pemenang, Italia gagal mendapat
pembagian wilayah di Afrika Utara dan utang negara juga menumpuk, menyebabkan
ratusan ribu rakyatnya nganggur. Melihat kondisi Italia yang memprihatinkan, tokoh
Partai Sosialis, Benito Mussolini, bertekad membantu negaranya.
Awalnya, gerakan fasis yang digelorakan Mussolini hanyalah sebatas kelompok aksi
ultranasionalis, yang disebut Fasci d'Azione Rivoluzionarea atau kelompok pemuda
yang ingin berperang.Gerakan fasisme ini ditandai dengan fasces atau tongkat kayu
bermata kapak yang melambangkan hukum serta kekuatan. Mussolini terus
menyuarakan kampanye Italia Raya, sampai akhirnya propaganda ini cukup familier
di kalangan masyarakat.Pada 1921, Partai Fasis pun berhasil masuk ke dalam
parlemen dan memiliki 35 kursi di sana.
Dikutip dari buku "Fasisme" oleh Kevin Passmore, berikut ini sejarah tentang
fasisme.
- Tahun 1919
Istilah 'fasis' pertama kali digunakan oleh Mussolini pada tahun 1919 dalam sebuah
gerakan politik yang mengkombinasikan ultranasionalisme (paham nasionalisme
yang berlebihan) dan permusuhan dengan paham kiri maupun dengan
konservatisme yang saat itu berkuasa.
Tiga tahun kemudian, Mussolini memegang kekuasaan sebagai pemimpin koalisi
yang didukung oleh kalangan konservatif.
- Tahun 1926
Pada tahun 1926 Mussolini mulai membangun secara penuh kediktatorannya. Pada
saat itu juga, fasisme adalah https://www.detik.com/edu/detikpedia
(sabtu,29-10-22{13:02})
paham yang dipuja secara luas oleh sebagian besar tokoh politik dan sastra yang
terkemuka di luar Italia, yang tidak semuanya mendukung kelompok kanan.
- Tahun 1939
Mulai periode tahun 1939, penaklukan sebagian besar wilayah Eropa oleh Nazi
membuat orang-orang fasis dengan cepat menduduki kursi pemerintahan di negara-
negara di mana mereka selalu menjadi oposisi, khususnya di Kroasia dan Rumania.
Nafsu Fasis dan Nazi yang tidak akan pernah terpuaskan untuk melakukan
penaklukan menciptakan sebuah koalisi internasional yang pada akhirnya
menghancurkan fasisme dengan mengorbankan jutaan orang yang meninggal, luka
luka, dan terusir dari kampung halamannya.
Sejarah Fasisme muncul dan berkembang usai Perang Dunia I (1914-1918) atau
dekade 1920-an. Fasisme pernah menjadi paham atau ideologi besar yang dianut
oleh beberapa negara di dunia. Lantas, apa itu pengertian Fasisme, bagaimana
sejarah kemunculannya, siapa saja tokohnya, serta mana saja contoh negara
penganutnya? Dikutip dari Mengenal Ideologi-ideologi di Dunia (2008) karya R. Deni
Muhammad Danial, definisi ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata
"ideologi" diciptakan oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 M. Ideologi
merupakan suatu pandangan menyeluruh sebagai cara memandang segala sesuatu,
akal sehat, atau serangkaian ide yang dikemukakan oleh kelas masyarakat yang
lebih banyak kepada seluruh anggota masyarakat. Banyak ideologi terkenal di dunia
yang konsep dan sistemnya telah berpengaruh terhadap sejarah kehidupan manusia.
Beberapa ideologi besar tersebut antara lain: Kapitalisme, Liberalisme, Marxisme,
Sosialisme, Nasionalisme, Demokrasi, Feminisme, Anarkisme, Fasisme, dan lainnya.

https://tirto.id/sejarah-arti-fasisme-ciri-tujuan-tokoh-contoh-negara-penganut-goLd
(sabtu,29-10-22{16;04})
fasisme , ideologi politik dan gerakan massa yang mendominasi banyak bagian
Eropa tengah, selatan, dan timur antara tahun 1919 dan 1945 dan yang juga
memiliki penganut di Eropa Barat, Amerika Serikat , Afrika Selatan , Jepang ,
Amerika Latin, dan Timur Tengah . pemimpin fasis pertama di Eropa,Benito
Mussolini , mengambil nama partainya dari kata Latin fasces , yang mengacu pada
seikat batang pohon elm atau birch (biasanya berisi kapak) yang digunakan sebagai
simbol otoritas pemasyarakatan di Roma kuno . Meskipun partai dan gerakan fasis
berbeda secara signifikan satu sama lain, mereka memiliki banyak karakteristik yang
sama, termasuk nasionalisme militeristik yang ekstrem , penghinaan terhadap
demokrasi elektoral dan liberalisme politik dan budaya , kepercayaan pada hierarki
sosial alami dan aturan elit, dan keinginan untuk menciptakan sebuah
Volksgemeinschaft(Jerman: "komunitas rakyat"), di mana kepentingan individu akan
disubordinasikan untuk kebaikan bangsa. Pada akhir Perang Dunia II , partai-partai
besar fasis Eropa dibubarkan, dan di beberapa negara (seperti Italia dan Jerman
Barat ) mereka secara resmi dilarang. Akan tetapi, mulai akhir 1940-an, banyak
partai dan gerakan yang berorientasi fasis didirikan di Eropa serta di Amerika Latin
dan Afrika Selatan. Meskipun beberapa kelompok "neofassis" Eropa menarik banyak
pengikut, terutama di Italia dan Prancis , tidak ada yang berpengaruh seperti partai-
partai fasis utama pada periode antar perang.
Fasisme nasional
Partai dan gerakan fasis berkuasa di beberapa negara antara tahun 1922 dan 1945:
Partai Fasis Nasional (Partito Nazionale Fascista) di Italia, dipimpin oleh Mussolini;
Partai Buruh Sosialis Nasional Jerman (Nationalsozialistische Deutsche
Arbeiterpartei), atau Partai Nazi , dipimpin oleh Adolf Hitler dan mewakili gerakan
Sosialisme Nasionalnya ; Front Tanah Air (Front Vaterländische) di Austria , dipimpin
oleh Engelbert Dollfuss dan didukung oleh Heimwehr (Angkatan Pertahanan Dalam
Negeri), sebuah organisasi paramiliter sayap kanan utama; Persatuan Nasional
(União Nacional) di Portugal , dipimpin oleh António de Oliveira Salazar(yang
menjadi fasis setelah 1936); Partai Orang Percaya Merdeka (Elefterofronoi) di Yunani
, dipimpin oleh Ioannis Metaxas ; Ustaša (“Pemberontakan”) di Kroasia , dipimpin
oleh Ante Pavelić ; ituPersatuan Nasional (Nasjonal Samling) diNorwegia , yang
berkuasa hanya seminggu—meskipun pemimpinnya,Vidkun Quisling , kemudian
diangkat menjadi menteri presiden di bawah pendudukan Jerman; dan kediktatoran
militer Laksamana Tojo Hideki di Jepang.
Gerakan fasis Spanyol , theFalange ("Phalanx"), didirikan pada tahun 1933 olehJosé
Antonio Primo de Rivera , tidak pernah berkuasa, tetapi banyak dari anggotanya
terserap ke dalam kediktatoran militerFrancisco Franco , yang dengan sendirinya
menampilkan banyak karakteristik fasis. DiPolandia Falanga anti-Semit, yang
dipimpin oleh Boleslaw Piasecki, berpengaruh tetapi tidak dapat menggulingkan
rezim konservatif Józef Piłsudski . Gerakan Lapua Vihtori Kosola diFinlandia hampir
melakukan kudeta pada tahun 1932 tetapi dicegah oleh kaum konservatif yang
didukung oleh tentara. Partai Salib Panah (Nyilaskeresztes Párt) di Hongaria ,
dipimpin olehFerenc Szálasi , ditekan oleh rezim konservatif Miklós Horthy sampai
tahun 1944, ketika Szálasi dijadikan penguasa boneka di bawah pendudukan
Jerman. DiRumania ituPengawal Besi (Garda de Fier)—juga disebut Liga Pertahanan
Kristen, Legiun Malaikat Tertinggi Michael, dan Semua untuk Tanah Air—dipimpin
olehCorneliu Codreanu , dibubarkan oleh rezim diktator Raja Carol II pada tahun
1938. Pada tahun 1939 Codreanu dan beberapa legiunernya ditangkap dan
“ditembak ketika mencoba melarikan diri.” Pada tahun 1940 sisa-sisa Pengawal Besi
muncul kembali untuk berbagi kekuasaan tetapi akhirnya dihancurkan oleh kaum
konservatif Rumania pada Februari 1941.
https://www-britannica-com.translate.goog/topic/fascism
(sabtu29-10-22{20:00})

TOKOH TOKOH YANG MUNCUL DALAM IDEOLOGI FASISME


1. Josef Stalin
Josef Stalin atau Ioseb Besarionis dze Jughazhvili merupakan salah satu tokoh politik
berpengaruh yang ada pada era Perang Dunia II. Politikus yang dilahirkan pada 18
Desember 1878 ini merupakan tokoh komunis terbesar di Uni Soviet kala itu.
Bahkan, ia sempat menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet
selama 30 tahun. Dilansir laman Britannica, Stalin dan Hitler merupakan sosok di
balik serangan Jerman terhadap Polandia--serangan ini merupakan peristiwa yang
memantik Perang Dunia II. Dalam era perang tersebut, Stalin berhasil melakukan
invasi militernya ke wilayah Polandia Timur, Estonia, Latvia, Lithuania, Finlandia, dan
sebagian Romania.
Menurut orang-orang terdekatnya, Stalin merupakan sosok yang populer dan cerdas.
Ia juga dianggap hangat dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya meskipun dalam
hal politik langkah-langkahnya selalu sulit ditebak. Josef Stalin meninggal dunia pada
1953 akibat perdarahan pada otak. Namun, beberapa kalangan percaya bahwa
Stalin dibunuh. Pasalnya, cedera dan perdarahan pada otaknya dinilai tidak wajar
dan menyisakan banyak pertanyaan.
2. Benito Mussolini
Ditulis dalam laman History, Benito Mussolini merupakan diktator fasis yang menjadi
pemimpin politik Italia pada 1925 hingga 1945. Pada era Perang Dunia II, Mussolini
menjadi sekutu dari Adolf Hitler. Pada periode itulah kepemimpinan Mussolini
ditopang dan diperkuat dengan pengaruh Hitler di Eropa.
Pada 1922, Mussolini dan semua pengikutnya cukup memiliki kekuatan untuk
mendesak pemerintah Roma yang saat itu diperintah oleh Vittorio Emanuele III.
Raja Italia saat itu juga tidak memiliki kekuatan yang cukup disegani oleh rakyat
sehingga dengan terpaksa memberikan kursi kepemimpinan politik Italia pada
Mussolini.N Bersama dengan Nazi Jerman, Mussolini kala itu cukup ditakuti oleh
bangsa-bangsa di Eropa secara umum. Ia juga sempat melakukan penyerangan ke
beberapa wilayah Afrika dan menganggap bahwa peperangan adalah jalan menuju
kepada keagungan. Namun, akhirnya Italia kalah di Perang Dunia II oleh serbuan
Britania Raya dan Amerika Serikat. Pada 1945, Mussolini ditangkap dan ditembak
mati oleh kelompok perlawanan Italia. Ironisnya, mayatnya digantung dan
dipertontonkan di depan umum.
3. Harry Truman
Harry S. Truman merupakan presiden Amerika Serikat ke-33. Uniknya, Truman
bahkan aktif dalam Perang Dunia I sebagai prajurit AS. Truman menjabat presiden
AS pada 1945 hingga 1953. Peran krusialnya pada saat ia menjabat adalah
keterlibatan Amerika Serikat secara masif dalam Perang Dunia II.

Sebetulnya pada saat itu Truman terpilih menjadi wakil presiden dari Franklin D.
Roosevelt. Namun, ia hanya menjabat sebagai wakil presiden selama 82 hari karena
Roosevelt meninggal dunia akibat stroke. Bisa dibilang bahwa Truman memang
pemimpin AS yang piawai dan berpengalaman dalam peperangan.
Menurut laman Biography, selama enam bulan pertama kepemimpinan Truman,
Amerika Serikat sudah terlihat unggul dalam Perang Dunia II. Bahkan, Amerika
Serikat sukses meluluhlantakkan dua kota besar di Jepang dengan bom atom. Bom
atom Hiroshima dan Nagasaki inilah yang juga sekaligus mengakhiri Perang Dunia
II.
4. Winston Churchill
Winston Churchill bukan hanya dihormati sebagai politisi di Britania Raya. Faktanya,
tokoh besar yang juga menjabat sebagai Perdana Menteri Britania Raya ini menjadi
salah satu tokoh kunci dalam Perang Dunia II. Bahkan, Amerika Serikat
membutuhkan izin khusus dari Britania Raya untuk menjatuhkan dua bom atom di
Jepang pada 1945.
Pada era kepemimpinannya, Britania Raya menjadi sekutu erat dari Amerika Serikat
dan sejarah mencatat bahwa Churchill bersama dengan Truman meraih
kemenangan di Perang Dunia II. Churchill kembali terpilih menjadi Perdana Menteri
Britania Raya pada 1951 dan aktif dalam urusan luar negeri Imperium Britania
Hingga saat ini, Winston Churchill dianggap sebagai salah satu tokoh paling
berpengaruh di dunia, terutama bagi rakyat Inggris dan dunia barat pada umumnya.
Ia dipandang sebagai pemimpin yang sanggup membawa pemerintahan Britania
Raya pada kejayaan dan bahkan demokrasi liberal yang ada di Eropa saat ini
merupakan salah satu perjuangan Churchill di masa lampau.
5. Adolf Hitler
Sosok yang satu ini tentu saja sudah tak asing di mata dunia. Ya, Adolf Hitler
merupakan pemimpin Nazi Jerman yang lahir pada 20 April 1889 di Braunau,
Austria-Hongaria. Menurut catatan sejarah, Hitler telah menjadi tokoh antagonis
terbesar dalam Perang Dunia II. Kepemimpinannya dianggap brutal, melenceng,
kejam, dan gemar memusuhi pihak barat beserta sekutunya.
Tentu saja nama besar Nazi di Jerman pada saat itu telah membuat panas Amerika,
Inggris, dan negara-negara Britania Raya lainnya. Kebijakan Hitler yang selalu
condong pada supremasi telah menganggap bahwa ras bangsanya lebih tinggi
dibandingkan dengan ras-ras lainnya di dunia. Di bawah kepemimpinan Hitler, Nazi
menjadi partai terkuat secara militer dan politik di Jerman. Persenjataan mereka
juga luar biasa canggih. Namun, seperti dicatat dalam History, setelah Jerman dan
aliansinya kalah oleh Amerika Serikat, Hitler memutuskan bunuh diri pada 30 April
1945. Ia menembak kepalanya sendiri di dalam markas pertahanan terakhirnya di
Berlin.

Itulah beberapa tokoh besar yang dianggap menjadi tokoh kunci dalam era Perang
Dunia II. Nama-nama mereka memang selalu tercatat dalam sejarah.
https://www.idntimes.com/science/discovery/amp/dahli-anggara/tokoh-paling-
dalam-perang-dunia-ii-c1c2?page=all#page-2
(minggu,30-10-22{17;56})

NEGARA NEGARA YANG MENGGUNAKAN IDEOLOGI FASISME

ITALIA
Fasisme Italia berakar dari nasionalisme Italia dan keinginan untuk merestorasi dan
memperluas wilayah Italia, yang dianggap penting oleh para fasis untuk
menegaskan keunggulan dan kekuatan bangsa dan menghindari keruntuhan.Para
fasis Italia mengklaim bahwa Italia modern adalah penerus Romawi Kuno dan
mendukung pendirian Kekaisaran Italia untuk menyediakan spazio vitale ("ruang
vital") bagi para penetap Italia dan menguasai Laut Tengah.
Fasisme Italia mendukung sistem ekonomi korporatisme, yaitu sistem yang
menghubungkan sindikat majikan dan pekerja dalam asosiasi-asosiasi agar dapat
secara kolektif mewakili produsen ekonomi bangsa dan bekerja sama dengan negara
untuk menetapkan kebijakan ekonomi nasional.Mereka mendukung korporatisme
sebagai alternatif dari kapitalisme dan Marxisme, yang menurut mereka sudah
usang".Para fasis ingin sistem tersebut menyelesaikan konflik kelas melalui
kolaborasi antar kelas.
Fasisme Italia menentang liberalisme dan sosialisme,Namun juga menentang
konservatisme reaksioner yang dikembangkan oleh Joseph de Maistre.Para fasis
yakin bahwa keberhasilan nasionalisme Italia hanya dapat dicapai bila rakyat
menghormati tradisi, merasa memiliki masa lalu yang sama, dan berkomitmen untuk
memodernisasi Italia.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Fasisme_Itali
(senin,31-10-22{21:00})
Jerman
Dalam PD I Jerman mengalami kekalahan dan penderitaan yang hebat. Namun, di
bawah kepemimpinan Adolf Hittler Jerman mulai bangkit. Melalui Partai Nazi, Adolf
Hittler membangun Jerman
kembali. Jerman menganut paham Chauvinisme yaitu paham yang menganggap
dirinya lebih unggul dari ras lainnya. Selain itu juga menganut totaliterisme yaitu
paham yang melaksanakan prinsip bahwa semua diatas oleh negara. Rakyat tidak
memiliki kebebasan.

Beberapa tindakan yang dilakukan Hittler untuk mewujudkan kejayaan Jerman.


Menolak isi Perjanjian Versailes.Membangun angkatan perang yang
kuat.Mengobarkan semangat anti-Yahudi dengan membunuh dan mengusir orang-
orang Yahudi.Membangun hubungan kerja sama politik dan militer dengan Jepang
dan Italia (Poros Roberto).Membentuk polisi rahasia yang disebut Gestapo.

Seiring dengan perkembangan yang dialaminya, Jerman mulai berani melakukan


politik ekspansi kembali. Jerman melaksanakan politik Lebensraum (ruang untuk
hidup) yaitu gagasan perluasan wilayah melalui perang. Misalnya dengan menduduki
Austria dan Cekoslovakia.Negara yang kalah dalam Perang Dunia I, seperti Jerman
dan Italia mengalami keterpurukan ekonomi. Sehingga Jerman dan Italia
membangun kembali negara dengan kepemimpinan yang otoriter atau mutlak.
Kemunculan fasis di Jerman ditandai dengan berdirinya Partai Buruh (Deutsche
Arbeiter Partij) oleh Adolf Hitler di Kota Munich. Partai Buruh tersebut kemudian
berkembang pesat menjadi National Sozialistiche Deutsche Arbeiter Partij atau
dikenal sebagai NAZI.
Ideologi partai ini menganut chauvinisme atau menganggap dirinya lebih unggul
daripada ras lain.
Berikut adalah faktor munculnya paham fasisme di Jerman:
~Kemenangan NAZI pada pemilu 1930
~Kesulitan ekonomi
~Kejayaan masa lampau
~Lemahnya pemerintahan

Kemenangan NAZI di pemilu 1930 menjadikan Adolf Hitler Kanselir Jerman. Hitler
memiliki ambisi untuk membawa kembali kejayaan Jerman.
Untuk merealisasikan ambisinya tersebut, Hitler membuat beberapa langkah,
seperti:
~Membangun militer
~Membentuk polisi rahasia untuk menindas lawan politiknya
~Menolak Perjanjian Versailles
~Menyingkirkan orang-orang Yahudi
~Membangun industri untuk mengatasi pengangguran
~Memperkuat NAZI sebagai partai tunggal di Jerman
Langkah-langkah yang dilakukan Hitler ini mengalami keberhasilan dan
menumbuhkan rasa percaya diri.Selain itu NAZI juga menerapkan politik Libensraum
atau gerakan politik dengan cara menguasai daerah seluas mungkin.

Italia
Italia adalah salah satu negara pemenang dalam Perang Dunia I. Meskipun menang,
Italia merasa kecewa sebab tuntutannya dalam Perjanjian Versailes tidak terpenuhi.
Karena kekecewaannya tersebut, Italia mulai bangkit di bawah pimpinan Benito
Mussolini . Italia berkembang menjadi negara fasis. Usaha-usaha Benito Mussolini
untuk mengembangkan fasisme di Italia.
Mengobarkan semangat Italia Irredenta untuk mempersatukan seluruh bangsa
Italia.Memperkuat angkatan perang.
Menguasai seluruh Laut Tengah sebagai Mare Nostrum atau Laut Kita.Menduduki
Ethiopia dan Albania Paham fasis di Italia dipimpin oleh Benito Mussolini, yang
mendirikan partai Fascis Italiani.Sama seperti di Jerman, kemunculan fasisme di
Italia disebabkan oleh krisis ekonomi dan politik.
Pada 1922, partai Fascis Italiani berhasil memenangkan pemilu hingga membawa
Mussolini menjadi Perdana Menteri.
Dalam perkembangannya, Mussolini melakukan kudeta terhadap raja dan
mengukuhkan dirinya sebagai Il Duce atau sang pemimpin.Mussolini kemudian
melakukan beberapa gebrakan guna mengembalikan kejayaan Italia.
Berikut adalah langkah yang dilakukan oleh Mussolini:
~Memperkuat militer
~Menguasai seluruh Laut Tengah
~Menguasai Ethiopia dan Albania
~Mengobarkan semangat Italia Irredenta sebagai landasan penyatuan Italia.

Jepang

Munculnya fasisme Jepang tidak dapat dipisahkan dari Restorasi Meiji. Berkat
Restorasi Meiji, Jepang berkembang menjadi negara industri yang kuat. Majunya
industri tersebut membawa Jepang menjadi negara imperialis. Jepang menjadi
negara fasis dan menganut Hakko I Chiu.
Fasisme di Jepang dipelopori oleh Perdana Menteri Tanaka, masa pemerintahan
Kaisar Hirohito dan dikembangkan oleh Perdana Menteri Hideki Tojo.
Untuk memperkuat kedudukannya sebagai negara fasis, Kaisar Hirohito melakukan
beberapa hal berikut.
~Mengagungkan semangat bushido.
~Menyingkirkan tokoh-tokoh politik yang anti militer.
~Melakukan perluasan wilayah ke negara-negara terdekat seperti Korea, Manchuria,
dan Cina.
~Memodernisasi angkatan perang.
~Mengenalkan ajaran shinto Hakko I Chiu yaitu dunia sebagai satu keluarga yang
dipimpin oleh Jepang
Latar belakang lahirnya fasisme di Jepang mengalami perbedaan dengan yang ada
di Italia dan Jerman. Hal tersebut disebabkan karena fasisme di Jepang lahir untuk
menjamin keberlangsungan pertumbuhan ekonomi yang sudah tercipta sejak
Restorasi Meiji. Kebangkitan fasisme di Jepang dipelopori oleh Perdana Menteri
Hideki Tojo pada masa pemerintahan Kaisar Hirohito (1926-1989).
Saat itu, Jepang sedang mengalami kemajuan di berbagai bidang, seperti
perdagangan, industri, dan militer.
Bangsa Jepang membuat propaganda bahwa mereka adalah keturuan dari Dewa
Matahari dan menganggap bangsa lain rendah.Berbekal pedoman tersebut, Jepang
melakukan ekspansi politik dengan menguasai berbagai wilayah di kawasan
Asia.Selain itu, Perdana Menteri Hideki Tojo juga berambisi membawa Jepang ke
masa kejayaan.

Untuk mencapai ambisinya tersebut, Perdana Menteri Hideki Tojo melakukan


beberapa langkah, yakni:
~Modernisasi militer
~Menyingkirkan tokoh politik anti militer
~Memperluas kekuasaan
~Propaganda Nippon 3A

Mengenalkan paham Shinto Hakko Ichiu (dunia sebagai satu yang dipimpin Jepang)
Dengan begitu, fasisme muncul di Italia, Jerman, dan Jepang karena adanya krisis
ekonomi dan politik.

Referensi:
Passmore, Kevin. (2018). Fasisme. Yogyakarta: BASABASI.
https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/07/110000579/mengapa-fasisme-
muncul-di-italia-jerman-dan-jepang?page=3
(selasa,1-11-2022{18:05})

BAGAIMANA IDEOLOGI FASISME SAAT INI?


Gelombang baru fasisme melanda Inggris, Amerika Serikat, Brazil, Bolivia, dan India.
Di tempat-tempat itu—dan mungkin tempat lainnya—arus otoritarianisme
berkelindan dengan ultranasionalisme. Para politisi mengobral klaim bahwa negara
dan ‘bangsa asli’ harus diselamatkan dari segala ‘kerusakan’ yang disebabkan ‘pihak
asing’. Menurut mereka, kekuasaan harus dikembalikan ke tangan ‘pribumi’. Karena
proyek politik ini dibingkai sebagai sesuatu yang ‘mulia’, kekerasan yang
menyertainya dianggap wajar ‘demi kebaikan bersama’.
Di sisi lain, kita juga tahu bahwa aneka narasi di atas digaungkan oleh kaum elite
politik lama yang mulai tersingkir oleh zaman. Kita paham betul bagaimana mereka
memanipulasi kerentanan kaum papa dan kegelisahan harian yang kita alami
seputar pekerjaan, ketidakpastian masa depan, dan ketakutan laten kita terhadap
apapun yang tak kita kenal.
Fasisme memang mengeksploitasi kebencian. Tapi pertama-tama, ia lihai
memanfaatkan ketakutan dan tumbuh cepat di tengah masyarakat yang sehari-
harinya diliputi ketakutan: takut melarat, takut pekerjaannya diambil imigran, takut
agamanya digencet sekularisme atau agama minoritas, takut ‘dekadensi moral’
akibat ‘budaya asing,’ takut tidak bisa bersaing di era globalisasi dan otomatisasi,
dan seterusnya.
Bagaimana politisi fasis mengusir ketakutan-ketakutan ini? Dengan
mengkambinghitamkan kaum rentan sebagai sumber segala ketakutan itu.
Ketakutan dan kebencian juga diperkuat dengan mengorek narasi sejarah.
Propagandis fasis abad kemarin maupun masa kini menyeleksi kisah antarkelompok
masyarakat di masa lalu, dengan menggarisbawahi episode-episode ketika
‘kelompok lain’ merugikan ‘kelompok kita’. Fasisme 1930-an di Jerman mengecam
Yahudi sebagai bankir, kapitalis, sekaligus komunis. Di Amerika Serikat, Bolivia dan
Brazil belakangan ini, kelompok konservatif secara intensif memunculkan ingatan
jangka pendek mengenai alkoholisme, pengangguran, dan kriminalitas yang
melibatkan masyarakat asli (indigenous people). Mereka tidak menggali ingatan
jangka panjang kolonialisme dan proyek pembangunan pasca-kolonialisme yang
terus meminggirkan masyarakat asli dan merampas tanah mereka.
Di India, kelompok konservatif selalu mengingatkan masyarakat Hindu akan
kematian dan kehilangan akibat pemisahan (partition) Pakistan dan India, dan
rangkaian kerusuhan Hindu-Muslim di berbagai tempat di India. Ini dilakukan seolah-
olah tidak ada kerja sama sehari-hari yang intensif antartetangga, antarkolega,
antarwarga Hindu dan Muslim.
Lewat Demokrasi, Membajak Demokrasi
Tapi adakah bedanya fasisme zaman kita dengan fasisme abad lalu? Bukankah ada
ultranasionalis kulit putih yang mengklaim diri mengecam fasisme?
Pertama, cara pandang dan perilaku fasis masa kini cenderung tidak dinyatakan
dalam ideologi yang spesifik dan eksplisit. Fasis hari ini tidak seperti Nazi yang
menarik garis tegas bahwa “negara Jerman adalah milik bangsa Arya Jerman”,
bukan untuk mereka yang Yahudi, Gipsi, dan homoseksual. Juga, tidak ada slogan
yang terang-teranganmengatakan“Inggris milik warga kulit putih dan Anglikan”.
Seabad pendidikan sejarah dan kewarganegaraan di berbagai belahan dunia telah
menanamkan secara kuat bahwa fasisme adalah dosa besar. Label fasis adalah
sesuatu yang memalukan sampai-sampai mereka yang berwatak otoritarian dan
ultranasionalis enggan mendaku diri dan kelompoknya sebagai fasis. Ketika fasis
gaya baru enggan menyebut fasisme secara eksplisit, yang mereka gunakan untuk
memobilisasi massa adalah bingkai kebijakan dan politik pemilihan umum. Inilah ciri
kedua yang membedakan fasisme dulu dan sekarang. Tanpa perlu ada pernyataan
yang terang-terangan mengecam kelompok-kelompok rentan, pemihakan terhadap
kebijakan atau peserta pemilihan umum tertentu mencerminkan loyalitas seseorang
terhadap kelompoknya, yang diyakini sebagai ‘bangsa asli’.
Secara implisit, warga Inggris dan Amerika Serikat hari ini paham bahwa mendukung
Brexit atau Trump artinya memastikan lapangan kerja dan layanan sosial lebih
banyak dinikmati oleh warga kulit putih Kristen, bukan oleh para imigran dari
berbagai ras dan keyakinan. Warga Brazil dan Bolivia paham bahwa mendukung
Bolsonaro atau Camacho berarti memastikan bahwa sistem politik, ekonomi, sosial,
dan keyakinan akan lebih memajukan aspirasi kelompok mereka daripada
masyarakat asli. Warga India paham bahwa mendukung Citizenship Amandement
Act (CAA) berarti memastikan supremasi Hindu di atas kelompok lain, terutama
kelompok Islam. CAA adalah kebijakan yang memungkinkan pemeluk agama
minoritas di negara tetangga mendapatkan kewarganegaan di India, kecuali jika
agamanya Islam.
Hal ketiga yang membedakan fasisme dulu dan sekarang adalah peran demokrasi.
Di era 1930an, salah satu alasan mengapa para pemimpin berhaluan fasis bisa naik
ke pucuk kekuasaan adalah karena lemahnya demokrasi. Belum semua warga
(misalnya perempuan, imigran, dan kulit berwarna) mendapat hak suara, belum ada
sistem checks and balances yang canggih, serta belum banyak institusi, termasuk
pers, yang mengupayakan transparansi kebijakan dan proses politik.
Walhasil, para pemimpin yang mengampanyekan kebencian terhadap kaum rentan
sangat mudah merebut kekuasaan. Trauma terhadap fasisme kelak menjadi salah
satu motor pendorong banyak negara, khususnya di belahan dunia Barat, untuk
mengembangkan dan memperkuat sistem demokrasi mereka.
Hari ini kita menyaksikan bagaimana kelompok-kelompok fasis justru secara handal
memanfaatkan demokrasi guna merebut kekuasaan. Mereka menunggangi prinsip-
prinsip kebebasan berpendapat dan berserikat, lantas membajak pemilihan umum
yang bebas dan terbuka.
Tapi, jika pemilu adalah panggung yang bisa dipakai oleh siapa saja, mengapa
kelompok fasis adalah kaum yang paling lihai memanfaatkannya? Jawaban
sederhananya adalah, bagi mereka demokrasi adalah kendaraan belaka, bukan
prinsip yang harus dijunjung tinggi. Mereka tidak ragu menggunakan kendaraan
demokrasi sembari berperilaku otoriter—yang pada akhirnya menghalalkan cara-cara
nondemokratis seperti membatasi akses komunikasi lawan, menggelar hate speech
dan hate spin, memanipulasi daerah pemilihan (gerrymandering), melakukan
intimidasi terhadap lembaga pemilihan umum dan lawan politik, mengupayakan
perubahan undang-undang yang melemahkan demokrasi, dan lain-lain.
Dari Ormas ke Negara
Dibandingkan dengan fasisme abad lalu, fasisme hari ini nampaknya tak selalu aktif
melakukan kekerasan dan cenderung lebih aktif membiarkannya. Tapi bukan berarti
keduanya tidak punya kesamaan arah. Di Eropa tahun 1920-an, negara awalnya
memang lebih banyak diam ketika berbagai organisasi masyarakat—seperti
kelompok agama, asosiasi pemuda, klub olah raga, dan lainnya—secara sistematis
dan terencana melakukan sweeping, pemukulan, pemalakan, dan persekusi kepada
kelompok yang dikambinghitamkan. Di tahap berikutnya, negara ikut aktif
melakukan kekerasan, termasuk penangkapan, penyiksaan di kamp konsentrasi,
persekusi, pembantaian massal, dan sebagainya.
Sampai hari ini, fasisme kontemporer masih nampak berbeda dari yang ada di tahun
1930an. Gelombang baru fasisme ditandai maraknya kasus kekerasan komunal
antarwarga atau praktik vigilantisme oleh organisasi masyarakat yang
mempersenjatai diri. Di satu sisi, tidak ada perintah eksplisit dari negara atau
aparatusnya supaya menarget kelompok tertentu. Di sisi lain, jelas bahwa tindak
kekerasan tersebut tidak—atau terlambat—dicegah dan dihentikan oleh negara.Di
Inggris dan Amerika Serikat, tidak sedikit individu atau kelompok yang merasa
terpanggil melakukan ‘pembersihan’, yaitu menyerang warga non-kulit putih,
termasuk imigran, Yahudi, dan Muslim. Bahkan, para pengikut white supremacy di
Amerika Serikat melakukan parade di kampus-kampus guna mengintimidasi
kelompok lain dan melakukan penembakan yang menarget imigran, Yahudi, Muslim,
dan kelompok liberal.

Di Bolivia, aparat keamanan dan warga sipil pengikut Camacho melakukan sweeping
guna ‘menghukum’ kelompok masyarakat asli (indigenous people) pengikut Morales
dan membakar bendera mereka. Di India, pemeluk ideologi supremasi Hindu
melakukan sweeping dan penyerangan ke rumah-rumah dan kampus-kampus guna
‘memberi pelajaran’ kepada warga Muslim India Melihat arah dan perkembangan
fasisme di abad lalu, negara—jika sudah dikuasai fasis—tidak hanya akan
membiarkan kekerasan terhadap kelompok target. Ada kemungkinan besar negara
justru akan melembagakannya lewat kebijakan.
Tapi fasisme tidak terjadi dalam semalam—dan karenanya bisa dicegah. Loyalitas
kelompok tidak bersifat mutlak. Tidak semua orang Arya Jerman mendukung Nazi,
tak semua orang kulit putih Kristen di Amerika Serikat mendukung Trump, dan tidak
semua orang Hindu di India mendukung CAA. Ini adalah modal penting anti-fasisme.
Kita bisa mencegah perluasan fasisme dengan memperkuat posisi mereka yang
menolak aspirasi fasis dari dalam kelompoknya sendiri. Supaya bisa merumuskan
tindakan, ada beberapa hal yang perlu kita coba jawab bersama. Apa yang bisa
dilakukan guna merespon masalah sosial, agar tidak dibingkai sebagai kesalahan
kelompok tertentu, khususnya kelompok rentan? Apa yang bisa dilakukan supaya
klaim ‘kemurnian bangsa’ tidak menjadi garis pemisah antarkelompok? Apa yang
bisa dilakukan supaya politisi tidak memiliki insentif mengkambinghitamkan
kelompok tertentu? Apa yang bisa dilakukan ketika politisi sudah menyerukan
permusuhan terbuka terhadap kelompok rentan yang dikambinghitamkan?
Bagaimana negara bisa didorong supaya menjalankan tugasnya, yaitu melindungi
kelompok-kelompok rentan yang menjadi target kekerasan kelompok lain? Sesulit
apapun jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, rasanya tetap lebih mudah
dijawab hari ini daripada ketika politikus fasis terlanjur memenangkan pemilihan
umum seperti di Inggris, Amerika Serikat, dan Brazil.

https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/download/
60/60/
https://amp.tirto.id/fasisme-gaya-lama-dan-gaya-baru-etQj
(selasa,1-11-2022{19:21})

Anda mungkin juga menyukai