Anda di halaman 1dari 8

FILSUF KARL MARX

NAMA-NAMA KELOMPOK 2:

1) TRIFONA SURYATI JIJUNG (21103319)


2) SELFIANA ADE (21103301)
3) MARIA CLAUDIANA RANI WEA (21103297)
4) MARIA DESTIANA TEFNAI (21103298)
5) MARIA SURIATI MODESTA BANUS (21103316)
6) OKTOVIANUS ANUGRA SU (21103300)
7) HELENA YUNITA NDUET (21103323)
8) FRANSISKA SETIA (21103309)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SANTU PAULUS RUTENG 2022
BAB I

PENDAHULUAN

Keterasingan adalah salah satu konsep penting pemikiran Karl Marx (1818-1883 M)
dalam mengkritik sistem kapitalisme. Marx menggunakan konsep keterasingan untuk
menyatakan pengaruh produksi kapitalis terhadap manusia dan masyarakat. Magnis Suseno
menjelaskan bahwa Marx mengkritik kapitalisme sebagai sumber penyebab keterasingan
manusia karena sistem hak milik pribadi kapitalis memecah belah manusia ke dalam kelas-kelas
sosial dan menyelewengkan makna pekerjaan menjadi sarana eksploitasi terhadap sesama
manusia. Lantas Marx memusatkan perhatian pada penghapusan hak milik pribadi dengan
menyatakan bahwa faktor penentu sejarah manusia bukanlah politik atau ideologi melainkan
sistem ekonomi. Marx kemudian memusatkan perhatian pada sistem ekonomi kapital hingga
berpendapat bahwa kapitalisme akan mengalami kehancurannya sendiri akibat penghisapan
kaum pekerja menghasilkan pertentangan kelas tajam sehingga menimbulkan revolusi kelas
pekerja dan pada akhirnya mewujudkan masyarakat sosialis tanpa kelas.

Konsep alienasi merupakan salah satu bagian dari gagasan sosialisme Marx yang
memikat berbagai kalangan, termasuk di antaranya dari kalangan pemikir Muslim sehingga
menyerukan untuk menggunakan Marxisme sebagai kerangka teoretis guna mencari solusi bagi
permasalahan umat dewasa ini. Pemikiran Marx dinilai memihak pada masyarakat kecil yang
tertindas dan relevan untuk menyadarkan masyarakat bahwa kemiskinan atau penindasan bukan
sebuah determinasi realitas, melainkan disebabkan oleh sistem dan struktur kapitalisme.
Pemahaman tentang eksploitasi kaum kapitalis, perombakan sistem kapitalisme, penghapusan
hak milik pribadi, hingga perjuangan kelas mewujudkan masyarakat tanpa kelas sebagai bentuk
pembebasan manusia dari keterasingan diri digulirkan. Sementara perangkat teoretik dari akar
tradisi dan sejarah Islam dianggap kurang relevan lagi untuk memecahkan permasalahan
kontemporer sehingga perlu untuk ditafsirkan ulang agar sesuai dengan situasi masyarakat hari
ini.

Bagi seorang Muslim, tentu tidak bijak jika terburu-buru menghujat seruan tersebut,
namun juga tidak seharusnya meninggalkan khazanah keilmuan dalam tradisi Islam. Karena pada
kenyataannya, baik kapitalisme maupun sosialisme Marx sama-sama lahir dari paradigma Barat
sekuler yang prinsip pemikirannya bertentangan dengan prinsip ajaran Islam. Adapun pemikiran
Marx lebih spesifik bertumpu pada prinsip materialisme-dialektika yang dirumuskan dari
pandangan Feurbach tentang hakikat dunia setelah menolak pemahamannya yang mekanistik,
dan dari dialektika Hegel setelah mengkritik pandangan sejarahnya yang tidak realistis.
Materialisme menyatakan bahwa segala sesuatu ditentukan oleh atau hakikatnya adalah realitas
material, sedangkan dialektika menyatakan bahwa segala sesuatu selalu mengalami perubahan
karena adanya kekuatan-kekuatan yang saling berkontradiksi dalam segala hal. Tanpa diiringi
sikap kritis, gagasan ateistik tersebut akhirnya dianggap mampu melahirkan sebuah gerakan yang
mengubah sejarah kehidupan masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Riwayat Hidup Karl Marx

Karl Heinrich Marx lahir di kota Trier di distrik Moselle, Prussian Rhineland,
Jerman, pada tanggal 5 Mei 1818. Dilihat dari silsilah keluarga, Marx termasuk keturunan
rabbi Yahudi dari garis keturunan ibunya yang bernama Henrietta. Ayahnya bernama
Heinrich seorang pengacara sukses dan terhormat di Trier. Marx dan keluarganya
penganut Kristen Protestan. Pada 1841 Marx menerima gelar doktornya di bidang filsafat
dari Universitas Berlin, yang sangat dipengaruhi oleh Hegel dan para Hegelian muda,
yang bersikap mendukung, namun kritis terhadap guru mereka. Disertasi Marx adalah
suatu risalat filosofis yang kering, tetapi benar-benar mengantisipasi banyak dari idenya
di kemudian hari. Setelah lulus dia menjadi seorang penulis untuk sebuah koran yang
liberal-radikal dan dalam sepuluh bulan dia telah menjadi kepala editornya. Akan tetapi,
karena pendirian-pendirian politisnya, koran itu ditutup oleh pemerintah tidak lama
kemudian. Esai-esai awal yang diterbitkan di dalam periode ini mulai mencerminkan
sejumlah pendirian yang akan menuntun Marx di sepanjang hidupnya. Pendirian-
pendirian itu dibubuhi secara liberal dengan prinsip-prinsip demokratis, humanisme, dan
idealisme anak muda. Dia menolak keabstrakan filsafat Hegelian, mimpi yang naif para
komunis utopian, dan menolak para aktivis yang sedang mendesakkan hal yang oleh
Marx dianggap sebagai tindakan politis pengatur. Dalam menolak para aktivis tersebut,
Marx meletakkan dasar bagi pekerjaannya sepanjang hayat.

2. Pemikiran Inti dari Karl Marx


a) Materialisme Histori
Materialisme Historis merupakan istilah yang sangat berguna untuk memberi
nama pada asumsi-asumsi dasar menganai teorinya. Dari The Communist Manifesto dan
Das Kapital, dimana penekanan Marx adalah pada kebutuhan materil dan perjuangan
kelas sebagai akibat dari usaha-usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Menurut
pandangan ini, ide-ide dan kesadaran manusia tidak lain daripada refleksi yang salah
tentang kondisi-kondisi materil. Perhatian ini dipusatkan Marx sebagai uasaha Marx
untuk meningkatkan revolusi sosialis sehingga kaum proletariat dapat menikmati
sebagian besar kelimpahan materil yang dihasilkan oleh industrialisme. Menurut Marx,
suatu pemahaman ilmiah yang dapat diterima tentang gejala sosial menuntut si ilmuwan
untuk mengambil sikap yang benar terhadap hakikat permasalahan itu. Hal ini mencakupi
pengakuan bahwa manusia tidak hanya sekedar organisme materil, sebaliknya manusia
memiliki kesadaran diri. Dimana, mereka memiliki suatu kesadaran subyektif tentang
dirinya sendiri dan situasi-situasi materialnya.
b) Penjelasan Marx pada Materialistis tentang perubahan sejarah, diterapkan pada pola-pola
perubahan sejarah yang luas, penekanan materialistis ini berpusat pada perubahan-
perubahan cara atau teknik-teknik produksi materil sebagai sumber utama perubahan
sosial budaya. Dalam The German Ideology Marx menunjukkan bahwa manusia
menciptakan sejarahnya sendiri selama mereka berjuang menghadapi lingkungan
materilnya dan terlibat dalam hubungan-hubungan sosial yang terbatas dalam proses-
proses ini. Tetapi dalam semua tahap, perjuangan individu dalam kelas-kelas yang
berbeda untuk menghadapi lingkungan materil dan sosialnya yang khusus agar bisa tetap
hidup dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, merupakan sumber utama perubahan
untuk tahap berikutnya.
c) Infrastruktur Ekonomi dan Superstruktur Sosio Budaya Marx berulang-ulang
menekankan ketergantungan politik pada struktur ekonomi, tipe analisa yang sama
berlaku untuk pendidikan, agama, keluarga, dan semua institusi sosial lainnya. Sama
halnya dengan kebudayaan suatu masyarakat, termasuk standar-standar moralitasnya,
kepercayaan-kepercayaan agama, sistem-sistem filsafat, ideologi politik, dan pola-pola
seni serta kreativitas sastra juga mencerminkan pengalaman hidup yang riil dari orang-
orang dalam hubungan-hubungan ekonomi mereka. Hubungan antara infrastruktur
ekonomi dan superstruktur budaya dan struktur sosial yang dibangun atas dasar itu
merupakan akibat langsung yang wajar dari kedudukan materialisme historis.
d) Kelas Sosial, Kesadaran Kelas, dan Perubahan Sosial Karl Marx bukanlah orang pertama
yang menemukan kelas sosial dalam masyarakat. Meskipun dia sendiri sering
menggunakan konsep itu, namun dia tidak memberikan analisa yang sistematis dan
komprehensif tentang itu. Walaupun konsep kelas begitu meluasnya ke hampir seluruh
tulisan-tulisan pokoknya, perlu dikatakan bahwa dia melihatnya sebagai kategori yang
paling mendasar dalam struktur sosial.
Menurut Marx, kelas-kelas akan timbul apabila hubungan-hubungan produksi
melibatkan suatu pembagian tenaga kerja yang beraneka ragam, yang memungkinkan
terjadinya surplus produksi sehingga merupakan pola hubungan memeras terhadap masa
para memproduksi. Dengan demikian dapat disimpulkan dari pemikiran Marx bahwa
kelas-kelas sosial akan muncul karena faktor ekonomi terutama kepemilikan dan ketiada
pemilikan alat produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi.
3. Relasi interpersonal
Karl marx sangat menekan relasi sosial kesetaran dan personal antara manusia
dimana adanya kepercayaan untuk saling menumbuhkan dan mengembangkan satu sama
lain. Relasi itu murni dan tulus tanpa ada rasa curiga dan takut. Relasi interpersonal dan
relasi kemanusiaan, di mana rasa saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
Seperti yang di sampaikan Karl marx dalam proses pendidikan, relasi tanpa rasa curiga
dan saling menghargai dan menghirmati antara guru dan murid, antara mirid dengan
murid lainnya, menjadi tuntutan utama dalam proses pendidikan. Relasi interpersonal
antara guru dan murid, yang di sebut juga dengan hubungan asimetris.

Dengan demikian yang menjadi prasyatat dasar dalam membangun relasi antara
guru dan murid adalah kesetaraan, kemitraan,dan kesepahaman. Hal ini mesti di sadari
baik oleh guru maupun murid. Untuk itu perlu di adakan pembaharuan relasi guru murid
dan murid guru dari yang otoriter.

Dalam pendidikan berbasis sosial lingkungan, mengembalikan guru pada


posisinya yang asli sebagai pendidik, bukanlah perkara yang mudah karena sudah lama
sistem pendidikan kita telah menyimpang dari hakekat aslinya. Sekolah seharusnya
menjadi sebuah kominitas hidup bersama, di mana di dalamnya terjadi proses saling
mengajar antara guru dan murid, maupun antara murid dengan murid. Praktek kompesisi
yang di selundungkan dari dunia kapitalis hendaknya di jauhkan. Sekolah bukan tempat
berkompetisi, melainkan solodaritas yang mestinya menjadi jiwa dan inspirasi saling
memajukan di antara para murid. Sekolah harus menjadi sebuah wahana di mana relasi
interpersonal yang saling memekarkan persaudaraan yang menggembirakan dapat
bertumbuh dan berkembang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagaimana Karl Marx berbicara tentang kerja manusia sebagai aktivitas
fundamental dalam hidup masyarakat, kerja manusia menjadi bagian integral dari
kehidupan masyarakat, begitu juga dengan Freire yang menekankan aktivitas pendidikan
sebagai aktivitas sehari-hari dan aktivitas sepanjang hidup manusia (daily and long life
human activity). Dengan kerja dan pendidikan, manusia semakin mendapat penegasan
yang sangat bermakna. Manusia mendapat arti yang semakin intens tentang keberadaan
di dunia ini. Filsafat kerja Karl Marx dan politik pendidikan yang membebaskan Freire
dapat menjadi rujukan bagi kita dalam mengembangkan pendidikan berbasis sosial
lingkungan di sekolah sebagai upaya pencerdasan sosial. Sekolah atau kampus menjadi
parameter dan barometer pengembangan pendidikan berbasis sosial lingkungan, sebab di
sanalah upaya-upaya pencerdasan itu berlangsung secara terbuka, intensif, rasional, yang
kemudian berdampak pada bagian siswa dan mahasiswa dilatih untuk berpikir rasional
dan kritis dalam menyikapi berbagai fenomena sosial, politik, ekonomi, budaya, agama
dalam berbagai ruang lingkup.
Dengan demikian, yang menjadi tujuan luhur revolusi kesadaran Karl Marx dan
Freire adalah terciptanya komunitas alam sosila yang berabad, di mana manusia tidak lagi
menjadi serigala bagi manusia lain (homo homini lupus). Dalam hal ini, intelektual siswa
diarahkan untuk berpikir lintas batas ruang dan waktu, integral dan komprehensif, dan
rasional kritis. Siswa dan mahasiswa tidaka saja dipenuhi dengan idealisme yang utopis
tentang kehidupannya, atau terjebak dalam ekstrim prakgmatisme dan fatalisme hidup
tetapi juga sikap dan pikiran yang realitis, positif dan optimis semakin bertumbuh dan
berkembang. Kerenanya, revolusi yang paling aktual dan kontekstual pada saat ini untuk
siswa dan mahasiswa adalah adanyan revolusi sikap dan cara berpikir intelektual dalam
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik dalam bentuk olah pikir, olah karya
dan olah raga.
DAFTAR PUSTAKA

Karl Marx. 2020. Struktur Masyarakat (dialektika Infrastruktur Dan Suprastruktur) AL-
IQTISHOD: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ekonomi Islam E-ISSN: 2745-8512 P-ISSN: 2407-
6600 Volume 8 Issue 2 Juli 2020 | Page: 063-080

Bahari, Yohanes. 2010. Sekelumit Tentang Hidup dan Pemikirannya. Jurnal Pendidikan
Sosiologi dan Humaniora, 1 (1)

Ihsan, Khairul. 2020. Filsafat Sejarah Menurut IBN dan Karl Marx. Skripsi

Hendawan, Datu. 2017. Alienasi Pekerja Pada Masyarakat Kapitalis Menurut Karl Marx. Jurnal
Filsasat, 6 (1)

Pohan, dkk. 2018. Eksplorasi Kontemporer Konsep Keadilan Karl Marx. Jurnal Dialektika, 3 (2)

Anda mungkin juga menyukai