Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TEORI KOMUNIKASI

“TRADISI KRITIS, MENCAKUP CIRI KHAS DAN ESENSI TRADISI


KRITIS, MARXISME”

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Marhaeni Fajar Kurniawati, M.Si

Kelompok 15

Muhammad Arya Saputra 2201010124

Diez Rindi Mustika N 2202020195

Lutfi Ariyati 220101029

Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari

2023
BAB II
PEMBAHASAN

Teori kritis merupakan upaya sadar untuk memadukan teori dan praxis (tindakan). Teori-teori
tersebut jelas normatif dan bertindak untuk mencapai perubahan kondisi yang dapat mempengaruhi
masyarakat, atau sebagaimana dikatakan Della Pollock dan J. Robert Cox, “to read the world with an
eye towards shaping it”. Penelitian kritis bertujuan untuk mengungkapkan cara di mana kepentingan-
kepentingan antar kelompok saling bersaing dan berbenturan, serta di mana konflik diselesaikan untuk
mendukung kelompok-kelompok tertentu atas yang lain. Teori kritis oleh karena itu, sangat peduli
terhadap kepentingan-kepentingan kelompok marjinal (marginalized groups).

A. Pengertian Teori Kritis


Istilah teori kritis pertama kali ditemukan Max Hokheimer pada tahun 30-an. Awalnya teori
kritis berarti pemaknaan kembali gagasan-gagasan ideal modernitas berkaitan dengan nalar dan
kebebasan. Pemaknaan ini dilakukan dengan mengungkap deviasi dari gagasan-gagasan ideal tersebut
dalam bentuk saintisme, kapitalisme, industri kebudayaan, dan institusi politik borjuis.

Untuk memahami pendekatan teori kritis, tidak bisa tidak, harus menempatkannya dalam
konteks Idealisme Jerman dan kelanjutannya. Karl Marx dan generasinya menganggap Hegel sebagai
orang terakhir dalam tradisi besar pemikiran filosofis yang mampu ”mengamankan” pengetahuan
tentang manusia dan sejarah. Namun, karena beberapa hal, pemikiran Marx mampu menggantikan
filsafat teoritis Hegel. Menurut Marx, hal ini terjadi karena Marx menjadikan filsafat sebagai sesuatu
yang praktis; yakni menjadikannya sebagai cara berpikir (kerangka pikir) masyarakat dalam
mewujudkan idealitasnya. Dengan menjadikan nalar sebagai sesuatu yang ’sosial’ dan menyejarah,
skeptisisme historis akan muncul untuk merelatifkan klaim-klaim filosofis tentang norma dan nalar
menjadi ragam sejarah dan budaya forma-forma kehidupan.

Dan dapat diartikan sebagai teori yang menggunakan metode reflektif dengan melakukan kritik
secara terus-menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomiyang ada.Teori kritis
menolak skeptisisme dengan tetap mengaitkan antara nalar dan kehidupan sosial. Dengan demikian,
teori kritis menghubungkan ilmu-ilmu sosial yang bersifat empiris dan interpretatif dengan klaim-
klaim normatif tentang kebenaran, moralitas, dankeadilanyang secara tradisional merupakan bahasan
filsafat. Dengan tetap memertahankan penekanan terhadap normativitas dalam tradisi filsafat, teori
kritis mendasarkan cara bacanya dalam konteks jenis penelitian sosial empiris tertentu, yang
digunakan untuk memahami klaim normatif itu dalam konteks kekinian.

B. Tujuan dan Karakteristik Teori Kritis


Tujuan teorikritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan,
keadilan dan persamaan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritik secara terus
menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak
kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.

Ciri khas Teori Kritis tidak lain ialah bahwa teori ini tidak sama dengan pemikiran filsafat dan
sosiologi tradisional. Singkatnya, pendekatan teori ini tidak bersifat kontemplatif atau spektulatif
murni. Pada titik tertentu, ia memandang dirinya sebagai pewaris ajaran Karl Marx, sebagai teori yang
menjadi emansipatoris. Selain itu, tidak hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan
dan menata realitas sosial tapi juga bahwa teori tersebut mau mengubah.
Pada dasarnya, esensi Teori Kritis adalah konstruktivisme, yaitu memahami keberadaan struktur-
stuktur sosial dan politik sebagai bagian atau produk dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara
alamiah memiliki karakter politis, terkait dengan kehidupan sosial dan politik.

C. Macam-macam Teori Kritis


1. Marxisme
Marxisme dianggap sebagai dasar pemikiran dari semua teori-teori yang ada dalam tradisi kritis.
Marxiesme ( dengan M besar) berasal dari pemikiran Karl Marx, seorang ahli filsafat, sosiologi dan
ekonomi dan Friedrich Engels, sahabatna. Marxisme beranggapan bahwa sarana produksi dalam
masyarakat bersifat terbatas. Ekonomi adalah basis seuruh kehidupan sosial. Saat ini, kehidupan sosial
dikuasai oleh kelompok kapitalis, atau sistem ekonomi yang ada saat ini adalah sistem ekonomi
kapitalis.

Dalam masyarakat yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis, profit merupakan faktor yang
mendorong proses produksi, dan menekan buruh atau kelas pekerja. Hanya dengan perlawanan
terhadap kelas dominan (pemilik kapital) dan menguasai alat-alat produksi, kaum pekerja dapat
memperoleh kebebasan. Teori Marxist klasik ini dinamakan ’The Critique of Political Economy’
(kritik terhadap Ekonomi Politik).

Marx ingin membangun suatu filsafat praxis yang benar-benar dapat menghasilkan kesadran
untuk merubah realitas, pada saat Marx hidup, yakni masyarakat kapitalis berkelas dan bercirikan
penghisapan. Teori Marx meletakkan filsafat dalam konteks yang historis, sosiologis dan ekonomis.
Teori Marx bukan sekedar analisa terhadap masyarakat. Teori Marx tidak bicara eonomi semata tetapi
”usahanya untuk membuka pembebasan manusia dari penindasan kekuatan-kekutan ekonomis”.

Menurut Marx, dalam sistem ekonomi kapitalis yang mengutamakan profit, masing-masing
kapitalis beruang mati-matian untuk mengeruk untuk sebanyak mungkin. Jalan paling langsung untuk
mencapai sasaran itu adalah dengan penghisapan kerja kaum pekerja. Namun kaum pekerja lama-
lama memiliki kesadaran kelas dan melawan kaum kapitalis.

Yang akan terjadi menurut ramalan Marx adalah penghisapan ekonomi dengan cara penciptaan
kebutuhan-kebutuhan artifisial (palsu) lewat kepandaian teknologi kaum kapitalis. Oleh karena itu
kaum kapitalis monopolis ditandai dengan kemajuan teknologi yang luar biasa. Dengan difasilitasi
teknologi, tidak lagi terjadi penghisapan pekerja oleh majikan di sebuah perusahaan, tetapi
penghisapan ekonomi ”si miskin” oleh ”si kaya” di luar jam kerja, di luar institusi ekonomi.
Kapitalisme dapat menimbun untung karena nilai yang diberikan oleh tenaga kerja secara gratis, di
luar waktu yang sebenarnya diperlukan untuk memproduksi suatu pekerjaan, Inilah salah satu kritik
ekonomi politik kapitalisme Marx.

2. Frankfurt School
Frankfurt School atau Sekolah Frankfurt merupakan aliran atau mazhab yang secara sederhana
sering dipahami sebagai ”aliran kritis”. Teori-teori kritis banyak dikembangkan oleh akademisi
dengan meninggalkan ajaran asli Marxisme, namun perlawanan terhadap dominasi dan penindasan
tetap menjadi ciri khas. Teori-teori kritis ini sering disebut neo marxist (amarxisme baru) atau marxist
(denan m kecil).
Farnkfurt School berasal dari pemikiran sekelompok ilmuwan German di bidang filsafat,
sosiologi dan ekonomi yang tergabung ”the Institute for Sosial Research” yang didirikan di Frankfurt,
Jerman pada tahun 1923. Anggota-anggotanya antara lain : Max Horkheimer, Theodor Adorno dan
Hebert Macuse.

Frankfurt School diilhami ajaran Karl Marx, namun sekaligus melampui dan meninggalkan
ajaran Marx secara baru dan kreatif. Cara pemikiran Sekolah Frankfurt mereka sebut sendiri sebagai
”Teori Kritik Masyarakat”. Teori Kritis memandang diri sebagai pewaris cita-cita Karl Marx, sebagai
teori yang emansipatoris. Teori Kritis tidak hanya menjelaskan tetapi mengubah pemberangusan
manusia.

Maksud teori itu adalah membebaskan manusia dari pemanipulasian para teknokrat modern.
(Sindhunata, 1983 : xiii). Teori Kritik Masyarakat pada hakekatnya mau menjadi ”Aufklarung”.
Aufklarung berarti : mau membuat cerah, mau mengungkap segala tabir yang menutup tabir, yang
menutup kenyataan yang tak manusiawi terhadap kesadaran kita. Teori Kritik Masyarakat
mengungkapkan apa yang dirasakan oleh kelas-kelas tertindas, sehingga kelas-kelas ini menyadari
ketertindasannya dan memberontak.

Dalam Frankfurt School dikeal nama Jurgen Habermas, murid termasyhur Theodor W. Adorno, yang
membaharui Teori Kritis secara fundamental. Pokok pembaharuannya tersebut adalah:

1. Bila ajaran Marx menganggap basik seluruh kehidupan adalah ekonomi dan bekerja adalah
aktivitas pokok manusia, maka menurut Habermas pekerjaan hanya salah satu tindakan dasar
manusia saja.
2. Di samping pekerjaan masih terdapat tindakan yang sama dasariah, yaitu interaksi atau
komunikasi antarmanusia.

Dalam konteks kedua ini kemudian nama Jurgen Habermas menjadi sangat terkenal di kalangan
akademisi komunikasi. Menurut Habermas penidasan tidak dapat bersifat total, tetapi masih ada
tempat di mana manusia dapat mengalami ide kebebasan, sehingga selalu masih ada tempat berpijak
untuk menentang penindasan. Tempat itu adalah komunikasi.

Temuan Habermas bahwa komunikasi adalah ”tempat ide kebebasan” dijelaskan Suseno
sebagai berikut :”Habermas memperlihatkan bahwa komunikasi tidak mungkin tanpa adanya
kebebasan, Kita dapat saja dipaksa atau didesak untuk mengatakan ini atau itu, tetapi kita tak pernah
dapat dipaksa untuk mengerti. Manangkap maksud orang lain pun tak pernah dapat dipaksakan.
Begitu pula orang tak dapat dipaksa menyadari suatu kebenaran, untuk menyetujui suatu pendapat
dalam hati, atau untuk mencinta seseorang. Dalam pengalaman komunikasi sudah tertanam
pengalaman kebebasan”. (Sindhunata, 1983 : xxiii).

3. Postmodernisme
Postmodernisme adalah paham yang menolak bahwa proyek pencerahan yang dijanjikan
moderenitas. Menurut penganut posmodernisme, modernitas yang ditandai dengan munculnya
masyarakat industri dan banyaknya informasi telah memanipulasi berbagai hal termasuk pengetahuan.
Beberapa tokoh postmodernisme adalah :
1. Jean Fracois Lyotard, berpendapat bahwa postmodernime menolak janji besar modernisme,
bahwa modernisme membawa kemauan masyarakat.
2. Jean Baurillard, berpendapat bahwa dalam modernisme, realitas dan cerita tdak dapat
dibedakan.

Maka budaya dalam masyarakat modern tidak dapat dipercaya karena merupakan realitas artifisal atau
realitas palsu. Misal : dengan kemauan teknologi, lukisan asli tidak dapat dibedakan dengan lukisan
pasu. Bahkan kadang yang palsu lebih bagus dari yang asli.

1. Postsrukturalis : adalah salah satu cabang postmodernisme yang secara khusus menolak
makna-makna tanda yang sudah terstruktur dalam pola pikir masyarakat. Setiap orang bebas
menafsirkan makna tanda yang ditemui. Roland Barthes tentang semiotika adalah salah satu
contoh.
2. Postkolonialisme : juga merupakan salah satu anak cabang postmodernisme, tetapi yang
secara khusus mempelajari budaya-budaya yang ada saat ini sebagai akibat proses penjajahan
masa lalu.

4. Kajian Budaya
Teori-teori dalam Kajian Budaya berminat dalam mempelajari budaya-budaya yang
terpinggirkan oleh ideologi-ideologi dominan yang hidup pada sebuah budaya. Fokus Kajian Budaya
adalah perubahan sosial, yaitu munculnya atau diakuinya budaya-budaya yang termarginalkan
tersebut. Ini yang membedakan dengan Frankfur School yang melawan dominasi untuk merebut
kekuasaan dalam masyarakat. ”Arena bermain” Kajian Budaya antara lain : ras, gender, usia.

Kajian Budaya merupakan sebuah bidang studi interdisipliner. Kajian Budaya diakui sebagai
bidang studi secara resmi, ditandai dengan munculnya ”the Centre for Contempory Cultural Studies”
di Birmingham, Inggris tahun 1964.

Salah satu teori atau konsep baru postmodern khususnya postkolonialisme dan juga dapat
dikategorikan sebagai kajian Budaya adalah : Teori Identitas Budaya yang dibuat Stuart Hall. Teori ini
menolak identitas Afrika (orang-orang kulit hitam) seperti yang diberikan oleh Eropa (orang-orang
kulit putih).

5. Feminisme
Studi feminisme adalah label ”generik” bagi studi yang menggali makna penjenis kelaminan
(gender) dalam masyarakat. Perumus-perumus teori feminisme mengamati bahwa banyak aspek
dalam kehidupan memiliki makna gender. Gender adalah konstrusi sosial yang meskipun bermanfaat,
tetapi telah didominasi oleh bias laki-laki dan merugikan wanita. Teori Feminisme bertujuan untuk
terjadina kesetaraan antara laki-laki dan wanita di dunia.
Salah satu teori feminisme, khususnya teori komunikasi feminisme adalah tentang Representasi
yang disusun oleh Rakow dan Wackwitz.Rakow dan Wackwitz meneliti penggunaan-penggunaan
bahasa yang digunakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Siapa dipilih untuk berbicara atau memutuskan sesuatu adalah merupakan pertanyaan
politis, yang menempatkan dimana posisi perempuan dan dimana laki-laki
2. Siapa berbicara untuk siapa, atau suara siapa, yang dimuculkan dalam teks.
3. Satu bagian untuk mengungkapkan keseluruhan atau berbicara sebagai bagian dari
kelompok.
4. Siapa dapat berbiara dan merepresentasikan siapa?
5. Pemilihan penulis dan penerbit media.

Dalam kaitan dengan 5 pertanyaan di atas, penelitian Claire Johnson tentang film sejak 1970
menyimpulkan bahwa ”perempuan ditampilkan sebagaimana dikehendaki oleh laki-laki”, dan Mary
Ann Doane’s seorang analis film hollywood mengatakan bahwa ”perempuan harus ditampilkan dalam
sudut pandang perempuan, keinginan perempuan dan kegiatan perempuan”.

Salah satu teori feminisme itu adalah muted group theory, yang dirintis oleh antropolog Edwin
Ardener dan Shirley Ardener. Melalui pengamatan yang mendalam, tampaklah oleh Ardener bahwa
bahasa dari suatu budaya memiliki bias laki-laki yang melekat di dalamya, yaitu bahwa laki-laki
menciptakan makna bagi suatu kelompok, dan bahwa suara perempuan ditindas atau dibugkam.
Perempuan yang dibungkam ini, dalam pengamatan Ardener, membawa kepada ketidakmampuan
perempuan untuk dengan lantang mengekspresikan dirinya dalam dunia yang didominasi laki-laki.

Teori komunikasi feminisme Cheris Kramarae memperluas dan melengkapi teori bungkam ini
dengan pemikiran dan penelitian mengenai perempuan dan komunikasi. Dia mengemukakan asumsi-
asumsi dasar dari teori ini sebagai berikut :
1. Perempuan menanggapi dunia secara berbeda dari laki-laki karena pengalaman dan
aktivitasnya berbeda yang berakar pada pembagian kerja.
2. Karena dominasi politiknya, sistem persepsi laki-laki menjadi dominan, menghambat
ekspresi bebas bagi pemikiran alternatif perempuan.
3. Untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat, perempuan harus menguah perspektif
mereka ke dalam sistem ekspresi yang dapat diterima laki-laki.

Kramarae mengemukakan sejumlah hipotesis mengenai perempuan berdasarkan beberapa temuan


penelitian :
1. Perempuan lebih banyak mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri dibanding
laki-laki. Ekspresi perempuan biasanya kekurangan kata untuk pengalaman yang
feminim, karena laki-laki yang tidak berbagi pengalaman tersebut, tidak
mengembangkan istilah-istilah yang memadai.
2. Perempuan lebih mudah memahami makna laki-laki daripada laki-laki memahami
makna perempuan. Bukti dari asumsi ini dapat dilihat pada berbagai hal : Laki-laki
cenderung menjaga jarak dari ekspresi perempuan karena mereka tidak memahami
ekspresi tersebut, perempuan lebih sering menjadi obyek dari pengalaman daripada
laki-laki, laki-laki dapat menekan perempuan dan merasionalkan tindakan tersebut
dengan dasar bahwa perempuan tidak cukup rasional atau jelas. Jadi perempuan harus
mempelajari sistem komunikasi laki-laki, sebaliknya laki-aki mengisolasi dirinyadari
sistem perempuan.
3. Hipotesis ke-3 ini membawa pada asumsi yang ketiga, perempuan telah menciptakan
cara-cara ekspresinya sendri di luar sistem lak-laki dominan misalnya : diary, surat,
kelompok-kelompok penyadaran dan bentuk-bentuk seni alternatif.
4. Perempuan cenderung untuk mengekpresikan lebih banyak ketidakpuasan tentang
komunikasi dibanding laki-laki. Perempuan mungkin akan berbicara lebih banyak
mengenai persoalan mereka dalam menggunakan bahasa atau kesukarannya untuk
menggunakan perangkat komunikasi laki-laki.
5. Perempuan seringkali berusaha untuk mengubah aturan-aturan komunikasi yang
dominan dalam rangka menghindari atau menentang aturan-aturan konvensional.
6. Secara tradisional perempuan kurang menghasilkan kata-kata baru yang populer di
masyarakat luas, konsekuensinya, mereka merasa tidak dianggap memiliki kontribusi
terhadap bahasa.
7. Perempuan memiliki konsepsi huloris yang berbeda daripada laki-laki. Karena
perempuan memiliki metode konseptualisasi dan ekspresi yang berbeda, sesuatu yang
tampak lucu bagi laki-laki menjadi sama sekali tidak lucu bagi perempuan.
KESIMPULAN

Teori kritis menolak skeptisisme dengan tetap mengaitkan antara nalar dan kehidupan sosial.
Dengan demikian, teori kritis menghubungkan ilmu-ilmu sosial yang bersifat empiris dan interpretatif
dengan klaim-klaim normatif tentang kebenaran, moralitas, dankeadilanyang secara tradisional
merupakan bahasan filsafat. Dengan tetap memertahankan penekanan terhadap normativitas dalam
tradisi filsafat, teori kritis mendasarkan cara bacanya dalam konteks jenis penelitian sosial empiris
tertentu, yang digunakan untuk memahami klaim normatif itu dalam konteks kekinian.

Dalam perkembangannya, terdapat banyak tokoh dengan karakteristik pola teori kritis yang
berbeda-beda, yang masing-masing dipengaruhi oleh keadaan zamannya seperti yang telah di jelaskan
di atas.

TRADISI KRITIS DALAM ILMU KOMUNIKASI


Tradisi Kritis dalam komunikasi memang termasuk sulit untuk dikelompokan dalam satu
varian teori. Wood (2004) mengelompokan dalam satu tema dengan judul critical communication
theories yang meliputi teori feminis(feminist theory), teori kelompok bungkam (muted group theory),
dan teori budaya (cultural theory). Little John dan Foss (2009) menempatkan tradisi kritis dalam
komunikasi pada teori-teori tentang pelaku komunikasi, percakapan, kelompok, organisasi, media,
dan budaya dan masyarakat.

Tradisi Kritis memiliki keragaman (Little John dan Foss, 2009), di antaranya:

Pertama, Tradisi Marx. Meskipun tradisi kritiklah muncul sejak Marx dan Friedrich Engels,
marxisme merupakan cabang induk dari teori kritik. Merx mengajarkan bahwa cara-cara produksi
dalam masyarakat menentukan sifat masyarakat. Oleh karena itu, ekonomi adalah dasar dari semua
struktur sosial. Dalam system kapitalis, keuntungan mendorong produksi, suatu proses yang berakhir
dengan menekan buruh atau pekerja. Hanya ketika pekerja menentang kelompok-kelompok dominan,
cara-cara produksi dapat diubah dan kebebasan pekerja dapat dicapai. Kebebasan tersebut memajukan
perkembangan sejarah secara alami. Ketika kekuatan-kekuatan oposisi bersinggungan dalam dialektik
yang menghasilkan peringkat social yang lebih tinggi. Teori marxis klasik ini dinamakan the critique
of political economy.

Kedua, Frankfurt School adalahcabang yang kedua dari teori kritik dan faktanya sangat
bertanggung jawab terhadap kemunculan istilah critical theory. Frankfurt school masih sering
digambarkan sebagai persamaan dengan istilah teori kritik. Frankfurt school mengacu kepada
kelompok filsuf Jerman, sosiolog dan ekonom Max Horkheimer, Theodor Adornodan Herbert
Marcuse adalah diantara anggota-anggota yang paling terkenal-dihubungkan dengan institute fo
Social Research yang didirikan di Frankfurt pada tahun 1923. Pengikut aliran ini percaya demi
kebutuhan akan integrasi diantara kajian-khususnya filosofi, sosiologi, ekonomi dan sejarah – untuk
mempromosikan filosofi social yang luas atau teori kritik yang mampu menawarkan pengujian yang
komprehensif akan kontradiksi dan inter koneksi dalam masyarakat. Frankfurt School merupakan
Marxis dalam inspirasinya; pertama, pengikutnya melihat kapitalisme sebagai tahap evolusi
perkembangan sosialisme dan kemudian komunisme.

Ketiga, Teori kritik berada dalam paradigm modernis. Yaitu tradisi yang dibangun atas sebuah
asumsi melalui jawaban ilmu pengetahuan, bahwa agen individu sebagai agen perubahan dan
penemuan aspek budaya yang cuma-Cuma.
Keempat, teori kritik yang dianggap melanggar modernitas dengan cara yang beragam. Di antaranya
tradisi kritis dalam kelompok ini meliputi :

Posmodernisme, dalampengertian yang umum adalah perpecahan antara modernitas dan proyek
pencerahan. Posmodernisme muncul pada akhir masyarakat industry dan munculnya jaman informasi.
Produksi barang-barang dianggap oleh posmodernisme sebagai jalan untuk memproduksi dan
memanipulasi pengetahuan. Dimulai pada tahun 1970-an menolak elitism, puritanisme, dan
sterelisitas’ rasional karena pluralism, relativitas, kebaruan (novelty) dan kontradiksi. Tokoh-tokohnya
Jean-Francois Lyotarddst.

Cultural Studies adalah sebuah tradisi kritik yang dihubungkan dengan ragam post-modernisme
dalam tradisi kritik. Para teoretikus kajian budaya pada prinsipnya membahas tentang ideologi yang
mendominasi sebuah budaya dengan mengkaji dampak terjadinya perubahan social dari sebuah
ideologi yang dominan. Oleh karena itu kajian budaya bukan dalam definisi umum, tetapi budaya
dalam arti “politis” dan kekuasaan yang kuat atas yang lemah.

Postrukturalisme, biasanya dianggap sebagai bagian dari proyek pos-modern karena pos-
strukturalisme mengolah usaha modern dalam menemukan kebenaran-kebenaran universal, naratif,
metode, dan makna yang digunakan untuk mengenal dunia. Tokoh-tokohnya di antaranya: Jaques
Derrida tahun 1966.

Post-kolonialisme, dengan kata kuncinya bahwa semua kebudayaan dipengaruhi oleh proses
kekaisaran dari era kolonialisasi sampai saat ini”. Gagasan yang dikemukan oleh Edward Said (dalam
Littlejohn and Foss, 2009) bahwa penjajahan menciptakan “kebedaan”. Penjajahan menciptakan
stereotip pada populasi kelas tertentu dan warna kulit tertentu. Para tereotikus pos-kolonial mengkaji
isu-isu sebagaimana yang dikaji oleh kajian budaya dan kritik, ras, kelas, dan gender, dan seksualitas
tetapi semua distuasikan dalam susunan geopolitik dari hubungan negara-negara serta sejarah antar
negara mereka.

KajianFeminis. Kajian feminis tidak sekedar menawarkan kajian gender. Feminis berusaha
menawarkan teori-teori yang memusatkan pada pengalaman perempuan dan untuk membicarakan
kategori-kategori gender dan sosial lainnya, termasuk ras, etnis, kelas, dan seksualitas. Kajian feminis
dalam komunikasi misalnya bagaimana praktik komunikasi berfungsi menyebarkan ideologi-ideologi
gender yang dimediasi oleh wacana.

PERSPEKTIF TEORI KRITIS

TEORI KRITIS lahir sebagai koreksi dari pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif pada
proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun intitusional. Analisis kritis
menekankan pada konstelalsi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.

Aliran teori kritis bisa disebut ideologically oriented inquiry, yaitu suatu wacana atau cara pandang
terhadap realitas yang mempunyai orientasi ideologis terhadap paham tertentu. Ideologi ini meliputi:
Neo-Marxisme, Materialisme, Feminisme, Freireisme, participatory inquiry, dan paham-paham yang
setara.
SEJARAH PERSPEKTIF KRITIS

Kritik merupakan konsep kunci untuk memahami teori kritis. Teori ini dikembangkan oleh Mahzab
Frankfrut. Konsep kritik dari mahzab ini banyak berkaitan dengan konsep kritik para filsuf, seperti
Immanuel Kant, Hegel, dan Marx.

Immanuel Kant mempertanyakan kemampuan dan batas-batas rasio dalam proses pengetahuan.
Sebelumnya rasio yang terdiri dari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pengetahuan, kemudian Kant mempertanyakan dengan cara apa dan bagaimana rasio
itu sampai memiliki konsep dan prinsip. Selanjutnya, lebih jauh, Kant mempertanyakan kebenaran
pengetahuan yang hanya berdasar pada rasio.

Teori kritik Hegel berbeda dengan Kant, Hegel memaknai teori kritiknya sebagai refleksi diri atas
rintangan-rintangan, tekanan-tekanan, dan kontradiksi yang menghambat proses pembentukan diri
dari rasio dalam sejarah. Kritik dapat juga berarti refleksi atas proses menjadi sadar atau refleksi atas
asal-usul kesadaran manusia. Bagi Hegel, hubungan antara individu dan dunia eksternal ini dibuat
secara historis dan bergantung pada jangka waktu kehidupan seseorang.

Pengaruh Marxisme

Marx memandang bahwa teori kritik Hegel masih kabur dan membingungkan karena Hegel
memahami sejarah secara abstrak. Marx menegaskan bahwa yang dimaksud sejarah adalah sejarah
perkembangan alat-alat produksi dan sejarah hubungan-hubungan produksi. Sejarah manusia
dikembangkan berdasarkan pada alat apa yang digunakan untuk memproduksi kebutuhan hidup
manusia. Oleh karena itu ia juga menganggap bahwa gerak sejarah bisa ditentukan oleh orang yang
memiliki dan mengendalikan alat produksi.

Hubungan produksi diartikan Marx sebagai hubungan kekuasaan antara pemilik modal dan kaum
buruh. Kritik Marx juga banyak dipengaruhi oleh pengematannya terhadap sistem kapitalis yang
menggunakan kaum buruh untuk melakukan proses produksi tetapi imbalan yang diterima kaum
buruh sangat berbeda jauh dengan hasil yang diterima pemilik modal. Keuntungan untuk pihak
tertentu dan kerugian bagi pihak lain dalam hal yang sama.

Kritik dalam pemikiran Marx berarti usaha mengemansipasi diri dari penindasan dan alienasi yang
dihasilkan oleh hubungan –hubungan kekuasaan di dalam masyarakat. Kritik dalam pengertian Marx
berarti teori dengan tujuan emansipatoris, teori yang tidak hanya menggambarkan sotuasi masyarakat
namun juga membebaskannya.

Mahzab Frankfurt

Teori kritis banyak dipengaruhi oleh Marxisme, namun dalam beberapa hal dianggap berbeda dengan
Marxisme. Teori ini disebut juga teori Mahzab Frankfurt. Penyebutan ini didasarkan pada lembaga
yang mengembangkan teori kritis, yaitu Institute fur Sozialforchung di Frankfrut, Main, Jerman.

Maksud teori kritis Mahzab Frankfurt adalah membebaskan manusia dari pemanipulasian para
teknokrat modern, membebaskan dari perbudakan, membangun masyarkat atas dasar hubungan
antarpribadi yang merdeka, dan pemulihan kedudukan manusia sebagai subjek yang mengelola
sendiri kenyataan sosialnya.
DAFTAR PUSAKA

Dermawan, Andy. 2013. “Dialektika Teori Kritis Mazhab Frankfurt dan Sosiologi
Pengetahuan.” Jurnal Sosiologi Reflektif. Vol 7, (2), 247-259

Kharismawati, Annisa. 2012. “Perkembangan Antisemitisme Dalam Perspektif Hubungan


Internasional”

Muepae, Pipat. 2011. “Pemikiran Karl Marx: Teori Kelas.” Jurnal Filsafat
Driyarkara. Vol 2, (3), 15-27.

Sunjaya. Martin. 2011. Alain Badiou dan Masa Depan Marxisme. Yogyakarta: Resist Book.

_________. 2015. Sejarah Mazhab Frankfurt: Imajinasi Dialektis dalam Perkembangan


Teori Kritis. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Loon, Borin Van & Stuart Sim. 2008. Memahami Teori Kritis. Yogyakarta: Resist Book.

Anda mungkin juga menyukai