- Sekolah frankfurt merupakan sekelompok cendekiawan yang tergabung dalam Institut Fur
Sozialforschung (Institute for Social Research) yang dirikan di Frankfurt am Main pada
tahun 1923
- Pelopor institute adalah Felix J. Weil, seorang sarjana politik, Weil ingin menghimpun
cendekiawan - cendekiawan kiri untuk menyegarkan kembali ajaran Marx sesuai dengan
kebutuhan zaman
- Anggota - anggota institut yang pertama adalah Friedrich Pollock (Ahli ekonomi). Theodor
W. Adorno ( musikus, ahli sastra, psikolog dan filsuf), Herbert Marcuse (murid filsuf Martin
Heidegger yang mencoba memadukan fenomenologi dan marxisme kemudian terkenal
sebagai “nabi” dan “inspirator” gerakan New Left di Amerika), Erich Fromm (ahli
psikoanalisa Freud), Franz Neumann dan Otto Kirchheimer (ahli -ahli hukum), Leo
Lowenthal (Sosiolog, Walter Benjamin (Kritikus sastra) serta Max Horkheimer
- Direktur Pertama adalah Profesor Carl Grunberg, seorang Marxis dari Austria dan juga
merupakan pengajar di Universitas Frankfurt, (Marxisme dimengerti secara ilmiah bukan
secara Partai Politik)
- Kemudian dilanjutkan oleh Marx Horkheimer mengalami zaman keemasan dan populer
dengan sebutan Sekolah Frankfurt (Mazhab Frankfurt)
Beberapa Tokoh Mazhab Frankfurt
Gejolak Mazhab Frankfurt pada Era Nazi
Teori Kritis “Menghapuskan” filsafat sejauh filsafat sebagai teori semata - mata: Filsafat harus
menjadi teori yang mau tidak mau harus membuahkan praksis untuk suatu perubahan
masyarakat. Disinilah teori kritis menjadi realisasi dari filsafat, Tapi dilain pihak, teori kritis
tidak merupakan suatu cabang sosiologi semata. Melainkan bener - bener suatu sosiologi kritis
(Critical Sociology). Artinya teori kritis tidak berhenti pada analisa data - data, melainkan
mencari terus secara kritis dengan suatu pengandaian akan adanya “kebenaran” yang melebihi
data - data tersebut. Sosiologi kritis Mazhab Frankfurt ingin agar sosiologi tidak menjadi
sekedar duplikat dari realitas sosial yang ditelitinya. Ia Ingin menemukan esensi dari suatu
realitas sosial. Maka tugas utamanya yakni menembus secara kritis suatu realitas untuk
mengetahui esensi realitas tersebut.
Tujuan Teori Kritis
Teori Kritis bakal berhasil menjadi teori emansipatoris karena sifat dan cirinya seperti di bawah ini :
1. Teori kritis menaruh kecurigaan terhadap apa yang terjadi dalam masyarakat dalam hal ini aspek
ekonomi politik yang terjadi didalamnya, seperti kategori produktif, berguna, layak, bernilai dll
2. Teori Kritis berpikir secara “historis’’ Teori kritis sangat menghormati ilmu pengetahuan namun
tidak mendewakannya seperti teori tradisional. Teori Kritis berpijak pada masyarakat dalam
prosesnya yang “historis”, jadi masyarakat dalam totalitasnya. Totalitas adalah kunci untuk
memahami teori kritis
3. Teori Kritis tidak memisahkan teori dan praxis. Teori kritis tidak pernah membiarkan fakta
objektif berada di luar dirinya secara alamiah, seperti yang dilakukan teori tradisional. Teori kritis
menganggap bahwa realitas objektif itu adalah produk yang berada dalam kontrol subjek
Jurgen Habermas adalah
filsuf dan sosiolog anggota
mazhab frankfurt generasi
ke dua
Konsep Demokrasi Deliberatif Habermas
Teori tindakan komunikatif ciri komunikasi dalam bahasa biasa yang paling menonjol adalah “struktur
gandanya” jika komunikator dan komunikan mencapai pemahamannya, mereka pasti berkomunikasi
secara simultan pada dua level, pertama level intersubjektivitas dimana komunikator dan komunikan
melalui tindakan “illocutionaty” menjalin hubungan yang memungkinkan mereka sampai kepada
pemahaman satu sama lain. Kemudian pada level kedua, pengalaman kejadian dimana mereka
mencapai kesepahaman dalam fungsi komunikatif yang ditentukan oleh komunikan. Jika memusatkan
pada speech acts dalam bentuk dasarnya eksplisit, struktur ganda ini dapat ditemukan dalam struktur
permukaan, yang terdiri dari komponen ilocutionary dan proporsional.
Dengan demikian kewajiban yang imanen dalam speech acts dapat dipenuhi pada dua level : Secara
langsung dalam konteks interaksi dengan cara berpegang pada kepastian pengalam dengan
menunjukan latar belakang normatif yang relevan, atau dengan kepastian hal - hal yang sudah terbukti
dengan sendirinya - atau secara tidak langsung dalam diskursus teoritis dan praktifs atau dalam urutan
tindakan yang konsisten
Terimakasih
erickardiyanto_
ardiyantoerik@gmail.com