Anda di halaman 1dari 18

FIlsafat Kritis

Bentang Pikiran Teori Kritis Mazhab


Frankfurt hingga Teori Tindakan
Komunikatif Jurgen Habermas

Oleh : Erik ardiyanto


Sosiologi
Sosiolog
Istilah Sosiologi pertama kali dicetuskan oleh Auguste comte
pada tahun 1839, seorang ahli filsafat kebangsaan Prancis.
Auguste comte adalah orang yang pertama menggunakan
istilah itu untuk mempelajari masyarakat

Sosiologi adalah suatu studi positif tentang hukum - hukum


dasar dari berbagai gejala sosial yang dibedakan menjadi
sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Pengertian statis itu lebih
memusatkan pada dasar adanya masyarakat itu sendiri.
Sedangkan dinamis, kajian lebih dipusatkan perkembangan
masyarakat dan pembangunanya.
Tokoh Sosiologi
Karl Karl Marx
Dialektika, Materialisme, Historis

Dialektika : Materialisme : Historis :


Tesis Yang wujud dunia Aspek konteks
Anti Tesis materi (ada) Historis dan Teks
Sintesis Rasional
Logic

Quotes for illustration purposes only


Paradigma Berpikir
Latar Belakang Historis Mazhab Frankfurt

- Sekolah frankfurt merupakan sekelompok cendekiawan yang tergabung dalam Institut Fur
Sozialforschung (Institute for Social Research) yang dirikan di Frankfurt am Main pada
tahun 1923
- Pelopor institute adalah Felix J. Weil, seorang sarjana politik, Weil ingin menghimpun
cendekiawan - cendekiawan kiri untuk menyegarkan kembali ajaran Marx sesuai dengan
kebutuhan zaman
- Anggota - anggota institut yang pertama adalah Friedrich Pollock (Ahli ekonomi). Theodor
W. Adorno ( musikus, ahli sastra, psikolog dan filsuf), Herbert Marcuse (murid filsuf Martin
Heidegger yang mencoba memadukan fenomenologi dan marxisme kemudian terkenal
sebagai “nabi” dan “inspirator” gerakan New Left di Amerika), Erich Fromm (ahli
psikoanalisa Freud), Franz Neumann dan Otto Kirchheimer (ahli -ahli hukum), Leo
Lowenthal (Sosiolog, Walter Benjamin (Kritikus sastra) serta Max Horkheimer
- Direktur Pertama adalah Profesor Carl Grunberg, seorang Marxis dari Austria dan juga
merupakan pengajar di Universitas Frankfurt, (Marxisme dimengerti secara ilmiah bukan
secara Partai Politik)
- Kemudian dilanjutkan oleh Marx Horkheimer mengalami zaman keemasan dan populer
dengan sebutan Sekolah Frankfurt (Mazhab Frankfurt)
Beberapa Tokoh Mazhab Frankfurt
Gejolak Mazhab Frankfurt pada Era Nazi

- Nazi menguasai Jerman, 30 januari 1933 anggota


frangkrut yang kebanyakan yahudi menyelamatkan
diri ke luar negri
- Pusat Institut dialihkan di Jenewa dan menerbitkan
Zeitschrift dimana berbagai anggotanya yang tersebar
rajin mengisi majalan tersebut
- Sekolah Frankfurt berafiliasi dengan Universitas
Columbia di Amerika walaupun demikian anggotanya
tetap teguh dengan nilai - nilai dan keyakinannya
- Tahun 1950 Horkheimer, Adorno, Pollock kembali ke
Jerman
- Marx Horkheimer diangkat sebagai Rektor
Universitas Frankfurt dan pada periode ini
berdatangan cendekiawan muda salah satunya Jurgen
Habermas
- Sementra Marcuse, Fromm dan Lowenthal tetap
tinggal di Amerika
Sosiologi Kritis Mazhab Frankfurt

Mazhab Frankfurt adalah aliran pemikiran sosiologis, namun pengertian


sosiologis disini tidak dimaksudkan sebagai sosiologi yang umum yang
di mengerti seperti saat ini (sosiologi empiris atau positif ) yang ekslusif.
Sosiolog - sosiolog tersebut ingin agar sosiologi menceburkan diri
dalam persoalan dan kehidupan menyeluruh, tidak membatasi diri pada
analisa teknis belaka tentang manusia dan masyarakat. Tapi sosiologi
juga harus bisa menganjurkan suatu- perubahan masyarakat:
Keprihatinan mereka adalah kemanusiaan secara lengkap.

Cukup umum bahwa gagasan sekolah frankfurt sendiri dengan


Sosiologi Kritis (Critical Sociology)
Teori Kritis

Teori Kritis “Menghapuskan” filsafat sejauh filsafat sebagai teori semata - mata: Filsafat harus
menjadi teori yang mau tidak mau harus membuahkan praksis untuk suatu perubahan
masyarakat. Disinilah teori kritis menjadi realisasi dari filsafat, Tapi dilain pihak, teori kritis
tidak merupakan suatu cabang sosiologi semata. Melainkan bener - bener suatu sosiologi kritis
(Critical Sociology). Artinya teori kritis tidak berhenti pada analisa data - data, melainkan
mencari terus secara kritis dengan suatu pengandaian akan adanya “kebenaran” yang melebihi
data - data tersebut. Sosiologi kritis Mazhab Frankfurt ingin agar sosiologi tidak menjadi
sekedar duplikat dari realitas sosial yang ditelitinya. Ia Ingin menemukan esensi dari suatu
realitas sosial. Maka tugas utamanya yakni menembus secara kritis suatu realitas untuk
mengetahui esensi realitas tersebut.
Tujuan Teori Kritis

Teori Kritis bakal berhasil menjadi teori emansipatoris karena sifat dan cirinya seperti di bawah ini :

1. Teori kritis menaruh kecurigaan terhadap apa yang terjadi dalam masyarakat dalam hal ini aspek
ekonomi politik yang terjadi didalamnya, seperti kategori produktif, berguna, layak, bernilai dll
2. Teori Kritis berpikir secara “historis’’ Teori kritis sangat menghormati ilmu pengetahuan namun
tidak mendewakannya seperti teori tradisional. Teori Kritis berpijak pada masyarakat dalam
prosesnya yang “historis”, jadi masyarakat dalam totalitasnya. Totalitas adalah kunci untuk
memahami teori kritis
3. Teori Kritis tidak memisahkan teori dan praxis. Teori kritis tidak pernah membiarkan fakta
objektif berada di luar dirinya secara alamiah, seperti yang dilakukan teori tradisional. Teori kritis
menganggap bahwa realitas objektif itu adalah produk yang berada dalam kontrol subjek
Jurgen Habermas adalah
filsuf dan sosiolog anggota
mazhab frankfurt generasi
ke dua
Konsep Demokrasi Deliberatif Habermas

Habermas menyumbang gagasan penting bagi perkembangan ide demokrasi


deliberatif. Ide kedaulatan rakyat menjadi akar dari pemikiran demokrasi
deliberatif. Habermas berusaha menyelaraskan kondisi masyarakat dewasa
ini dengan prinsip klasik tentang kedaulatan rakyat. Sehingga, Ia menafsirkan
bahwa unsur “Demokrasi” tidak hanya kekuasaan (Kratos), melainkan juga
rakyat (Demos) yang diterjemahkan dalam konsep diskursus.

Habermas manafisikan kedaulatan rakyat sebagai prosedur komunikasi.


Bahwa Setiap orang seharusnya diperlakukan sebagai sarana, melainkan
menjadi tujuan. Guna memastikan bahwa opini publik mencerminkan
kepentingan semua orang tidak mengabaikan minoritas
Konsep Ruang Public Habermas (Public Sphere)

Term “ Public Sphere” atau ruang publik lahir dari karya


Jurgen Habermas pada tahun 1989 melalui buku yang
berjudul The Structural Transformation of The Public
Sphere: An Inquiry into a category of bourgeois Society.
Dalam karyanya itu, tujuan politis habermas adalah
mengajukan “the project of Enlightenment” (Proyek
pencerahan) dengan merekonstruksi ruang publik yang
demokratis dimana alasan yang mungkin menang adalah
bukan alasan instrumental seperti yang dipraktekan dalam
masa modern, melainkan alasan kritis yang mewakili
tradisi demokrasi terbaik. Ia mendefinisikan ruang publik
“as a domain of uncoerced conversation oriented towards a
pragmatic accord” (habermas, 1962, trans, Burger 1989)
Berdasarkan definisi tersebut setiap orang bebas masuk
dan turut berbicara tanpa ada tekanan koersif
Teori kompetensi Komunikasi

Teori Kompetensi komunikasi, (kemampuan untuk “menumbuhkan” bahasa


dalam satu jaringan hubungan dengan tatanan realitas yang berbeda) akan
menyediakan kerangka kerja yang menyatukan berbagai kajian teoritis,
mencakup teori pengetahuan, tindakan, hingga teori sosiologi dan ideologi.
Secara kasar dapat dikatakan bahwa praktik wicara adalah media yang paling
khas dan luas dalam kehidupan manusia, maka teori komunikasi menjadi
penting bagi ilmu - ilmu manusia; dia mengungkap infrastruktur kehidupan
sosial budaya. Perhatian utama habermas adalah teori tindakan sosial; dalam
aspek ketiga komunikasi (penetapan relasi interpersonal) menduduki posisi
sentral.
Teori Tindakan Komunikatif

Teori tindakan komunikatif ciri komunikasi dalam bahasa biasa yang paling menonjol adalah “struktur
gandanya” jika komunikator dan komunikan mencapai pemahamannya, mereka pasti berkomunikasi
secara simultan pada dua level, pertama level intersubjektivitas dimana komunikator dan komunikan
melalui tindakan “illocutionaty” menjalin hubungan yang memungkinkan mereka sampai kepada
pemahaman satu sama lain. Kemudian pada level kedua, pengalaman kejadian dimana mereka
mencapai kesepahaman dalam fungsi komunikatif yang ditentukan oleh komunikan. Jika memusatkan
pada speech acts dalam bentuk dasarnya eksplisit, struktur ganda ini dapat ditemukan dalam struktur
permukaan, yang terdiri dari komponen ilocutionary dan proporsional.

Dengan demikian kewajiban yang imanen dalam speech acts dapat dipenuhi pada dua level : Secara
langsung dalam konteks interaksi dengan cara berpegang pada kepastian pengalam dengan
menunjukan latar belakang normatif yang relevan, atau dengan kepastian hal - hal yang sudah terbukti
dengan sendirinya - atau secara tidak langsung dalam diskursus teoritis dan praktifs atau dalam urutan
tindakan yang konsisten
Terimakasih

erickardiyanto_

ardiyantoerik@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai