Kelas : IQT 5A
Tugas : Resume
PEMBAGIAN EPISTEMOLOGI HABERMAS DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL BUDAYA
Jurgen Habermas adalah filsuf generasi kedua dari mazab Frankfurt yang
lahir di Dusseldorf, Jerman, tahun 1929. Pengetahuannya yang sangat luas dan
sulit dipahami itu antara lain meliputi masalah: sosiologi, linguistik, sejarah,
hukum dan demokrasi, epistemologi dan moralitas. Meskipun tema utamanya
yang paling kuat adalah mempromosikan demokrasi radikal proses demokrasi
yang inklusif, partisipatif, informatif, dan deliberalif (partisipasi yang
membebaskan).
Dalam ilmu sosial, khususnya sosiologi, pada dasarnya ada tiga isu pokok
yang mendasari paradigma Interpretatif ini. Pertama, paradigma ini menerima
“common sense” tentang sifat manusia. Kedua, paradigma ini yakin bahwa
pandangan “common sense” dapat dan harus diberlakukan sebagai premis, tempat
perumusan sosiologi ini berasal. Ketiga, paradigma ini lebih mengetengahkan
masalah kemanusiaan daripada usaha untuk menggunakan preskripsi metodologi
yang bersumber pada ilmu-ilmu alam.
Selanjutnya tentang paradigma teori kritis yang mengambil titik pangkal
dari pemikiran Karl Marx adalah pemikiran filosofis disebutkan selalu berkaitan
erat dengan kritik hubungan sosial yang nyata. Intinya bahwa para filsuf terdahulu
hanya dianggap menafsirkan dunia dan kini sudah waktunya untuk mengubah
dunia. Lebih lanjut pemikiran teori kritis merefleksikan masyarakat serta diri
sendiri dalam konteks dialektika struktur-struktur penindasan dan emansipasi
(Magnis, 1990). Teori ini mulai berkembang tahun 1920-an dengan tokoh-tokoh
yang terkenal, seperti George Luckas, Karl Korsh, Ernast Bloch, Antonio
Gramscy, dan tentu saja kelompok Frankfurt, seperti Max Horkeimer, Theodor W.
Adorno, Herbert Marcus, Eric Fromm, serta tokoh neo-Marxisme.