Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nur Elisya

NIM : 2136700
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Tatang Herman, M.Ed.

Rangkuman Materi Pertemuan Ke-5

ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT BARAT MODERN

1. Rasionalisme

Rasionalisme terdir rasio dan isme, yang berarti paham yang meletakkan kebenaran
tertinggi pada akal manusia atau paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah
alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme suatu
pengetahuan diperoleh haruslah dengan cara berpikir.1

Pengertian lain rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang
menyatakan bahwa kebenaran ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang
berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Hal ini dilatarbelakangi
oleh keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran yang tradisional. Yang dalam
hal ini Rene Descartes adalah pendiri pada aliran ini.2

2. Empirisme

Istilah Empirisme berasal dari kata empiri yang berarti indra atau lata indra, yang
ditambah dengan isme sebagai suatu aliran. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang
sesuai dengan pengalaman manusia. Yang dilatarbelakangi karena adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot.
Hal ini terjadi karena filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain, ilmu
pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan.3

1
Lihat Hasan Bakti Nasution, hlm. 169
2
Lihat Asmoro Achmadi, hlm. 110
3
Lihat Hasan Bakti Nasution, hlm. 171
3. Kritisisme

Aliran ini muncul pada abad ke-18, yang dilatarbelakangi manusia melihat adanya
kemajuan ilmu pengetahuan telah mencapai hasil yang menggembirakan. Di sisi lain jalannya
filsafat tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar
dengan ilmu pengetahuan.

Tokoh didalamnya adalah Immanuel Kant, yang mencoba menyelesaikan persoalan


diatas, awalnya ia mengikuti rasionalisme tetapi kemudian terpengaruh dengan empirisme.
Walaupun demikian, Kant tidak mudah untuk menerimanya. Maka akhirnya, ia mencoba
mengadakan sintesis dan mencapai suatu kesimpulan walaupun ia mendasarkan diri pada nilai
yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya persoalan-persoalan yang melampaui
akal. Sehinggal akal mengenal batas-batasnya.

4. Idealisme

Peristiwa di dunia ini hanya dapat dimengerti apabila suatu syarat dipenuhi, yaitu jika
peristiwa-peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasannya. Ide yang
berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Artinya gerakan yang
menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti-tesis (gerak yang bertentangan), kemudian
muncul sintesis yang merupakan tesis baru, yang nantinya menimbulkan anti-tesis dan
seterusnya. Inilah yang disebut dengan dialektika4. Proses dialektika inilah yang menjelaskan
segala peristiwa. Yang dipelopori oleh F.W.J. Schelling, Hegel, dan Fichte.

5. Positivisme

Filsafat positivisme lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya, apa yang telah
diketahui adalah yang factual dan yang positif, sehingga metafisika ditolaknya. Maksud positif
adalah segala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-
pengalaman objektif. Jadi setelah fakta diperolehnya, fakta-fakta tersebut diatur agar dapat
memberikan semacam asumsi (proyeksi) ke masa depan.

4
Lihat Asmoro Achmadi, hlm. 114
6. Evolusionisme

Airan ini dipelopori oleh ahli Zoologi, Charles Robert Darwin. Dalam pemikirannya,
ia mengajukan konsep tentang perkembangan tentang segala sesuatu termasuk manusia yang
diatur oleh hukum-hukum mekanik, yaitu survival of the fittest dan struggle for life.

7. Materialisme

Filsafat materialisme berpandangan bahwa hakikat materialisme adalah materi, bukan


rohani, spiritual atau supernatural. Pandangan materialisme banyak persamaannya dengan
naturalisme. Bahkan ada filsuf yang menyamaka keduanya, khususnya yang disebut dengan
naturalisme materialistis. Hal ini didasarkan pada beberapa alas an. Pertama karena pandangan
materialism banyak kaitan dan persamaannya dengan rumpun ilmu-ilmu alam. Kedua karena
sama-sama menentang filsafat moral dan agama.

Tidak ada kejadian yang tidak dapat diteliti secara alamiah. Apa yang disebut alamiah
atau riil pastilah mempunyai sifat atau wujud material atau fisik, sekalipun mungkin tampaknya
tidak demikian kepada kita. Dengan demikian, sintesis kedua paham ini beranggapan bahwa
apapun yang ada, pada akhirnya dapat dikembalikan kepada materi.

8. Neo-Kantianisme

Setelah materialisme pengaruhnya merajalela,, para murid Kant mengadakan gerakan


lagi. Mereka ingin kembali bersifat kritis, yang bebas dari spekulasi idealisme dan dogmatis.
Herman Cohen memberikan titik tolak pemikirannya mengemukakan bahwa keyakinannya
kepada otoritas akal manusia untuk mencipta. Mengapa demikian, karena segala sesuatu itu
“ada” apabila terlebih dahulu dipikirkan. Tuhan, menurut pendapatnya, bukan sebagai person
tetapi sebagai cita-cita dari seluruh perilaku manusia.

9. Pragmatisme

Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan,
perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat
secara praktis. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria
kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu
konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi
terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat
yang kedua.

Pragmatisme dalam perkembangannya mengalami perbedaan kesimpulan walaupun


berangkat dari gagasan asal yang sama. Kendati demikian, ada tiga patokan yang disetujui
aliran pragmatisme yaitu, menolak segala intelektualisme, dan absolutisme, serta meremehkan
logika formal.5

10. Filsafat Hidup

Aliran filsafat ini lahir akibat dari reaksi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang menyebabkan industrialisasi semakin pesat. Hal ini mempengaruhi pola
pikir manusia. Peranan akal pikiran hanya digunakan untuk menganalisis sampai menyusun
suatu sintesis baru. Bahkan alam semesta atau manusia dianggap sebagai mesin yang tersusun
dari beberapa komponen dan bekerja sesuai dengan hukum-hukumnya. Tokohnya adalah
Henry Bergson.

11. Fenomenologi

Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang srtinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak
nyata semua. Juga dapat diartikan sebagai ungkapan kejadian yang dapat diamati oleh indra.
Edmun Husserl (1859-1938) adalah pendiri aliran fenomenologi, ia telah empengaruhi
pemikiran filsafat abad ke 20 ini secara amat mendalam. Fenomenologi adalah ilmu (logos)
pengetahuan tentang apa yang tampak (phainomenon). Dengan demikian fenomenologi adalah
ilmu yang mempelajari yang tampak atau apa yang menampakkan diri atau fenomenon. Bagi
Husserl fenomena ialah realitas sendiri yang tampak, tidak ada selubung atau tirai yang
memisahkan subjek dengan realitas, realitas itu sendiri yang tampak bagi subjek.

12. Eksistensialisme

Kata Eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luar, dan sistensi = berdiri,
menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaannya ditentukan oleh akunya.
Karena manusia selalu terlihat disekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada

5
Lihat Asmoro Achmadi, hlm. 118
Eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia. Pelopornya
adalah Soren Kierkegaard, yang mengemukakan bahwa kebenaran itu berada pada suatu
system yang umum tetapi berada dalam eksistensi yang individu, yang kongkret. Oleh karena
itu, eksistensi manusia penuh dengan dosa, sehingga hanya iman kepada kristus sajalah yang
dapat mengatasi perasaan bersalah karena dosa.

13. Neo-Thomisme

Pada pertengahan abad ke-19, ditengah-tengah gereja Katolik banyak penganut paham
Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas. Pada mulanya dikalangan
gereja terdapat semacam keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut. Kemudian akhirnya
menjadi sebuah paham Thomisme, yaitu pertama, paham yang menganggap bahwa ajaran
Thomas sudah sempurna. Kedua, paham yang menganggap ajaran Thomas telah sempurna
tetapi masih terdapat hal-hal yang pada suatu saat belum dibahas. Ketiga, paham yang
menganggap bahwa ajaran Thomas harus diikuti, akan tetapi tidak boleh beranggapan bahwa
ajarannya betul-betul sempurna.

Pertanyaan :
Mengapa ada aliran-aliran dalam filsafat?
Pembahasan :
Aliran-aliran dalam filsafat muncul karena adanya perbedaan pendapat dan perspektif dalam
memahami fenomena-fenomena fundamental dalam kehidupan manusia dan alam semesta.
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap munculnya aliran-aliran dalam filsafat termasuk:

1. Kontroversi dan Ketidaksepakatan: Filsafat seringkali berkaitan dengan pertanyaan-


pertanyaan yang kompleks dan mendalam tentang kehidupan, alam semesta,
pengetahuan, etika, dan banyak lagi. Berbagai pandangan yang berbeda mengenai
pertanyaan-pertanyaan ini menyebabkan terjadinya kontroversi dan ketidaksepakatan,
yang akhirnya mengarah pada pembentukan aliran-aliran yang berbeda.

2. Perbedaan Metodologi: Aliran-aliran dalam filsafat seringkali memiliki pendekatan


metodologis yang berbeda dalam mengembangkan pemikiran dan teori. Beberapa
aliran mungkin lebih cenderung menggunakan metode analisis logis, sedangkan yang
lain mungkin lebih mengutamakan metode deskriptif atau reflektif.
3. Keragaman Budaya dan Sejarah: Filsafat telah berkembang di berbagai budaya dan
periode sejarah yang berbeda, yang menghasilkan berbagai tradisi pemikiran filosofis.
Keragaman budaya dan sejarah ini memungkinkan munculnya berbagai aliran filsafat
yang tercermin dari latar belakang budaya dan sejarah masing-masing.

4. Tantangan dan Perubahan dalam Kondisi Manusia: Perubahan dalam kondisi


manusia, baik sosial, politik, ekonomi, atau teknologi, sering kali menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan baru dan tantangan-tantangan yang memerlukan pemikiran
filosofis yang baru. Ini bisa menghasilkan munculnya aliran-aliran filsafat yang
menanggapi dan mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

5. Penekanan pada Aspek-aspek yang Berbeda dari Kehidupan: Aliran-aliran dalam


filsafat sering kali menekankan aspek-aspek yang berbeda dari kehidupan manusia dan
alam semesta. Misalnya, beberapa aliran mungkin lebih fokus pada aspek-etika,
sementara yang lain mungkin lebih menekankan aspek-ontologis atau epistemologis.

Dengan demikian, aliran-aliran dalam filsafat terbentuk sebagai hasil dari refleksi, analisis, dan
penafsiran berbagai aspek kehidupan manusia dan alam semesta, yang sering kali diwarnai oleh
kontroversi, perbedaan pendapat, dan perubahan kondisi manusia.

Anda mungkin juga menyukai