NIM : 2136700
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Tatang Herman, M.Ed.
1. Rasionalisme
Rasionalisme terdir rasio dan isme, yang berarti paham yang meletakkan kebenaran
tertinggi pada akal manusia atau paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah
alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme suatu
pengetahuan diperoleh haruslah dengan cara berpikir.1
Pengertian lain rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang
menyatakan bahwa kebenaran ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang
berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Hal ini dilatarbelakangi
oleh keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran yang tradisional. Yang dalam
hal ini Rene Descartes adalah pendiri pada aliran ini.2
2. Empirisme
Istilah Empirisme berasal dari kata empiri yang berarti indra atau lata indra, yang
ditambah dengan isme sebagai suatu aliran. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang
sesuai dengan pengalaman manusia. Yang dilatarbelakangi karena adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot.
Hal ini terjadi karena filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain, ilmu
pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan.3
1
Lihat Hasan Bakti Nasution, hlm. 169
2
Lihat Asmoro Achmadi, hlm. 110
3
Lihat Hasan Bakti Nasution, hlm. 171
3. Kritisisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18, yang dilatarbelakangi manusia melihat adanya
kemajuan ilmu pengetahuan telah mencapai hasil yang menggembirakan. Di sisi lain jalannya
filsafat tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar
dengan ilmu pengetahuan.
4. Idealisme
Peristiwa di dunia ini hanya dapat dimengerti apabila suatu syarat dipenuhi, yaitu jika
peristiwa-peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasannya. Ide yang
berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Artinya gerakan yang
menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti-tesis (gerak yang bertentangan), kemudian
muncul sintesis yang merupakan tesis baru, yang nantinya menimbulkan anti-tesis dan
seterusnya. Inilah yang disebut dengan dialektika4. Proses dialektika inilah yang menjelaskan
segala peristiwa. Yang dipelopori oleh F.W.J. Schelling, Hegel, dan Fichte.
5. Positivisme
Filsafat positivisme lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya, apa yang telah
diketahui adalah yang factual dan yang positif, sehingga metafisika ditolaknya. Maksud positif
adalah segala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-
pengalaman objektif. Jadi setelah fakta diperolehnya, fakta-fakta tersebut diatur agar dapat
memberikan semacam asumsi (proyeksi) ke masa depan.
4
Lihat Asmoro Achmadi, hlm. 114
6. Evolusionisme
Airan ini dipelopori oleh ahli Zoologi, Charles Robert Darwin. Dalam pemikirannya,
ia mengajukan konsep tentang perkembangan tentang segala sesuatu termasuk manusia yang
diatur oleh hukum-hukum mekanik, yaitu survival of the fittest dan struggle for life.
7. Materialisme
Tidak ada kejadian yang tidak dapat diteliti secara alamiah. Apa yang disebut alamiah
atau riil pastilah mempunyai sifat atau wujud material atau fisik, sekalipun mungkin tampaknya
tidak demikian kepada kita. Dengan demikian, sintesis kedua paham ini beranggapan bahwa
apapun yang ada, pada akhirnya dapat dikembalikan kepada materi.
8. Neo-Kantianisme
9. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan,
perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat
secara praktis. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria
kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu
konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi
terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat
yang kedua.
Aliran filsafat ini lahir akibat dari reaksi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang menyebabkan industrialisasi semakin pesat. Hal ini mempengaruhi pola
pikir manusia. Peranan akal pikiran hanya digunakan untuk menganalisis sampai menyusun
suatu sintesis baru. Bahkan alam semesta atau manusia dianggap sebagai mesin yang tersusun
dari beberapa komponen dan bekerja sesuai dengan hukum-hukumnya. Tokohnya adalah
Henry Bergson.
11. Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang srtinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak
nyata semua. Juga dapat diartikan sebagai ungkapan kejadian yang dapat diamati oleh indra.
Edmun Husserl (1859-1938) adalah pendiri aliran fenomenologi, ia telah empengaruhi
pemikiran filsafat abad ke 20 ini secara amat mendalam. Fenomenologi adalah ilmu (logos)
pengetahuan tentang apa yang tampak (phainomenon). Dengan demikian fenomenologi adalah
ilmu yang mempelajari yang tampak atau apa yang menampakkan diri atau fenomenon. Bagi
Husserl fenomena ialah realitas sendiri yang tampak, tidak ada selubung atau tirai yang
memisahkan subjek dengan realitas, realitas itu sendiri yang tampak bagi subjek.
12. Eksistensialisme
Kata Eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luar, dan sistensi = berdiri,
menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaannya ditentukan oleh akunya.
Karena manusia selalu terlihat disekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada
5
Lihat Asmoro Achmadi, hlm. 118
Eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia. Pelopornya
adalah Soren Kierkegaard, yang mengemukakan bahwa kebenaran itu berada pada suatu
system yang umum tetapi berada dalam eksistensi yang individu, yang kongkret. Oleh karena
itu, eksistensi manusia penuh dengan dosa, sehingga hanya iman kepada kristus sajalah yang
dapat mengatasi perasaan bersalah karena dosa.
13. Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad ke-19, ditengah-tengah gereja Katolik banyak penganut paham
Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas. Pada mulanya dikalangan
gereja terdapat semacam keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut. Kemudian akhirnya
menjadi sebuah paham Thomisme, yaitu pertama, paham yang menganggap bahwa ajaran
Thomas sudah sempurna. Kedua, paham yang menganggap ajaran Thomas telah sempurna
tetapi masih terdapat hal-hal yang pada suatu saat belum dibahas. Ketiga, paham yang
menganggap bahwa ajaran Thomas harus diikuti, akan tetapi tidak boleh beranggapan bahwa
ajarannya betul-betul sempurna.
Pertanyaan :
Mengapa ada aliran-aliran dalam filsafat?
Pembahasan :
Aliran-aliran dalam filsafat muncul karena adanya perbedaan pendapat dan perspektif dalam
memahami fenomena-fenomena fundamental dalam kehidupan manusia dan alam semesta.
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap munculnya aliran-aliran dalam filsafat termasuk:
Dengan demikian, aliran-aliran dalam filsafat terbentuk sebagai hasil dari refleksi, analisis, dan
penafsiran berbagai aspek kehidupan manusia dan alam semesta, yang sering kali diwarnai oleh
kontroversi, perbedaan pendapat, dan perubahan kondisi manusia.