Anda di halaman 1dari 5

Nama: Nila Virgo Lestari

Nim : 18175052

ALIRAN/MAHZAB DAN CABANG-CABANG FILSAFAT

A. Aliran/Mazhab dalam Filsafat


1. Rasionalisme
Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) Ia menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan
yang berdiri menurut satu metode yang umum. Ia berpendapat bahwa sumber pengetahuan
yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat akal-lah yang
memenuhi syarat yang dituntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat
diperoleh kebenaran dengan metode deduktif, seperti yang dicontohkan dalam ilmu pasti.
2. Emperisme
Empirisme muncul karena anggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti, dan
benar hanya diperoleh lewat indra (empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan.
a. Thomas Hobbes (1588-1679)
Pendapatnya, bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya
umum dan filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang akibat-akibat atau tentang gejala-
gejala yang diperoleh dari sebabnya. Namanya sangat terkenal karena teorinya tentang
Kontrak Sosial, yaitu manusia mempunyai kecendrungan untuk mempertahankan diri.
Apabila setiap orang mempunyai kecendrungan demikian, maka pertentangan,
pertengkaran atau perang total tak dapat dihindari. Untuk menghindarinya diperlukan akal
sehat, agar setiap orang mau melepaskan haknya untuk berbuat sekehendaknya sendiri.
b. John Locke (1932-1704)
Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflection. Sensation adalah
suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan
meraihnya. Sementara itu, reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan
pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebih baik daripada sensation. Tiap-tiap
pengetahuan yang diperoleh manusia terdiri dari sensation dan reflection. Walaupun
demikian, manusia harus mendahulukan sensation. Hal ini disebabkan karena jiwa
manusia disaat dilahirkan putih bersih yang belum tertulisi pengalamanlah yang
membentuk jiwa seseorang.
3. Kritisisme
Aliran ini dipelopori Immanuel Kant yang mencoba menyelesaikan pertentangan antara
rasionalisme dengan empirisisme yang disebut zaman pencerahan (Aufklarung). Kant
mengakui peranan akal dan keharusan empiri, kemudian dicobanya mengadakan sintesis.
Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme), tetapi adanya pengertian
timbul dari benda (empirisme). Ibarat burung terbang harus mempunyai sayap (rasio) dan
udara (empiri). Jadi, metode berpikirnya disebut metode kritis. Walaupun ia mendasarkan diri
pada nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya persoalan-persoalan yang
melampaui akal. Sehingga akal mengenal batas-batasnya. Karena itu aspek irrasionalitas dari
kehidupan dapat diterima kenyataannya.
4. Idealisme
Para murid Kant tidak puas terhadap batas kemampuan akal , alasannya karena akal
murni tidak akan dapat mengenal hal yang berada diluar pengalaman. Untuk itu, dicarinya
suatu dasar, yaitu sistem metafisika yang ditemukan lewat dasar tindakan: aku sebagai sumber
yang sekonkret-konkretnya. Pelopor idealisme adalah: J.G Fichte, F.W.J. Scheling, G.W.F.
Hegel, Schopenhauer. Apa yang dirintis oleh Kant mencapai puncak perkembangannya pada
Hegel. Hegel mempelajari pemikiran Kant dan merasa tidak puas, menurutnya segala
peristiwa di dunia ini hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu jika peristiwa-
peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasannya.
5. Positivisme
Titik tolak pemikirannya, apa yang telah diketahui adalah yang faktual dan yang positif,
sehingga metafisika ditolaknya. Jadi, setelah fakta diperolehnya, fakta-fakta tersebut kita atur
dapat memberikan semacam asumsi (proyeksi) ke masa depan. Beberapa tokoh dalam
positivisme: August Comte, John S. Mill, Herbert Spencer.
a. August Comte (1798-1857)
Menurut pendapatnya, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga
tahap, yaitu: tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap ilmiah/positif. Pada tahap teologis
manusia mengarahkan pandangannya kepada hakikat yang batiniah (sebab pertama). Pada
tahap metafisis manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari tahap teologis. Pada tahap
ilmiah/positif, manusia telah mulai mengetahui dan sadar bahwa upaya pengenalan teologis
dan metafisis tidak ada gunanya. Pada akhir hidupnya, ia berupaya untuk membangun agama
baru tanpa teologi ini mengagungkan akal dan mendambakan kemanusiaan dengan
semboyan “Cinta sebagai prinsip,teratur sebagai basis, kemajuan sebagai tujuan”.
6. Evolusionisme
Aliran ini dipelopori oleh Charles Robert Darwin (1809-1882). Ia terinpirasi dari buku
Malthus An Essay on the Principle of Population yang mengatakan manusia akan cenderung
meningkat jumlahnya (deret ukur), diatas bahan-bahan makanan (deret ukur). sehingga,
Darwin memberikan kesimpulan bahwa untuk mengatasi hal tersebut manusia harus bekerja
sama, harus berjuang diantara sesamanya untuk mempertahankan hidupnya. Karena itu hanya
hewan yang ulet yang mampu untuk menyesuaikan diri dengan iklim sekitarnya. Dalam
pemikirannya, ia mengajukan konsepnya tentang perkembangan tentang segala sesuatu
termasuk manusia yang diatur oleh hukum-hukum mekanik, yaitu survival of the fittest dan
strunggle for life. Pada hakikatnya antara bintang dan manusia dan benda apapun tidak ada
bedanya.
7. Materialisme
Julien de Lamettrie (1709-1751) mengemukakan pemikirannya bahwa binatang dan
manusia tidak ada bedanya, karena semuanya dianggap sebagai mesin. Seorang tokoh lagi
(Materialisme Alam) adalah Ludwig Feueurbach (1804-1872) sebagai pengikut Hagel,
mengemukakan pendapat bahwa baik pengetahuan maupun tindakan berlaku adagium, artinya
terimalah dunia yang ada, bila menolak agama/metafisika. Dari Materialisme
Historis/dialektis, yaitu Karl Marx (1818-1883) yang berpendapat bahwa tugas seorang filosof
bukan untuk menerangkan dunia, tetapi untuk mengubahnya.
8. Neo-Kantianisme
Banyak filosof Jerman ingin kembali ke filsafat kritis, gerakan ini disebut Neo-
kantianisme. Tokohnya antara lain Wilhelm Windelband, Herman Cohen, Paul Natrop,
Heinrich Reickhart. Herman Cohen memberikan titik tolak pemikirannya mengemukakan
bahwa keyakinannya pada otoritas akal manusia untuk mencipta. Karena segala sesuatu itu
baru dikatakan ‘ada’ apabila terlebih dahulu dipikirkan. Artinya, ‘ada’ dan ‘dipikirkan’ adalah
sama sehingga apa yang dipikirkan akan melahirkan isi pikiran. Tuhan, menurut pendapatnya,
bukan sebagai person, tetapi sebagai cita-cita dari seluruh perilaku manusia.
9. Pragmatisme
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang
membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara
praktis. Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan. Tokohnya
Wilsliam James (1842-1910), beranggapan bahwa masalah kebenaran tentang asal/tujuan dan
hakikat bagi orang Amerika terlalu teoritis. Ia menginginkan hasil-hasil yang konkrit. Dengan
demikian, untuk mengetahui kebenaran dari ide atau konsep haruslah diselidiki konsekuensi-
konsekuensi praktisnya.
10. Filsafat Hidup
Aliran ini lahir akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan
indrustrialisasi semakin pesat. Hal ini mempengaruhi pola pemikiran manusia. Bahkan alam
semesta atau manusia dianggap sebagai mesin, yang tersusun dari beberapa komponen, dan
bekerja sesuai dengan hukum-hukumnya. Tokohnya adalah Henry Bergson dan John Dewey.
a. Henry Bergson (1859-1941)
Pemikirannya, alam semesta ini merupakan suatu organisme yang kreatif, tetapi
perkembangannya tidak sesuai dengan implikasi logis. Perkembangannya seperti meletup-
letup dalam keadaan tidak sama sehingga melahirkan akibat-akibat dengan spektrum yang
baru. Hanya ada beberapa yang berhasil dalam membentuk suatu organisme kreatif yang
sesuai dengan hukum alam. Dalam eksistensinya, manusia mempunyai daya hidup (elan
vital). Dengan adanya elan vital tersebut diharapkan manusia akan mampu melahirkan
segala tindakannya. Pemikiran filsafat Henry Bergson ini sebagai reaksi dari Positivisme,
Materialisme, Subjektivisme, dan Relativisme.
b. John Dewey (1859-1952)
Pemikirannya, tugas filsafat adalah memberikan pengarahan dalam tindakan hidup
manusia. Untuk itu, filsafat tidak boleh berada dalam pemikiran metafisika yang tidak ada
manfaatnya. Dengan demikian, filsafat harus berasaskan pada pengalaman, kemudian
mengadakan penyelidikan dan mengolahnya secar kritis sehingga filsafat akan mampu
memberikan suatu sistem norma-norma dan nilai-nilai.
11. Fenomenologi
Fenomenologi yaitu suatu gejala tidak perlu harus diamati oleh indra, karena gejala juga
dapat dilihat secara batiniah, dan tidak harus berupa kejadian-kejadian. Tokohnya adalah
Edmund Husser, dan pengikutnya Max Scheler. Edmund Husserl (1839-1939) pemikirannya
bahwa objek/benda harus diberi kesempatan untuk berbicara, yaitu dengan cara deskriptif
fenomenologis yang didukung oleh metode deduktif. Tujuannya adalah untuk melihat hakikat
gejala-gejala secara intuitif. Sedangkan metode deduktif artinya mengkhayalkan gejala-gejala
dalam berbagai macam yang berbeda. Sehingga akan terlihat batas invariable dalam situasi
yang berbeda-beda. Sehingga akan muncul unsur yang tidak berubah-ubah yaitu hakikat.
12. Eksistensialisme
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan
berdasarkan pada eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam
dunia. Pelopornya adalah Soren Kierkegaard, Martin Heidegger, J.P.Sartre, Karl Jaspers,
Gabriel Marcel. Pemikiran Soren Kierkegaard mengemukakan kebenaran itu tidak berada
pada suatu sistem yang umum tetapi berada dalam eksistensi yang individu, yang konkret.
13. Neo-Thomisme.
Aliran yang mengikuti Paham Thomas Aquinas yaitu pertama, menganggap bahwa
ajaran thomas sudah sempurna. Kedua, menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas telah
sempurna, tetapi masih terdapat hal-hal yang suatu saat belum dibahas. Ketiga, paham yang
menganggap bahwa ajaran Thomas harus diikuti, akan tetapi tidak boleh beranggapan bahwa
ajarannya betul-betul sempurna.
B. Cabang-Cabang Filsafat
1. Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang hal-hal yang sangat
mendasar yang berada diluar pengalaman manusia. Cabang ini membicarakan segala sesuatu
secara komprehensif seperti hubungan akal dengan benda. Metafisika memuat suatu bagian
dari persoalan yang ada: (1) Membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling universal;
(2)Membicarakan sesuatu yang bersifat keluar biasaan; (3)Membicarakan karakteristik hal-hal
yang sangat mendasar, yang berada diluar pengalaman manusia;(4)Berupaya menyajikan suatu
pandangnan yang komprehensif tentang segala sesuatu(5)Membicarakan persoalan-persoalan
seperti: hubungan akal dengan benda, hakikat perubahan pengertian tentang kemerdekaan
wujud Tuhan, kehidupan, setelah mati dan lainnya.
Metafisika dibagi Lagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Metafisika umum (Yang Disebut Ontologi)
Ontologi merupakan cabang dari metafisika yang membicarakan eksistensi dan
ragam-ragam dari suatu kenyataan. Jenis ontologi ini ditemukan kemungkinan untuk
menterjemahkan isitilah-istilah falsafi dengan jawaban-jawaban yang diberikan seperti
Ateisme , Agnostitsme, Panteisme, Tisme. Dari pembahasannya memunculkan beberapa
pandangan yang dikelompokkan dalam beberapa aliran berpikir, yaitu
:Materialisme, Idealisme, Dualisme, Agnotisisme.
2. Metafisika Khusus (Yang Disebut Kosmologi)
Metafisika khusus (kosmologi) adalah ilmu pengetahuan tentang struktur alam
semesta yang membicarakan tentang ruang, waktu, dan gerakan. Kosmologi berarti ilmu
tentang dunia dan ketertiban yang paling fundamental dari seluruh realitas.
Adapun bagian filsafat terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Antropologi, Setiap filsafat mengandung eksplisit ataupun implisit suatu pandangan
tentang manusia, tentang tempatnya dalam kosmos, tentang hubungannya dengan dunia,
dengan sesama.
b. Kosmologi, merupakan rangka umum yang dimana hasil-hasil dari ilmu alam dapat
dipasang.
2. Epistemologi
Epistomogi adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan. Ia
menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan yang secara umum
membicarakan mengenai sumber-sumber, karakteristik, dan kebenaran pengetahuan. Sehingga
dalam epistemologi muncul beberapa aliran berpikir, yaitu: Empiris, Rasionalisme,
Positivisme, Intuisionisme.
3. Logika
Logika adalah cabang filsafat yang menyelidiki kesehatan cara berpikir, aturan-aturan
mana yang harus dihormati supaya pernyataan-pernyataan yang kita lontarkan sah. Logika
dapat dibedakan atas dua macam, yakni logika kodratiah dan logika ilmiah. Logikah kodratiah
logika yang bekerja berdasarkan hukum-hukum logika ilmiah. Kedua macam logika ini tidak
dapat dipisahkan. Karena logika ilmiah membantu logika kodratiah. Logika dibagi dalam dua
cabang utama, yakni logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif disebut juga logika
formal yang membicarakan susunan proposisi-proposisi dan penyimpulan yang sifat
keharusannya berdasarkan atas susunannya. Logika induktif mencoba untuk menarik
kesimpulan tidak dari susunan proposisi-proposisi, melainkan dari sifat-sifat seperangkat
bahan yang diamati.
4. Aksiologi
Aksiologi adalah filsafat nilai berkaitan dengan kategori: (1) baik dan buruk; (2) indah
dan jelek. Kategori nilai yang pertama dibawah kajian filsafat adalah tingkah laku. Sesuai
dengan sifatnya, ia menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian
masalah secara mendalam artinya ia menyelesaikan masalah dengan cara pertama-tama
mencari penyebab yang paling awal munculnya masalah. Sedangkan, universal artinya melihat
masalah dalam hubungan yang seluas-luasnya.
5. Etika
Etika merupakan cabang filsafat yang bersangkutan dengan tanggapan-tanggapan
mengenai tingkah laku yang betul dan menyelidiki semua norma moral serta membahas
mengenai baik-buruk atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus
menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Objek material adalah tingkah laku atau perbuatan
manusia, sedang objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral atau tidak
bermoral. Teori yang menjelaskan bagaimana suatu perilaku dapat diukur secara etis yaitu :
a. Teori dentologis yaitu menyatakan bahwa baik buruknya suatu perilaku dinilai dari sudut
tindakan itu sendiri, dan bukan akibatnya.
b. Teori teologis lebih menekankan pada unsur hasil suatu perilaku baik jika buah dari
perilaku itu lebih banyak untung dari pada ruginya.
Beberapa ahli membagi etika kedalam tiga studi, yakni etika deskriptif, etika normatif,
dan meatika. Etika deskriptif adalah etika yang mencoba menguraikan dan menjelaskan
kesadaran dan penerimaan moral secara deskriptif. Etika normatif disebut juga filsafat moral
(moral philosophy) atau etika filsafati yang berarti sistem-sistem yang dimaksudkan untuk
memberikan petunjuk dan penuntun dalam mengambil keputusan yang menyangkut baik dan
buruk, benar dan salah, sedangkan meatika menyelidiki dan menetapkan arti serta makna
istilah-istilah normatif yang di ungkapkan lewat pertanyaan-pertanyaan yang membenarkan
atau menyalahkan suatu tindakan.
6. Estetika
Estetika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan seni dan keindahan. Dalam
estetika, hakikat keindahan (seperti keindahan jasmani, keindahan rohani, keindahan seni dan
keindahan alam), dan diselidiki emosi-emosi manusia sebagai reaksi terhadap yang indah,
yang agung, yang tragis, yang bagus, yang mengharukan dsb dibicarakan. Estetika dibedakan
ke dalam dua bagian, yakni estetika deskriptif dan estetika normatif. Estetika deskriptif
menggambarkan gejala-gejala pengalaman yang keindahan. Sedangkan estetika normatif
mencari dasar pengalaman keindahan. Ia mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar dan
ukuran pengalaman keindahan.

Anda mungkin juga menyukai