Anda di halaman 1dari 9

-FILSAFAT MODERN-

-MUHAMMAD IHSAN HAMDANI


- A J I A RYA D I
- B I L L A N A Z H A RY M AY B I L L B I N A
- N O V I TA R I Z K I R A M A D H A N I
SEJARAH FILSAFAT MODERN
Filsafat modern adalah pembagian dalam sejarah Filsafat Barat yang
menjadi tanda berakhirnya era skolastisisme.Waktu munculnya filsafat
modern adalah abad ke-17 hingga awal abad ke-20 di Eropa Barat dan
Amerika Utara. Filsafat Modern ini pun dimulai sejak munculnya
rasionalisme lewat pemikiran Descartes.
KARAKTERISTIK FILSAFAT MODERN
Reneisance Eropa yang mengantar babak modern, memicu berkembangnya
filsafat yang bercorak empirik. Akibatnya metodologipun berkembang ke
induksi-eksprimentasi. Lahirnya metodologi baru pada era ini akibat
terjadinya pergeseran paradigma fisafat. Manusia melihat, merasakan dan
menyadari adanya potensi pada dirinya untuk menentukan kebenaran, tolak
ukur dan validitasnya lewat metode penginderaan-observasi, eksprimen
terhadap realitas fisik melahirkan cara yang selanjutnya disebut metode
ilmiah.lsafat.
Filsafat Abad Modern memiliki corak yang berbeda dengan periode filsafat
Abad Pertengahan. Perbedaan itu terletak terutama pada otoritas kekuasaan
politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas
kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka
pada zaman modern otoritas kekuasaan itu terletak kemampuan akal
manusia itu sendiri.
ALIRAN-ALIRAN DAN TOKOH PADA ERA
FILSAFAT MODERN
RASIONALISME
Usaha manusia untuk memberi kemandirian kepada akal sebagaimana yang telah dirintis oleh para pemikir renaisans, masih berlanjut terus sampai
abad ke-17. Abad ke-17 adalah era dimulainya pemikiran-pemikiran kefilsafatan dalam artian yang sebenarnya. Semakin lama manusia semakin
menaruh kepercayaan yang besar terhadap kemampuan akal, bahkan diyakini bahwa dengan kemampuan akal segala macam persoalan dapat
dijelaskan, semua permasalahan dapat dipahami dan dipecahkan termasuk seluruh masalah kemanusiaan.

• Rene Descartes (1595-1650). Descartes dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertrand Russel, kata “Bapak” pantas diberikan
kepada Descartes karena dialah orang pertama pada zaman modern itu yang membangun filsafat berdasarkan atas keyakinan diri sendiri yang
dihasilkan oleh pengetahuan akliah. Dia pula orang pertama di akhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat dan tegas yang
menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci dan bukan yang lainnya.

• Baruch de Arnozza (24 November 1632 – 21 Februari 1677) (filsuf keturunan Yahudi-Portugis berbahasa Spanyol yang lahir dan besar di
Belanda.Pikiran Spinoza berakar dalam tradisi Yudaisme. Pemikiran Spinoza yang terkenal adalah ajaran mengenai Substansi tunggal alam. Hal
ini ia katakan karena baginya Tuhan dan alam semesta adalah satu dan Tuhan juga mempunyai bentuk yaitu seluruh alam. Oleh karena
pemikirannya ini, Spinoza pun disebut sebagai penganut panteisme-monistik.

• Gottfried Wilhem Leibniz atau Leibnitz atau Von Leibniz (1 Juli 1646 – 14 November 1716) adalah seorang filsuf Jerman keturunan Sorbia. Ia
terutama terkenal karena paham Théodicée bahwa manusia hidup dalam dunia yang sebaik mungkin karena dunia ini diciptakan oleh Tuhan
Yang Sempurna. "teodisi" diperkenalkan pertama kali pada tahun 1710 oleh Leibniz melalu buku karyanya yang berjudul Teodisi. Ia menulis
buku ini dengan tujuan untuk memberikan konsep mengenai teodisi dalam rangka pembelaan atas sifat Allah. Sifat yang dibela dikhususkan
kepada sifat kemahakuasaan dan kemahabaikan Allah yang dijelaskan mampu melebihi sifat kehendak atas penderitaan. Leibniz menjelaskan
konsep teodisi dengan membagi kodrat dan kehendak, yaitu kodrat Allah dan kehendak manusia.
IDEALISME
Idealisme adalah sebuah istilah yang digunakan pertama kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18. ia menerapkan istilah ini pada
pemikiran Plato, seraya memperlawankan dengan materialisme Epikuros. Istilah Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang mental dan
ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas. Dari abad 17 sampai permulaan abad 20 istilah ini banyak dipakai dalam pengklarifikasian filsafat.
Idealisme memberikan doktrin bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh). Istilah
ini diambil dari "idea", yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.

• Immanuel Kant ( 22 April 1724 – 12 Februari 1804) adalah seorang filsuf Jerman dan salah satu intelektual utama Abad Pencerahan.Karya
Kant yang komprehensif dan sistematis dalam bidang epistemologi, metafisika, etika, dan estetika telah menjadikannya salah satu tokoh paling
berpengaruh dalam filsafat Barat modern. Dalam gagasannya tentang idealisme transendental, Kant berargumen bahwa ruang dan waktu
hanyalah "bentuk-bentuk intuisi" yang membentuk semua pengalaman. Oleh karena itu, meski "hal-hal-dalam-dirinya" itu ada dan berkontribusi
pada pengalaman, namun itu tetap berbeda dari objek pengalaman.

• Georg Wilhelm Friedrich Hegel (27 Agustus 1770 – 14 November 1831) adalah seorang filsuf idealis Jerman yang lahir di Stuttgart,
Württemberg, kini di Jerman barat daya. Hegel dikenal sebagai filsuf yang menggunakan dialektika sebagai metode berfilsafat. Dialektika
menurut Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan
sintesis (kesatuan kontradiksi).

• Arthur Schopenhauer adalah seorang filsuf Jerman yang melanjutkan tradisi filsafat pasca-Kant. Schopenhauer lahir di Danzig pada tahun
1788. Ia menempuh pendidikan di Jerman, Prancis, dan Inggris. Ia mempelajari filsafat di Universitas Berlin dan mendapat gelar doktor di
Universitas Jena pada tahun 1813. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Frankfurt, dan meninggal dunia di sana pada tahun 1860. Dalam
pandangan filsafatnya, Schopenhauer sangat dipengaruhi oleh filsafat Immanuel Kant dan juga pandangan Buddha.Pemikiran Kant tampak
mempengaruhi pandangan Schopenhauer yang melihat dunia sebagai ide dan kehendak.Kant menyatakan bahwa pengetahuan manusia terbatas
pada apa yang dapat dicerna oleh pancaindra (phenomena), sehingga benda-pada-dirinya-sendiri (noumena atau das Ding an sich) tidak pernah
bisa diketahui manusia. Misalnya, apa yang manusia ketahui tentang pohon bukanlah pohon itu sendiri, melainkan ide setelah pohon itu
dipahami oleh pancaindra. Schopenhauer mengembangkan pemikiran Kant tersebut dengan menyatakan bahwa benda-pada-dirinya-sendiri itu
bisa diketahui, yakni "kehendak".
EMPIRISME
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman
indra manusia. Secara etimologi, istilah empirisme berasal dari bahasa Yunani emperia, yang berarti pengalaman.
Dalam empirisme, kebenaran hanya dapat diperoleh melalui pengalaman.
• John Locke (29 Agustus 1632 – 28 Oktober 1704) adalah seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu
tokoh utama dari pendekatan empirisme. Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah
filsafat adalah mengenai proses manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan bagaimana proses
manusia mendapatkan pengetahuannya.Menurut Locke, seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman
manusia.
• George Berkeley (12 Maret 1685 – 14 Januari 1753) adalah seorang filsuf Irlandia yang juga menjabat sebagai
uskup di Gereja Anglikan.Bersama John Locke dan David Hume. Berkeley mengembangkan suatu pandangan
tentang pengenalan visual tentang jarak dan ruang.Selain itu, ia juga mengembangkan sistem metafisik yang
serupa dengan idealisme untuk melawan pandangan skeptisisme. Menurut Berkeley, pengamatan terjadi bukan
karena hubungan antara subjek yang mengamati dan objek yang diamati.Pengamatan justru terjadi karena
hubungan pengamatan antara pengamatan indra yang satu dengan pengamatan indra yang lain.
• David Hume (26 April 1711 – 25 Agustus 1776) adalah filsuf Skotlandia, ekonom, dan sejarawan. Dasar
pemikiran empirisme dari Hume adalah sebuah pernyataan bahwa tiap pengalamannya memiliki persepsi. Dari
gagasan dasar ini, ia mengembangkan prinsip bahwa serangkaian kesan merupakan pembentuk dari pemikiran
dan pengalaman.
PRAGMATISME
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa kebenaran dari segala sesuatu berdasarkan kepada
manfaat yang diberikannya.Sesuatu hal ini dinilai dari kebergunaannya bagi tindakan manusia untuk kehidupannya.
Pernyataannya dapat berbentuk ucapan, dalil atau teori. Pragmatisme muncul sebagai tradisi pemikiran yang berasal
dari dunia Barat dan berkembang khususnya di Amerika. Kehadirannya sebagai suatu pemikiran yang berusaha
menjawab persoalan kehidupan manusia.
• William James (1842–1910) adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat yang menjadi salah satu perintis aliran
pragmatisme.Selain itu, James merupakan psikolog dan filsuf yang menjadi salah satu perintis psikologi
pendidikan. William James merupakan tokoh perintis pemikiran pragmatisme di Amerika Serikat. Pemikirannya
dalam pragmatisme berkaitan dengan teori tentang kebenaran. Ia mengemukakan bahwa kebenaran suatu ucapan,
hukum, atau sebuah teori hanya ditentukan oleh asas manfaat. Sesuatu hal dianggap benar jika mampu
menghasilkan manfaat atau kegunaan. Tolok ukur kebenaran atau pernyataan didasarkan kepada kriteria kegunaan
pernyataan tersebut di dalam kehidupan praktis pada manusia.
• John Dewey (1859-1952) adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat yang menjadi salah satu perintis pemikiran
pragmatisme. Pemikiran-pemikiran John Dewey memiliki pengaruh yang besar bagi pragmatisme Pemikiran
pragmatismenya disebut juga sebagai eksperientalisme karena ia menjadikan pertumbuhan manusia sebagai tujuan
dari pendidikan. Ia meyakini bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki sifat selalu berubah sehingga
pemikirannya dinamainya sebagai pertumbuhan.Pemikiran pragmatismenya menjadi salah satu landasan pemikiran
yang memulai penyelenggaraan pendidikan massal.
EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang terutama diasosiasikan dengan beberapa filsuf Eropa abad ke-19 dan ke-20 yang sepaham
(meskipun banyak perbedaan doktrinal yang mendalam bahwa pemikiran filsafat bermula dengan subjek manusia—bukan hanya subjek manusia
yang berpikir, tetapi juga individu manusia yang melakukan, yang merasa, dan yang hidup. Nilai utama pemikiran eksistensialis biasanya dianggap
sebagai kebebasan, tetapi sebenarnya nilai tertingginya adalah autentisitas (keaslian). Dalam pemahaman seorang eksistensialis, seorang individu
bermula pada apa yang disebut sebagai "sikap eksistensial", yaitu semacam perasaan disorientasi, bingung, atau ketakutan di hadapan sebuah dunia
yang tampaknya tidak berarti atau absurd.

• Søren Aabye Kierkegaard (5 Mei 1813-11 November 1855) adalah seorang filsuf dan teolog abad ke-19 yang berasal dari Denmark. Awalnya,
Kierkegaard sendiri melihat dirinya sebagai seseorang yang cenderung religius ketimbang filosofis dan agak membangun jarak terhadap filsafat,
tetapi kemudian ia justru dikenal sebagai bapak filsafat eksistensialisme. Banyak dari karya-karya Kierkegaard membahas masalah-masalah
agama seperti misalnya hakikat iman, lembaga Gereja Kristen, etika dan teologi Kristen, dan emosi serta perasaan individu ketika diperhadapkan
dengan pilihan-pilihan eksistensial. Karya Kierkegaard sering kali digambarkan sebagai eksistensialisme Kristen dan psikologi eksistensial.

• Friedrich Wilhelm Nietzsche (15 Oktober 1844 – 25 Agustus 1900). Filsafat Nietzsche adalah filsafat cara memandang 'kebenaran' atau dikenal
dengan istilah filsafat perspektivisme. Ia meyakini bahwa manusia tidak dapat menjadi kreatif, tabah atau mencintai sesuatu jika tidak mampu
untuk mengamati dan mempercayai sesuatu selain diri mereka sendiri. Manusia hanya dapat memilik persepsi jika mampu membuat kesalahan.
Ia memberikan perumpamaan bahwa sebuah bintang yang menari tidak akan dapat tercipta jika manusia tidak memiliki kekacauan di dalam
dirinya sendiri. Nietzsche juga dikenal sebagai "sang pembunuh Tuhan" (dalam Also sprach Zarathustra). Ia memprovokasi dan mengkritik
kebudayaan Barat di zamannya (dengan peninjauan ulang semua nilai dan tradisi atau Umwertung aller Werten) yang sebagian besar dipengaruhi
oleh pemikiran Plato dan tradisi kekristenan (keduanya mengacu kepada paradigma kehidupan setelah kematian, sehingga menurutnya anti dan
pesimis terhadap kehidupan). Walaupun demikian dengan kematian Tuhan berikut paradigma kehidupan setelah kematian tersebut, filosofi
Nietzsche tidak menjadi sebuah filosofi nihilisme. Justru sebaliknya yaitu sebuah filosofi untuk menaklukan nihilisme (Überwindung der
Nihilismus) dengan mencintai utuh kehidupan (Lebensbejahung) dan memposisikan manusia sebagai manusia purna Übermensch dengan
kehendak untuk berkuasa (der Wille zur Macht).

Anda mungkin juga menyukai