Anda di halaman 1dari 8

Pengantar Filsafat dan Pemikiran Modern

KELAS E

Rifdah Aliifah Putri Aspihan


1906306905

Makalah
Empirisme di Zaman Filsafat Modern

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA


UNIVERSITAS INDONESIA
Pendahuluan

Filsafat merupakan istilah yang diambil dari kata falsafah dari Bahasa Arab dan
philosophy dari Bahasa Inggris dan philosophia dari Bahasa Yunani yang bermakna
mencintai kebijaksanaan. Sedangkan filsafat modern muncul pada abad ke-17 sampai awal
abad ke-20. Para filsuf di zaman modern ini menegaskan bahwa pengetahuan bukan
bersumber dari ajaran agama, otoritas tertinggi gereja dan penguasa melainkan bersumber
dari pengetahuan yang sebenernya yaitu rasio atau akal. Ciri-ciri semangat yang mendasari
filsafat modern yaitu, Renaisans dan Reformasi dimaan dua gerakan ini yang menaadi
perintis modernitas. Zaman ini terdiri dari beberapa tahapan zaman yang diwarnai dengan
gerakan-gerakan sosial-politis yang sangat kritis dengan zaman sebelumnya, seperti
contohnya empirisme.
Konsep empirisme muncul di era filsafat modern pada abad ke-17, aliran ini muncul
setelah adanya rasionalisme. Aliran rasionalisme yang dikembangkan oleh Descartes yang
bermuara pada kekuatan rasio manusia. Sebagai reaksi dari pemikiran rasionalisme, maka
muncul para filsuf yang bertolak belakang dengan pemikiran Descartes. Aliran ini bertolak
belakang dengan aliran rasionalisme, dimana rasionalisme beranggapan bahwa pengetahuan
yang sahih harus bersumber dari rasio belaka, sedangkan empirisme beranggapan bahwa
pengetahuan yang sahih harus bersumber dari pengalaman (empeiria), maka dari itu aliran ini
disebut dengan empirisme. Empirisme menjadi sikap dasar dari segala bentuk penelitian
ilmiah, dimana pengetahuan harus berdasarkan pada observasi empiris.
Walaupun bertolak belakang, kedua aliran ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
mengganti cara berpikir tradisional, empirisme mengembalikan pengetahuan pada
pengalaman, aliran ini berusaha membebaskan diri dari bentuk-bentuk spekulasi spiritual
yang menandai metafisika tradisional. Empirisme mempelopori lahirnya ilmu-ilmu
kemanusiaan modern yang didasarkan pada observasi empiris contohnya: psikologi.
Empirisme ini dipelopori oleh Thomas Hobbes, John Locke, George Barkeley dan David
Hume.
Pembahasan

Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, empirisme menekankan pada


pengalaman sebagai sumber dari pengetahuan. Empirisme merupakan suatu doktrin filsafat
yang menekankan peranan pengalaman dan memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu
sendiri dan mengecilkan peranan akal. Penganut empirisme berpandangan bahwa tanpa
pengalaman rasio tidak memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran tertentu, apabila
menggembarkan sedemikian rupa tanpa pengalaman, maka hanyalah khayalan belaka. Ada
empat filsuf perintis empirisme antara lain :
1. Thomas Hobbes (1588-1679)
Ia berkuliah di Universitas Oxford dan menjadi pengajar suatu keluarga yang terpandang,
dari sini ia memiliki kesempatan untuk membaca buku-buku, bepergian ke negara asing dan
bertemu dengan tokoh-tokoh penting. Saat itu Inggris terjadi perang saudara yang
mendorongnya untuk lari ke Prancis, disanalah ia mengenali filsafat Descartes dan pemikir-
pemikir Prancis lainnya. Karena ketertarikannya terhdapa sains, ia berushaa menciptakan
filsafat atas dasar Matematika.
Inti dari pemikiran Hobbes berakar pada Empirisme, yang menyatakan bahwa
pengalaman merupakan asal dari pengetahuan. Hobbes juga dikenal sebagai seorang perintis
kemandirian filsafat. Ia pernah berpendapat bahwa selama ini filsafat banyak disusupi
gagasan religius, maka dari itu ia menegaskan bahwa objek filsafat merupakan objek-objek
lahiriah. Ia juga berpendapat bahwa substansi yang tidak dapat berubah seperti Allah dan
substansi yang tidak dapat dibuktikan secara empiris seperti roh malaikat dan lain-lain
bukanlah merupakan objek filsafat. Hobbes juga menyatakan bahwa filsafat harus membatasi
diri pada masalah kontrol atas alam. Menurut Hobbes, filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan
yang bersifat umum, karena filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau
akibat-akibat, atau tentang penampakan-penampakan yang kita peroleh dengan
merasionalisasikan pengetahuan yang semula kita miliki dari sebab-sebabnya atau asalnya.
Pemikiran Thomas Hobbes berdasarkan pada metode empiris-eksperimental yaitu, ia
ingin menarik kesimpulan dari suatu pengetahuan yang bisa diamati dan berdasarkan dari
pengalaman nyata. Menurutnya, pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang
berdasarkan pengalaman dan observasi. Sedangkan mengenai batiniyah, ia berpendapat
bahwa dunia batiniyah dapat diobservasi dengan cara introspeksi perasaan-perasaan yang
berdasarkan pada pengalaman-pengalaman. Menurutnya, tidak ada perasaan yang muncul
tanpa didasari oleh pengalaman. Berdasarkan metode observasi dan introspeksi itulah ia
manjabarkan pandangannya mengenai manusia dan masyarakat.
2. John Locke (1632-1704)
John locke sebagai tokoh paling awal dalam empirisime Inggris, ia merupakan sosok
yang paling konservatif dalam menentang ajaran Descartes, yaitu “yang dipahami” adalah
“yang dirasa”, ia hanya menerima pemikiran matematis yang pasti dan penarikan dengan cara
metode induksi. Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah
filsafat adalah pemikirannya mengenai proses manusia mendapatkan pengetahuan.
Menurutnya, seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Pemikiran ini adalah
pemikiran yang menolak penapat kaum rasionalis yang mengatakan sumber pengetahuan
manusia yang berasal dari rasio atau pikiran manusia. Meskipun demikian, rasio atau pikiran
berperan juga didalam proses manusia memperoleh pengetahuan. Maka dari itu, Locke
berpendapat bahwa sebelum manusia mengalami sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu
belum berfungsi atau kosong, situasi tersebut yang dinamakan tabula rasa yang kemudian
mendapatkan isinya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia tersebut. Baginya, pikiran
manusia hanya berfungsi untuk mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi
pengetahuan sehingga sumber utama dari pengetahuan adalah pengalaman. Ia menuliskan
essay yang berisi tentang tabula rasa . Esai itu adalah salah satu sumber
utama empirisme dalam filsafat modern, dan memengaruhi banyak filsuf pencerahan,
seperti David Hume dan George Berkeley.
Ada dua ciri pokok empirisme, yaitu mengenai teori tentang makna dan teori tentang
pengetahuan. Teori makna pada aliran empirisme biasanya dinyatakan sebagai teori tentang
pengetahuan, yaitu asal-usul ide atau konsep. Pada abad pertengahan teori ini diringkas
menjadi Nihil est in intellectu quod non prius fuerin in sensu yaitu tidak ada sesuati didalam
pikiran kira selain didahului oleh pengalaman, pernyataan ini merupakan tesis Locke yang
terdapat dalam bukunya, An Essay Concerning Human Understanding, yang diterbitkannya
saat ia menentang ajaran ide bawaan (innate idea) pada orang-orang rasionalis. Ia berkata
bahwa kita dilahirkan dengan beberapa pengetahuan terlahir tentang dunia dari kehidupan
masa lalu. Locke juga tidak setuju dengan rasionalis Descartes yang mengatakan bahwa
pengetahuan diperoleh secara apriori yaitu pengetahuan yang tidak bergantung pada
pengalaman, ia beranggapan bahwa pengetahuan didapatkan secara aposteriori yaitu
pengetahuan bergantung pada bukti empiris. Menurut Locke semua ide diperoleh dari
pengalaman dan terdiri dari dua macam, yaitu ide sensasi yang diperoleh daro pancaindra
seperti melihat, mendengar, dan lain-lain, lalu ide refleksi yang diperoleh dari berbagai
kegiatan budi seperti berpikir, percaya, dan sebagainya.
3. George Berkeley (1685-1753)
Sejak ia muda, ia telah yakin bahwa jika ilmu dan filsafat dibebaskan dari abstraksi-
abstraksi tanpa arti dan kata-kata yang kabur sehingga dapat diakhirin pertengkaran antara
keyakinan dan pengetahuan manusia. Maka dari itu ia berusaha keras untuk menyadarkan
manusia kembali kepada pengalaman langsung dan intuisi. Ia berpendapat bahwa objek-objek
material sebagai benda-benda yang tampak kepada manusia semuanya bergantung kepada
pikiran dan karena itu tidak ada benda alam semesta yang diluar kenyataan pikiran. Ia
beranggapan bahwa kebenaran yang terbukti dengan sendirinya bahwa benda yang
membentuk bangunan di dunia ini tidak mempunyai suatu kehadiran yang sesungguhnya
kecuali ditangkap oleh pancaindra.
Berkeley beranggapan bahwa pengalaman adalah hal yang inheren dalam diri subjek,
karena manusia masing-masing secara langsung menyadari keberadaannya sebagai subjek itu,
yakni subjek yang memiliki pengalaman. Namun tidak pernah dapat mempunyai landasan
apapun untuk percaya bahwa pengalaman-pengalaman ini melekat pada objek lain yang
bukan kita. Maka, jika ingin konsisten dengan empirisme, akan sampai pada kesimpulan
bahwa yang ada hanyalah pikiran dan segala isinya atau subjek-subjek pengalaman mereka.
Pandangan Berkeley ini sekilas seperti rasionalisme karena memutlakan subjek, tetapi jika
diperhatikan lebih lagi, pandanga ini termasuk empirisme, karena oengetahuan subjek
diperoleh lewat pengalaman, bukan prinsip-prinsip dalam pikiran, meskipun pengalaman itu
adalah pengalaman batin. Lalu, ia juga menegaskan tentang adanya suesuatu yang sama
dengan pengertiannya dalam diri subjek dan juga ia beranggapan bahwa dunia adalah ide-ide
dalam pikiran.
4. David Hume (1711-1776)
Ia merupakan tokoh empirisme terkemuka, pemikirannya disebut sebagai puncak
empirisme modern. Hume belajar hukum, sastra dan filsafat dan bekerja sebagai diplomat di
Inggris, Prancis, Australia dan Italia. Sewaktu ia tingga di Paris, ia bertemu dengan Jean
Jacques Rousseau, Hume merupakan seseorang yang berupaya keras untuk dikenal melalui
pemikiran dan tulisannya. Hume mengemukakan pandangannya lewat salah satu bukunya
yang berjudul Treatise on Human Nature, buku ini terdiri dari tiga bagian, pertama
membahas masalah epistemologi, kedua, membahas masalah emosi, ketiga, membahas
prinsip-prinsip moral. Hume mempertanyakan apa yang sudah menajadi nperatian kaum
empiris sebelumnya, yaitu salah satunya mengenai sumber atau asal ilmu pengetahuan.
Untuk menolak tentang sumber pengetahuan yang telah dibicarakan oleh kaum
empiris dan rasionalis, Hume menyatakan bahwa sumber pengetahuan hanya satu, yaitu
pancaindra. Hume berusaha untuk meruntuhkan filsafat lama yang berpendapat bahwa ada
dua sumber pengetahuan, yaitu pengetahuan biasa yang bersumber dari pengalaman
pancaindra dan pengetahuran rasional yang mengatasi pengetahuan tingkat pertama atau
pengetahuan yang abadi dan sempurna. Hume menolak keduanya dengan mengemukakan,
pengetahuan yang dicapai melalui pikiran tentang dunia ide atau metafisika seperti yang
dikemukakan oleh plato adalah ilusi, kebohongan, bagi Hume adalah suatu “kesombongan
yang gegabah”. Hume mengemukakan bahwa kita tidak akan pernah tahu alam realitas yang
sebenarnya. Gagasan-gagasan yang kita peroleh adalah gambaran kesan-kesan pengalaman
indrawi yang tinggal dalam penalaran, pemikiran, dan pengingatan kita.
Hume menegaskan bahwa pengalaman lebih memberikan keyakinan dibandingkan
dengan kesimpulan logika atau sebab-akibat, kausalitas tidak dapat digunakan untuk
menetapkan peristiwa yang akan datang berdasarkan peristiwa yang terdahulu. Menurut
Hume, pengalamanlah yang memberi informasi yang langsung terhadap objek yang diamati
sesuai waktu dan tempat.
Penutupan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, aliran empirisme merupakan aliran
yang menekankan bahwa pengetahuan yang sahih berasal dari pengalaman, berbanding
terbalik dengan rasionalisme yang beranggapan bahwa pengetahuan yang sahih berasal dari
pikiran atau rasio belaka. Meski demikian, empirisme dan rasionalisme memiliki tujuan yang
sama yaitu mengganti cara berpikir tradisional, terkhusus empirisme mengembalikan
pengetahuan pada pengalaman. Empirisme mempelopori lahirnya ilmu-ilmu kemanusiaan
modern yang didasarkan pada observasi empiris contohnya: psikologi. Empirisme ini
dipelopori oleh Thomas Hobbes, John Locke, George Barkeley dan David Hume.
Empirisme menurut Thomas Hobbes merupakan pengenalan atau pengetahuan yang
diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman merupakan awal dari segala pengetahuan.
Berbeda dengan kaum rasionalis, Hobbes memandang pengetahuan dengan akal hanya
mempunyai fungsi mekanis semata-mata. Yang dimaksud dnegan pengalaman adalah
keseluruhan dari pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu
pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamat pada masa lalu.
Sedangkan menurut John Locke, dengan teori tabula rasanya, yaitu bahwa manusia
dilahirkan seperti batu tulis kosong dan pengalaman indrawilah yang mengisi pikiran itu.
Menurut Locke semua ide berasal dari pengalaman lahiriah dan pengalamn batin. Berkeley
beranggapan bahwa pengalaman adalah hal yang inheren dalam diri subjek, karena manusia
masing-masing secara langsung menyadari keberadaannya sebagai subjek itu, yakni subjek
yang memiliki pengalaman. Kemudian pemikirna Hume merupakan penentangan terhadap
rasionalisme terutaman tentang gagasan ide-ide bawaaan yang selalu dijadikan landasan
ontogism bagi kaum rasionalis dalam memahami dunia. Hume mengemukakan bahwa
selurun ilmu pengetahuan berkaitan dengan hakikat manusia bahkan ia menganggap
pengetahuan tentang manusia merupakan pusat seluruh ilmu pengetahuan.
Daftar Pustaka

- Hadirman, F Budi, 20014, Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzsche,


Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
- Abdul Hakim, Atang, Ahmad Saebani, Beni, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai
Teofilosofi (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008)
- S. Praja, Juhaya, aliran aliran filsafat dan etika (Jakarta: Kencana, Jakarta, 2005)
- Ali Maksum, Pengantar Filsafat: dari Masa Klasik hingga Postmodernisme
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008) hal. 136-137
- Tafsir, Ahmad.,  Filsafat Umum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998)

Anda mungkin juga menyukai