Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan latar belakang timbulnya paham liberalisme yang
merupakan sintesa dari beberapa paham, antara lain paham materialism,
rasionalism, empirisme dan individualisme. Maka dalam penerapan
ideologi tersebut dalam negara senantiasa didasari oleh aliran-aliran serta
paham-paham tersebut secara keseluruhan. Kebebasan manusia dalam
realisasi demokrasi senantiasa mendasarkan atas kebebasan individu di
atas segalanya. Rasio merupakan hakekat tingkatan tertinggi dalam negara,
sehingga kemungkinan akan berkedudukan lebih tinggi daripada nilai
religius.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan, maka penulis
dapat merumuskan suatu masalah, yaitu :
1. Apa itu Aliran Emprisme?
2. Siapa saja tokoh-tokoh Aliran Empirisme?
3. Bagaimana paham dalam Aliran Empirisme?
C. Tujuan
Sebagaimana yang terdapat dalam rumusan masalah maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami apa yang dimaksud dalam Aliran Emprisme
2. Mengidentifikasi paham-paham dalam Aliran Empirisme
D. Manfaat
Banyak manfaat yang akan didapatkan dari mempelajari materi tentang
kata, bentuk kata, dan ungkapan. Berikut ini beberapa manfaatnya :
1. Dapat memahami Filsafat Aliran Empirisme
2. Dapat memahami dan menafsirkan paham-paham yang ada di Filsafat
Aliran Empirisme

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Empirisme
Empirisme secara etimologis berasal dari kata bahasa Inggris
“empiricism” dan “experience”. Kata-kata ini berakar dari kata bahasa
Yunani “empeiria” dan dari kata “experieti” yang berarti berpengalaman
dalam, berkenalan dengan, terampil untuk. Secara terminologis terdapat
beberapa definisi mengenai Empirisme, di antaranya : doktrin bahwa
sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman, pandangan
bahwa semua ide merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami, pengalaman inderawi adalah satu-
satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal.
Empirisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa
pengetahuan secara keseluruhan atau parsial didasarkan kepada
pengalaman yang menggunakan indera. Empirisme adalah suatu aliran
dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari
pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah
membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.

B. Tokoh-tokoh Empirisme
1. Thomas Hobbes (1588-1679)
Hobbes mengatakan bahwa pengalaman merupakan permulaan
segala pengenalan, pengalaman intelektual tidak lain adalah semacam
perhitungan yaitu penggabungan dari data-data inderawi.
Hobbes membantah Descrates yang mengatakan bahwa jiwa adalah
subtansi rohani. Menurutnya seluruh dunia termasuk manusia
merupakan suatu proses yang berlangsung dengan tiada henti-hentinya
berdasarkan hukum mekanis.
Filsafat Hobbes mewujudkan suatu sistem yang lengkap mengenai
keterangan tentang "Yang Ada" secara mekanis. Dengan demikian ia
merupakan seorang materialis pertama dalam filsafat modern.
Pokok-pokok Pandangan Hobbes
a. Materialisme : segala sesuatu yang ada itu bersifat materi, segala
kejadian berlangsung secara keharusan dan mekanis.
b. Manusia : adalah tidak lain dari pada sesuatu bagian alam bendawi.
Oleh karena itu, segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia
adalah perjalanan secara mekanis. Manusia itu hidup selama
darahnya beredar dan jantungnya berdenyut yang disebabkan
karena pengaruh mekanis dari hawa atmofer. Dengan demikian
manusia hidup tiada lain adalah gerak anggota tubuh.

2
c. Jiwa : menurut Hobbes jiwa adalah proses mekanis di dalam tubuh.
Akal bukanlah pembawaan melainkam hasil perkembangan dari
pengalaman yang diperolehnya.
2. John Locke (1632-1704)
Locke adalah termasuk seorang filosof yang mengagumi Descrates
tetapi ia tidak menyetujui ajarannya. Bagi Locke mula-mula rasio
manusia harus dianggap sebagai gambaran kertas putih (As a white
paper) seluruh isinya berasal dari pengalaman, ia membagi
pengalaman atas dua bagian yaitu pengalaman lahiriyah (sensation)
dan pengalaman batiniyah (reflection). Kedua sumber pengalaman ini
menghasilkan ide-ide tunggal (simple ideas). Roh manusia bersifat
pasif sama sekali, selama menerima ide-ide. Namun demikian, roh juga
mempunyai aktifitas. Oleh karena itu lahirlah filsafat teorinya "Tabula
Rasa" yakni manusia itu dilahirkan bagaikan kertas putih bersih.
Pengalamanlah yang dapat membentuk seseorang.
Menurut John Locke, pengalaman dapat diperluas sehingga
meliputi juga pemikiran. Ia mengatakan bahwa pikiran datang dari
pengalaman dan percobaan semata-mata. Oleh karena pengalamanlah
yang dapat menentukan pembentukan dan kepribadian dan watak
seseorang, maka diperlukan adanya pendidikan yang baik. Ada tiga
unsur yang turut dalam menentukan dalam pendidikan yaitu :
Pembawaan, kecakapan, dan kecerdasan seseorang yang diperoleh
melalui proses belajar dan bimbingan. Perlunya kesehatan baik jasmani
maupun rohani, permainan kegembiraan, humor adalah kodrat bagi
anak yang perlu di bimbing dimana saja.
Ajaran politiknya telah menyusun sistem pemerintahan dengan
Trias Politica yaitu :
a. Kekuasaan yang membuat Undang-Undang (Legislatif)
b. Kekuasaan yang menjalankan pemerintahan (Eksekutif)
c. Kekuasaan menentukan perang atau damai disebut (Peyoratif)

3. David Hume (1711-1776)


Puncak kejayaan Emperisme adalah pada masa David Hume, yang
menggunakan prinsip-prinsip emperisme yang radikal, terutama
pengertian subtansi dan kausalitas yang menjadi objek kritiknya. Ia
tidak menerima subtansi sebab yang dialami adalah pesan-pesan saja
tentang beberapa ciri yang selalu mendapat bersama-sama (misalnya :
Putih, licin, berat, dan sebagainya). Tetapi atas dasar pengalaman tidak
dapat disimpulkan bahwa dibelakang ciri-ciri itu masih ada substansi
tetap (misalnya : Sehelai kertas yang mempunyai ciri-ciri tadi)
Dengan sistem yang ditempuh ini, menunjukkan pikirannya yang
skeptis dan radikal, tidak puas dengan masalah yang ditemukan,

3
sehingga keraguannya ini berbeda dengan keraguan Descrates. Bagi
Descrates keraguan itu digunakan untuk mendapatkan, sedangkan
David Hume ragu semakin ragu akhirnya menjadi pesimis.
Kepercayaan terhadap agama dianggapnya sebagai hayalan belaka
tidak dapat berlaku secara umum. Proses terjadinya agama bukanlah
dari Tuhan, bukan pula atas kekaguman manusia, melainkan karena
adanya pengharapan serta rasa takut terhadap kehidupan. David Hume
membedakan dua bentuk agama yaitu Natural Religion yang berasal
dari hasil akal budi dan Publik Religion yang penuh Fantisme dan
diantara kedua agama ini yang paling baik adalah Natural Religion.
4. Francis Bacon (1561-1626 M)
Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya
adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan indrawi
dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan
sejati. Kata Bacon selanjutnya, kita sudah terlalu lama dpengaruhi oleh
metode deduktif. Dari dogma-dogma diambil kesimpulan, itu tidak
benar, haruslah kita sekarang memperhatikan yang konkret
mengelompokkan, itulah tugas ilmu pengetahuan.
5. George Berkeley (1685-1753)
George Berkeley lahir pada tanggal 12 Maret 1685 di Dysert Castle
Irlandia dan meninggal tanggal 14 Januari 1753 di Oxford. Sebagai
penganut empirisme mencanangkan teori yang dinamakan
immaterialisme atas dasar prinsip-prinsip empirisme. Ia bertolak
belakang dengan pendapat John Locke yang masih menerima substansi
dari luar. Berkeley berpendapat sama sekali tidak ada substansi-
substansi material dan yang ada hanya pengalaman ruh saja karena
dalam dunia material sama dengan ide-ide. Berkeley mengilustrasikan
dengan gambar film yang ada dalam layar putih sebagai benda yang
riil dan hidup. Pengakuannya bahwa “aku” merupakan suatu substansi
rohani. Tuhan adalah asal-usul ide itu ada yang menunjukkan ide-ide
pada kita dan Tuhanlah yang memutarkan film pada batin kita.
Pandangan Berkeley ini sekilas seperti rasionalisme karena
memutlakkan subjek. Jika diperhatikan lebih lanjut padangan ini
termasuk empirisme, sebab pengetahuan subjek itu diperoleh lewat
pengalaman, bukan prinsip-prinsip dalam rasio, meskipun pengalaman
itu adalah pengalaman batin. Selanjutnya, dengan menegaskan tentang
adanya sesuatu yang sama dengan pengertiannya dalam diri subjek dan
juga ia beranggapan bahwa dunia adalah idea-idea kita.

C. Paham Aliran Empirisme


Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi, yakni
apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang

4
dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang
termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang ini
kemudian bertambah lagi, pertama teori tentang ada : tentang hakikat
keberadaan zat, tentang hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran
(metafisika), dan kedua kajian mengenai organisasi sosial atau
pemerintahan yang ideal (politik). Kelima cabang utama ini berkembang
lagi menjadi cabang filsafat yang lebih spesifik mencakup: Epistemologi
(filsafat pengetahuan), Etika (filsafat moral), Estetika (filsafat seni),
Metafisika, Politik (filsafat pemerintahan), Filsafat agama, Filsafat ilmu,
Filsafat pendidikan, Filsafat hukum, Filsafat sejarah, Filsafat matematika
dan sebagainya.
Secara umum kajian tentang filsafat ilmu dapat dikelompokan
dalam tiga golongan utama, yaitu Ontologi (teori hakekat), epistemologi
(teori pengetahuan) dan Axiologi (teori nilai). Menurut aliran ini adalah
tidak mungkin untuk mencari pengetahuan mutlak dan mencakup semua
segi, apalagi bila di dekat kita terdapat kekuatan yang dapat dikuasai untuk
meningkatkan pengetahuan manusia, yang meskipun bersifat lebih lambat
namun lebih dapat diandalkan. Kaum empiris cukup puas dengan
mengembangkan sebuah sistem pengetahuan yang mempunyai peluang
besar untuk benar, meskipun kepastian mutlak tidak akan pernah dapat
dijamin.
Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan
manusia dapat diperoleh lewat pengalaman. Jika kita sedang berusaha
untuk meyakinkan seorang empiris bahwa sesuatu itu ada, dia akan berkata
“tunjukkan hal itu kepada saya”. Dalam persoalan mengenai fakta maka
dia harus diyakinkan oleh pengalamannya sendiri. Jika kita mengatakan
kepada dia bahwa seekor harimau di kamar mandinya, pertama dia minta
kita untuk menjelaskan bagaimana kita dapat sampai kepada kesimpulan
tersebut. Jika kemudian kita mengatakan bahwa kita melihat harimau
tersebut di dalam kamar mandi, baru kaum empiris akan mau mendengar
laporan mengenai pengalaman kita, namun dia hanya akan menerima hal
tersebut jika dia atau orang lain dapat memeriksa kebenaran yang kita
ajukan, dengan jalan melihat harimau itu dengan mata kepalanya sendiri
(Basyit, 2009).
Sumber pengetahuan dalam diri manusia itu banyak sekali. Salah
satu paham yang memaparkan tentang sumber pengetahuan adalah paham
empirisme. Empirisme merupakan paham yang mencoba memaparkan dan
menjelaskan bahwa sumber pengetahuan manusia itu adalah pengalaman.
Ilmu-ilmu empiris ini memperoleh bahan-bahan untuk sesuatu yang
dinyatakan sebagai hasil atau fakta dari sesuatu yang dapat diamati dengan
berbagai cara. Bahan-bahan ini terlebih dahulu harus disaring, diselidiki,

5
dikumpulkan, diawasi, diverifikasi, diidentifikasi, didaftar, dan
diklasifikasikan secara ilmiah.
Paham empirisme telah banyak didiskusikan oleh orang-orang di
bangku perkuliahan. Banyak yang menyatakan bahwa suatu penelitian itu
harus didasarkan atas data empiris, namun menurut penulis dengan data
empiris saja penelitian tidak cukup dan harus juga berdasarkan
rasionalisme logis. Tuhan telah menciptakan akal bagi manusia sehingga
membedakannya dengan makhluk-makhluk yang lain. Akal harus
difungsikan dalam suatu penelitian agar pembaca memiliki gambaran yang
kuat untuk menerima hasil kajian ilmiah dari peneliti yang akan dijadikan
sebagai pengetahuan. Paham empirisme banyak juga menuai sanggahan
dari orang-orang rasionalis karena mengesampingkan akal dalam
penelitian. Sehingga dapat dikatakan bahwa paham rasionalisme ini
merupakan lawan dari paham empirisme (Hamdi, 2014).

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Empirisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa
pengetahuan secara keseluruhan atau parsial didasarkan kepada
pengalaman yang menggunakan indera. Empirisme adalah suatu aliran
dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari
pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah
membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. yaitu
Thomas Hobbes, Jhon Locke, Berkeley, Francis Bacon, dan yang
terpenting adalah David Hume.
B. Saran

Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi


pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan
sampaikan kepada saya.

Apabila ada terdapat kesalaha mohon dapat memaafkan dan


memakluminya, karena saya adalah hamba Allah yang tidak luput dari
salah dan khilaf, alfa, dan lupa.

7
DAFTAR PUSTAKA
Alam.2016. Aliran Empirisme dan Tokoh Empirisme.
https://www.ilmusaudara.com

Anda mungkin juga menyukai