Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
Penulis
BAB I
LATAR BELAKANG
Filsafat sebagai “induk segala ilmu pengetahuan” dalam hal ini adalah
ilmu yang mendasari manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan maupun
penemuan-penemuan baru. Pada dasarnya filsafat adalah suatu usaha
mensistimatisir pemikiran dan menerapkan pemikiran-pemikiran itu pada segala
bidang ilmu pengetahuan.
Pada umumnya makalah ini membahas tentang filsafat di barat pada zaman
pertengahan atau zaman setelah abad pertengahan yaitu filsafat modern, dan
khususnya membahas tentang filsafat Kritisisme Immanuel Kant. Yang mana
pemikiran Immanuel Kant yakni penggabungan dua ajaran yang saling
bertentangan yakni Rasionalisme Jerman dengan Empirisme Inggris.
Menurut filsuf jerman kelahiran Konigsberg ini, baik Rasionalisme maupun
Empirisme belum berhasil membimbing kita untuk memperoleh pengetahuan
yang pasti,berlaku umum,dan terbukti dengan jelas.
Pada masa ini (abad 17) cenderung menganggap sumber pengetahuan salah
satunya atau memberi tekanan pada akal (rasio) atau hanya melalui pengalaman
(empiris) saja, sesuai dengan paham yang mereka anut.
A. Pengertian Rasionalisme
Sementar itu, secara terminologis aliran ini dipandang sebagai aliran yang
berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam
penjelasan. Ia menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama
pengetahuan, mendahului dan bebas dari pengamatan indrawi. Hanya
pengetahaun yang diperoleh melalui akal yang memenuhi semua syarat
pengetahuan ilmiah alat terpenting dalam memperoleh pengatahun dan
mengetes pengetahuan. “pengalaman hanya dipakai untuk mempertegas
pengetahuan yang diperoleh akal”
1. Tokoh-Tokoh Rasionalisme
Blaise Pascal
Cristian Wolf
Rene Descartes
Baruch Spinoza
W Leibnitz
B. Pengertian Empirisme
2. Thomas Hobbes(1588-1679 M)
3. Jhon Locke(1632-1704 M
1. Nilai Teologi.
Nilai Teologis mempunyai arti Nilai Ketuhanan. Nilai Teologis sudah ada
pada diri kita sebelum fisik kita diciptakan artinya pada waktu di alam ruh.
Jika nilai teologis, membuahkan ketenangan dan ketentraman pada jiwa
dan raga pemeluknya, maka melalui kaitan organis antara nilai-nilai
pendidikan Islam dengan dampak tersebut, memungkinkan nilai ini untuk
dapat meninggalkan jejak yang jelas pada intelektual seorang muslim,
sehingga terciptalah jalinan yang kokoh antara kebenaran, hukum, dan
pola-pola perilaku yang membina diri seorang Muslim
2. Nilai logik
3. Nilai Fisik/Fisiologi
4. Nilai Etik
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seorang yang
cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan
emperisme. Zaman baru ini disebut zaman pencerahan (aufklarung) zaman
pencerahan ini muncul dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa
(dalam pemikiran filsafatnya). Akan tetapi, seorang filosof Jerman Immanuel
Kant (1724-1804) mengadakan penyelidikan (kritik) terhadap pernah
pengetahuan akal.
Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu
pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil
yang menggembirakan. Disisi lain, jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk
itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu
pengetahuan alam.
C. Filsafat Positifisme
1. Agus Comte(1798-1857)
Lahir di Montpellier Prancis.
Sebuah karya adalah cours de philosophia positive (kursus tentang
filsafat posisitif) dan bekerja dalam menciptakan ilmu sosiolog.
Menurut pandapatnya, perkembangan pemikiran manusia berlangsung
dalam 3 tahap: Tahap teologis , tahap metafisme, tahap ilmu/positif
PengertianPositifisme
Positifisme berasal dari kata “positif’ Kata positif disini sama artinya
dengan factual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut
positifisme, pengetahuan kta tidak pernah boleh melebihi fakta-fakta.
Denagn demikian, maka ilmu pengetahuan empiris contoh istimewa dalam
siding pengetahuan. Maka filsafatpun harus meneladani contoh itu. Oleh
karena itu positifisme menolak cabang filsafat meta fisika. Menanyakan
“hakikat” benda-benda atau “penyebab yang sebenernya”, termasuk juga
filsafat, hanya menyelidiki fakta=fakta dan hubungan yang terdapat antara
fakta-fakta tugas khusus filsafat ialah mengkoornasikan ilmu-ilmu
pengetahuan yang beraneka ragam coraknya.
D. Sejarah fenomenologi
1. Tokoh-tokoh Fenomenologi
2. Martin Heidegger
-Cara kita terhubung dengan sesuatu itu, seperti palu yang memasukkan
paku. Fenomenologi berfungsi sebagai alat pembuka berkenaan dengan
situasi yang kita hadapi, tentu saja dalam konteks sosial.
-Kesadaran adalah kesadaran akan objek, hal ini sejalan dengan pemikiran
Husserl. Dalam model kesengajaan versi Satre, pemain utama dari
kesadaran adalah fenomena. Kejadian dalam fenomena adalah kesadaran
dari objek. Sebatang pohon hanyalah satu fenomena dalam kesadaran,
semua hal yang ada di dunia adalah fenomena, dan di balik sesuatu itu ada
“sesuatu yang menjadi. Kesadaran adalah menyadari “sesuatu di balik
demikian, “aku” bukanlah apa-apa, melainkan hanya sebuah bagian dari
tindakan sadar, termasuk bebas untuk memilih.
-Metode dapat dilihat dari gaya penulisan dalam deskripsi interpretatif
mengenai tipe-tipe pengalaman dalam situasi yang relevan.
-Berfokus pada “body image”, yakni pengalaman akan tubuh kita sendiri
dan bagaimana pengalaman itu berpengaruh pada aktivitas yang kita
lakukan.
-Body image bukanlah bidang mental, juga bukan bidang fisik mekanis,
melainkan sesuatu yang terikat tindakan, di mana ada penerimaan terhadap
kehadiran orang lain di dalamnya. Ia membahas mengenai peranan
perhatian dalam lapangan pengalaman, pengalaman tubuh, ruang dalam
tubuh, gerakan tubuh, tubuh secara seksual, orang lain, dan karakteristik
kebebasan.
3.Nilai rohani atau nilai estetis, seperti nilai benar dan salah. Nilai rohani
ini biasanya berhubungan dengan pengetahuan murni atau pengetahuan
yang dijalankan tanpa pamrih.
Menurut teori klasik tentang kebenaran, dikenal dua posisi yang berbeda,
yakni teori korespondensi dan teori koherensi.[2] Teori korespondensi
menekankan persesuaian antara si pengamat dengan apa yang diamati
sehingga kebenaran yang ditemukan adalah kebenaran empiris,[2][5]
sedangkan teori koherensi menekankan pada peneguhan terhadap ide-ide a
priori atau kebenaran logis, yakni jika proposisi-proposisi yang diajukan
koheren satu sama lain.[2][5] Selain itu, dikenal lagi satu posisi lain yang
berbeda dengan dua posisi sebelumnya, yakni teori pragmatis. [2][5] Teori
pragmatis menyatakan bahwa 'apa yang benar adalah apa yang
berfungsi.'[5] Bayangkan sebuah mobil dengan segala kerumitan mesin
yang membuatnya bekerja, namun yang sesungguhnya menjadi dasar
adalah jika mobil itu dapat bekerja atau berfungsi dengan baik.
Mead atau George Herbert Mead memiliki periode hidup yang tidak jauh
berbeda dengan William James dan Pierce. Dia juga dikenal dengan filusuf
Amerika yang berpengaruh, khususnya dalam aliran pragmatisme. Mead
lebih banyak sebagai seorang pakar teori sosial ketimbang seorang filusuf,
terutama karena ketrtarikannya yang berlebihan kepada teori-teori sosial.
2. Michel Foucault
Michel Foucault adalah seorang filodof dan sejarawan Prancis yang lahir
di Poitiers Prancis pada tanggal 15 oktober 1926. Dia adalah seorang
filosof Perancis yang sangat terkenal di dunia sejarah dan filsafat. Michel
Foucault juga merupakan filosof yang sangat penting abad ke-20 yang
pemikirannya sekarang ini masih diguanakan untuk mengenali fakta sosial
dan perkembangan budaya kontemporer. Disamping itu sebagian pendapat
memasukkan pemikiran Foucault dalam kelompok strukturalisme dan juga
pemikiran post-strukturalisme sebagai perkembangan strukturalisme.
Sementara dia menolak kalau pemikirannya dimasukan aliran-aliran.
3. Mohammed Arkoun
4. Jacques Derrida
Jacques Derrida (Aljazair, 15 Juli 1930–Paris, 9 Oktober 2004) Seorang
filsuf Prancis keturunan Yahudi dan dianggap sebagai pendiri ilmu
dekonstruktivisme, sebuah ajaran yang menyatakan bahwa semuanya di-
konstruksi oleh manusia, juga bahasa. Semua kata-kata dalam sebuah
bahasa merujuk kepada kata-kata lain dalam bahasa yang sama dan bukan
di dunia di luar bahasa. Derrida dianggap salah satu filsuf terpenting abad
ke 20.
5. Michel Foucault
Michel Foucault adalah seorang filodof dan sejarawan Prancis yang lahir
di Poitiers Prancis pada tanggal 15 oktober 1926. Dia adalah seorang
filosof Perancis yang sangat terkenal di dunia sejarah dan filsafat. Michel
Foucault juga merupakan filosof yang sangat penting abad ke-20 yang
pemikirannya sekarang ini masih diguanakan untuk mengenali fakta sosial
dan perkembangan budaya kontemporer. Disamping itu sebagian pendapat
memasukkan pemikiran Foucault dalam kelompok strukturalisme dan juga
pemikiran post-strukturalisme sebagai perkembangan strukturalisme.
Sementara dia menolak kalau pemikirannya dimasukan aliran-aliran.
DAFTAR PUSTAKA
https://mujigunarto.wordpress.com/2017/10/09/aliran-filsafat-empirisme/
https://id.wikipedia.org/wiki/Empirisme
https://ppraudlatulmubtadiin.wordpress.com/2018/01/21/filsafat-rasionalisme-tokoh-
pemikiran/
http://fiqihzaim.blogspot.com/2011/03/filsafat-kritisisme.html
http://walidrahmanto.blogspot.com/2011/06/sejarah-filsafat-positivisme.html
https://ahmadrimba.wordpress.com/2010/04/27/sejarah-perkembangan-
fenomenologi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pragmatisme
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/12/09/filsafat-pragmatisme/
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/07/filsafat-postmodern/
https://mujigunarto.wordpress.com/2017/10/09/aliran-filsafat-empirisme/
https://id.wikipedia.org/wiki/Empirisme
https://ppraudlatulmubtadiin.wordpress.com/2018/01/21/filsafat-rasionalisme-tokoh-
pemikiran/
http://fiqihzaim.blogspot.com/2011/03/filsafat-kritisisme.html
http://walidrahmanto.blogspot.com/2011/06/sejarah-filsafat-positivisme.html
https://ahmadrimba.wordpress.com/2010/04/27/sejarah-perkembangan-
fenomenologi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pragmatisme
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/12/09/filsafat-pragmatisme/
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/07/filsafat-postmodern/