Anda di halaman 1dari 5

Bab I Pendahuluan

Bab II Pembahasan

2.1 Rasionalisme

2.1.1 Latar Belakang Rasionalisme

Latar belakang Munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri


dari segala pemikiran tradisional yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu
mengenai hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Kaum Rasionalisme mulai dengan
sebuah pernyataan aksioma dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan
dari ide yang menurut anggapannya adalah jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia.
Pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk mengetahui ide tersebut, namun manusia
tidak menciptakannya, tetapi mempelajari lewat pengalaman.

Ide tersebut kiranya sudah ada di sana sebagai bagian dari kenyataan dasar dan
pikiran manusia. Kaum rasionalis berdalil bahwa karena pikiran dapat memahami prinsip,
maka prinsip itu harus ada, artinya prinsip harus benar dan nyata. Jika prinsip itu tidak ada,
orang tidak mungkinkan dapat menggambarkannya. Prinsip tidak dikembangkan dari
pengalaman, bahkan sebaliknya pengalaman hanya dapat dimengerti bila ditinjau dari prinsip
tersebut. Dalam perkembangannya, Rasionalisme diusung oleh banyak tokoh, masing-
masingnya dengan ajaran-ajaran yang khas, namun tetap dalam satu koridor yang sama.1

Bagi rasionalisme, pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan indra masih


diragukan kebenarannya, adapun yang jelas dapat dipercaya adalah kenyataan bahwa
manusia berpikir dengan akalnya, dan akal itulah yang berkuasa atas hidupnya.2

2.1.2 Pengertian Rasionalisme

Rasionalisme berasal dari kata rasional dan isme. Rasional dapat diartikan masuk akal
sesuai dengan nalar, sedangkan isme adalah faham. Jadi, rasionalisme adalah faham yang
menyatakan bahwa akal memiliki kekuatan independen untuk dapat mengetahui dan
mengungkap prinsip- prinsip pokok dari alam atau terhadap sesuatu kebenaran yang menurut

1
Prof.Dr. Jumadi,M.Pd, Perkembangan Filsafat,(Yogyakarta,UNY,2017)H24-25
2
Miftakhuddin, Sejarah Peradapan Dunia Lengkap,(Yogyakarta,Anaka Hebat Indonesia,2021)H296
logika, berada sebelum pengalaman, tetapi tidak bersifat analitik.3 Akal manusia adalah
otoritas tertinggi penentu kebenaran. Dengan akal, manusia dapat memahami dunia ini secara
apriori. Bahkan tanpa harus melibatkan pengalaman indrawi. Cara berpikir rasionalisme
adalah deduktif. Kebenaran-kebenaran apriori dideduksi secara terperinci, sementara
pengalaman indrawi dicurigai karena dianggap tidak konsisten sehingga tidak dapat dijadikan
pijakan pengetahuan.4

Rasionalisme secara etimologis Rasionalisme berasal dari kata bahasa inggris


rationalism. Kata ini benkar dari kata bahasa latin ratio yang berarti "akal" A.R. Lac ey
menantulkan bahwa berdasarkan akar katanya masionalisme adalah sebuah pandangan yang
herpegangan bahwa akal menupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Dan, secara
eminologis aliran ini dipandang sebagai alinan yang berpegang pada prinsip hahwa akal han
diben peranan utama dalam penjelasan la sangat menekankan akal badi sebagai sumber utama
pengetahun, mendahulu anggul atas, dan bebas dari pengamatan inderawi Indra menurut teori
rasional, adalah sumber pemahaman terhadap konsepsi-konsepsi dan gagasan-gagasan
sederhana. Tetapi ia bukan satu-satunya sumber-sumber. Ada juga fitnah yang mendoning
munculnya sekumpulan konsepsi dalam akad. Kaum nasionalisme mulai dengan sebuah
pemyatan yang sudah pasti. Aksioma dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya
diturunkan dari ide yang menurut anggapannya adalah jelas, tegas dan pasti dalam pikiran
manusia.Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa
kebenaran haruslah ditentukan atau didapatkan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang
berdasarkan fakta, bukan berasal dari pengalaman inderawi. Rasionalisme menentang paham
empirisme, karena kaum rasionalis berpendapat bahwa ada kebenaran yang secara langsung
dapat dipahami. Dengan kata lain, orang-orang yang menganut paham rasionalis ini
menegaskan bahwa beberapa prinsip rasional yang ada dalam logika, matematika, etika, dan
metafisika pada dasamya benar.5

2.1.3 Tokoh-tokoh Rasionalisme

1. Rene Descartes (1596-1650)


Descartes di samping tokoh rasionalisme juga dianggap sebagai bapak filsafat,
terutama karena dia dalam filsafat sungguh diusahakan adanya metode serta
penyelidikan yang mendalam. la yang mendirikan aliran Rasionalisme berpendapat

3
Prof. Dr.Jummadi, M.Pd, Perkembangan Filsafat, (Yogyakarta, UNY, 2017)H25
4
Asc. Prof. Dr. Waston, M.Hum, Filsafat Ilmu dan Logika,(Jakarta,UMS,2019)H111
5
https://g.co/kgs/v8Z2Bz
bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercayai adalah akal. Ia tidak puas dengan
filsafat scholastik karena dilihatnya sebagai saling bertentangan dan tidak ada
kepastian. Adapun sebabnya karena tidak ada metode berpikir yang pasti. Descartes
merasa benar-benar ketegangan dan ketidak pastian merajalera ketika itu dalam
kalangan filsafat. Descartes kecil yang mendapat nama baptis Rene, tumbuh sebagai
anak yang menampakan bakatnya dalam bidang filsafat, sehingga ayahnya pun
memanggilnya dengan julukan Si Filsuf Cilik. Pendidikan pertamanya diperoleh dari
sekolah Yesuit di La Fleche dari tahun 1604-1612.

2. Baruch De Spinoza (1632-1677)

Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia pada tahun 1677 M. Nama
aslinya Baruch Spinoza. Setelah ia mengucilkan diri dari agama Yahudi, ia mengubah
namanya menjadi Benedictus de Spinoza. Ia hidup di pinggiran kota Amsterdam. Spinoza
mengikuti pemikiran Rene Descartes. De Spinoza memiliki cara berfikir yang sama
dengan Rene Descartes, ia mengatakan bahwa kebenaran itu terpusat pada pemikiran dan
keluasan. Pemikiran adalah jiwa, sedangkan keluasan adalah tubuh, yang eksistensinya
berbarengan.Spinoza, ada tiga taraf pengetahuan, yaitu berturut-turut taraf persepsi
indrawi atau imajinasi, taraf refleksi yang mengarah pada prinsip-prinsip dan taraf intuiti.
Hanya taraf kedua dan ketigalah yang dianggap pengetahuan sejati. Dengan ini, Spinoza
menunjukkan pendiriannya sebagai seorang rasionalis.

3. Leibniz (1.646-1716 M)
Leibniz lahir di Jerman, nama kengkapnya Gottfried Wilhem von Leibniz.
Sama halnya Spinoza, Leibniz termasuk pengagum sekaligus pengkritik Descartes.
Baginya, ia khawatir tentang kehidupan dan bagaimana menjalani hidup.Pemikiran
Leibniz yang terkenal adalah "monadologi"-nya, dia berpendapat bahwa banyak
sekali subtansi yang terdapat di dunia ini, yang disebutnya "monad" (monos satu,
monad: satu unit). Secara singkat, sistem Leibniz dijelaskan dalam lima tesisnya,
yaitu:
 Alam semesta itu sepenuhnya rasional
 Setiap bagian elementer alam semesta berdiri sendiri
 Ada harmoni yang dikehendaki Allah di antara segala hal di alam semesta ini
 Dunia ini secara kuantitatif dan kualitatif Monad ini semacam cermin yang
membayangkan kesempurnaan yang satu itu dengan caranya sendiri. Tiap-tiap
pencerminan yang terbatas ini mengandung kemungkinan tidak terbatas karena dalam
seluruhnya dapat diperkaya dan dipergandakan oleh sesuatu dari sesuatu yang
mendahuluinya. Dalam rentetan ini ada tujuan yang terakhir, yaitu menuju yang tak
terbatas sesungguhnya.tidak terbatas
 Alam dapat dijelaskan secara mekanistis sepenuhnya

Monad ini semacam cermin yang membayangkan kesempurnaan yang satu itu dengan
caranya sendiri. Tiap-tiap pencerminan yang terbatas ini mengandung kemungkinan tidak
terbatas karena dalam seluruhnya dapat diperkaya dan dipergandakan oleh sesuatu dari
sesuatu yang mendahuluinya. Dalam rentetan ini ada tujuan yang terakhir, yaitu menuju yang
tak terbatas sesungguhnya.6

2.1.4 Pokok-pokok Pikiran Rasionalisme

2.1.5 Tujuan mempelajari Rasionalisme

2.2 Emperisme

2.2.1 Latar Belakang Emperisme

2.2.2 Pengertian Emperisme

2.2.3 Tokoh-tokoh Emperisme

2.3.4 Pokok-pokok pikiran Emparisme

Ada beberapa ajaran pokok dalam pemikiran empiris. Adapun yang menjadi pokok-
pokok penting dalam pemikiran ajaran empirisme ini, yaitu
1) Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami.
2) Pengalaman indrawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3) Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data indrawi.
4) Semua pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak langsung dari
data indrawi (kecual beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).

6
Muliadi, M.Hum, Filsafat Umum,(Bandung,UIN,2020)H72-76
5) Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan
pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapatkan tugas
untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.
6) Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mangaku bahwa pengalaman sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan.7

2.3.5 Tujuan mempelajari Emperisme

Empirisme menganggap bahwa pengalaman melalui panca indera yang menjadi


landasan kehidupan manusia. Demikian pula halnya, untuk memperoleh ilmu pengetahuan
harus berdasar pada pengamatan atau pengalaman inderawi (pengalaman lahiriah). Menurut
empirisme, akal pikiran (rasio) hanya sebagai pelengkap atau membantu untuk memperjelas
pengetahuan yang berasal dari pengalaman. Cara kerja yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan adalah dengan menggunakan metode induktif, seperti yang diterapkan oleh
tokoh empirisme pada abad 16, yaitu Francis Bacon.8

7
Ahmad Wahyudin,M.Ag, Kajian Epistemologi terhadap ilmu hikmah dan penyimpangan perakteknya dalam
masyarakat, (Banten,A-Empat,2020)H57
8
Purwo Husodo, Sejarah pemikiran Barat, (Yogyakarta,AG Publishing,2018)H83-84

Anda mungkin juga menyukai