Bab I Pendahuluan
Filsafat merupakan suatu analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran
mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu sudut
pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan. (Kattsoff, 1986, 4)
Pada makalah ini kami akan menguraikan tentang Rasionalisme dan Empirisme,
antara lain adalah latar belakang rasionalisme, pengertian rasionalisme, tokoh-tokoh
rasionalisme, pokok-pokok pikiran rasionalisme, dan tujuan mempelajari rasionalisme.
Selanjutnya adalah tentang latar belakang empirisme, pengertian empirisme, tokoh-tokoh
empirisme, pokok-pokok pikiran empirisme dan tujuan mempelajari empirisme.
Bab II Pembahasan
2.1 Rasionalisme
2.1.1 Latar Belakang Rasionalisme
Latar belakang Munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri
dari segala pemikiran tradisional yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu
mengenai hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Kaum Rasionalisme mulai dengan
sebuah pernyataan aksioma dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan
dari ide yang menurut anggapannya adalah jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia.
Pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk mengetahui ide tersebut, namun manusia
tidak menciptakannya, tetapi mempelajari lewat pengalaman.
Ide tersebut kiranya sudah ada di sana sebagai bagian dari kenyataan dasar dan
pikiran manusia. Kaum rasionalis berdalil bahwa karena pikiran dapat memahami prinsip,
maka prinsip itu harus ada, artinya prinsip harus benar dan nyata. Jika prinsip itu tidak ada,
orang tidak mungkinkan dapat menggambarkannya. Prinsip tidak dikembangkan dari
pengalaman, bahkan sebaliknya pengalaman hanya dapat dimengerti bila ditinjau dari prinsip
tersebut. Dalam perkembangannya, Rasionalisme diusung oleh banyak tokoh, masing-
masingnya dengan ajaran-ajaran yang khas, namun tetap dalam satu koridor yang sama.
(Jumadi, 2017, 24-25)
1
Bagi rasioanlisme, pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman indra masih
diragukan kebenarannya, Adapun yang jelas dapat dipercaya adalah kenyataan bahwa
manusia berpikir dengan akalnya, dan akal itulah yang berkuasa atas hidupnya.
(Miftakhuddin, 2021, 296)
2
metafisika pada dasamya benar. (Rasionalisme- Universitas Stekom Semarang
https://g.co/kgs/v8Z2Bz )
3
Rene Descartes, ia mengatakan bahwa kebenaran itu terpusat pada pemikiran dan keluasan.
Pemikiran adalah jiwa, sedangkan keluasan adalah tubuh, yang eksistensinya
berbarengan.Spinoza, ada tiga taraf pengetahuan, yaitu berturut-turut taraf persepsi indrawi
atau imajinasi, taraf refleksi yang mengarah pada prinsip-prinsip dan taraf intuiti. Hanya taraf
kedua dan ketigalah yang dianggap pengetahuan sejati. Dengan ini, Spinoza menunjukkan
pendiriannya sebagai seorang rasionalis.(Muliadi, 2020, 72-76)
Pikiran-pikiran pokok:
a. Rasionalisme dan mistik. Filsafat Spinoza merupakan temuan antara rasionalisme
dan mistik. Ada dua interpretasi dari pikiran Spinoza yang cukup berbeda. Yang
pertama, interpretasi rasionalistis, memandang pikiran Spinoza sebagai contoh
paling murni dari panteisme. Intepretasi kedua juga memandang Spinoza sebagai
panties, tetapi Spinoza disini digambarkan sebagai seorang yang sangat religius.
b. Allah= Alam= Satu Substansi. Menurut Spinoza, Seluruh kenyataan merupakan
kesatuan, dan kesatuan ini sebagai satu-satunya substansi itu sama dengan Allah
atau alam.
c. Etika. Pedoman untuk menjadi bahagia disajikan dalam Ethica Spinoza. Tujuan
etika ini ialah kebahagiaan. Menurut Spinoz kebahagiaan itu sama dengan
kebebasan. Perasaan ini dapat dicapai oleh pengertian. (Harry Hamersma, 1983, 9-
10)
4
4. Akal budi adalah sumber utama pengetahuan, dan ilmu pengetahuan pada dasarnya
adalah suatu sistem dedukatif yang dapat dipahami secara rasional yang hanya secara
tidak langsung berhubungan dengan pengalaman indrawi
5. Kebenaran tidak diuji dengan prosedur verfikasi indrawi tetapi dengan kriteria seperti
konsisten logis
6. Terdapat metode(cara) rasional (dedukatif, logis, matematis, inferensial) yang dapat
diterapkan pada materi soal pokok apa saja yang dapat memberikan kita penjelasan
yang memadai
7. Kepastian mutlak mengenai hal-hal adalah ideal pengetahuan dan sebagian dapat
dicapai dengan pikiran murni. Kepastian dan keniscayaan mutlak adalah ciri pokok
baik dari realitas maupun dari semua pengetahuan yang benar
8. Hanya kebenaran-kebenaran niscaya dan benar pada dirinya sendiri, yang timbul dari
akal budi saja yang dikenal sebagai benar, nyata dan pasti
9. Alam semesta (realitas) mengikuti hukum-hukum dan rasionalitas (bentuk) logika. Ia
adalah suatu siste, yang di rancang secara rasional (logis) yang aturannya cocok
dengan logika
10. Begitu logika dikuasai, segala sesuatu dalam alam semesta dapat dianggap dedukasi
dari prinsip-prinsip atau hkum-hukumnya. (Wahyudin, 2020, 62-63)
2.2 Empirisme
2.2.1 Latar Belakang Empirisme
Pemahaman empirisme telah dikemukakan oleh Aristoteles dengan berpednapat
bahwa persepsi adalah dasar dari ilmu pengetahuan. Empirisme muncul pertama kali di
Inggris sebagai pemikiran yang bertentangan dengan pemikiran rasionalisme yang
dikemukakan olej Rene Descartes.Gagasan awal empirisme dikemukakan oleh Thomas
Hobbes (1588-1679) dengan pendpaat bahwa permulaan dari segala pengetahuan berasal dari
5
pengalaman indrawi. Hukum-hukum mekanisme dianggap dasar dari proses-proses yang
berlangsung di dunia, termasuk didalamnya adalah manusia.
Kemudian gagasan lain mengenai empirisme dikemukakan oleh John Locke (1632-
1704) yang mengemukakan bahwa sumber pengetahuan yang diterima oleh akal berasal dari
pengalaman. Pemikiran empirisme dikembangkan lagi oleh George Berkeley yang
berpendapat bahwa substansi yang bersifat materil itu tidak ada sama sekali, yang ada
hanyalah ciri-ciri yang dapat diamati. Ketika dunia memasuki masa revolusi industry,
manusia mulai mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mentapkan kebijakan
dalam mengatasi berbagai masalah sosial di masyarakat. Mistisme serta kepercayaan tentang
klenik dan sihir diselesaikan dengan penyusunan dan pengujian ber agai teori yang bersifat
ilmiah. Tolak ukur yang digunakan ialah empirisme dan metode ilmiah. (Sholihul Huda,
2023211-212)
6
belakang empirisme adalah How we Know what we know (Sukardjo dan Komarudin,
2010,33).
Seorang empirisis biasanya berpendapat bahwa kita dapat memperoleh pengetahuan
melalui pengalaman. Sifat yang menonjol dari jawaban ini dapat dilihat bila kita
memperhatikan pertanyaan seperti, “Bagaimana orang mengetahui es membeku?”, jawbaan
kita tentu berbunyi, “karena saya melihat yang demikian”, atau “karena seorang ilmuwan
melihatnya demikian”. Dengan begitu, dapat dibedakan dua macam unsur: pertama, unsur
yang mengetahui dna kedua, unsur yang diketahui. Orang yang mengetahui merupakan
subjek yang memperoleh pengethauan dan dikenal dengan perkataan yag menunjukkan
seseorang atau suatu kemampuan.
“Pengetahuan diperoleh dengan perantaraan indra”, kata penganut empirisme dari
Britania mengatakan bahwa pada manusia dilahirkan akalnya merupakan sejenis buku catatan
yang kosong (tabula rasa). Di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman
indrawi. Menurut John Locke, seluruh sisa pengetahuan kita peroleh dengan jalan
menggunakan seerta meperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari pengindraan serta refleksi
pertama dan sederhana itu.
Ia memandang bahawa akal sebagai jenis tempat penampungan yang secara pasif
menerima hasil-hasil pengindraan tersebut. Ini berarti bahwa semua pengetahuan kita betapa
pun rumitnya dapat dilacak kembali sampai pada pengalaman-pengalaman indrawi yang
pertama-tama, yang dapat diibaratkan atom-atom yang Menyusun objek-objek material. Apa
yang tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan
atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual. (Juhaya S. Praja,
2003, 25-26)
7
John Locke menjadi peletak dasar empirisme dalam proses berpikir. Pada tahun 1669,
ia menulis sebuah buku berjudul Essay Concerming Human Understanding yang
memiliki presmis utama berupa pernyataan bahwa semua pengetahuan diperoleh melalui
pengalaman. Pemikiran Locke ini menolak pendapat Plato mengenai adanya ide bawaaan
sebelum perolehan pengalaman. Ia menolak semua gagasan yang mendukung adanya ide
bawaan.
Empirisme yang dikembangkan oleh John Locke juga berkaitan dengan pendidikan.
pemikiran empirisme John Locke berkaitan dengan pandangannya mengenai
pengetahuan yang dimiliki manusia saat lahir. Ia meyakini bahwa mansuia dilahirkan
dalam keadaan tidak memiliki pengetahuan sama sekali. Locke juga meyakini bahwa
perkembangan anak khususnya dalam pendidikan sepenuhnya dipengaruhi oleh
lingkungan. (Sholihul Huda, 2023,213-214)
8
Empirisme meyakini bahwa indra merupakan alat pengenalan pengetahuan yang
sempurna dan paling jelas. Dalam arti lain, empirisme mengutaman penggunakan unsur
aposteriori. Pandangan epistemologis pada pemikiran empirisme didasari oleh prinsip bahwa
segala sesuatu ada di dalam pikiran terlebih dahulu ada dalam bentuk data-data indrawi.
Epistemology empirisme didasarkan kepada karya-karya dari John Locke dan David Hume.
Dalam pemikiran keduanya, fenomenalisme-nominalisme dijadikan sebagai dasar ilmu.
Sesuatu hal dianggap sebagai pengetahuan jika merupakan sebuah fenomena yang dapat
dialami secara langsung.
Status sebagai pengetahuan tidak dapat diberikan kepada pernyataan yang tidak mengacu
kepad aobjek yang independent. Empirisme meyakini bahwa keseluruhan struktur ilmu dapat
diketahui menggunakan metode induksi. (Sholihul Huda, 2023,212-213)
9
Hampir tidak ada filsuf yang menjadi seorang empurus yang sejati, yaitu orang yang
berpendapat bahwa secara harfiah semua pengetahuan berasal dari pengalaman. Bahkan John
Locke (1632-1704), yang dianggap sebagai bapak empirisme modern, berpikir bahwa ada
beberapa pengetahuan yang tidak berasal dari pengalaman, meskipun ia berpendapat bahwa
pengetahuan dimaksud tergolong “remeh” dan tidak berisi. Empirisme dengan demikian
mengakui keberadaan pengetahuan apriori tetapi meyangkal signifikansinya. (Daniel Rusyad,
2020, 18-19)
10
Bab IV Kesimpulan dan Relevansi pada masa kini
Kesimpulan
Rasionalisme adalah pandangan yang berpendapat bahwa pengetahuan yang kita
miliki berasal dari pemikiran dan nalar manusia, dan ini bisa diperoleh tanpa melibatkan
pengalaman indrawi. Rasionalis meyakini bahwa akal adalah sumber utama pengetahuan, dan
pengetahuan kita dapat diperoleh dengan menggunakan logika dan pemikiran. Mereka
berargumen bahwa prinsip-prinsip dasar seperti matematika dan logika adalah kebenaran
yang ada sebelum pengalaman. Tokoh terkenal dalam rasionalisme termasuk Rene Descartes
dan Baruch Spinoza.
Empirisme, meyakini bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman inderawi. Menurut
pandangan ini, kita memperoleh pengetahuan melalui panca indera kita, seperti melihat,
mendengar, merasa, dan lain sebagainya. Empiris berpendapat bahwa pengalaman adalah
satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat diandalkan. Tokoh-tokoh terkenal dalam
empirisme meliputi John Locke dan George Berkeley.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. Filsafat Manusia: Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011.
Hamersma, Harry. Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern. Jakarta: PT Gramedia, 1984.
Husodo, Purwo. Sejarah Pemikiran Barat. Yogyakarta: AG Publishing, 2018.
Jumadi. Perkembangan Filsafat. Yogyakarta: UNY, 2017.
Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986.
Miftakhuddin. Sejarah Peradaban Dunia Lengkap. Yogyakarta: Anaka Hebat Indonesia,
2021.
Muliadi. Filsafat Umum. Bandung: UIN, 2020.
Praja, Juhaya S. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Kencana, 2003.
Sudarsono. Ilmu Filsafat. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001.
Wahyudin, Ahmad. Kajian Epistemologi Terhadap Ilmu Hikmah dan Penyimpangan
Prakteknya dalam Masyarakat. Banten: A-Empat, 2020.
Waston. Filsafat Ilmu dan Logika. Jakarta: UMS, 2019.
12