Oleh :
Kelas B
Devi Aprillia N
(120210102015)
(120210102027)
Desi Rahmawati
(120210102071)
1.
RASIONALISME
Rasionalisme berasal dari kata rasio dan isme, yang berarti paham yang
meletakkan kebenaran tertinggi pada akal manusia atau paham filsafat yang
mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh
pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme suatu pengetahuan diperoleh haruslah
dengan cara berpikir. (Hasan Bakti, 2001 : 169)
Pengertian lain rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat
yang menyatakan bahwa kebenaran ditentukan melalui pembuktian, logika, dan
analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran
agama. Hal ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk membebaskan diri dari
segala pemikiran yang tradisional. Yang dalam hal ini Rene Descartes adalah
pendiri pada aliran ini. (Asmoro Achmadi, 2008 : 110)
Rasionalisme adalah aliran filsafat yang sangat mementingkan akal (rasio).
Dalam akal (rasio) terdapat ide-ide dan dengan ide tersebut seorang dapat
membangun ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas di luar akal (rasio).
(Juhaya Praja, 2003 : 91)
Berikut tokoh-tokoh aliran filsafat rasionalisme :
a)
Rene Descartes
Dalam buku nya Discourse on Method (1637) dan Meditations (1642),
Descartes menegaskan perlunya metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua
pengetahuan, yaitu menyangsikan segalanya, secara metodis. Menurutnya yang
harus dipandang sebagai yang benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah
(clear and distinctly) dan hal ini menjadi norma Descartes dalam menentukan
kebenaran.
Descartes memandang pengetahuan melalui indera adalah kabur. Untuk
meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, ia menyusun argumentasi
yang amat terkenal. Argumentasi ini tertuang di dalam sebuah metode yang sering
disebut Cogito Descartes atau metode cogito. Tahapan metode itu bisa
digambarkan seperti berikut:
Benda
inderawi
tidak
ada
Gerak,
jumlah,
besaran
(ilmu
pasti)
tidak ada
Saya
sedang
ragu,
ada
Saya ragu
karena
saya
berpikir
Jadi, saya
berpikir,
ada.
jelas dan terpilah-pilah. Ciri khas kebenaran yang dapat dipastikan adalah jelas
dan terpilah-pilah. Meskipun demikian dia tidak mengingkari pengetahuan yang
diperoleh melalui pengalaman. Hanya saja pengalaman dipandang sebagai sejenis
perangsang bagi pikiran.
b)
Baruch Spinoza
Rasionalisme
nya
lebih
luas
dan
konsekuen
dibanding dengan
Rasionalisme Descartes. Baginya di dalam dunia tiada hal yang bersifat rahasia,
karena akal atau rasio manusia telah mencakup segala sesuatu, juga Allah. Bahkan
Allah menjadi sasaran akal yang terpenting.
Pengertian tentang Allah yang diajarkan Spinoza, tidak sama dengan yang
diajarkan Descartes. Bagi Descartes Allah adalah suatu Pribadi yang menciptakan
dunia, akan tetapi bagi Spinoza, Allah adalah suatu kesatuan umum, yang
mengungkapkan diri di dalam dunia. Segala yang ada adalah Allah, tiada sesuatu
pun yang tidak tercakup di dalam Allah dan tiada sesuatu pun dapat berada tanpa
Allah. Itulah sebabnya pendirian Spinoza disebut panteisme, yaitu Allah
disamakan dengan segala sesuatu yang ada.
Ada dua hal yang penting menurut Spinoza yang berkaitan dengan
kebebasaan dan kebahagiaan manusia. Pertama menurut Spinoza kebebasan tidak
bersifat pasif, melainkan aktif. Dalam hal ini kita mengenal dan menyerahkan diri,
secara intelektual menunjukkan usaha atau kegiatan aktif. Karena cinta kepada
Allah juga bersifat intelektual, yang didasarkan atas pengertian atau pemahaman
belaka, bukan merupakan hubungan pribadi yang mengandaikan adanya
keterkaitan dalam mencintai. Dalam cinta intelektual kepada Allah menurut
Spinoza, kita bisa melihat segala sesuatu subspecie aeternitatis (dari sudut
kebandingannya). Artinya, dalam diri Allah kita bisa memandang dalam sesuatu
yang ada di dalam semesta ini secara menyeluruh, sehingga tidak ada lagi bagianbagian yang saling terpisahkan entah berdasarkan ruang atau waktu. Bagi Spinoza
Allah adalah alam dan alam adalah Allah. Tidak lebih dan tidak kurang.
c)
G.W. Leibniz
monad berbeda satu dengan yang lain, dan Allah (sesuatu yang supermonad atau
satu-satunya monad yang tidak dicipta) adalah Pencipta monad-monad itu.
Analisis aliran rasionalisme. Salah satu contoh permasalahan dari
masyarakat Indonesia adalah terkadang ada orang yang tidak bersalah terpaksa
harus menjalani hukuman karena adanya kesalahan pada oknum-oknum tertentu,
atau bahkan adanya kecurangan. Hal ini jelas merupakan contoh dari tindakan
yang tidak dipikir dengan rasional, sehingga merugikan orang lain.
Adapun penerapan paham rasionalisme dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satunya, jika saya mampu menjawab semua soal ujian degan baik dan
benar, kemudian saya aktif dalam berdikusi di kelas, maka saya pun akan
mendapatkan nilai A. Rasionalisme membuat kita meraih kebeneran dan berpikir
secara objektif sesuai dengan akal pikiran.
2.
EMPIRISME
Istilah Empirisme berasal dari kata empiri yang berarti indra atau lata
indra, yang ditambah dengan isme sebagai suatu aliran. Dengan kata lain,
kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia. Yang
dilatarbelakangi karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan
manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal ini terjadi
karena filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain, ilmu
pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan. Kemudian ada anggapan
bahwa pengetahuanlah yang bermanfat, pasti dan benar hanya diperoleh lewat
indera (empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran
tersebut lahir dengan nama Empirisme. (Hasan Bakti, 2001 : 171)
Empirisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat
terbatas pada apa yang dapat diamati dan diuji. Oleh karena itu, aliran empirisme
memiliki sifat kritis terhadap abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan
memperoleh ilmu. Strategi utama pemerolehan ilmu, dengan demikian, dilakukan
dengan penerapan metode ilmiah.
Pada dasarnya Empirisme sangat bertentangan dengan Rasionalisme.
Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari ratio,
sehingga pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur.
sebaliknya Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman
sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan
sempurna.
Seorang yang beraliran Empirisme biasanya berpendirian bahwa
pengetahuan didapat melalui penampungan yang secara pasif menerima hasilhasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya
dapat dilacak kembali dan apa yang tidak dapat bukanlah ilmu pengetahuan.
Empirisme radikal berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai
kepada pengalaman inderawi dan apa yang tidak dapat dilacak bukan
pengetahuan. Lebih lanjut penganut Empirisme mengatakan bahwa pengalaman
tidak lain akibat suatu objek yang merangsang alat-alat inderawi, kemudian di
dalam otal dipahami dan akibat dari rangsangan tersebut dibentuklah tanggapantanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat-alat inderawi tersebut.
Tradisi empiris dipelopori oleh beberapa tokoh dari kalangan ilmuwan
berkebangsaan Inggris, seperti John Locke, dan Thomas Hobbes
a)
John Locke
Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah
filsafat adalah
b)
Thomas Hobbes
Inti pemikiran Hobbes berakar pada empirisme (berasal dari bahasa
menyatakan
bahwa
pengalaman
adalah
asal
dari
segala
pengetahuan kita kelak. Contoh sederhana yang lain, ketika kita belajar memasak,
mungkin saat kita baru pertama kali mencoba masakan yang telah kita masak,
masakan nya terasa terlalu asin, atau bahkan tidak ada rasa sama sekali, nah dari
situ kita bisa belajar bagaimana menciptakan masakan yang enak sesuai dengan
pengalaman yang telah didapat.
3.
KRITISISME
Aliran ini muncul pada abad ke-18, yang dilatarbelakangi manusia melihat
4.
IDEALISME
Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa
hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa
(mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang
hadir dalam jiwa.Kata idealisme dalam filsafat mempunyai arti yang sangat
berbeda dari arti yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari. Kata idealis itu
ini
beranggapan
bahwa
jiwa
adalah
kenyataan
yang
sebenarnya.Manusia ada karena ada unsur yang tidak terlihat yang mengandung
sikap dan tindakan manusia. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk
kejiwaan/kerohanian.Untuk menjadi manusia maka peralatan yang digunakannya
bukan semata-mata peralatan jasmaniah yang mencakup hanya peralatan panca
indera, tetapi juga peralatan rohaniah yang mencakup akal dan budi. Justru akal
dan budilah yang menentukan kualitas manusia. Tokoh-Tokoh Idealisme :
a)
b)
pemikirannya tidak terlepas dari ide mutlak, baik berkenaan dari sistemnya,
proses dialektiknya, maupun titik awal dan titik akhir kefilsafatannya. Oleh karena
itu pulalah filsafatnya disebut filsafat idealis, suatu filsafat yang menetapkan
wujud yang pertama adalah ide (jiwa).
5.
POSITIVISME
Positivisme berasal dari kata positive. Dalam bahasa filsafat, positif
bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami
sebagai suatu realita. Positivisme secara terminologis berarti merupakan suatu
paham yang dalam pencapaian kebenaran-nya bersumber dan berpangkal pada
kejadian yang benar-benar terjadi dimana kebenaran tersebut bergantung secara
objektif pada hukum yang telah diletakkan.
Filsafat positivisme lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya, apa
yang telah diketahui adalah yang factual dan yang positif, sehingga metafisika
ditolaknya. Maksud positif adalah segala gejala dan segala yang tampak seperti
apa adanya, sebatas pengalaman-pengalaman objektif. Jadi setelah fakta
diperolehnya, fakta-fakta tersebut diatur agar dapat memberikan semacam asumsi
(proyeksi) ke masa depan.
Di dalam filsafat, positivisme sangatlah dekat dengan empirisme, yakni
paham yang berpendapat bahwa sumber utama pengetahuan manusia adalah
pengalaman inderawi. Artinya, manusia tidak bisa mengetahui sesuatu apapun,
jika ia tidak mengalaminya terlebih dahulu secara inderawi. Yang menjadi ciri
khas dari positivisme adalah, peran penting metodologi di dalam mencapai
pengetahuan. Di dalam positivisme, valid tidaknya suatu pengetahuan dilihat dari
validitas metodenya. Dengan demikian, pengetahuan manusia, dan juga mungkin
kebenaran itu sendiri, diganti posisinya oleh metodologi yang berbasiskan data
yang juga diklaim obyektif murni dan universal. Dan, satu-satunya metodologi
yang diakui oleh para pemikir positivisme adalah metode ilmu-ilmu alam yang
mengklaim mampu mencapai obyektifitas murni dan bersifat universal. Metodemetode lain di luar metode ilmu-ilmu alam ini pun dianggap tidak memadai.
Ajaran utama dari positivisme diantaranya:
a) Di dalam alam terdapat hukum-hukum yang dapat diketahui,
b) Penyebab adanya benda-benda dalam alam tidak diketahui,
c) Setiap pernyataan yang secara prinsip tidak dapat dikembalikan pada fakta
tidak mempunyai arti nyata dan tidak masuk akal,
d) Hanya hubungan fakta-fakta saja yang dapat diketahui,
e) Perkembangan intelektual merupakan sebab utama perubahan sosial.
Dalam perkembangannya positivisme mengalami perombakan pada
beberapa sisi, hingga munculah aliran pemikiran yang bernama Positivisme Logis.
Istilah lain untuk Positivisme logis adalah empirisme logis, empirisme rasional,
dan juga neo-positivisme.
Paradigma positivisme banyak mempengaruhi dunia ilmu pengetahuan
yang di satu sisi paham ini memicu kemajuan industri dan teknologi namun di sisi
lain ia memiliki kelemahan-kelemahan dan mendapatkan kritikan dari para filsuf
dan ilmuwan baru.
Tokohnya yang paling popular adalah Augus Comte (1798-1857).
Menurut Comte, perkembangan manusia berlangsung dalam tiga tahap. Pertama,
tahap teologis, kedua, tahap metafisik, ketiga, tahap positif.
1) Tahap Teologis
Pada tahap teologis ini, manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam
terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala
tersebut. Kuasa-kuasa ini dianggap sebagai makhluk yang memiliki rasio dan
kehendak seperti manusia. Tetapi orang percaya bahwa mereka berada pada
tingkatan lebih tinggi dari pada makhluk-makhluk selain insani.
2) Tahap Metafisik
Tahap ini bisa juga disebut sebagai tahap transisi dari pemikiran Comte.
Tahapan ini sebenarnya hanya merupakan varian dari cara berpikir teologis,
6.
EVOLUSIONISME
Suatu teori yang menganggap bahwa Evolusi sebagai hukum tertinggi yang
Aliran ini dipelopori oleh ahli Zoologi, Charles Robert Darwin. Dalam
pemikirannya, ia mengajukan konsep tentang perkembangan tentang segala
sesuatu termasuk manusia yang diatur oleh hukum-hukum mekanik, yaitu survival
of the fittest dan struggle for life
Darwin sudah lama berpikir tentang evolusi ide; bahwa semua species
berhubungan satu sama lain dan mempunyai "common ancestor" (berasal dari satu
garis keturunan) dan melalui mutasi species baru muncul. Namun dia masih
penasaran tentang mekanisme bagaimana proses itu terjadi. Secara kebetulan, ia
membaca tulisan-tulisan Thomas Malthus. Malthus berpendapat bahwa populasi
manusia
bertambah
lebih
cepat
daripada
produksi
makanan,
sehingga
7.
MATERIALISME
Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau
Asas gerak;
fisika-kimiawi.
Bahkan,
terbentuknya
manusia
sangat
8.
NEO-KANTIANISME
Setelah
materialisme
pengaruhnya
merajalela,
para
murid
Kant
mengadakan gerakan lagi. Mereka ingin kembali bersifat kritis, yang bebas dari
spekulasi idealisme dan dogmatis Positivisme dan Materialisme. Gerakan ini di
sebut dengan nama Neo-Kantianisme. Herman Cohen memberikan titik tolak
pemikirannya mengemukakan bahwa keyakinannya kepada otoritas akal manusia
untuk mencipta. Mengapa demikian, karena segala sesuatu itu ada apabila
terlebih dahulu dipikirkan. Tuhan, menurut pendapatnya, bukan sebagai person
tetapi sebagai cita-cita dari seluruh perilaku manusia.
Neo-Kantianisme adalah paham filosofis yang mengalir dari pemikiran
Immanuel Kant. Aliran ini lahir sebagai tanggapan atas ketidakmampuan paham
Idealisme yang berusaha menanggapi tantangan ilmu empiris dan positivisme
9.
PRAGMANTISME
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti
sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi
masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka
konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat kedua.
Tradisi pragmatisme muncul atas reaksi terhadap tradisi idealis yang
dominan yang menganggap kebenaran sebagai entitas yang abstrak, sistematis dan
refleksi dari realitas. Pragmatisme berargumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah
meninggalkan ilmu pengetahuan transendental, kemudian menggantinya dengan
aktifitas manusia sebagai sumber pengetahuan. Bagi para penganut mazhab
pragmatisme, ilmu pengetahuan dan kebenaran adalah sebuah perjalanan dan
bukan merupakan tujuan.
Para pelopor aliran ini, diantaranya; William James (1842), dengan
pandangan filsafatnya bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang
bersifat tetap, atau berdiri sendiri dari akal yang mengenalnya. Menurutnya James,
dunia tidak dapat diterangkan dengan berpangkal pada satu asas saja. Dunia
adalah dunia yang terdiri dari banyak hal yang saling bertentangan. Kepercayaan
agama dia katakan hanya berlaku bagi orang-perorang, dan nilainya subyektifrelative, sepanjang kepercayaan itu memberikan kepada orang tersebut suatu
hiburan rohani, penguatan keberanian hidup, perasaan damai, keamanan dan
sebagainya. Segala macam keagamaan mempunyai nilai yang sama, jikalau
akibatnya sama-sama memberikan kepuasan kepada kebutuhan keagamaan.
Pandangan-pandangan James banyak diikuti oleh pelopor pragmatisme
berikutnya, John Dewey. Menurutnya, tugas filsafat adalah memberikan
pengarahan bagi perbuatan nyata.
Analisis aliran pragmantisme.
10.
FILSAFAT HIDUP
Aliran filsafat ini lahir akibat dari reaksi dengan adanya kemajuan ilmu
11.
FENOMENOLOGI
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu sebagai
ungkapan kejadian yang dapat diamati oleh indra. Edmun Husserl (1859-1938)
adalah pendiri aliran fenomenologi, ia telah mempengaruhi pemikiran filsafat
abad ke 20 ini secara amat mendalam. Fenomenologi adalah ilmu (logos)
pengetahuan tentang apa yang tampak (phainomenon). Dengan demikian
fenomenologi adalah ilmu yang mempelajari yang tampak atau apa yang
menampakkan diri atau fenomenon. Bagi Husserl fenomena ialah realitas sendiri
yang tampak, tidak ada selubung atau tirai yang memisahkan subjek dengan
realitas, realitas itu sendiri yang tampak bagi subjek.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa fenomena dipandang dari dua sudut.
Pertama, fenomena selalu menunjuk ke luar atau berhubungan dengan realitas
di luar pikiran. Dua, fenomena dari sudut kesadaran kita, karena selalu berada
dalam kesadaran kita. Maka dalam memandang fenomena harus terlebih dahulu
melihat penyaringan (ratio), sehingga mendapatkan kesadaran yang murni.
Fenomenologi adalah disiplin ilmu yang sungguh revolusioner dan
berpengaruh. Sebagai corak berfilsafat, fenomenologi sangat orisinil, pola
berfilsafat yang tidak lagi mencari esensi di balik penampakkan, melainkan
berkonsentrasi penuh pada penampakkan itu sendiri. Fenomenologi menyapu
bersih segala asumsi yang cenderung mengotori kemurnian pengalaman manusia.
12.
EKSISTENSIALISME
Kata Eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luar, dan sistensi =
Upaya
untuk
menjadi
miliknya
itu
manusia
harus berbuat
nilai
eksistensialis
menitikberatkan
pada
kesadaran,
bahwa dunia itu kejam, serunya, Keluhanku adalah sungguh celaka jika tidak
ada hasrat. Atau, dalam kata-kata Nietzsche: Rahasia kemakmuran terbesar dan
kebahagiaan terbesar adalah eksistensi hidup dalam bahaya.
Analisis aliran eksistensialisme.
13.
NEO-THOMISME
Pada pertengahan abad ke-19, ditengah-tengah gereja Katolik banyak
penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas.
Pada mulanya dikalangan gereja terdapat semacam keharusan untuk mempelajari
ajaran tersebut. Kemudian akhirnya menjadi sebuah paham Thomisme, yaitu
pertama, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas sudah sempurna.
Kedua, paham yang menganggap ajaran Thomas telah sempurna tetapi masih
terdapat hal-hal yang pada suatu saat belum dibahas. Ketiga, paham yang
menganggap bahwa ajaran Thomas harus diikuti, akan tetapi tidak boleh
beranggapan bahwa ajarannya betul-betul sempurna.
Pemikiran Thomas Aquinnas meliputi berikut ini :
Thomas mengemukakan bahwa Allah dalam pandangannya yang
mencerminkan pengaruh filsafat Aristoteles dari zaman Yunani klasik: sebagai
"ada yang tak terbatas" (ipsum esse subsistens).
Allah adalah "zat yang tertinggi", yang memunyai keadaan yang paling tinggi.
terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan
bawah.
Tingkat
bawah
(kodrati)
hanya
dapat
dipahami
dengan
mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi
sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati).
Thomas
DAFTAR PUSTAKA