Anda di halaman 1dari 2

 Masa Skolastik Akhir (1300-1450 M.

Masa Skolastik akhir ditandai dengan kemalasan berpikir filsafati sehingga menyebabkan
stagnasi (kemandegan) pemikiran filsafat Scholastik Kristen.Tokoh yang terkenal pada masa ini
adalah Nicolous Cusanus (1401-1404 M.). Dari filsafatnya ia beranggapan bahwa Allah adalah
obyek sentral bagi intuisi manusia. Karena menurutnya dengan intuisi manusia dapat mencapai
yang terhingga, obyek tertinggi filsafat, dimana tidak ada hal-hal yang berlawanan. Dalam diri
Allah semua hal yang berlawanan mencapai kesatuan.

Semua makhluk berhingga berasal dari Allah pencipta, dan segalanya akan kembali pula pada
pencipta-Nya. Nicolous Cusanus sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa
Scholasti. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu : lewan indra, akal,
dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapat pengetahuan tentang benda berjasad, yang sifatnya
tak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak
berdasarkan pada sajian atau tangkapan indera. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan
pengetahuan yang lebih tinggi sebagaiamana dijelaskan pada paragraf sebelumnya.

Pada tahap akhir masa skolastik terdapat filosof yang berbeda pandangan dengan Thomas
Aquinas, yaitu William Occam (1285-1349). Tulisan-tulisannya menyerang kekuasaan gereja
dan teologi Kristen. Karenanya, ia tidak begitu disukai dan kemudian dipenjarakan oleh Paus.
Namun, ia berhasil meloloskan diri dan meminta suaka politik kepada Kaisar Louis IV, sehingga
ia terlibat konflik berkepanjangan dengan gereja dan negara. William Occam merasa membela
agama dengan menceraikan ilmu dari teologi.Tuhan harus diterima atas dasar keimanan, bukan
dengan pembuktian, karena kepercayaan teologis tidak dapat didemonstrasikan.

Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macampemikiran filsafat yang
menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh-tokohnya
adalah William Ockham (1285 – 1349), Nicolas Cusasus (1401-1464).

1) William Ockham. (1285 – 1349)

Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran
umum dengan Paus John XXII, ia dipenjara di Avignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan
mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan mendalilkan bahwa
kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal yang umum itu hanya
tanda-tanda abstrak.

Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-
kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya
merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya
lewat intuisi, bukan lewat logika. Di ramping itu, ia membantah anggapan skolastik bahwa
logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada
waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.

2) Nicolas Cusasus (1401 – 1464)


Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik.Menurut pendapatnya, terdapat
tiga cars untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan
mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan
akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau
tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya
dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat
dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang
seharusnya dapat diketahui.

Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan
intuisi inilah diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat di mans segala sesuatu
bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.

Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang
dibuat ke suatu sintesis yang lebih lugs. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya
ini tersirat suatu pernikiran para humanis.

Anda mungkin juga menyukai