Anda di halaman 1dari 10

Perkembangan Pendidikan di Eropa pada Masa Abad Pencerahan

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan

MAKALAH

Dosen Pengampu: Prima Purnama Sumantri, M. Pd

Oleh

Dzikrul Hakim Al Maryat

NIM : 17.01.021

PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS PERSATUAN ISLAM

BANDUNG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Abad Pertengahan adalah tentang pendidikan yang dilaksanakan dalam

periode abad pertengahan. Medieval pendidikan dipandang sebagai bentuk yang tidak biasa

cukup pendidikan. Namun, pada abad ke-15, terdapat opsi bagi seorang siswa untuk dididik lebih

lanjut. Beberapa sekolah bahkan bertempat kedua jenis kelamin, tapi ini siang hari saja. Anak-

anak diajarkan dasar-dasar mereka, seperti bagaimana membaca dan menulis. Hal ini karena ini

adalah persyaratan dasar jika mereka ingin diterima dalam magang di guild apapun.

Pendidikan Abad Pertengahan juga terdiri dari anak-anak petani pergi ke sekolah.

Namun, mereka terdiri jumlah yang sangat kecil. Mereka diajarkan bagaimana membaca dan

menulis, dan juga belajar matematika dasar. Ini pendidikan bagi petani biasanya dilakukan di

sebuah biara.

Sebagai bagian dari pendidikan abad pertengahan, perempuan mulia dan anak laki-laki

bahkan dikirim untuk belajar di nunneries. Di sana, mereka akan menerima pendidikan dasar

mereka. Para biarawati ini mengajarkan siswa bagaimana membaca dan menulis juga. Mereka

juga akan mengajar mereka cara berdoa. Girls tambahan diajarkan bagaimana spin dan

melakukan menjahit tengah keterampilan dalam negeri lainnya. Ini adalah ditanamkan dalam

rangka mempersiapkan mereka untuk kehidupan selanjutnya, karena ini adalah keterampilan

dasar yang diperlukan ketika seorang wanita menikah.


Jika seorang anak membawanya pendidikan atau serius di biara, dia akan memiliki

kehidupan monastik. Namun, ini cukup langka untuk orang kota rata-rata atau petani. Juga,

orang-orang ini akan dipilih dengan cermat untuk peringkat tersebut. Jika mereka dianggap

cocok sesuai dengan sikap mereka, mereka akan dibawa oleh para biarawan..

Meskipun pendidikan abad pertengahan telah memberikan dasar untuk pendidikan

formal, beberapa orang lebih memilih untuk menyangkal metode pendidikan abad pertengahan

pinjaman yang diberikan. Mereka percaya bahwa metode formal siswa yang duduk di kelas akan

berkembang kemudian tetap, apakah pendidikan abad pertengahan digunakan pengaturan ini atau

tidak. Hal ini masuk akal karena terpikirkan untuk setiap pengaturan lain untuk digunakan. Hal

ini lebih jauh berpendapat bahwa lebih mungkin bahwa ini akan menjadi kasus dalam pendidikan

modern karena interaksi siswa dianjurkan. Untuk interaksi mahasiswa lebih baik, ruang kelas

sejumlah siswa akan cocok telah direkomendasikan. Terlepas dari argumen ini, kita masih

menemukan banyak jejak pendidikan abad pertengahan di setup modern kita saat ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja yang ada di dalam perkembangan pendidikan pada masa abad pertengahan

khususnya zaman pencerahan ?

2. Siapa saja tokoh pendidikan pada masa zaman pencerahan ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah memberikan informasi tentang apa saja yang ada

pada perkembangan pendidikan di abad pertengahan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENDIDIKAN MASA PENCERAHAN (AUFKLARUNG)

Gejala-gejala baru muncul pada abad ke-18, terutama pada pertengahan kedua dari abad itu.

Seluruh kegiatan manusia saat itu ditujukan kepada usaha mengadakan pencerahan terhadap

abad kegelapan. Abad kegelapan adalah ialah abad pertengahan, yang roh jamannya dianggap

berakhir setelah abad ke-18 tiba.

Pada masa ini manusia ingin bebas dari ikatan gereja dan tradisi, hasilnya gereja dan negara

terpisah. Dalam pendidikan, dituntut agar negara yang harus menyelenggarakan pengajaran,

terutama bagi rakyat umum, lepas sama sekali dari pengaruh gereja (tuntutan ini baru berhasil

pada akhir abad ke-19).

Seluruh gerakan rohaniah dalam lapangan itulah yang disebut sebagai Pencerahan, yang telah

menguasai alam pikiran orang di Eropa Barat pada abad ke-18 dan ke-19. Dua aliran

maknawiyah yang berkembang dan saling mempengaruhi saat itu adalah:

1. Empirisme

Aliran ini beranggapan bahwa sumber dari segala pengetahuan dan kebenaran adalah empiri

atau pengalaman. Segala sesuatu harus dicari dari bahan-bahan yang telah kita peroleh dari

pengalaman kita sendiri. Paham ini berasal dari Inggris, dipelopori oleh Francis Bacon (1561-

1626).

Dalam paham ini, barangsiapa yang menghendaki ilmu pengetahuan harus mengadakan

penyelidikan sendiri. Ia harus mencari gejala-gejalanya, kemudian menyusunnya dengan teliti


dan dengan menempuh jalan induksi sampai pada hukum-hukum yang umum. Oleh karena itu

empiri dan induksi merupakan satu-satunya jalan untuk memperoleh pengetahuan. Dengan

penyelidikan sendiri, pengamatan fakta-fakta dan pengalaman adalah terbesar maknanya. Aliran

ini kemudian lebih diperluas dan diuraikan oleh kaum empiris bangsa Inggris lainnya, seperti

John Locke, Berkeley, dan Hume.

2. Rationalisme

Aliran ini lahir di Prancis dan Descartes (1596-1650), berpendapat bahwa sesuatu itu

dianggap benar jika sesuai dengan akal fikiran. Fikiran manusia akan sanggup memecahkan

segala persoalan. Untuk menuju ke arah kemajuan dan kesempurnaan, ditempuh jalan fikiran

yang sehat.

Rationalisme merupakan kelanjutan dari perlawanan terhadap ajaran-ajaran yang bersifat

dogmatis dan tradisi, yang mulai tampak pada abad ke-15 dan ke-16. menurut rationalisme,

pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pengamatan alat dria (induksi) masih diragukan

kebenarannya. Yang jelas dapat dipercaya adalah kenyataan, bahwa manusia itu berpikir. Ia

berpikir dengan akalnya, maka akal budinya itulah yang berkuasa dalam hidupnya.

Penyebab manusia berpikir tidak terletak pada manusia sendiri, tetapi pada Tuhan. Yang

mengatakan hal itu adalah budi atau akal kita. Budi itulah yang menetapkan norma-norma hidup.

Rationalisme menempatkan budi itu di atas wahyu Ilahi. Budi menetapkan apa yang dapat kita

terima dan apa yang tidak, juga di lapangan agama.


B. TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN PADA MASA ZAMAN PENCERAHAN

Zaman Pencerahan melahirkan banyak pemikiran baru. Dari sinilah muncul semakin banyak

ketertarikan di bidang ilmu pengetahuan dan filsafat. Sampai pada suatu saat lahirlah sebuah

penemuan besar yang menjadi ilmu pengatahuan modern, dan mungkin inilah yang menjadi

penemuan terbesar pada masa itu. Penemuan itu adalah teori Gravitasi yang diungkapkan oleh

Sir Isaac Newton, dia dianggap sebagai ilmuwan paling besar dan paling berpengaruh yang

pernah hidup di dunia. Isaac Newton lah orang yang berhasil memberikan kumpulan teori yang

terangkum rapi dan meletakkan batu pertama ilmu pengetahuan modern.

Banyak lagi ilmuwan ilmuwan yang lahir di abad ini seperti contohnya Carolus linnaeus,

ilmuwan biologi asal Swedia yang memelopori penggunaan Binominal Nomenklatur bagi

tumbuhan dan hewan . Antoine Laurent Lavoisier , seorang ahli kimia dari Perancis, salah satu

penemuan pentingnya adalah penyelidikan tentang kandungan yang terkandung dalam molekul

air ( Oxygen dan Hydrogen). Ahli kimia lainnya adalah Joseph Priestley yang berasal dari

Inggris dimana dia mempu medeskripsikan/menguraikan beberapa gas termasuk oxygen.

Tokoh lain yang menonjol pada zaman ini adalah:

1. John Locke (1632-1704 M)

Sistem pendidikannya sesuai dengan teori tabula-rasa, percaya bahwa pendidikan itu maha

kuasa. Jiwa seorang anak sama dengan sehelai kertas putih yang kosong, yang dapat ditulisi

sekehendak hati oleh pendidik, sehingga semua pengetahuan datang dari luar karena pengaruh

faktor-faktor lingkungan. Locke tidak mempermasalahkan sama sekali pengaruh pembawaan si

anak. Dalam paedagogik, aliran ini disebut Paedagogis optimisme, sebagai lawan dari

paedagogis pessimisme (nativisme) yang menganggap bahwa perkembangan jiwa itu adalah
hasil daripada faktor pembawaan belaka. Bagi Locke bentuk pengajaran yang terbaik adalah

belajar sambil bermain. Nilai formil lebih penting daripada nilai materiil, oleh karena itu Locke

lebih mengutamakan pembentukan kesusilaan daripada pembentukan akal.

Dalam pendidikan kesusilaan, manusia itu harus selalu dapat menguasai diri sendiri dan

memiliki rasa harga diri. Sejak kecil anak harus dibiasakan berbuat baik, untuk itu pendidik

hendaknya memegang teguh kewibawaannya. Ia tidak setuju dengan hukuman jasmani dan

pemeberian hukuman.

Dalam pendidikan agama, Locke memperingatkan agar pelaksanaan pendidikan keagamaan

tidak berlebih-lebihan. Ia menganggap injil tidak tepat bagi anak-anak, kecuali beberapa ceritera

sebagai bahan bacaan anak-anak. Pengaruh Locke di Inggris tampak di sekolah-sekolah bagi

anak-anak bangsawan (public school). Ajaran dan cita-citanya sebagian kita jumpai lagi pada

Rousseau dan kaum Philanthropijn.

2. J.J. Rousseau (1712-1778 M)

Cita-cita pendidikan Rousseau kita jumpai dalam bukunya “Emile”, yang ditulisnya bagi

golongan bangsawan dan kaum terpelajar. Ketika itu anak-anak golongan tersebut mendapat

pendidikan dari gubernur-gubernur, yang tidak mengenal perkembangan anak yang sewajarnya

dan tidak memberikan kebebasan.

Tujuan pendidikan menurutnya adalah membentuk manusia yang bebas dan merdeka. Sifat

pendidikan yang dijalankan individualistis, anak harus dijauhkan dari pengaruh masyarakat,

bahkan dari pengaruh orang tuanya.


Dasar pendidikannya adalah pembawaan anak yang baik. Ia percaya bahwa anak sejak

lahir berpembawaan baik. Jika kelak anak itu berkelakuan buruk, hal itu disebabkan karena

adanya pengaruh-pengaruh jahat dari dunia sekitar/lingkungannya.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan ilmu sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari rasa keingintahuan yang

besar diiringi dengan usaha-usaha yang sungguh-sungguh melalui penalaran, percobaan,

penyempurnaan, dan berani mengambil resiko tinggi sehingga menghasilkan penemuan-

penemuan yang bermanfaat bagi suatu generasi dan menjadi acuan pertimbangan bagi

generasi selanjutnya untuk mengoreksi, menyempurnakan, mengembangkan, dan

menemukan penemuan selanjutnya. Faktor-faktor inilah yang kemudian menjadi spirit dan

motivasi bagi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi.

Hal penting yang perlu dicatat dalam hal ini adalah bahwa pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan harus diimbangi dengan pengembangan moralitas spiritual, karena sebagaimana

kita tahu bahwa Ilmu pengetahuan hakekatnya adalah bebas nilai, tergantung bagaimana

manusia mempergunakannya. Ilmu pengetahuan bisa berdampak positif, tetapi ia juga dapat

memiliki dampak negatif bagi kehidupan manusia. Dampak positifnya adalah dapat semakin

mempermudah dan memberikan kenyamanan dalam kehidupan manusia, sementara dampak

negatifnya adalah dapat menghancurkan tatanan kehidupan manusia itu sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

______. 2010. Aufklarung “Masa Pencerahan Eropa”.

Djumhur I. 1974. Sejarah Pendidikan. Bandung: CV Ilmu

Palmer. A.J. 2003. 50 Pemikir Pendidikan: Dari Piaget Sampai Masa Sekarang. Yogyakarta:
Jendela

Wahyudi Djaja. 2012. Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern. Yogyakarta:
Ombak.

Anda mungkin juga menyukai