Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI EROPA

PADA ABAD PERTENGAHAN ( 500 M- 1000M)

Abstrak

Pendidikan berasal dari bahasa Latin “Ducare” yang berarti “menuntun,


mengarahkan, dan memimpin”, dan awalan “e” yang berarti “keluar”. Pendidikan
merupakan sebuah proses transformasi ilmu pengetahuan baik itu ilmu alamiah,
maupun ilmu akal, dari generasi yang lebih dulu kepada generasi selanjutnya.
Proses ini berlangsung dari zaman prasejarah sampai abad modern saat ini. Tidak
hanya di Indonesia, proses ini berlangsung di seluruh dunia. Filsafat barat pada
Abad Pertengahan (479-1492 M) juga dapat dikatakan sebagai “Abad Gelap”,
karena pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Apabila terdapat
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang
mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat.

Kata Kunci : Pendidikan, Abad Pertengahan, Abad Gelap.

Abstract

Education originated from latin terms “Ducare” which mean “guide,


direct, and lead” and prefix “e” which mean “exit”. Education is a transformation
process of science be it scientific science, as well as common sense, from the
older generation to the next generation. This process occur from prehistoric times
to modern times. Not only in Indonesia, this process occur in the whole world.
Western philosophy in the middle ages (479-1492 CE) also can be said as “Dark
Ages” because this opinion based on approach to church history. If there is
another speculation that contradicting with the church teaching, the person who
put forward will get severe punishment

Keywords : Education, Middle Ages, Dark Ages


Pendahuluan

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan,


dan kebiasaan sekumpulan manusia yang diwariskan dari satu genereasi ke
generasi selanjutnya melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian. Pendidikan
dimulai saat seorang bayi itu dilahirkan dan dalam masa perkembangan seumur
hidup. Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti
daripada pendidikan formal. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang
amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari, walaupun
pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

Metode Penelitian

Pada penulisan artikel jurnal ilmiah ini, kami menerapkan metode


penelitian studi pustaka mealaui teknik pengumpulan data dengan melakukan
penelaahan terhadap berbagai buku, literatur, dan dokumen terkait.

Pembahasan

Abad pertengahan merupakan jaman scholastik (pelajaran sekolah).


Scholastik dimaksud sebagai usaha agar pelajaran-pelajaran gereja dapat dipahami
dengan memberikan bukti-bukti yang logis.

Kehidupan dunia dianggap hanya sebagai landasan bagi kehidupan di alam


baka. Apabila di Yunani dan Romawi ada orang tunduk pada negara, maka kini
tunduk pada gereja. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan berdasarkan
rasio terhadap agama.

Pada abad pertengahan, aliran religi sangat berpengaruh. Pendidikan


bersifat akhirat, hal-hal yang sifatnya duniawi tidak begitu mendapat perhatian.
Semua usaha pendidikan tertuju kepada kehidupan akhirat. Yang menjadi
lembaga pendidikan adalah: rumah tangga, gereja, sekolah, negara, dan
masyarakat. Semua lembaga tersebut didominasi oleh unsur religi. Agama
merupakan pusat dari seluruh pendidikan dan pengajaran. Pekerjaan para paderi
yang semula mengerjakan tanah, mengeringkan paya-paya guna memajukan
pertanian, beralih ke penyelenggaraan kepentingan-kepentingan rohaniah, yaitu
dengan didirikannya sekolah-sekolah.
Sekolah-sekolah yang didirikan pada abad pertengahan antara lain:

1. Sekolah Biara

Pertama didirikan oleh Benedictus dari Nurcia tahun 520.


Tujuannya adalah: mendidik anak untuk calon penghuni biara dan untuk
kehidupan dalam masyarakat. Maka muncul 2 macam sekolah: sekolah
untuk mendidik calon rahib atau petapa, dan sekolah luar untuk
kepentingan kehidupan masyarakat, namun demikian gurunya sama.

Mata pelajarannya meliputi: bahasa latin (bahasa pengantar);


agama, membaca, menulis, dan menyanyi. Bagi kelas-kelas tinggi: agama,
sejarah, dan the seven liberal arts. Kepala sekolah gereja disebut
Scholarum, yang kemudian berubah menjadi Scholasticus. Metode
mengajar yang dipakai adalah mekanis, yaitu murid-murid menyebut apa-
apa yang disebutkan oleh guru. Sesudah itu semuanya harus dihafal di luar
kepala. Hukuman bagi setiap kesalahan dengan pukulan.

2. Sekolah Cathedral

Didirikan pada setiap kathedral (gereja pusat), ditempatkan di


bawah pemilikan uskup. Pengajarannya hampir sama dengan sekolah
biara, kepala sekolahnya disebut Magister.

3. Sekolah Istana

Didirikan di istana sebagai pusat pengetahuan oleh Karel Agung


(768-814) yang banyak menaruh minat terhadap pendidikan dan kemajuan
rakyat. Sekolah itu dinamakan Schola Palatina, yang menjadi teladan bagi
seluruh kerajaan. Di sini dididik anak-anak raja dan kaum bangsawan dan
juga pemuda-pemuda yang hendak menjadi pegawai. Pemimpinnya yang
terkenal adalah: Aicinus. Banyak pelajar yang datang dari negeri-negeri
lain. Oleh sebab itu sekolah Istana Karel Agung memperoleh nama
internasional.
4. Sekolah Cathecismus dan Sekolah Parochi (sekolah nyanyi)

Catechismus adalah pelajaran agama berupa tanya jawab, dan


parochi adalah daerah di bawah seorang parochus atau pastur. Dua sekolah
ini dapat dianggap sebagai bentuk permulaan sekolah rakyat (sekolah
umum). Pengajaran diselenggarakan oleh para pendeta parochi. Di Metz
didirikan sebuah sekolah nyanyi oleh Karel Agung untuk murid-murid
nyanyiannyanyian gereja. Pelajaran yang diberikan: agama, membaca,
menulis, bernyanyi, dan pekerjaan tangan.

Pada awal abad ke-6 filsafat berhenti untuk waktu yang lama.
Segala perkembangan ilmu pada waktu itu terhambat. Hal ini disebabkan karena
abad ke-6 dan ke-7 adalah abad-abad yang kacau. Karena pada waktu itu adanya
perpindahan bangsa-bangsa yang masih belum beradab terhadap Kerajaan
Romawi, sampai kerajaan tersebut runtuh. Bersama dengan runtuhnya Kerajaan
Romawi, runtuh pula Peradaban Romawi, baik itu umat kristiani maupun non
kristiani yang di bangun pada abad ke-5 terakhir.

Memang saat itu, tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan


manusia. Para ahli fikir saat itu tidak lagi memiliki kebebasan untuk berfikir.
Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja
orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat.

Meskipun di Eropa pada saat itu mengalami masa yang lazim disebut
dengan “The Dark Ages” atau zaman kegalapan yang mana ilmu pengetahuan
tidak dapat berkembang dengan maksimal ini terjadi karena monopoli ilmu oleh
Gereja. Mengapa demikian, ini terjadi karean semua manuskript-manuskrpt,
catatan-catatan mengenai pengetahuan dikusai oleh Gereja dan dikembangkan
dogma bahwa barang siapa yang berusaha untuk belajar atau membaca buku
pengetahuan di perpustakaan dia akan mati. Sehingga masyarakat pun enggan
untuk mengkaji masalah keilmuan pada saat itu. Memang, ada masyarakat yang
nekat tapi mereka semua diketemukan meninggal baik itu ketika membaca
maupun setelah membaca buku-buku di dalam perpustakaan.

Abad ke-13 dinamai abad universitas. Di sinilah lama kelamaan terjadi


kebutuhan untuk memperoleh pengajaran tinggi. Beberapa sekolah biara terbaik
diperluas dan dipertinggi mutu pelajarannya. Sehingga berdirilah universitas-
universitas yang pertama:

1. Universitas di Salerno untuk Ilmu Ketabiban.


2. Universitas di Bologna untuk Ilmu Hukum.
3. Universitas di Paris untuk Ilmu Theologi.

Perguruan tersebut hanya mempunyai satu fakultas, yaitu: sekolah tinggi.


Metode mengajar yang dipakai adalah metode scholastic, yaitu guru
mempergunakan buku tertentu, misalnya: Corpus Juris, kemudian pelajar
membuat diktat. Setelah itu diadakan penjelasan dan pembicaraan. Atas inisiatif
raja, paus, dan orang-orang terkemuka. Jumlah universitas semakin lama semakin
bertambah banyak.

Kelemahan-kelemahan abad pertengahan:

1. Semua sekolah diperintah oleh gereja dan paderi.


2. Semua pelajaran dan pendidikan hanya untuk kepentingan gereja dan
paderi.
3. Kehidupan sehari-hari tidak mendapt perhatian sebagaimana mestinya.

Kesimpulan

Pendidikan pada abad pertengahan lebih menonjolkan pada pendidikan


keagamaan, yakni dilaksanakan di gereja-gereja dan ilmu pengetahaun alam tidak
diperbolehkan untuk dipelajari. Akan tetapi seiring berjalannya waktu banyak
filosof-filosof yang muncul dan mengemukakan pendapat mereka akhirnya
pendidikan pada abad pertengahan mengalami perkembangan, yakni masyarakat
di Eropa saat itu sudah diperbolehkan mempelajari ilmu pengetahuan alam.
Berdasarkan filosofi-filosofi yang dikemukakan oleh para filosof Yunani pada
abad pertengahan dapat disimpulkan bahwa sejarah abad pertengahan awal
memiliki pengaruh yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan masa
sekarang.

Daftar Rujukan
Kumalasari, Diyah. 2008. Pengantar Sejarah Pendidikan I, (Online),
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dyah%20Kumalasari,%20SS.,
M.Pd./DIKTAT%20sej.pend%20I.html) diakses 15 September 2019.

Sukmadinata, N.S. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: P.T Remaja


Osdakarya Offset.

I. Djumhur. 1974. Sejarah Pendidikan. Bandung: CV Ilmu

Sejarah Dan Budaya - Ensiklopedi 2 Abad Pertengahan.2009. Jakarta: CV. Lentera


Abadi.

Anda mungkin juga menyukai