Indra Djati Sidi (2005:148–150), menegaskan dalam menata lingkungan belajar di kelas yang
menarik minat dan menunjang siswa dalam pembelajaran erat kaitannya dengan keadaan
lingkungan fisik kelas, pengaturan ruangan, pengelolaan siswa dan pemanfaatan sumber
belajar, pajangan kelas, dan lain sebagainya.” Oleh karena itu dapat ditegaskan lebih lanjut
bahwa secara fisik lingkungan belajar harus menarik dan mampu membangkitkan gairah
belajar serta menghadirkan suasana yang nyaman untuk belajar. Kelas belajar harus bersih,
tempat duduk di tata sedemikia rupa agar anak bisa melakukan aktivitas belajar dengan
bebas. Dinding kelas di cat berwarna sejuk, terpampang gambar-gambar atau foto yang
mendukung kegiatan belajar seperti gambar pahlawan, lambang negara, presiden dan wakil
presiden, kebersihan lingkungan, famlet narkoba, dan sebagainya.
Salah satu aspek penting keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
menurut Muhammad Saroni (2006:81-82), adalah ”penciptaan kondisi pembelajaran yang
efektif. Kondisi pembelajaran efektif adalah kondisi yang benar-benar kondusif, kondisi yang
benar-benar sesuai dan mendukung kelancaran serta kelangsungan proses pembelajaran.
Dari uraian di atas maka dapat disarikan bahwa lingkungan fisik adalah lingkungan yang ada
disekitar siswa belajar berupa sarana fisik baik yang ada dilingkup sekolah maupun yang
dilingkungan sekolah termasuk dimasyarakat siswa berada. Dalam uraian ini lingkungan fisik
lebih ditekankan pada lingkungan fisik dalam ruang kelas belajar di sekolah, alat/media
belajar yang ada , dan alat/media belajar yang dapat dibuat sendiri/diambil lingkungan.
2) Lingkungan sosial
Oleh karena itu dalam lingkungan sosial kelas hendaknya juga diciptakan sekondusif
mungkin, agar suasana kelas dapat digunakan sebagai ajang dialog mendalam dan berpikir
kritis yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip manusiawi, empati, dan lain-lain, demokratis
serta religius. Selanjutnya lingkungan non fisik/lingkungan sosial dapat dikembangkan
fungsinya yaitu untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif seperti adanya
musik yang digunakan sebagai latar pada saat interaksi belajar mengajar berlangsung. Musik
tersebut digunakan menjadika suasana belajar terasa santai, siswa dapat belajar dan siap
terkonsentrasi.
Dari uraian tersebut di atas maka dapat dipertegas bahwa lingkungan sosial kelas adalah
upaya penciptaan suasana belajar atau suasana kelas belajar sehingga interaksi di dalam kelas
kondusif. Di mana suasana kelas belajar berlangsung santai bermakna, demokratis, adil,
religius, dan siswa dapat belajar dan siap untuk berkonsentrasi. Di samping itu ketika siswa
sedang bekerja /mengerjakan suatu masalah dapat diputarkan musik belajar.
Dalam hal ini tugas guru menurut Mulyasa (2006:210&218), adalah ”memberikan
kemudahan belajar kepada siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar
yang memadai, juga selain menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan tetapi
juga menciptakan dan mengatur lingkungan belajar terutama di kelas, dan strategi
pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar.” Oleh karena itu peran guru harus bisa
membiasakan pengaturan peran serta/ tanggung jawab tiap siswa terhadap terciptanya
lingkungan fisik kelas yang diharapkan dan suasana lingkungan sosial kelas yang menjadikan
proses pembelajaran bagi tiap siswa menjadi bermakna.
Indra Djati Sidi (2003:4), menegaskan bahwa ”lingkungan PAKEM merupakan lingkungan
belajar yang dapat lebih menunjang pengembangan ketrampilan, pengetahuan dan sikap yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.” Dalam pengelolaan tempat belajar yang
menjadikan PAKEM sangat tergantung terhadap strategi yang akan digunakan dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, juga memperhatikan intensitas interaksi antar siswa. Yang
dikelola dalam lingkungan PAKEM adalah pajangan, meja kursi, perabot sekolah / kelas dan
sumber belajar.”
Suasana kelas yang kondusif sangat baik untuk perkembangan berpikir siswa. Siswa senang
tinggal di sana selama kegiatan-kegiatan berlangsung, dan seperti yang ditegaskan adalah
Megawati R, Melly Latifah, dan Dina W. F (2005 : 56), ”para siswa akan bekerja lebih keras,
mengerti lebih banyak, serta terlibat lebih aktif di kelas ketika mereka belajar.” Adapun
lingkungan belajar / kelas yang mendukung kreativitas menurut Kadarsih dalam Cope (No.
02, tahun VI, Desember, 2002:17–18), adalah sebagai berikut : (1) Memperkenalkan
persamaan dan saling menghargai, (2) Membuka kesempatan bagi anak untuk kontribusi ide-
ide orisinil, (3). Menganggap perbedaan pendapat sebagai sumber belajar, (4) Mencari cara
pendekatan dengan cara pemecahan masalah, (5) Mendorong anak untuk memanfaatkan
fantasi dan imajinasi, (6) Mengembangkan kecakapan inkuiri, kecakapan bertanya, dan
mencari jawaban sesuatu, dan (7) Menciptakan masyarakat belajar yang mengembangkan
rasa percaya dan mengurangi resiko.
Dari uraian di atas tentang karakteristik lingkungan pembelajaran yang PAKEM adalah
semua apa yang diciptakan dalam kelas pembelajaran/ruang kelas “berbicara” artinya
mempunyai peran masing-masing sehingga suasana pembelajaran menggairahkan dan
mencapai tujuan pembelajaran. Lingkungan belajar menjadikan siswa dalam belajar terasa
gembira, tidak ada tekanan, tidak ada usaha yang tidak dihargai, tercipta masyarakat belajar
(leraning community), dan maju bersama tiap siswa untuk mewujudkan belajar yang
berenergi
b. Keterkaitan lingkungan pembelajaran dalam PAKEM
Keterkaitan antara lingkungan pembelajaran yang diciptakan baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial terhadap pembelajaran yang menjadikan siswa aktif, kreatif, belajar dengan
efektif, dan belajar dengan suasana senang sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Proses
dialogis antara lingkungan fisik dan sosial akan menggambarkan kondisi belajar (learning
conditions) yang alami alih siswa dalam mencapai tujuan tersebut sesuai dengan kompetensi
siswa. Dalam kaitan ini Gane (1992) dalam Ella Yulaelawati (2004: 84-85), menegaskan
bahwa kondisi belajar pada dasarnya penggambaran sistem lingkungan belajar yang terbentuk
sesuai dengan tujuannya. Kondisi belajar yang hendak dicapai tidak lain adalah bentuk akhir
kompetensi siswa yang dapat dilihat pada aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
Sedangkan menurut Indra Djati Sidi (2005:148), ”lingkungan belajar sangat berperan dalam
menciptakan suasana belajar menyenangkan.” Lingkungan tersebut dapat meningkatkan
keaktifan belajar. Oleh karena itu lingkungan belajar perlu di tata semestinya. Dalam usaha
menciptakan lingkungan belajar dalam konteks tujuan, Mulyasa (2006:160), “menekankan
terdapatnya interaksi yang saling mendukung antara variabel guru, tugas, menyangkut
strukturnya (organisasi), dimensinya, cakupannya, dan nilai kebermanfaatannya. Variabel
siswa, antara lain meliputi kompetensinya, motivasinya, gaya belajarnya, dan perbedaan
individualnya. Sedangkan variabel strategi pengelolaan pembelajaran, mencakup sarana
kelas, strategi, metode, dan media pembelajaran serta waktu yang dialokasikan untuk
kegiatan itu.”
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa lingkungan pembelajaran di kelas yang diciptakan
baik fisik maupun sosial dan proses dialogis antara lingkungan fisik dengan lingkungan sosial
berpengaruh terhadap iklim pembelajaran di kelas dan tujuan pembelajaran yang dicapai.
Sehingga aktivitas dalam belajar dapat berkembang dan terlayani seperti tuntutan dalam alam
siswa.
c. Menata lingkungan belajar di kelas
Dalam model PAKEM membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
mendukung tercapainya PAKEM ini. Menurut Sapriya (2003:28), ”dalam PAKEM ruang
kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan.” Oleh karena itu lingkungan
belajar (kelas) agar menarik perlu dilakukan penataan sebagaimana mestinya. Untuk itu perlu
memperhatikan penjelasan dari DePorter Bobbi, Reardon Mark, & Singer Sarah–Nourie
(2001:14-15), yaitu :“memberikan penjelasan dalam menata lingkungan belajar (kelas)
sebagai panggung belajar yang membuat lingkungan belajar / kelas yang mendukung
kreatifitas, mempunyai empat aspek, yaitu :
(1) Suasana kelas yang mencakup bahasa yang dipilih guru, cara menjalin rasa simpati
dengan siswa, dan setiap guru terhadap sekolah serta belajar. Dan suasana yang penuh
kegembiraan membawa kegembiraan pula dalam belajar
(2) Landasan adalah kerangka kerja yang berupa tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan,
prosedur, dan aturan bersama yang memberi guru dan siswa sebuah pedoman untuk bekerja
dalam komunitas belajar
(3) Lingkungan adalah cara guru dalam menata ruang kelas seperti pencahayaan, warna,
pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik, dan semua yang mendukung proses belajar
(4) Rancangan adalah penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat
siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar menukar informasi ”
Diagram kegiatan sarapan maka dapat dideskripsikan bahwa setiap siswa datang memasang
jam kedatangan dengan memutar jarum jam sesuai dengan jam kedatangan, dilanjutkan
mengambil soal dalam kotak dan menulis kedatangan kehadiran, siswa menjawab soal yang
diambil, bagi siswa yang sudah selesai mengerjakan maka jawaban soal tersebut diserahkan
pada konsultan kecil, konsultan menuliskan nilai dan selanjutnya menyerahkan pada guru. Di
mana konsultan kecil mempunyai peran selain menampung jawaban soal dan menyerahkan
pada guru tapi lebih utama selama guru belum datang dan guru sudah datang memberi
bimbingan terhadap siswa yang lain sebagai tutor sebaya. Guru jika sudah datang maka
membantu konsultan kecil dalam membimbing siswa.
g). Tumbuhan, aroma, hewan peliharaan, dan unsur organik lainnya
Biologi dan botani mengajarkan pada kita bahwa tumbuh-tumbuhan menyediakan oksigen
dalam udara kita, berkembang karena oksigen. Semakin banyak oksigen di dapatnya, semakin
baik otak berfungsi. Hal ini dapat diperoleh dengan menghadirkan tumbuhan di ruangan
kelas.
Oleh Hirsch (1993) dalam DePorter Bobbi, Riardon Mark & Singer Sarah Nuurie (2001:72),
menegaskan bahwa manusia dapat meningkat kemampuan berpikir mereka secara kreatif
sebanyak 30% saat diberikan wangi bunga tertentu. Orang mempunyai ikatan emosional yang
kuat dengan binatang peliharaan mereka. Disamping itu binatang peliharaan kelas dapat
menciptakan kesempatan untuk melatih tanggung jawab, gizi, kesehatan, dan perawatan.
Binatang peliharaan tersebut seperti jangkrik, burung, marmot, dan lain sebagainya.
h). Musik
Musik berpengaruh pada guru dan siswa. Jika memungkinkan sebagai seorang guru dapat
menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan
mendukung lingkungan belajar. Musik membantu para siswa belajar lebih baik dan
mengingat lebih banyak. Musik merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar, baik
secara sadar maupun tidak sadar, dan kebanyakan para siswa memang mencintai musik.
Musik dapat membantu siswa masuk ke keadaan belajar optimal. Juga musik memungkinkan
guru membangun hubungan dengan siswa, dan guru dapat “berbicara dalam bahasa siswa”.
C. Penutup
Dalam kegiatan pembelajaran model PAKEM yang sebagai roh dari KTSP mestinya apa
yang harus dilakukan oleh guru sebagai alumni dari Diklat PAKEM dan KTSP sebelum
pembelajaran adalah melakukan penetaan kelas pembelajaran model PAKEM dengan
aktivitas siswa dalam bentuk kerja kelompok. Dari awal datang siswa masuk ke kelas sampai
dengan selesai pembelajaran interaksi siswa dalam belajar selalu dengan memanfaatkan
segala sumber belajar yang ada didalam kelas, yang ada disekolah dan disekeliling sekolah
dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
DePorter Bobbi, Reardon Mark & Singer Sarah-Nuurie (2001), Quantum Teaching
(Memperhatikan Quantum Learning Di Ruang-ruang Kelas). Terjemahan Ary Nilandri.
Bandung: Kaifa
I Made Alit Mariana (2005), HO. Science For All. Bandung, PPPG IPA
Milan Rianto (2007), Pengelolaan Kelas Model Pakem. Jakarta : Dirjen PMPTK
Paul Suparno (2005), Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius