Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat barat Abad Pertengahan (479-1492 M) juga dapat dikatakan sebagai “Abad
Gelap”, karena pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Memang
saat itu, tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Para ahli fikir saat
itu tidak lagi memiliki kebebasan untuk berfikir. Apabila terdapat pemikiran-
pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja orang yang mengemukakannya
akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya
penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama.
Karena itu, kajian terhadap agama/teologi yang tidak berdasarkan larangan yang
ketat. Yang berhak melaksanakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak
gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka
dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkuisisi). Pengejaran
terhadap orang-orang murtad ini mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius III
di akhir XII, dan yang paling berhasil dalam pengajaran orang-orang murtad ini di
Spanyol.
Masa abad pertengahan in juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh
dengan upaya menggiring manusia kedalam kehidupan atau sistem kepercayaan
yang fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena itu
perkembangan ilmu pengatahuan terhambat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Filsafat Abad Pertengahan?
2. Bagaimana sejarah Filsafat pada masa Pratristik?
3. Bagaimana sejarah Filsafat pada masa Skolatik?
4. Bagaimana sejarah filsafat pada masa Peralihan?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui sejarah pada Abad pertengahan
2. Mengetahui sejarah pada masa patristik
3. Mengetahui sejarah pada masa skolastik
4. Mengetahui sejarah pada masa peralihan

Filsafat Era Skolastik


Filsafat itu terlahir sesuai dengan corak zamannya, dan setiap zamannya
memiliki karakater tersendiri. Menurut konstruksi pemikiran Thales dasar permulaan
alam ini adalah air, yang dalam sifatnya yang bergerak merupakan azas kehidupan
segala sesuatu.1 Bila Thales dengan model pemikiran induksinya melahirkan konsep
bahwa air adalah sumber kehidupan di semesta, hal ini sesuai dengan eranya
filosof yang hidup saat itu memiliki konstruksi berpikir masih seputar
kosmosentris. Itu sesungguhnya sangat lumrah, dikarenakan di era tersebut belum
ada lompatan- lompatan pemikiran yang melebihi konsep tersebut. Sehingga yang
tampak adalah pemikiran yang alami dan sebatas pengamatan empiris di sekitar
manusia berada.
Pengandaian itu juga berlaku pada filsafat Barat era skolastik, dimana dengan
latar belakang teolog-filosof melahirkan konsep pemikiran yang banyak filsafat
digunakan dalam kajian teologi, dalam hal ini teologi Kristen. Bahkan teologi sangat

1Bernard Delfgaauw, Sejarah Ringkas Perkembangan Filsafat Barat(Yogyakarta :


PT Tiara Wacana Yogya, 1992), 4
memungkinkan memberikan penilaian terhadap filsafat sesuai sudut pandangnya.
Konsep pemikiran di era skolastik ini juga dapat dicatat sebagai era yang sangat
spesifik dan memberi warna tersendiri dalam perkembangan sejarah filsafat.
Pertanyaan sederhana yang timbul adalah apa dan kenapa era teolog-filosof ini
disebut sebagai era skolastik, tentu ada argumen yang dapat menjelaskannnya. Filsafat
skolastik disebut juga dengan filsafat abad pertengahan. Pada masa ini biasanya
disebut masa kegelapan karena gereja dianggap membelenggu kehidupan manusia.
Masyarakat tidak lagi diberi kebebasan berpikir untuk mengembangkan potensinya.
Semua hasil pemikiran manusia selalu diawasi oleh gereja, kalau ada pemikiran yang
menyimpang dari gereja, mereka akan mendapatkan hukuman yang berat.
Bila melihat dari istilahnya, skolastik adalah kata sifat yang berasal dari
kata school, yang berarti sekolah,2 kata dalam bahasa Inggris yang sering digunakan
untuk menyebut tempat menuntut ilmu. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa
kata skolastik diambil dari kata schuler yang berarti ajaran atau sekolahan. 3 Sehingga
kata skolastik dalam hal ini adalah yang berkaitan dengan lembaga sekolah. Selain itu
juga, terdapatpendapat lain yang mengatakan bahwa skolastik bermula dari perkataan
“colastikus” yang dimaksudkan untuk guru yang mengajar disekolah-sekolah atau
“keluaran sakolah”.4 Dengan demikian istilah skolastik berarti sesuatu yang berkaitan
dengan sekolah. Skolastik menjadi istilah yang digunakan dan populer untuk filsafat
pada abad 9-15 yang mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi agama,
khsususnya dalam gereja Kristen. Sebutan skolastik mengungkapkan, bahwa ilmu
pengetahuan abad pertengahandiusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu
terikat pada tuntutan pengajaran di sekolah-sekolah itu. Pada permulaannya skolastik
timbul di biara-biara tertua di Galia Selatan. Dari biara-biara yang ada di Galia selatan
tersebut pengaruh skolastik keluar sampai ke beberapa negara di Eropa seperti
Irlandia, Belanda, dan Jerman. Kemudian skolastik timbul di sekolah-sekolah kapittel,
yaitu sekolah-sekolah yang dikaitkan dengan gereja Kristen. 5 Dari sekolah-sekolah
yang didominasi pada banyak gereja Kristen tersebut melahirkan pendidikan yang
menitikberatkan kajian agama dan filsafat secara mendalam dan tersistematis, dan
menjadi ciri khas keberadaan gereja pada masa abad peretengahan. Karena
menggabungkan kajian teologis dan filsafat secara bersamaan, maka tidak
mengherankan muncul karakter tersendiri dalam era yang disebut skolastik ini, yaitu
munculnya imam gereja yang ahli filsafat (teolog-filosof).
Oleh karena itu untuk mengetahui corak pemikiran filsafat yang muncul dan berkembang
pada abad pertengahan ini , maka perlu dipahami karakteristik dan ciri khas pemikiran filsafat di
abad tersebut. Paling tidak ada beberapa karateristik yang perlu dimengerti , di di antaranya: a).
Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja. b). Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.
c). Berfilsafat dengan peranan Agustinus. 6Fakta dalam sejarah perkembangan filsafat
bahwa pada abad pertengahan, filsafat dikuasai oleh pemikiran teologi dan kentalnya
suasana keagamaan Kristen yang menghiasi saat itu. Filsafat skolastik dikembangkan
dalam sekolah-sekolah biara dan keuskupan. Para pastor dan biarawan merangkap
jadi filosof, hingga filsafat dan teologi Kristen menjadi tidak terpisahkan.
Bahkan

2Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2001), 69


3Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 97
5 Lihat, Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1, (Yogyakarta: Kanisius,
1980)
6Ali Maksum, Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), 99
menurut de Wulf (Scholastic Philosophy), pada periode ini filsafat menjadi bagian
integral dari teologi, karena keduanya saling melengkapi dan berjalan berbarengan.
Meskipun begitu, Aquinas menunjukkan penghargaan yangtinggi terhadap filsafat yang
dikatakannya puncak kemampuan akal-budi manusia. menurutnya dalam filsafat itu
argumen yang paling lemah ialah argumen kewibawaan (yang merupakan ciri
berpikir keagamaan)7
Karena filsafat skolastik itu sebuah era yang pertumbuhan pemikiran teologi
dan filsafat yang tumbuh subur, maka tidak mengherankan juga bahwa di era ini
melahirkan beberapa filosof terkemuka, mereka di antaranya adalah:
a. Agustinus (354-430 M)
b. Boethius (480-524)
c. Johannes Scotus Eriugena (810-877)
d. Santo Anselmus (1033-1109)
e. Peter Abaelardus (1079-1142)
f. Bonaventura (1221-1274)
g. Singer (sekitar 1240-1281/4)
h. Albertus Agung (sekitar 1205-1280)
i. Thomas Aquinas (1225-1274)
j. Johannes Duns Scotus (1266-1308)
k. Gulielmus Ockham (1285-1349)
l. Nicolaus Cusanus (1401-1464)

7Nur A. Fadhil Lubis, Pengantar Filsafat Umum, (Medan: Perdana Sarana Mulya,
2015), 27
Masa Patristik

Istilah Patristik berasal dari kata Latin pater  atau bapak,yang artinya para
pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan ahli pikir.Mereka
ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yang menerimanya.Bagi mereka yang
menolak, alasannya karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran
yaitu firman Tuhan. Bagi mereka yang menerima  beralasan bahwa walaupun ada
sumber kebenaran, jadi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya
diambil metodosnya saja ( tata cara berfikir ). Perbedaan pendapat tersebut
berkelanjutan, sehingga orang-orang yang menerima filsafat Yunani menuduh mereka
( orang-orang Kristen yang menolak filsafat ) itu munafik. Kemudian, orang-orang
yang dituduh munafik menyangkal bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah.

Akibatnya, muncul upaya untuk membela agama Kristen dari serangan filsafat
Yunani. Mereka adalah Justinus Martir, Irenaeus , Klemens, Origenes, Gregorius
Nissa, Tertullianus, Diosios Arepagos, dan Aurelius Augustinus.1

Diantara tokoh-tokoh pada masa patristik adalah :

1. Justinus Martir

Nama aslinya Justinus, kemudian nama Martir diambil dari istilah ‘orang-orang
yang berani mati hanya untuk kepercayaannya’. Menurut pendapatnya,agama Kristen
bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani,dan Nabi Musa
dianggap sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelum Socrates
dan Plato. Socrates dan plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dengan
memakai hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani itu mengambil
dari kitab Yunani.Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah Logos. Dalam
mengembangkan aspek logosnya ini orang-orang Yunani (Socrates,Plato dan lain-
lain) kurang memahami apa yang terkandung dan memancar dari logosnya,yaitu
pencerahan sehingga orang-orang Yunani terpengaruh oleh demon. Demon tersebut
dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan.Jadi,agama Kristen
lebih bermutu dibanding filsafat Yunani.Demikian pembelaan Justinus Martir.2

2. Tertullianus (160-222)

Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan tobat ia


menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia menolak kehadiran filsafat Yunani
karena filsafat dianggap sesuatu yang perlu. Ia berpendapat, wahyu Tuhan sudahlah
cukup. Tidak ada hubungannya antara teologi dengan filsafat,tidak ada hubungannya
antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani ( pusat filsafat) , tidak ada
hubungannya antara gereja dengan akademi, tidak ada hubunganya antara Kristen
dengan penemuan baru.

Selanjutnya ia mengatakan bahwa dibanding dengan cahaya Kristen, segala


yang dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak penting. Apa yang dikatakan
1
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, hlm. 68-69
2
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, hlm. 69
oleh para filosof tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab Suci.
Akan tetapi karena kebodohan para filosof , kebenaran kitab suci tersebut dipalsukan.

Akan tetapi lama kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani
sebagai cara berfikir yang rasional. Alasannya, bagaimanapun juga cara berfikir
rasional diperlukan sekali. Pada saat itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan
tidak dibakukan,saat itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli fikir
Yunani saja, sehingga Tertullianus melihat filsafat hanya dimensi praktisnya saja,dan
ia menerima filsafat sebagai cara atau metode berpikir untuk memikirkan kebenaran
keberadaan Tuhan beserta sifat-sifatnya.3

3. Augustinus (354-430)

Augustinus memiliki nama panjang Markus Aurelius Augustinus .ia lahir di


Tagasta, Numidia(Algeria),Afrika Utara pada tahun 354. Ayahnya, Patricius, yang
dianggap kafir karena tidak memeluk agama Kristen hingga kematiannya,adalah
seorang pejabat pada kekaisaran Romawi. Sedangkan ibunya,Monica,adalah penganut
Kristen yang sangat shaleh. Pada usia sekitar 16 tahun, Augustinus pergi ke Cartago.
Di kota tersebut ia belajar filsafat Yunani kuno. Ketika tinggal di sana, ia tinggal
bersama seorang wanita di luar nikah. Ada yang mengabarkan wanita itu adalah
gurunya. Dari hubungannya dengan wanita itu, ia memiliki anak bernama Adeodatus.
Awalnya, Augustinus menganut ajaran Manikeisme. Nama ini diambil dari nama
pendirinya,Mani. Manikeisme mengajarkan dua prinsip dasar yang saling
bertentangan, yaitu “ yang baik’’ dan “yang jahat”. Namun Augustinus belum
menemukan kedamaian dalam ajaran ini. Karena itulah ia meninggalkan ajaran ini
dan beralih menganut skeptisisme yang mengajarkan bahwa tidak mungkin manusia
mencapai kebenaran.4

3
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, hlm. 70-71
4
Masykur Arif Rahman, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: IRCiSoD,2013),
hlm. 202
DAFTAR PUSTAKA
Asmoro Achmadi , Filsafat Umum, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010.
Jalaludin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2013.
Poedjawijatna, pembimbing ke arah alam filsafat, rineka cipta, jakarta, 1994.
Surajiyo, Filsafat  Ilmu Dan Perkembangannya Diindonesia ,PT Bumi
Aksara, Jakarta, 2007.
Zainal abidin,  pengantar filsafat barat, PT Grafindo Persada, Jakarta,2011.

[1]  Asmoro Achmadi , Filsafat Umum, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta,


2010 ,H  67

[2]  Zainal abidin,  pengantar filsafat barat, PT Grafindo Persada, Jakarta,2011, h 106-


107

[3]  Ibid,  Asmoro Ahmadi,  h 68
[4]  Surajiyo, Filsafat  Ilmu Dan Perkembangannya Diindonesia ,PT Bumi Aksara,
Jakarta,2007,  h  85
[5]  Ibid , asmoro ahmadi,  h . 68-73
[6]  Poedjawijatna, pembimbing ke arah alam filsafat, rineka cipta, jakarta, 1994, h.82
[7]  Ibid , asmoro ahmadi,  h . 73-80
[8] Jalaludin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, h.
56
[9]  Ibid, Surajiyo, h. 86
[10] Ibid, Asmoro Ahmadi, h. 83

Anda mungkin juga menyukai