Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Arif Yasin Bintang

Nim : 0403222212

Masa Skolastik
B. Masa Skolastik
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik
berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari
sejarah filsafat abad pertengahan.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut.
a.Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolastik ini sebagai
bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
b. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional
memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk.
Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya.
c. Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan
dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
d. Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.
Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor berikut.
Faktor Religius
Faktor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud dengan faktor
religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berperikehidupan religius. Mereka beranggapan
bahwa hidup didunia ini suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini bagaikan negeri asing
dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat kesedihan). Sebagai dunia yang
menjadi tanah airnya adalah surga.
Manusia tidak dapat sampai ke tanah airnya (surga) dengan kemampuannya sendiri, sehingga harus
ditolong. Karena manusia itu menurut sifat kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang
dilakukan (diwariskan) oleh Adam, mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan
sebagai pembebas dan pemberi bahagia. Ia akan memberi pengampunan sekaligus menolongnya.
Maka, hanya dengan jalan pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar dapat mencapai tanah
airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.
Faktor Ilmu Pengetahuan
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja,
ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambilkan dari para penulis Latin, Arab (Islam), dan
Yunani.
Masa Skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu:
1. Skolastik Awal, berlangsung dari tahun 800-1200;
2. Skolastik Puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300;
3. Skolastik Akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450.
1.Skolastik Awal
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada
abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap
Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama
berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742-814) dapat memberikan
suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan
manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan.
Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan, di mana arah pemikirannya
berbeda sekali dengan sebelumnya.
Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa. Hal ini ditandai dengan skolastik yang di
dalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya
skolastik ini timbul pertama kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke
Jerman dan Belanda.
Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes liberales, meliputi tata bahasa, retorika,
dialektika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.
Di antara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805), Johannes Scotes Eriugena (815-870), Peter
Lombard (1100-1160), John Salisbury (1115-1180), Peter Abaelardus (1079-1180).
Peter Abaelardus (1079-1180)
la dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia Mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat
tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang
konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya
peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau didahului akal. Yang harus
dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.
Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus
memberikan alasan bahwa berpikir itu berada di luar iman (di luar kepercayaan). Karena itu berpikir
merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu
ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.
Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran
Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu Tuhan.

2. Skolastik Puncak
Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200-1300 dan masa ini juga
disebut masa berbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo,
yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di samping
juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai pada puncaknya
a. Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abad
ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan dari
beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford,
di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
c. Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap
ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang
semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terha- dap kehidupan kerohanian di mana
kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote,
Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.

Upaya Kristenisasi Ajaran Aristoteles


Pada mulanya hanya sebagian ahli pikir yang membawa dan meneruskan ajaran Aristoteles, akan
tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan dari Augustinus. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu
anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai dikenal pada abad ke-12 telah diolah dan tercemar oleh
ahli pikir Arab (Islam). Hal ini dianggap sangat membahayakan ajaran Kristen. Keadaan yang
demikian ini bertolak belakang bahwa ajaran Aristoteles masih diajarkan di fakultas-fakultas, bahkan
dianggapnya sebagai pelajaran yang penting dan harus dipelajari.
Untuk menghindari adanya pencemaran tersebut di atas (dari ahli pikir Arab atau Islam), Albertus
Magnus dan Thomas Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd,
dengan menerjemahkan langsung dari bahasa Latinnya. Juga, bagian-bagian ajaran Aristoteles yang
bertentangan dengan ajaran Kristen diganti dengan teori- teori baru yang bersumber pada ajaran
Aristoteles dan diselaraskan dengan ajaran Kristen. Langkah terakhir, dari ajaran Aristoteles telah
diselaraskan dengan ajaran ilmiah (suatu sintesis antara kepercayaan dan akal). Upaya Thomas
Aquinas ini sangat berhasil dengan terbitnya sebuah buku Summa Theologiae dan sekaligus
merupakan bukti bahwa ajaran Aristoteles telah mendapatkan kemenangan dan sangat mempengaruhi
seluruh perkembangan skolastik.

Albertus Magnus (1203-1280)


Di samping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai cendekiawan abad pertengahan.
Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai "doktor universalis" dan "doktor
magnus", kemudian bernama Albertus Magnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar
biasa. Di Universitas Padua ia belajar artes liberales, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat
Aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudian masuk ke
Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.
Terakhir ia diangkat sebagai uskup agung. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis
tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi
dan ilmu kimia.

Thomas Aquinas (1225-1274)


Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di
samping sebagai ahli pikir, ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di Rocca Secca,
Napoli, Italia ia merupakan tokoh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci gereja Katolik Romawi
dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 belajar pada
Albertus Magnus. Pada tahun 1250 ia menjadi guru besar dalam ilmu agama di Prancis dan tahun
1259 menjadi guru besar dan penasihat istana Paus.
Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad
pertengahan.la berusaha untuk membuktikan bahwa iman Kristen secara penuh dapat dibenarkan
dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang
pemikiran- nya yang logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan
yang berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia mengimbau agar orang-
orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yang terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada
kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun
iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada di luar kekuatan pikir.
Thomas telah menafsirkan pandangan bahwa Tuhan sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan
yang tidak berhubungan dengan mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan
tidak pernah mencipta dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap atau tidak abadi Selanjutnya ia katakan
bahwa iman lebih tinggi dan berada di luar pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan alam semesta.
Timbulnya pokok persoalan yang aktual dan praktis dari gagasannya adalah “pemikirannya dan
kepercayaannya telah menemukan kebenaran mutlak yang harus diterima oleh orang-orang lain”.
Pandangannya inilah yang menjadikan perlawanan kaum Protestan karena sikapnya yang otoriter.
Thomas sendiri menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan unsur- unsur Aristoteles. Bahkan ia
menggunakan ajaran Aristoteles, tetapi sistem pemikirannya berbeda. Masuknya unsur Aristoteles ini
didorong oleh kebijakan pimpinan gereja Paus Urbanus V (1366) yang memberikan angin segar untuk
kemajuan filsafat. Kemudian Thomas mengadakan langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah pertama, Thomas menyuruh teman sealiran Willem van Moerbeke untuk membuat
terjemahan baru yang langsung dari Yunani. Hal ini untuk melawan Aristotelianisme yang berorientasi
pada Ibnu Rusyd, dan upaya ini mendapat dukungan dari Siger van Brabant.
Langkah kedua, pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam. Bagian- bagian yang bertentangan
dengan apa yang dianggap Kristen bertentangan sebagai firman Aristoteles, tetapi diupayakan selaras
dengan ajaran Kristen.
Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang lebih
bercorak ilmiah (sintesis deduktif antara iman dan akal). Sistem barunya itu untuk menyusun Summa
Theologiae.

3. Skolastik Akhir
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi
kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh-tokohnya adalah William
Ockham (1285-1349), Nicolas Cusasus (1401-1464).

William Ockham (1285-1349)


Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum
dengan Paus John XXII, ia dipenjara di Avignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari
perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan mendalilkan bahwa kenyataan itu
hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal- hal yang umum itu hanya tanda-tanda
abstrak.
Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian
individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan
abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi,
bukan lewat logika. Di samping itu, ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat
membuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai
penguasanya Paus John XXII.

Nicolas Cusasus (1401 – 1464)


Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga
cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan penge-
tahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan
mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra.
Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah
kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya
menyadari akan ke- terbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui karena
keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah
diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat di mana segala sesuatu bentuknya
menjadi larut, yaitu Tuhan.
Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang
dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini
tersirat suatu pemikiran para humanis.

4. Skolastik Arab (Islam)


Dalam bukunya, Hasbullah Bakry menerangkan bahwa istilah skolastik Islam jarang dipakai di
kalangan umat Islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat Islam. Dalam
pembahasan antara ilmu kalam dan filsafat Islam biasanya dipisahkan.¹
Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pikir Islam (pemikir Arab atau Islam pada masa skolastik), yaitu
Al-Fârâbî, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pikir tersebut besar sekali, yaitu
sebagai berikut.
a.Sampai pertengahan abad ke-12 orang-orang Barat belum pernah mengenal filsafat Aristoteles
sehingga yang dikenal hanya buku Logika Aristoteles.
b.Orang-orang Barat itu mengenal Aristoteles berkat tulisan dari para ahli pikir Islam, terutama dari
Ibnu Rusyd’s sehingga Ibnu Rusyd dikatakan sebagai guru terbesar para ahli pikir Skolastik Latin.
Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan Skolastik Latin
c.Tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, tetapi para ahli pikir Islam tersebut memberikan
sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Para ahli pikir Islam
sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles benar, Plato dan Alquran benar, mereka mengadakan
perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian masuk
ke Eropa yang merupakan sumbangan Islam paling besar.
Dengan demikian, dalam pembahasan skolastik Islam terbagi menjadi dua periode, yaitu:
a.Periode Mutakallimin (700-900);
b. Periode Filsafat Islam (850-1200).
Banyak buku filsafat dan sejenisnya mengenai peranan para ahli pikir Islam atas kemajuan dan
peradaban Barat sengaja disembunyikan karena mereka (Barat) tidak mengakui secara terus terang
jasa para ahli pikir Islam itu dalam mengantarkan kemoderenan Barat.

Anda mungkin juga menyukai