Anda di halaman 1dari 7

FILSAFAT SKOLASTIK (FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN)

Filsafat abad pertengahan lazim disebut abad filsafat skolastik. Kata tersebut diambil dari kata
schuleryang berarti ajaran atau sekolahan. Belakangan kata skolastik menjadi istilah bagi filsafat pada
abad 9-15 yang mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang dipengaruhi agama.

Filsafat barat abad pertengahan (476-1492) dapat dikatakan sebagai “abad gelap” karena berdasarkan
pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia,
sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi dirinya. Semua hasil-
hasil pemikiran manusia diawasi oleh kaum gereja dan apabila terdapat pemikiran yang bertentangan
dengan ajaran gereja, maka orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman yang berat.

Untuk mengetahui corak pemikiran filsafat abad pertengahan, perlu dipahami karakteristik dan ciri khas
pemikiran filsafatnya. Beberapa karakteristik yang perlu dimengerti adalah:

1) Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja


2) Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles
3) Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus.

Secara garis besar filsafat abad pertengahan ini dibagi 2 periode, yaitu Periode Skolastik Islam dan
Periode Skolastik Kristen.

A. Periode Filsafat Skolastik Islam (Arab)

Keberadaan filsafat pada masa ini juga menandai masa kegemilangan dunia Islam, yaitu selama masa
Daulah Abbasiyah di Bagdad (750 – 1258) dan Daulah Amawiyah di Spanyol (755 – 7492). Menurut
Hasbullah Bakry, istilah skolastik Islam jarang dipakai dalam Khazanah pemikiran Islam. Istilah yang
sering dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat islam. Kedua ilmu tersebut dalam pembahasannya
dipisahkan. Periode skolastik islam dapat dibagi kedalam 4 masa, yaitu :

1. Periode Kalam Pertama

Periode ini ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok mutakallimin/aliran-aliran dalam ilmu


kalam, yakni:

 Khawarij
 Murjiah
 Qadariyah
 Jabariah
 Mu’tazilah
 Ahli Sunnah

Aliran yang paling menonjol adalah Mu’tazilah yang dimotori oleh Wasil bin Atha dan dianggap sebagai
rasionalisme islam. Aliran ini timbul sebagai jawaban atas tantangan-tantangan yang timbul berupa
paham-paham mengenai masalah Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu paham tasybih
(antropomorphisme), jabariyah (determinisme), dan khawarij (paham teokratik). Mu’tazilah memberi
jawaban dengan konsep-konsep dan ajarannya, yaitu :

 Keesaan Tuhan (al-tauhid)


 Kebebasan kehendak (al-iradah)
 Keadilan Tuhan (al-‘adalah)
 Posisi tengah (al-manzilah bain al-manzilatain)
 Amar ma’ruf nahi munkar (al-amr bi al-ma’ruf wa al nahy’an al-munkar).

2. Periode Filsafat Pertama

Periode filsafat Islam pertama adalah periode munculnya filsuf-filsuf Muslim di wilayah Timur, masing-
masing adalah :

 Al-Kindi (806 – 873 M)


 Al-Razi (865 – 925 M)
 Al-Farabi (870 – 950 M)
 Ibnu Sina (980 – 1037 M)

3. Periode Kalam Kedua

Periode ini ditandai dengan tampilnya tokoh-tokoh kalam penting dan besar pengaruhnya terhadap
perkembangan ilmu kalam berikutnya, antara lain :

 Al-Asyi’ari (873 – 957 M)

Semula ia adalah penganur Mu’tazilah, tetapi karena tidak puas dengan keterangan-keterangan yang
diberikan oleh gurunya, Al-Juba’I, akhirnya ia keluar dari Mu’tazilah. Aliran dan pahamnya disebut
Asy’ariyah. Di samping Asy’ariyah juga Al-Matudiri.

 Al-Ghazali (1065 – 1111 M)

Ia adalah sosok Muslim yang berpengaruh besar terhadap dunia islam. Ia bergelar “hujjatul Islam”
(banteng Islam).

4. Periode Filsafat Kedua

Periode ini ditandai dengan tampilnya sarjana-sarjana dan ahli-ahli dalam berbagai bidang yang juga
meminati filsafat. Mereka hidup dalam masa Daulah Amawiyah di Spanyol (Eropa) pada saat Eropa
sedang dalam masa kegelapan. Dengan tampilnya para filsuf Muslim di Eropa ini, ilmu dan peradaban
tumbuh berkembang dan terus meningkat, Mereka adalah :

 Ibnu Bajjah (1100 – 1138 M), di Barat di kenal Avempace


 Ibnu Thufail (m. 1185 M), di Barat di kenal Abubacer.
 Ibnu Rusyd (1126 – 1198 M), di Barat di kenal Averroce

5. Periode Kebangkitan

Periode ini dimulai dengan adanya kesadaran dan kebangkitan kembali dunia Islam setelah mengalami
kemerosotan alam pikiran sejak abad XV hingga abad XIX. Oleh karenanya, periode ini disebut juga
sebagai Renaissans Islam. Di antara tokoh yang berpengaruh pada periode ini adalah Jamaluddin Al-
Afgani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Muhammad Iqbal, dan masih banyak lagi.
B. Periode Filsafat Skolastik Kristen

Dalam sejarah perkembangannya dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

1) Masa Skolastik Awal (Abad 9 – 12 M)

Masa ini merupakan kebangkitan pemikiran abad pertengahan setelah terjadi kemerosotan. Masa pra-
Yunani disebabkan kuatnya dominasi golongan gereja. Mulanya skolastik timbul pertama kalinya di biara
Itali Selatan dan akhirnya berpengaruh kedaerah- daerah lain. Di sekolah – sekolah saat itu diterapkan
kurikulum yang meliputi study duniawi atau arts liberals yang meliputi tata bahasa, retorika, dialektika
(seni diskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.

Pada masa ini persoalan pemikiran yang menonjol adalah hubungan antara rasio dengan wahyu
(agama). Hubungan antara rasio dengan agama ini dirumuskannya dengan “Credo Ut In Telligam”.
Maksudnya adalah bahwa orang yang mempunyai kepercayaan agama akan lebih mengerti segala
sesuatunya: Tuhan, manusia, dan dunia. Jadi yang paling diutamakannya adalah agama dalam
filsafatnya, tapi tidak mengingkari kemampuan rasio. Universalia ialah pengertian umum seperti
kemanusiaan, kebaikan, keindahan, dan sebagainya.

2) Masa Skolastik Keemasan

Sejak pertengahan abad ke-12 karya-karya non-kristiani mulai muncul dan filsuf islam mulai
berpengaruh. Masa kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200 – 1300 M.

Secara umum ada beberapa faktor yang menjadikan masa skolastik mencapai keemasan, yaitu;

 Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rasyd, Ibnu Sina, sejak abad ke-12 sampai ke-13 telah
tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
 Tahun 1200 M didirikan Universitas Almamater di Prancis. Almamater inilah sebagai embrio
berdirinya Universitas di Paris, Oxford, dan lain-lain.
 Berdirinya ordo-ordo karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga
menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13.
Tokoh yang paling terknal dimasa ini adalah Albertus Magnus dan Thomas Aguinas.

3) Masa Skolastik Akhir

Masa ini ditandai dengan kemalasan berpikir filsafat sehingga menyebabkan stagnasi pemikiran filsafat
skolastik Kristen. Pada masa ini tokoh yang paling terkenal, yaitu Nicolaus Cusanus (1401 – 1404 M).
menurutnya terdapat 3 cara untuk mengenal, yaitu: lewat indra, akal, dan intuisi. Pemikiran Nicolaus ini
dianggap sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan kesuatu sintesis yang
lebih luas. Sintesis ini mengarah kemasa depan dan pemikirannya initersirat suatu pemikiran para
humanis.

C. Perkembangan Filsafat Skolastik

Abad ke-13 menjadi abad kejayaan skolastik. Ada beberapa faktor yang memberi sumbangan yang
berguna bagi kejayaan skolastik antara lain:
 Mulai abad ke-12 ada hubungan-hubungan baru dengan dunia pemikiran Yunani dan dunia
pemikiran Arab, yaitu dengan peradaban Yunani dari Italia Selatan dan Silsilia dan dengan
kerajaan Bizantium di satu pihak, dan peradaban arab yang ada di Spanyol di lain pihak. Melalui
karya orang-orang Arab dan Yahudi Eropa Barat mulai lebih mengenal karya-karya Aristoteles,
yang semula memang kurang dikenal. Kecuali melalui karya orang-orang Arab tulisan-tulisan
Aristoteles dikenal melalui karya para bapak gereja Timur, yang sejak zaman itu dikenal juga.

 Timbulnya universitas-universitas. Didirikannya Universitas Almamater di Paris yang merupakan


gabungan dari beberapa sekolah. Dan universitas inilah yang menjadi awal (embrio) berdirinya
universitas di Paris, Oxford, Mont Pellier, Cambridge dan lainnya. Pada abad pertengahan,
umumnya universitas terdiri atas empat fakultas, yaitu kedokteran, hukum, sastra (fakultas
Atrium), dan teologi.

 Timbulnya ordo-ordo baru, yaitu ordo Fransiskan (didirikan 1209 M.) dan ordo Dominikan
(didirikan 1215 M.). Ordo-ordo ini muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu
pengetahuan, sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang
semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian dimana
kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peranan di bidang filsafat dan teologi, seperti; Albertus
de Grote, Thomas Aquines, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.

Selain itu Masa ini terbagi menjadi tiga periode, yaitu:

a.       Skolastik awal, tahun 800-1200

b.      Skolastik puncak, tahun 1200-1300

c.       Skolastik akhir, tahun 1300-1450

 Skolastik awal

Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di bara Italia selatan dan akhirnya sampai
berpengaruh di jerman dan belanda. Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi artes liberales,
meliputi tata bahasa, retorika, dialektika, (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan
dan musik. Diantara tokoh-tokohnya ialah Aquinas, Johanes Skotes Eriugena, peter lombard dan lain-
lain.

 Skolastik puncak

Masa ini merupakan kejayaan skolastik, masa ini juga disebut masa berbunga, ditandai denagn
munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan
atau memajukan ilmu pengetahuan. Beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai puncak,

a.       Adanya pengaruh Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, sejak abad ke-12 sampai ke-13 telah tumbuh
menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b.      Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Prancis. Ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah.
Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, Mont pellier,
Cambridge dan lain-lain.

c.       Berdirinya ordo-ordo. Ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu
pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak
pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh-
tokohnya memegang peran di bidang Filsafat dan Teologi, seperti Albertus De Grote, Thomas Aquinas,
Binaventura, J. D. Scotus, William Ocham.

 Skolastik Akhir
Rasa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi
kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Diantara tokoh-tokohnya adalah:
a.       William Ockham (1285-1349), menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-
barang atau kejdian-kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan umum tentang alam hanya
merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan.

b.      Nicolas cusasus (1401-1464),  menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu: lewat
indra, akal dan intuisi. Pemikiran ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad
pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari
pemikirannya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.

Filsafat Skolastik menemukan puncak kejayaannya waktu Thomas Aquinas menjadi filsuf pokoknya.
Filsafat skolastik dikembangkan dalam sekolah-sekolah biara dan keuskupan. Para filsuf skolastik tidak
memisahkan filsafat dari teologi kristiani. Jadi dapat dikatakan bahwa filsafat integral dalam ajaran
teologi. tokoh-tokohnya diantaranya ialah:

 Thomas Aquinas.
Aquinas merupakan teolog skolastik yang terbesar. Ia adalah murid Albertus Magnus. Albertus
mengajarkan kepadanya filsafat Aristoteles sehingga ia sangat mahir dalam filsafat itu. Pandangan-
pandangan filsafat Aristoteles diselaraskannya dengan pandangan-pandangan Alkitab. Ialah yang sangat
berhasil menyelaraskan keduanya sehingga filsafat Aristoteles tidak menjadi unsur yang berbahaya bagi
iman Kristen. Pada tahun1879, ajaran-ajarannya dijadikan sebagai ajaran yang sah dalamGereja Katolik
Roma oleh Paus Leo XIII.

Thomas mengajarkan Allah sebagai "ada yang tak terbatas" (ipsum esse subsistens). Allah adalah "dzat
yang tertinggi", yang memunyai keadaan yang paling tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak bergerak.
Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles dalam pandangannya.

Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas
dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup kodrati
ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat
(adikodrati). "Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat," demikian kata
Thomas Aquinas.
 Albertus Magnus
Disamping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Ia
lehir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doctor universalis” dan “doctor
magnus” kemudian bernama Albertus Magnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa.
Di universitas Padua ia belajar artes liberales. Ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat
aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln
menjadi dosen filsafat dan teologi.

Terakhir ia diangkat sebagai uskup agung. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang
Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu
kimia.

 Wiliam Ockham
Ia merupakan ahli piker Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum
dengan Paus John XXII, ia dipenjara di Avignon, tetapi ia dapat melarikan diir dan mencari
perlindungannya pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan mendalikan bahwa kenyataan itu
hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda
abstrak.

Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian
individual. Konsepo-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan
abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan
lewat logika. Di samping itu, ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan
doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai pengusahanya
Paus John XXII.

 Peter Abelardus
Eropa membuka kembali kebebasan berpikir yang dipelopori oleh Peter Abelardus. Ia menginginkan
kebebasan berpikir dengan membalik diktum Augustinus-Anselmus credo ut intelligam dan merumuskan
pandangannya sendiri menjadi intelligo ut credom (saya paham supaya saya percaya). Peter Abelardus
memberikan status yang lebih tinggi kepada penalaran dari pada iman

 Nicolas Cusasus
Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat: Indra. Dengan indra kita, akan
mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna.
kemudian  Akal. Dengan akal, kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar
pada sajian atau tangkapan indra. Serta Intuisi. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan
yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak
dapat dipersatukan.

DAFTAR PUSTAKA:

http://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.com/2014/09/filsafat-skolastik.html
http://amiie23new.blogspot.com/2012/11/filsafat-skolastik.html

http://dwilestari-dwibcc.blogspot.com/2014/01/makalah-filsafat-skolastik.html

Anda mungkin juga menyukai