Oleh:
HAGIAN AGUSTINA SUKARNA
NIM. 108051000044
LEMBAR PERNYATAAN
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah penulis skripsi yang berjudul Dakwah Dalam
Birokrasi : Analisis Kiprah Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM,
dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memnuhi salah satu
persyaratan gelar sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dalam
bentuk referensi, baik footnote, maupun daftar pustaka, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan merupakan karya asli atau
duplikasi karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian lembar pernyataan ini dibuat, sehingga dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
ABSTRAK
Dakwah merupakan gerakan suci yang diwajibkan Allah SWT kepada seluruh
hamba-Nya. Gerakan ini tidak lain bertujuan untuk terciptanya masyarakat yang
beriman, bertakwa dan sejahtera. Namun untuk mencapai semua itu butuh proses dan
waktu yang cukup lama. Untuk mengantisipasi lambannya pesan dakwah yang
disampaikan, maka dibutuhkan teknik atau seni khusus dalam proses
penyampaiannya. Teknik ataupun seni dalam penyampaian dakwah dapat berupa
metode pendekatan-pendekatan struktural maupun kultural. Kedua pendekatan
tersebut diibaratkan sebagai dua pasang kaki dan tangan yang saling
menyempurnakan. Pendekatan struktural merupakan pendekatan dakwah dengan
memanfaatkan kekuatan struktur organisasi. Sedangkan dakwah kultural merupakan
pendekatan dakwah pada ranah personal. Melalui kedua pendekatan tersebut, Mayjen
TNI (Purn). Drs. H. Kurdi Mustofa, MM, mencoba mendakwahkan ajaran Islam
dalam birokrasi.
Dari konteks di atas, maka timbul pertanyaan : Bagaimana kiprah dakwah
Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM selama menjadi birokrat
pemerintahan ? Apa bentuk gagasan dan rekomendasi Mayjen TNI (Purn) Drs. H.
Kurdi Mustofa, MM yang berwujud kepentingan dakwah Islam selama berkiprah
dalam birokrasi pemerintahan ?
Di dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Penulis menggambarkan secara faktual apa yang dilihat dan ditemukan dari
objek penelitian dan menuangkannya ke dalam tulisan. Metode ini juga didukung dari
hasil wawancara dan studi dokumentasi yang dilakukan penulis kepada objek
penelitian beserta tulisan-tulisan yang menyangkut dengan judul skripsi.
Kiprah dakwah dalam birokrasi yang dilakukan oleh Mayjen TNI (Purn) Drs.
H. Kurdi Mustofa, MM merupakan sebuah proses pentransferan nilai-nilai ajaran
Islam dengan cara memanfaatkan profesi pekerjaan. Menanamkan pemahaman bahwa
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin bagi kalangan birokrat adalah tujuan
utamanya. Sehingga dapat tercipta birokrat-birokrat yang selalu menjunjung tinggi
nilai-nilai ke Islaman pada setiap kebijakan yang lahir.
KATA PENGANTAR
Kalimat syukur serta pujian-pujian agung yang suci hanya ingin penulis
persembahkan kepada Allah SWT. Karena atas segala anugerah dan kesempatan
yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi berjudul Dakwah Dalam
Birokrasi : Analisis Kiprah Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa,
MM dapat selesai sesuai harapan.
Membuat sebuah karya tulis tentu melewati banyak fase kerumitan.
Namun fase-fase tersebut dapat penulis lewati dengan perjuangan sepenuh hati.
Karya ini tercipta berkat dukungan dari banyak pihak yang telah memberikan
kontribusi
maksimal
kepada
penulis.
Dengan
segala
kelebihan
dan
iii
sangat
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................................................i
ABSTRAK................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah..........................................................................8
C. Tujuan Penelitian................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................9
E.
Metodologi Penelitian......................................................................................10
F.
Tinjauan Pustaka..........................................................................................13
G. Sistematika Penulisan.......................................................................................14
BAB II
LANDASAN TEORI.............................................................................................16
A. KiprahDakwah.............................................................................................16
1. Pengertian Kiprah.....16
2. Pengertian Dakwah...17
B. Unsur-UnsurDakwah.......................................................................................20
1. Tujuan Dakwah.....20
2. Materi Dakwah.....21
3. Subjek dan Objek Dakwah...23
4. Metode Dakwah28
5. Media Dakwah..33
C. Birokrasi
1. Pengertian Birokrasi.35
BAB III PROFIL MAYJEN TNI (Purn) Drs. H. KURDI MUSTOFA, MM..37
A. Biografi Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM..........37
1. Riwayat Hidup..37
2. Karir Dalam Lingkungan Birokrasi Kekuasaan...38
BAB IV ANALISIS DAKWAH DALAM BIROKRASI :
Mayjen TNI (Purn) Drs. H.KURDI MUSTOFA,
,MM.43
A. Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM..43
1. Dakwah Struktural Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa,
MM.46
2. Dakwah Kultural Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa,
MM.............50
3. Dakwah Bi Lisan........53
4. Dakwah Bil Qolam (Kitabah)54
5. Dakwah Bil Hal..55
B. Materi Dakwah Yang DisampaikanMayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa,
MM...59
C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H.
Kurdi Mustofa, MM.60
BAB V PENUTUP..................................................................................................................63
A. Kesimpulan.......................................................................................................63
B. Saran.................................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................66
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Said Agil Husin Al Munawwar, Kata Sambutan Dalam Buku Metode Dakwah,
Himpunan Rahmat Semesta, ( Jakarta : Prenada Media, 2003). Cet.Pertama. h. viii
Artinya: Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah
kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan
mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang
ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitabNya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk". (QS. AL-Araf: 158)
Dakwah yang merupakan titik berat di sini adalah yang menyangkut segi
duniawi
atau segi
muamalah,
yaitu segi
hubungan manusia
dengan
Yahya Muhaimin, Dakwah Islam dan Partisipasi Politik (Yogyakarta : Prima Duta,
1983), cetakan pertama, h. 86
7
Syarifudin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2008), cetakan pertama, h. 125
era tersebut, Islam dalam posisi yang tidak menguntungkan, terpinggirkan dan
dijauhkan dari peran-peran penting di kelembagaan negara8.
Pada tahun 1980-an secara terang-terangan pemerintah Orde Baru
melarang pemakaian jilbab di sekolah negeri. Kemudian kebijakan yang tak kalah
menyakitkan bagi umat Islam pada masa itu adalah ketika penguasa membuat
kebijakan pembatasan aktivitas masjid hanya pada ibadah ritual belaka. Masjid
tidak
dibolehkan
menggelar
kegiatan
yang
bentuknya
mengumpulkan
aktif. Mengambil bagian secara aktif tidak berarti bersikap masa bodoh, akan
tetapi justru harus bersikap kritis dalam bentuk amar maruf nahi munkar.10
Akan tetapi kesulitan-kesulitan seperti itu tidak lekas membuat sosok
pejuang dakwah mengurungkan niatnya untuk mencoba berdakwah di kalangan
penguasa. Di sinilah muncul sosok Kurdi Mustofa, dai yang memiliki kejelian
strategi dakwah yang tanpa harus berhadapan konfrontatif dengan pemerintah.
Strategi itu adalah masuk ke dalam struktur pemerintahan yang saat itu justru
sedang menyempitkan ruang gerak dakwah. Ketika itu pilihan strategi ini tidak
banyak dipikirkan dan dilakukan oleh para dai. Sebab ketika itu memasuki
panggung kekuasaan sudah diibaratkan memasuki dunia yang gelap dan kotor.
Kurdi Mustofa ketika itu adalah alumni Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
yang kemudian memilih untuk masuk ke dalam dunia militer sebagai seorang
Perwira Pembina Mental. Saat itu peran militer sungguh sangat dominan dan
strategis dalam menentukan perjalanan roda pemerintahan dan menentukan
dinamika sosial politik di Indonesia. Untuk itulah Kurdi Mustofa memilih dunia
militer sebagai lahan dakwah yang menantang dan potensial, serta menjadi
momentum untuk memberikan pemahaman tentang Islam yang rahmatan lil
alamin di kalangan militer.11
Peran seorang dai di lingkup kekuasaan memang tidak ringan, terlalu
kompleks persoalan yang harus dihadapi. Tapi itulah yang menjadi pembeda
10
Kafrawi Ridwan, Metode Dakwah Dalam Menghadapi Masa Depan (Jakarta, PT.
Golden Terayon Press, 1987), h.17
11
Kurdi Mustofa, Dakwah Di Balik Kekuasaan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2012). Cet. Pertama, h.143
antara dai yang berada dalam struktur kekuasaan dengan dai yang berada dalam
lingkup masyarakat kebanyakan atau kultural.
Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM bukanlah nama yang
asing dikalangan militer dan pemerintah. Jenjang karirnya sangat menarik dan
cukup panjang. Memulai karir sebagai Perwira Pembina Mental di lingkungan
Kodam III/17 Agustus Sumatra Barat kemudian menjadi Advisor Panglima
Angkatan Bersenjata Brunnei Daarussalam dalam bidang pembinaan keagamaan,
kemudian menjabat sebagai Staf Ahli Pusat Pembinaan Mental TNI, sempat
menjabat sebagai Asisten Deputi Politik Dalam Negeri di Menko Polkam,
Sekertaris Pribadi Presiden hingga pindah menjadi Staf Khusus Presiden Bidang
Komunikasi Sosial.
Kini setelah pensiun dari militer dan aktivitas lainnya dalam lingkup
kekuasaan, Kurdi Mustofa justru memilih panggilan hatinya untuk berdakwah bil
hal, yaitu dengan menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Haji
Indonesia (IPHI) Periode 2010-2015. Menurutnya, organisasi IPHI mempunyai
potensi sebagai sumber kekuatan moral, sosial dan ekonomi.12
Berdakwah melalui kekuasaan memang sangat potensial dan efektif,
karena seperti banyak kita ketahui bahwa birokrasi menggunakan sistem top-down
yang masih sangat kental. Jadi, siapapun pemimpinnya maka akan ditiru dan
dituruti. Karena dakwah dengan model seperti ini diharapkan tidak akan lahir
kegiatan-kegiatan yang banyak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Inilah
mengapa alasan bahwan berdakwah dalam lingkup birokrasi atau kekuasaan
12
sangat efektif. Karena dalam pengertian yang luas inilah, dakwah bukan cuma
berkaitan dengan persoalan menambah jumlah pemeluk Islam, akan tetapi yang
paling utama adalah bagaimana dakwah dapat berpihak pada nilai-nilai kebenaran
dan kemanusiaan.13
Beranjak dari latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud untuk
menulis skripsi yang berjudul Dakwah Dalam Birokrasi: Analisis Kiprah
Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM .
10
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi kalangan
praktisi, dan aktivis dakwah yang konsen di bidang dakwah birokrasi
khususnya. Serta umumnya bagi para praktisi dakwah yang menjadikan
dunia birokrasi sebagai sarana untuk menyebarkan arus informasi dakwah.
D. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu metode yang
menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif berupa datadata tertulis atau lisan dari objek penelitian yang dapat diamati. Adapun
metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian
lapangan yang merupakan metode deskriptif kualitatif. Metode
deskriptif kualitatif yaitu metode dengan menghimpun data actual
denga melakukan wawancara dengan narasumber serta observasi secara
langsung. Kemudian memaparkan data serta menarik kesimpulan dari
analisis tersebut sesuai dengan data yang didapatkan di lapangan. 14
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pusat Ikatan Persaudaraan
Haji Indonesia (IPHI), Matraman-Jakarta Timur dan di Perumahan
Pura Melati Indah, Jatirahayu-Pondok Gede, kediaman pribadi objek
14
11
b.
cara
mengajukan
pertanyaan
secara
langsung
oleh
12
b. Studi Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Metode dokumentasi dalam hal ini berarti cara
mengumpulkan data dengan mencatat data yang ada dalam dokumen
atau arsip.16 Penulis mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
Kiprah Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM
selama berkiprah dalam lingkup birokrasi pemerintahan. Selain itu
penulis juga membaca dan mempelajari berbagai bentuk data tertulis
yang terdapat di buku, website serta foto-foto. Sehingga dapat
dijadikan analisis dalam penelitian ini.
15
13
14
penelitian,
15
BAB I:
MM.
BAB V: Dalam bab ini menjelaskan kesimpulan dari kiprah dakwah Mayjen
TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM dalam birokrasi. Serta memberikan
saran demi kemajuan dakwah Islam.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kiprah Dakwah
1. Pengertian Kiprah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologi kiprah adalah
kegiatan. Sedangkan berkiprah adalah melakukan kegiatan atau berpartisipasi
dengan semangat tinggi atau bergerak, berusaha di sebuah bidang tertentu 1.
Sedangkan menurut S. Nasution kiprah adalah suatu konsekuensi atau akibat
kedudukan atau status seseorang. Sehingga dari kedudukannya tersebut dapat
terlihat bagaimana kiprahnya.2
Menurut Djumhur, kiprah dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah laku
tertentu yang merupakan ciri khas dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu.3
WJS. Purwodarminta mengartikan kata kiprah dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia sebagai tindakan, aktifitas, kemampuan kerja, reaksi, cara
pandang seseorang terhadapa ideologi atau institusinya.4
Berkiprah tidak jauh berbeda dengan beraktifitas, namun bedanya di sini
berkiprah adalah melakukan kegiatan atau berpartisipasi dalam kegiatan dengan
semangat tinggi dan lebih tinggi dari hanya sekedar beraktifitas.
Sedangkan kiprah dakwah menurut Mahmud Yunus adalah dengan
melakukan kegiatan dakwah (amar maruf nahi munkar) atau berpartispasi dalam
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2005), h. 571.
2
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT.Bumi Aksara), h. 73.
3
Djumhur.Moh. Surya, Bimbingaan dan Penyuluhan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1975), h.12.
4
WJS. Purwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
h.15.
16
17
kegiatan dakwah dengan semangat tinggi dalam bentuk sebuah perbuatan nyata
untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat. Persoalan-persoalan tersebut
khususnya adalah dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan meningkatkan
kesejahtraan ummat.
Jadi, kiprah dakwah adalah aktifitas yang berkaitan dengan segala kegiatan
keagamaan. Seseorang yang sedang berkiprah dalam dakwah tentunya memiliki
peran yang sangat penting untuk kemaslahatan dan kemajuan umat.
2. Pengertian Dakwah
Dakwah ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab dakwah dan
kata daa, yadu yang berarti panggilan, ajakan, seruan. Seruan dan panggilan ini
dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan. Adapun yang dimaksud
dengan ajakan atau seruan disini ialah usaha seorang dai yang berusaha untuk
lebih dekat dan mengenal madunya untuk dituntun kepada jalan Allah SWT.5
Sedangkan menurut istilah, para ulama memberikan definisi yang
bermacam-macam, antara lain :
a. Toha Yahya Umar mengatakan dalam bukunya Islam dan Dakwah,
dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan
yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.6
b. Dalam bukunya Ilmu Dakwah, Dr. Moh. Ali Aziz menjelaskan bahwa
dakwah adalah aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik
Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cetakan pertama.
h.3.
6
H.M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. AL Mawardi Prima, 2004),
cetakan pertama, h.67.
18
individu maupun kolektif dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang
lebih baik. Sementara itu, dalam bahasa Islam dakwah adalah tindakan
mengomunikasikan pesan-pesan Islam. Dakwah adalah istilah teknis yang
pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk menghimbau orang lain
kearah Islam.7
c. Menurut KH. A. Hasyim Muzadi, dakwah diartikan sebagai proses
mengumpulkan manusia dalam kebaikan dan menunjukan mereka kepada
jalan yang benar dengan cara amar maruf nahi munkar.8
d. Moesa A. Machfoed dalam bukunya Filsafat Dakwah (Ilmu Dakwah dan
Penerapannya)
mendefinisikan
dakwah
yaitu
sebagai
panggilan.
Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cetakan pertama,
PP LDNU, Potret Gerakan Dakwah NU, (Jakarta: PP LDNU Publishing, 2007), cetakan
pertama,h. 5.
9
A. Machfoed, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 2004), h. 15.
8
19
10
Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Perubaahan Sosial (Yogyakarta: Prima Duta
Yogyakarta, 1983), cetakan pertama, h. 32.
20
B. Unsur-Unsur Dakwah
1. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan
dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. Sebaliknya, tanpa
dakwah Islam akan semakin jauh dari masyarkat dan selanjutnya akan lenyap dari
permukaan bumi. Dalam kehidupan masyarakat, dakwah berfungsi menata
kehidupan yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan
bahagia. Ajaran Islam yang disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan
manusia dan masyarakat pada umumnya dari hal-hal yang dapat membawa pada
kehancuran.11 Untuk itu anjuran berdakwah bagi semua kaum muslim tidak lain
agar menjadi hamba Allah yang selaras dengan perintah dan tuntunan-Nya.
Tujuan merupakan pernyataan bermakna, keinginan yang dijadikan
pedoman manajemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan
yang dilakukan dalam dimensi waktu tertentu.dalam tujuan memiliki target-target
tertentu dan dalam waktu yang bisa diperkirakan. Begitupun dengan dakwah,
dakwah Islam tentunya mempunyai orientasi-orientasi tertentu yang akan dicapai.
Dakwah Islam merupakan suatu bentuk dakwah yang harus mempunyai
tujuan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat luas. Kesadaran disini
dapat dibagi dan dimaknai menjadi tiga bagian, yaitu :
a.
11
21
b.
c.
12
22
kebenarannya dan dijaga sendiri oleh Allah akan keutuhannya, keasliannya dan
keakuratannya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya :
Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya(Q.S.al_Hijr:9)
Quran,
dan
ekonomi,
sosial,
hingga
hal
teknologi.
Maka
dengan
segala
13
23
24
15
HMS. Nasaruddin Lathief, Teori dan Praktek Dakwah, (Jakarta, Bulan Bintang, 1974),
h.162.
16
17
25
Karena seorang dai bagaikan dokter yang pandai dan bijaksana serta mengetahui
penyakit dan mengetahui cara bagaimana mengatasinya.18
Permasalahan di atas sangat berkaitan sekali dengan teori psikologi
komunikator atau kejiwaan seorang komunikator ketika berinteraksi dengan
komunikan atau madu. ada beberapa teori yang berkaitan dengan hal ini, yakni:
1)
sebagai ethos. Sedangkan ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik
dan juga maksud yang baik sorang komunikator ketika berinteraksi dengan
komunikan atau madu bagi seorang dai.
2)
Teori prior ethos yang menjelaskan tentang hal-hal apa saja yang
seorang
Teori
intrinsic ethos
Saad Wahf al-Qathani, Menjadi Dai Yang Sukses, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), h
19
.91.
259.
26
diseru, dipanggil atau diundang. Maksudnya adalah orang yang diajak kedalam
Islam.20
Salah satu makna berdakwah adalah menempatkan manusia sesuai dengan
kadar yang telah ditetapkan Allah. Keragaman karakteristik manusia merupakan
warna-warni dalam berdakwah. Untuk itulah sebagai dai harus mampu
menempatkan sasaran dakwahnya dengan tepat.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sasaran atau objek dakwah ialah
manusia, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Sebab agama Islam diturunkan
oleh Allah SWT bukan hanya untuk sekelompok manusia, akan tetapi untuk
seluruh umat manusia termasuk dai itu sendiri.
Madu adalah mitra dakwah yang terdiri dari berbagai macam golongan
manusia.oleh karena itu menggolongkan madu sama halnya menggolongkan
manusia itu sendiri dari berbagai aspek. Penggolongan madu tersebut antara lain
sebagai berikut :
1)
budaya berupa golngan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama
terdapat dalam masyarakat jawa.
20
27
4)
pekerjaan berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawaipegawai negeri dan sebagainya.
6)
khusus berupa golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya,
narapidana dan sebagainya.21
Mengenal dan memahami strata madu manusia dalam berdakwah
sangatlah penting, karena dakwah tanpa mengenal madu ibarat sayur tanpa garam
yang rasanya hambar dan tidak mengenakan. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya : Berbicaralah kepada manusia menurut kadar kecerdasan mereka
(HR.Muslim)
Jadi, subjek dan objek dakwah sangat berkaitan satu sama lain. Dimana
madu sebagai salah satu unsur utama yang sangat penting dalam menentukan
berhasil atau tidaknya proses dakwah.
21
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta:Bumi Aksara, 2000), cetakan kelima, h. 23.
28
4. Metode Dakwah
Metode berasal dari dua bahasa yunani, yaitu: meta (melalui) dan
hodos (jalan, cara). Maka metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Jerman metode berasal dari kata
methodica artinya adalah ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa Arab,
metode berasal dari kata thariq yang artinya jalan. Sehingga metode adalah cara
yang telah diatur dan memulai proses untuk mencapai suatu maksud.22
Metode adalah suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan
secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan. Sedangkan dakwah
adalah cara yang digunakan subjek dakwah untuk menyampaikan materi dakwah.
Metode dakwah dapat juga disebut sebagai alat yang dipergunakan oleh seorang
dai untuk menyampaikan materi dakwahnya dengan serentetan kegiatan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Maka dari itu, kejelian dan kebijakan juru dakwah dalam memilih dan
memakai metode itu sangat memengaruhi kelancaran dan keberhasilan dakwah.
Pada umumnya bahasan tentang metode dakwah itu merujuk pada surat An-Nahl
ayat 125 yang berbunyi :
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
22
29
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
QS. An-Nahl : 125)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa metode dakwah ada tiga hal, yaitu:
Hikmah, Mauizatul hasanah dan Mujadallah. Semua metode yang ada dalam
ilmu dakwah merupakan cabang dari ketiga metode di atas.
a.
23
Mohammad. Ali Aziz, Ilmu Dakwah ( Jakarta: Prenada Media, 2001), h.122-123.
30
2)
3)
4)
ide-ide
dalam
kemungkinan-kemungkinan
31
kerja dakwah dalam masyarakat, sehingga akan lebih efektif jika ditunjang
dengan konsep yang matang. Dakwah ini lebih berorientasi pada
pengembangan masyarakat.24
Dari banyak model, cara ataupun metode dakwah yang dikemukakan oleh
para ahli. Di dalamnya terdapat pula wacana tentang metode pendekatan dakwah
struktural dan kultural.
Menurut
Muhammad
Sulthon,
dakwah
dapat
dikategorisasikan
24
25
h.23.
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 1997), cetakan kedua, h. 34.
Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Remaja, 2003),
32
dari berbagai perangkat sturktural. Jika kita berbicara dalam tataran negara, maka
perangkat tersebut adalah parlemen.26
Sedangkan dakwah kultural diartikan sebagai dakwah yang melakukan
pendekatan
terhadap
kultur
budaya
masyarakat
atau
dakwah
dengan
luas
dakwah
kultural
dipahami
sebagai
kegiatan
dakwah
yang
Masnun Thahir, Tulisan Dalam Jurnal Istiqra, Nomor 01, 2007. h. 174
Syamsul Hidayat, Dakwah Kultural dan Pemurnian Ajaran Islam, (Yogyakarta: LSB
PP Muhammadiyah, 2002), h. 38
28
Masnun Thahir, Tulisan Dalam Jurnal Istiqra, Nomor 01, 2007. h. 174
27
33
dan kultural sebagai pemisah antara Islam dan politik. Ataupun mengartikan ini
dengan problematika boleh atau tidaknya Islam berpolitik.
Bahtiar Efendy mengatakan, tidak ada satu pun pengertian khusus
mengenai politik Islam atau sebaliknya. Karena masing-masing pemikir dan
pelaku tidak mempunyai satu rumusan tunggal mengenai hal tersebut yang dapat
diterima secara universal.29
Untuk itulah fokus penelitian ini adalah bagaimana melihat kiprah dakwah
seorang dai selama berkarir di lingkup birokrasi kekuasaan. Senada dengan ini,
penulis mengutip pendapat Ibnu Khaldun, bahwa dalam bermasyarakat manusia
memerlukan seorang pemimpin yang berkuasa. Dengan kekuasaan itu ia dapat
melaksanakan tugasnya dalam masyarakat secara efektif. Jika penguasa itu
mengajak kebaikan kepada jalan Allah SWT, maka pemimpin dan rakyatnya akan
sama-sama mendapatkan pahala30. Itulah alasan mengapa berdakwah dalam
lingkup kekuasaan juga menjadi penting.
5. Media Dakwah
Perkembangan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia tidak terlepas dari
berkembangnya media sebagai suatu sarana dakwah. Ayat-ayat suci Al-Quran
pada mulanya diajarkan Rasulullah kepada para sahabat dengan metode
melafalkan langsung dan menghafalkannya. Hingga pada akhirnya Khalifah
Usman bin Affan yang kemudian memerintahkan untuk mencatat Al-Quran dalam
29
Tulisan Bachtiar Efendy Pada Buku, Problematika Politik Islam, (Jakarta : PT.
Grasindo, 2002), h. 158.
30
Abu Ridha, Islam Dan Politik Mungkinkah Bersatu?, ( Bandung : Syaamil Cipta
Media, 2004), h. 130.
34
sebuah mushaf yang kemudian sering kita kenal sebagai Al-Quran yang ada
sekarang.
Media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat atau
perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian media dakwah
adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan dakwah yang telah ditentukan secara efektif.
Di zaman modern sekarang ini, dakwah semestinya menyesuaikan situasi
dan kondisi yang semakin berubah ke arah yang lebih maju. Juru dakwah dituntut
untuk semakin kreatif dan efisien dalam pelaksanaan dakwah. Tidak hanya asal
dalam melaksanakan dakwah, karena nantinya akan berdampak tidak baik
terhadap hasil dakwahnya.
Pada dasarnya, pesatnya perkembangan media massa dewasa ini
merupakan
fenomena
yang
sehat,
selama
sejalan
dengan
semangat
35
Islamiyah. Seperti
mendigitalisasi
literatur-literatur
Islam
31
32
36
33
34
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kiprah Dakwah
1. Pengertian Kiprah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologi kiprah adalah
kegiatan. Sedangkan berkiprah adalah melakukan kegiatan atau berpartisipasi
dengan semangat tinggi atau bergerak, berusaha di sebuah bidang tertentu 1.
Sedangkan menurut S. Nasution kiprah adalah suatu konsekuensi atau akibat
kedudukan atau status seseorang. Sehingga dari kedudukannya tersebut dapat
terlihat bagaimana kiprahnya.2
Menurut Djumhur, kiprah dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah laku
tertentu yang merupakan ciri khas dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu.3
WJS. Purwodarminta mengartikan kata kiprah dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia sebagai tindakan, aktifitas, kemampuan kerja, reaksi, cara
pandang seseorang terhadapa ideologi atau institusinya.4
Berkiprah tidak jauh berbeda dengan beraktifitas, namun bedanya di sini
berkiprah adalah melakukan kegiatan atau berpartisipasi dalam kegiatan dengan
semangat tinggi dan lebih tinggi dari hanya sekedar beraktifitas.
Sedangkan kiprah dakwah menurut Mahmud Yunus adalah dengan
melakukan kegiatan dakwah (amar maruf nahi munkar) atau berpartispasi dalam
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2005), h. 571.
2
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT.Bumi Aksara), h. 73.
3
Djumhur.Moh. Surya, Bimbingaan dan Penyuluhan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1975), h.12.
4
WJS. Purwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
h.15.
16
17
kegiatan dakwah dengan semangat tinggi dalam bentuk sebuah perbuatan nyata
untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat. Persoalan-persoalan tersebut
khususnya adalah dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan meningkatkan
kesejahtraan ummat.
Jadi, kiprah dakwah adalah aktifitas yang berkaitan dengan segala kegiatan
keagamaan. Seseorang yang sedang berkiprah dalam dakwah tentunya memiliki
peran yang sangat penting untuk kemaslahatan dan kemajuan umat.
2. Pengertian Dakwah
Dakwah ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab dakwah dan
kata daa, yadu yang berarti panggilan, ajakan, seruan. Seruan dan panggilan ini
dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan. Adapun yang dimaksud
dengan ajakan atau seruan disini ialah usaha seorang dai yang berusaha untuk
lebih dekat dan mengenal madunya untuk dituntun kepada jalan Allah SWT.5
Sedangkan menurut istilah, para ulama memberikan definisi yang
bermacam-macam, antara lain :
a. Toha Yahya Umar mengatakan dalam bukunya Islam dan Dakwah,
dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan
yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.6
b. Dalam bukunya Ilmu Dakwah, Dr. Moh. Ali Aziz menjelaskan bahwa
dakwah adalah aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik
Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cetakan pertama.
h.3.
6
H.M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. AL Mawardi Prima, 2004),
cetakan pertama, h.67.
18
individu maupun kolektif dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang
lebih baik. Sementara itu, dalam bahasa Islam dakwah adalah tindakan
mengomunikasikan pesan-pesan Islam. Dakwah adalah istilah teknis yang
pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk menghimbau orang lain
kearah Islam.7
c. Menurut KH. A. Hasyim Muzadi, dakwah diartikan sebagai proses
mengumpulkan manusia dalam kebaikan dan menunjukan mereka kepada
jalan yang benar dengan cara amar maruf nahi munkar.8
d. Moesa A. Machfoed dalam bukunya Filsafat Dakwah (Ilmu Dakwah dan
Penerapannya)
mendefinisikan
dakwah
yaitu
sebagai
panggilan.
Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cetakan pertama,
PP LDNU, Potret Gerakan Dakwah NU, (Jakarta: PP LDNU Publishing, 2007), cetakan
pertama,h. 5.
9
A. Machfoed, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 2004), h. 15.
8
19
10
Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Perubaahan Sosial (Yogyakarta: Prima Duta
Yogyakarta, 1983), cetakan pertama, h. 32.
20
B. Unsur-Unsur Dakwah
1. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan
dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. Sebaliknya, tanpa
dakwah Islam akan semakin jauh dari masyarkat dan selanjutnya akan lenyap dari
permukaan bumi. Dalam kehidupan masyarakat, dakwah berfungsi menata
kehidupan yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan
bahagia. Ajaran Islam yang disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan
manusia dan masyarakat pada umumnya dari hal-hal yang dapat membawa pada
kehancuran.11 Untuk itu anjuran berdakwah bagi semua kaum muslim tidak lain
agar menjadi hamba Allah yang selaras dengan perintah dan tuntunan-Nya.
Tujuan merupakan pernyataan bermakna, keinginan yang dijadikan
pedoman manajemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan
yang dilakukan dalam dimensi waktu tertentu.dalam tujuan memiliki target-target
tertentu dan dalam waktu yang bisa diperkirakan. Begitupun dengan dakwah,
dakwah Islam tentunya mempunyai orientasi-orientasi tertentu yang akan dicapai.
Dakwah Islam merupakan suatu bentuk dakwah yang harus mempunyai
tujuan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat luas. Kesadaran disini
dapat dibagi dan dimaknai menjadi tiga bagian, yaitu :
a.
11
21
b.
c.
12
22
kebenarannya dan dijaga sendiri oleh Allah akan keutuhannya, keasliannya dan
keakuratannya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya :
Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya(Q.S.al_Hijr:9)
Quran,
dan
ekonomi,
sosial,
hingga
hal
teknologi.
Maka
dengan
segala
23
24
15
HMS. Nasaruddin Lathief, Teori dan Praktek Dakwah, (Jakarta, Bulan Bintang, 1974),
h.162.
16
17
25
Karena seorang dai bagaikan dokter yang pandai dan bijaksana serta mengetahui
penyakit dan mengetahui cara bagaimana mengatasinya.18
Permasalahan di atas sangat berkaitan sekali dengan teori psikologi
komunikator atau kejiwaan seorang komunikator ketika berinteraksi dengan
komunikan atau madu. ada beberapa teori yang berkaitan dengan hal ini, yakni:
1)
sebagai ethos. Sedangkan ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik
dan juga maksud yang baik sorang komunikator ketika berinteraksi dengan
komunikan atau madu bagi seorang dai.
2)
Teori prior ethos yang menjelaskan tentang hal-hal apa saja yang
seorang
Teori
intrinsic ethos
Saad Wahf al-Qathani, Menjadi Dai Yang Sukses, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), h
19
.91.
259.
26
diseru, dipanggil atau diundang. Maksudnya adalah orang yang diajak kedalam
Islam.20
Salah satu makna berdakwah adalah menempatkan manusia sesuai dengan
kadar yang telah ditetapkan Allah. Keragaman karakteristik manusia merupakan
warna-warni dalam berdakwah. Untuk itulah sebagai dai harus mampu
menempatkan sasaran dakwahnya dengan tepat.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sasaran atau objek dakwah ialah
manusia, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Sebab agama Islam diturunkan
oleh Allah SWT bukan hanya untuk sekelompok manusia, akan tetapi untuk
seluruh umat manusia termasuk dai itu sendiri.
Madu adalah mitra dakwah yang terdiri dari berbagai macam golongan
manusia.oleh karena itu menggolongkan madu sama halnya menggolongkan
manusia itu sendiri dari berbagai aspek. Penggolongan madu tersebut antara lain
sebagai berikut :
1)
budaya berupa golngan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama
terdapat dalam masyarakat jawa.
20
27
4)
pekerjaan berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawaipegawai negeri dan sebagainya.
6)
khusus berupa golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya,
narapidana dan sebagainya.21
Mengenal dan memahami strata madu manusia dalam berdakwah
sangatlah penting, karena dakwah tanpa mengenal madu ibarat sayur tanpa garam
yang rasanya hambar dan tidak mengenakan. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya : Berbicaralah kepada manusia menurut kadar kecerdasan mereka
(HR.Muslim)
Jadi, subjek dan objek dakwah sangat berkaitan satu sama lain. Dimana
madu sebagai salah satu unsur utama yang sangat penting dalam menentukan
berhasil atau tidaknya proses dakwah.
21
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta:Bumi Aksara, 2000), cetakan kelima, h. 23.
28
4. Metode Dakwah
Metode berasal dari dua bahasa yunani, yaitu: meta (melalui) dan
hodos (jalan, cara). Maka metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Jerman metode berasal dari kata
methodica artinya adalah ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa Arab,
metode berasal dari kata thariq yang artinya jalan. Sehingga metode adalah cara
yang telah diatur dan memulai proses untuk mencapai suatu maksud.22
Metode adalah suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan
secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan. Sedangkan dakwah
adalah cara yang digunakan subjek dakwah untuk menyampaikan materi dakwah.
Metode dakwah dapat juga disebut sebagai alat yang dipergunakan oleh seorang
dai untuk menyampaikan materi dakwahnya dengan serentetan kegiatan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Maka dari itu, kejelian dan kebijakan juru dakwah dalam memilih dan
memakai metode itu sangat memengaruhi kelancaran dan keberhasilan dakwah.
Pada umumnya bahasan tentang metode dakwah itu merujuk pada surat An-Nahl
ayat 125 yang berbunyi :
22
29
23
Mohammad. Ali Aziz, Ilmu Dakwah ( Jakarta: Prenada Media, 2001), h.122-123.
30
a. Dakwah bil lisan : secara bahasa dakwah bil lisan berarti dakwah dengan
menggunakan ucapan. Adapun secara istilah, dakwah bil lisan adalah
memanggil, menyeru ke jalan Allah SWT. Dakwah jenis ini adalah
penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan. contohnya :
1)
2)
3)
4)
ide-ide
dalam
kemungkinan-kemungkinan
31
c. Dakwah Bil hal : istilah dakwah bil hal dipergunakan untuk merujuk
kegiatan dakwah melalui aksi atau tindakan atau perbuatan nyata. Metode
ini merupakan sebuah kerangka kerja kongkret dalam melaksanakan setiap
kerja dakwah dalam masyarakat, sehingga akan lebih efektif jika ditunjang
dengan konsep yang matang. Dakwah ini lebih berorientasi pada
pengembangan masyarakat.24
Dari banyak model, cara ataupun metode dakwah yang dikemukakan oleh
para ahli. Di dalamnya terdapat pula wacana tentang metode pendekatan dakwah
struktural dan kultural.
Menurut
Muhammad
Sulthon,
dakwah
dapat
dikategorisasikan
h.23.
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 1997), cetakan kedua, h. 34.
Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Remaja, 2003),
32
dari berbagai perangkat sturktural. Jika kita berbicara dalam tataran negara, maka
perangkat tersebut adalah parlemen.26
Sedangkan dakwah kultural diartikan sebagai dakwah yang melakukan
pendekatan
terhadap
kultur
budaya
masyarakat
atau
dakwah
dengan
luas
dakwah
kultural
dipahami
sebagai
kegiatan
dakwah
yang
Masnun Thahir, Tulisan Dalam Jurnal Istiqra, Nomor 01, 2007. h. 174
Syamsul Hidayat, Dakwah Kultural dan Pemurnian Ajaran Islam, (Yogyakarta: LSB
PP Muhammadiyah, 2002), h. 38
28
Masnun Thahir, Tulisan Dalam Jurnal Istiqra, Nomor 01, 2007. h. 174
27
33
dan kultural sebagai pemisah antara Islam dan politik. Ataupun mengartikan ini
dengan problematika boleh atau tidaknya Islam berpolitik.
Bahtiar Efendy mengatakan, tidak ada satu pun pengertian khusus
mengenai politik Islam atau sebaliknya. Karena masing-masing pemikir dan
pelaku tidak mempunyai satu rumusan tunggal mengenai hal tersebut yang dapat
diterima secara universal.29
Untuk itulah fokus penelitian ini adalah bagaimana melihat kiprah dakwah
seorang dai selama berkarir di lingkup birokrasi kekuasaan. Senada dengan ini,
penulis mengutip pendapat Ibnu Khaldun, bahwa dalam bermasyarakat manusia
memerlukan seorang pemimpin yang berkuasa. Dengan kekuasaan itu ia dapat
melaksanakan tugasnya dalam masyarakat secara efektif. Jika penguasa itu
mengajak kebaikan kepada jalan Allah SWT, maka pemimpin dan rakyatnya akan
sama-sama mendapatkan pahala30. Itulah alasan mengapa berdakwah dalam
lingkup kekuasaan juga menjadi penting.
5. Media Dakwah
Perkembangan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia tidak terlepas dari
berkembangnya media sebagai suatu sarana dakwah. Ayat-ayat suci Al-Quran
pada mulanya diajarkan Rasulullah kepada para sahabat dengan metode
melafalkan langsung dan menghafalkannya. Hingga pada akhirnya Khalifah
Usman bin Affan yang kemudian memerintahkan untuk mencatat Al-Quran dalam
29
Tulisan Bachtiar Efendy Pada Buku, Problematika Politik Islam, (Jakarta : PT.
Grasindo, 2002), h. 158.
30
Abu Ridha, Islam Dan Politik Mungkinkah Bersatu?, ( Bandung : Syaamil Cipta
Media, 2004), h. 130.
34
sebuah mushaf yang kemudian sering kita kenal sebagai Al-Quran yang ada
sekarang.
Media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat atau
perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian media dakwah
adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan dakwah yang telah ditentukan secara efektif.
Di zaman modern sekarang ini, dakwah semestinya menyesuaikan situasi
dan kondisi yang semakin berubah ke arah yang lebih maju. Juru dakwah dituntut
untuk semakin kreatif dan efisien dalam pelaksanaan dakwah. Tidak hanya asal
dalam melaksanakan dakwah, karena nantinya akan berdampak tidak baik
terhadap hasil dakwahnya.
Pada dasarnya, pesatnya perkembangan media massa dewasa ini
merupakan
fenomena
yang
sehat,
selama
sejalan
dengan
semangat
35
Islamiyah. Seperti
mendigitalisasi
literatur-literatur
Islam
31
32
36
33
34
BAB III
Profil Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM, lahir pada 12 Mei
1953 di Dusun Saradan, Kelurahan Purworejo, Kecamatan Suruh, Salatiga
Semarang. Ayahnya bernama H. Juri adalah seorang buruh tani kecil sekaligus
guru mengaji, imam masjid hingga aktif berceramah di sekitar kampung.
Sedangkan ibunya yang bernama Hj. Sofiah adalah seorang ibu rumah tangga
biasa.1
Sejak terlahir dirinya memang sudah lekat dengan lingkungan
dakwah. Bukan hanya karena ayahnya seorang kiyai kampung, tetapi juga
karena aktivitasnya sejak kecil yang sudah lekat dengan dunia pendidikan
agama. Terlebih dirinya pernah terinspirasi oleh gaya dakwah seseorang yang
bernama Kapten Tituler Jailani. Dengan pengaruh lingkungan inilah dirinya
memutuskan untuk tetap istiqomah dalam jalur dakwah hingga kini.
Riwayat pendidikan seorang Kurdi Mustofa dimulai dari Sekolah
Rakyat. Namun belum sempat lulus, dirinya sudah diterima untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) hingga
Hasil Wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Rabu. 03 Mei 2013.
Pukul 09.15
37
38
lulus pada tahun 1970. Semasa menjadi pelajar di sekolah PGA, Kurdi
Mustofa menyempatkan selalu berguru mengaji di Pondok Pesantren milik
KH. Badrudin dan Pondok Pesantren Luhur milik KH. Maimun Zubair2.
Pada tahun 1971 dirinya memutuskan untuk kuliah di Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo, Semarang. Kurdi Mustofa adalah generasi ketiga
dari sejak tebentuknya dan berdirinya Fakultas Dakwah di IAIN Walisongo.
Kurdi Mustofa menamatkan pendidikannya sebagai salah satu lulusan terbaik
sebagai Sarjana Muda pada tahun 1975. Dirinya sempat melamar untuk
menjadi dosen di almamater kampusnya, dan sempat diterima. Tetapi pada
tahun 1980, dirinya mendaftar dan mendapat panggilan untuk ikut wajib
militer. Setahun kemudian, dirinya masuk pendidikan militer di Sekolah
Perwira Militer Wajib (Sepamilwa) di Bandung, Jawa Barat. Setelah
menyelesaikan sekolahnya selama tiga bulan, akhirnya Kurdi Mustofa lulus
dengan pangkat sebagai Letnan Satu. Hingga akhirnya mendapat tugas
pertamanya di KODAM III/17 Agustus Sumatra Barat3.
2. Karir Dalam Lingkungan Birokrasi Kekuasaan
Langkahnya untuk berdakwah dalam lingkup kekuasaan tentu tidaklah
mudah, apalagi mendapat kepercayaan di lingkungan itu. Sebagai alumni
IAIN Walisongo, beliau berpikir bahwa menjadi bagian dari lingkungan
penguasa adalah strategi jitu untuk berdakwah. Karena ketika itu pilihan
2
Hasil Wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Rabu. 03
Mei 2013. Pukul 09.15
3
Hasil Wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Rabu. 03
Mei 2013. Pukul 09.15
39
seperti ini tidak semua orang bisa dan mampu melakukannya. Selain karena
pemerintah masih mencurigai umat Islam, apalagi sebagai lulusan IAIN, juga
harus melalui proses seleksi yang ketat. Baginya, dunia ketentaraan menjadi
wahana baru untuk terus berkhidmat pada nilai-nilai dakwah. Terlebih saat itu
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) memegang kendali hampir
di seluruh posisi publik dan pemerintahan.
Ia memulai karir dan profesinya sebagai seorang prajurit TNI AD
Semenjak tahun 1981 dengan pangkat Letnan Satu CAJ . mengawali tugasnya
sebagai Perwira Pembina Mental di lingkungan Kodam III/17 Agustus
Sumatra Barat mulai dari Perwira Bintal di Satuan Batalyon, Bintaldam,
hingga menjadi Kabintal Korem 032/WBR di Sumatra Barat. 4
Kemudian Kurdi Mustofa dimutasikan untuk bertugas di
lingkungan Dinas Pembinaan Mental TNI AD di Jakarta. Dia pun pernah
bertugas di Korem 011/Liliwangsa Aceh Utara untuk mengemban tugas
sebagai Advisor pada jabatan Panglima Angkatan Bersenjata Brunnei
Daarussalam untuk urusan-urusan pembinaan keagamaan.
Pada tahun 1996, Kurdi Mustofa menjadi lulusan terbaik Sesko AD
angkatan 33. Kemudian ia direkomendasikan untuk melanjutkan karir
militernya di lingkungan Sospol ABRI. Di sinilah kemudian Kurdi Mustofa
pertama kali kenal dan dekat dengan sosok SBY. Ketika itu SBY baru saja
pindah dari Pangdam II/Sriwijaya menjadi Kasospol Mabes ABRI.
40
41
42
BAB IV
ANALISIS DAKWAH DALAM BIROKRASI:
Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
A. Temuan Penelitian
1. Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
Terlahir di lingkungan pendakwah, Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi
Mustofa, MM menjadikan dakwah sebagai jalan hidupnya. Meskipun jalan dan
metode dakwah yang dipilihnya adalah dakwah dalam dunia birokrasi
(kekuasaan). Menurutnya, dakwah pada jalan ini lebih sesuai dengan passion yang
terdapat dalam dirinya. Salah satu alasan kecilnya adalah ia pernah terinspirasi
oleh sosok perwira militer bernama Kapten Tituler Jailani. Selain sebagai perwira
militer, Kapten Tituler Jailani juga tetap istiqomah pada jalan dakwah.
Keefektifan dakwah dalam kekuasaan adalah alasan kuat Kurdi Mustofa
memilih jalur dakwah ini. Terlebih jika dakwah yang disampaikan berhasil
memengaruhi kekuasaan. Sehingga dapat terlahir produk-produk kebijakan yang
mengarah pada kebaikan umat. Bahkan bukan hanya sebatas itu, tetapi juga dapat
mengubah image sebuah institusi menjadi lebih baik. Kurdi Mustofa
menganalogikan dakwah dalam kekuasaan seperti perbedaan seratus harimau
yang dipimpin oleh seekor domba dengan seratus domba yang dipimpin oleh
43
44
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Rabu. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
45
dengan warga sekitar, terutama dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan
keagamaan. Kegiatan ini diperkuat dan didukung oleh masyarakat Sumatera Barat
yang masih religius.
Salah satu fungsi dari seorang Pabintal adalah menyeleksi para caloncalon perwira militer. Di sinilah kemudian Kurdi Mustofa memanfaatkan
posisinya. Contohnya, para calon perwira militer harus bisa membaca al-Quran
dan shalat. Kegiatan seperti ini terus dijalankan secara konsisten oleh Kurdi
Mustofa di institusi militer ketika itu.
Kegiatan dakwahnya ketika itu sempat membawanya menjadi advisor
(penasihat) pada jabatan Panglima Angkatan Bersenjata Brunei Darussalam.
Bahkan sikap kontributif Kurdi Mustofa sangat diapresiasi oleh para
komandannya. Meskipun bentuk apresiasi itu baru sekadar menjadikan Kurdi
Mustofa sebagai penulis naskah-naskah pidato para komandan. Menulis naskah
pidato terus dilakukannya hingga ia berpindah tugas di lingkungan Mabes ABRI.
Di lingkungan Mabes ABRI, Kurdi Mustofa banyak bergelut dengan produkproduk gagasan dan doktrinal.
Temuan penelitian yang didapatkan oleh penulis kemudian merambah
ketika Kurdi Mustofa menjabat sebagai Sekretaris Pribadi Presiden SBY. Sebagai
Sekretaris Presiden, sudah tentu dirinya banyak mendampingi dan berdiskusi
dengan SBY. Tugas umum sebagai Sekretaris Pribadi Presiden adalah mengatur
jadwal keseharian presiden. Melalui tugas inilah dirinya mencoba memberikan
ataupun memasukan unsur-unsur ajaran Islam di lingkungan kepresidenan.
Kesempatan ini sangat dimaksimalkan Kurdi Mustofa, karena bagi Kurdi
46
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
47
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
48
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
5
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
49
Hal seperti ini membuat suasana dakwah dengan Komandan menjadi cair dan
mudah dijalankan.6
Kontribusi dan kedekatan personal dengan Komandan ABRI di wilayah
Sumatra Barat membawanya selalu terpilih dalam penugasan operasi-operasi
bersama pasukan lainnya. Terutama penugasan yang berhubungan dengan hal
keagamaan. Bahkan ketika ditugaskan sebagai advisor pada jabatan Panglima
Angkatan Bersenjata Brunei Darussalam, khususnya pada urusan-urusan
keagamaan.
Berdakwah dalam dunia militer ketika itu memiliki kesan yang berbeda.
Di samping memperbaiki citra institusi ABRI di mata masyarakat, juga berfungsi
untuk menanamkan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin bagi para komandan dan
perwiranya. Pada akhirnya ajaran Islam bukanlah hal yang berat bagi lingkungan
militer.
Pendekatan dakwah struktural tidak hanya dilakukan oleh Kurdi Mustofa
di lingkup militer. Tetapi dirinya juga memanfatkan pendekatan dakwah tersebut
kepada institusi-institusi lain yang digelutinya. Meski
diakuinya kontribusi
dakwah birokrasi pada institusi lain sangatlah minim. Hal ini dikarenakan
karirnya yang pendek dibandingkan dengan karir panjangnya di militer dan
sebagai Sekretaris Pribadi Presiden SBY.
Posisinya sebagai Sekretaris Pribadi Presiden mempunyai nilai tambah dan
memungkinkan Kurdi Mustofa untuk memasukan unsur-unsur dakwah dalam
setiap kegiatan presiden. Sehingga dirnya betul-betul memanfaatkan kedekatan
6
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
50
struktural ini. Hal ini tercermin pada tugas pokok dirinya sebagai Sekretaris
Pribadi Presiden. Contohnya selalu mengatur jadwal kegiatan kepresidenan yang
tidak mengganggu jadwal sholat lima waktu, membuat konsep dan naskah pidato
keagamaan, membuat jadwal pertemuan dan silaturahmi dengan para ulama,
membuat dan merencanakan acara keagamaan di lingkungan Istana Negara,
membiasakan menyambut kedatangan kunjungan presiden dengan iringan hadroh,
dan menjadwalkan berbuka puasa bersama para Menteri Kabinet secara rutin.
Contoh di atas adalah cerminan dari Pemanfaatan Struktur Institusi sebagai media
menyampaikan dakwah yang efektif. 7
Dengan memanfaatkan kekuatan struktur institusi kekuasaan. Maka
sebenarnya seorang pejuang dakwah akan lebih mudah untuk berdakwah ke dalam
institusi lainnya. Terlebih mendakwahi kekuatan struktur institusi bawahannya.
Jika metode ini berhasil, bukan mustahil akan terjadi model dakwah antar
institusi.
2. Dakwah Kultural Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
Dakwah melalui pendekatan kultural adalah dakwah yang mempunyai
prinsip lebih menekankan pendekatan Islam secara kultural. Artinya bahwa
dakwah kultural sangat akomodatif terhadap nilai budaya tertentu secara inovatif
dan kreatif tanpa menghilangkan sisi substansial keagamaan yang benar. Hal ini
selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kurdi Mustofa. Menurutnya,
dakwah kultural adalah pendekatan dakwah pada ranah personal, mindset dan
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
51
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
9
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
52
banyak menerima uang hasil Sumbangan Dana Sosial Berhadiah (SDSB). Dia
menuturkan kepada komandannya bahwa uang tersebut adalah haram hukumnya,
dan jangan sampai dimakan. Ketika itu pula uang tersebut diserahkan kepada
Kurdi Mustofa, lalu dengan inisitifnya, uang tersebut digunakan untuk
membangun sebuah masjid.10
Kekuatan pendekatan kultural juga dimanfaatkannya semenjak menjadi
Sekretaris Pribadi Presiden SBY. Kurdi Mustofa banyak menghabiskan waktunya
mendampingi kegiatan Presiden. Di sela padatnya kegiatan tersebut, Kurdi
Mustofabersama Presiden SBY banyak melakukan diskusi-diskusi personal
mengenai ajaran-ajaran agama Islam. Secara tidak langsung ia menjadi teman
diskusi dan penasihat keagamaan Presiden SBY.
Kurdi Mustofa menyebut pendektan ini sebagai metode dakwah kultural
personal. Karena dakwah yang dibangunnya tidak sebatas hubungan struktural
saja, tapi juga personal-emosional. Hingga akhirnya madu sedikit banyak
mempunyai ketergantungan personal dengan dirinya, terutama persoalan agama.
Contohnya adalah, dirinya selalu meyakinkan kepada Presiden SBY agar selalu
care dengan para ulama, meyakinkan presiden agar selalu menjadi imam sholat
berjamaaah bersama para pembantu presiden, dan meyakinkan presiden akan
pentingnya mengadakan dan mengikuti kegiatan yang berdimensi spiritual
keIslaman.11
10
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
11
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
53
12
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
13
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
54
setelah tidak lagi berkarir di dunia birokrasi. Dirinya tetap aktif mengisi dan
mengasuh acara di televisi. Seperti, menjadi salah satu narasumber di Radio
Republik Indonesia (RRI). Kurdi Mustofa juga mengasuh talim bulanan di
beberapa masjid. Termasuk talim bagi warga sekitar yang diadakan di musolah
yang berada di halaman rumahnya.14
b. Khutbah Jumat :
Hingga saat ini Kurdi Mustofa menjadi salah satu Khotib Jumat di Masjid
Istiqlal dan di beberapa masjid lainnya.
14
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
55
perhatian yang lebih besar terhadap masalah kemasyarakatan. Metode ini bisa
berjalan lebih efektif apabila seorang dai bisa masuk ke dalam struktur sosial
yang ada dan berpengaruh. Sehingga dengan itulah, dakwah Islam di harapkan
berjalan dengan sangat baik.
Bagi Kurdi Mustofa, dakwah bil hal ini dinilai sebagai metode dakwah
yang paling efektif. Karena menurutnya dakwah dengan tindakan nyata adalah
15
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
56
sebuah tanggung jawab moral yang diwajibkan kepada setiap orang Islam.
Terlebih ketika sebuah profesi pekerjaan juga dijadikan sebagai sumber
berkembangnya dakwah Islam.16 Alasannya tentu mudah sekali, dalam lingkup
sebuah pekerjaan tentu diisi oleh banyak orang dengan berbagai latar belakang
kehidupan yang berbeda. Ada pimpinan, karyawan laki-laki maupun perempuan,
dan bidang-bidang yang beda. Perbedaan seperti itulah yang harus dimanfaatkan
dengan baik sebagai lahan dakwah. Terlebih bisa memengaruhi atau
mendakwahkan Islam dengan baik terhadap pemimpin. Dakwah model seperti ini
dinilai sebagai dakwah yang adaptif dan kontekstual.
Pentingnya dakwah Islam kepada pemimpin atau penguasa dapat
digambarkan pada kisah Nabi Muhammad SAW yang menyerukan dan mengajak
seorang Heraklius Raja Agung Romawi untuk masuk Islam. Ketika itu, Nabi
Muhammad menulis surat yang isinya : Bismillahirrahmanirrahim. Dari
Muhammad Rasulullah untuk Heraklius Raja Agung Romawi. Keselamatan atas
orang yang mengikuti petunjuk. Amma badu. Sesungguhnya aku mengajakmu
dengan dakwah Islam. Masuk Islamlah, engkau akan selamat. Allah akan
memberimu pahala dua kali. Tetapi jika engkau berpaling, maka engkau berdosa
seperti dosanya orang-orang Aris (Al-arisiyyin).17
Menentukan dan memutuskan sebuah kebijakan yang pro umat adalah
wujud dari definisi dakwah bil hal. Untuk itulah mengapa Kurdi Mustofa
menganggap bahwa dakwah bil hal adalah metode dakwah yang relevan dengan
16
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
17
Syarifudin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2008), cet. I, hal.127.
57
Ketiga,
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Rabu. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
58
59
pemilu 2009. Tapi baginya mensyiarkan nilai-nilai luhur keIslaman jauh lebih
penting dari sekedar membuat citra baik pemerintah.19
19
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
60
61
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
62
pro umat. Tapi jika gagal, maka menurutnya seorang dai tidak ubahnya dianggap
seperti tukang doa saja, dan dipandang sebelah mata oleh elit kekuasaan. Utnuk
itulah diperlukan kapasitas, kualitas dan integritas diri yang baik.21
Adapun hambatan yang ditemui oleh dirinya selama berdakwah dalam
kekuasaan adalah kekuatan struktural. Dalam dunia birokrasi tentu terdapat
struktur dari atasan hingga bawahan, struktur-struktur itulah yang sedikit banyak
mengganggu proses penyampaian dakwahnya. Hambatan ini sempat ditemuinya
di awal karirnya.
memandang sebelah mata seorang dai. Untuk itulah, menurutnya seorang dai
juga harus mempunyai kapasitas dan kualitas keilmuan yang luas, serta
mempunyai integritas ataupun dedikasi yang tinggi dalam semua aspek
kehidupan.
21
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini penulis akan menuliskan kesimpulan dari uraian mengenai
kiprah dakwah dalam birokrasi Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
kemudian setelah itu penulis juga akan memberikan beberapa saran yang kiranya
bisa bermanfaat dalam rangka kemajuan dakwah Islam. Sehingga nilai-nilai luhur
ajaran Islam dapat mengejawantah bagi seluruh umat manusia.
Dari uraian dan penjelasan yang terdapat pada bab empat, maka
kesimpulan dapat diklasifikasikann secara garis besar menjadi berikut :
1. Kiprah dakwah dalam birokrasi Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi
Mustofa, MM menggunakan dua metode pendekatan dakwah. Pertama,
pendekatan struktural. Yakni pendekatan dakwah yang memanfaatkan
kekuatan struktur pada sebuah birokrasi atau institusi yang digelutinya.
Kedua, pendekatan kultural. Yakni pendekatan dakwah pada ranah
kekuatan emosional personal, mindset dan kebiasaan. Pendekatan kultural
ini lebih ditekankan untuk mendakwahi para elit birokrat. Pendekatanpendekatan inilah yang kemudian dilakukan oleh Kurdi Mustofa ketika
berdakwah disekeliling para elit penguasa atau pimpinan birokrasi.
2. Sedangkan jika diklasifikasikan, maka kiprah dakwah Mayjen TNI (Purn)
Drs. H. Kurdi Mustofa, MM dalam birokrasi dibagi menjadi tiga bagian.
Pertama, dakwah bil lisan. Dakwah bil lisan yang dilakukannya meliputi
63
64
maupun
tindakan
kongkrit.
Ide
dan
gagasan
tersebut
B. Saran
Saran-saran yang bisa penulis sampaikan dalam rangka pertukaran ilmu
pengetahuan khususnya hal yang berkenaan dengan dakwah, dan semata-mata
untuk kemajuan dakwah Islam saat ini serta yang akan datang adalah sebagai
berikut :
1. Dalam rangka peningkatan mutu dakwah Islam di Indonesia khususnya.
Sebaiknya para dai terlebih dahulu meneguhkan hati untuk ikhlas
berdakwah. Kemudian setelah itu barulah para dai meningkatkan
kapasitas, kualitas dan integritas diri yang baik.
2. Sehubungan dengan luasnya objek dakwah. Maka menjadikan profesi
sebagai lahan dakwah adalah hal yang tepat. Sebagaimana yang dilakukan
oleh Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
3. Pemahaman mengenai pendekatan dakwah struktural dan kultural agar
tidak dipahami secara ajeg bahkan terpisah. Artinya bahwa tidak ada
65
istilah mana yang lebih efektif dari keduanya. Karena kedua pendekatan
tersebut dapat berjalan harmonis berdampingan.
4. Sebagai seorang muslim, selayaknya kita senantiasa memberikan
sumbangsih atau manfaat bagi keberlangsungan syiar Islam. Sumbangsih
tersebut bisa meliputi amal perbuatan yang baik, pemikiran hingga
pandangan yang visioner demi kemajuan umat Islam.
5. Sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, selayaknya
pula kita lebih mendalami dan mempelajari kedua disiplin ilmu tersebut.
Karena bagaimana pun juga kita akan bertanggung jawab dengan
pengetahuan dua disiplin ilmu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
66
67
Rosdakarya, 2005.
Ms, Wahyu. Petunjuk Praktis Membuat Skripsi . Surabaya : Usaha Nasional, h. 42
Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Al-Quran. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2008.
Natsir, M. Fiqhud Dakwah. Jakarta, Dewan Islamiyah Indonesia. 1990.
Nasution, S. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2002.
Omar, H.M. Toha Yahya. Islam dan Dakwah. Jakarta: PT. AL Mawardi Prima,
2004.
Purwodarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
1976.
Rahmat, Jalaludin. Metode
Penelitian Komunikasi.
Rosdakarya , 2005.
Ridha, Abu. Islam Dan Politik Mungkinkah Bersatu ?. Bandung : Syaamil Cipta
Media, 2004.
Ridwan, Kafrawi. Metode Dakwah Dalam Menghadapi Masa Depan. Jakarta,
PT. Golden Terayon Press, 1987.
Semesta, Himpunan Rahmat. Metode Dakwah. Jakarta : Prenada Media, 2003.
68
Rosdakarya, 1975.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka, 2005.
Thahir, Masnun, Tulisan Dalam Jurnal Istiqra, Nomor 01, 2007. h. 174
Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan
Penafsiran Al-Quran, 1996.
Zaidillah, Al-Wisral Imam. Stategi Dakwah. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
INTERNET
www.iphi.web.id, Sabtu 27 April 2013, 19:21
http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/id.html 28 April 2013. Pukul :
19.25
http://Wikipedia.co.id. 21 Maret 2013. Pukul 08.14
Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM bersama Presiden SBY beserta kolega di Istana Negara
Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM bersama Presiden SBY di Cikeas
beberapa tempat. Sekitar tahun 1974-1979 saya sudah menjadi aktivis Partai PPP, karena
ketika itu PPP adalah partai Islam satu-satunya.
4. Apa yang memotivasi bapak untuk berdakwah ?
Yang memotivasi dan menginspirasi saya untuk berdakwah pertama kali adalah bapak
saya. Karena saya tau ketika itu bapak saya hanya sebagai buruh tani kecil yang juga
sibuk untuk berdakwah. Jadi saya termotivasi untuk ikut berdakwah. Selain bapak,
kemudian saya juga terinspirasi oleh seseorang yang bernama Kapten Tituler Jailani.
Ketika itu beliau adalah seorang militer yang juga mahir dalam berceramah.
5. Apa alasan bapak memilih dunia birokrasi atau kekuasaan sebagai lahan dakwah ? lalu apa
kendala dan hasilnya ?
Alasan saya adalah karena selain saya lulus tes pendidikan militer ketika itu, juga saya
melihat betapa efektifnya berdakwah di lingkungan kekuasaan yang hakikatnya sebagai
penentu kebijakan publik. Jadi, jika kita dapat memengaruhi pimpinan hingga mempunyai
tingkat relegiusitas yang baik, maka dampak ke bawahnya juga semakin dahsyat. Saya
menganalogikan dengan saya tidak takut dengan seratus harimau yang dipimpin oleh
seekor domba, tetapi saya takut jika ada seratus domba yang dipimpin oleh seekor
harimau.
Kendala dakwah dalam birokrasi atau kekuasaan adalah kapasitas
dan integritas
personal kita. Terkadang tidak semua pimpinan dapat melihat potensi dalam diri kita.
Bahkan banyak pimpinan yang menganngap sebelah mata terhadap orang yang hanya
memiliki kapasitas sebagai pendakwah. Untuk itulah saya belajar untuk mencari celah
bagaimana pimpinan bisa respek dan care kepada kita.
Jika kita berhasil berdakwah kepada para pimpinan maka dampaknya sangat luar biasa
sekali. Seperti misalnya, pimpinan ikut terlibat secara intens dalam kegiatan keagamaan,
berpengaruh kepada gaya kepemimpinan menjadi lebih relegius, dan pimpinan akan lebih
ada perhatian kepada kita atau bawahannya.
6. Bagaimana cara pendekatan atau metode bapak dalam memasukan unsur dakwah dalam
lingkup kekuasaan ?
Pendekatan saya dalam berdakwah di kekuasaan saya bagi menjadi tiga bagian :
Dakwah struktural : Dalam sebuah kekuasaan tentu ada institusinya. Maka saya
melakukan dakwah secara institusional kelembagaan. Jadi intinya adalaha saya
mendakwahi semua yang ada di institusi atau antar institusi tersebut.
Dakwah personal ; adalah model dakwah dengan melakukan pendekatan kepada
personal, terutama para pemegang otoritas. Di sinilah dibutuhkan kepiawaian kapasitas
diri. Caranya adalah membuat para pemimpin tadi punya ketergantungan terhadap saya.
Ketergantungan di sini adalah ketergantungan dalam penugasan. Misalnya, saya selalu
ditugaskan membuat naskah pidato para pimpinan. Di situlah saya memasukan unsurunsur dakwah dalam naskah pidato.
Dakwah sinkronisasi/adaptasi : model ini adalah dakwah yang menjembatani komunikasi
yang baik antara pemimpin dengan rakyat.
7. Mengapa Presiden SBY ketika itu memilih bapak sebagai sekretaris pribadinya ?
Bermula pada tahun1996 ketika saya lulus Sesko angkatan 33 dan menjadi salah satu
lulusan terbaik. kemudian saya ditugaskan untuk menjadi staf di Sospol Mabes ABRI.
Ketika itu kebetulaan pak SBY baru saja pindah dari Pangdam II/ Sriwijaya menjadi
Kasospol Mabes ABRI.
Disilah saya pertama kali bertemu dengan pak SBY. Sehubungan jabatan saya sebagai
staf yang banyak bergelut dengan produk tulisan mengenai kebijakan, maka saya sering
bertemu pak SBY. Dengan munculnya embrio reformasi nasional, lalu diikuti dengan
jatuhnya Presiden Suharto pada tahun 1997-1998, termasuk pula reformasi dalam tubuh
ABRI. Artinya bahwa reformasi yang terjadi pada tubuh ABRI adalah reformasi kultural dan
struktural. Untuk itulah saya sebagai staf yang menjabat dalam bidang doktriner atau
doktrin sistem dan metode, mempunyai tugas untuk merubah mindset atau pokok pikiran
dalam tubuh ABRI. Pokok pikiran yang meliputi paradigma TNI, netralitas TNI dan TNI
abad 21. Di tahun itulah saya bersama Mayjen Sudi Silalahi dan Brigjen Djoko Santoso
intens bertemu dengan pak SBY. Kemudian di tahun 1999 ketika pak SBY diangkat
menjadi Menteri Pertambangan oleh Gus Dur, saya di tawari menjadi stafnya di
Kementrian Pertambangan. Hubungan saya dengan Pak SBY pun berlanjut samapai
ketika pak SBY diangkat menjadi Menkopolkam di era Megawati. Ketika itu niat saya
hanya untuk dakwah di kalangan kekuasaan SBY. Saya juga sebagai salah satu pendiri
dan pernah terlibat membuat pokok-pokok pikiran dan AD/ART Partai Demokrat. Dengan
segala kedekatan itulah, mungkin ketika itu pak SBY mempercayai saya sebagai
Sekretaris Pribadinya. Momen inilah yang saya pergunakan untuk dakwah dalam
kekuasaan
8. Apa sajakah gagasan atau konsep dakwah yang bapak masukan ke dalam kegiatan
Presiden SBY ?
Gagasan atau konsep yang saya berikan adalah semata-mata berdakwah dalam
kekuasaan adalah ;
Mengatur jadwal kegiatan Presiden SBY yang tidak mengganggu jadwal sholat.
Mendorong agar kegiatan yang berdimensi spiritual agar banyak dilakukan di Istana.
Mengadakan Hari Besar Islam di Istana.
Mengadakan acara berbuka bersama dengan para menteri.
Meyakinkan presiden agar banyak menghadiri undangan acara-acara keagamaan.
Menghadiri acara-acara pembukaan organisasi keagamaan.
Memfasilitasi komunikasi dan silaturahmi personal antara Presiden dengan para kiyai
nasional.
Membuat konsep atau naskah pidato keagamaan Presiden.
Selalu mempersilahkan kepada Presiden untuk menjadi Imam
9. Apakah Presiden SBY selalu menyetujui gagasan serta konsep-konsep yang bapak berikan
?
Saya tidak tahu motifnya, akan tetapi jika seorang amirul muminin terlihat baik secara
spiritual, maka dampaknya baik bagi masyarakat. Akan tetapi setahu saya, selama ini pak
SBY memberikan respon yang baik terhadap gagasan saya tentang kegiatan keagamaan.
10. Apa sajakah tugas pokok bapak sebagai sekretris pribadi Presiden ?
tugas pokok sekretaris pribadi Presiden itu adalah :
Membantu Presiden dalam hal-hal yang bersifat personal. Tetapi dalam realitasnya, saya
juga bertugas untuk membantu kegiatan lalu lintas administrasi dari Sekretariat Kabinet
maupun dari Sekretariat Negara.
Mengatur jadwal harian Presiden.
Membantu dalam menyelesaikan kehadiran Presiden dalam memenuhi undangan
Membantu menyelesaikan kegiatan keprotokolan Presiden.
Membantu Presiden dalam memelihara komunikasi personal dengan para tokoh
Membantu kegiatan komunikasi antara Presiden dengan para pembantunya dalam
menyampaikan pesan-pesan tertentu.
Membantu Presiden dalam memberikan Executive Summary tentang dinamika
perkembangan nasional yang diberitakan lewat media.
Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diperintahkan oleh Presiden.
11. Bagaimana respon publik terhadap tingkat perubahan relegiusitas Presiden SBY ?
Tidak ada respon publik ataupun survey. Karena mengukur tingkat relegiusitas seseorang
secara matematis itu dilarang.
12. Apa makna dakwah Islam dalam perspektif bapak ?
Bagi saya, prinsip dalam berdakwah adalah perubahan. Sebagaimana Sabda Rasulullah
bahwa Sesungguhnya saya diutus semata-mata hanya untuk menyempurnakan akhlak.
Makan dari dalil qothI
seharusnya adalah membawa dampak perubahan umat pada arah yang baik dan
berkualitas. Untuk itulah, ketika saya menjadi ketua umum Ikatan Persaudaraan Haji
Indonesia (IPHI). Saya menerapkan visi memelihara kemambruran dan misinya adalah
memberikan kontribusi bagi umat.
13. Materi apa saja yang biasa bapak sampaikan ketika berdakwah ?
Saya lebih senang dengan materi-materi yang kontekstual dan selaras dengan kebutuhan
umat.
14. Apa makna dakwah kultural dan struktural dalam perspektif bapak ? manakah yang lebih
efektif ? dan apa saja kendalanya ?
Menurut perspektif saya mengenai dakwah struktural dan kultural adalah :
Dakwah struktural adalah dakwah secara institusional organisatoris atau hirarkis.
Dakwah kultural adalah dakwah yang melakukan pendekatan pada ranah mindset dan
kebiasaan.
Kedua metode ini harus berjalan efektif. Saya mengilustrasikan keduanya bagaikan dua
pasang kaki yang ahrus saling membantu daan mendukung. Intinya adalah, seorang daI
harus pandai mensinergikan dan mensinkronisasikan kedua model dakwah tersebut.
15. Apa respon madu mengenai dakwah bapak ? termasuk Presiden SBY ?
Pada dasarnya, semenjak saya menjadi sespri presiden. Porsi dakwah ke luar saya
kurangi. Tetapi saya tetap memfasilitasi ataupun membantu masyarakat dalam hal
pembangunan dan pengembangan masjid ataupun kegiatan-kegiatan yang
diadakan masyarakat.
16. Apa bentuk kontribusi dakwah personal bapak semenjak menjadi sespri presiden ?
Saya lebih banyak mempromosikan orang-orang yang saya anggap mempunyai
kapasitas keagamaan yang baik untuk menempati posisi-posisi yang strategis
dalam pemerintahan. Artinya saya membantu para pejuang-pejuang dakwah yang
ada dalam birokrasi. Ini saya niatkan agar mereka juga mendakwahi kalangan
birokrat.
17. Apa factor keberhasilan dakwah bapak pada pemimpin ?
Indikasi-indikasi subjektif saya adalah, secara langung atau tidak langsung SBY
banyak membantu dalam hal berkembangnya dakwah di Indonesia. Contohnya
adalah, selama 2004-2009 kegiatan-kegiatan keagamaan bebas beraktifitas.
Contoh lainnya adalah, instansi-instansi di bawah presiden juga turut banyak