Anda di halaman 1dari 111

SKRIPSI

DAKWAH DALAM BIROKRASI :


Analisis Kiprah Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S. Kom. I)

Oleh:
HAGIAN AGUSTINA SUKARNA
NIM. 108051000044

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M

LEMBAR PERNYATAAN
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah penulis skripsi yang berjudul Dakwah Dalam
Birokrasi : Analisis Kiprah Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM,
dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memnuhi salah satu
persyaratan gelar sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dalam
bentuk referensi, baik footnote, maupun daftar pustaka, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan merupakan karya asli atau
duplikasi karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian lembar pernyataan ini dibuat, sehingga dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 19 Mei 2013

Hagian Agustina Sukarna

ABSTRAK
Dakwah merupakan gerakan suci yang diwajibkan Allah SWT kepada seluruh
hamba-Nya. Gerakan ini tidak lain bertujuan untuk terciptanya masyarakat yang
beriman, bertakwa dan sejahtera. Namun untuk mencapai semua itu butuh proses dan
waktu yang cukup lama. Untuk mengantisipasi lambannya pesan dakwah yang
disampaikan, maka dibutuhkan teknik atau seni khusus dalam proses
penyampaiannya. Teknik ataupun seni dalam penyampaian dakwah dapat berupa
metode pendekatan-pendekatan struktural maupun kultural. Kedua pendekatan
tersebut diibaratkan sebagai dua pasang kaki dan tangan yang saling
menyempurnakan. Pendekatan struktural merupakan pendekatan dakwah dengan
memanfaatkan kekuatan struktur organisasi. Sedangkan dakwah kultural merupakan
pendekatan dakwah pada ranah personal. Melalui kedua pendekatan tersebut, Mayjen
TNI (Purn). Drs. H. Kurdi Mustofa, MM, mencoba mendakwahkan ajaran Islam
dalam birokrasi.
Dari konteks di atas, maka timbul pertanyaan : Bagaimana kiprah dakwah
Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM selama menjadi birokrat
pemerintahan ? Apa bentuk gagasan dan rekomendasi Mayjen TNI (Purn) Drs. H.
Kurdi Mustofa, MM yang berwujud kepentingan dakwah Islam selama berkiprah
dalam birokrasi pemerintahan ?
Di dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Penulis menggambarkan secara faktual apa yang dilihat dan ditemukan dari
objek penelitian dan menuangkannya ke dalam tulisan. Metode ini juga didukung dari
hasil wawancara dan studi dokumentasi yang dilakukan penulis kepada objek
penelitian beserta tulisan-tulisan yang menyangkut dengan judul skripsi.
Kiprah dakwah dalam birokrasi yang dilakukan oleh Mayjen TNI (Purn) Drs.
H. Kurdi Mustofa, MM merupakan sebuah proses pentransferan nilai-nilai ajaran
Islam dengan cara memanfaatkan profesi pekerjaan. Menanamkan pemahaman bahwa
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin bagi kalangan birokrat adalah tujuan
utamanya. Sehingga dapat tercipta birokrat-birokrat yang selalu menjunjung tinggi
nilai-nilai ke Islaman pada setiap kebijakan yang lahir.

KATA PENGANTAR

Kalimat syukur serta pujian-pujian agung yang suci hanya ingin penulis
persembahkan kepada Allah SWT. Karena atas segala anugerah dan kesempatan
yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi berjudul Dakwah Dalam
Birokrasi : Analisis Kiprah Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa,
MM dapat selesai sesuai harapan.
Membuat sebuah karya tulis tentu melewati banyak fase kerumitan.
Namun fase-fase tersebut dapat penulis lewati dengan perjuangan sepenuh hati.
Karya ini tercipta berkat dukungan dari banyak pihak yang telah memberikan
kontribusi

maksimal

kepada

penulis.

Dengan

segala

kelebihan

dan

kekurangannya, karya tulis ini bermetamorfosa dari sebuah potongan-potongan


lembar tulisan menjadi layaknya sebuah file yang utuh dan bermanfaat di
kemudian hari.
Beberapa pihak sudah seyogyanya penulis sebut sebagai bentuk terima
kasih dan rasa takzim atas segala yang mereka berikan. Mereka yang sangat
berjasa pada pengerjaan skripsi ini adalah:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Wadek 1 Drs. Wahidin Saputra, M.A, Wadek II
Drs. H. Mahmud Jalal, M.A, Wadek III Drs. Study Rizal LK, M.A.
2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si dan Ibu Umi Musyarofah, M.A selaku
Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.

iii

3. Bapak Dr. Sihabudin Noor, MA, dosen pembimbing yang

sangat

banyak membantu proses penyelesaian penulisan skripsi ini. Seorang


dosen yang membuat penulis dapat bekerja semangat dan sepenuh hati.
4. Bapak Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM, sebagai objek
sekaligus narasumber penelitian ini. Terima kasih atas segala budi baik
serta tulus ikhlas yang telah bapak berikan, sehingga terlahir sebuah
karya tulis akhir penulis sebagai mahasiswa.
5. Ayahanda H. Karna dan Ibunda Hj. Sopiah, orang tua penulis yang
selalu memberikan doa dalam sujudnya, semangat dalam nasihatnya
dan nikmat dalam setiap kirimannya. Terima kasih juga kepada Azhar
Sukarna Putra, seorang adik yang ikhlas menunggu lama kakaknya
menjadi sarjana.
6. Sungguh saya ucapkan terima kasih kepada Bung Abraham Zakky,
Bung Sabqi, Bung Ubaidillah, Bung Adi Hidayat Salam, Bung Firman
Aulia dan Bung Ikhwan. Merekalah para penghuni ruang bersejarah
bernama Kos Djati.
7. Ucapan terima kasih dan salam rindu yang mendalam kepada para
penghuni Kelas Istimewa KPI B 2008. Kelas yang banyak melahirkan
mahasiswa-mahasiswa kritis dan cerdas.
8. Kepada sahabat Rajasa Ar Razy Sukaton dan Amalia Indah, terima
kasih telah banyak memberikan kontribusi maksimal. Terima kasih
untuk waktunya, pemikirannya serta rumahnya.

iv

DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................................................i
ABSTRAK................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah..........................................................................8
C. Tujuan Penelitian................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................9
E.

Metodologi Penelitian......................................................................................10

F.

Tinjauan Pustaka..........................................................................................13

G. Sistematika Penulisan.......................................................................................14
BAB II

LANDASAN TEORI.............................................................................................16
A. KiprahDakwah.............................................................................................16
1. Pengertian Kiprah.....16
2. Pengertian Dakwah...17
B. Unsur-UnsurDakwah.......................................................................................20
1. Tujuan Dakwah.....20
2. Materi Dakwah.....21
3. Subjek dan Objek Dakwah...23
4. Metode Dakwah28
5. Media Dakwah..33
C. Birokrasi
1. Pengertian Birokrasi.35

BAB III PROFIL MAYJEN TNI (Purn) Drs. H. KURDI MUSTOFA, MM..37
A. Biografi Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM..........37
1. Riwayat Hidup..37
2. Karir Dalam Lingkungan Birokrasi Kekuasaan...38
BAB IV ANALISIS DAKWAH DALAM BIROKRASI :
Mayjen TNI (Purn) Drs. H.KURDI MUSTOFA,
,MM.43
A. Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM..43
1. Dakwah Struktural Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa,
MM.46
2. Dakwah Kultural Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa,
MM.............50
3. Dakwah Bi Lisan........53
4. Dakwah Bil Qolam (Kitabah)54
5. Dakwah Bil Hal..55
B. Materi Dakwah Yang DisampaikanMayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa,
MM...59
C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H.
Kurdi Mustofa, MM.60
BAB V PENUTUP..................................................................................................................63
A. Kesimpulan.......................................................................................................63
B. Saran.................................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................66
LAMPIRAN

vi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama yang diturunkan secara menyeluruh. Ajaran dalam
agama Islam diharapkan bisa dimaknai secara baik dan lengkap oleh manusia.
Karena di dalamnya terdapat berbagai macam sistem serta ajaran-ajaran yang
bertuju pada setiap aspek kebaikan individu maupun kemaslahatan manusia.
Untuk itulah manusia memerlukan seperangkat ilmu pengetahuan yang dapat
menggerakkan dan menuntun manusia sebagai khalifah di muka bumi. Salah satu
perangkat-perangkat penting ilmu pengetahuan yang dikenal dalam Islam adalah
ilmu dakwah.
Definisi dakwah dalam Islam diartikan sebagai seruan dan ajakan untuk
berbuat amar maruf nahyi munkar. Dakwah juga dapat disebut sebagai
kendaraan operasional seorang muslim untuk mempromosikan Islam secara baik
dan luas. Sehingga Islam dapat dikenal sebagai agama rahmatan lil alamin.
Dakwah mempunyai dua dimensi besar, pertama, dakwah yang mencakup pesanpesan kebenaran, yaitu dimensi ke-risalah-an (bil ahsan al aqwal). Kedua,
dakwah yang mencakup pengaplikasian nilai-nilai kebenaran, yang merupakan
dimensi ke-rahmat-an (bil ahsan al amal). Sehingga secara garis besar, dakwah
mempunyai dua pendekatan, yaitu dakwah kultural dan struktural.1

Said Agil Husin Al Munawwar, Kata Sambutan Dalam Buku Metode Dakwah,
Himpunan Rahmat Semesta, ( Jakarta : Prenada Media, 2003). Cet.Pertama. h. viii

Dakwah kultural adalah dakwah yang mempunyai prinsip lebih


menekankan pendekatan Islam secara kultural. Artinya bahwa dakwah kultural
sangat akomodatif terhadap nilai budaya tertentu secara inovatif dan kreatif tanpa
menghilangkan sisi substansial keagamaan yang benar. Dakwah kultural terletak
pada nilai-nilai universal kemanusiaan, menerima kearifan dan kecerdasan lokal,
dan mencegah kemunkaran dengan memperhatikan sifat individu manusia
maupun sosial. Sehingga menimbulkan kesadaran dan kesepahaman nilai-nilai
yang baik dalam ajaran Islam.2
Sedangkan dakwah struktural adalah kegiatan dakwah yang menjadikan
kekuasaan birokrasi ataupun kekuatan politik sebagai alat untuk memperjuangkan
Islam. Karenanya dakwah struktural lebih bersifat top-down. Hingga dalam
praktiknya, aktivis dakwah struktural bergerak mendakwahkan ajaran Islam
dengan memanfaatkan struktur sosial, politik, maupun ekonomi yang ada, guna
menjadikan ajaran Islam sebagai basis atau landasan kebijakan, sehingga nilainilai Islam mengejawantah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.3
Saat ini, semangat umat Islam untuk menanamkan nilai-nilai keIslaman
pada berbagai aspek kehidupan makin berkembang. Islam tidak lagi diartikan
sebagai sebuah ritual belaka, tetapi sudah tumbuh di kalangan umat Islam
Indonesia yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai. Islam makin dipahami

Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003),


cetakan pertama,. h. xiv
3
ibid., h, xv

sebagai kesadaran spiritual. Gejala ini makin tumbuh khususnya di kalangan


masyarakat kota. Begitu juga di kalangan pemuda dan berpendidikan.4
Dakwah menyeru manusia untuk kembali kepada nilai-nilai Islam secara
maksimal, sehingga bisa dilakukan oleh siapapun, di manapun dan apapun
profesinya. Apakah ia seorang ekonom, pengusaha, pendidik, teknokrat, birokrat,
buruh, petani dan politikus sekalipun.5 Untuk itulah dakwah bukan sesuatu yang
antagonis bagi semua aspek, akan tetapi merupakan lahan dakwah yang potensial.
Sebagaimana Allah SWT berfirman :






Artinya: Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah
kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan
mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang
ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitabNya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk". (QS. AL-Araf: 158)

Dakwah yang merupakan titik berat di sini adalah yang menyangkut segi
duniawi

atau segi

muamalah,

yaitu segi

hubungan manusia

dengan

lingkungannya termasuk yang berkaitan dengan kekuasaan. Dalam Kaidah Islam


dinamakan al- baraatul ashliyah yang berarti bahwa dalam urusan hidup

Kurdi Mustofa, Dakwah Di Balik Kekuasaan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,


2012). Cet. Pertama, h.67
5
Said Al-Qahthani, Menjadi Dai Yang Sukses (Jakarta :Qitshi Press, 2005) cetakan
pertama, h.81

keduniaan, semua perkara dibolehkan, kecuali yang terlarang. Termasuk untuk


memasuki dunia yang lekat dengan kekuasaan.6
Diceritakan dalam sejarah, bahwa Nabi Yusuf pernah terlibat dalam
pemerintahan dan menjadi Menteri Perbendaharaan Negara, beliau menjalankan
tugasnya sebagai penyelenggara pemerintahan negara dengan professional.
Keterlibatan Nabi Yusuf dalam pemerintahan yang kufur didasarkan atas
pertimbangan rasional dan profesional. Beliau masuk dalam pemerintahan adalah
hal yang sulit terelakkan. Karena ketika itu penguasa melihat beliau sebagai orang
yang dapat dipercaya dan memiliki keahlian. Momentum ini dimanfaatkan oleh
Nabi Yusuf untuk menyebarkan nilai-nilai ketauhidan kepada Allah SWT. Belajar
dari kisah Nabi Yusuf, barangkali memasuki wilayah kekuasaan, meski kufur,
apabila dipergunakan untuk kepentingan pengembangan risalah Islam, hal itu
diperbolehkan bahkan lebih baik.7
Membuka file perjalanan dakwah Islam dalam lingkup birokrasi atau
kekuasaan di Indonesia senantiasa menarik untuk dibicarakan. Salah satu
asumsinya adalah, bahwa mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam,
sehingga sebenarnya Islam mempunyai power yang cukup besar untuk masuk ke
dalam segala sistem yang ada pada kekuasaan. Akan tetapi pada kenyataannya,
justru terjadi pasang surut dalam perjalanannya, khususnya di era Orde Baru. Di

Yahya Muhaimin, Dakwah Islam dan Partisipasi Politik (Yogyakarta : Prima Duta,
1983), cetakan pertama, h. 86
7
Syarifudin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2008), cetakan pertama, h. 125

era tersebut, Islam dalam posisi yang tidak menguntungkan, terpinggirkan dan
dijauhkan dari peran-peran penting di kelembagaan negara8.
Pada tahun 1980-an secara terang-terangan pemerintah Orde Baru
melarang pemakaian jilbab di sekolah negeri. Kemudian kebijakan yang tak kalah
menyakitkan bagi umat Islam pada masa itu adalah ketika penguasa membuat
kebijakan pembatasan aktivitas masjid hanya pada ibadah ritual belaka. Masjid
tidak

dibolehkan

menggelar

kegiatan

yang

bentuknya

mengumpulkan

masyarakat.9 Serangkaian kebijakan pemerintah tersebut dianggap sebagai upaya


melumpuhkan potensi-potensi umat Islam.
Kejadian-kejadian di atas tentu saja mejadi bagian kecil dari potret kelam
perjalanan panjang dakwah Islam di masa Orde Baru. Tentang bagaimana
terjadinya dikotomi yang sangat nampak antara penguasa dengan Islam. Sehingga
rasanya sangat sulit bagi seseorang yang ingin berdakwah di kalangan penguasa
Orde Baru. Dalam kondisi saat itu, pilihan aktivitas umat Islam tidak banyak. Ia
bisa berdakwah sesuai dengan kriteria pemerintah atau justru melawannya dengan
segala resiko yang dihadapinya.
Tentunya di setiap perubahan akan selalu menimbulkan harapan dan
kekhawatiran. Perpaduan keduanya itulah yang lazim disebut kewaspadaan.
Kewaspadaan yang paling efektif adalah kewaspadaan dalam bentuk partisipasi

Usamah Hisyam, Sepanjang Jalan Dakwah Tifatul Sembiring (Jakarta : Dharmapena


Citra Media, 2012), cetakan pertama, h. 245
9
Kurdi Mustofa, Dakwah Di Balik Kekuasaan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2012), cetakan pertama, h. 7

aktif. Mengambil bagian secara aktif tidak berarti bersikap masa bodoh, akan
tetapi justru harus bersikap kritis dalam bentuk amar maruf nahi munkar.10
Akan tetapi kesulitan-kesulitan seperti itu tidak lekas membuat sosok
pejuang dakwah mengurungkan niatnya untuk mencoba berdakwah di kalangan
penguasa. Di sinilah muncul sosok Kurdi Mustofa, dai yang memiliki kejelian
strategi dakwah yang tanpa harus berhadapan konfrontatif dengan pemerintah.
Strategi itu adalah masuk ke dalam struktur pemerintahan yang saat itu justru
sedang menyempitkan ruang gerak dakwah. Ketika itu pilihan strategi ini tidak
banyak dipikirkan dan dilakukan oleh para dai. Sebab ketika itu memasuki
panggung kekuasaan sudah diibaratkan memasuki dunia yang gelap dan kotor.
Kurdi Mustofa ketika itu adalah alumni Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
yang kemudian memilih untuk masuk ke dalam dunia militer sebagai seorang
Perwira Pembina Mental. Saat itu peran militer sungguh sangat dominan dan
strategis dalam menentukan perjalanan roda pemerintahan dan menentukan
dinamika sosial politik di Indonesia. Untuk itulah Kurdi Mustofa memilih dunia
militer sebagai lahan dakwah yang menantang dan potensial, serta menjadi
momentum untuk memberikan pemahaman tentang Islam yang rahmatan lil
alamin di kalangan militer.11
Peran seorang dai di lingkup kekuasaan memang tidak ringan, terlalu
kompleks persoalan yang harus dihadapi. Tapi itulah yang menjadi pembeda

10

Kafrawi Ridwan, Metode Dakwah Dalam Menghadapi Masa Depan (Jakarta, PT.
Golden Terayon Press, 1987), h.17
11
Kurdi Mustofa, Dakwah Di Balik Kekuasaan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2012). Cet. Pertama, h.143

antara dai yang berada dalam struktur kekuasaan dengan dai yang berada dalam
lingkup masyarakat kebanyakan atau kultural.
Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM bukanlah nama yang
asing dikalangan militer dan pemerintah. Jenjang karirnya sangat menarik dan
cukup panjang. Memulai karir sebagai Perwira Pembina Mental di lingkungan
Kodam III/17 Agustus Sumatra Barat kemudian menjadi Advisor Panglima
Angkatan Bersenjata Brunnei Daarussalam dalam bidang pembinaan keagamaan,
kemudian menjabat sebagai Staf Ahli Pusat Pembinaan Mental TNI, sempat
menjabat sebagai Asisten Deputi Politik Dalam Negeri di Menko Polkam,
Sekertaris Pribadi Presiden hingga pindah menjadi Staf Khusus Presiden Bidang
Komunikasi Sosial.
Kini setelah pensiun dari militer dan aktivitas lainnya dalam lingkup
kekuasaan, Kurdi Mustofa justru memilih panggilan hatinya untuk berdakwah bil
hal, yaitu dengan menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Haji
Indonesia (IPHI) Periode 2010-2015. Menurutnya, organisasi IPHI mempunyai
potensi sebagai sumber kekuatan moral, sosial dan ekonomi.12
Berdakwah melalui kekuasaan memang sangat potensial dan efektif,
karena seperti banyak kita ketahui bahwa birokrasi menggunakan sistem top-down
yang masih sangat kental. Jadi, siapapun pemimpinnya maka akan ditiru dan
dituruti. Karena dakwah dengan model seperti ini diharapkan tidak akan lahir
kegiatan-kegiatan yang banyak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Inilah
mengapa alasan bahwan berdakwah dalam lingkup birokrasi atau kekuasaan
12

www.iphi.web.id, diakses pada Sabtu, 27 April 2013, pukul 19:21

sangat efektif. Karena dalam pengertian yang luas inilah, dakwah bukan cuma
berkaitan dengan persoalan menambah jumlah pemeluk Islam, akan tetapi yang
paling utama adalah bagaimana dakwah dapat berpihak pada nilai-nilai kebenaran
dan kemanusiaan.13
Beranjak dari latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud untuk
menulis skripsi yang berjudul Dakwah Dalam Birokrasi: Analisis Kiprah
Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM .

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Banyak hal yang bisa dibahas dan digali mengenai kiprah dakwah
pada sosok Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Baik
berdakwah di dalam struktur birokrasi kekuasaan ataupun dakwah di luar
struktur kekuasaan. Akan tetapi penulis membatasi tulisan ini pada Kiprah
Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM selama berada
dalam lingkup birokrasi pemerintahan. Pembatasan ini penting agar tidak
melenceng ke persoalan lain.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan
beberapa permasalahan dalam bentuk pernyataan sebagai berikut:
13

Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003),


cetakan pertama, h.5

a. Bagaimana kiprah dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa,


MM selama menjadi birokrat pemerintahan?
b. Apa bentuk gagasan dan rekomendasi Mayjen TNI (Purn) Drs. H.
Kurdi Mustofa, MM yang berwujud kepentingan dakwah Islam selama
berkiprah dalam birokrasi pemerintahan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui Kiprah dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi
Mustofa, MM selama menjadi birokrat pemerintahan.
b. Untuk mengetahui bentuk gagasan dan rekomendasi dakwah Mayjen TNI
(Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM selama berkiprah dalam birokrasi
pemerintahan.
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan hasil dari penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, yaitu:
a. Secara Akademis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan
pengetahuan tentang dakwah dalam birokrasi bagi khazanah keilmuan
Islam. Serta dapat memberikan referensi bagi peminat dakwah.

10

b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi kalangan
praktisi, dan aktivis dakwah yang konsen di bidang dakwah birokrasi
khususnya. Serta umumnya bagi para praktisi dakwah yang menjadikan
dunia birokrasi sebagai sarana untuk menyebarkan arus informasi dakwah.
D. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu metode yang
menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif berupa datadata tertulis atau lisan dari objek penelitian yang dapat diamati. Adapun
metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian
lapangan yang merupakan metode deskriptif kualitatif. Metode
deskriptif kualitatif yaitu metode dengan menghimpun data actual
denga melakukan wawancara dengan narasumber serta observasi secara
langsung. Kemudian memaparkan data serta menarik kesimpulan dari
analisis tersebut sesuai dengan data yang didapatkan di lapangan. 14
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pusat Ikatan Persaudaraan
Haji Indonesia (IPHI), Matraman-Jakarta Timur dan di Perumahan
Pura Melati Indah, Jatirahayu-Pondok Gede, kediaman pribadi objek

14

Wahyu Ms. Petunjuk Praktis Membuat Skripsi (Surabaya : Usaha Nasional), h. 42

11

penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei


2013.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a.

Subjek dalam penelitian ini adalah Mayjen TNI (Purn) Drs. H.


Kurdi Mustofa, MM.

b.

Objek penelitian ini adalah kiprah dakwah Mayjen TNI (Purn)


Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. khususnya ketika menjadi seorang
birokrat pemerintahan.

4. Sumber dan Jenis Data


Untuk memperoleh data-data yang lengkap dan akurat, penulis
menggunakan data primer dan sekunder.
a. Data primer adalah data yang akan diperoleh langsung berupa hasil
wawancara serta data-data dari buku karya pribadi milik Mayjen TNI
(Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
b. Data sekunder adalah data yang akan diperoleh dari sumbersumber tertulis yang terdapat dalam buku ataupun dokumentasi dan
literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Metode wawancara adalah sebuah teknik pengumpulan data
dengan

cara

mengajukan

pertanyaan

secara

langsung

oleh

12

pewawancara kepada responden dan jawaban yang dihasilakn akan


dicatat atau direkan dengan alat perekam15. Penulis melakukan
wawancara langsung dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi
Mustofa, MM terkait dengan kiprah dakwahnya sebagai birokrat.
Dengan teknik ini diharapkan bisa mendapatkan informasi tentang apa
yang dijadikan objek permasalahan dari penelitian ini. Data data yang
sudah terkumpul kemudian dijelaskan secara sistematis yang mudah
untuk dicerna dan dipahami.

b. Studi Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Metode dokumentasi dalam hal ini berarti cara
mengumpulkan data dengan mencatat data yang ada dalam dokumen
atau arsip.16 Penulis mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
Kiprah Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM
selama berkiprah dalam lingkup birokrasi pemerintahan. Selain itu
penulis juga membaca dan mempelajari berbagai bentuk data tertulis
yang terdapat di buku, website serta foto-foto. Sehingga dapat
dijadikan analisis dalam penelitian ini.

15

Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,


2000), cet. Ke-4, h.67
16
Ibid, h. 83

13

6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Setelah data diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah penulis
mengolah dan menganalisa data-data dengan cara menghimpun,
mempelajari, mengedit data-data, memberikan ulasan, uraian dan
menuangkannya ke dalam penulisan skripsi. Adapun analisa data di sini
adalah proses pengumpulan data dengan mengurutkan data ke pola,
mengelompokan data tersebut dan kemudian dianalisa agar mendapat data
yang kongkrit berdasarkan hasil penelitian. Adapun metode yang
digunakan adalah analisis deskriptif.17
E. Tinjauan Pustaka
Penulis menggunakan beberapa rujukan skripsi terdahulu dalam
mendapatkan informasi tentang hal yang berkaitan dengan skripsi yang sedang
ditulis. Hal tersebut bertujuan agar kemudian menjadi pembeda serta tidak
adanya kesalahan dalam mengolah data dan menganalisisnya. Penulis
menemukan beberapa judul yang berkaitan dengan materi yang diambil oleh
penulis. Diantaranya:
1. Pada tahun 2008, Ahmad Zakky, NIM 103051028485, dengan judul
Kiprah Dakwah dan Pemikiran Politik A. Muhaimin Iskandar.
Dari judul skripsi tersebut, menerangkan dan menulis mengenai kiprah
dakwah dan pemikiran politik A. Muhaimin Iskandar. Judul skripsi
17

Lexy Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya, 2005), h. 103

14

tersebut membatasi lingkup permasalahnnya pada tataran A. Muhaimin


Iskandar ketika menjabat sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB).
2. Pada Tahun 2009, Haetami, NIM 102051025456, Dengan judul Aktivitas
Dakwah dan Politik : Adhyaksa Dault
Pada judul skripsi tersebut dijelaskan penitikberatan penilitian pada segala
aktivitas dakwah dan politik Adhyaksa Dault semasa dirinya menjabat
sebagai Menteri Negar Pemuda Dan Olahraga (Menegpora) RI.
Dari beberapa rujukan penelitian tersebut, terdapat perbedaanperbedaan subjek dan objek penelitian yang sedang diteliti oleh penulis. Atas
dasar rujukan dan perbedaan penelitian inilah penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian ini. penelitian yang mengemukakan kegiatan Dakwah
Dalam Birokrasi: Analisis Kiprah Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi
Mustofa, MM .
G. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas lagi tentang hal-hal yang
akan diuraikan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis mengatur
sistematikanya kedalam lima bab sebagai berikut :
BAB I:

Bab ini berisi tentang pendahuluan, latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian,

metodologi penelitian, kajian teoritis, tinjauan pustaka dan sistematika


penulisan.

15

BAB I:

Pada bab ini memuat tentang pengertian kiprah dakwah, unsur-

unsur dakwah dan pengertian birokrasi.


BAB III: Bab ini berisi biografi ataupun profil Mayjen TNI (Purn) Drs. H.
Kurdi Mustofa, MM. hal-hal tersebut meliputi riwayat hidup dan karir dalam
lingkup birokrasi.
BAB IV: Bab ini meliputi kiprah dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi
Mustofa, MM di dalam birokrasi, metode dakwah, faktor pendukung dan
penghambat kiprah dakwah Mayjen TNI

(Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa,

MM.
BAB V: Dalam bab ini menjelaskan kesimpulan dari kiprah dakwah Mayjen
TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM dalam birokrasi. Serta memberikan
saran demi kemajuan dakwah Islam.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kiprah Dakwah
1. Pengertian Kiprah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologi kiprah adalah
kegiatan. Sedangkan berkiprah adalah melakukan kegiatan atau berpartisipasi
dengan semangat tinggi atau bergerak, berusaha di sebuah bidang tertentu 1.
Sedangkan menurut S. Nasution kiprah adalah suatu konsekuensi atau akibat
kedudukan atau status seseorang. Sehingga dari kedudukannya tersebut dapat
terlihat bagaimana kiprahnya.2
Menurut Djumhur, kiprah dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah laku
tertentu yang merupakan ciri khas dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu.3
WJS. Purwodarminta mengartikan kata kiprah dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia sebagai tindakan, aktifitas, kemampuan kerja, reaksi, cara
pandang seseorang terhadapa ideologi atau institusinya.4
Berkiprah tidak jauh berbeda dengan beraktifitas, namun bedanya di sini
berkiprah adalah melakukan kegiatan atau berpartisipasi dalam kegiatan dengan
semangat tinggi dan lebih tinggi dari hanya sekedar beraktifitas.
Sedangkan kiprah dakwah menurut Mahmud Yunus adalah dengan
melakukan kegiatan dakwah (amar maruf nahi munkar) atau berpartispasi dalam
1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2005), h. 571.
2
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT.Bumi Aksara), h. 73.
3
Djumhur.Moh. Surya, Bimbingaan dan Penyuluhan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1975), h.12.
4
WJS. Purwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
h.15.

16

17

kegiatan dakwah dengan semangat tinggi dalam bentuk sebuah perbuatan nyata
untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat. Persoalan-persoalan tersebut
khususnya adalah dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan meningkatkan
kesejahtraan ummat.
Jadi, kiprah dakwah adalah aktifitas yang berkaitan dengan segala kegiatan
keagamaan. Seseorang yang sedang berkiprah dalam dakwah tentunya memiliki
peran yang sangat penting untuk kemaslahatan dan kemajuan umat.
2. Pengertian Dakwah
Dakwah ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab dakwah dan
kata daa, yadu yang berarti panggilan, ajakan, seruan. Seruan dan panggilan ini
dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan. Adapun yang dimaksud
dengan ajakan atau seruan disini ialah usaha seorang dai yang berusaha untuk
lebih dekat dan mengenal madunya untuk dituntun kepada jalan Allah SWT.5
Sedangkan menurut istilah, para ulama memberikan definisi yang
bermacam-macam, antara lain :
a. Toha Yahya Umar mengatakan dalam bukunya Islam dan Dakwah,
dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan
yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.6
b. Dalam bukunya Ilmu Dakwah, Dr. Moh. Ali Aziz menjelaskan bahwa
dakwah adalah aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik

Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cetakan pertama.

h.3.
6

H.M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. AL Mawardi Prima, 2004),
cetakan pertama, h.67.

18

individu maupun kolektif dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang
lebih baik. Sementara itu, dalam bahasa Islam dakwah adalah tindakan
mengomunikasikan pesan-pesan Islam. Dakwah adalah istilah teknis yang
pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk menghimbau orang lain
kearah Islam.7
c. Menurut KH. A. Hasyim Muzadi, dakwah diartikan sebagai proses
mengumpulkan manusia dalam kebaikan dan menunjukan mereka kepada
jalan yang benar dengan cara amar maruf nahi munkar.8
d. Moesa A. Machfoed dalam bukunya Filsafat Dakwah (Ilmu Dakwah dan
Penerapannya)

mendefinisikan

dakwah

yaitu

sebagai

panggilan.

Tujuannya membangkitkan kesadaran manusia untuk kembali ke jalan


Allah SWT. Upaya memanggil atau mengajak kembali manusia ke jalan
Allah tersebut bersifat ekspansif, yaitu memperbanyak jumlah manusia
yang berda di jalan-Nya.9
Pada hakikatnya, dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang
dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang
kemsayarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara
merasa, berfikir, bersikap dan tindakan manusia pada dataran kenyataan

Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cetakan pertama,
PP LDNU, Potret Gerakan Dakwah NU, (Jakarta: PP LDNU Publishing, 2007), cetakan
pertama,h. 5.
9
A. Machfoed, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 2004), h. 15.
8

19

individual dan sosio-kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran


Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.10
Dakwah merupakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT
kepada seluruh hamba-Nya. Untuk itulah bahwa ajaran atau perintah dakwah
merupakan bagian integral dalam Islam. Di samping dituntut untuk hidup secara
Islami, kita juga dituntut untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh umat
manusia. Karena berkat dakwah pula nantinya agama Islam dapat menyebar dan
diterima di mana-mana.
Dari penjelasan-penjelasan yang telah dipaparkan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa sangat sulit untuk memisahkan antara dakwah dengan Islam,
karena Islam akan selalu maju dan berkembang lewat jalan dakwah. Oleh karena
itu penulis memberikan kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan dakwah dalam
Islam adalah usaha dan ajakan kepada manusia menuju kepada jalan kebenaran
tanpa adanya paksaan dan sesuai dengan tuntunan al- Quran dan as- Sunnah.
Karena dakwah adalah upaya untuk menumbuhkan kecendrungan dan
ketertarikan. Oleh karena itu dalam dakwah tidak hanya terbatas pada aktivitas
lisan semata, akan tetapi mencakup seluruh aktivitas lisan ataupun perbuatan yang
ditunjukan dalam rangka menumbuhkan kecendrungan dan ketertarikan terhadap
Islam.

10

Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Perubaahan Sosial (Yogyakarta: Prima Duta
Yogyakarta, 1983), cetakan pertama, h. 32.

20

B. Unsur-Unsur Dakwah
1. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan
dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. Sebaliknya, tanpa
dakwah Islam akan semakin jauh dari masyarkat dan selanjutnya akan lenyap dari
permukaan bumi. Dalam kehidupan masyarakat, dakwah berfungsi menata
kehidupan yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan
bahagia. Ajaran Islam yang disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan
manusia dan masyarakat pada umumnya dari hal-hal yang dapat membawa pada
kehancuran.11 Untuk itu anjuran berdakwah bagi semua kaum muslim tidak lain
agar menjadi hamba Allah yang selaras dengan perintah dan tuntunan-Nya.
Tujuan merupakan pernyataan bermakna, keinginan yang dijadikan
pedoman manajemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan
yang dilakukan dalam dimensi waktu tertentu.dalam tujuan memiliki target-target
tertentu dan dalam waktu yang bisa diperkirakan. Begitupun dengan dakwah,
dakwah Islam tentunya mempunyai orientasi-orientasi tertentu yang akan dicapai.
Dakwah Islam merupakan suatu bentuk dakwah yang harus mempunyai
tujuan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat luas. Kesadaran disini
dapat dibagi dan dimaknai menjadi tiga bagian, yaitu :
a.

Sebagai penyadarkan manusia untuk mengenal tuhan mereka yang


sebenarnya, yaitu Allah SWT. Serta membimbing mereka agar
menyembah hanya kepada-Nya.

11

Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta:


pertama, h. 37.

Prenada Media, 2004), cetakan

21

b.

Menyadarkan manusia bahwa Islam mengajarkan sikap berserah diri


serta tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan melepaskan diri
dari segala bentuk penuhanan kepada selain Allah SWT.

c.

Menyadarkan bahwa apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah


SWT semata-mata adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan
kehidupan di dunia dan akhirat.

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama


dan tujuan akhir dakwah yakni terwujudnya individu dan masyarakat yang
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupannya.
Serta mereka dapat menanamkan nilai-nilai yang dapat mendatangkan
kebahagiaan dam kesejahtraan yang diridhoi oleh Allah SWT.
2. Materi Dakwah
Berdakwah bukan mengajak dan menyeru secara asal tanpa dilandasi
sumber-sumber yang benar dan dapat dipercaya. Berdakwah adalah proses yang
terencana. Untuk itulah seorang dai sebaiknya dan seharusnya mempunyai materi
dakwah yang sudah terpola dan tepat untuk sasaran dakwahnya. Materi dakwah
adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan dalam berdakwah. Dalam
hal ini materi yang disampaikan tentu saja ajaran Islam itu sendiri.12
Materi dakwah yang sesungguhnya adalah al-Quran dan as-Sunnah. alQuran merupakan sumber materi pokok, dan as-Sunnah merupakan penjelas
daripada al-Quran. al-Quran merupakan wahyu Allah SWT yang mutlak

12

Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,


2008).h. 24.

22

kebenarannya dan dijaga sendiri oleh Allah akan keutuhannya, keasliannya dan
keakuratannya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya :


Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya(Q.S.al_Hijr:9)

Quran,

dan

Ayat Ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Quran


selama-lamanya. Sebagai pedoman hidup manusia, al-Quran mengandung secara
lengkap tentang petunjuk, pedoman, hukum, sejarah, keyakinan, peribadatan,
politik,

ekonomi,

sosial,

hingga

hal

teknologi.

Maka

dengan

segala

kesempurnaannya tersebut, al-Quran mutlak menjadi dalil utama dalam materi


yang disampaikan kepada objek dakwahnya.13
Sedangkan sumber materi dakwah yang juga mutlak untuk dijadikan
pedoman dalam berdakwah adalah as-Sunnah. as-Sunnah adalah ucapan, tingkah
laku atau sikapnya, maupun akhlak mulia Rasulullah SAW yang wajib dijadikan
pedoman hidup.
Kedua sumber inilah yang menjadi materi pokok dalam berdakwah.
Sebab, sejatinya al-Quran dan as-Sunnah adalah obor bagi umat manusia di
tengah-tengah kegelapan agar tidak terperosok dalam jurang kesesatan.14
Pada dewasa ini, materi-materi yang disajikan cenderung dikaitkan dengan
kehidupan kemasyarakatan. Pada dasarnya materi-materi tersebut dapat tercemin
dalam beberapa hal, yaitu:

13

Rahmat Semesta, Metode Dakwah,(Jakarta: Prenada Media, 2003), h,20.


Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008).h. 25.
14

23

a. Materi dakwah harus disesuaikan dengan adat dan tradisi penerima


dakwah.
b. Materi dakwah sesuai dengan masalah-masalah kontemporer.
c. Materi dakwah harus mampu menjadi cerminan bahwa Islam adalah
agama rahmatan lil alamin.
d. Materi dakwah sebaiknya juga mencakup sejarah hidup para sahabat nabi,
para ulama yang baik, para tokoh pemimpin yang bisa menginspirasi para
madu, serta pengalaman-pengalaman baik yang dijumpai seorang dai
dalam perjalanan dakwahnya.

3. Subjek dan Objek Dakwah


Berbicara mengenai dakwah, maka di dalamnya juga akan membahas
subjek dan objek dakwah. Karena kedua komponen ini merupakan satu rangkaian
dalam perjalanannya, kedua komponen tersebut terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Dai (Subjek)
Yang dimaksud dai adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan
maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau
berbentuk organisasi atau lembaga. Adapun pengertian dai secara umum adalah
orang yang mengajak, menyeru, memanggil, dan mengundang madu untuk
mengikuti perintah Allah SWT.
Sedangkan pengertian dai menurut para pakar dalam bidang dakwah,
yaitu:

24

1) Definisi dai menurut Nasaruddin Lathif adalah seorang muslim dan


muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi
tugas ulama. dai juga sebagai juru penerang yang menyeru, mengajak dan
member pengajaran dan pelajaran agama Islam.15
2) M. Natsir mengatakan bahwa dai adalah pembawa dakwah yang
memperingatkan atau memanggil supaya memilih, yaitu memilih jalan
yang membawa pada keuntungan.16
Secara fungsional dai adalah pemimpin, yakni yang memimpin
masyarakat dalam mengembalikan pada potensi kepemimpinan masyarakat untuk
menuju jalan yang sesuai dengan ajaran Islam.17 Dai merupakan unsur yang
fundamental dan menentukan berhasil atau tidaknya proses dakwah. Oleh
karenanya, seorang dai sudah seyogyanya memiliki sifat kepemimpinan
(Leadership). Kepemimpinan bagi seorang dai adalah sebagai seni untuk
memengaruhi manusia, yang merupakan kepandaian mengatur orang lain. Dengan
bakat dan keterampilan kepemimpinan tersebut sangat berguna dalam
menjalankan tugasnya mengembangkan diri dan materi ketika berhadapan dengan
madu.
Seorang dai harus mengenal objek dakwahnya, yang meliputi pemikiran,
persepsi, problematika, lingkungan, dan kesulitan-kesulitan objek dakwahnya.

15

HMS. Nasaruddin Lathief, Teori dan Praktek Dakwah, (Jakarta, Bulan Bintang, 1974),

h.162.
16
17

M.Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta, Dewan Islamiyah Indonesia), h.25.


Rahmat Semesta, Metode Dakwah,(Jakarta: Prenada Media, 2003). h.175.

25

Karena seorang dai bagaikan dokter yang pandai dan bijaksana serta mengetahui
penyakit dan mengetahui cara bagaimana mengatasinya.18
Permasalahan di atas sangat berkaitan sekali dengan teori psikologi
komunikator atau kejiwaan seorang komunikator ketika berinteraksi dengan
komunikan atau madu. ada beberapa teori yang berkaitan dengan hal ini, yakni:
1)

Teorinya Aristoteles yang menyebut karakter komunikator itu

sebagai ethos. Sedangkan ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik
dan juga maksud yang baik sorang komunikator ketika berinteraksi dengan
komunikan atau madu bagi seorang dai.
2)

Teori prior ethos yang menjelaskan tentang hal-hal apa saja yang

memengaruhi persepsi komunikan atau madu tentang

seorang

komunikator atau dai dalam hal ini ia melakukan komunikasinya atau


sebelum ia berinteraksi.
3)

Teori

intrinsic ethos

yakni teori yang menjelaskan tentang

ketertarikan seorang komunikan terhadap seorang komunikator setelah ia


berkomunikasi dengan komunikator karena cara berbicaranya dan
pemilihan kata-katanya, isi yang disampaikannya dan juga kedalam uraian
materi yang disampaikannya.19
b. Madu (Objek)
Salah satu unsur penting lainnya dalam komponen dakwah adalah madu
atau masyarakat yang akan didakwahi. Mereka adalah orang-orang yang akan
18

Saad Wahf al-Qathani, Menjadi Dai Yang Sukses, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), h

19

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 255-

.91.
259.

26

diseru, dipanggil atau diundang. Maksudnya adalah orang yang diajak kedalam
Islam.20
Salah satu makna berdakwah adalah menempatkan manusia sesuai dengan
kadar yang telah ditetapkan Allah. Keragaman karakteristik manusia merupakan
warna-warni dalam berdakwah. Untuk itulah sebagai dai harus mampu
menempatkan sasaran dakwahnya dengan tepat.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sasaran atau objek dakwah ialah
manusia, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Sebab agama Islam diturunkan
oleh Allah SWT bukan hanya untuk sekelompok manusia, akan tetapi untuk
seluruh umat manusia termasuk dai itu sendiri.
Madu adalah mitra dakwah yang terdiri dari berbagai macam golongan
manusia.oleh karena itu menggolongkan madu sama halnya menggolongkan
manusia itu sendiri dari berbagai aspek. Penggolongan madu tersebut antara lain
sebagai berikut :
1)

Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi

sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil,


serta masyarakat di daerah masyarakat marjinal dari kota besar.
2)

Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari

segi struktur kelembagaan berupa masyarakat pemerintahan dan keluarga.


3)

Sasaran yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial

budaya berupa golngan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama
terdapat dalam masyarakat jawa.
20

Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,


2008), h. 2.

27

4)

Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi

tingkat kehidupan sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah


dan miskin.
5)

Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi

pekerjaan berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawaipegawai negeri dan sebagainya.
6)

Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi

jenis kelamin, berupa golongan wanita dan pria.


7)

Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi

khusus berupa golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya,
narapidana dan sebagainya.21
Mengenal dan memahami strata madu manusia dalam berdakwah
sangatlah penting, karena dakwah tanpa mengenal madu ibarat sayur tanpa garam
yang rasanya hambar dan tidak mengenakan. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya : Berbicaralah kepada manusia menurut kadar kecerdasan mereka
(HR.Muslim)
Jadi, subjek dan objek dakwah sangat berkaitan satu sama lain. Dimana
madu sebagai salah satu unsur utama yang sangat penting dalam menentukan
berhasil atau tidaknya proses dakwah.

21

H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta:Bumi Aksara, 2000), cetakan kelima, h. 23.

28

4. Metode Dakwah
Metode berasal dari dua bahasa yunani, yaitu: meta (melalui) dan
hodos (jalan, cara). Maka metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Jerman metode berasal dari kata
methodica artinya adalah ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa Arab,
metode berasal dari kata thariq yang artinya jalan. Sehingga metode adalah cara
yang telah diatur dan memulai proses untuk mencapai suatu maksud.22
Metode adalah suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan
secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan. Sedangkan dakwah
adalah cara yang digunakan subjek dakwah untuk menyampaikan materi dakwah.
Metode dakwah dapat juga disebut sebagai alat yang dipergunakan oleh seorang
dai untuk menyampaikan materi dakwahnya dengan serentetan kegiatan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Maka dari itu, kejelian dan kebijakan juru dakwah dalam memilih dan
memakai metode itu sangat memengaruhi kelancaran dan keberhasilan dakwah.
Pada umumnya bahasan tentang metode dakwah itu merujuk pada surat An-Nahl
ayat 125 yang berbunyi :




Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

22

Hasannudin, Manajemen Dakwah, (Jakarta:UIN Press, 2005), cetakan pertama, h. 60.

29

Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
QS. An-Nahl : 125)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa metode dakwah ada tiga hal, yaitu:
Hikmah, Mauizatul hasanah dan Mujadallah. Semua metode yang ada dalam
ilmu dakwah merupakan cabang dari ketiga metode di atas.
a.

Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan

kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan


mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya,
mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
b.

Mauizatul hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-

nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang,


sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu menyentuh hati
mereka.
c.

Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan

membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan memberikan


argumentasi dan bukti yang kuat dan tidak memberikan tekanan-tekanan
kepada madunya sehingga tidak melahirkan permusuhan nantinya.23
Namun dakwah secara umum dibagi menjadi tiga. Yaitu : dakwah bil
lisan, dakwah bil qolam, dan dakwah bil hal.
a. Dakwah bil lisan : secara bahasa dakwah bil lisan berarti dakwah dengan
menggunakan ucapan. Adapun secara istilah, dakwah bil lisan adalah

23

Mohammad. Ali Aziz, Ilmu Dakwah ( Jakarta: Prenada Media, 2001), h.122-123.

30

memanggil, menyeru ke jalan Allah SWT. Dakwah jenis ini adalah


penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan. contohnya :
1)

Metode Ceramah : Ceramah adalah suatu teknik atau metode


dakwah yang banyak diwarnai oleh karakteristik bicara seorang
dai pada suatu aktifitas dakwah.

2)

Percakapan antar pribadi : Percakapan pribadi atau individual


conference adalah percakapan bebas antara seorang dai dengan
individu-individu sebagai sasaran dakwahnya.

3)

Debat : Metode debat pada dasarnya adalah untuk mencari suatu


kebenaran dari apa yang telah diajarkan Islam secara baik dan
benar, dan bukan untuk mencari kemenangan

4)

Diskusi : Metode diskusi ini dimaksudkan untuk merangkai objek


dakwah agar berpikir dan mengeluarkan pendapatnya serta ikut
menyumbangkan

ide-ide

dalam

kemungkinan-kemungkinan

jawaban dari pemecahan masalah.


b. Dakwah bil qolam : metode dakwah ini menggunakan keterampilan tulis
menulis. Dakwah dengan metode ini mempunyai kelebihan tersendiri.
Yaitu dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama serta
jangkauannya lebih luas. Karena sebuah karya akan terus bermanfaat dan
tidak akan musnah sekalipun penulisnya telah wafat.
c. Dakwah Bil hal : istilah dakwah bil hal dipergunakan untuk merujuk
kegiatan dakwah melalui aksi atau tindakan atau perbuatan nyata. Metode
ini merupakan sebuah kerangka kerja kongkret dalam melaksanakan setiap

31

kerja dakwah dalam masyarakat, sehingga akan lebih efektif jika ditunjang
dengan konsep yang matang. Dakwah ini lebih berorientasi pada
pengembangan masyarakat.24
Dari banyak model, cara ataupun metode dakwah yang dikemukakan oleh
para ahli. Di dalamnya terdapat pula wacana tentang metode pendekatan dakwah
struktural dan kultural.
Menurut

Muhammad

Sulthon,

dakwah

dapat

dikategorisasikan

berdasarkan dua pendekatan, pendekatan struktural dan kultural. Sesuatu dapat


dikategorisasikan sebagai dakwah struktural jika betul-betul berdakwah secara
intensif mengupayakan ajaran Islam mengejawantah di struktur pemerintah.
Untuk itu, kecenderungan dakwah ini sering kali mengambil bentuk dan masuk
kedalam kekuasaan, terlibat dalam proses eksekutif, yudikatif, dan legislatif serta
bentuk-bentuk struktur sosial kenegaraan lainnya. Dengan demikian aktifitas
dakwah ini banyak memanfaatkan struktur sosial, politik, ekonomi maupun
lainnya.25
Sedangkan menurut Masnun Thahir, Islam struktural adalah pendekatan
dakwah di mana dalam pendekatan ini memandang proses islamisasi dilakukan
secara legal formal melalui struktur kelembagaan. Karena proses islamisasi ini
dilakukan secara legal formal maka untuk melakukannya membutuhkan bantuan

24
25

h.23.

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 1997), cetakan kedua, h. 34.
Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Remaja, 2003),

32

dari berbagai perangkat sturktural. Jika kita berbicara dalam tataran negara, maka
perangkat tersebut adalah parlemen.26
Sedangkan dakwah kultural diartikan sebagai dakwah yang melakukan
pendekatan

terhadap

kultur

budaya

masyarakat

atau

dakwah

dengan

memperhatikan potensi dan kecenderungan masyarakat setempat. Dalam artian


yang

luas

dakwah

kultural

dipahami

sebagai

kegiatan

dakwah

yang

memperhatikan kombinasi yang harmonis antara nilai-nilai Islam dengan


kebiasaan masyarakat. Sehingga dakwah ini dipandang dapat mengurangi
benturan-benturan saat penyebaran Islam.27 Dalam pengertian khusus, dakwah
kultural adalah kegiatan dakwah dengan memperhatikan, memperhitungkan dan
memanfaatkan adat istiadat, seni, dan budaya lokal yang tidak bertentangan
dengan ajaran Islam.
Selanjutnya yang disebut dengan Islam Kultural menurut Masnun Thahir
adalah adalah sebuah upaya pendekatan dakwah tidak melalui struktur legal
formal. Melainkan proses islamisasi secara kultural yaitu proses dakwah dengan
mengakulturasi budaya lokal. Diharapkan dengan melalui pendekataan budaya ini
akan mampu menggerakkan perubahan masyarakat (the society aimed
movement).28
Dari kedua metode pendekatan tersebut, penulis tidak mengartikan
keduanya kepada pengertian struktural sebagai sebuah pembentukan negara Islam,
26

Masnun Thahir, Tulisan Dalam Jurnal Istiqra, Nomor 01, 2007. h. 174
Syamsul Hidayat, Dakwah Kultural dan Pemurnian Ajaran Islam, (Yogyakarta: LSB
PP Muhammadiyah, 2002), h. 38
28
Masnun Thahir, Tulisan Dalam Jurnal Istiqra, Nomor 01, 2007. h. 174
27

33

dan kultural sebagai pemisah antara Islam dan politik. Ataupun mengartikan ini
dengan problematika boleh atau tidaknya Islam berpolitik.
Bahtiar Efendy mengatakan, tidak ada satu pun pengertian khusus
mengenai politik Islam atau sebaliknya. Karena masing-masing pemikir dan
pelaku tidak mempunyai satu rumusan tunggal mengenai hal tersebut yang dapat
diterima secara universal.29
Untuk itulah fokus penelitian ini adalah bagaimana melihat kiprah dakwah
seorang dai selama berkarir di lingkup birokrasi kekuasaan. Senada dengan ini,
penulis mengutip pendapat Ibnu Khaldun, bahwa dalam bermasyarakat manusia
memerlukan seorang pemimpin yang berkuasa. Dengan kekuasaan itu ia dapat
melaksanakan tugasnya dalam masyarakat secara efektif. Jika penguasa itu
mengajak kebaikan kepada jalan Allah SWT, maka pemimpin dan rakyatnya akan
sama-sama mendapatkan pahala30. Itulah alasan mengapa berdakwah dalam
lingkup kekuasaan juga menjadi penting.
5. Media Dakwah
Perkembangan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia tidak terlepas dari
berkembangnya media sebagai suatu sarana dakwah. Ayat-ayat suci Al-Quran
pada mulanya diajarkan Rasulullah kepada para sahabat dengan metode
melafalkan langsung dan menghafalkannya. Hingga pada akhirnya Khalifah
Usman bin Affan yang kemudian memerintahkan untuk mencatat Al-Quran dalam

29

Tulisan Bachtiar Efendy Pada Buku, Problematika Politik Islam, (Jakarta : PT.
Grasindo, 2002), h. 158.
30
Abu Ridha, Islam Dan Politik Mungkinkah Bersatu?, ( Bandung : Syaamil Cipta
Media, 2004), h. 130.

34

sebuah mushaf yang kemudian sering kita kenal sebagai Al-Quran yang ada
sekarang.
Media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat atau
perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian media dakwah
adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan dakwah yang telah ditentukan secara efektif.
Di zaman modern sekarang ini, dakwah semestinya menyesuaikan situasi
dan kondisi yang semakin berubah ke arah yang lebih maju. Juru dakwah dituntut
untuk semakin kreatif dan efisien dalam pelaksanaan dakwah. Tidak hanya asal
dalam melaksanakan dakwah, karena nantinya akan berdampak tidak baik
terhadap hasil dakwahnya.
Pada dasarnya, pesatnya perkembangan media massa dewasa ini
merupakan

fenomena

yang

sehat,

selama

sejalan

dengan

semangat

mengembangkan sistem komunikasi yang relevan dengan globalisasi informasi


dan komunikasi. Islam sendiri tidak melarang penggunaan teknologi informasi
sepanjang dapat meningkatkan produktivitas kesalehan sosial dan nilai dalam
upaya pengabdian seorang hamba kepada tuhannya.
Untuk itulah, disamping keberhasilan suatu dakwah itu ditentukan oleh
seorang dai, tetapi media atau sarana dakwah juga berperan penting dalam hal ini.
Jika dilihat dari sifatnya, media dakwah itu dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu:
a. Media tradisional, yaitu media dakwah yang berbentuk pertunjukan
sebuah pentas tradisi budaya yang dipentaskan di depan umum. Seperti

35

misalnya pada abad ke-15 Sunan Kalijaga menambahkan cerita-cerita


Islami dalam pertunjukan wayang kulitnya.
b. Media modern, yaitu media dakwah yang berbentuk kekinian. Seperti
media massa dan sosial media lainnya.31 Karena keduanya kini memiliki
kontribusi dan partisipasi yang sangatlah besar bagi perkembangan
dakwah

Islamiyah. Seperti

mendigitalisasi

literatur-literatur

Islam

sehingga bisa dinikmati oleh banyak pihak


6. Pengertian Birokrasi
Menurut Max Weber, birokrasi adalah suatu mekanisme sosial yang
memaksimumkan efisiensi dan juga sebagai suatu bentuk organisasi sosial yang
memiliki ciri khas. Ciri khas tersebut adalah :
a. Ada hirarki jabatan yang jelas.
b. Fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara tegas.
c. Para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak.
d. Diangkat berdasarkan kualifikasi kualitas professional.
e. Memiliki gaji dan biasanya memiliki hak-hak pensiun.
f. Terdapat suatu srtruktur karir, dan promosi dimungkinkan berdasarkan
senioritas maupun keahlian.
g. Pos jabatan adalah lapangan kerjanya sendiri atau lapangan kerja pokoknya.
h. Tunduk pada sistem dan kontrol yang seragam.32

31
32

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, ( Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.163.


Martin Albrow, Birokrasi, (Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 1989), h.83.

36

Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI), birokrasi dapat dijelaskan


menjadi dua definisi :
1. Birokrasi didefinisikan sebagai sistem pemerintahan yang dijalankan oleh
seorang pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hirarki dan
jenjang jabatan.
2. Birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai
bayaran yang tidak dipilih oleh rakyat, cara pemerintahannya dikuasai oleh
pegawai negeri dan cara kerjanya menurut aturan dan berliku-liku.33
Sedangkan menurut Prajudi Atmosudirjo, birokrasi mempunyai tiga arti.
Pertama, birokrasi adalah organisasi sekelompok pejabat-pejabat sejenis tertentu
yang bekerja sama secara ketat. Kedua, birokrasi adalah sistem atau tata kerja
kaku, impersonal, dan tidak boleh menyimpang dari peraturan yang berlaku.
Ketiga, birokrasi adalah status jabatan yang terikat pada kesepakatan kerja,
kerahasiaan dan kejujuran pada organisasi.34

33
34

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), h. 245


Asep Muslim, Reformasi Birokrasi, (Jakarta : PT. PERCA, 2008), h. 2.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kiprah Dakwah
1. Pengertian Kiprah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologi kiprah adalah
kegiatan. Sedangkan berkiprah adalah melakukan kegiatan atau berpartisipasi
dengan semangat tinggi atau bergerak, berusaha di sebuah bidang tertentu 1.
Sedangkan menurut S. Nasution kiprah adalah suatu konsekuensi atau akibat
kedudukan atau status seseorang. Sehingga dari kedudukannya tersebut dapat
terlihat bagaimana kiprahnya.2
Menurut Djumhur, kiprah dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah laku
tertentu yang merupakan ciri khas dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu.3
WJS. Purwodarminta mengartikan kata kiprah dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia sebagai tindakan, aktifitas, kemampuan kerja, reaksi, cara
pandang seseorang terhadapa ideologi atau institusinya.4
Berkiprah tidak jauh berbeda dengan beraktifitas, namun bedanya di sini
berkiprah adalah melakukan kegiatan atau berpartisipasi dalam kegiatan dengan
semangat tinggi dan lebih tinggi dari hanya sekedar beraktifitas.
Sedangkan kiprah dakwah menurut Mahmud Yunus adalah dengan
melakukan kegiatan dakwah (amar maruf nahi munkar) atau berpartispasi dalam
1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2005), h. 571.
2
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT.Bumi Aksara), h. 73.
3
Djumhur.Moh. Surya, Bimbingaan dan Penyuluhan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1975), h.12.
4
WJS. Purwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
h.15.

16

17

kegiatan dakwah dengan semangat tinggi dalam bentuk sebuah perbuatan nyata
untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat. Persoalan-persoalan tersebut
khususnya adalah dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan meningkatkan
kesejahtraan ummat.
Jadi, kiprah dakwah adalah aktifitas yang berkaitan dengan segala kegiatan
keagamaan. Seseorang yang sedang berkiprah dalam dakwah tentunya memiliki
peran yang sangat penting untuk kemaslahatan dan kemajuan umat.
2. Pengertian Dakwah
Dakwah ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab dakwah dan
kata daa, yadu yang berarti panggilan, ajakan, seruan. Seruan dan panggilan ini
dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan. Adapun yang dimaksud
dengan ajakan atau seruan disini ialah usaha seorang dai yang berusaha untuk
lebih dekat dan mengenal madunya untuk dituntun kepada jalan Allah SWT.5
Sedangkan menurut istilah, para ulama memberikan definisi yang
bermacam-macam, antara lain :
a. Toha Yahya Umar mengatakan dalam bukunya Islam dan Dakwah,
dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan
yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.6
b. Dalam bukunya Ilmu Dakwah, Dr. Moh. Ali Aziz menjelaskan bahwa
dakwah adalah aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik

Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cetakan pertama.

h.3.
6

H.M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. AL Mawardi Prima, 2004),
cetakan pertama, h.67.

18

individu maupun kolektif dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang
lebih baik. Sementara itu, dalam bahasa Islam dakwah adalah tindakan
mengomunikasikan pesan-pesan Islam. Dakwah adalah istilah teknis yang
pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk menghimbau orang lain
kearah Islam.7
c. Menurut KH. A. Hasyim Muzadi, dakwah diartikan sebagai proses
mengumpulkan manusia dalam kebaikan dan menunjukan mereka kepada
jalan yang benar dengan cara amar maruf nahi munkar.8
d. Moesa A. Machfoed dalam bukunya Filsafat Dakwah (Ilmu Dakwah dan
Penerapannya)

mendefinisikan

dakwah

yaitu

sebagai

panggilan.

Tujuannya membangkitkan kesadaran manusia untuk kembali ke jalan


Allah SWT. Upaya memanggil atau mengajak kembali manusia ke jalan
Allah tersebut bersifat ekspansif, yaitu memperbanyak jumlah manusia
yang berda di jalan-Nya.9
Pada hakikatnya, dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang
dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang
kemsayarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara
merasa, berfikir, bersikap dan tindakan manusia pada dataran kenyataan

Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cetakan pertama,
PP LDNU, Potret Gerakan Dakwah NU, (Jakarta: PP LDNU Publishing, 2007), cetakan
pertama,h. 5.
9
A. Machfoed, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 2004), h. 15.
8

19

individual dan sosio-kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran


Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.10
Dakwah merupakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT
kepada seluruh hamba-Nya. Untuk itulah bahwa ajaran atau perintah dakwah
merupakan bagian integral dalam Islam. Di samping dituntut untuk hidup secara
Islami, kita juga dituntut untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh umat
manusia. Karena berkat dakwah pula nantinya agama Islam dapat menyebar dan
diterima di mana-mana.
Dari penjelasan-penjelasan yang telah dipaparkan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa sangat sulit untuk memisahkan antara dakwah dengan Islam,
karena Islam akan selalu maju dan berkembang lewat jalan dakwah. Oleh karena
itu penulis memberikan kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan dakwah dalam
Islam adalah usaha dan ajakan kepada manusia menuju kepada jalan kebenaran
tanpa adanya paksaan dan sesuai dengan tuntunan al- Quran dan as- Sunnah.
Karena dakwah adalah upaya untuk menumbuhkan kecendrungan dan
ketertarikan. Oleh karena itu dalam dakwah tidak hanya terbatas pada aktivitas
lisan semata, akan tetapi mencakup seluruh aktivitas lisan ataupun perbuatan yang
ditunjukan dalam rangka menumbuhkan kecendrungan dan ketertarikan terhadap
Islam.

10

Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Perubaahan Sosial (Yogyakarta: Prima Duta
Yogyakarta, 1983), cetakan pertama, h. 32.

20

B. Unsur-Unsur Dakwah
1. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan
dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. Sebaliknya, tanpa
dakwah Islam akan semakin jauh dari masyarkat dan selanjutnya akan lenyap dari
permukaan bumi. Dalam kehidupan masyarakat, dakwah berfungsi menata
kehidupan yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan
bahagia. Ajaran Islam yang disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan
manusia dan masyarakat pada umumnya dari hal-hal yang dapat membawa pada
kehancuran.11 Untuk itu anjuran berdakwah bagi semua kaum muslim tidak lain
agar menjadi hamba Allah yang selaras dengan perintah dan tuntunan-Nya.
Tujuan merupakan pernyataan bermakna, keinginan yang dijadikan
pedoman manajemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan
yang dilakukan dalam dimensi waktu tertentu.dalam tujuan memiliki target-target
tertentu dan dalam waktu yang bisa diperkirakan. Begitupun dengan dakwah,
dakwah Islam tentunya mempunyai orientasi-orientasi tertentu yang akan dicapai.
Dakwah Islam merupakan suatu bentuk dakwah yang harus mempunyai
tujuan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat luas. Kesadaran disini
dapat dibagi dan dimaknai menjadi tiga bagian, yaitu :
a.

Sebagai penyadarkan manusia untuk mengenal tuhan mereka yang


sebenarnya, yaitu Allah SWT. Serta membimbing mereka agar
menyembah hanya kepada-Nya.

11

Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta:


pertama, h. 37.

Prenada Media, 2004), cetakan

21

b.

Menyadarkan manusia bahwa Islam mengajarkan sikap berserah diri


serta tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan melepaskan diri
dari segala bentuk penuhanan kepada selain Allah SWT.

c.

Menyadarkan bahwa apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah


SWT semata-mata adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan
kehidupan di dunia dan akhirat.

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama


dan tujuan akhir dakwah yakni terwujudnya individu dan masyarakat yang
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupannya.
Serta mereka dapat menanamkan nilai-nilai yang dapat mendatangkan
kebahagiaan dam kesejahtraan yang diridhoi oleh Allah SWT.
2. Materi Dakwah
Berdakwah bukan mengajak dan menyeru secara asal tanpa dilandasi
sumber-sumber yang benar dan dapat dipercaya. Berdakwah adalah proses yang
terencana. Untuk itulah seorang dai sebaiknya dan seharusnya mempunyai materi
dakwah yang sudah terpola dan tepat untuk sasaran dakwahnya. Materi dakwah
adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan dalam berdakwah. Dalam
hal ini materi yang disampaikan tentu saja ajaran Islam itu sendiri.12
Materi dakwah yang sesungguhnya adalah al-Quran dan as-Sunnah. alQuran merupakan sumber materi pokok, dan as-Sunnah merupakan penjelas
daripada al-Quran. al-Quran merupakan wahyu Allah SWT yang mutlak

12

Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,


2008).h. 24.

22

kebenarannya dan dijaga sendiri oleh Allah akan keutuhannya, keasliannya dan
keakuratannya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya :


Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya(Q.S.al_Hijr:9)

Quran,

dan

Ayat Ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Quran


selama-lamanya. Sebagai pedoman hidup manusia, al-Quran mengandung secara
lengkap tentang petunjuk, pedoman, hukum, sejarah, keyakinan, peribadatan,
politik,

ekonomi,

sosial,

hingga

hal

teknologi.

Maka

dengan

segala

kesempurnaannya tersebut, al-Quran mutlak menjadi dalil utama dalam materi


yang disampaikan kepada objek dakwahnya.13
Sedangkan sumber materi dakwah yang juga mutlak untuk dijadikan
pedoman dalam berdakwah adalah as-Sunnah. as-Sunnah adalah ucapan, tingkah
laku atau sikapnya, maupun akhlak mulia Rasulullah SAW yang wajib dijadikan
pedoman hidup.
Kedua sumber inilah yang menjadi materi pokok dalam berdakwah.
Sebab, sejatinya al-Quran dan as-Sunnah adalah obor bagi umat manusia di
tengah-tengah kegelapan agar tidak terperosok dalam jurang kesesatan.14
Pada dewasa ini, materi-materi yang disajikan cenderung dikaitkan dengan
kehidupan kemasyarakatan. Pada dasarnya materi-materi tersebut dapat tercemin
dalam beberapa hal, yaitu:
13

Rahmat Semesta, Metode Dakwah,(Jakarta: Prenada Media, 2003), h,20.


Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008).h. 25.
14

23

a. Materi dakwah harus disesuaikan dengan adat dan tradisi penerima


dakwah.
b. Materi dakwah sesuai dengan masalah-masalah kontemporer.
c. Materi dakwah harus mampu menjadi cerminan bahwa Islam adalah
agama rahmatan lil alamin.
d. Materi dakwah sebaiknya juga mencakup sejarah hidup para sahabat nabi,
para ulama yang baik, para tokoh pemimpin yang bisa menginspirasi para
madu, serta pengalaman-pengalaman baik yang dijumpai seorang dai
dalam perjalanan dakwahnya.

3. Subjek dan Objek Dakwah


Berbicara mengenai dakwah, maka di dalamnya juga akan membahas
subjek dan objek dakwah. Karena kedua komponen ini merupakan satu rangkaian
dalam perjalanannya, kedua komponen tersebut terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Dai (Subjek)
Yang dimaksud dai adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan
maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau
berbentuk organisasi atau lembaga. Adapun pengertian dai secara umum adalah
orang yang mengajak, menyeru, memanggil, dan mengundang madu untuk
mengikuti perintah Allah SWT.
Sedangkan pengertian dai menurut para pakar dalam bidang dakwah,
yaitu:

24

1) Definisi dai menurut Nasaruddin Lathif adalah seorang muslim dan


muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi
tugas ulama. dai juga sebagai juru penerang yang menyeru, mengajak dan
member pengajaran dan pelajaran agama Islam.15
2) M. Natsir mengatakan bahwa dai adalah pembawa dakwah yang
memperingatkan atau memanggil supaya memilih, yaitu memilih jalan
yang membawa pada keuntungan.16
Secara fungsional dai adalah pemimpin, yakni yang memimpin
masyarakat dalam mengembalikan pada potensi kepemimpinan masyarakat untuk
menuju jalan yang sesuai dengan ajaran Islam.17 Dai merupakan unsur yang
fundamental dan menentukan berhasil atau tidaknya proses dakwah. Oleh
karenanya, seorang dai sudah seyogyanya memiliki sifat kepemimpinan
(Leadership). Kepemimpinan bagi seorang dai adalah sebagai seni untuk
memengaruhi manusia, yang merupakan kepandaian mengatur orang lain. Dengan
bakat dan keterampilan kepemimpinan tersebut sangat berguna dalam
menjalankan tugasnya mengembangkan diri dan materi ketika berhadapan dengan
madu.
Seorang dai harus mengenal objek dakwahnya, yang meliputi pemikiran,
persepsi, problematika, lingkungan, dan kesulitan-kesulitan objek dakwahnya.

15

HMS. Nasaruddin Lathief, Teori dan Praktek Dakwah, (Jakarta, Bulan Bintang, 1974),

h.162.
16
17

M.Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta, Dewan Islamiyah Indonesia), h.25.


Rahmat Semesta, Metode Dakwah,(Jakarta: Prenada Media, 2003). h.175.

25

Karena seorang dai bagaikan dokter yang pandai dan bijaksana serta mengetahui
penyakit dan mengetahui cara bagaimana mengatasinya.18
Permasalahan di atas sangat berkaitan sekali dengan teori psikologi
komunikator atau kejiwaan seorang komunikator ketika berinteraksi dengan
komunikan atau madu. ada beberapa teori yang berkaitan dengan hal ini, yakni:
1)

Teorinya Aristoteles yang menyebut karakter komunikator itu

sebagai ethos. Sedangkan ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik
dan juga maksud yang baik sorang komunikator ketika berinteraksi dengan
komunikan atau madu bagi seorang dai.
2)

Teori prior ethos yang menjelaskan tentang hal-hal apa saja yang

memengaruhi persepsi komunikan atau madu tentang

seorang

komunikator atau dai dalam hal ini ia melakukan komunikasinya atau


sebelum ia berinteraksi.
3)

Teori

intrinsic ethos

yakni teori yang menjelaskan tentang

ketertarikan seorang komunikan terhadap seorang komunikator setelah ia


berkomunikasi dengan komunikator karena cara berbicaranya dan
pemilihan kata-katanya, isi yang disampaikannya dan juga kedalam uraian
materi yang disampaikannya.19
b. Madu (Objek)
Salah satu unsur penting lainnya dalam komponen dakwah adalah madu
atau masyarakat yang akan didakwahi. Mereka adalah orang-orang yang akan
18

Saad Wahf al-Qathani, Menjadi Dai Yang Sukses, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), h

19

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 255-

.91.
259.

26

diseru, dipanggil atau diundang. Maksudnya adalah orang yang diajak kedalam
Islam.20
Salah satu makna berdakwah adalah menempatkan manusia sesuai dengan
kadar yang telah ditetapkan Allah. Keragaman karakteristik manusia merupakan
warna-warni dalam berdakwah. Untuk itulah sebagai dai harus mampu
menempatkan sasaran dakwahnya dengan tepat.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sasaran atau objek dakwah ialah
manusia, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Sebab agama Islam diturunkan
oleh Allah SWT bukan hanya untuk sekelompok manusia, akan tetapi untuk
seluruh umat manusia termasuk dai itu sendiri.
Madu adalah mitra dakwah yang terdiri dari berbagai macam golongan
manusia.oleh karena itu menggolongkan madu sama halnya menggolongkan
manusia itu sendiri dari berbagai aspek. Penggolongan madu tersebut antara lain
sebagai berikut :
1)

Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi

sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil,


serta masyarakat di daerah masyarakat marjinal dari kota besar.
2)

Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari

segi struktur kelembagaan berupa masyarakat pemerintahan dan keluarga.


3)

Sasaran yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial

budaya berupa golngan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama
terdapat dalam masyarakat jawa.
20

Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,


2008), h. 2.

27

4)

Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi

tingkat kehidupan sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah


dan miskin.
5)

Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi

pekerjaan berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawaipegawai negeri dan sebagainya.
6)

Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi

jenis kelamin, berupa golongan wanita dan pria.


7)

Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi

khusus berupa golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya,
narapidana dan sebagainya.21
Mengenal dan memahami strata madu manusia dalam berdakwah
sangatlah penting, karena dakwah tanpa mengenal madu ibarat sayur tanpa garam
yang rasanya hambar dan tidak mengenakan. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya : Berbicaralah kepada manusia menurut kadar kecerdasan mereka
(HR.Muslim)
Jadi, subjek dan objek dakwah sangat berkaitan satu sama lain. Dimana
madu sebagai salah satu unsur utama yang sangat penting dalam menentukan
berhasil atau tidaknya proses dakwah.

21

H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta:Bumi Aksara, 2000), cetakan kelima, h. 23.

28

4. Metode Dakwah
Metode berasal dari dua bahasa yunani, yaitu: meta (melalui) dan
hodos (jalan, cara). Maka metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Jerman metode berasal dari kata
methodica artinya adalah ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa Arab,
metode berasal dari kata thariq yang artinya jalan. Sehingga metode adalah cara
yang telah diatur dan memulai proses untuk mencapai suatu maksud.22
Metode adalah suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan
secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan. Sedangkan dakwah
adalah cara yang digunakan subjek dakwah untuk menyampaikan materi dakwah.
Metode dakwah dapat juga disebut sebagai alat yang dipergunakan oleh seorang
dai untuk menyampaikan materi dakwahnya dengan serentetan kegiatan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Maka dari itu, kejelian dan kebijakan juru dakwah dalam memilih dan
memakai metode itu sangat memengaruhi kelancaran dan keberhasilan dakwah.
Pada umumnya bahasan tentang metode dakwah itu merujuk pada surat An-Nahl
ayat 125 yang berbunyi :



22

Hasannudin, Manajemen Dakwah, (Jakarta:UIN Press, 2005), cetakan pertama, h. 60.

29

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
QS. An-Nahl : 125)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa metode dakwah ada tiga hal, yaitu:
Hikmah, Mauizatul hasanah dan Mujadallah. Semua metode yang ada dalam
ilmu dakwah merupakan cabang dari ketiga metode di atas.
a.

Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan

kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan


mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya,
mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
b.

Mauizatul hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-

nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang,


sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu menyentuh hati
mereka.
c.

Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan

membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan memberikan


argumentasi dan bukti yang kuat dan tidak memberikan tekanan-tekanan
kepada madunya sehingga tidak melahirkan permusuhan nantinya.23
Namun dakwah secara umum dibagi menjadi tiga. Yaitu : dakwah bil
lisan, dakwah bil qolam, dan dakwah bil hal.

23

Mohammad. Ali Aziz, Ilmu Dakwah ( Jakarta: Prenada Media, 2001), h.122-123.

30

a. Dakwah bil lisan : secara bahasa dakwah bil lisan berarti dakwah dengan
menggunakan ucapan. Adapun secara istilah, dakwah bil lisan adalah
memanggil, menyeru ke jalan Allah SWT. Dakwah jenis ini adalah
penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan. contohnya :
1)

Metode Ceramah : Ceramah adalah suatu teknik atau metode


dakwah yang banyak diwarnai oleh karakteristik bicara seorang
dai pada suatu aktifitas dakwah.

2)

Percakapan antar pribadi : Percakapan pribadi atau individual


conference adalah percakapan bebas antara seorang dai dengan
individu-individu sebagai sasaran dakwahnya.

3)

Debat : Metode debat pada dasarnya adalah untuk mencari suatu


kebenaran dari apa yang telah diajarkan Islam secara baik dan
benar, dan bukan untuk mencari kemenangan

4)

Diskusi : Metode diskusi ini dimaksudkan untuk merangkai objek


dakwah agar berpikir dan mengeluarkan pendapatnya serta ikut
menyumbangkan

ide-ide

dalam

kemungkinan-kemungkinan

jawaban dari pemecahan masalah.


b. Dakwah bil qolam : metode dakwah ini menggunakan keterampilan tulis
menulis. Dakwah dengan metode ini mempunyai kelebihan tersendiri.
Yaitu dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama serta
jangkauannya lebih luas. Karena sebuah karya akan terus bermanfaat dan
tidak akan musnah sekalipun penulisnya telah wafat.

31

c. Dakwah Bil hal : istilah dakwah bil hal dipergunakan untuk merujuk
kegiatan dakwah melalui aksi atau tindakan atau perbuatan nyata. Metode
ini merupakan sebuah kerangka kerja kongkret dalam melaksanakan setiap
kerja dakwah dalam masyarakat, sehingga akan lebih efektif jika ditunjang
dengan konsep yang matang. Dakwah ini lebih berorientasi pada
pengembangan masyarakat.24
Dari banyak model, cara ataupun metode dakwah yang dikemukakan oleh
para ahli. Di dalamnya terdapat pula wacana tentang metode pendekatan dakwah
struktural dan kultural.
Menurut

Muhammad

Sulthon,

dakwah

dapat

dikategorisasikan

berdasarkan dua pendekatan, pendekatan struktural dan kultural. Sesuatu dapat


dikategorisasikan sebagai dakwah struktural jika betul-betul berdakwah secara
intensif mengupayakan ajaran Islam mengejawantah di struktur pemerintah.
Untuk itu, kecenderungan dakwah ini sering kali mengambil bentuk dan masuk
kedalam kekuasaan, terlibat dalam proses eksekutif, yudikatif, dan legislatif serta
bentuk-bentuk struktur sosial kenegaraan lainnya. Dengan demikian aktifitas
dakwah ini banyak memanfaatkan struktur sosial, politik, ekonomi maupun
lainnya.25
Sedangkan menurut Masnun Thahir, Islam struktural adalah pendekatan
dakwah di mana dalam pendekatan ini memandang proses islamisasi dilakukan
secara legal formal melalui struktur kelembagaan. Karena proses islamisasi ini
dilakukan secara legal formal maka untuk melakukannya membutuhkan bantuan
24
25

h.23.

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 1997), cetakan kedua, h. 34.
Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Remaja, 2003),

32

dari berbagai perangkat sturktural. Jika kita berbicara dalam tataran negara, maka
perangkat tersebut adalah parlemen.26
Sedangkan dakwah kultural diartikan sebagai dakwah yang melakukan
pendekatan

terhadap

kultur

budaya

masyarakat

atau

dakwah

dengan

memperhatikan potensi dan kecenderungan masyarakat setempat. Dalam artian


yang

luas

dakwah

kultural

dipahami

sebagai

kegiatan

dakwah

yang

memperhatikan kombinasi yang harmonis antara nilai-nilai Islam dengan


kebiasaan masyarakat. Sehingga dakwah ini dipandang dapat mengurangi
benturan-benturan saat penyebaran Islam.27 Dalam pengertian khusus, dakwah
kultural adalah kegiatan dakwah dengan memperhatikan, memperhitungkan dan
memanfaatkan adat istiadat, seni, dan budaya lokal yang tidak bertentangan
dengan ajaran Islam.
Selanjutnya yang disebut dengan Islam Kultural menurut Masnun Thahir
adalah adalah sebuah upaya pendekatan dakwah tidak melalui struktur legal
formal. Melainkan proses islamisasi secara kultural yaitu proses dakwah dengan
mengakulturasi budaya lokal. Diharapkan dengan melalui pendekataan budaya ini
akan mampu menggerakkan perubahan masyarakat (the society aimed
movement).28
Dari kedua metode pendekatan tersebut, penulis tidak mengartikan
keduanya kepada pengertian struktural sebagai sebuah pembentukan negara Islam,
26

Masnun Thahir, Tulisan Dalam Jurnal Istiqra, Nomor 01, 2007. h. 174
Syamsul Hidayat, Dakwah Kultural dan Pemurnian Ajaran Islam, (Yogyakarta: LSB
PP Muhammadiyah, 2002), h. 38
28
Masnun Thahir, Tulisan Dalam Jurnal Istiqra, Nomor 01, 2007. h. 174
27

33

dan kultural sebagai pemisah antara Islam dan politik. Ataupun mengartikan ini
dengan problematika boleh atau tidaknya Islam berpolitik.
Bahtiar Efendy mengatakan, tidak ada satu pun pengertian khusus
mengenai politik Islam atau sebaliknya. Karena masing-masing pemikir dan
pelaku tidak mempunyai satu rumusan tunggal mengenai hal tersebut yang dapat
diterima secara universal.29
Untuk itulah fokus penelitian ini adalah bagaimana melihat kiprah dakwah
seorang dai selama berkarir di lingkup birokrasi kekuasaan. Senada dengan ini,
penulis mengutip pendapat Ibnu Khaldun, bahwa dalam bermasyarakat manusia
memerlukan seorang pemimpin yang berkuasa. Dengan kekuasaan itu ia dapat
melaksanakan tugasnya dalam masyarakat secara efektif. Jika penguasa itu
mengajak kebaikan kepada jalan Allah SWT, maka pemimpin dan rakyatnya akan
sama-sama mendapatkan pahala30. Itulah alasan mengapa berdakwah dalam
lingkup kekuasaan juga menjadi penting.
5. Media Dakwah
Perkembangan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia tidak terlepas dari
berkembangnya media sebagai suatu sarana dakwah. Ayat-ayat suci Al-Quran
pada mulanya diajarkan Rasulullah kepada para sahabat dengan metode
melafalkan langsung dan menghafalkannya. Hingga pada akhirnya Khalifah
Usman bin Affan yang kemudian memerintahkan untuk mencatat Al-Quran dalam

29

Tulisan Bachtiar Efendy Pada Buku, Problematika Politik Islam, (Jakarta : PT.
Grasindo, 2002), h. 158.
30
Abu Ridha, Islam Dan Politik Mungkinkah Bersatu?, ( Bandung : Syaamil Cipta
Media, 2004), h. 130.

34

sebuah mushaf yang kemudian sering kita kenal sebagai Al-Quran yang ada
sekarang.
Media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat atau
perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian media dakwah
adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan dakwah yang telah ditentukan secara efektif.
Di zaman modern sekarang ini, dakwah semestinya menyesuaikan situasi
dan kondisi yang semakin berubah ke arah yang lebih maju. Juru dakwah dituntut
untuk semakin kreatif dan efisien dalam pelaksanaan dakwah. Tidak hanya asal
dalam melaksanakan dakwah, karena nantinya akan berdampak tidak baik
terhadap hasil dakwahnya.
Pada dasarnya, pesatnya perkembangan media massa dewasa ini
merupakan

fenomena

yang

sehat,

selama

sejalan

dengan

semangat

mengembangkan sistem komunikasi yang relevan dengan globalisasi informasi


dan komunikasi. Islam sendiri tidak melarang penggunaan teknologi informasi
sepanjang dapat meningkatkan produktivitas kesalehan sosial dan nilai dalam
upaya pengabdian seorang hamba kepada tuhannya.
Untuk itulah, disamping keberhasilan suatu dakwah itu ditentukan oleh
seorang dai, tetapi media atau sarana dakwah juga berperan penting dalam hal ini.
Jika dilihat dari sifatnya, media dakwah itu dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu:
a. Media tradisional, yaitu media dakwah yang berbentuk pertunjukan
sebuah pentas tradisi budaya yang dipentaskan di depan umum. Seperti

35

misalnya pada abad ke-15 Sunan Kalijaga menambahkan cerita-cerita


Islami dalam pertunjukan wayang kulitnya.
b. Media modern, yaitu media dakwah yang berbentuk kekinian. Seperti
media massa dan sosial media lainnya.31 Karena keduanya kini memiliki
kontribusi dan partisipasi yang sangatlah besar bagi perkembangan
dakwah

Islamiyah. Seperti

mendigitalisasi

literatur-literatur

Islam

sehingga bisa dinikmati oleh banyak pihak


6. Pengertian Birokrasi
Menurut Max Weber, birokrasi adalah suatu mekanisme sosial yang
memaksimumkan efisiensi dan juga sebagai suatu bentuk organisasi sosial yang
memiliki ciri khas. Ciri khas tersebut adalah :
a. Ada hirarki jabatan yang jelas.
b. Fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara tegas.
c. Para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak.
d. Diangkat berdasarkan kualifikasi kualitas professional.
e. Memiliki gaji dan biasanya memiliki hak-hak pensiun.
f. Terdapat suatu srtruktur karir, dan promosi dimungkinkan berdasarkan
senioritas maupun keahlian.
g. Pos jabatan adalah lapangan kerjanya sendiri atau lapangan kerja pokoknya.
h. Tunduk pada sistem dan kontrol yang seragam.32

31
32

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, ( Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.163.


Martin Albrow, Birokrasi, (Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 1989), h.83.

36

Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI), birokrasi dapat dijelaskan


menjadi dua definisi :
1. Birokrasi didefinisikan sebagai sistem pemerintahan yang dijalankan oleh
seorang pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hirarki dan
jenjang jabatan.
2. Birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai
bayaran yang tidak dipilih oleh rakyat, cara pemerintahannya dikuasai oleh
pegawai negeri dan cara kerjanya menurut aturan dan berliku-liku.33
Sedangkan menurut Prajudi Atmosudirjo, birokrasi mempunyai tiga arti.
Pertama, birokrasi adalah organisasi sekelompok pejabat-pejabat sejenis tertentu
yang bekerja sama secara ketat. Kedua, birokrasi adalah sistem atau tata kerja
kaku, impersonal, dan tidak boleh menyimpang dari peraturan yang berlaku.
Ketiga, birokrasi adalah status jabatan yang terikat pada kesepakatan kerja,
kerahasiaan dan kejujuran pada organisasi.34

33
34

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), h. 245


Asep Muslim, Reformasi Birokrasi, (Jakarta : PT. PERCA, 2008), h. 2.

BAB III
Profil Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.

A. Biografi Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.


1. Riwayat Hidup

Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM, lahir pada 12 Mei
1953 di Dusun Saradan, Kelurahan Purworejo, Kecamatan Suruh, Salatiga
Semarang. Ayahnya bernama H. Juri adalah seorang buruh tani kecil sekaligus
guru mengaji, imam masjid hingga aktif berceramah di sekitar kampung.
Sedangkan ibunya yang bernama Hj. Sofiah adalah seorang ibu rumah tangga
biasa.1
Sejak terlahir dirinya memang sudah lekat dengan lingkungan
dakwah. Bukan hanya karena ayahnya seorang kiyai kampung, tetapi juga
karena aktivitasnya sejak kecil yang sudah lekat dengan dunia pendidikan
agama. Terlebih dirinya pernah terinspirasi oleh gaya dakwah seseorang yang
bernama Kapten Tituler Jailani. Dengan pengaruh lingkungan inilah dirinya
memutuskan untuk tetap istiqomah dalam jalur dakwah hingga kini.
Riwayat pendidikan seorang Kurdi Mustofa dimulai dari Sekolah
Rakyat. Namun belum sempat lulus, dirinya sudah diterima untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) hingga

Hasil Wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Rabu. 03 Mei 2013.
Pukul 09.15

37

38

lulus pada tahun 1970. Semasa menjadi pelajar di sekolah PGA, Kurdi
Mustofa menyempatkan selalu berguru mengaji di Pondok Pesantren milik
KH. Badrudin dan Pondok Pesantren Luhur milik KH. Maimun Zubair2.
Pada tahun 1971 dirinya memutuskan untuk kuliah di Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo, Semarang. Kurdi Mustofa adalah generasi ketiga
dari sejak tebentuknya dan berdirinya Fakultas Dakwah di IAIN Walisongo.
Kurdi Mustofa menamatkan pendidikannya sebagai salah satu lulusan terbaik
sebagai Sarjana Muda pada tahun 1975. Dirinya sempat melamar untuk
menjadi dosen di almamater kampusnya, dan sempat diterima. Tetapi pada
tahun 1980, dirinya mendaftar dan mendapat panggilan untuk ikut wajib
militer. Setahun kemudian, dirinya masuk pendidikan militer di Sekolah
Perwira Militer Wajib (Sepamilwa) di Bandung, Jawa Barat. Setelah
menyelesaikan sekolahnya selama tiga bulan, akhirnya Kurdi Mustofa lulus
dengan pangkat sebagai Letnan Satu. Hingga akhirnya mendapat tugas
pertamanya di KODAM III/17 Agustus Sumatra Barat3.
2. Karir Dalam Lingkungan Birokrasi Kekuasaan
Langkahnya untuk berdakwah dalam lingkup kekuasaan tentu tidaklah
mudah, apalagi mendapat kepercayaan di lingkungan itu. Sebagai alumni
IAIN Walisongo, beliau berpikir bahwa menjadi bagian dari lingkungan
penguasa adalah strategi jitu untuk berdakwah. Karena ketika itu pilihan
2

Hasil Wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Rabu. 03
Mei 2013. Pukul 09.15
3
Hasil Wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Rabu. 03
Mei 2013. Pukul 09.15

39

seperti ini tidak semua orang bisa dan mampu melakukannya. Selain karena
pemerintah masih mencurigai umat Islam, apalagi sebagai lulusan IAIN, juga
harus melalui proses seleksi yang ketat. Baginya, dunia ketentaraan menjadi
wahana baru untuk terus berkhidmat pada nilai-nilai dakwah. Terlebih saat itu
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) memegang kendali hampir
di seluruh posisi publik dan pemerintahan.
Ia memulai karir dan profesinya sebagai seorang prajurit TNI AD
Semenjak tahun 1981 dengan pangkat Letnan Satu CAJ . mengawali tugasnya
sebagai Perwira Pembina Mental di lingkungan Kodam III/17 Agustus
Sumatra Barat mulai dari Perwira Bintal di Satuan Batalyon, Bintaldam,
hingga menjadi Kabintal Korem 032/WBR di Sumatra Barat. 4
Kemudian Kurdi Mustofa dimutasikan untuk bertugas di
lingkungan Dinas Pembinaan Mental TNI AD di Jakarta. Dia pun pernah
bertugas di Korem 011/Liliwangsa Aceh Utara untuk mengemban tugas
sebagai Advisor pada jabatan Panglima Angkatan Bersenjata Brunnei
Daarussalam untuk urusan-urusan pembinaan keagamaan.
Pada tahun 1996, Kurdi Mustofa menjadi lulusan terbaik Sesko AD
angkatan 33. Kemudian ia direkomendasikan untuk melanjutkan karir
militernya di lingkungan Sospol ABRI. Di sinilah kemudian Kurdi Mustofa
pertama kali kenal dan dekat dengan sosok SBY. Ketika itu SBY baru saja
pindah dari Pangdam II/Sriwijaya menjadi Kasospol Mabes ABRI.

Kurdi Mustofa, Dakwah Di Balik Kekuasaan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,


2012). Cet. Pertama, h 83

40

Di lingkungan Kasospol ABRI, Kurdi Mustofa menjabat sebagai


Staf Doktrin Sistem dan Metode. Tugasnya ini meliputi bidang doktriner
mindset hingga membuat pokok-pokok pikiran dalam tubuh ABRI.
Sehubungan dengan tugasnya yang banyak bergelut dengan produk tulisan
mengenai kebijakan, maka sudah tentu dirinya banyak bertemu dengan SBY
selaku pimpinan Kasospol Mabes ABRI.
Dengan munculnya embrio reformasi nasional dan jatuhnya
Presiden Suharto pada tahun 1997-1998, maka terjadi pula reformasi dalam
tubuh institusi ABRI.

Kurdi Mustofa adalah sedikit dari Perwira yang

mendapat kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses dan dinamika


reformasi internal ABRI (TNI).

Contohnya adalah, ketika dia terlibat

langsung dalam merumuskan dan menyusun pokok-pokok pikiran ABRI


tentang reformasi, paradigma baru, netralitas dan konsep-konsep lainnya
tentang reformasi ABRI. Di tahun itulah dirinya bersama Mayjen Sudi Silalahi
dan Brigjen Djoko Santoso intens bertemu dengan SBY.
Kedekatan personal dan struktural Kurdi Mustofa dengan SBY
berlanjut hingga dirinya menjadi staf di beberapa institusi yang dipimpin oleh
SBY. Seperti ketika SBY menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Menko
Polkam. Di lingkungaan Kantor Menko Polkam, Kurdi Mustofa menjabat
sebagai Asisten Deputi Politik Dalam Negeri.
Dalam Surat Keputusan Panglima TNI Nomor: Skep/200/V/2005
tanggal 25 Mei 2005, secara resmi Kurdi Mustofa diangkat menjadi Sekretaris

41

Pribadi Presiden.5 Ketika itu beliau masih berpangkat Kolonel TNI-AD,


namun setelah menjadi Sekretaris Pribadi Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, pangkatnya langsung dinaikan menjadi Brigadir Jendral.
Selain tugasnya pokoknya sebagai Sekretaris Pribadi Presiden.
Kurdi Mustofa juga sedikit banyak memberikan kontribusi pentingnya
kegiatan keagamaan bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Seperti
misalnya, mengatur jadwal kegiatan Presiden SBY agar tidak berbenturan
dengan waktu shalat, memfasilitasi komunikasi dan silaturahmi personal
antara Presiden SBY dengan para kiyai nasional, serta rutin mengadakan acara
buka puasa bersama dengan para Menteri.6
Kegiatan-kegiatan tersebut terus rutin diagendakan selama dirinya
menjabat sebagai Sekretaris Pribadi Presiden. Bahkan peran dakwahnya tidak
sampai hanya pada ranah personal dengan Presiden SBY. Tetapi dirinya juga
turut membesarkan network dan jaringan Majlis Zikir Nurussalam, pengajian
setiap malam Jumat di Masjid Istana, Safari Ramadhan Presiden, dan
mengadakan dialog antara Ulama dengan Presiden.
Menjelang Pemilu 2009, Kurdi Mustofa meminta kepada Presiden
untuk dipindahkan menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sosial.
Keputusannya ini murni untuk membantu SBY agar memenangi Pemilu 2009.

http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/id.html. Diakses pada 28 April 2013.


Pukul : 19.25
6
Hasil Wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Rabu. 03
Mei 2013. Pukul 09.15

42

Selesai Pemilu, Kurdi Mustofa kembali ke induk Organisasi Mabes


TNI sebagai Staf Ahli Panglima TNI. Kemudian dirinya pensiun dan
mengakhiri karirnya dengan pangkat Mayor Jendral (Mayjen) pada tahun
2010.
Pensiun dari militer, justru Kurdi Mustofa semakin sibuk.
Panggilan dakwahnya kembali ditemukan kembali melalui organisasi Ikatan
Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI).
Pada Muktamar Ke V IPHI di kota Palembang, Kurdi Mustofa
secara aklamasi dipercaya menjadi ketua umum IPHI periode 2010-2015.
Kurdi Mustofa beranggapan bahwa dengan terpilihnya dirinya menjadi ketua
umum organisasi persaudaraan haji ini, justru telah mengembalikan ghiroh
dakwahnya sebagai seorang mubaligh. Menurutnya para haji adalah sumber
kekuatan moral, sosial, dan ekonomi. Para haji juga dapat menjadi pilar dan
kontributor bagi pembangunan karakter bangsa.7
Kini dirinya bersama pengurus pusat IPHI lainnya mencoba
membangun dan memanfaatkan potensi yang ada pada organisasi ini.
Contohnya dengan membangun sekolah-sekolah, Rumah Sakit hingga
Perguruan Tinggi di daerah-daerah yang kesemuanya adalah hasil dari potensi
jamaah haji di Indonesia. Visinya adalah untuk memelihara kemabruran dan
misinya untuk memberdayakan umat. Visi dan Misi ini adalah modal dirinya
mengembangkan organasisasi IPHI.
7

Kurdi Mustofa, Dakwah Di Balik Kekuasaan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,


2012). Cet. Pertama. Hal-143

BAB IV
ANALISIS DAKWAH DALAM BIROKRASI:
Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.

A. Temuan Penelitian
1. Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
Terlahir di lingkungan pendakwah, Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi
Mustofa, MM menjadikan dakwah sebagai jalan hidupnya. Meskipun jalan dan
metode dakwah yang dipilihnya adalah dakwah dalam dunia birokrasi
(kekuasaan). Menurutnya, dakwah pada jalan ini lebih sesuai dengan passion yang
terdapat dalam dirinya. Salah satu alasan kecilnya adalah ia pernah terinspirasi
oleh sosok perwira militer bernama Kapten Tituler Jailani. Selain sebagai perwira
militer, Kapten Tituler Jailani juga tetap istiqomah pada jalan dakwah.
Keefektifan dakwah dalam kekuasaan adalah alasan kuat Kurdi Mustofa
memilih jalur dakwah ini. Terlebih jika dakwah yang disampaikan berhasil
memengaruhi kekuasaan. Sehingga dapat terlahir produk-produk kebijakan yang
mengarah pada kebaikan umat. Bahkan bukan hanya sebatas itu, tetapi juga dapat
mengubah image sebuah institusi menjadi lebih baik. Kurdi Mustofa
menganalogikan dakwah dalam kekuasaan seperti perbedaan seratus harimau
yang dipimpin oleh seekor domba dengan seratus domba yang dipimpin oleh

43

44

seekor harimau. Perumpamaan ini tentu saja menunjukan bahwa besarnya


pengaruh seorang pemimpin.1
Dakwah dalam birokrasi kekuasaan adalah salah satu cara mendorong
lahirnya birokrat yang memiliki komitmen dan dasar-dasar keIslaman yang kuat.
Dengan demikian, dakwah kekuasaan yang dimaksudkan di sini tentu lebih
bersifat formalistik, untuk penanaman nilai-nilai Islam yang bersifat subtantif.
Penananaman nilai-nilai keIslaman yang dibawa oleh Kurdi Mustofa ke
dalam setiap dakwahnya berupa pengaplikasian kongkrit. Artinya bahwa ia jauh
lebih mementingkan dakwah yang langsung dapat dirasakan banyak orang. Di
sinilah kemudian penulis menemukan bentuk dari kiprah dakwah Kurdi Mustofa.
Temuan-temuan tersebut penulis dapatkan melalui wawancara langsung dengan
Kurdi Mustofa serta observasi melalui buku-buku yang berkaitan dengannya.
Kiprah dakwah di dalam birokrasi yang dilakukan oleh Kurdi Mustofa
meliputi dakwahnya selama berkarir di institusi militer dan sebagai Sekretaris
Pribadi Presiden SBY periode 2004-2009. Ketika menjabat sebagai Pabintal
(Perwira Pembina Mental) di Sumatera Barat, jabatan ini berkenaan dengan
pembinaan mental serta kerohanian para prajurit. Jabatan ini juga kemudian
membawanya kepada kegiatan keagamaan yang diadakan oleh internal institusi
militer maupun di luar institusi militer Sumatera Barat.
Posisi yang dijabatnya ketika itu secara langsung atau tidak membawanya
lebih dekat dengan para komandannya. Ini dikarenakan Kurdi Mustofa juga
berperan aktif menjembatani komunikasi antara institusi militer di Sumatera Barat
1

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Rabu. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.

45

dengan warga sekitar, terutama dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan
keagamaan. Kegiatan ini diperkuat dan didukung oleh masyarakat Sumatera Barat
yang masih religius.
Salah satu fungsi dari seorang Pabintal adalah menyeleksi para caloncalon perwira militer. Di sinilah kemudian Kurdi Mustofa memanfaatkan
posisinya. Contohnya, para calon perwira militer harus bisa membaca al-Quran
dan shalat. Kegiatan seperti ini terus dijalankan secara konsisten oleh Kurdi
Mustofa di institusi militer ketika itu.
Kegiatan dakwahnya ketika itu sempat membawanya menjadi advisor
(penasihat) pada jabatan Panglima Angkatan Bersenjata Brunei Darussalam.
Bahkan sikap kontributif Kurdi Mustofa sangat diapresiasi oleh para
komandannya. Meskipun bentuk apresiasi itu baru sekadar menjadikan Kurdi
Mustofa sebagai penulis naskah-naskah pidato para komandan. Menulis naskah
pidato terus dilakukannya hingga ia berpindah tugas di lingkungan Mabes ABRI.
Di lingkungan Mabes ABRI, Kurdi Mustofa banyak bergelut dengan produkproduk gagasan dan doktrinal.
Temuan penelitian yang didapatkan oleh penulis kemudian merambah
ketika Kurdi Mustofa menjabat sebagai Sekretaris Pribadi Presiden SBY. Sebagai
Sekretaris Presiden, sudah tentu dirinya banyak mendampingi dan berdiskusi
dengan SBY. Tugas umum sebagai Sekretaris Pribadi Presiden adalah mengatur
jadwal keseharian presiden. Melalui tugas inilah dirinya mencoba memberikan
ataupun memasukan unsur-unsur ajaran Islam di lingkungan kepresidenan.
Kesempatan ini sangat dimaksimalkan Kurdi Mustofa, karena bagi Kurdi

46

Mustofa, seburuk-buruknya pemimpin, tetap saja ada jalan untuk melakukan


perubahan.
Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Kurdi Mustofa selama menjadi
birokrat tidak terbatas pada sisi-sisi dakwah tindakan langsung. Tetapi Kurdi
Mustofa juga mencoba berdakwah melalui tulisan. Ia menuangkan pokok-pokok
pikiran tentang dakwah ke dalam buku-buku yang ditulisnya. Segala kesibukan
tidak menghalangi Kurdi Mustofa untuk terus produktif menulis. Buku-buku yang
ditulis Kurdi Mustofa antara lain: Kembali ke Almamater, Mengatasi Krisis,
Menyelamatkan Reformasi (1998) , SBY dalam 5 Hari Mandat Maklumat
(2002), Visi, Aksi, dan Solusi (2007), Senandung Ribkah, Manasik dan
Manafik Haji (2010). Serta Dakwah di Balik Kekuasaan (2012), Sapu Lidi
Tidak Sebatang (2013). Bahkan beberapa kali Kurdi Mustofa juga pernah menjadi
editor buku-buku yang dikarang SBY. Seperti buku Susilo Bambang Yudhoyono
dan 20 Isu Besar serta Dua Tahun Pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono. 2
B. Analisis Temuan
1. Dakwah Struktural Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
Sesuatu dapat dikategorisasikan sebagai dakwah struktural jika betul-betul
berdakwah secara intensif mengupayakan ajaran Islam mengejawantah di struktur
pemerintah. Penulis menangkap apa yang dimaksudkan di atas bahwa dakwah
struktural adalah dakwah dengan memanfaatkan kekuatan struktur organisasi,
sehingga menjadi peluang dakwah yang potensial.
2

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.

47

Senada dengan hal di atas, penulis mendapatkan keselarasan dengan


metode pendekatan dakwah yang dilakukan oleh Kurdi Mustofa. Terutama
dengan pemahaman dan pengaplikasian Kurdi Mustofa mengenai dakwah
struktural.
Menurut Kurdi Mustofa, dalam sebuah kekuasaan negara sudah tentu
terdapat struktur institusinya. Untuk itulah diperlukan seorang dai masuk ke
dalam struktur institusi itu, Melalui struktur inilah diharapkan seorang dai bisa
lebih dekat dengan pemimpin. Sedangkan untuk masuk dan dekat dengan posisi
pimpinan kekuasaan, dibutuhkan keunggulan kapasitas dan integritas diri.
Sehingga akhirnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penyebaran dakwah
Islam.3
Keyakinannya berdakwah di lingkungan birokrasi kekuasaan ketika itu
ternyata menguntungkan secara politis. Politis di sini tidak diartikan sebagai
politik partai. Akan tetapi keuntungan politis di sini adalah keuntungan berkaitan
dengan seni memengaruhi kebijakan, sehingga dapat memasukan unsur atau nilainilai ke Islaman. Seperti halnya ketika Kurdi Mustofa berkarir di lingkungan
militer.
Mengawali karir militer sebagai Perwira Pembina Mental (Pabintal) di
daerah Sumatra Barat adalah keuntungan baginya. Kurdi Mustofa menilai
masyarakat Sumatra Barat adalah masyarakat yang religius. Sehingga dirinya bisa

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.

48

dengan mudah mengemban tugas-tugas sebagai perwira sekaligus sebagai juru


dakwah. Hingga para komandan menyebut dirinya dengan istilah Perwira Santri.4
Selama menjabat sebagai Pabintal di lingkungan militer Sumatra Barat.
Tentu dirinya banyak bergelut dalam usaha-usaha pembinaan mental para prajurit
tentara. Terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan kerohanian. Dengan
kekuatan struktur institusi inilah dirinya bisa leluasa berdakwah di dalam maupun
luar institusi militer.
Kekuatan struktur juga membawanya ke dalam banyak tugas yang
berurusan dengan kerja-kerja menjembatani komunikasi antara para komandan
dengan tokoh masyarakat di Sumatra Barat. Hingga pernah lahir istilah ABRI
Manunggal Sakato atau ABRI Manunggal Rakyat. Istilah ini adalah penyebutan
bahwa institusi ABRI di wilayah Sumatra Barat berbaur dengan rakyat atau istilah
lain menyebutnya dengan ABRI masuk desa.5
Contohnya, ABRI di Sumatra Barat ketika itu selalu mengundang tokoh
masyarakat untuk hadir pada beberapa acara yang diadakan oleh institusi ABRI.
Kegiatan silaturahmi ini terus dikonsistensikan hingga akhirnya masyarakat juga
bersikap seperti itu. Momen-momen seperti inilah yang dimanfaatkan oleh Kurdi
Mustofa untuk sekaligus tampil sebagai penceramah agama, ataupun sedikitnya
dirinya berkontribusi menulis naskah sambutan keagamaan seorang Komandan.

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
5
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.

49

Hal seperti ini membuat suasana dakwah dengan Komandan menjadi cair dan
mudah dijalankan.6
Kontribusi dan kedekatan personal dengan Komandan ABRI di wilayah
Sumatra Barat membawanya selalu terpilih dalam penugasan operasi-operasi
bersama pasukan lainnya. Terutama penugasan yang berhubungan dengan hal
keagamaan. Bahkan ketika ditugaskan sebagai advisor pada jabatan Panglima
Angkatan Bersenjata Brunei Darussalam, khususnya pada urusan-urusan
keagamaan.
Berdakwah dalam dunia militer ketika itu memiliki kesan yang berbeda.
Di samping memperbaiki citra institusi ABRI di mata masyarakat, juga berfungsi
untuk menanamkan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin bagi para komandan dan
perwiranya. Pada akhirnya ajaran Islam bukanlah hal yang berat bagi lingkungan
militer.
Pendekatan dakwah struktural tidak hanya dilakukan oleh Kurdi Mustofa
di lingkup militer. Tetapi dirinya juga memanfatkan pendekatan dakwah tersebut
kepada institusi-institusi lain yang digelutinya. Meski

diakuinya kontribusi

dakwah birokrasi pada institusi lain sangatlah minim. Hal ini dikarenakan
karirnya yang pendek dibandingkan dengan karir panjangnya di militer dan
sebagai Sekretaris Pribadi Presiden SBY.
Posisinya sebagai Sekretaris Pribadi Presiden mempunyai nilai tambah dan
memungkinkan Kurdi Mustofa untuk memasukan unsur-unsur dakwah dalam
setiap kegiatan presiden. Sehingga dirnya betul-betul memanfaatkan kedekatan
6

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.

50

struktural ini. Hal ini tercermin pada tugas pokok dirinya sebagai Sekretaris
Pribadi Presiden. Contohnya selalu mengatur jadwal kegiatan kepresidenan yang
tidak mengganggu jadwal sholat lima waktu, membuat konsep dan naskah pidato
keagamaan, membuat jadwal pertemuan dan silaturahmi dengan para ulama,
membuat dan merencanakan acara keagamaan di lingkungan Istana Negara,
membiasakan menyambut kedatangan kunjungan presiden dengan iringan hadroh,
dan menjadwalkan berbuka puasa bersama para Menteri Kabinet secara rutin.
Contoh di atas adalah cerminan dari Pemanfaatan Struktur Institusi sebagai media
menyampaikan dakwah yang efektif. 7
Dengan memanfaatkan kekuatan struktur institusi kekuasaan. Maka
sebenarnya seorang pejuang dakwah akan lebih mudah untuk berdakwah ke dalam
institusi lainnya. Terlebih mendakwahi kekuatan struktur institusi bawahannya.
Jika metode ini berhasil, bukan mustahil akan terjadi model dakwah antar
institusi.
2. Dakwah Kultural Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
Dakwah melalui pendekatan kultural adalah dakwah yang mempunyai
prinsip lebih menekankan pendekatan Islam secara kultural. Artinya bahwa
dakwah kultural sangat akomodatif terhadap nilai budaya tertentu secara inovatif
dan kreatif tanpa menghilangkan sisi substansial keagamaan yang benar. Hal ini
selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kurdi Mustofa. Menurutnya,
dakwah kultural adalah pendekatan dakwah pada ranah personal, mindset dan

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.

51

kebiasaan.8 Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah opini seseorang tentang


ajaran agama Islam ke arah yang lebih baik dan benar. Hingga akhirnya opini
tersebut menjadi lebih terpola dan menjadi kebiasaan seseorang.
Pada pendekatan kultural seperti ini, dibutuhkan kekuatan komunikasi
persuasi. Agar pesan yang disampaikan memiliki daya tarik, baik yang rasional
maupun emosional.

Menurut Kurdi Mustofa ini penting, karena dapat

memengaruhi orang lain untuk mempertimbangkan perubahan perilaku atau sikap.


Ketika Kurdi Mustofa menjadi bagian dari lingkungan birokrasi militer.
Dirinya lebih banyak berkecimpung dengan hal yang bersifat produk-produk
gagasan, pemikiran hingga administrasi. Untuk itulah ia mempunyai banyak
hubungan kultural personal dengan para petinggi ABRI ketika itu.
Saat pindah tugas ke lingkungan Markas Besar TNI-AD, Dirinya ditunjuk
sebagai salah satu penulis naskah pidato pimpinan TNI. Peluang tersebut
dimanfaatkannya untuk memuat bahasa-bahasa agama dalam naskah ataupun
sebagai bahasa harian pimpinan TNI. Meskipun awalnya memang terjadi
penolakan, tetapi seiring dengan semakin kuatnya hubungan personal dirinya
dengan pimpinan, maka akhirnya bahasa-bahasa agama yang disodorkan Kurdi
Mustofa dapat diterima.9
Sikap dakwah akomodatif dan adaptif yang dilakukan oleh Kurdi Mustofa
terbukti berjalan baik. Misalkan, Kurdi Mustofa suatu saat pernah memberikan
nasihat pelarangan kepada salah satu komandannya yang ketika itu sering dan

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
9
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.

52

banyak menerima uang hasil Sumbangan Dana Sosial Berhadiah (SDSB). Dia
menuturkan kepada komandannya bahwa uang tersebut adalah haram hukumnya,
dan jangan sampai dimakan. Ketika itu pula uang tersebut diserahkan kepada
Kurdi Mustofa, lalu dengan inisitifnya, uang tersebut digunakan untuk
membangun sebuah masjid.10
Kekuatan pendekatan kultural juga dimanfaatkannya semenjak menjadi
Sekretaris Pribadi Presiden SBY. Kurdi Mustofa banyak menghabiskan waktunya
mendampingi kegiatan Presiden. Di sela padatnya kegiatan tersebut, Kurdi
Mustofabersama Presiden SBY banyak melakukan diskusi-diskusi personal
mengenai ajaran-ajaran agama Islam. Secara tidak langsung ia menjadi teman
diskusi dan penasihat keagamaan Presiden SBY.
Kurdi Mustofa menyebut pendektan ini sebagai metode dakwah kultural
personal. Karena dakwah yang dibangunnya tidak sebatas hubungan struktural
saja, tapi juga personal-emosional. Hingga akhirnya madu sedikit banyak
mempunyai ketergantungan personal dengan dirinya, terutama persoalan agama.
Contohnya adalah, dirinya selalu meyakinkan kepada Presiden SBY agar selalu
care dengan para ulama, meyakinkan presiden agar selalu menjadi imam sholat
berjamaaah bersama para pembantu presiden, dan meyakinkan presiden akan
pentingnya mengadakan dan mengikuti kegiatan yang berdimensi spiritual
keIslaman.11

10

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
11
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.

53

Adapun kiprah dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM di


lingkungan birokrasi kekuasaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

3. Dakwah Bil Lisan


Dalam tataran praktisnya, dakwah bil lisan adalah dakwah melalui
perantara perkataan. Seperti ceramah, tausiyah, mengajar, dan diskusi. Dakwah bil
lisan juga tidak luput dari salah satu cara penyampaian dakwah yang dilakukan
oleh Kurdi Mustofa di dalam birokrasi. Sekalipun model dakwah ini sedikit
dikuranginya semenjak menjadi Sekretaris Pribadi Presiden. Di antara dakwah bil
lisan yang dilakukannya adalah :
a. Ceramah dan Talim:
Ketika berkarir di dunia militer, Kurdi Mustofa selalu aktif berceramah
maupun mengisi pengajian-pengajian di dalam maupun di luar institusi ABRI.
Bahkan dirinya sempat menjadi salah satu khotib Jumat tetap di institusi ABRI.
12

Di sela kesibukannya sebagai Sekretaris Pribadi Presiden SBY, Kurdi


Mustofa masih menyempatkan dirinya untuk memberikan ceramah di beberapa
tempat. Seperti pada tahun 2006-2008, ia aktif berceramah di stasiun televisi
swasta. Mengisi acara Senandung Ribkah (Magrib Berkah) pada bulan
ramadhan di stasiun Televisi TPI, mengisi acara Mimbar Agama Islam di TPI,
dan mengisi acara Sentuhan Sanubari dan Mimbar Nurussalam di TVRI. 13 Kini

12

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
13
Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.

54

setelah tidak lagi berkarir di dunia birokrasi. Dirinya tetap aktif mengisi dan
mengasuh acara di televisi. Seperti, menjadi salah satu narasumber di Radio
Republik Indonesia (RRI). Kurdi Mustofa juga mengasuh talim bulanan di
beberapa masjid. Termasuk talim bagi warga sekitar yang diadakan di musolah
yang berada di halaman rumahnya.14
b. Khutbah Jumat :
Hingga saat ini Kurdi Mustofa menjadi salah satu Khotib Jumat di Masjid
Istiqlal dan di beberapa masjid lainnya.

4. Dakwah Bil Qolam (Kitabah)


Dakwah melalui media tulisan atau sering kita sebut dengan dakwah bil
qolam merupakan salah satu metode dalam penyampaian pesan-pesan dakwah
yang efektif kepada madu. Pernyataan tadi tentu diperkuat dengan melihat animo
masyarakat yang mulai menyukai buku sebagai sumber ilmu dan pengetahuan.
Untuk itulah di tengah kesibukannya sebagai dai dan birokrat, Kurdi Mustofa
tetap produktif menghasilkan karya-karya ilmiah yang dibukukan.
Di antara karyanya terdapat buku umum maupun buku-buku yang
berkenaan tentang dakwah Islam. Buku umum yang ditulis oleh Kurdi Mustofa di
antaranya adalah: Kembali ke Almamater, Mengatasi Krisis, Menyelamatkan
Reformasi (1998) , SBY dalam 5 Hari Mandat Maklumat (2002), Visi, Aksi,
dan Solusi (2007). Sedangkan buku-buku mengenai dakwah Islam di antaranya

14

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.

55

adalah: Senandung Ribkah, Manasik dan Manafik Haji (2010), Dakwah di


Balik Kekuasaan (2012), serta Sapu Lidi Tidak Sebatang (2013). Bahkan
beberapa kali Kurdi Mustofa juga pernah menjadi editor buku-buku yang ditulis
SBY. Seperti buku Susilo Bambang Yudhoyono dan 20 Isu Besar serta Dua
Tahun Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. 15
Dirinya berujar akan mengarang dan menerbitkan buku setiap tahunnya.
Karena baginya dakwah melalui tulisan pun pasti akan sangat berharga nilainya.
Karena melalui tulisanlah materi atau ilmu dapat menembus waktu dan bersifat
abadi.
5. Dakwah Bil Hal
Dakwah bil hal pada hakikatnya adalah metode dakwah yang mengacu
pada dakwah dalam bentuk tindakan nyata, keteladanan, bersifat pemecahan
masalah tertentu dalam dimensi ruang dan waktu tertentu. Karena itu metode
dakwah bil hal ini lebih diorientasikan kepada kebutuhan nyata masyarakat dan
personal terutama yang bersifat fisik atau nampak.
Dengan demikian

metode dakwah ini berarti metode yang menaruh

perhatian yang lebih besar terhadap masalah kemasyarakatan. Metode ini bisa
berjalan lebih efektif apabila seorang dai bisa masuk ke dalam struktur sosial
yang ada dan berpengaruh. Sehingga dengan itulah, dakwah Islam di harapkan
berjalan dengan sangat baik.
Bagi Kurdi Mustofa, dakwah bil hal ini dinilai sebagai metode dakwah
yang paling efektif. Karena menurutnya dakwah dengan tindakan nyata adalah
15

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.

56

sebuah tanggung jawab moral yang diwajibkan kepada setiap orang Islam.
Terlebih ketika sebuah profesi pekerjaan juga dijadikan sebagai sumber
berkembangnya dakwah Islam.16 Alasannya tentu mudah sekali, dalam lingkup
sebuah pekerjaan tentu diisi oleh banyak orang dengan berbagai latar belakang
kehidupan yang berbeda. Ada pimpinan, karyawan laki-laki maupun perempuan,
dan bidang-bidang yang beda. Perbedaan seperti itulah yang harus dimanfaatkan
dengan baik sebagai lahan dakwah. Terlebih bisa memengaruhi atau
mendakwahkan Islam dengan baik terhadap pemimpin. Dakwah model seperti ini
dinilai sebagai dakwah yang adaptif dan kontekstual.
Pentingnya dakwah Islam kepada pemimpin atau penguasa dapat
digambarkan pada kisah Nabi Muhammad SAW yang menyerukan dan mengajak
seorang Heraklius Raja Agung Romawi untuk masuk Islam. Ketika itu, Nabi
Muhammad menulis surat yang isinya : Bismillahirrahmanirrahim. Dari
Muhammad Rasulullah untuk Heraklius Raja Agung Romawi. Keselamatan atas
orang yang mengikuti petunjuk. Amma badu. Sesungguhnya aku mengajakmu
dengan dakwah Islam. Masuk Islamlah, engkau akan selamat. Allah akan
memberimu pahala dua kali. Tetapi jika engkau berpaling, maka engkau berdosa
seperti dosanya orang-orang Aris (Al-arisiyyin).17
Menentukan dan memutuskan sebuah kebijakan yang pro umat adalah
wujud dari definisi dakwah bil hal. Untuk itulah mengapa Kurdi Mustofa
menganggap bahwa dakwah bil hal adalah metode dakwah yang relevan dengan
16

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.
17
Syarifudin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2008), cet. I, hal.127.

57

kebutuhan masyarakat Indonesia saat ini. Terlepas dari pentingnya metode


dakwah lain.
Beberapa contoh dakwah bil hal yang dilakukan Kurdi Mustofa selama
menjabat sebagai Perwira Pembina Mental bidang Kerohanian. Pertama,
mewajibkan pelaksanaan tes pengetahuan agama kepada prajurit yang ingin
menikah. Pengetahuan agama di sini meliputi tes membaca al-Quran dan shalat.
Kedua, memberalakukan tes membaca al-Quran dan shalat kepada calon taruna
Akabri (Akmil) yang beragama Islam.

Ketiga,

melaksanakan latihan shalat

sehabis upacara pagi bagi perwira yang beragama Islam.


Wujud dakwah bil hal juga dilakukannya ketika dirinya dipercaya menjadi
Sekretaris Pribadi Presiden SBY. Hal ini dijadikan momentum penting dalam
perjalanan karir dakwahnya. Karena tentu dengan akses kedekatan langsung
dengan seorang pemimpin, terlebih seorang presiden. Kurdi Mustofa bisa dengan
mudah memberikan ide atau gagasan-gagasan penting untuk presiden.18
Dengan kesempatan sangat baik ini, dirinya terus mengupayakan
memasukan unsur-unsur dakwah atau bahasa agama yang dituangkan dalam
gagasannya. Menurutnya, akan banyak sekali kebaikan jika pemimpin atau
birokrat yang saleh memimpin pemerintahan.
Selama Kurdi Mustofa menjabat sebagai Sekretaris Pribadi Presiden., ia
sedikit banyak memberikan gagasan, membina hingga ditunjuk oleh Presiden
untuk membangun komunikasi yang baik terhadap masyarakat Indonesia yang
mayoritas adalah muslim.
18

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Rabu. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.

58

Kurdi Mustofa pernah memberikan gagasan kepada Presiden SBY untuk


memberikan himbauan kepada Kementrian Agama agar mengaudit dan mendata
total uang sedekah jumat seluruh masjid di Indonesia dan perintah untuk
menguatkan kewajiban zakat. Inti dari gagasan ini adalah semata-mata untuk
mengetahui tolak ukur tingkat kesejahtraan rakyat Indonesia, khususnya yang
beragama Islam. Agar kemudian pemerintah dapat lebih sensitif dengan
kesejahteraan rakyat.
Kontribusinya ini dianggap sebagai bagian dari dakwah bil hal. Karena
menurutnya, esensi dari dakwah adalah sebuah perubahan. Yaitu mengubah pola
pikir dan kebiasaan pemimpin sehingga lahirlah kebijakan-kebijakan yang
membawa kemaslahatan umat.
Terlepas dari diterima dan tidaknya gagasan-gagasan tersebut, setidaknya
Kurdi Mustofa telah memberikan manfaat penanaman nilai-nilai keagamaan
kepada Presiden SBY. Kurdi Mustofa juga berharap SBY dapat menentukan
kebijakan yang sesuai dengan harapan rakyatnya. Tapi menurutnya, selama ini
Presiden SBY selalu merespon baik gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh
Kurdi Mustofa. Salah satu parameternya adalah, banyak kegiatan keagamaan yang
diselenggarakan oleh pemerintah. jika dulunya hanya memperingati kegiatan
Maulid Nabi Muhammad SAW, namun kini Istana mulai menyelenggarakan
malam Nuzulul Quran, Isra Miraj dan pengajian malam Jumat. Jika dilihat dari
sisi politik, masyarakat masih menyukai dan menilai SBY sebagai tokoh yang
agamis. Sehingga SBY dapat terpilih kembali menjadi Presiden Indonesia pada

59

pemilu 2009. Tapi baginya mensyiarkan nilai-nilai luhur keIslaman jauh lebih
penting dari sekedar membuat citra baik pemerintah.19

B. Materi Dakwah Yang Disampaikan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi


Mustofa, MM.
Materi yang disampaikan tidak lain adalah al-Islam yang bersumber dari
al-Quran dan As-Sunnah sebagai sumber utama rujukan yang kemudian
dikorelasikan ke dalam masalah-masalah kontemporer. Mendakwahkan Islam
dikalangan penguasa tentu saja berbeda dengan berdakwah di masyarakat biasa.
Materi-materi tersebut adalah :
a. Materi dakwah disesuaikan dengan kebiasaan dan sikap penerima dakwah.
b. Materi dakwah yang dibawakan oleh Kurdi Mustofa menyangkut kearifan
nilai-nilai Islam.
c. Materi dakwah yang disampaikan oleh Kurdi Mustofa menjelaskan
cerminan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin.
d. Materi dakwah Kurdi Mustofa juga mencakup sejarah hidup para nabi,
sahabat nabi, para ulama yang baik dan para tokoh pemimpin yang bisa
menginspirasi para pemimpin yang didakwahi.
Dalam penyampaian materi yang akan disampaikan kepada pemimpin,
Kurdi Mustofa menggunakan cara berdakwah dengan hikmah. Artinya adalah

19

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.

60

dirinya mempersiapkan dalil-dalil yang ada relevansinya dengan kebutuhan


seorang pemimpin. Sehingga pemimpin sebagai madu

tidak sampai merasa

digurui, terpaksa bahkan berkeberatan.


Banyak hal yang bisa dilakukan seorang muslim untuk menyebarkan
ajaran agama Islam. Agar ajaran-ajaran tersebut bisa sampai ke seluruh relung
kehidupan manusia. Karena hakikatnya semua manusia pasti membenarkan suatu
kebenaran dan kebaikan. Tinggal bagaimana seorang muslim dapat cerdas
memanfaatkan berbagai momentum yang baik. termasuk berdakwah dengan
memanfaatkan profesi.
Berdakwah dengan memanfaatkan profesi pekerjaan akan memberikan
nilai-nilai positif bagi seorang juru dakwah. Nilai-nilai positif tersebut meliputi
perwujudan pelaksanaan kewajiban berdakwah bagi seorang muslim dan sebagai
penyadaran kepada muslim yang lainnya untuk melaksanakan dakwah dalam
bidang yang digelutinya.

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H.


Kurdi Mustofa, MM.
Bentuk keberhasilan dan kegagalan pada setiap manusia ataupun suatu
organisasi dalam mensyiarkan agama Islam sangatlah beragam. Bentuk-bentuk
tersebut tentunya tidak terlepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat.
Begitu juga dengan yang dihadapi oleh

Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi

Mustofa, MM dalam melaksanakan syiar Islam di kalangan birokrat.


Adapun faktor pendukung keberhasilan dakwah dirinya antara lain ;

61

1. Moto hidupnya adalah berdakwah.


2. Kepribadian yang baik dan sikap istiqomahnya dalam bekerja dan
berdakwah.
3. Memiliki kapasitas, kualitas dan integritas diri yang baik sebagai birokrat
yang soleh.
4. Memiliki komunikasi yang baik terhadap pimpinan maupun bawahan.
5. Adanya respon yang baik dari setiap gagasan atau sikap kontributif yang
disampaikan kepada pimpinan.20
Keberhasilan dan kesuksesan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa,
MM dalam menyebarkan nilai-nilai ke Islaman ini karena ada tekad dan usaha
besar yang dilakukannya. Kemudian keberhasilan tersebut juga ditunjang dengan
sebuah jalan dakwah yang ditunjukan Allah SWT kepadanya. Jalan dakwah
tersebut berupa gerakan dakwahnya di lingkungan kekuasaan. Untuk itulah jalan
ini dimanfaatkan sebagai sarana dan prasarana penunjang perjuangan dakwahnya.
Setiap fase perjalanan kesuksesan manusia tidak terlepas dari lika-liku
cobaan dan tantangan yang dihadapi. Namun pribadi yang sukses adalah pribadi
yang pandai memanfaatkan cobaan dan tantangan tersebut menjadi sebuah
peluang besar. Demikian pula dengan kiprah dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H.
Kurdi Mustofa, MM.
Menurutnya, berdakwah dalam lingkup kekuasaan itu bagaikan dua mata
pisau. Jika penyampaian dakwahnya sukses, maka sedikit banyak pesan yang
disampaikan akan dijadikan pertimbangan sebagai sebuah produk kebijakan yang
20

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.

62

pro umat. Tapi jika gagal, maka menurutnya seorang dai tidak ubahnya dianggap
seperti tukang doa saja, dan dipandang sebelah mata oleh elit kekuasaan. Utnuk
itulah diperlukan kapasitas, kualitas dan integritas diri yang baik.21
Adapun hambatan yang ditemui oleh dirinya selama berdakwah dalam
kekuasaan adalah kekuatan struktural. Dalam dunia birokrasi tentu terdapat
struktur dari atasan hingga bawahan, struktur-struktur itulah yang sedikit banyak
mengganggu proses penyampaian dakwahnya. Hambatan ini sempat ditemuinya
di awal karirnya.

Hambatan lainnya adalah masih banyaknya birokrat yang

memandang sebelah mata seorang dai. Untuk itulah, menurutnya seorang dai
juga harus mempunyai kapasitas dan kualitas keilmuan yang luas, serta
mempunyai integritas ataupun dedikasi yang tinggi dalam semua aspek
kehidupan.

21

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM. Jumat. 03
Mei 2013. Pukul 09.15.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada bab ini penulis akan menuliskan kesimpulan dari uraian mengenai
kiprah dakwah dalam birokrasi Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
kemudian setelah itu penulis juga akan memberikan beberapa saran yang kiranya
bisa bermanfaat dalam rangka kemajuan dakwah Islam. Sehingga nilai-nilai luhur
ajaran Islam dapat mengejawantah bagi seluruh umat manusia.
Dari uraian dan penjelasan yang terdapat pada bab empat, maka
kesimpulan dapat diklasifikasikann secara garis besar menjadi berikut :
1. Kiprah dakwah dalam birokrasi Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi
Mustofa, MM menggunakan dua metode pendekatan dakwah. Pertama,
pendekatan struktural. Yakni pendekatan dakwah yang memanfaatkan
kekuatan struktur pada sebuah birokrasi atau institusi yang digelutinya.
Kedua, pendekatan kultural. Yakni pendekatan dakwah pada ranah
kekuatan emosional personal, mindset dan kebiasaan. Pendekatan kultural
ini lebih ditekankan untuk mendakwahi para elit birokrat. Pendekatanpendekatan inilah yang kemudian dilakukan oleh Kurdi Mustofa ketika
berdakwah disekeliling para elit penguasa atau pimpinan birokrasi.
2. Sedangkan jika diklasifikasikan, maka kiprah dakwah Mayjen TNI (Purn)
Drs. H. Kurdi Mustofa, MM dalam birokrasi dibagi menjadi tiga bagian.
Pertama, dakwah bil lisan. Dakwah bil lisan yang dilakukannya meliputi

63

64

ceramah agama, membangun dan membina majlis pengajian, serta menjadi


pengisi acara dibeberapa program televisi swasta maupun negara. Kedua,
dakwah bil kitabah. Selama berkarir di dalam birokrasi pemerintahan,
beliau masih tetap aktif menulis buku-buku agama maupun umum. Ketiga,
dakwah bil hal. Dalam hal ini, beliau menekankan pada hal pemberian ide,
gagasan

maupun

tindakan

kongkrit.

Ide

dan

gagasan

tersebut

diejawantahkan ke dalam kegiatan presiden.

B. Saran
Saran-saran yang bisa penulis sampaikan dalam rangka pertukaran ilmu
pengetahuan khususnya hal yang berkenaan dengan dakwah, dan semata-mata
untuk kemajuan dakwah Islam saat ini serta yang akan datang adalah sebagai
berikut :
1. Dalam rangka peningkatan mutu dakwah Islam di Indonesia khususnya.
Sebaiknya para dai terlebih dahulu meneguhkan hati untuk ikhlas
berdakwah. Kemudian setelah itu barulah para dai meningkatkan
kapasitas, kualitas dan integritas diri yang baik.
2. Sehubungan dengan luasnya objek dakwah. Maka menjadikan profesi
sebagai lahan dakwah adalah hal yang tepat. Sebagaimana yang dilakukan
oleh Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.
3. Pemahaman mengenai pendekatan dakwah struktural dan kultural agar
tidak dipahami secara ajeg bahkan terpisah. Artinya bahwa tidak ada

65

istilah mana yang lebih efektif dari keduanya. Karena kedua pendekatan
tersebut dapat berjalan harmonis berdampingan.
4. Sebagai seorang muslim, selayaknya kita senantiasa memberikan
sumbangsih atau manfaat bagi keberlangsungan syiar Islam. Sumbangsih
tersebut bisa meliputi amal perbuatan yang baik, pemikiran hingga
pandangan yang visioner demi kemajuan umat Islam.
5. Sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, selayaknya
pula kita lebih mendalami dan mempelajari kedua disiplin ilmu tersebut.
Karena bagaimana pun juga kita akan bertanggung jawab dengan
pengetahuan dua disiplin ilmu tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Amrullah. Dakwah Islam dan Perubaahan Sosial. Yogyakarta: Prima


Duta Yogyakarta, 1983.
Albrow, Martin. Birokrasi. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 1989.
Al-Qahthani, Said. Menjadi Dai Yang Sukses. Jakarta : Qitshi Press, 2005.
Arifin, H.M. Psikologi Dakwah. Jakarta : Bumi Aksara, 2000.
Aziz, Muhammad Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2004.
Efendy, Bachtiar. Tulisan Pada Buku, Problematika Politik Islam. Jakarta : PT.
Grasindo, 2002.
Hidayat, Syamsul. Dakwah Kultural dan Pemurnian Ajaran Islam. Yogyakarta:
LSB PP Muhammadiyah, 2002.
Hisyam, Usamah. Sepanjang Jalan Dakwah Tifatul Sembiring. Jakarta :
Dharmapena Citra Media, 2012.
Husin Al Munawwar, Said Agil. Kata Sambutan Dalam Buku Metode Dakwah
Karangan Himpunan Rahmat Semesta. Jakarta : Prenada Media, 2003.
Jurdi, Syarifudin. Pemikiran Politik Islam Indonesia. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2008.
LDNU, PP. Potret Gerakan Dakwah NU . Jakarta: PP LDNU Publishing, 2007.
Machfoed, A. Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya. Jakarta: PT.
Bulan Bintang, 2004.

66

67

Muhaimin, Yahya. Dakwah Islam dan Partisipasi Politik . Yogyakarta : Prima


Duta, 1983.
Munir, M. Metode Dakwah. Jakarta : Prenada Media, 1997.
Muslim, Asep. Reformasi Birokrasi. Jakarta : PT. PERCA, 2008.
Mustofa, Kurdi. Dakwah Di Balik Kekuasaan . Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2012.
Moeloeng, Lexj. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2005.
Ms, Wahyu. Petunjuk Praktis Membuat Skripsi . Surabaya : Usaha Nasional, h. 42
Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Al-Quran. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2008.
Natsir, M. Fiqhud Dakwah. Jakarta, Dewan Islamiyah Indonesia. 1990.
Nasution, S. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2002.
Omar, H.M. Toha Yahya. Islam dan Dakwah. Jakarta: PT. AL Mawardi Prima,
2004.
Purwodarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
1976.
Rahmat, Jalaludin. Metode

Penelitian Komunikasi.

Bandung :PT Remaja

Rosdakarya , 2005.
Ridha, Abu. Islam Dan Politik Mungkinkah Bersatu ?. Bandung : Syaamil Cipta
Media, 2004.
Ridwan, Kafrawi. Metode Dakwah Dalam Menghadapi Masa Depan. Jakarta,
PT. Golden Terayon Press, 1987.
Semesta, Himpunan Rahmat. Metode Dakwah. Jakarta : Prenada Media, 2003.

68

Suhartono, Irwan. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,


2000.
Sulthon, Muhammad. Desain Ilmu Dakwah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003.
Surya, Djumhur Moh. Bimbingaan dan Penyuluhan.

Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1975.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka, 2005.
Thahir, Masnun, Tulisan Dalam Jurnal Istiqra, Nomor 01, 2007. h. 174
Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan
Penafsiran Al-Quran, 1996.
Zaidillah, Al-Wisral Imam. Stategi Dakwah. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

INTERNET
www.iphi.web.id, Sabtu 27 April 2013, 19:21
http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/id.html 28 April 2013. Pukul :
19.25
http://Wikipedia.co.id. 21 Maret 2013. Pukul 08.14

Penulis bersama Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM

Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM bersama Presiden SBY beserta kolega di Istana Negara

Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM bersama Presiden SBY di Cikeas

Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM

Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM

1. Bisakah bapak menceritakan riwayat perjalan hudup bapak ?


Saya lahir di Dusun Saradan, Kelurahan Purworejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten
Semarang. Nama orang tua saya adalah bapak H. Juri dan Ibu Hj. Sofiah. Ketika itu orang
tua saya berprofesi sebagai buruh tani sekaligus guru mengaji, imam masjid dan aktif
berceramah di kampung. Pendidikan saya di mulai dari sekolah rakyat pada pagi hari, lalu
sore hingga malam harinya saya memilih sekolah Madrasah Ibtidaiyah dan mondok di
pesantren milik Kiyai Badrudin. Tahun 1965 saya masuk sekolah Pendidikan Guru Agama
(PGA), hingga lulus pada tahun 1970. Saya pun sempat mengaji di pesantren milik Kiyai
Maimun Zubair pada tahun yang sama. Tahun 1971 saya memilih untuk masuk Fakultas
Dakwah di IAIN Walisongo Semarang, dan lulus pada tahun tahun 1975. Saya sempat
melamar menjadi dosen dan diterima. Akan tetapi ketika itu saya juga mendapat panggilan
untuk wajib militer pada tahun 1980. Setahun kemudian saya masuk pendidikan militer di
Sepamilwa ABRI (Sekolah Perwira Militer Wajib) di Bandung. Penugasan pertama saya
sebagai tentara Letnan Satu adalah di tempatkannya saya di KODAM III /17 Agustus
Sumatra Barat.
2. Apakah bapak terlahir dari lingkungan yang agamis atau pendakwah ?
Saya memang terlahir dari lingkungan pendakwah. Karena ketika itu bapak saya juga
sebagai guru mengaji, penceramah dan imam masjid di lingkungan saya. Terlebih ketika
saya masuki pesantren hingga kuliah di Fakultas Dakwah IAIN. Jadi kemudian, dapat
dikatakan bahwa saya memang terlahir dan besar di lingkungan dakwah.
3. Tepatnya sejak kapan bapak terjun ke dunia dakwah Islam ?
Saya memulai berdakwah sejak duduk di sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) dengan
berdakwah kecil-kecilan. Kemudian dakwah saya berlanjut ketika saya menjadi guru
agama honorer sekaligus masih berstatus mahasiswa. Bahkan ketika itu saya sempat di
ajak untuk membangun dan mengurus sekolah agama serta mengisi talim pengajian di

beberapa tempat. Sekitar tahun 1974-1979 saya sudah menjadi aktivis Partai PPP, karena
ketika itu PPP adalah partai Islam satu-satunya.
4. Apa yang memotivasi bapak untuk berdakwah ?
Yang memotivasi dan menginspirasi saya untuk berdakwah pertama kali adalah bapak
saya. Karena saya tau ketika itu bapak saya hanya sebagai buruh tani kecil yang juga
sibuk untuk berdakwah. Jadi saya termotivasi untuk ikut berdakwah. Selain bapak,
kemudian saya juga terinspirasi oleh seseorang yang bernama Kapten Tituler Jailani.
Ketika itu beliau adalah seorang militer yang juga mahir dalam berceramah.
5. Apa alasan bapak memilih dunia birokrasi atau kekuasaan sebagai lahan dakwah ? lalu apa
kendala dan hasilnya ?
Alasan saya adalah karena selain saya lulus tes pendidikan militer ketika itu, juga saya
melihat betapa efektifnya berdakwah di lingkungan kekuasaan yang hakikatnya sebagai
penentu kebijakan publik. Jadi, jika kita dapat memengaruhi pimpinan hingga mempunyai
tingkat relegiusitas yang baik, maka dampak ke bawahnya juga semakin dahsyat. Saya
menganalogikan dengan saya tidak takut dengan seratus harimau yang dipimpin oleh
seekor domba, tetapi saya takut jika ada seratus domba yang dipimpin oleh seekor
harimau.
Kendala dakwah dalam birokrasi atau kekuasaan adalah kapasitas

dan integritas

personal kita. Terkadang tidak semua pimpinan dapat melihat potensi dalam diri kita.
Bahkan banyak pimpinan yang menganngap sebelah mata terhadap orang yang hanya
memiliki kapasitas sebagai pendakwah. Untuk itulah saya belajar untuk mencari celah
bagaimana pimpinan bisa respek dan care kepada kita.
Jika kita berhasil berdakwah kepada para pimpinan maka dampaknya sangat luar biasa
sekali. Seperti misalnya, pimpinan ikut terlibat secara intens dalam kegiatan keagamaan,
berpengaruh kepada gaya kepemimpinan menjadi lebih relegius, dan pimpinan akan lebih
ada perhatian kepada kita atau bawahannya.

6. Bagaimana cara pendekatan atau metode bapak dalam memasukan unsur dakwah dalam
lingkup kekuasaan ?
Pendekatan saya dalam berdakwah di kekuasaan saya bagi menjadi tiga bagian :
Dakwah struktural : Dalam sebuah kekuasaan tentu ada institusinya. Maka saya
melakukan dakwah secara institusional kelembagaan. Jadi intinya adalaha saya
mendakwahi semua yang ada di institusi atau antar institusi tersebut.
Dakwah personal ; adalah model dakwah dengan melakukan pendekatan kepada
personal, terutama para pemegang otoritas. Di sinilah dibutuhkan kepiawaian kapasitas
diri. Caranya adalah membuat para pemimpin tadi punya ketergantungan terhadap saya.
Ketergantungan di sini adalah ketergantungan dalam penugasan. Misalnya, saya selalu
ditugaskan membuat naskah pidato para pimpinan. Di situlah saya memasukan unsurunsur dakwah dalam naskah pidato.
Dakwah sinkronisasi/adaptasi : model ini adalah dakwah yang menjembatani komunikasi
yang baik antara pemimpin dengan rakyat.
7. Mengapa Presiden SBY ketika itu memilih bapak sebagai sekretaris pribadinya ?
Bermula pada tahun1996 ketika saya lulus Sesko angkatan 33 dan menjadi salah satu
lulusan terbaik. kemudian saya ditugaskan untuk menjadi staf di Sospol Mabes ABRI.
Ketika itu kebetulaan pak SBY baru saja pindah dari Pangdam II/ Sriwijaya menjadi
Kasospol Mabes ABRI.
Disilah saya pertama kali bertemu dengan pak SBY. Sehubungan jabatan saya sebagai
staf yang banyak bergelut dengan produk tulisan mengenai kebijakan, maka saya sering
bertemu pak SBY. Dengan munculnya embrio reformasi nasional, lalu diikuti dengan
jatuhnya Presiden Suharto pada tahun 1997-1998, termasuk pula reformasi dalam tubuh
ABRI. Artinya bahwa reformasi yang terjadi pada tubuh ABRI adalah reformasi kultural dan
struktural. Untuk itulah saya sebagai staf yang menjabat dalam bidang doktriner atau
doktrin sistem dan metode, mempunyai tugas untuk merubah mindset atau pokok pikiran
dalam tubuh ABRI. Pokok pikiran yang meliputi paradigma TNI, netralitas TNI dan TNI
abad 21. Di tahun itulah saya bersama Mayjen Sudi Silalahi dan Brigjen Djoko Santoso

intens bertemu dengan pak SBY. Kemudian di tahun 1999 ketika pak SBY diangkat
menjadi Menteri Pertambangan oleh Gus Dur, saya di tawari menjadi stafnya di
Kementrian Pertambangan. Hubungan saya dengan Pak SBY pun berlanjut samapai
ketika pak SBY diangkat menjadi Menkopolkam di era Megawati. Ketika itu niat saya
hanya untuk dakwah di kalangan kekuasaan SBY. Saya juga sebagai salah satu pendiri
dan pernah terlibat membuat pokok-pokok pikiran dan AD/ART Partai Demokrat. Dengan
segala kedekatan itulah, mungkin ketika itu pak SBY mempercayai saya sebagai
Sekretaris Pribadinya. Momen inilah yang saya pergunakan untuk dakwah dalam
kekuasaan
8. Apa sajakah gagasan atau konsep dakwah yang bapak masukan ke dalam kegiatan
Presiden SBY ?
Gagasan atau konsep yang saya berikan adalah semata-mata berdakwah dalam
kekuasaan adalah ;
Mengatur jadwal kegiatan Presiden SBY yang tidak mengganggu jadwal sholat.
Mendorong agar kegiatan yang berdimensi spiritual agar banyak dilakukan di Istana.
Mengadakan Hari Besar Islam di Istana.
Mengadakan acara berbuka bersama dengan para menteri.
Meyakinkan presiden agar banyak menghadiri undangan acara-acara keagamaan.
Menghadiri acara-acara pembukaan organisasi keagamaan.
Memfasilitasi komunikasi dan silaturahmi personal antara Presiden dengan para kiyai
nasional.
Membuat konsep atau naskah pidato keagamaan Presiden.
Selalu mempersilahkan kepada Presiden untuk menjadi Imam
9. Apakah Presiden SBY selalu menyetujui gagasan serta konsep-konsep yang bapak berikan
?
Saya tidak tahu motifnya, akan tetapi jika seorang amirul muminin terlihat baik secara
spiritual, maka dampaknya baik bagi masyarakat. Akan tetapi setahu saya, selama ini pak
SBY memberikan respon yang baik terhadap gagasan saya tentang kegiatan keagamaan.

10. Apa sajakah tugas pokok bapak sebagai sekretris pribadi Presiden ?
tugas pokok sekretaris pribadi Presiden itu adalah :
Membantu Presiden dalam hal-hal yang bersifat personal. Tetapi dalam realitasnya, saya
juga bertugas untuk membantu kegiatan lalu lintas administrasi dari Sekretariat Kabinet
maupun dari Sekretariat Negara.
Mengatur jadwal harian Presiden.
Membantu dalam menyelesaikan kehadiran Presiden dalam memenuhi undangan
Membantu menyelesaikan kegiatan keprotokolan Presiden.
Membantu Presiden dalam memelihara komunikasi personal dengan para tokoh
Membantu kegiatan komunikasi antara Presiden dengan para pembantunya dalam
menyampaikan pesan-pesan tertentu.
Membantu Presiden dalam memberikan Executive Summary tentang dinamika
perkembangan nasional yang diberitakan lewat media.
Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diperintahkan oleh Presiden.
11. Bagaimana respon publik terhadap tingkat perubahan relegiusitas Presiden SBY ?
Tidak ada respon publik ataupun survey. Karena mengukur tingkat relegiusitas seseorang
secara matematis itu dilarang.
12. Apa makna dakwah Islam dalam perspektif bapak ?
Bagi saya, prinsip dalam berdakwah adalah perubahan. Sebagaimana Sabda Rasulullah
bahwa Sesungguhnya saya diutus semata-mata hanya untuk menyempurnakan akhlak.
Makan dari dalil qothI

ini adalah perubahan. Sehingga misi seorang pendakwah

seharusnya adalah membawa dampak perubahan umat pada arah yang baik dan
berkualitas. Untuk itulah, ketika saya menjadi ketua umum Ikatan Persaudaraan Haji
Indonesia (IPHI). Saya menerapkan visi memelihara kemambruran dan misinya adalah
memberikan kontribusi bagi umat.

13. Materi apa saja yang biasa bapak sampaikan ketika berdakwah ?
Saya lebih senang dengan materi-materi yang kontekstual dan selaras dengan kebutuhan
umat.
14. Apa makna dakwah kultural dan struktural dalam perspektif bapak ? manakah yang lebih
efektif ? dan apa saja kendalanya ?
Menurut perspektif saya mengenai dakwah struktural dan kultural adalah :
Dakwah struktural adalah dakwah secara institusional organisatoris atau hirarkis.
Dakwah kultural adalah dakwah yang melakukan pendekatan pada ranah mindset dan
kebiasaan.
Kedua metode ini harus berjalan efektif. Saya mengilustrasikan keduanya bagaikan dua
pasang kaki yang ahrus saling membantu daan mendukung. Intinya adalah, seorang daI
harus pandai mensinergikan dan mensinkronisasikan kedua model dakwah tersebut.
15. Apa respon madu mengenai dakwah bapak ? termasuk Presiden SBY ?
Pada dasarnya, semenjak saya menjadi sespri presiden. Porsi dakwah ke luar saya
kurangi. Tetapi saya tetap memfasilitasi ataupun membantu masyarakat dalam hal
pembangunan dan pengembangan masjid ataupun kegiatan-kegiatan yang
diadakan masyarakat.
16. Apa bentuk kontribusi dakwah personal bapak semenjak menjadi sespri presiden ?
Saya lebih banyak mempromosikan orang-orang yang saya anggap mempunyai
kapasitas keagamaan yang baik untuk menempati posisi-posisi yang strategis
dalam pemerintahan. Artinya saya membantu para pejuang-pejuang dakwah yang
ada dalam birokrasi. Ini saya niatkan agar mereka juga mendakwahi kalangan
birokrat.
17. Apa factor keberhasilan dakwah bapak pada pemimpin ?
Indikasi-indikasi subjektif saya adalah, secara langung atau tidak langsung SBY
banyak membantu dalam hal berkembangnya dakwah di Indonesia. Contohnya
adalah, selama 2004-2009 kegiatan-kegiatan keagamaan bebas beraktifitas.
Contoh lainnya adalah, instansi-instansi di bawah presiden juga turut banyak

mengadakan kegiatan keagamaan. Kemudian indikasi lainnya juga dengan selalu


hadirnya SBY pada setiap kegiatan keagamaan.
Saya sering memprioritaskan audensi antara tokoh-tokoh islam denga SBY. Hal
ini tidak mungkin saya lakukan jika tujuan saya bukanlah dakwah.
Saya membuat sistem dakwah dengan cara menciptakan kondisi, artinya bahwa
sebagai kekuatan struktur secara langsung akan mengikuti arah angin kita. Karena
kita bisa menciptakan kondisi.
18. Bagaimana seharusnya dakwah dewasa ini ?
Dakwah adalah sebuah transformasi. Transformasi kearah penyempurnaan dan
kemuliaan manusia. Seharusnya para daI buka saja memiliki kualitas keilmuan
yang baik, tapi akhlak jauh lebih baik. setelah itu baru keilmuan dan metode
dakwah. ketiga bentuk ini harus dibingkai dalam lingkaran keridhoan Allah SWT.
Saya tidak setuju jika dakwah dijadikan alat entertainment. Ini akan menyebabkan
degradasi pemahaman keagamaan.

Anda mungkin juga menyukai