Anda di halaman 1dari 6

Nurhayati: Kesehatan dan Perobatan dalam Tradisi Islam 223

KESEHATAN DAN PEROBATAN DALAM TRADISI ISLAM:


KAJIAN KITAB SHAHIH AL-BUKHÂRÎ

Nurhayati
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sumatera Utara
Jalan Williem Iskandar Pasar V Medan Estate
E-mail: maf_lubis74@yahoo.com

Abstract: Health and Medicine Treatment in Islamic Tradition: a Study on Sahîh al-Bukhârî. The main objective
of medical treatment in Islam is to maintain health rather than curing the disease. This article specifically discusses
the views of Imam Bukhari on health coverage and medicine treatment in Islam as stated in his book, Sahih al-
Bukhari. Sahih al-Bukhari is one of the most important and authentic collection books of Hadith. The description of
health and medicine in Saheeh al-Bukhari discussed in the chapter of al-Tibb. The Hadiths collected in the book are
more associated with the prevention treatment (preventive medicine) rather than the healing treatment (therapeutic
medicine).
Keywords: Islam, health, medicine treatment, Shahîh al-Bukhârî.

Abstrak: Kesehatan dan Perobatan dalam Tradisi Islam: Kajian Kitab Shahih Al-Bukhârî. Tujuan utama sistem
medis dalam Islam adalah untuk mempertahankan kesehatan ketimbang menyembuhkan penyakit. Artikel ini khusus
membahas pandangan Imam Bukhari tentang cakupan kesehatan dan perobatan dalam Islam yang tertuang dalam
kitabnya Shahîh al-Bukhârî. Kitab Shahîh al-Bukhârî merupakan salah satu kumpulan Hadis Rasulullah Saw. yang
paling utama dan otentik dari Hadis Rasulullah Saw. Uraian tentang kesehatan dan pengobatan dalam Shahîh al-
Bukhârî dibahas dalam Kitâb al-Thibb. Kebanyakan dari Hadis yang terhimpun dalam kitab tersebut lebih terkait
dengan pengobatan pencegahan (preventive medicine) dari pada pengobatan penyembuhan (therapeutic medicine).
Kata Kunci: Islam, kesehatan, perobatan, kitab Shahîh al-Bukhârî.

Pendahuluan Agama Islam berdasarkan pada dua sumber


Islam sebagai sebuah ajaran tidak hanya mengatur utama, yaitu Alquran dan Sunah atau Hadis. Yang
hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga juga pertama adalah himpunan wahyu Allah Swt. kepada
mengatur bagaimana hubungan manusia dengan sesama Rasulullah Saw., sedangkan yang kedua adalah apa
manusia yang mencakup pelbagai aspek kehidupan yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw. dalam
yang termasuk di dalamnya permasalahan kesehatan. bentuk perkataan, perbuatan, dan pengakuan (iqrâr)
Dalam doktrin Islam, menjaga kesehatan lebih baik beliau.4
daripada menanggulangi penyakit. Sesuai dengan perintah Alquran untuk menjadi-
Penelusuran literatur dipermudah dengan tersedianya kan Nabi Muhammad sebagai uswah hasanah (teladan
banyak situs terkait. Yang terutama adalah situs yang yang baik)5 dan mematuhi panduannya,6 maka sejak
diprakarsai oleh Kementerian Agama dan Wakaf Saudi masa awal Islam, umat Islam telah terbiasa menyimak,
Arabia1 dan himpunan literatur rujukan yang dikelola menghapal, mengamalkan, meneruskan, dan melestari-
oleh University of Southern California-MSA Compendium kan pelbagai riwayat terkait Nabi Muhammad Saw.
of Muslim Texts2, di samping beberapa situs lain.3 Meskipun ada perintah Nabi untuk mencatat dan me-
nuliskan hanya ayat-ayat Alquran, tercatat bahwa ada

Naskah diterima: 21 Oktober 2015; Direvisi: 16 April 2016;


Disetujui untuk diterbitkan: 23 April 2016. Yusuf al-Qaradhawi, Madkhal li-Dirâsah al-Syari’ah al-Islâmiyyah,
4

1
Artikel diakses dari: http://al-islam.com (al-Qâhirah: Maktabah Wahbah, 1990), h. 48.
2
Artikel diakses dari: http://www.usc.edu/dept/MSA 5
Lihat Alquran surah al-Ahzâb [33]: 21.
3
Salah satu situs yang menawarkan banyak literatur rujukan kajian 6
Perintah untuk menaati perintah dan memedomani panduan
keislaman dalam bahasa Arab, termasuk kitab-kitab Hadis, yang bisa Rasulullah Saw. terdapat berulang kali dalam Alquran, antara lain Qs.
diunduh adalah Maktabah Waqfiyyah, kalamullah.com. al-Nûr: 54, Qs. Al-Hasyr: 7, dan al-Nisâ’: 8.
224 Ahkam: Vol. XVI, No. 2, Juli 2016

beberapa Sahabat yang memiliki catatan tertulis tentang sehatan jasmani, malah menonjolkan kesehatan jiwa,
sabda dan perilaku beliau.7 memadukan antara jiwa dan badan, serta antara benda
Pelestarian lisan terhadap Sunah Nabi ini memang dan ruh.
sejalan dengan tradisi Arab yang berkembang pada Imam al-Bukhârî meriwayatkan 129 Hadis yang
saat itu, namun tidak menafikan adanya upaya untuk secara langsung terkait dengan kesehatan dan perobatan.
menghimpunnya dalam bentuk tulisan. Upaya untuk Ia memilah dua kitab (dalam pengertian bagian terpisah
menghimpun dan melestarikannya dalam bentuk ter- dari kumpulan shahih-nya) untuk masalah medis, yaitu
tulis tercatat pertama sekali dilakukan oleh Imam Malik Kitâb al-Thibb (kitab kedokteran) dan kitab al-mardhâ
yang menulis kitab al-Muwaththa’. (kitab tentang penyakit). Sebenarnya Hadis yang terkait
Upaya ini kemudian dilanjutkan oleh ulama sesudah- dan menyinggung tentang kesehatan, penyakit, dan
nya, sehingga akhirnya beredar banyak kitab himpunan penanganannya terdapat di banyak bagian lain, seperti
Hadis Nabi. Namun demikian, ada enam di antaranya kitab bersuci (thahârah), air (ma’), dan lain-lain.
yang diterima luas oleh umat Islam yang dijuluki kutub
al-sittah (enam kitab). Dua di antaranya dianggap paling Perobatan Kenabian (al-Thibb al-Nabawî)
otoritatif, yaitu Shahih al-Bukhârî dan Shahih Muslim. Kitâb al-Thibb (kitab perobatan) dalam Shahîh al-
Tulisan ini lebih tertuju pada kitab yang paling banyak Bukhârî merefleksikan padangan Imâm al-Bukhârî
dijadikan acuan di kalangan umat Islam, yaitu Shahih al- tentang cakupan kesehatan dan perobatan dalam Islam.
Bukhârî. Cakupan perobatan telah dijelaskan oleh al-‘Asqalanî yang
Sejalan dengan uraian di atas, maka yang dimaksud menyusun penjelasan dan komentar yang sering menjadi
dengan thibb al-nabawî yang beredar luas di kalangan rujukan para peneliti dan ulama, Fath al-Bârî. Penjelasan
umat Islam sejak masa awal merujuk pada perkataan, juga ditemukan dalam buku penjelasan al-‘Aynî. Kedua
perbuatan, dan pengakuan Nabi Muhammad Saw. yang tokoh ulama terkenal ini hidup pada abad IX Hijriah atau
ada kaitannya dengan kesehatan, penyakit, perawatan V Miladiah dalam era ketika ilmu dan literatur kesehatan
penyakit, perobatan, dan pertolongan pada mereka yang serta kedokteran telah berkembang, bahkan cukup me-
menderita sakit. Ini berarti segala ucapan beliau terkait limpah, dari pelbagai jenis disiplin kesehatan, bukan saja
persoalan medis, perlakukan medis yang dilakukan yang dikembangkan dalam tradisi Arab, tetapi juga yang
Sahabat terhadap Nabi, perilaku medis yang diamati berasal dari peradaban Yunani-Romawi serta India-Persia,
oleh Nabi tanpa ada bantahan, prosedur medis yang bahkan masukan dari budaya Cina.9
didengar atau diketahui beliau dan tidak melarangnya Inilah kemungkinan besar yang menyebabkan me-
hingga tradisi kesehatan dan penanganan penyakit yahg ngapa para penulis kitab penjelasan Shahih al-Bukhârî
berkembang pada masa itu yang sewajarnya diketahui ini tampaknya memiliki pemahaman yang cukup
oleh Nabi Muhammad Saw.8 luas dan mendalam tentang ilmu-ilmu kesehatan dan
Hasil pelbagai penelitian dan pengkajian terhadap kedokteran, yang relatif lebih luas dibanding ketika
thibb al-nabawî, atau yang dikenal dalam bahasa Inggris pada masa Nabi Muhammad SAW, abad ke-7, dan
“prophetic medicine”, ini tampaknya tidaklah merupakan tatkala Imam Bukhârî menghimpun dan meneliti
suatu sistem medis yang sistematis dan komprehensif, Hadis, abad ke-9.
apalagi monolitik, seperti mungkin dianggap dan di- Pada masa itu ilmu dan sistem medis diperkenalkan
klaim sebagian pihak. Apa yang terhimpun kenyataan- dan dikembangkan secara luas oleh umat Islam, Ibn
nya begitu luas, beragam, bervariasi, dan circumstancial Hajar al-‘Asqallani dan Ibn Ahmad al-‘Ayni tertarik untuk
(terikat ruang dan waktu) dan situasional. Dari sisi memberi penjelasan dan komentar terhadap koleksi
cakupan, misalnya, perobatan kenabian ini meliputi Hadis Nabi terkait kesehatan dan perobatan dalam
upaya pencegahan dan pengobatan, tidak sekadar ke- cakupan dan wawasan yang lebih luas dan mendalam
dengan mencermati perkembangan kemajuan ilmu ke-
7
Uraian lebih lanjut tentang hal ini, baca M. M. Azami, Study sehatan dan kedokteran pada waktu itu.
in the Early Hadits Literature (Indiana: American Trust Publications,
1978); dan M. Hamidullah, ‘Early Compilation of Hadith,’ Islamic Penjelasan yang meluas dari kedua komentator ini
Survey, May 1949. tampaknya memang didorong oleh sikap Imam al-
8
Thibb al-Nabawi telah banyak dibahas dan diulas para peneliti Bukhârî yang memberi judul bagi koleksi Hadis-Hadis
Muslim dan non-Muslim, di antaranya lihat Fazlur Rahman, Health
and Medicine in the Islamic Tradition (New York: Crossroad Publishing
Company, 1999); dan Omar Hasan Kasule. Prophetic Medicine: Between 9
Ulasan lebih lanjut, baca Fazlur Rahman, Health and Medicine
the Nass and the Empirical Experience [http://www.missionislam.com/ in the Islamic Tradition (New York: Rossroad Publishing Company,
health/prophetic.htm]. 1989), reprint (Kuala Lumpur: S. Abdul Majeed & Co, 1993).
Nurhayati: Kesehatan dan Perobatan dalam Tradisi Islam 225

terkait kesehatan dan perobatan dengan Kitâb al-Thibb dalam kehidupan secara langsung dengan indera atau
(the book of medicine), bukannya Kitâb al-Thibb al- tangan seperti pembedahan (khuruj dzâlik al-mawdhû’ fi
Nabawî (the book of the medicine of the Prophet), yang al-fikr ilâ al-mubâsyirah bi al-hiss wa al-‘amal bi al-yad).12
pada waktunya berkembang menjadi jenis, bahkan
disiplin, keilmuan, dan literatur khusus.10 Pencegahan Penyakit dan Pelestarian Kesehatan
Imâm al-Bukhârî menyadari sepenuhnya bahwa
Kesehatan Paripurna tugas kedokteran yang hampir disepakati semua pihak
Dalam pendahuluan dari komentarnya terhadap Kitâb dapat dipilah kepada tiga bidang besar, yaitu promosi
al-Thibb, Ibn Hajar al-‘Asqlanî membagi ilmu kedokteran kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemulihan
(science of medicine) kepada dua jenis, yaitu thibb jasad kesehatan. Terkait dengan yang pertama, Imam Bukhârî
(perobatan jasmani) dan thibb qalb (perobatan rohani/ terkait dengan promosi kesehatan dan langkah-langkah
hati). Ibn Hajar memuji nilai dan kegunaan perobatan, pencegahan terhadap penyakit.
dan menekankan pentingnya kedua jenis kesehatan ter- Sebagai diketahui kebanyakan Hadis medis Islam di
sebut karena keduanya saling terkait erat.11 Terdapat masa awal merupakan kedokteran preventif (al-thibb al-
hubungan simbiotik antara kedua jenis pengetahuan wiqâ’i) ketimbang kedokteran penyembuhan (al-thibb
kesehatan, sehingga seseorang mustahil mencapai salah al-‘ilaji), yang tidak diragukan lagi dianggap sebagai
satu bentuk pengetahuan kesehatan tanpa yang lain. Ini suatu konsep maju mempertimbangkan tingkat penge-
menunjukkan bahwa umat Islam seharusnya menyadari tahuan ilmiah pada saat itu. Bahkan Imam Bukhârî tidak
sepenuhnya kesehatan fisik dan jiwa karena, di dalam memberikan bab khusus tentang pencegahan penyakit,
Islam, nafas dan jasad, jiwa dan benda, iman dan dunia meskipun demikian, ia menghimpun langkah-langkah
telah dianugerahi kedudukan dan kepentingan yang sama. pencegahan terhadap penyakit yang menyebar dalam
Jika demikian, pembagian Ibn Hajar tentang kesehatan beberapa bagian dari Shahih al-Bukhârî seumpama ke-
menunjukkan bahwa seseorang dapat meraih kebahagiaan bersihan, penggunaan pembersih gigi (siwak), makanan,
di dunia dan di akhirat selama ia secara fisik dan jiwa sehat, mandi dan olahraga. Langkah pencegahan lain dalam
dan ini dapat diperoleh dengan ilmu pengetahuan medis Shahih al-Bukhârî termasuk karantina wabah epidemik,
yang melestarikan dan memulihkan kesehatan. pencegahan terhadap al-judzam (leprosy = lepra), pen-
Dalam upaya merekonstruksi aspek kedokteran yang cegahan terhadap penyakit yang mungkin terjadi akibat
berasal dari luar tradisi Islam dan Arab, terutama yang jatuhnya lalat ke dalam cairan, pelarangan minuman
datang dari tradisi kedokteran Yunani, Ibn Ahmad al- memabukkan, pengharaman bunuh diri hingga kehati-
‘Aynî menambahkan jenis pembagian lain dari ilmu hatian terhadap api dalam rumah.
kesehatan dalam yang diutarakannya dalam kata pen- Pelestarian kesehatan harus menjadi tujuan utama
dahuluan dari kitabnya ‘Umdah al-Qâri Syarh al- kedokteran yang diemban oleh tabib-dokter dan
Bukhârî. Adalah menarik mencermati bahwa al-‘Aynî semua petugas dan pelayan kesehatan. Sepanjang
mengemukakan pembagian yang berbeda dari Ibn Hajar. sejarah peradaban Islam, tugas utama sistem medis
Setelah memaparkan definisi ilmu kedokteran dengan adalah untuk mempertahankan kesehatan ketimbang
jelas, ia membagi kedokteran kepada dua bagian utama menyembuhkan penyakit atau memulihkan kesehatan.
yaitu pengetahuan teoretis (al-‘ilm) dan pengetahuan Ini sejalan dengan tujuan hukum Islam yang menyata-
praktis (al-‘amal). Yang pertama menurut beliau, adalah kan bahwa menjaga kesehatan lebih baik daripada me-
pengetahuan yang sebenarnya tentang permasalahan nanggulangi penyakit. Dengan kata lain tujuan penting
yang dituju dalam pikiran manusia yang dengan pe- ilmu kedokteran adalah untuk menyelamatkan hidup
ngetahuan tersebut manusia dapat mengembangkan manusia dan mengurangi penderitaan makhluk hidup.
dan menerapkannya dalam kehidupan nyata (ma‘rifah
al-haqîqah al-maqshûd wa al-huwa mawdhû’ fi al-fikr Peringatan dan kehati-hatian terhadap penyakit
al-ladzî yaqûm bih al-tadbîr). Yang kedua merupakan lepra (leprosy) juga dikenal luas pada masa hidup Nabi
bagian eksternal dari permasalahan dalam pemikiran Muhammad Saw. Rasulullah menasihati masyarakat
manusia yang dengannya mereka dapat menerapkan agar menghindari penyakit lepra sebagaimana mereka
melarikan diri dari singa (farra min al-judzam kamâ
tafarra min al-asad).13
10
Salah satu literatur terkemuka dalam bidang ini adalah karya Ibn
al-Qayyim al-Jawziyyah, al-Thibb al-Nabawî (Bayrût: Mu’assasah al-
Risâlah, 1985). Buku ini banyak dicetak ulang dan telah diterjemahkan
ke pelbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. 12
Al-‘Ayni, ‘Umdah al-Qâri Shahih al-Bukhâri, jilid 21, h. 229.
11
Ibn Hajar al-‘Asqalanî, Fath al-Bârî, jilid 10, h. 165. 13
Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhâri, Kitab al-Thibb, Bab al-Judzam.
226 Ahkam: Vol. XVI, No. 2, Juli 2016

Penyembuhan Penyakit Dalam penjelasannya terhadap Hadis-hadis di atas,


Imam Bukhârî juga menghimpun Hadis-hadis ter- Ibn Hajar mengingatkan para pembacanya bahwa pe-
kait dengan metode penyembuhan penyakit yang di- nanganan penyakit tidak membatasi hanya pada tiga
praktikkan pada masa Muhammad Saw.. Ditemukan metode penyembuhan itu saja, yaitu meminum madu,
bahwa metode penanganan penyakit pada waktu itu berbekam, dan dibakar dengan metal panas. Untuk
dapat dikatakan cukup maju mencermati tingkat menjawab pertanyaan mengapa Nabi Muhammad Saw.
perkembangan pengetahuan pada waktu itu. Jika menyebutkan hanya tiga metode penyembuhan saja, Ibn
sejarah umum sering diumpamakan sebagaimana Hajar menjelaskan bahwa Rasulullah menyebutkan tiga
piranti kehidupan maka sejarah kedokteran merupakan metode penyembuhan saja karena ketiganya merupakan
piranti bagi kehidupan kedokteran. ushûl al-‘ilâj, dasar atau prinsip penyembuhan. Di
samping itu, masih banyak lagi cara penyembuhan lain
Jelas bahwa cara modern dalam menanggulangi di kalangan orang Arab pada waktu itu.
penyakit lebih baik daripada metode penanganan
penyakit yang dipaparkan dalam himpunan Hadis Penjelasan lain yang dapat ditambahkan bahwa
tersebut. Ini disebabkan antara lain oleh karena apa Hadis ini dilandasi oleh telah berkembangnya pemikiran
yang disebut pengobatan kenabian (al-thibb al-nabawî) pada waktu itu bahwa timbulnya penyakit pada dasar-
tidaklah sepenuhnya didasarkan pada eksperimen medis, nya disebabkan oleh kondisi darah (damawî) atau
tetapi lebih didasarkan pada inspirasi dan pengalaman safrawî (yellow bile) atau sawdawi (black bile) atau
dari budaya dan tradisi sebelumnya. balghi (phlegm).15 Ini menunjukkan bahwa orang Arab
pada waktu itu memandang penyebab penyakit dalam
Dalam pelbagai kasus kejadian, banyak para Sahabat pengertian filsafat dan memandangnya sebagai gangguan
Nabi merawat pasien yang menderita penyakit tertentu dalam keseimbangan darah tubuh dan unsur-unsur yang
pada waktu itu dan sebagian sukses menyembuhkannya lain. Dus, penyakit yang disebabkan oleh salah satu di
tanpa menguasai pengetahuan dan teknologi medis pada antaranya harus ditangani dengan berbekam (hijâmah),
hari ini tetapi karena mereka semata-mata mengamalkan yaitu mengeluarkan darah kotor dari tubuh, atau dengan
arahan Nabi Muhammad Saw. terkait upaya peyembuhan meminum madu, atau ramuan herbal lain.
penyakit tersebut seperti mengonsumsi madu, hijamah
(berbekam), kayy (cauterization), atau membakar luka Jika hal ini tidak berhasil, maka harus ditangani
dengan besi panas, atau memberikan ramuan herbal ter- dengan pembakaran atau pembedahan. Yang terakhir
tentu untuk menghentikan pendarahan dan mencegah ini harus menjadi pilihan terakhir yang harus
infeksi. dipertimbangkan ketika penanganan melalui madu dan
ramuan serta pembekaman tidak berhasil.
Hadis-hadis penyembuhan ini tampaknya dapat di-
pilah menjadi tiga karena bab yang menghimpun Hadis- Ketika mencermati metode perawatan dan pe-
hadis jenis ini dalam bab yang berjudul al-syifâ’ al-tsalâtsah. nyembuhan penyakit di atas, kita dapat menemukan
Dua di antaranya diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbas dan yang bahwa pada masa Nabi Muhammad Saw. penanganan
lain oleh Jabir ibn ‘Abdullah. Pertama, “Penyembuhan penyakit utamanya didasarkan pada penyebab penyakit
adalah dalam tiga hal, yakni: menelan madu, berbekam, dan upaya mengetahui cara menanggulanginya. Umat
dan kauterisasi. Meskipun demikian, saya melarang pe- Islam didorong untuk mempelajari gejala, penyebab,
ngikutku untuk menggunakan yang terakhir, pem- dan selanjutnya upaya penyembuhannya (ma’rifatuh bi
bakaran.” (al-shia’ fi tsalâtsah: syarat al-‘asal, wa syartah tahqîq al-sabab wa al-‘alamah). Itulah sebabnya sebelum
mihjam, wa kayyah nar, wa anha ummati ‘an al-kayy). mengomentari metode penyembuhan yang dipaparkan
Hadis, Ibn Hajar harus menjelaskan dua jenis penyakit,
Kedua, Hadis yang menyatakan, “Penyembuhan yaitu penyakit material (maradh maddiyyah) dan penyakit
adalah dalam tiga hal, yakni: berbekam, meminum non-material (mardh ghayr maddiyyah). Yang pertama
madu, dan kauterisasi, tetapi saya melarang peng- merujuk pada penyakit yang disebabkan oleh hawa
ikutku menggunakan kauterisasi.” Dalam versi lain panas (al-harârah) dan hawa dingin (al-barîdah). Yang
diriwayatkan oleh Jabir ibn ‘Abd Allâh bahwa ia men- kedua terbagi kepada basah (rutbah), kering (yabîsah) dan
dengar Nabi Muhammad Saw. Bersabda. “Jika terdapat gabungan (murakkabah). Penyakit non-material, menurut
penyembuhan dalam perobatan kamu, maka itu adalah Ibn Hajar, dirawat sesuai dengan yang diungkapkan oleh
berbekam, meminum madu atau membakar yang sesuai Hadis, “Demam adalah akibat panasnya (neraka), oleh
dengan penyakitnya. Tetapi, saya tidak suka dibakar karenanya sembuhkanlah demam dengan air.”16
dengan api.”14
15
Ibn Hajar al-‘Asqalanî, Fath al-Bâri, jilid 10, h. 170.
14
Shahih al-Bukhâri, Kitab al-Thibb, Bab Syifa’ fi Tsalâtsah. 16
Ibn Hajar al-‘Asqallani, Fath al-Bâri, jilid 10, h. 171.
Nurhayati: Kesehatan dan Perobatan dalam Tradisi Islam 227

Dengan berdasarkan penjelasan di atas, umat Islam Oleh karenanya, kedudukan Sunah sebagai sumber
tampaknya menjadi tercerahkan dan didorong untuk kedua sudah merupakan bagi umat Islam. Yang menjadi
menyikapi bahwa tubuh dan jiwa manusia memiliki pembahasan hangat sejak awal adalah apakah semua yang
kemungkinan untuk sehat dan sakit, seimbang atau dikatakan, diperbuat dan diakui oleh Nabi Muhammad
timpang. Ketidakseimbangan dalam tubuh adalah se- Saw. itu sama derajatnya dalam konteks syariat. Nabi
perti demam, pusing kepala atau penyakit fisik lainnya, Muhammad Saw. sendiri tampaknya memilah apa yang
sedangkan penyakit jiwa seperti marah, cemas, sedih dilakukannya antara yang merupakan ketentuan dari Allah
dan gejala sejenis lainnya. Penyakit jenis pertama dapat Swt. yang harus ditaati, dengan perilaku yang merupakan
dirawat melalui metode medis melibatkan penggunaan hasil pemikiran dan pertimbangan pribadi atau mengikuti
madu, bekam dan kauterisasi, sedangkan yang kedua yang lazim pada waktu itu. Lembaran sejarah mencatat
harus ditangani dengan metode penyembuhan spiritual. pernyataan Nabi Muhammad Saw. menanggapi reaksi
Dalam kasus-kasus tertentu, umat dianjurkan untuk petani kurma yang mengikuti komentar beliau tentang
menggunakan penyembuhan spiritual ketimbangan pe- pengelolaan pertanian yang malah merusak hasil panen
rawatan fisik disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, mereka. Pernyataan itu berbunyi, “Antum a‘lam bi umûr
dalam upaya untuk pulih dari penyakit jasmani, dun-yâkum” (kamu lebih tahu urusan duniawimu).
pasien harus mengalami penderitaan akibat medikasi, Di sinilah timbul pertanyaan, apakah masalah
sakit akibat kauterisasi disamping juga menghabiskan kesehatan dan kedokteran serta yang terkait lainnya
sejumlah harta untuk perawatan dan penyembuhan. termasuk masalah duniawi yang seyogianya manusia
Sebaliknya, perawatan dan penyehatan jiwa yang jauh “lebih tahu”, dan tidak tergantung sepenuhnya pada
lebih penting, adalah lebih menyenangkan dan me- opini dan perilaku Nabi Muhammad Saw.
nentramkan disamping tidak terlalu mahal untuk me- Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya me-
rawat dan memulihkannya. nilik pembahasan para ulama tentang Sunah dan
Kedua, jika penyakit disebabkan oleh jin atau pemilahannya. Sunah biasanya dibedakan antara yang
makhluk halus lainnya, maka pengobatan medis memiliki konsekuensi hukum (tasyrî‘iyyah), hingga
biasa tidaklah memadai. Sebaliknya, kondisi itu harus harus dilaksanakan, seperti sabda Nabi, “Shallû kamâ
disembuhkan dengan melakukan upaya yang mampu raytumûnî ushallî”, (salatlah kamu sebagaimana kamu
mengakhiri pengaruh jahat, yaitu dengan memperkuat melihat saya salat). Perkataan dan perilaku Nabi ada
keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini karena yang bersifat jabaliyyah, seperti makan, minum, dan
jika jiwa seseorang telah teguh dan kukuh dengan berpakaian, yang umumnya digolongkan kepada ghayr
iman, pengaruh jahat tidak dapat dengan mudah me- tasyrî‘iyyah, tidak memiliki konsekuensi hukum.19
mengaruhi. Dengan kata lain, penyakit spiritual muncul Namun harus dicermati bahwa pada suatu kejadian,
sebagai akibat dari lemahnya iman dan penderitaan jiwa. bisa saja memiliki kedua aspek tersebut. Tentang
Dalam kasus ini, penyakit spiritual harus disembuhkan jenis makanan, apakah makan gandum atau nasi, ini
dengan perawatan spiritual pula. tidak mengikat, namun panduan Nabi tentang makan
adalah makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum
Kedudukan dalam Hukum Islam kenyang diterima sebagai bagian dari ketentuan syariat.
Dalam uraian sebelumnya telah dipaparkan bahwa Dari sisi lain, Sunah dari segi periwayatannya, oleh
Sunah menempati sumber ajaran Islam kedua setelah para ulama diklasifikasikan kepada banyak kategori, yang
Alquran. Keduanya dianggap bersumber dari wahyu terutama adalah pemilahan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
Yang Maha Kuasa, bedanya yang pertama merupakan shahîh, hasan, dan dha‘îf (lemah). Dengan menerapkan
wahy al-matluw, dalam artian makna dan lafaz berasal persyaratan yang ketat, al-Bukhârî menyatakan bahwa
dari Allah Swt., sedangkan yang kedua disebut wahy semua Hadis yang terhimpun dalam kitab Jami’ al-Shahih
ghayr al-matluw, wahyu yang maknanya saja berasal memang telah lulus seleksi tersebut. Namun demikian,
dari panduan Ilahi.17 Beberapa ulama lain memilahnya para pengkaji belakangan ada yang menguji ulang koleksi
dengan istilah lain, yakni wahy zhâhir dan wahy bâthin.18 Hadis ini, dan menemukan ada beberapa Hadis yang
masih dipertanyakan kesahihannya.
17
Hal ini dibahas hampir di semua literatur Ushul al-Fiqh. Lihat,
misalnya, Yusuf al-Qaradhawi, Madkhal li-Dirâsah al-Syarî’ah al-
Di samping itu, penyeleksian Hadis yang awalnya
Islâmiyyah, (al-Qâhirah: Maktabah Wahbah, 1990); dan Mustafa Sa’id lebih bertumpu pada mata rantai periwayatan (sanad),
al-Khan, Dirâsah Târikhiyyah li al-Fiqh wa Ushûlî (Bayrût: al-Syarikah
al-Muttahidah li al-Tawzi’, tt). 19
Uraian lebih lanjut pada pelbagai kitab Ushûl al-Fiqh, seperti
18
Lihat, umpamanya, Syakir Bik al-Hanbali, Ushûl al-Fiqh al- Syakir Bin al-Hanbali, Ushûl al-Fiqh al-Islâmi (Makkah: al-Maktabah
Islâmî (Makkah: al-Maktabah al-Makkiyyah, 2002), h. 252-3. al-Makkiyyah, 2002), h. 281.
228 Ahkam: Vol. XVI, No. 2, Juli 2016

belakangan dilengkapi juga dengan seleksi dan kritik dari Pustaka Acuan
segi isi materi (matan), terutama ketika disandingkan ‘Asqallanî, al-, Ibn Hajar, Fath al-Bâri Syarh Shahîh al-
dengan ayat-ayat Alquran, fakta empiris, dan data Bukhârî, 13 jilid, Bayrût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
sejarah. Ini masih dilengkapi lagi pengkajian lebih dalam 1989.
dan luas dari segi bahasa, sastra, dan hermeneutika. ‘Aynî, al-, Badr al-Dîn, ‘Umdah al-Qari Syarh Shahîh
al-Bukhârî, 25 jilid, Bayrût: Dâr Ihya’ al-Turâts al-
Penutup ‘Arabi, tt.
Kajian di atas telah menunjukkan betapa pentingnya Dzahabî, al-, Muhammad ibn Ahmad, Al-Thibb al-
Kitâb al-Thibb dalam Shahih al-Bukhârî. Kumpulan Hadis Nabawî, al-Qâhirah: Musthafâ al-Halabî, 1961.
ini utamanya memberikan gambaran tentang kondisi umat Jawziyyah, al-, Ibn al-Qayyim, al-Thibb al-Nabawî,
Islam pada masa hidup Nabi Muhammad Saw., bagaimana Bayrût: Mu’assasah al-Risalah, 1985; tr. Jalal Aboual
mereka mencegah dan menyembuhkan penyakit. Uraian Rub, The Medicine of the Prophet, Mansurah: Dâr al-
di atas menunjukkan bahwa kebanyakan dari Hadis yang Ghad al-Jadîd, 2003.
terhimpun lebih terkait dengan yang dikenal sebagai Siba’i, al-, Musthafâ, Al-Sunnah wa Makânatuhâ fi al-
preventive medicine, pengobatan pencegahan, atau al- Tasyrî’ al-Islâmî, tr. The Sunnah & Its Role in Legislation
thibb al-wiqâ’i, ketimbang pengobatan penyembuhan, (International Islamic Publishing House, nd).
therapeutic medicine, atau al-thibb al-‘ilaji. Metode pen- Syahruzuri, al-, Ibn al-Salâh, An Introduction to the
cegahannya ternyata cukup maju, melihat tingkat penge- Sciences of Hadith (Garnet Publishers, nd).
tahuan ilmiah yang ada pada saat itu. Azami, M. M., Studies in the Early Hadits Literature,
Sejauh terkait dengan perawatan terhadap penyakit, Indiana: American Trust Publications, 1978.
Hadis-hadis yang tercantum memberikan gambaran Conrad, Lawrence I., ‘Ta’un and Waba’ Conceptions of
tentang bagaimana perilaku dan upaya penyembuhan Plague and Pestilence in Early Islam.’ Journal of the
kepada penderita penyakit. Terungkap dari Hadis-hadis Economic and Social History of the Orient, Vol. 25, No.
tersebut bahwa penanggulangan penyakit didasarkan, 3 (1982): 268-307.
utamanya, pada penyebab penyakit tersebut. Kenyataan Deuraseh, Nurdeen, Health and Medicine in the Islamic
ini melandasi penyimpulan bahwa umat Islam tidak Tradition Based on the Book of Medicine (Kitab al-
serta-merta menerapkan apa yang dipraktikkan tersebut Tibb) of Sahih al-Bukhârî, JISHIM, Universiti Putra
tanpa melalui penelitian empirik karena perubahan Malaysia, 2006.
terhadap bahan-bahan obat dan lingkungan, di samping Hamidullah, M. Early Compilation of Hadith, Islamic
juga makna dari peristilahan bahasa yang digunakan. Review, May 1949.
Yang jelas, keadaan manusia dan alam pada masa hidup Ibn Thulun, Syamsuddin Muhammad, al-Manhal al-
Nabi Muhammad Saw. tentu telah banyak mengalami Rawi fi al-Thibb al-Nabawî, ed. ‘Aziz Bayk, Hedrabad:
perubahan dan perkembangan. al-Mathba’ah al-‘Aziziyah, 1987.
Namun, gagasan dan prinsip dasar yang diajarkan Kamali, Muhammad Hashim, A Textbook of Hadith
oleh Nabi Muhammad Saw. tetap berlaku hingga kini, Studies: Authencity, Compilation, Classification and
termasuk keimanan bahwa Allah Mahakuasa dan Maha Criticism of Hadith, London: Islamic Foundation, nd.
Pencipta yang menciptakan sehat dan sakit serta obat Nagamia, Hussain F, “Islamic Medicine: History and
penyembuhannya serta mewajibkan manusia untuk hidup Current Practice”, Journal of the International Society
sehat dan berobat ketika jatuh sakit. Nabi mewajibkan for the History of Islamic Medicine, vol. 2, no. 4,
semua umat Islam untuk menuntut ilmu pengetahuan, Oktober 2003.
termasuk ilmu kesehatan, dari semua sumber. Ragab, Ahmed, “The Prophets of Medicine and the
Inilah kesimpulan pokok dari hasil kajian ini, yaitu Medicine of the Prophet: Debates on Medical Theory
bahwa Nabi Muhammad Saw. telah memanfaatkan dan and Practice in the Medieval Middle East”, makalah
berusaha menyempurnakan pelbagai pengetahuan dan disampaikan pada Center for Middle Eastern Studies,
tradisi untuk hidup sehat dan penyembuhan penyakit, Harvard University, November 2009. [http://nrs.
hingga semangat dan gagasan inilah yang harus terus harvard.edu/urn-3:HUL. InstRepos:4726204].
ditingkatkan dengan menuntut ilmu kesehatan dan Rahman, Fazlur, Health and Medicine in the Islamic
kedokteran dengan semua cabang terkait serta me- Tradition, New York: Rossroad Publishing Company,
ngembangkan dan menyempurnakannya untuk men- 1999, reprint S. Abdul Majeed & Co, Kuala Lumpur,
capai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.[] 1993.

Anda mungkin juga menyukai