Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PSIKOLOGI ISLAM TENTANG AMANAH

Oleh :
Naesrina Okfiana (G2B017008)
Kelas A

JURUSAN ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
MAKALAH
PSIKOLOGI ISLAM TENTANG AMANAH

Tujuan : Makalah ini dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Islam
Dosen Pembimbing : Dra. Darosy Endah H, M.Pd

Oleh :
Naesrina Okfiana (G2B017008)
Kelas A

JURUSAN ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-
Nya saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Psikologi
Islam Tentang Amanah”. Guna memenuhi tugas Psikologi Islam.
Atas dukungan yang telah diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bunda Dra. Darosy Endah H, M.Pd. dosen pembimbing Psikologi Islam,
yang telah membimbing dan mengajar saya tentang Psikologi Islam.
2. Ibu Erma Handarsari, M.Pd. dosen wali saya, yang telah menjadi orang tua
saya di kampus dan banyak memberikan dukungan kepada saya.
3. Orang Tua yang telah merawat, menjaga, dan membiayai saya kuliah.
4. Pihak-pihak lain yang berpartisipasi yang tidak dapat kami sebutkan satu-
persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Semarang, Juni 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1


1. Latar Belakang ............................................................................................1
2. Rumusan Masalah .......................................................................................1
3. Tujuan ..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2


1. Pengertian Amanah .....................................................................................2
2. Cara Menilai Seseorang yang Amanah .......................................................2
3. Konsep Amanah dalam Al-Qur’an ..............................................................5
4. Hubungan Amanah dengan Ilmu Psikologi ................................................6

STUDI KASUS ........................................................................................................9

BAB III PENUTUP ..............................................................................................10


1. Kesimpulan ...............................................................................................10
2. Saran ...........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hubungan interpersonal menjadi topik menarik di penelitian psikologi.
Banyak para ahli berusaha mengeksplorasi faktor apa yang menyebabkan
kesuksesan dan kegagalan dalam hubungan interpersonal, seperti pemaafan
(Allemand, dkk., 2007; McCullough, Worthington & Rachal, 1997), kepercayaan
(Lewicki, Mcallister, & Bies, 1998), respek (Frei & Shaver, 2002), komitmen
(Wieselquist, dkk., 1999). Salah satu isu penting dalam hubungan interpersonal
dalam konteks masyarakat Indonesia adalah amanah. Amanah memiliki peran
penting dalam relasi interpersonal individu. Sikap dan perilaku amanah mampu
membentuk hubungan positif antar individu dan kelompok. Menurut Hamka
(1990) amanah merupakan pondasi dasar dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Amanah merupakan perekat sosial dalam membangun solidaritas di
masyarakat yang bertujuan membentuk kerja sama sesama individu (Pulungan,
2006). Tanpa amanah kehidupan masyarakat dan bernegara menjadi rusak.
Misalkan, banyak perilaku kriminal atau konflik diakibatkan karena tidak amanah
dalam menjalankan tugas dan berperilaku.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian amanah?
2. Bagaimana cara menilai seseorang agar tahu bahwa dia amanah?
3. Bagaimana konsep amanah dalam Al-Qur’an?
4. Mengapa amanah dihubungkan dengan ilmu psikologi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu amanah.
2. Untuk mengetahui cara menilai seseorang yang amanah.
3. Untuk mengetahui konsep amanah dalam Al-Qur’an.
4. Untuk mengetahui hubungan amanah dengan ilmu psikologi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Amanah
Definisi amanah sangat luas cakupannya. Amanah meliputi segala yang
berkaitan hubungan interpersonal antar manusia dan hubungan dengan Sang
Penguasa Alam, yaitu Allah.
Menurut Ibnu Katsir (2013) amanah adalah semua tugas atau pembebanan
agama yang meliputi perkara dunia dan akhirat yang ditujukan kepada manusia.
Dari segi bahasa, amanah berasal dari bahasa arab yang berarti aman, jujur, atau
dapat dipercaya. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013)
amanah adalah sesuatu yang dititipkan kepada orang lain, setia, dan dapat
dipercaya. Amanah merupakan kepercayaan yang diberikan kepada seseorang
untuk ditunaikan kepada yang berhak (Amirin, 2007). Orang yang amanah adalah
orang yang dapat menjalankan tugas yang diberikan.

B. Cara Menilai Seseorang yang Amanah


Dengan menggunakan pendekatan psikologi indigenous, yaitu pemimpin
yang amanah (Fitriyani, 2014), orang tua yang amanah (Wahyuni, 2014; Fitri, &
Widyastuti, 2014), dan saudara yang amanah (Munthe & Widyastuti, 2014). Pada
pendekatan ini fokus pada dua hal, yaitu menggali pemahaman masyarakat tentang
konsep amanah dan konstruksi instrumen amanah. Pertama, konsep amanah
tentunya tidak lepas dari pengaruh sosial dan budaya setempat. Istilah atau kata
amanah merupakan istilah islam yang diadaptasi dan digunakan dalam konteks
masyarakat Indonesia. Amanah merupakan salah satu karakteristik sifat Nabi
Muhammad yang diartikan orang yang dapat dipercaya. Demikian juga yang terjadi
di Indonesia, istilah amanah dilekatkan pada orang yang dapat dipercaya. Namun
konsep ini belum jelas secara operasional: bagaimana orang yang dikatakan amanah
dalam konteks Indonesia. Oleh karena itu, perlu memahami seperti apa orang yang
amanah dalam konteks masyarakat, khususnya mahasiswa. Kedua, instrumen

2
amanah yang dibuat berdasarkan teori dan konsep dari islam sudah ada namun
hingga saat ini belum ada instrumen amanah yang dikonstrak dari bawah (bottom-
up), yaitu dari pengalaman sehari-hari masyarakat. Atas dasar itu, instrumen
amanah ini menggunakan prototype methodology, yaitu merupakan salah satu cara
untuk mengkonsep atau mengkonstrak atribut psikologis. Pendekatan prototipe
terbukti efektif untuk menggambarkan dan mengkonstrak atribut psikologis seperti
yang dilakukan, Frei dan Shaver, (2002); dan Langdon (2007). Estimasi reliabilitas
menggunakan konsistensi internal dengan teknik alpha cronbach. Sementara untuk
validitas instrumen menggunakan validitas berdasarkan isi, yaitu penelaahan
mengenai sejauh mana isi aitem sesuai dengan konstrak yang diukur (Furr, 2011).
Dengan cara tersebut diharapkan pengukuran konstrak amanah dapat diidentifikasi
secara akurat dan sesuai dengan konteks masyarakat Indonesia.

Konsep amanah melekat pada orang yang menjadi target amanah. Artinya,
orang dikatakan amanah adalah orang yang dapat dipercaya, memiliki karakter
positif (bertanggung jawab, jujur, menjaga kepercayaan), dan melakukan tugas
yang diberikan.

Konsep amanah cenderung arahnya kepada hubungan interpersonal


(horizontal) antar manusia, walaupun ada beberapa subjek yang mengkaitkan
amanah dengan kewajiban menjalankan agama, seperti melaksanakan perintah
Allah atau Rasul. Padahal dalam konsep islam, konsep amanah sangat luas yang
mencakupi urusan agama dan duniawai (Ibnu Katsir, 2013). Sementara dalam
perspektif psikologi, amanah cenderung lebih dekat kepada kepercayaan (trust) dan
keterpecayaan (trustworthiness). Namun perbedaannya, dalam islam konsep
amanah tidak hanya berkaitan dengan hubungan interpersonal tetapi juga hubungan
dengan Allah. Sementara pada konsep psikologi, kepercayaan dan keterpecayaan
berada pada tataran hubungan interpersonal antarmanusia.

Amanah memiliki konsep terletak pada dua hal, yaitu pembebanan tugas
dan kualitas individu. Pertama, amanah didefinisikan sebagai beban tugas yang
diberikan untuk dilaksanakan. Tugas ini dapat berasal dari manusia ataupun tugas
agama (dari Allah atau Rasul). Setiap tugas yang diberikan adalah amanah, artinya

3
tugas tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan perintah. Apabila tugas tidak
dilaksanakan akan memiliki konsekuensi, yaitu apabila dilaksanakan akan
memperoleh imbalan dan apabila tidak dilaksanakan akan memperoleh sanksi.
Konsep ini banyak dibahas dalam perspektif islam, amanah dapat diartikan tugas
yang harus dilaksanakan individu, seperti yang ada dalam Al-Quran surat Al Ahzab
ayat 72: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi
dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya… dan surat Al Mukminun ayat 8” Dan
orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”.
Pada kedua ayat tersebut dijelaskan bahwa amanah itu adalah beban tugas yang
diberikan Allah atau manusia untuk dipikul atau dilaksanakan bagi yang menerima
amanah tersebut.

Kedua, amanah dimaknai sebagai kualitas individu berarti amanah sebagai


sifat baik yang harus dimiliki oleh setiap muslim, seperti bertanggung jawab, jujur,
melaksanakan janji. Konsep ini mirip dengan konsep keterpecayaan (Mayer, dkk.,
1995). Jika dilihat dari teori keterpecayaan oleh Mayer, dkk., (1995) kualitas
individu layak dipercaya meliputi tiga, yaitu kemampuan (kompetensi), integritas
dan kebajikan. Dalam perspektif islam, amanah merupakan salah satu sifat mulia
yang harus dimiliki seorang muslim. Nabi bersabda: “Tidak (sempurna) iman
seseorang yang tidak amanah.” (HR. Ahmad).”Apabila suatu urusan diserahkan
kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah datangnya kehancuran.” (HR.
Al-Bukhari). Dari hadis ini dapat disimpulkan bahwa amanah merupakan salah satu
sifat yang sangat di junjung tinggi dalam islam. Amanah dikaitkan dengan
kemampuan individu dalam menyelesaikan, dan menjaga tugas hingga selesai.

Akhirnya, amanah bukanlah emosi tetapi kognisi, sikap dan perilaku atau
disposisi terhadap individu berdasarkan persepsi kualitas individu. Faktor integritas
(seperti jujur) menjadi sifat atau perilaku yang dominan dalam menjelaskan konsep
amanah.

4
C. Konsep Amanah dalam Al-Qur’an
Konsep amanah di dalam al-Qur’an mengandung pengertian sangat luas,
mencakup segala interaksi manusia, baik interaksi dengan Tuhan, dirinya sendiri,
orang lain atau alam sekitar.
a. Amanah terhadap Tuhan mengandung pengertian bahwa sebagai hamba
yang dipikulkan amanah di pundaknya, manusia harus melaksanakan apa yang
telah Tuhan perintahkan dan menjauhi semua yang dilarang.
Alasan penolakan alam (bumi, langit dan sebagainya) terhadap amanah
(QS.Al-Ahzab: 72) adalah karena mereka tidak memiliki potensi kebebasan
seperti manusia. Padahal untuk menjalankan amanah diperlukan kebebasan
yang diiringi dengan tanggung jawab. Oleh sebab itu, apapun yang dilakukan
bumi, langit, gunung terhadap manusia, walaupun sampai menimbulkan
korban jiwa dan harta benda, tetap saja “benda-benda alam” itu tidak dapat
diminta pertanggung jawabannya oleh Allah. Berbeda dengan manusia.
Apapun yang dilakukannya tetap dituntut pertanggung jawaban. Manusia
adalah khalifah fi al-ardh, oleh karena itu manusia memiliki beban (tugas)
untuk memakmurkan bumi (was ta’marakum al-ardh). Sebuah tugas yang
maha berat, karena menuntut kesungguhan dan keseriusan kita dalam
menjalankannya. Bahkan tugas ini jauh lebih berat dari melaksanakan ibadah.
Secara sederhana dapat dikatakan sebagai seorang muslim, hidup tidak sekedar
menjalankan ibadah mahdzoh saja, lalu kita merasa nyaman. Hidup
sesungguhnya adalah sebuah perjuangan untuk menegakkan kebaikan. Jadi
perbedaan manusia dari makhluk lain adalah karena manusia telah diberi
potensi kebebasan dan akal, sehingga dengan potensi itu manusia mampu
mengenal Rabbnya sendiri, mampu menemukan petunjuk sendiri, beramal
sendiri, dan mencapai Rabbnya sendiri. Semua yang dilakukan manusia adalah
pilihannya sendiri, dengan mempergunakan semua potensi dalam dirinya,
sehingga manusia akan memikul akibat dari pilihannya itu, dan balasan
untuknya sesuai dengan amalnya.
b. Amanah terhadap sesama manusia mengandung pengertian bahwa manusia
harus menjaga dan menunaikan amanat yang dipikulkan orang lain padanya,

5
baik amanat tersebut bersifat material seperti harta benda ataupun non material
seperti menyimpan rahasia.
Dalam pandangan Islam setiap orang adalah pemimpin, baik itu pemimpin
bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat maupun yang lainnya. Sebab,
manusia adalah makhluk sosial dan mempunyai tanggung jawab sosial pula.
Tentu saja semua itu akan dimintai pertanggung jawaban. Amanah menempati
posisi ‘strategis’ dalam syariat Islam. Rasulullah SAW sendiri mendapat gelar
Al Amin (yang bisa dipercaya). Amanah menjadi salah satu pembeda kaum
muslim dengan kaum munafik. Rasulullah SAW telah memperingatkan umat
Islam agar tidak sembarangan memberikan amanah (kepercayaan).
Dengan demikian, meminta jabatan (amanah) sebagai pemimpin merupakan
perbuatan yang dicela. Amanah akan menjadi penyesalan di akhirat kelak.
Betapa tidak, jika seorang yang mendapat amanah tidak menjalankan dengan
baik, mengingkari janjinya dan menipu saudaranya maka ia diharamkan masuk
surga. Rasulullah mengancam pemimpin yang menghianati dan
menyelewengkan amanah yang telah di bebankan kepadanya dengan ancaman
berat.
c. Amanah terhadap diri sendiri mengandung pengertian bahwa manusia harus
memilih hal-hal yang bermanfaat bagi anggota badannya dengan menjaga
kesehatan dan kebersihan agar maksimal dalam menjalankan perintah Tuhan.
d. Amanah terhadap lingkungan berarti manusia harus bertanggung jawab
untuk mengelola lingkungan dari kerusakan ekologis, sehingga ia dapat
mengambil manfaat dari alam tersebut untuk mengabdi kepada Tuhan
(Rohman, 2011).

D. Hubungan Amanah dengan Ilmu Psikologi


Pada ilmu Psikologi, istilah amanah seringkali diasosiasikan dengan honesty
atau trust. Jaya (2011) mengemukakan bahwa amanah dapat dipadankan dengan
trust, yaitu perilaku yang dapat dipercaya dan dapat mempercayai orang lain. Trust
juga dapat didefinisikan sebagai kesediaan (willingness) individu untuk
menggantungkan dirinya pada pihak lain yang terlibat dalam pertukaran karena

6
individu tersebut mempunyai keyakinan (confidence) kepada pihak lain. Rofiq
(2007) mendefinisikan kepercayaan (trust) adalah kepercayaan pihak tertentu
terhadap yang lain dalam melakukan hubungan transaksi berdasarkan suatu
keyakinan bahwa orang yang dipercayainya memiliki segala kewajibannya secara
baik sesuai yang diharapkan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan trust
merupakan kemauan dan kesediaan seseorang untuk berhubungan dengan orang
lain berdasarkan kepercayaan dan keyakinannya terhadap individu tersebut.
Meskipun demikian orang yang diberikan kepercayaan atau orang yang
mendapatkan amanah kurang tepat dipadankan dengan konteks trust, tetapi lebih
tepat dipadankan dengan konteks trustworthiness. Mary (2008) mengatakan
trustworthiness merupakan harapan yang digeneralisasikan, memiliki
kemungkinan subyektivitas, terhadap tingkat keterhubungan antara intensi
komunikasi dan hasil perilaku yang diobservasi sepanjang waktu yang
menunjukkan keajegan antara lisan dan perilaku, sesuai dengan etika dan konsisten
sepanjang waktu. Sementara Gibbs (2004) mengemukakan trustworthiness sebagai
kumpulan atau gabungan sentimen yang dapat berbentuk penerimaan diri berupa
saling menghargai, simpati, dan perasaan terharu pada orang lain sehingga
seseorang menjadi berbuat kebajikan terhadap orang lain dan mengindikasikan
kapasitas minat personal saat menerima trust sebagai kewajiban moral, sebagai
contoh trustworthiness (di dunia akademis) pada iklim akademis antara guru dan
siswa terlihat dari hubungan penuh empati, jauh dari rasa takut dan tekanan
ekonomi. Trustworthiness dapat ditumbuhkembangkan dengan adanya lingkungan
yang saling mempercayai (bimbingan personal, kontak dosen dan siswa).
Trustworthiness akan membawa seseorang pada penerimaan tanggungjawab
personal terhadap keberadaan orang lain. Trustworthiness akan muncul antara diri
seseorang dengan orang lain saat authentic self atau terbuka untuk dirinya sendiri
maupun orang lain. Trustworthiness lebih pada kepercayaan (belaka) pada
perjanjian dan pertukaran hal–hal yang pada umumnya merefleksikan kemanusiaan
sehingga menjadi sesuatu hal yang berarti di dunia.
Berdasarkan penjelasan mengenai amanah, dan trustworthiness tersebut,
disimpulkan bahwa amanah merupakan kemampuan seseorang untuk menunaikan

7
apa yang dipercayakan, menunaikan apa yang dititipkan atau dipercayakan, karena
akan dimintai pertanggungjawabannya. Amanah tersebut juga mirip dengan konsep
trustworthiness yaitu sebagai karakter pribadi yang bertanggungjawab, kumpulan
penerimaan diri berupa saling menghargai, simpati, dan perasaan terharu pada
orang lain sehingga seseorang menjadi berbuat kebajikan terhadap orang lain, dan
mengindikasikan kapasitas minat personal saat menerima trust sebagai kewajiban
moral. Trustworthiness berhubungan dengan kualitas dan atribut kepercayaan,
kesempatan seseorang memahami bagaimana orang berperilaku saat berhubungan
dengan orang lain dan dibagi menjadi kredibilitas (terpenuhinya konsep validitas
internal), keterandalan (berhubungan dengan reliabilitas), transferabilitas
(berhubungan dengan validitas eksternal), dan ketegasan permasalahan yang
dihadapi. Komponen yang membentuk trustworthiness. Mayer, dkk (1995)
berpendapat bahwa yang membentuk trustworthiness ada tiga yaitu; a) kemampuan,
merupakan keterampilan, kompetensi, dan karakteristik yang berpengaruh dalam
domain khusus. Orang yang terpercaya adalah orang yang telah melewati proses
pelatihan, pengalaman dan ahli dalam bidangnya; b) kebaikan hati, orang yang
terpercaya diyakini memiliki keinginan melakukuan hal yang baik, memiliki
kelekatan khusus dengan orang yang mempercayainya seperti menolong orang
tersebut, dan merupakan persepsi yang positif yang diberikan oleh orang yang
mempercayai terhadap orang yang dipercayai; dan c) integritas, merupakan
kemampuan untuk mempertahankan prinsip meskipun dilain pihak dihadapkan
dengan situasi yang menguntungkan.

8
STUDI KASUS

 Banyaknya Pemimpin yang terlihat baik dalam kesehariannya, terlihat biasa


saja tapi ternyata pemimpin itu terlibat dalam kasus korupsi, suap ataupun
perbuatan tercela yang tidak menunjukan bahwa dirinya adalah seorang pemimpin.
Solusinya : dari seorang pemimpin tersebut harusnya ia lebih memahami
makna dari seorang pemimpin dan mengetahui apa dan bagaimana menjadi seorang
pemimpin dan memperkuat keimanan serta ketaqwaan kepada Allah SWT. Dari
external harusnya di terapkan budaya saling mengingatkan antara pimpinan dan
karyawan atau staf di bawahnya agar terjaga dari perbuatan yang tidak
mencontohkan hal buruk atau merusak makna dari kepemimpinan itu sendiri.

 Ada pemimpin yang sangat berjiwa sosial tapi hanya terhadap golongannya
sendiri, dia tidak peka terhadap keadaan atau kondisi sekitar, pemimpin itu hanya
mementingkan keadaan komunitas atau golongannya.
Solusinya adalah untuk pemimpin itu sendiri harusnya tidak hanya
mementingkan diri sendiri dan hanya komunitas/golongannya saja karena
pandangan sosiologis harusnya mencakup semua golongan Masyarakat baik kaum
minoritas ataupun mayoritas. Dan masyarakat juga perlu adanya bentuk penolakan
kebijakan dengan cara berdemo atau aksi jika ada kebijakan dari pemimpin itu yang
menyimpang nilai-nilai sosiologis.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Amanah merupakan konsep Islam yang sudah sering digunakan dalam
konteks masyarakat Indonesia. Orang amanah adalah orang yang memiliki karakter
positif, peran dan kebaikan hati seperti dapat dipercaya, bertanggung jawab dan
jujur, disiplin, bijaksana dan cerdas yang menjalankan peran sebagai anggota
keluarga yang mendidik, melindungi, menjadi tauladan, dan mengurus saudaranya
karena memiliki kebaikan hati (peduli, baik, dan kasih sayang) terhadap
saudaranya. Tidak ada perbedaan signifikan antara remaja dan perempuan dalam
menilai saudaranya walaupun remaja laki-laki lebih menganggap penting karakter,
peran, dan kebaikan hati dalam memandang saudara yang amanah daripada remaja
perempuan.

B. Saran
Diharapkan setelah penulis menyusun makalah ini masyarakat sadar akan
pentingnya berbuat amanah agar percaya dengan yang diberikan kepada umat
manusia dari siapapun kepada siapapun dan harus dipertanggung jawabkan baik
buruknya dihadapan Allah swt dikemudian hari.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anggrek Vanda, 2017. Makalah Sifat Amanah Menurut Al-Qur'an dan Hadits
(http://anggrekvanda15.blogspot.com/2017/10/makalah-sifat-amanah-menurut-al-
quran.html. Diakses tanggal 3 Oktober 2017)

Ivan Muhammad, 2016. Pengukuran Konsep Amanah dalam Pendekatan Kualitatif


dan Kuantitatif (https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/download/11233/15820.
Diakses tanggal 11 September 2016)

11

Anda mungkin juga menyukai