Anda di halaman 1dari 24

FILSAFAT MASA SKOLASTIK

2.1. Filsafat Barat Abad Pertengahan

Filsafat barat abad pertengahan bisa


dikatakan sebagai ‘abad kegelapan’ karena pada
masa itu semuanya terikat dengan gereja.
Kegiatan, hasil karya, pemikiran manusia benar-
benar diawasi dengan ketat oleh gereja. Orang yang
pemikirannya tidak sesuai dengan pemikiran
gereja dan berani mengungkapkan pendapat
tersebut akan dihukum berat. Bisa dikatakan pada
abad ini teologi dianggap lebih tinggi
kedudukannya dibandingakan filsafat.

Filsafat harus diuji apakah bertentangan atau


tidak dengan ajaran gereja. Filsafat berfungsi
melayani teologi. Tapi bukan berarti bahwa
pengembangan penalaran dilarang. Itu masih tetap
bisa dilakukan, malahan mencapai perkembangan
yang lebih maju asal harus diabdikan kepada
keyakinan gereja.
Filsafat barat abad pertengahan dibagi
menjadi dua masa, yakni masa patristik dan masa
skolastik. Perbedaan dua masa ini adalah di masa
patristik ajaran gereja dianggap sebagai filsafat
yang sejati sekaligus sebagai wahyu, sedangkan
pada masa skolastik berbagai pertanyaan diuji
secara tajam dan rasional, tak hanya bergantung
pada ajaran gereja saja.
2.2. Filsafat Skolastik

Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal


dari kata school, yang berarti sekolah. Atau dari
kata schuler yang mempunyai arti kurang lebih
sama yaitu ajaran atau sekolahan. Jadi, skolastik
berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah.

Nama skolastik menunjuk besarnya peranan


sekolah-sekolah dan biara-biara dalam
pengembangan pemikiran-pemikiran filsafat. Masa
skolastik dimulai setelah filsafat mulai mengalami masa
kemandegan karena kerusuhan dan kesulitan politik pada
abad VI dan VII yang dialami oleh bangsa romawi. Karena
itulah kekaisaran romawi menjadi runtuh begitu pula dengan
peradabannya.

Setelah Charlemagne (Karel Agung) berkuasa,


ketentraman itu mulai kembali. Pada saat itu ajaran gereja
mulai tersebar luas di daratan Eropa dan
juga telah muncul organisasi-organisasi yang
berbau gereja. Karena itu didirikanlah sekolah-
sekolah terutama untuk calon pemimpin gereja,
tetapi orang biasa pun boleh masuk di dalamnya.
Yang diajarkan di sekolah-sekolah itu juga masih
merupakan ajaran lama yang disebut artes liberales
(seni merdeka). Artes ini dulu memang menjadi
mata pelajaran utama di Yunani dan Roma. Ada

tujuh macam artes: grammatical, dialectica,


rhetorica, geometria, aritmatica, astronomia, dan
musica. Dialektika ini sekarang disebut logika dan
kemudian meliputi seluruh filsafat.

Ada yang mengatakan bahwa skolastik adalah


filsafat yang berdasarkan agama atau kepercayaan
semata. Pendapat tersebut sebetulnya sudah
mengingkari sifat filsafat skolastik karena dalam
sejarahnya sudah jelas bahwa skolastik di barat
tidaklah berdasarkan wahyu. Wahyu dalam filsafat
diibaratkan seperti mercusuar tetapi bukan kemudi
untuk mencapai kebenaran. Jadi filsafat skolastik

berpikir dalam penerangan agama bukan


berdasarkan kebenaran wahyu semata.
BAB II
MASA AWAL
SKOLASTIK BARAT

Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran


filsafat patristik mulai merosot, terlebih lagi pada
abad ke-6 dan ke-7 dikatakan abad kacau. Hal ini
disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap

Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta


peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun
selama berabad-abad.

Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan


berada di bawah Karel Agung (742–814 M) dapat
memberikan suasana ketenangan dalam bidang
politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan,
termsuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat
menampakkan mulai adanya kebangkitan.
Kebangkitan inilah yang merupakan
kecemerlangan abad pertengahan. Pada mulanya
skolastik ini timbul pertama kalinya di biara italia
selatan dan pada akhirnya sampai berpengaruh ke
Jerman dan Belanda. Kurikulum pengajaranya
meliputi studi duniawi, tata bahasa, retorika,
dialektika, ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu ukur, ilmu
perbintangan dan musik.

Tak banyak yang bisa dijelaskan di masa ini


karena banyaknya kericuhan. Tapi ada beberapa tokoh yang
harus diperhatikan yang mempengaruhi filsafat skolastik di
masa ini.

1. Augustinus (354-430 M)

Augustinus lahir di Tagasta, Numidia


(sekarang Algeria), pada 13 November 354.
Ayahnya, Patricius adalah seorang pejabat pada
kekaisaran Romawi, yang tetap kafir sampai
kematiannya pada tahun 370. Ibunya, Monnica,
adalah penganut Kristen yang amat taat. Pada
tanggal 28 Agustus 430, Augustinus meninggal
dunia dalam kesucian dan kemiskinan yang
memang sudah lama di jalaninya.
Menurut Augustinus dalam pemikirannya, dia
mengatakan dibalik keteraturan dan ketertiban
alam semesta ini pasti ada yang mengendalikan
yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak ada pada ajaran
agama. Kebenaran berpangkal pada aksioma
bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan dari
yang tidak ada (creatio ex nihilo). Kehidupan
yang terbaik adalah kehidupan bertapa dan yang
terpenting adalah cinta kepada Tuhan. Terpisah
dari Tuhan tidak ada realitas , demikian katanya
(Mayer, 357).

2. Boethius (480-524 M)

Nama lengkapnya adalah Anicius Manlius


Severinus Boethius, dia adalah seorang filsuf
Romawi. Ia lahir di kota Roma sekitar tahun 480 M.
Boethius pernah menjabat sebagai seorang pejabat
tinggi di bawah pemerintahan Kaisar Theodorik dan
ia dituduh sebagai pengkhianat lalu dibuang ke
tempat pengasingan. Akhirnya, Boethius dihukum
mati pada tahun 525 M pada usiannya yang ke 44
tahun. Dia mendapat hukuman mati dengan
tuduhan berkhianat. Dia dianggap sebagai filosof
akhir Romawi dan filosof pertama skolastik.

Boethius sekurang – kurangnya telah


menerjemahkan 2 karya Aristoteles tentang logika
yaitu Categories, dan On Interpretation. Beliau sangat
terkesan dengan pemikiran yang benar melalui silogisme
dalam membenarkan argumen teologis. Dia setuju dengan
pandangan bahwa
logika menyediakan jawaban terhadap setiap
misteri eksistensi manusia. Bukunya yang tekenal,
Consolation of Philosophy sangat populer di abad
pertengahan. Pelajaran bidang filsafat pada masa ini adalah
logika dasar yang didasari oleh karya Aristoteles yang
diterjemahkan oleh Boethius.

3. Kaisar Karel Agung (742-814 M)

Kaisar abad tengah Charlemagne (Karel yang


Agung) Lahir tahun 742, dekat kota Aachen yang
akhirnya jadi ibukotanya. Ayahnya bernama Pepin
si Cebol dan kakeknya Charles Martel, seorang pemuka
bangsa Frank. Tahun 751 Pepin dinyatakan sebagai Raja
bangsa Franks sehingga mengakhiri kelemahan dinasti
Merovingian, mendirikan dinasti
baru yang kini disebut Carolingian, sesudah
Charlemagne. Tahun 768 Pepin meninggal dunia
dan kerajaan bangsa Franks dibagi antara Charles
dan saudaranya Carloman. Namun Carloman
meninggal pada tahun 771. Kejadian ini
mengakibatkan Charles, di umur dua puluh
sembilan tahun, menjadi Raja tunggal di Kerajaan
Franks yang sudah menjadi kerajaan terkuat di
Eropa.

Charlemagne membangun sekolah-sekolah


pada zaman ini. Hal itu dikarenakan agar
tersebarnya agama Kristen terdapat pola
organisasi yang teratur (baik dalam penyebaran
maupun memperdalam agamanya). sekolah-
sekolah ini ajaran yang digunakan adalah ajaran
lama yang disebut artes liberales (seni merdeka).
Sedangkan yang meliputi ajaran artes adalah
grammatika, dialektika, astronomia, geometria,
aritmatika yang sudah sudah dijelaskan
dipembahasan sebelumnya. Hal inilah yang memicu
munculnya filsafat skolastik.

4. Santo Anselmus (1033-1109 M)

Anselmus, Uskup Agung Canterbury, lahir di


Aosta, Italia, sekitar tahun 1033. Ia menolak
keinginan ayahnya agar ia meniti karir di bidang
politik dan mengembara keliling Eropa untuk
beberapa tahun lamanya. Seperti anak-anak muda
lainnya yang cerdas dan bergejolak, ia bergabung
ke biara. Di biara Bec, Normandia, di bawah asuhan
seorang guru yang hebat, Lanfranc.

Pemikiran filosofis Anselmus dipengaruhi


berbagai hal, diantaranya Kitab Suci, Bapa Gereja,
dan Augustinus. Plato juga berpengaruh besar, Anselmus
memiliki pandangan yang lebih platonik
daripada Aristotelian walaupun Ia telah membaca
karya Aristoteles dan menggunakan logikanya.
Neoplatonisme juga merupakan gambaran mental
dari Anselmus: Ia menggunakan Plotinus untuk
sampai pada pengetahuan akan trinitas Kristen
(kepercayaan bahwa Allah adalah 3 pribadi, Allah
Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus, namun
tetap satu Allah). Neoplatonisme mempunyai
‘trinitas’-nya sendiri mengenai Yang Satu, Akal
Budi, dan Jiwa

5. Peter Abelardus (1079-1142 M)

Peter Abelardus adalah seorang filsuf


skolastik, ahli logika, dan teolog yang terkenal pada
abad pertengahan. Selain itu ia juga dikenal
sebagai seorang komponis. Skandal dan kisah
cintanya dengan Héloïse d'Argenteuil telah menjadi
legenda. Ada anggapan bahwa ia, bersama dengan
Santo Anselmus dari Canterbury, adalah pendiri
skolastisisme di awal abad ke-12.
Sumbangan Abelardus adalah mengenai
pemecahan masalah mengenai ‘universalia’ yang
ramai diperdebatkan di masa skolastik awal.
‘universalia’ maksudnya adalah konsep-konsep
umum yang soalnya adalah menentukan kodrat dan
kedudukan konsep umum. Anselmus setuju
terhadap pandangan ‘universalia’ oleh
nominalisme yang menyatakan bahwa konsep
umum hanya merupakan nama atau bunyi saja
(flatus vocis). Namun bukan berarti konsep umum
merupakan ciptaan akal budi semata. Konsep-
konsep umum menunjuk pada ciri-ciri yang benar- benar
terdapat pada individu.
BAB III
PUNCAK FILSAFAT
SKOLASTIK BARAT

Abad ke 13 dianggap sebagai zaman kejayaan


filsafat dan teologi skolastik. Pada abad 13 ini
menghasilkan beberapa sintesa filosofis yang
sangat mencolok. Perkembangan ini dimungkinkan
karena adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi antara lain:

1. Hubungan dengan Bangsa Arab

Mulai abad ke-12 ada hubungan-hubungan


baru dengan dunia pemikiran Yunani dan dunia
pemikiran Arab, yaitu dengan peradaban Yunani
dari Italia Selatan dan Silsilia dan dengan kerajaan
Bizantium di satu pihak, dan peradaban arab yang
ada di Spanyol di lain pihak. Melalui karya orang-
orang Arab dan Yahudi Eropa Barat mulai lebih
mengenal karya-karya Aristoteles, yang semula
memang kurang dikenal. Kecuali melalui karya
orang-orang Arab tulisan-tulisan Aristoteles
dikenal melalui karya para bapak gereja Timur,
yang sejak zaman itu dikenal juga.

2. Timbulnya Universitas-universitas

Karena semakin majunya sekolah-sekolah di


Eropa, ada beberapa sekolah yang membentuk
suatu persekutuan antara para dosen dan
mahasiswa dari satu jurusan yang disebut
universitas magistrotum et scolarum (persekutuan
dosen dan mahasiswa). Adanya persekutuan ini
akhirnya dapat menimbulkan 4 fakultas yang
berwibawa, yakni fakultas teologia, fakultas hukum,
fakultas kedokteran, dan fakultas sastra.

3. Timbulnya Ordo-ordo Baru

Ordo-ordo yang muncul di zaman ini antara


lain Ordo Fransiskan dan Ordo Dominikan. Ordo- ordo ini
muncul karena banyaknya perhatian orang
terhadap ilmu pengetahuan, sehingga
menimbulkan dorongan yang kuat
untukmemberikan suasana yang semarak pada
abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap
kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh- tokohnya
memegang peranan di bidang filsafat dan
teologi, seperti; Albertus de Grote, Thomas
Aquines, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.

Beberapa tokoh yang berpengaruh di zaman


ini yaitu:

1. Albertus Magnus (1193-1280 M)

Albertus Magnus juga dikenal sebagai Santo


Albertus Agung dan Albert dari Koln adalah
seorang biarawan Ordo Dominikan yang menjadi
terkenal karena pengetahuan universalnya dan
advokasi keberadaan damai antara ilmiah dan
agama. Dia dianggap sebagai salah satu filsuf
Jerman terbesar dan teolog dari Zaman
Pertengahan. Dia merupakan pelajar pertama dari
Zaman Pertengahan yang menggunakan filosofi
Aristoteles ke dalam pemikiran Kristen pada masa itu.

Albertus adalah seorang teolog, filsuf, dan


naturalis. Ia menulis tetang dunia tanaman,
geografi, mineralogi, sosiologi, dan astronomi.
Tulisannya yang terkenal berjudul De Meteororibus
yang membahas tentang komet, asal usul sungai,
angin, petir, kilat, pelangi, dan sebagainya.
Albertus menyentuh semua ilmu pengetahuan
sehingga Ia diberi gelar doktor universalis.

Albertus merupakan guru Thomas Aquinas


yang dianggap sebagai filosof yang menandai masa kejayaan
skolastik.

2. Thomas Aquinas

adalah seorang filsuf dan teolog dari Italia


yang sangat berpengaruh pada abad pertengahan.
Karya Thomas Aquinas yang terkenal adalah
Summa Theologiae (1273), yaitu sebuah buku yang
merupakan sintesis dari filsafat Aristoteles dan
ajaran Gereja Kristen. Pada tahun 1879, ajaran-
ajarannya dijadikan sebagai ajaran yang sah dalam
Gereja Katolik Roma oleh Paus Leo XIII. Thomas
Aquinas juga disebut Thomas dari Aquino (bahasa
Italia: Tommaso d’Aquino).

Thomas dianggap sebagai filosof yang


menandai masa kejayaan skolastik. Thomas
berusaha untuk membangun suatu perpaduan
realism antara nalar dan iman, kodrat dan
adikodrat, filsafat dan teologi. Berbeda dengan
Agustinus, Ia lebih mengikuti ajaran Aristoteles.
Epistemologi Thomas lebih merupakan kelanjutan
dari epistemologi Aristoteles. Titik tolak ajaran
epistemologi Thomas adalah penerimaan terhadap
pengetahuan yang bersumber pada intelektual

(intellectus agens) demikian juga kebenaran,


kepastian dan sebagainya. Thomas juga menerima
keterbatasan pengetahuan manusia, namun
demikian hal itu sebagai potensi yang tidak terbatas
sifatnya.

Thomas mengajarkan Allah sebagai “ada yang


tak terbatas” (ipsum esse subsistens). Allah adalah
“dzat yang tertinggi”, yang mempunyai keadaan
yang paling tinggi. Allah adalah penggerak yang
tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat
Aristoteles dalam pandangannya. Dunia ini dan
hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu
tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan
bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat
dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup
kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi
sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat
(adikodrati). “Tabiat kodrati bukan ditiadakan,
melainkan disempurnakan oleh rahmat,” demikian
kata Thomas Aquinas.

Aliran filsafat yang didasari oleh pemikiran


Thomas Aquinas dinamakan sebagai aliran
Thomisme.
3. John Duns Scotus

John Duns Scotus (sekitar 1266 – 8 November


1308) adalah seorang teolog, filsuf, dan logikawan.
Sebagian orang berpendapat bahwa pada masa
jabatannya sebagai profesor di Oxford, pengujian
sistematis atas apa yang membedakan teologi dari
filsafat dan sains mulai dikembangkan dengan
sungguh-sungguh. Ia adalah salah satu teolog dan

filsuf yang paling berpengaruh dari Abad


Pertengahan Tinggi, dan dijuluki "Doctor Subtilis"
karena cara berpikirnya yang tajam.

Duns Scotus merupakan pengkritik ajaran


Thomas yang notabene merupakan filosof paling
terkemuka di abad pertengahan. Ia setia
membedakan rasio dengan iman. Kritiknya ini
dikembangkan oleh William Ockham. Aliran filsafat yang
didasarkan ajaran Duns Scotus dinamakan Scotisme.
BAB VI
FILSAFAT SKOLASTIK
BARAT AKHIR
Masa Skolastik akhir ditandai dengan
kemalasan berpikir filsafati sehingga menyebabkan
stagnasi (kemandegan) pemikiran filsafat Skolastik
Kristen. Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah
Nicolaus Cusanus (1401-1404 M.). Dari filsafatnya ia
beranggapan bahwa Allah adalah obyek sentral
bagi intuisi manusia. Karena menurutnya dengan
intuisi manusia dapat mencapai yang terhingga,
obyek tertinggi filsafat, dimana tidak ada hal-hal
yang berlawanan. Dalam diri Allah semua hal yang
berlawanan mencapai kesatuan. Semua makhluk
berhingga berasal dari Allah pencipta, dan
segalanyaakan kembali pula pada pencipta-Nya.
Nicolaus Cusanus sebagai tokoh pemikir yang
berada paling akhir masa Scholasti. Menurut
pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal,
yaitu : lewan indra, akal, dan intuisi. Dengan indra
kita akan mendapat pengetahuan tentang benda
berjasad, yang sifatnya tak sempurna. Dengan akal
kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian
yang abstrak berdasarkan pada sajian atau
tangkapan indera. Dengan intuisi, kita akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi
sebagaiamana dijelaskan pada paragraf
sebelumnya.
Pada tahap akhir masa skolastik terdapat filosof
yang berbeda pandangan dengan Thomas Aquinas,
yaitu William Ockham (1285-1349 M). Tulisan-
tulisannya menyerang kekuasaan gereja dan
teologi Kristen. Karenanya, ia tidak begitu disukai
dan kemudian dipenjarakan oleh Paus. Namun, ia
berhasil meloloskan diri dan meminta suaka politik
kepada Kaisar Louis IV, sehingga ia terlibat konflik
berkepanjangan dengan gereja dan negara. William
Ockham merasa membela agama dengan
menceraikan ilmu dari teologi.Tuhan harus diterima
atas dasar keimanan, bukan dengan pembuktian,
karena kepercayaan teologis tidak dapat
didemonstrasikan.
BAB V
PENUTU
P
5.1. Kesimpulan

Filsafat skolastik barat dibagi menjadi 3 masa,


awal, kejayaan dan akhir. Di masa awal merupakan
masa bangkitnya kembali filsafat setelah
mengalami kemandegan di zaman patristik. Di
bawah kepemimpinan Karel Agung didirikanlah
sekolah-sekolah yang menjadi pemicu kebangkitan
filsafat. Pada masa kejayaan ada 2 aliran besar
yang paling berpengaruh yakni aliran Thomisme
yang didasarkan pada ajaran Thomas Aquinas dan
aliran Scotisme yang didasarkan pada ajaran John
Duns Scotus. Pada akhirnya William Ockham yang
mengembangkan ajaran Duns Scotus berhasil
membuat aliran yang disebut via moderna.

Meski masa skolastik barat telah berakhir,


dampaknya masih terasa saat ini. Karena ajaran-
ajaran di masa itulah yang membuat sains saat ini
dapat berkembang dengan pesat.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai
materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Poedjawijatna.1990. Pembimbing ke Arah Alam


Filsafat. PT. Pembangunan: Jakarta

Hadiwijjono, Harun. 1980 .Sari Sejarah Filsafat


Barat I. Penerbit Kanisius: Yogyakarta

Bertens, Kees. 1975. Ringkasan Sejarah Filsafat.


Penerbit Kanisius: Yogyakarta

Welem, F.D.. 2003. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-


tokoh dalam Sejarah Gereja.
PT. BPK. Gunung Mulia: Jakarta

Watloly, Aholiab. 2001. Tanggung Jawab


Pengetahuan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta

Magee, Bryan. 2008. The Story of Philosophy.


Penerbit Kanisius: Yogyakarta

http://www.google.com/

Anda mungkin juga menyukai