dikatakan sebagai ‘abad kegelapan’ karena pada masa itu semuanya terikat dengan gereja. Kegiatan, hasil karya, pemikiran manusia benar- benar diawasi dengan ketat oleh gereja. Orang yang pemikirannya tidak sesuai dengan pemikiran gereja dan berani mengungkapkan pendapat tersebut akan dihukum berat. Bisa dikatakan pada abad ini teologi dianggap lebih tinggi kedudukannya dibandingakan filsafat.
Filsafat harus diuji apakah bertentangan atau
tidak dengan ajaran gereja. Filsafat berfungsi melayani teologi. Tapi bukan berarti bahwa pengembangan penalaran dilarang. Itu masih tetap bisa dilakukan, malahan mencapai perkembangan yang lebih maju asal harus diabdikan kepada keyakinan gereja. Filsafat barat abad pertengahan dibagi menjadi dua masa, yakni masa patristik dan masa skolastik. Perbedaan dua masa ini adalah di masa patristik ajaran gereja dianggap sebagai filsafat yang sejati sekaligus sebagai wahyu, sedangkan pada masa skolastik berbagai pertanyaan diuji secara tajam dan rasional, tak hanya bergantung pada ajaran gereja saja. 2.2. Filsafat Skolastik
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal
dari kata school, yang berarti sekolah. Atau dari kata schuler yang mempunyai arti kurang lebih sama yaitu ajaran atau sekolahan. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah.
Nama skolastik menunjuk besarnya peranan
sekolah-sekolah dan biara-biara dalam pengembangan pemikiran-pemikiran filsafat. Masa skolastik dimulai setelah filsafat mulai mengalami masa kemandegan karena kerusuhan dan kesulitan politik pada abad VI dan VII yang dialami oleh bangsa romawi. Karena itulah kekaisaran romawi menjadi runtuh begitu pula dengan peradabannya.
Setelah Charlemagne (Karel Agung) berkuasa,
ketentraman itu mulai kembali. Pada saat itu ajaran gereja mulai tersebar luas di daratan Eropa dan juga telah muncul organisasi-organisasi yang berbau gereja. Karena itu didirikanlah sekolah- sekolah terutama untuk calon pemimpin gereja, tetapi orang biasa pun boleh masuk di dalamnya. Yang diajarkan di sekolah-sekolah itu juga masih merupakan ajaran lama yang disebut artes liberales (seni merdeka). Artes ini dulu memang menjadi mata pelajaran utama di Yunani dan Roma. Ada
tujuh macam artes: grammatical, dialectica,
rhetorica, geometria, aritmatica, astronomia, dan musica. Dialektika ini sekarang disebut logika dan kemudian meliputi seluruh filsafat.
Ada yang mengatakan bahwa skolastik adalah
filsafat yang berdasarkan agama atau kepercayaan semata. Pendapat tersebut sebetulnya sudah mengingkari sifat filsafat skolastik karena dalam sejarahnya sudah jelas bahwa skolastik di barat tidaklah berdasarkan wahyu. Wahyu dalam filsafat diibaratkan seperti mercusuar tetapi bukan kemudi untuk mencapai kebenaran. Jadi filsafat skolastik
berpikir dalam penerangan agama bukan
berdasarkan kebenaran wahyu semata. BAB II MASA AWAL SKOLASTIK BARAT
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran
filsafat patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan ke-7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap
Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta
peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan
berada di bawah Karel Agung (742–814 M) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termsuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan. Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di biara italia selatan dan pada akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda. Kurikulum pengajaranya meliputi studi duniawi, tata bahasa, retorika, dialektika, ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan musik.
Tak banyak yang bisa dijelaskan di masa ini
karena banyaknya kericuhan. Tapi ada beberapa tokoh yang harus diperhatikan yang mempengaruhi filsafat skolastik di masa ini.
1. Augustinus (354-430 M)
Augustinus lahir di Tagasta, Numidia
(sekarang Algeria), pada 13 November 354. Ayahnya, Patricius adalah seorang pejabat pada kekaisaran Romawi, yang tetap kafir sampai kematiannya pada tahun 370. Ibunya, Monnica, adalah penganut Kristen yang amat taat. Pada tanggal 28 Agustus 430, Augustinus meninggal dunia dalam kesucian dan kemiskinan yang memang sudah lama di jalaninya. Menurut Augustinus dalam pemikirannya, dia mengatakan dibalik keteraturan dan ketertiban alam semesta ini pasti ada yang mengendalikan yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak ada pada ajaran agama. Kebenaran berpangkal pada aksioma bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan dari yang tidak ada (creatio ex nihilo). Kehidupan yang terbaik adalah kehidupan bertapa dan yang terpenting adalah cinta kepada Tuhan. Terpisah dari Tuhan tidak ada realitas , demikian katanya (Mayer, 357).
2. Boethius (480-524 M)
Nama lengkapnya adalah Anicius Manlius
Severinus Boethius, dia adalah seorang filsuf Romawi. Ia lahir di kota Roma sekitar tahun 480 M. Boethius pernah menjabat sebagai seorang pejabat tinggi di bawah pemerintahan Kaisar Theodorik dan ia dituduh sebagai pengkhianat lalu dibuang ke tempat pengasingan. Akhirnya, Boethius dihukum mati pada tahun 525 M pada usiannya yang ke 44 tahun. Dia mendapat hukuman mati dengan tuduhan berkhianat. Dia dianggap sebagai filosof akhir Romawi dan filosof pertama skolastik.
Boethius sekurang – kurangnya telah
menerjemahkan 2 karya Aristoteles tentang logika yaitu Categories, dan On Interpretation. Beliau sangat terkesan dengan pemikiran yang benar melalui silogisme dalam membenarkan argumen teologis. Dia setuju dengan pandangan bahwa logika menyediakan jawaban terhadap setiap misteri eksistensi manusia. Bukunya yang tekenal, Consolation of Philosophy sangat populer di abad pertengahan. Pelajaran bidang filsafat pada masa ini adalah logika dasar yang didasari oleh karya Aristoteles yang diterjemahkan oleh Boethius.
3. Kaisar Karel Agung (742-814 M)
Kaisar abad tengah Charlemagne (Karel yang
Agung) Lahir tahun 742, dekat kota Aachen yang akhirnya jadi ibukotanya. Ayahnya bernama Pepin si Cebol dan kakeknya Charles Martel, seorang pemuka bangsa Frank. Tahun 751 Pepin dinyatakan sebagai Raja bangsa Franks sehingga mengakhiri kelemahan dinasti Merovingian, mendirikan dinasti baru yang kini disebut Carolingian, sesudah Charlemagne. Tahun 768 Pepin meninggal dunia dan kerajaan bangsa Franks dibagi antara Charles dan saudaranya Carloman. Namun Carloman meninggal pada tahun 771. Kejadian ini mengakibatkan Charles, di umur dua puluh sembilan tahun, menjadi Raja tunggal di Kerajaan Franks yang sudah menjadi kerajaan terkuat di Eropa.
Charlemagne membangun sekolah-sekolah
pada zaman ini. Hal itu dikarenakan agar tersebarnya agama Kristen terdapat pola organisasi yang teratur (baik dalam penyebaran maupun memperdalam agamanya). sekolah- sekolah ini ajaran yang digunakan adalah ajaran lama yang disebut artes liberales (seni merdeka). Sedangkan yang meliputi ajaran artes adalah grammatika, dialektika, astronomia, geometria, aritmatika yang sudah sudah dijelaskan dipembahasan sebelumnya. Hal inilah yang memicu munculnya filsafat skolastik.
4. Santo Anselmus (1033-1109 M)
Anselmus, Uskup Agung Canterbury, lahir di
Aosta, Italia, sekitar tahun 1033. Ia menolak keinginan ayahnya agar ia meniti karir di bidang politik dan mengembara keliling Eropa untuk beberapa tahun lamanya. Seperti anak-anak muda lainnya yang cerdas dan bergejolak, ia bergabung ke biara. Di biara Bec, Normandia, di bawah asuhan seorang guru yang hebat, Lanfranc.
Pemikiran filosofis Anselmus dipengaruhi
berbagai hal, diantaranya Kitab Suci, Bapa Gereja, dan Augustinus. Plato juga berpengaruh besar, Anselmus memiliki pandangan yang lebih platonik daripada Aristotelian walaupun Ia telah membaca karya Aristoteles dan menggunakan logikanya. Neoplatonisme juga merupakan gambaran mental dari Anselmus: Ia menggunakan Plotinus untuk sampai pada pengetahuan akan trinitas Kristen (kepercayaan bahwa Allah adalah 3 pribadi, Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus, namun tetap satu Allah). Neoplatonisme mempunyai ‘trinitas’-nya sendiri mengenai Yang Satu, Akal Budi, dan Jiwa
5. Peter Abelardus (1079-1142 M)
Peter Abelardus adalah seorang filsuf
skolastik, ahli logika, dan teolog yang terkenal pada abad pertengahan. Selain itu ia juga dikenal sebagai seorang komponis. Skandal dan kisah cintanya dengan Héloïse d'Argenteuil telah menjadi legenda. Ada anggapan bahwa ia, bersama dengan Santo Anselmus dari Canterbury, adalah pendiri skolastisisme di awal abad ke-12. Sumbangan Abelardus adalah mengenai pemecahan masalah mengenai ‘universalia’ yang ramai diperdebatkan di masa skolastik awal. ‘universalia’ maksudnya adalah konsep-konsep umum yang soalnya adalah menentukan kodrat dan kedudukan konsep umum. Anselmus setuju terhadap pandangan ‘universalia’ oleh nominalisme yang menyatakan bahwa konsep umum hanya merupakan nama atau bunyi saja (flatus vocis). Namun bukan berarti konsep umum merupakan ciptaan akal budi semata. Konsep- konsep umum menunjuk pada ciri-ciri yang benar- benar terdapat pada individu. BAB III PUNCAK FILSAFAT SKOLASTIK BARAT
Abad ke 13 dianggap sebagai zaman kejayaan
filsafat dan teologi skolastik. Pada abad 13 ini menghasilkan beberapa sintesa filosofis yang sangat mencolok. Perkembangan ini dimungkinkan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain:
1. Hubungan dengan Bangsa Arab
Mulai abad ke-12 ada hubungan-hubungan
baru dengan dunia pemikiran Yunani dan dunia pemikiran Arab, yaitu dengan peradaban Yunani dari Italia Selatan dan Silsilia dan dengan kerajaan Bizantium di satu pihak, dan peradaban arab yang ada di Spanyol di lain pihak. Melalui karya orang- orang Arab dan Yahudi Eropa Barat mulai lebih mengenal karya-karya Aristoteles, yang semula memang kurang dikenal. Kecuali melalui karya orang-orang Arab tulisan-tulisan Aristoteles dikenal melalui karya para bapak gereja Timur, yang sejak zaman itu dikenal juga.
2. Timbulnya Universitas-universitas
Karena semakin majunya sekolah-sekolah di
Eropa, ada beberapa sekolah yang membentuk suatu persekutuan antara para dosen dan mahasiswa dari satu jurusan yang disebut universitas magistrotum et scolarum (persekutuan dosen dan mahasiswa). Adanya persekutuan ini akhirnya dapat menimbulkan 4 fakultas yang berwibawa, yakni fakultas teologia, fakultas hukum, fakultas kedokteran, dan fakultas sastra.
3. Timbulnya Ordo-ordo Baru
Ordo-ordo yang muncul di zaman ini antara
lain Ordo Fransiskan dan Ordo Dominikan. Ordo- ordo ini muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan, sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untukmemberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh- tokohnya memegang peranan di bidang filsafat dan teologi, seperti; Albertus de Grote, Thomas Aquines, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.
Beberapa tokoh yang berpengaruh di zaman
ini yaitu:
1. Albertus Magnus (1193-1280 M)
Albertus Magnus juga dikenal sebagai Santo
Albertus Agung dan Albert dari Koln adalah seorang biarawan Ordo Dominikan yang menjadi terkenal karena pengetahuan universalnya dan advokasi keberadaan damai antara ilmiah dan agama. Dia dianggap sebagai salah satu filsuf Jerman terbesar dan teolog dari Zaman Pertengahan. Dia merupakan pelajar pertama dari Zaman Pertengahan yang menggunakan filosofi Aristoteles ke dalam pemikiran Kristen pada masa itu.
Albertus adalah seorang teolog, filsuf, dan
naturalis. Ia menulis tetang dunia tanaman, geografi, mineralogi, sosiologi, dan astronomi. Tulisannya yang terkenal berjudul De Meteororibus yang membahas tentang komet, asal usul sungai, angin, petir, kilat, pelangi, dan sebagainya. Albertus menyentuh semua ilmu pengetahuan sehingga Ia diberi gelar doktor universalis.
Albertus merupakan guru Thomas Aquinas
yang dianggap sebagai filosof yang menandai masa kejayaan skolastik.
2. Thomas Aquinas
adalah seorang filsuf dan teolog dari Italia
yang sangat berpengaruh pada abad pertengahan. Karya Thomas Aquinas yang terkenal adalah Summa Theologiae (1273), yaitu sebuah buku yang merupakan sintesis dari filsafat Aristoteles dan ajaran Gereja Kristen. Pada tahun 1879, ajaran- ajarannya dijadikan sebagai ajaran yang sah dalam Gereja Katolik Roma oleh Paus Leo XIII. Thomas Aquinas juga disebut Thomas dari Aquino (bahasa Italia: Tommaso d’Aquino).
Thomas dianggap sebagai filosof yang
menandai masa kejayaan skolastik. Thomas berusaha untuk membangun suatu perpaduan realism antara nalar dan iman, kodrat dan adikodrat, filsafat dan teologi. Berbeda dengan Agustinus, Ia lebih mengikuti ajaran Aristoteles. Epistemologi Thomas lebih merupakan kelanjutan dari epistemologi Aristoteles. Titik tolak ajaran epistemologi Thomas adalah penerimaan terhadap pengetahuan yang bersumber pada intelektual
(intellectus agens) demikian juga kebenaran,
kepastian dan sebagainya. Thomas juga menerima keterbatasan pengetahuan manusia, namun demikian hal itu sebagai potensi yang tidak terbatas sifatnya.
Thomas mengajarkan Allah sebagai “ada yang
tak terbatas” (ipsum esse subsistens). Allah adalah “dzat yang tertinggi”, yang mempunyai keadaan yang paling tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles dalam pandangannya. Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). “Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat,” demikian kata Thomas Aquinas.
Aliran filsafat yang didasari oleh pemikiran
Thomas Aquinas dinamakan sebagai aliran Thomisme. 3. John Duns Scotus
John Duns Scotus (sekitar 1266 – 8 November
1308) adalah seorang teolog, filsuf, dan logikawan. Sebagian orang berpendapat bahwa pada masa jabatannya sebagai profesor di Oxford, pengujian sistematis atas apa yang membedakan teologi dari filsafat dan sains mulai dikembangkan dengan sungguh-sungguh. Ia adalah salah satu teolog dan
filsuf yang paling berpengaruh dari Abad
Pertengahan Tinggi, dan dijuluki "Doctor Subtilis" karena cara berpikirnya yang tajam.
Duns Scotus merupakan pengkritik ajaran
Thomas yang notabene merupakan filosof paling terkemuka di abad pertengahan. Ia setia membedakan rasio dengan iman. Kritiknya ini dikembangkan oleh William Ockham. Aliran filsafat yang didasarkan ajaran Duns Scotus dinamakan Scotisme. BAB VI FILSAFAT SKOLASTIK BARAT AKHIR Masa Skolastik akhir ditandai dengan kemalasan berpikir filsafati sehingga menyebabkan stagnasi (kemandegan) pemikiran filsafat Skolastik Kristen. Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Nicolaus Cusanus (1401-1404 M.). Dari filsafatnya ia beranggapan bahwa Allah adalah obyek sentral bagi intuisi manusia. Karena menurutnya dengan intuisi manusia dapat mencapai yang terhingga, obyek tertinggi filsafat, dimana tidak ada hal-hal yang berlawanan. Dalam diri Allah semua hal yang berlawanan mencapai kesatuan. Semua makhluk berhingga berasal dari Allah pencipta, dan segalanyaakan kembali pula pada pencipta-Nya. Nicolaus Cusanus sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa Scholasti. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu : lewan indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapat pengetahuan tentang benda berjasad, yang sifatnya tak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasarkan pada sajian atau tangkapan indera. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi sebagaiamana dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Pada tahap akhir masa skolastik terdapat filosof yang berbeda pandangan dengan Thomas Aquinas, yaitu William Ockham (1285-1349 M). Tulisan- tulisannya menyerang kekuasaan gereja dan teologi Kristen. Karenanya, ia tidak begitu disukai dan kemudian dipenjarakan oleh Paus. Namun, ia berhasil meloloskan diri dan meminta suaka politik kepada Kaisar Louis IV, sehingga ia terlibat konflik berkepanjangan dengan gereja dan negara. William Ockham merasa membela agama dengan menceraikan ilmu dari teologi.Tuhan harus diterima atas dasar keimanan, bukan dengan pembuktian, karena kepercayaan teologis tidak dapat didemonstrasikan. BAB V PENUTU P 5.1. Kesimpulan
Filsafat skolastik barat dibagi menjadi 3 masa,
awal, kejayaan dan akhir. Di masa awal merupakan masa bangkitnya kembali filsafat setelah mengalami kemandegan di zaman patristik. Di bawah kepemimpinan Karel Agung didirikanlah sekolah-sekolah yang menjadi pemicu kebangkitan filsafat. Pada masa kejayaan ada 2 aliran besar yang paling berpengaruh yakni aliran Thomisme yang didasarkan pada ajaran Thomas Aquinas dan aliran Scotisme yang didasarkan pada ajaran John Duns Scotus. Pada akhirnya William Ockham yang mengembangkan ajaran Duns Scotus berhasil membuat aliran yang disebut via moderna.
Meski masa skolastik barat telah berakhir,
dampaknya masih terasa saat ini. Karena ajaran- ajaran di masa itulah yang membuat sains saat ini dapat berkembang dengan pesat. Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. DAFTAR PUSTAKA
Poedjawijatna.1990. Pembimbing ke Arah Alam
Filsafat. PT. Pembangunan: Jakarta
Hadiwijjono, Harun. 1980 .Sari Sejarah Filsafat
Barat I. Penerbit Kanisius: Yogyakarta
Bertens, Kees. 1975. Ringkasan Sejarah Filsafat.
Penerbit Kanisius: Yogyakarta
Welem, F.D.. 2003. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-
tokoh dalam Sejarah Gereja. PT. BPK. Gunung Mulia: Jakarta