Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep pendidikan Islam pada hakikatnya berupaya menjadikan


manusia mencapai keseimbangan kepribadiannya secara menyeluruh, dan
dilakukan melalui harapan tertentu. Rumusan pendidikan harus dikaitkan
dengan pemikiran filosofis pendidikan Islam. Pendidikan Islam dibangun di
atas konstruksi wahyu Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber utamanya.
Pendidikan Islam juga memiliki asas dan landasan hujum yang tetap
terbangun dari kedua sumber daya tersebut.

Pendidikan Islam dari masa ke masa, dari zaman Rasulullah SAW.,


khulafa al-Rasyidin sampai terbentuknya Daulah Umayyah dan Daulah
Abbasiyah hingga sekarang telah memberikan kontribusi nyata bagi
perkembangan dunia, khusunya umat Islam itu sendiri. Salah satunya adalah
Daulah Fatimiyah di Mesir.

Maka dari itu pada kesempatan kali ini kelompok kami akan
memaparkan mengenai Universitas-universitas Islam di dunia 2 diantaranya
yaitu Universitas Al Azhar dan Universitas Sankore

B. Rumusan Masalah

1. Apa latar belakang atau sejarah dari Universitas Al Azhar?


2. Apa latar belakang atau sejarah dari Universitas Sankore?
3. Bagaimana sistem pendidikan di Universitas Al Azhar?
4. Bagaimana sistem pendidikan di Universitas Sankore?

1
C. Tujuan

1. Untuk megetahui apa latar belakang atau sejarah dari Universitas Al


Azhar.

2. Untuk megetahui apa latar belakang atau sejarah dari Universitas


Sankore.

3. Untuk mengetahui bagaimana sistem pendidikan di Universitas Al Azhar.

4. Untuk mengetahui bagaimana sistem pendidikan di Universitas Sankore.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Universitas Al Azhar

Universitas Al Azhar atau biasa dikenal dengan sebutan Al-Jami’ Al-


Azhar di Kairo didirikan oleh Jauhar As-Shiqilly, seorang panglima khalifah
Fatimiyyah Al-Mi’iz Lidnillah. Selesai dibangun pada bulan Ramadhan 361
H/972 M (Yunus, 2008, hal. 187). Al Azhar sejak mula dibangun mendapat
perhatian dan bantuan dari khalifah-khalifah Fatimiyah, kemudian raja-raja,
sultan-sultan dan pemerintah-pemerintah sampai sekarang. Di sekeliling Al-
Jami Al-Azhar dibangun ruak-ruak untuk asrama pelajar-pelajar, serta
disediakan pula perpustakaan yang berisi bermacam-macam ilmu-ilmu
pnegetahuan, terutama ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab. Bagunan Al-Azhar
kerap kali ditambah dan diperluar ± luasnya 11.380 M2.

Al Azhar merupakan universitas Islam yang tertua dan terbesar, Al


Azhar mempunyai sejarah gilang gemilang sejak 1000 tahun yang lalu sampai
sekarang. Al Azhar telah berjasa menyiarkan ilmu-ilmu agama, serta
memperbanyak kitab-kitabnya. Menurut Orientalis (Yunus, 2008, hal. 189),
masa itu adalah masa keemasan dalam sejarah Mesir yang mana sejak itu Al
Azhar tetap menjadi pusat pendidikan dan pengajaran Islam, memelihara dan
mengembangkan syari’at Islam dan bahasa Arab selama zaman pertengahan.

Tidak selalu mulus perjalanan dari sejarah Al Azhar in juga terdapat


masa kemerosotan eksistensi atau keberadaannya yakni setelah Mesir jatuh di
bawah kekuasaan Sultan Utsmaniyyah Turki pada tahun 923 H/1517 M.
Maka lenyaplah kemegahan Mesir dan ilmu pengetahuannya, bahkan juga
perusahaannya. Karena Sultan Turki yang menjadi khalifah juga menarik
ulama-ulama dan ahli-ahli perusahaan dan memindahkan mereka ke Istanbul.
Dengan demikian Mesir dan Al Azhar menjadi sunyi-senyap dan berpindah
pusat-pusat Agama dan bahasa Arab ke Istanbul, yang merupakan Ibu negeri
Turki pada masa itu.

3
Tetapi perkembangan ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab di sana tidak
begitu lancar jalannya. Meskipun begitu di Al-Azhar masih ada juga
tertinggal ulama-ulama yang tidak tertarik oleh Sultan Turki, tetapi bukan
ulama-ulama besar, yang akhirnya mereka menjadi ulama besar juga, tetapi
tidak banyak bilangannya. Demikianlah halnya Al-Azhar di bawah kekuasaan
Sultan Turki.

Pada tahun 1220 H/1805 M, Muhammad Ali Basya berhasil


menguasai Mesir lalu dibangun lah Al Azhar kembali dan dihidupkan
semangat ulama-ulama dan pelajar-pelajar yang telah padam. Sehingga
berkobar-kobar kembali. Ulama-ulama yang terpandai dikirimnya ke Perancis
untuk mempelajari ilmu kedokteran, ilmu tehnik, ilmu ketentaraan atau
militer dan lain-lain. Akhirnya didirikannya sekolah kedokteran, sekolah
bahasa-bahasa asing, dan administrasi dan lain-lain. (Yunus, 2008, hal. 190)

Demikianlah halnya Al-Azhar sejak Muhammad Ali Basya, semakin


lama bertambah maju, serta diadakan perbaikan sedikit demi sedikit, sampai
sekarang, sehingga mengalami perbaikan yang besar. Memang Al-Azhar
terlambat memasukkan perbaikan dan pembaharuan itu, meskipun begitu Al-
Azhar tetap memelihara kitab-kitab lama dan pusaka ilmiyah yang
ditinggalkan oleh ulama-ulama Islam terdahulu.

B. Sejarah Universitas Sankore

Sebelum menjadi universitas, Sankore dulunya adalah bangunan


sebuah Masjid yang didirikan oleh Hakim Ketua Timbuktu, Al-Qadi Aqib ibn
Mahmud ibn Umar pada 989 M dan selanjutnya seorang wanita setempat
bernama Madinka menggunakan kekayaannya untuk merubah Masjid
menjadi lembaga pendidikan tinggi Islam kelas internasional yang mana
universitas Sankore ini adalah salah satu tanda kemajuan Islam di Afrika.

Universitas Sankore merupakan lembaga pendidikan tinggi yang


terletak di Benua Hitam, khususnya di kota Sankore, Timbuktu, Mali, Afrika
Barat. Suku-suku kecil maupun besar di Afrika berkumpul dan belajar di

4
universitas ini selama kurang lebih 4 abad lamanya (Nugraha, 2016, hal.
144). Selain itu Sankore merupakan salah satu lemabaga pendidikan Islam di
Afrika yang paling tepat untuk mencontohkan eksistensi kemajuan peradaban
pendidikan Islam di Afrika sebelum kedatangan kolonial Eropa.

Kata Sankore berasal dari pencampuran bahasa Mesir dan Songhay,


yang berarti Rumah Imu Pengetahuan. Universitas Sankore menjadi lembaga
pendidikan berkelas dunia, serta menjadi salah satu rute perdagangan teramai
di dunia ketika itu. Selain itu ilmuan Islam dari luar Afrika sengaja
didatangkan untuk mengajar di universitas tersebut.

Pada tahun 1324 M (Nugraha, 2016, hal. 145), Timbuktu berhasil


ditaklukan oleh Kaisar Mali, Mansa Kankou Musa (1280-1337 M), Kaisar
Mali dari dinasti Keita sekaligus dianggap salah satu orang terkaya di dunia.
Dia kemudian memilih untuk memeluk agama Islam dan melakukan
perjalanan hijrahnya ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Sepulangnya
dari Mekkah ia kemudia membawa seorang aristek dari Granada, Spanyol
yang bernama Abu Ishaq es Saheli untuk membangun kembali masjid
pertama Sankore yang didesain khusus meniru Masjidil Haram di Mekkah.
Pada bagian dalamnya dibuatkan halaman tengah yang nyaman dan luas.

Di masjid itulah kemudian aktivitas keilmuan tumbuh pesat. Selain


itu, Kaisar Mansa juga membiayai sejumlah besar ilmuan Islam untuk datang
ke Timbuktu dan berbagi ilmu pengetahuan dengan rakyatnya. Dalam waktu
singkat, Universitas Sankore menjadi universitas terbesar di Afrika Barat
pada saat itu. Universitas Sankore telah menarik perhatian banyak orang dari
berbagai penjuru dunia untuk menimba ilmu agama dan ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya. Tak kurang dari 25.000 orang pelajar Muslim datang
untuk memeperoleh gelar sarjana sejak abad ke-12 hingga 16. Hal ini
dikemukakan oleh Olayanju Olajide (Nugraha, 2016, hal. 146).

Hal menarik lainnya dari hadirnya Universitas Sankore di Timbuktu,


adalah sebuah kenyataan bahwa universitas ini tidak seperti universitas Islam

5
yang hidup dan berkembang dari institusi dan tradisi budaya masyarakat
Arab. Melainkan, ia lahir alami dalam kebudayaan lokal Afrika yang berkulit
gelap, maka tidak mengeherankan jika arsitektur bangunan Universitas
Sankore sangat berbeda dengan universitas-universitas Islam pada umumnya
serta terkesan nyentrik.

C. Sistem Pendidikan di Universitas Al Azhar

Pada mula-mulanya belajar di Al-Azhar sama juga dnegan di masjid-


masjid yang lain, yaitu menuntut sistem berhalaqah. Seorang pelajar
memasuki Al-Azhar dengan kemauannya. Kalau pelajaran itu tidak
memuaskan baginya ia bebas pindah ke halaqah guru yang lain. Setelah ia
merasa bahwa ia telah mempunyai ilmu yang cukup dan kemauan untuk
mengajar, ia minta izin kepada gurunya, lalu ia duduk mengajar, mengadakan
halaqah sendiri di tempat yang kosong dalam Al-Jami’ Al-Azhar itu. Lalu
hadirlah beberapa pelajar memasuki halaqahnya. Kalau pelajarannya kurang
memuaskan, lalu pelajar-pelajar itu meninggalkan halaqahnya, dengan
demikian matilah halaqahnya itu. Tetapi kalau pelajaran guru itu memuaskan,
maka pelajar-pelajar itu tetap tinggal belajar di halaqahnya. Kemudian Syekh
Al-Azhar menganugerahi guru itu dengan surat ijazah.

Umumnya guru (Syekh) yang mengajar di halaqah itu duduk bersama


pelajar-pelajarnya. Tetapi kadang-kadang guru itu duduk di atas kursi,
dikelilingi oleh pelajar-pelajar. Pelajaran diberikan oleh guru dengan
menerangkan isi kitab yang diajarkannya, bukan saja dengan menerangkan
syarahnya, bahkan juga dengan menerangkan hasyiahnya. Lain daripada itu
diadakan pula munaqasah (diskusi) dan perdebatan antara pelajar-pelajar dan
guru untuk menajamkan otak dan memperdalam ilmu. Demikianlah sistem
belajar di Al-Azhar sampai diadakan perubahan baru dan modern.

1. Ilmu-Ilmu Yang Diajarkan Di Al-Azhar

Pada mula-mulanya Al-Azhar tempat sembahyang, terutama shalat


jum’at dan tempat penyiaran mazhab syi’ah oleh khalifah-khalifah. Ilmu fiqih

6
yang diajarkan di Al-Azhar ialah menurut mazhab syi’ah, sedangkan mazhab-
mazhab yang lain terlarang. Seorang laki-laki yang menyimpan kitab Al-
Muwattha’, karangan Imam Malik dihukum dan dipenjarakan (tahun 381
H/991 M).

Pada masa khalifah Al-‘Aziz (tahun 387 H/988 M) dengan usaha


wazirnya Ya’qub bin Kils, Al-Azhar menjadi universitas Islam. Di dalamnya
diajarkan ilmu-ilmu Agama dan ilmu-ilmu aqliyah (filsafat), sehingga Al-
Azhar menjadi pusat pendidikan dan pengajaran Islam. Di sekeliling Al-
Azhar didirikan gedung untuk tempat jama’ah fuqaha, banyaknya 35 orang.
Semuanya itu dibelanjai oleh khalifah, bahkan pelajar-pelajar juga mendapat
pakaian, makanan, dan timpat tinggal dengan cuma-cuma.

Ilmu-ilmu agama yang diajarkan di Al-Azhar pada waktu itu antara


lain, Tafsir, Qira’at, Hadits, Fiqh, Al-Kalam, Nahwu, Saraf, Lughah, Al-
Bayan, Dan Al-Adab (sastera). Adapun ilmu-ilmu aqliyah yang diajarkan
antara lain, Filsafat, Ilmu Ukur, Falak Dan Ilmu Nujum, Musik, Kedokteran,
Sihir, Kimia, Ilmu Pasti, Sejarah, Dan Ilmu Bumi.

Pendeknya pada masa Daulah Fatimiyah, Al-Azhar menjadi pusat


ilmu pengetahuan agama dan filsafat di samping Darul Ilmi (Darul Hikmah)
yang didirikan oleh khalifah Al-Hakim (tahun 395 H/1005 M).

Setelah Fatimiyah jatuh (tahun 567 H/1171 M) dan digantikan oleh


Aiyubiyin, maka Al-Azhar menjadi sunyi senyap. Shalhuddin memerintahkan
supaya semua bekas peninggalan Fatimiyah Syi’ah dihapuskan dan
dilenyapkan, bahkan shalat Jum’at pun dilarang dalam Al-Azhar, apa lagi
mengajarkan mazhab syi’ah dan ilmu filsafat. Lebih kurang seabad lamanya
Al-Azhar sunyi senyap, tidak diizinkan mendirikan shalat Jum’at. Sedangkan
tempat pendidikan dan pengajaran dipindahkan ke madrasah-madrasah
Shalahiyah.

Setelah Sultan Baibara memerintah Mesir (665 H/1266 M), lalu


diperintahkannya supaya mendirikan shalat Jum’at di Al-Azhar. Kemudian

7
Baibara membuka Al-Azhar kembali untuk tempat pendidikan dan
pengajaran, seperti pada masa Fatimiyah dahulu. Tetapi ilmu fiqih yang
diajarkan pada mula-mulanya ialah mazhab Syafi’i. Kemudian baru
dimasukkan mazhab-mazhab yang lain.

Pada masa Mamalik, sistem pembelajaran di Al-Azhar adalah para


mahasiswa diberikan kebebasan memilih mata kuliah yang dipelajarinya,
sesuai dengan disiplin ilmu yang dikuasai oleh masing-masing dosen. Setelah
mahasiswa dapat menguasai disiplin ilmu yang diberikan oleh seorang dosen,
maka ia dipersilahkan untuk memilih dosen lain untuk mempelajari mata
kuliah yang berbeda. Bagi mahasiswa yang sudah menyelesaikan kuliahnya
kepada seorang dosen, maka ia akan diberi syahadah (ijazah). Dalam ijazah
tersebut diterangkan nama mahasiswa, nama dosen, mazhab, serta tanggal
ijazah dikeluarkan.

Di antara ulama yang bertugas mengajar di Al-Azhar pada masa


Mamalik adalah :

1). Ali Ibn Yusuf Ibn Jariral-Lakhmi (wafat 713 h/1313 m), sebagai
dosen dalam bidang penelitian.

2). Qiwamuddin Al-Kirmani, sebagai dosen dalam ilmu fikih dan ilmu
qira’at.

3). Syamsuddin Al-Ashbahani, sebagai dosen dalam bidang pemikiran.


4). Syarifuddin Al-Zawawi Al-Maliki.
5). Qunbur Ibn Abdillah Al-Sibziwani (wafat tahun 801 H), sebagai
dosen dalam bidang ilmu-ilmu aqliyah.
6). Badruddin Muhammad Ibn Abi Bakar Al-Dimamini (wafat tahun 827
h/1424 m), sebagai dosen dalam ilmu nahwu, nujum, dan fikih
Menurut Dr. Hasanain Rabi’ bahwa pada abad ke-9 H (abad ke-15 M)
merupakan masa gemilang bagi Al-Azhar, karena pada saat itu Al-Azhar
menduduki tempat tinggal di antara madrasah-madrasah dan jamiah yanga da
di Kairo pada saat itu. Ketika itu Al-Azhar sebagai induk sekolah dan

8
sebagai jamiah Islamiyah terbesar. Dan ulama-ulama muslim dari berbagai
Negara datang dan belajar di Jami’ Al-Azhar.
Di antara ulama yang datang ke Mesir saat itu adalah Ibn Khuldun
tahun 784 H (1382) dan sempat menuntut ilmu di Al-Azhar. Ibn Khuldun
perrnah berkata “jika sekiranya saya punya waktu, saya ingin lebih lama
belajar di Jami’ Al-Azhar”. Pada saat itu ia sempat melakukan kontak dengan
para ulama dan ahli sejarah Mesir. Dari hasil pertemuan dan kontak tersebut,
dibangunlah sebuah lembaga pendidikan untuk studi sejarah.

Adapun mahasiswa yang belajar pada lemabag pendidikan ini antara


lain:

1). Imam al-Maqrizi (wafat tahun 845H/1442 M).


2). Ibn Hajar al-‘Asqalni (wafat tahun 853 H/1448 M).
Syekh Hasan al-Azhar adalah di antara ulama yang berjasa kepada Al-
Azhar, terutama dengan idenya agar Al-Azhar memasukkan atau
mengajarkan kuliah filsafat, sastra, geografi, sejarah, dan ilmu-ilmu thabi’i
yang sebelumnya dilarang di Al-Azhar. Idenya yang lain adalah agar setiap
permasalahan yang muncul, hendaknya merujuk kepada kitab aslinya (sumber
primer). Pada tahun 1827 M, ia diangkat sebagai dosen di Al-Azhar.
Ia adalah orang yang pertama kali menyerukan agar Al-Azhar agar
dapat lebih mengembangkan diri, seiring dengan kemajuan perkembangan
dan pengetahuan dan teknologi. Pada tahun 1240 H, ia diberi penghormatan
untuk menjabat sebagai syekh Al-Azhar sampai ia wafat pada tahun 1250 H.
Karena jasa-jasa dan idenya terhadap pengembangan Al-Azhar, ia dikenal
sebagai pelopor pergerakan perbaikan sistem pendidikan di Al-Azhar.
Sehubungan dengan masa perkembangan dan perbaikan sistem
penddikan di Al-Azhar pada masa ini, menurut Prof. Dr. Ahmad Syalabi
pernah dicetuskan pula oleh mantan Presiden Mesir Jamal Abdul Nasr, yaitu
berupa Undang-Undang No. 103 tahun 1961.
Pada tahun 1983 Universitas Al-Azhar, kembali membuka lima
fakultas baru, dengan demikian sampai dengan dengan akhir tahun 1983

9
jumlah fakultas di Universitas Al-Azhar berjumlah 39 fakultas. Tokoh-tokoh
yang pernah menjabat sebagai rektor pada Universitas Al-Azhar, antara lain:
1). Prof. Dr. Muhammad al-Baha
2). Syeikh Ahmad Hasan al-Baquri
3). Prof. Dr, Badawi Abdul Latif
4). Prof. Dr. Abdul Fatah
5). Prof. Dr. Ahamd Umar al-Qalini
Adapun tokoh-tokoh yang pernah menjabat sebagai Syekh Al-Azhar.
Adalah:
1). Syekh Imam Muhammad Al-Khurasyi
2). Syekh Imam Al-Barmawi
3). Syekh Imam Al-Nasyrati
4). Syekh Imam Abdul Baqi Al-Qablini
5). Syekh Imam Muhammad Syunan
6). Syekh Imam Ibrahim Al-Fayumi
7). Syekh Imam Abdullah Al-Syabrawi
8). Syekh Imam Muhammad Al-Hifni
9). Syekh Imam Abdul Rauf Al-Sajini
10). Syekh Imam Ahmad Damanhuri
11). Syekh Imam Ahmad Al-‘Arusi
12). Syekh Imam Abdullah Al-Syarqawi
13). Syekh Imam Muhammad Al-Syanwi
14). Syekh Imam Muhammad Al-‘Arusi
15). Syekh Imamahmad Al-Damanhuji

2. Kitab Kitab Pelajaran Di Al-Azhar Pada Masa Sultan-Sultan


Mamluks

Kitab-kitab pelajaran di Al-Azhar pada masa Sultan Mamluks adalah


sebagai berikut:

1). Kitab hadis yang enam (Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmizi,
An-Nasai, Ibnu Majah) Musnad Ahmad Dan Syafi’i.

10
2). Umdatul-Ahkam (Hafiz Abdul-Ghani).
3). Syuzur Az-Zahab (Ibnu Hisyam).
4). Jam’ul Jawami’.
5). Al –Badrul Munir.
6). As-Syahrul Kabir (Ar-Rafi’).
7). Al-Minhaj (An-Nawawi).
8). Hadis Arba’in.
9). Al-Waraqat (Ushul).
10). Al-Lamhatul Badriyah (Nahwu).

3. Kitab-Kitab Pelajaran Di Al-Azhar Pada Masa Utsmaniyah Turki


(Abad ke 12 H/180 M)

1). Al-Asymuni.
2). Ibnu Aqil.
3). Syekh Khalid dan syarahya.
4). Al-Azhariah dan syarahnya.
5). As-Syuzur.
6). Syuruh Al-Jauharah.
7). Al-Hudhadi.
8). Syarah As-Syamsiyah Al-Kubra Was Shughra.
9). Kitab Al-Mantiq.
10). Kitab Al-Isti’arah, Ma’ani dan Al-Bayan.

D. Sistem Pendidikan di Universitas Sankore

Universitas Sankore terbilang unik dan berbeda dari universitas yang


ada di Eropa. Sistem pendidikan tinggi yang ditawarkannya terbilang amat
khas. Perguruan tinggi ini tak mengenal pusat administrasi, daftar mahasiswa,
atau penentuan program studi. Universitas ini menawarkan kebebasan bagi
para mahasiswanya untuk mengambil studi apa pun yang diinginkannya.

11
Perguruan tinggi yang berada di Timbuktu, Mali, Afrika Barat itu
merupakan kumpulan beberapa sekolah independen atau fakultas yang
masing-masing dikelola dan dipimpin oleh seorang guru atau imam. Para
mahasiswa mempelajari satu bidang studi dari seorang guru. Kuliah
dilakukan di halaman kompleks masjid yang terbuka atau rumah tinggal sang
guru atau imam.

Metode pendaftaran serta format pendidikan yang ditawarkan


universitas ini terbilang sangat sederhana. Universitas Sankore lebih
mementingkan dan memastikan kurikulum yang diajarkan bisa lebih intens
dan komprehensif, baik itu ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum.

1. Tingkatan Studi Universitas Sankore

1). Tingkat pertama. Pada tingkat ini, para mahasiswa harus menghafal
Alquran serta menguasai bahasa Arab secara sempurna. Para
mahasiswa juga diajarkan bagaimana berkomunikasi dan menulis
secara efektif. Para pelajar juga diperkenalkan dengan dasar-dasar
ilmu lainnya. Tingkat dasar ini sering disebut sebagai sekolah
Alquran.

2). Tingkat kedua. Memasuki tingkat kedua, para mahasiswa harus


memiliki komitmen untuk mengingat dan mengamalkan Alquran. Ini
dipandang amat penting, karena seluruh ilmu Islam bersumber dari
Alquran. Setiap pengajaran dan penjelasan yang tak didukung dengan
ayat-ayat Alquran akan ditolak. Tahap ini juga bisa disebut tingkat
pembelajaran umum. Pada tingkat kedua ini, para mahasiswa
diperkenalkan dengan beragam pengetahuan keislaman seperti; tata
bahasa, tafsir Alquran, hadis, hukum Islam, matematika, geografi,
sejarah, fisika, madzhab-madzhab Islam, kimia, serta ilmu penyucian
hati dan jiwa. Para mahasiswa pun belajar kode etik berniaga dan

12
berbisnis. Ini dianggap penting karena para mahasiswa akan menjadi
imam.

3). Tingkat superior. Pada tahap ini kurikulum yang diajarkan sudah
dispesialisasi dan sudah pada level yang tinggi. Para mahasiswa akan
belajar di kelas yang dipimpin oleh seorang profesor ternama.
Tingkat ini merupakan salah satu unggulan yang ditawarkan
Universitas Sankore. Di tingkat superior ini para mahasiswa dituntut
untuk lebih banyak melakukan riset. Para guru besar akan
mengajukan pertanyaan yang berlainan dengan bidang studi yang
diajarkan. Lalu, mereka dituntut untuk melakukan penelitian.
Hasilnya disampaikan di depan sang guru besar. Para mahasiswa
berusaha mempertahankan pendapatnya, sementara mahasiswa lain
akan menghujaninya dengan pertanyaan yang kritis. Hal ini membuat
para mahasiswa serius melakukan risetnya.Mahasiswa pada tingkat
ini bisa belajar dari satu departemen ke departeman lainnya yang
dipimpin seorang guru besar. Kebanyakan mahasiswa akan mencari
seorang syekh atau master dan belajar secara langsung kepadanya.
Tingkatan ini setinggi PhD, sekarang. Untuk menyelesaikan tingkatan
ini, seorang mahasiswa harus menempuh studi selama 10 tahun.

4). Lingkaran pengetahuan. Ini adalah kelompok diskusi para imam,


ilmuwan, dan guru besar. Tugasnya untuk mendiskusikan isu-isu
krusial tentang keislaman. Isu-isu itu akan dipertanyakan oleh para
khalifah atau pemimpin negara Muslim kepada para ulama dan
ilmuwan di Timbuktu. Pertanyaan itu akan didistribusikan kepada
para anggota lingkaran pengetahuan. Setiap ulama dan ilmuwan akan
melakukan riset dan kemudian akan membahasnya dalam sebuah
diskusi. Hasilnya ditulis dalam sebuah risalah.

2. Kemajuan Universitas Sankore

13
Universitas Sankore mencapai puncak kemajuan saat Mansa Musa
berkuasa pada 1307 hingga 1332 Masehi. Kemajuan terus berlanjut saat
Dinasti Askia memegang tampuk kekuasaan pada 1493 hingga 1591 Masehi.
Mereka membangun perpustakaan dengan koleksi buku yang berlimpah. Tak
heran jika kemudian, perpustakaan Universitas Sankore mempunyai koleksi
buku terbesar kedua di Afrika setelah Perpustakaan Alexandria. Perpustakaan
Universitas Sankore dipenuhi oleh 400 ribu hingga 700 ribu naskah buku.

Dalam praktiknya, Universitas Sankore tak memiliki pusat


administrasi. Namun, terdiri atas beberapa lembaga independen, masing-
masing diajar oleh seorang cendekiawan atau profesor. Proses belajar
mengajar berlangsung secara terbuka di pelataran masjid. Belajar juga
dilakukan di beberapa rumah pribadi. Mata kuliah utama yang diajarkan
adalah studi Alquran, Islam, hukum, sastra, obat-obatan, pembedahan dan
operasi, astronomi, matematika, geometri, fisika, kimia, filsafat, bahasa,
geografi, sejarah, dan seni. Para mahasiswa mempelajari pula etika bisnis dan
perdagangan. Di sisi lain, universitas membuka kelas pertukangan, pertanian,
perikanan, konstruksi, pembuatan sepatu, menjahit, dan navigasi. Semua
mahasiswa bebas memilih kelas yang mereka minati.

Terlepas dari mata kuliah yang diambil para mahasiswa, setiap


mahasiswa di Universitas Sankore wajib menghafal Alquran dan menguasai
bahasa Arab. Selain itu, bahasa Arab juga digunakan di Timbuktu sebagai
bahasa komunikasi dalam perdagangan.

3. Cendikiawan Yang Lahir Dari Universitas Sankore

1). Mohammed Bagayogo

Bagayogo memiliki nama lengkap Mohammed Bagayogo Es Sudane


Al Wangari Al Timbukti. Ia merupakan salah satu sarjana terkemuka dari

14
Universitas Sankore, Timbuktu. Ia kemudian menjadi salah satu syekh dan
profesor yang sangat dihargai. Bagayogo dilahirkan di Djenne pada 1523
Masehi. Selain terkenal karena keilmuannya, ia juga dikenal karena sejumlah
karya yang ditulisnya. Sejumlah manuskrip karyanya tersimpan di The
Ahmed Baba Institute. Ada pula yang tersimpan di Museum Prancis.

Karya-karya Bagayogo banyak digunakan sebagai rujukan para


sarjana lainnya untuk mempelajari dan memahami budaya yang berkembang
di Mali pada abad pertengahan. Ia juga merupakan guru sarjana ternama
lainnya, yaitu Ahmad Baba.Bagayogo pernah berkunjung ke Kairo saat
melakukan perjalanan ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Saat
singgah di Kairo, ia dianugerahi gelar doktor kehormatan dari Universitas Al
Azhar atas jasa-jasanya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

2). Ahmad Baba

Ahmad Baba al-Massufi al-Timbukti juga merupakan salah satu


alumnus Universitas Sankore. Ia merupakann ahli hukum, seorang profesor,
dan imam. Ia lahir pada bulan Oktober 1556 dan meninggal dunia pada 1627.
Ahmad Baba dikenal pula dengan panggilan Ahmad Baba Es Sudane atau
Ahmad Baba the black. Selain sebagai seorang cendekiawan, ia merupakan
seorang penulis Afrika Barat di abad pertengahan. Ia pun dikenal sebagai ahli
politik di wilayah yang dikenal sebagai Sudan Barat.

Di sisi lain, Ahmad Baba juga menulis sejumlah karya dalam


berbagai bidang, termasuk hukum, kedokteran, filsafat, astronomi,
matematika, dan lain-lain. Karena jasa dan kebesaran namanya, sebuah
institut diberi nama sesuai namanya, The Ahmad Baba Institute. Lembaga ini
menyimpan lebih dari 18 ribu naskah. Selain Ahmad Baba, ada juga sarjana
lainnya dari Universitas Sankore, antara lain Modibo Mohammad al-Kaburi,
Abu al-Abbas Ahmad Buryu ibn, Ag Mohammed ibn Utman, Abu Abdallah,

15
dan Ag Mohammed Ibn Al-Mukhtar An-Nawahi. Sebagian besar sarjana
tersebut mengikuti mazhab Maliki.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwasannya kedua universitas


Islam ini merupakan universitas tertua dan terbesar di dunia yang berperan
penting dan memiliki andil besar dalam perkembangan pendidikan khususnya
ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya bagi para pelajar muslim dan non muslim
di seluruh dunia.

B. Saran

Tidak lupa kami menyampaikan bahwasannya kami menyadari masih


banyak terdapat kekurangan dalam diri kami dan pada makalah kami karena
terbatasnya pengetahuan serta pengalaman kami. Tentunya terdapat banyak
sekali kekurangan di dalam makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan
saran serta kritik pembaca untuk kedepannya dapat kami perbaiki maupun
menambah isi demi kesempurnaan makalah ini. Lebih dan kurangnya kami
mohon maaf.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mahmud Yunus.2008.SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM.Jakarta: Mahmud Yunus


Wadzurriyyah.

Muhammad Tisna Nugraha.2016.SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM: Paradigma


Baru Memahami Keilmuan Islam Klasik Hingga Modern.Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR.

Suwito. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam: Jakarta: Kencana

https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/masjid-sankore-di-

timbuktu-mali-_120607213952-225.jpg

http://bit.ly/PenerbitanBukuRisalah (dikses pada tanggal 16 November 2019)

https://www.google.com/amps/s/m.republika.co.id/amp/phcmgi313 (dikses pada


tanggal 16 November 2019)

https://www.hariansejarah.id/2019/08/universitas-sankore-pusat-
pendidikan.html?m=1 (dikses pada tanggal 16 November 2019)

18

Anda mungkin juga menyukai