MASA DEPAN
BAB I
PENDAHULUAN
dipimpin oleh gereja, Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles, Berfilsafat dengan
Filsafat Timur memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan filsafat Barat, yang mana ciri-
ciri agama terdapat juga di dalam filsafat Timur, sehingga banyak ahli berdebat mengenai
Abad modern merupakan era pembalasan terhadap zaman skolastik yang di dominasi
gereja. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern didasarkan pada suatu
PEMBAHASAN
abad) belum memunculkan ahli fikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, barulah
muncul para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa lah yang
Filsafat Barat Abad Pertengahan (476 – 1492) dapat dikatakan juga sebagai “abad gelap”.
Masa abad pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Patristik dan masa
Skolastik. Masa Skolastik terbagi lagi menjadi Skolastik Awal, Skolastik Puncak, dan
Skolastik Akhir.
A. Masa Patristik
1. Gambaran Umum
Patristik berasal dari kata Patres (bentuk jamak dari Pater) yang berarti bapak-bapak.
Yang dimaksudkan adalah para pujangga gereja dan tokoh-tokoh gereja yang sangat berperan
sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka fokus pada pengembangan teologi
Bapak Gereja terpenting pada masa itu antara lain Tertullianus (160-222), Justinus,
Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianza (330-390),
Basilus Agung (330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius Areopagita, Johanes
Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir pada masa awal patristik.
Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari Nyssa, Dionysius Areopagita,dan
Johanes Damascenus adalah tokoh-tokoh pada masa patristik Yunani. Sedangkan Ambrosius,
Hyeronimus, dan Agustinus adalah pemikir-pemikir yang menandai masa keemasan patristik
Latin.
Masa keemasan patristik Yunani didorong oleh Edik Milan yang dikeluarkan Kaisar
Constatinus Agung tahun 313 yang menjamin kebebasan beragama bagi umat Kristen.
Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati kehidupan masa
muda yang hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen dan menciptakan sebuah
tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada abad pertengahan. Karyanya yang
Allah). Agustinus menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut
Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Orang ragu-
ragu itu sebenarnya bukti bahwa dia tidak ragu-ragu tehadap satu hal yaitu bahwa ia ragu-
ragu. Orang yang ragu-ragu itu sebetulnya berpikir, dan siapa yang harus berpikir harus ada.
Aku ragu-ragu maka aku berpikir, aku berpikir maka aku berada.
Menurut Agustinus, Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga
diikuti oleh Thomas Aquinos). Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak
menggunakan bahan. Jadi, berbeda dengan konsep yang diajarkan Plato bahwa me on
timur tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda dengan
masa patristik.
Istilah Skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah.
Dalam perkembangannya, periode skolastik Kristen terbagi menjadi tiga masa. Yaitu,
Skolastik Awal (abad 9 – 12 M), Skolastik Keemasan (abad 13–14 M), dan Skolastik Akhir
(abad 14–15 M). Setiap masa memiliki cirinya masing-masing. Skolastik awal ditandai
dengan kebangkitan pemikiran dari kungkungan gerejawan yang telah membatasi filsafat.
Atau, setidaknya mengarahkan filsafat agar sesuai dengan doktrin-doktrin agama. Walaupun
Masa keemasan skolastik, kajian pemikiran Aristoteles jadi ciri utama. Seiring dengan
menjamurnya kajian pemikiran para filosof klasik (Yunani) di dunia Islam, filosof di Eropa
juga ikut terpengaruh. Mereka turut serta memperdalam filsafat dan ilmu pengetahuan.
Tampak dari semakin banyaknya universitas pendidikan ilmu pengetahuan yang dibuka.
Tokoh-tokoh terpenting pada masa skolastik adalah Boethius (480-524), Johanes
Scotus Eurigena (810-877), Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus Abelardus (1079-
1142), Albertus Agung (1205-1280), Thomas Aquinos (1225-1274), Johanes Duns Scotus
1464).Johanes Scotus Eurigena mengajar di sekolah istana yang didirikan oleh Karel Agung.
Anselmus adalah seorang uskup yang terkenal dengan semboyan Credo Ut Intelligam (saya
percaya agar saya mengerti). Artinya, dengan percaya orang akan mendapatkan pemahaman
Thomas Aquinos dijuluki pangeran masa skolastik. Ia adalah seorang biarawan ordo
dominikan, mengajar di Paris, Jerman, dan Italia. Thomas Aquinos berpendapat bahwa
filsafat harus mengabdi teologi, waktu itu dikenal ungkapan Philosophia Est Ancilla
Theologiae.
Manusia dapat mengenal Allah dengan menggunakan rasio. Tetapi, pengenalan itu
Gejala kontingensi
Latar belakang dimulainya filsafat abad pertengahan adalah sikap ekstrem para
pemuka agama Nasrani di dunia Barat (Eropa) pada 476-1492 M. Pada masa ini, para
pemuka agama Nasrani (pihak gereja) membatasi aktivitas berpikir para filosof. Berdalih
keimanan, segala potensi akal yang bertentangan dengan keyakinan para gerejawan, dibabat
habis. Para filosof dianggap murtad, dihukum berat (dikucilkan) hingga hukuman mati.
Akibatnya, ilmu pengetahuan terhambat dan nyaris tidak berkembang. Semuanya diatur oleh
doktrin-doktrin gereja yang berdasarkan keyakinan buta (fanatik). Sehingga, filsafat abad
pertengahan disebut juga dengan nama abad kegelapan. Masa saat peradaban manusia
dikungkung oleh banyak ketidaktahuan. Namun, fakta sejarah ini tidak berlaku di dunia Islam
(Timur Tengah). Islam mulai disiarkan oleh Nabi Muhammad SAW ( lahir pada 20 April
tahun 571 M ) sekitar tahun 612 di Mekkah. Setelah ia mendapatkan wahyu ketika ia berusia
40 tahun ( 611 M ). Karena penyebaran agama baru ini mendapat tantangan dari
lingkungannya, Muhammad kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622. Dari
sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia. Sampai tahun 750, wilayah Islam telah meliputi
Jazirah Arab, Palestina, Afrika Utara, Irak, Suriah, Persia, Mesir, Sisilia, Spanyol, Asia Kecil,
Rusia, Afganistan, dan daerah-daerah di Asia Tengah. Pada masa ini yang memerintah ialah
Bani Umayyah dengan ibu kota Damaskus. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari
Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M.Berpusat di
Bagdad, peradaban manusia tumbuh subur seiring dengan perkembangan filsafat yang pesat.
Di sini, filsafat tidak dianggap sebagai ancaman. Bahkan, filsafat jadi sumbu utama maju dan
berkembangnya ilmu pengetahuan (science) dan teknologi. Bermitra harmonis dengan nilai-
nilai agama.
Bagdad sebagai pusat peradaban Islam, dikenal sebagai negeri 1.001 malam karena
tingginya perababan yang dimiliki. Bagdad pun dikenal memiliki perpustakaan terbesar di
dunia pada saat itu. Lebih dari satu juta buku tersimpan.
Filsafat Islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada
sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula
filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan
Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah
agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam
justru Tuhan 'sudah ditemukan, dalam arti bukan berarti sudah usang dan tidak dbahas lagi,
namun filsuf islam lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam, karena
sebagaimana kita ketahui, pembahasan Tuhan hanya menjadi sebuah pembahasan yang tak
Ciri utama dari skolastik Islam adalah dikajinya kembali pemikiran para filosof
klasik, seperti Socrates, Plato, dan terutama Aristoteles. Telaah-telaah pemikiran mereka,
kemudian dikembangkan dan disesuaikan untuk menjawab tantangan pada masa itu.
Para ahli fikir skolastik Islam di antaranya Al-Kindi, Al-Farabi, Ar-Razi, Ibnu Sina,
Al-Gazali, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusyd, dan lain-lain. Di tangan para filosof skolastik Islam
ini, sumbangan pemikiran dari para filosof sebelumnya (filosof klasik), dapat dipahami dan
dikaji lebih mendalam. Termasuk jadi bahan utama perkembangan filsafat di Eropa, yaitu
berkontribusi dalam periode skolastik Kristen. Dan, memberikan spirit kebebasan berpikir
para filosof. Diwarnai situasi dalam komunitas Islam di Timur Tengah, abad 8 s/d 12 M.
Abad ke-5 s/d abad ke-9 Eropa penuh kericuhan oleh perpindahan suku-suku bangsa dari
utara. Pemikiran filsafat praktis tidak ada. Sebaliknya di Timur Tengah. Sejak hadirnya
agama Islam dan munculnya peradaban baru yang bercorak Islam, ada perhatian besar kepada
karya-karya filsuf Yunani. Itu bukan tanpa alasan. Pada awal abad 8 krisis kepemimpinan
melanda Timur Tengah; amanat Nabi seperti terancam untuk menjadi pudar dan dalam situasi
tak menentu itu dikalangan pada mukmin muncullah deretan panjang ahli pikir yang ingin
berbuat sesuatu, berpangkal pada penggunaan akal dan azas-azas rasional, dan
menyelamatkan Islam.
Pada abad pertengahan, perkembangan alam pikiran di Barat amat terkekang oleh
keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama (doktrin gereja). Perkembangan penalaran
tidak dilarang, tetapi harus disesuaikan dan diabdikan pada keyakinan agama.
Masa filsafat modern diawali dengan munculnya renaissance sekitar abad XV dan
utama masa renaissance, sebagaimana periode skolastik, adalah sintesa agama dan filsafat
dengan arah yang berbeda. Era renaissance ditandai dengan tercurahnya perhatian pada
bahwa filsafat harus dipisahkan dari teologi. Meskipun ia meyakini bahwa penalaran dapat
menunjukkan Tuhan, tetapi ia menganggap bahwa segala sesuatu yang bercirikan lain dalam
teologi hanya dapat diketahui dengan wahyu, sedangkan wahyu sepenuhnya bergantung pada
penalaran. Hal ini menunjukkan bahwa Bacon termasuk orang yang membenarkan konsep
kebenaran ganda (double truth), yaitu kebenaran akal dan wahyu. Puncak masa renaissance
muncul pada era Rene Descartes (1596-1650) yang dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern
dan pelopor aliran Rasionalisme. Argumentasi yang dimajukan bertujuan untuk melepaskan
diri dari kungkungan gereja. Hal ini tampak dalam semboyannya “cogito ergo sum” (saya
berpikir maka saya ada). Pernyataan ini sangat terkenal dalam perkembangan pemikiran
modern, karena mengangkat kembali derajat rasio dan pemikiran sebagai indikasi eksistensi
setiap individu. Dalam hal ini, filsafat kembali mendapatkan kejayaannya dan mengalahkan
pengetahuan dan pengenalan berasal dari pengalaman, baik pengalaman batiniah maupun
lahiriah. Aliran ini juga menekankan pengenalan inderawi sebagai bentuk pengenalan yang
sempurna.
Di tengah gegap gempitanya pemikiran rasionalisme dan empirisme, muncul gagasan baru di
Inggris, yang kemudian berkembang ke Perancis dan akhirnya ke Jerman. Masa ini dikenal
dengan Aufklarung atau Enlightenment atau masa pencerahan sekitar abad XVIII M.
Pada abad ini dirumuskan adanya keterpisahan rasio dari agama, akal terlepas dari
kungkungan gereja, sehingga Voltaire (1694-1778) menyebutnya sebagai the age of reason
(zaman penalaran). Sebagai salah satu konsekwensinya adalah supremasi rasio berkembang
masalah agama, yaitu David Hume (1711-1776). Menurutnya, agama lahir dari hopes and
fears (harapan dan penderitaan manusia). Agama berkembang melalui proses dari yang asli,
yang bersifat politeis, kepada agama yang bersifat monoteis. Kemudian Jean Jacques
Rousseau (1712-1778) berjuang melawan dominasi abad pencerahan yang materialistis dan
atheis. Ia menentang rasionalisme yang membuat kehidupan menjadi gersang. Ia dikenal
merupakan sintesa antara apa yang secara apriori sudah ada dalam kesadaran dan pikiran
kemampuan dan batas-batas rasio. Ia memposisikan akal dan rasa pada tempatnya,
Filsafatnya dikenal dengan idealisme absolut yang bersifat monistik, yaitu seluruh yang ada
merupakan bentuk dari akal yang satu, yakni akal yang absolut (absolut mind). Ia
memandang agama Kristen yang dipahaminya secara panteistik sebagai bentuk terindah dan
mengawali tumbuhnya aliran Utilitarianisme. Utility dalam bahasa Inggris berarti kegunaan
dan manfaat. Makna semacam inilah yang menjadi dasar aliran Utilitarianisme. Tokoh lain
aliran ini adalah John Stuart Mill (1806-1873) dan Henry Sidgwick (1838-1900). Menurut
aliran utilitarianis bahwa pilihan terbaik dari berbagai kemungkinan tindakan perorangan
maupun kolektif adalah yang paling banyak memberikan kebahagiaan pada banyak orang.
Kebahagiaan diartikan sebagai terwujudnya rasa senang dan selamat atau hilangnya rasa sakit
dan was-was. Hal ini bukan saja menjadi ukuran moral dan kebenaran, tetapi juga menjadi
Aliran filsafat yang lain adalah Positivisme. Dasar-dasar filsafat ini dibangun oleh
Saint Simon dan dikembangkan oleh Auguste Comte (1798-1857). Ia menyatakan bahwa
pengetahuan manusia berkembang secara evolusi dalam tiga tahap, yaitu teologis, metafisik,
dan positif. Pengetahuan positif merupakan puncak pengetahuan manusia yang disebutnya
sebagai pengetahuan ilmiah. Sesuai dengan pandangan tersebut kebenaran metafisik yang
diperoleh dalam metafisika ditolak, karena kebenarannya sulit dibuktikan dalam kenyataan.
pengganti agama. Hal ini terbukti dengan didirikannya Positive Societies di berbagai tempat
yang memuja kemanusiaan sebagai ganti memuja Tuhan. Perkembangan selanjutnya dari
aliran ini melahirkan aliran yang bertumpu kepada isi dan fakta-fakta yang bersifat materi,
kepercayaan manusia kepada Allah sebenarnya berasal dari keinginan manusia yang merasa
tidak bahagia. Lalu, manusia mencipta Wujud yang dapat dijadikan tumpuan harapan yaitu
Tuhan, sehingga Feurbach menyatakan teologi harus diganti dengan antropologi. Tokoh lain
aliran Materialisme adalah Karl Marx (1820-1883) yang menentang segala bentuk
pada tahun 1848 dengan manifesto komunisme. Karl Marx memandang bahwa manusia itu
bebas, tidak terikat dengan yang transendental. Kehidupan manusia ditentukan oleh materi.
Agama sebagai proyeksi kehendak manusia, bukan berasal dari dunia ghaib.
Periode filsafat modern di Barat menunjukkan adanya pergeseran, segala bentuk
dominasi gereja, kependetaan dan anggapan bahwa kitab suci sebagai satu-satunya sumber
berasal dari dunia asia, seperti filsafat cina, filsafat india, filsafat jepang, filsafat jepang,
filsafat buddhisme, dan sebagainya. Masing-masing jenis filsafat merupakan suatu sistem-
sistem pemikiran yang luas dan plural. Misalnya saja, filsafat India dapat terbagi menjadi
filsafat hindu dan filsafat buddhisme, sedangkan filsafat Cina dapat terbagi menjadi
konfusianisme dan teoisme. Belum lagi, banyak terjadi pertemuan dan percampuran antara
sistem filsafat yang satu dengan yang lain, misalnya Buddhisme berakar dari Hinduisme,
namun kemudian menjadi lebih berpengaruh di Tiongkok ketimbang di India. Di sisi lain,
filsafat islam malah lebih banyak bertemu dengan filsafat barat. Akan tetapi, secara umum
dikenal empat jenis filsafat Timur yang terkenal dengan sebutan "Empat Tradisi Besar" yaitu
Filsafat Timur memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan filsafat Barat, yang mana ciri-
ciri agama terdapat juga di dalam filsafat Timur, sehingga banyak ahli berdebat mengenai
dapat atau tidaknya pemikiran Timur dikatakan sebagai filsafat. Di dalam studi post-
kolonial bahkan ditemukan bahwa filsafat Timur dianggap lebih rendah ketimbang sistem
pemikiran Barat karena tidak memenuhi kriteria filsafat menurut filsafat Barat, misalnya
karena dianggap memiliki unsur keagamaan atau mistik. Akan tetapi, sekalipun di antara
filsafat Timur dan filsafat Barat terdapat perbedaan-perbedaan, namun tidak dapat dinilai
mana yang lebih baik, sebab masing-masing memiliki keunikannya sendiri. Selain itu,
Masa filsafat modern diawali dengan munculnya renaissance sekitar abad XV dan
utama masa renaissance, sebagaimana periode skolastik, adalah sintesa agama dan filsafat
dengan arah yang berbeda. Era renaissance ditandai dengan tercurahnya perhatian pada
bahwa filsafat harus dipisahkan dari teologi. Meskipun ia meyakini bahwa penalaran dapat
menunjukkan Tuhan, tetapi ia menganggap bahwa segala sesuatu yang bercirikan lain dalam
teologi hanya dapat diketahui dengan wahyu, sedangkan wahyu sepenuhnya bergantung pada
penalaran. Hal ini menunjukkan bahwa Bacon termasuk orang yang membenarkan konsep
kebenaran ganda (double truth), yaitu kebenaran akal dan wahyu. Puncak masa renaissance
muncul pada era Rene Descartes (1596-1650) yang dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern
gereja. Hal ini tampak dalam semboyannya “cogito ergo sum” (saya berpikir maka saya ada).
Pernyataan ini sangat terkenal dalam perkembangan pemikiran modern, karena mengangkat
kembali derajat rasio dan pemikiran sebagai indikasi eksistensi setiap individu. Dalam hal ini,
filsafat kembali mendapatkan kejayaannya dan mengalahkan peran agama, karena dengan
Abad modern merupakan era pembalasan terhadap zaman skolastik yang didominasi
gereja. Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern didasarkan pada suatu
kesadaran atas yang individual dan yang konkrit. Dalam era filsafat modern yang kemudian
1. Rasionalisme
2. Emperisme
3. Kritisme
4. Idealism
5. Positifme
6. Evolusionisme
7. Metarilisme
8. Neo-kantianisme
9. Pragmatism
11. Fenomenologi
12. Eksistensialisme
13. Ne-thomisme
Ada dua hal yang menandai sejarah modern yaitu runtuhnya otoritas gereja dan
menguat otoritas sains. Dua hal itu yang dasarnya menjelaskan lain-lain. Kebudayaan
berada ditangan raja kemudian sebagaimana di Yunani kuno. Raja-raja secara perlahan
Muncul lebih awal dari pada cirri positifnya yakni penerimaan terhadap otoritas sains. Dalam
penasonse italia, sains memainkan peran yang sangat kecil, perlawanan terhadap gereja oleh
orang-orang yang dihubungkan dangan zaman kuno jauh sebelum tumbuhnya otoritas gereja
dan abad pertengahan serbuan sains pertama kali datang secara serius melalui publikasi teori
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahwa perkembangan sejarah eropa lahir karena sejarah islam dari timur tengah yang
kemudian dibawa keeropa dan diulas kembali oleh pada filosof dan kemudian menyimpulkan
agama Kristen lah yang berhak pada masa kekuasaan saat itu. Segala sendi kehidupan pun
harus mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh petinggi gereja sedangkan filosof mulai
dihilangkan karena menurut mereka yang ada dimasa tersebut para filosof hanya dianggap
Kemudian pada masa filsafat timur lah mengkaji kembali pemikiran islam yang telah
hilang. Dikaji kembali sehingga timbul pendapat bahwa sejarah filsafat timur belum bisa
dikatakan filsafat.
3.2 saran
Demikianlah makalah ini kami susun dan kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang harus kami benahi baik dalam kerapian maupun tulisan. Demi
kesempurnaan makalah ini penulis berharap kritik dan saran dari pembaca.