Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN;

PARA TOKOH DAN PEMIKIRANNYA

Oleh:
Ade M Irkon, Diky Nur Dwiyanto, Helen Fasa Sabrina
Mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAI Nusantara
Batang Hari

Abstract
Medieval philosophy was a direction of thought that was very
different from that of the ancient world. Medieval philosophy describes a
very new era in the midst of a new nation, namely the western European
nation. This new philosophy was called Scholistic. The term Scholistic
reveals that medieval science was cultivated by schools, and that science
was related to the demands of teaching in those schools. Originally
Scholasticism arose in the oldest monasteries in South Gallia, places of
refuge when there was a migration of nations. This is where the works of
ancient figures and Christian writers were stored. The Middle Ages are
divided into two periods, namely the Paratistic period and the Scholastic
period. While the Scholastic period is divided into Early Scholasticism. Peak
Scholastic, and Scholastic.
Keyword: Middle, Figure, Thought.

Abstrak
Filsafat abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda
sekali dengan arah pemikiran dunia kuna. Filsafat abad pertengahan
menggambarkan suatu zaman yang baru sekali di tengah-tengah suatu
rumpun bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa barat. Filsafat yang baru ini
disebut Skolastik. Sebutan Skolastik mengungkapkan, bahwa ilmu
pengetahuan abad pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan
bahwa ilmu itu terkait pada tuntutan pengajaran di sekola-sekolah itu.
Semula Skolastik timbul di biara-biara tertua di Gallia Selatan, tempat
pengungsian ketika ada perpindahan bangsa-bangsa. Sbb di situlah
tersimpan hasil-hasil karya para tokoh kuna dan para penulis Kristiani.
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Partistik
dan masa Skolastik. Sedangkan masa Skolastik terbagi menjadi Skolastik
Awal. Skolastik Puncak, dan Skolastik.
Kata Kunci: Pertengahan, Tokoh, Pemikiran.

1
A. Pendahuluan
Pembagian filsafat menurut zaman dan diklassifikasi secara priodik
adalah merupakan susunan yang lasim telah dilakukan oleh sebagian
kalangan sejarahwan filsafat, demikian pula para cendekiawan yang
berkecimpun dalam ilmu filsafat.
Sesudah yunani mengalami kemegahannya serta menunjukkan
kepada dunia hasil kebudayaannya yang amat tinggi, maka giliran
pengaruh atas dunia pada waktu itu terkenal jatuhnya kerajaan Roma,besar
pengaruh yunanipun bagi Romawi dalam pemikiran. Di benua Eropa
Filsafat Yunani tumbuh dalam suasana berlainan dengan filsafat di yunani,
Alam pikiran eropa merupakan suatu yang baru, tetapi akar filsafat yang
muncul itu bukanlah akar yang baru dan lain jenisnya.
Pada masa ini timbul agama baru yang berlainan dengan agama
yang sudah ada. Agama katolik mengajarkan injil bahwa tuhan turun ke
dunia untuk mewahyukan berita baik, wahyu Tuhan inilah yang dianggap
kebenaran sejati dan kebijaksanaan yang sempurna, maka orang yang
sudah yakin tentang kebenaran wahyu Ilahi tidak amat menghiraukan
kebijakanaan yunani yang merupakan hasil dar pikiran anusia bhhak
sebagian besar mengabaikan kebijaksanaan yunani dengan kebijaksanaan
kafir, namun dilain pihak ada yang menganggap bahwa justru
kebijaksanaan yunani itu dapat digunakan untuk mengabdi kepada agama.

B. Pembahasan
1. Sejarah Filsafat Abad Pertengahan
Abad ke-5 sampai abad ke-9 terjadi perpindahan bangsa-bangsa.
Suku bangsa Hun pindah dari Asia ke-Eropah. Bangsa Jerman pindah
pindah melewati perbatasan kerajaan Romawi. Dan begitu seterusnya.
Eropah kacau balau. Perkembangan teologi dan filsafat tidak begitu besar.1
Secara historis, awal kemunculan filsafat abad pertengahan dimulai
setelah filsafat Yunani menghasilkan perkembangan yang sangat pesat dan

1
Johannis Siahaya, Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Charista Press, 2013), hal. 79.

2
mencapai kejayaan serta hasil yang gemilang dimana ditandai dengan
munculnya peradaban Yunani sampai pada kerajaan Romawi di daerah
daratan Eropa. Hal itu ditandai dengan terjadinya perkembangan filsafat di
Romawi yakni pasca Aristoteles memberikan pengaruh terhadap
perkembangan pemikiran ahli filsuf yang menggabungkan antara filsafat
dan agama. Dimana pada saat itu mulai lahir para filosof yang sekaligus
sebagai teolog yang bijaksana pada abad pertengahan. Abad pertengahan
juga biasa disebut sebagai filsafat skolastik yang berarti suatu ajaran, atau
lebih dikenal dengan sebutan Dark Era/abad kegelapan sebab pada saat
itu otoritas dewan gereja khususnya yang beragama katolik lebih dominan
diberbagai bidang dan faham, bahkan pada saat itu orang yang berfikir
diluar otoritas dan tidak sepaham dengan gereja akan dihukum bahkan
dipenjarakan.
Untuk mengetahui corak pemikiran filsafat abad pertengahan, perlu
dipahami karakteristik dan ciri khas pemikiran filsafatnya. Berikut ini
beberapa karakteristik yang perlu dimengerti:
a. Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
b. Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles
c. Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus. 2
Adapun yang dimaksud dengan cara berfilsafatnya dipimpin oleh
gereja adalah semua paham yang berlaku pada saat itu harus dijalankan
dan didasarkan atas doktrin gereja tidak boleh melanggar dan bertentangan
dengan doktrin yang sudah diatur oleh pihak gereja, selain itu ciri khas
pemikiran filsafat abad pertengahan selanjutnya adalah wilayah filsafatnya
berada pada seputaran lingkungan pemikiran filsafat Aristoteles yang
ditandai dengan adanya upaya pengkristenisasian pemikiran Aristoteles
untuk kemudian dibawah ke lingkungan dan nuansa kepercayaan yang
formal dan tatkala pentingnya ciri khas dan karakteristik filsafat abad
pertengahan ditandai dengan munculnya tradisi baru yakni adanya

2
Afid Burhanudin, https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/filsafat-abad-
pertengahan/ diakses pada 20 Mei 2023.

3
sekolahan dan ajaran yang menjelaskan tentang peranan filsafat yang
disinkronkan atau digabungkan dengan agama. 3
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa
Patristik dan masa Skolastik. Sedangkan masa Skolastik terbagi menjadi
Skolastik Awal. Skolastik Puncak, dan Skolastik:
a. Masa Patristik
Istilah patristik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya
para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas
dan atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan
sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat
Yunani dan ada yang menerimanya.4
Bagi mereka yang menolak, alasanya karena beranggapan bahwa
sudah mempuyai sumber kebenaranyaitu firman Tuhan, an tidak
dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat
Yunani. Bagi mereka yang yang menerima sebagai alasannya
beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman
Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya
diambil metodosnya saja (tata cara berfikir). Juga, walaupun filsafat Yunani
sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan.
Jadi, mereka/menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama dalam hal-hal
tertentu tidak bertentagan dengan agama.
b. Masa Skolastik
Ciri dan sifat Scholastik terdapat beberapa pandangan tentang cirri
scholastic antara lain:
1) Scholastik adalah filsafat yang berdasarkan atas agama atau
kepercayaan.

3
Nurdin dan Hasriadi, Filsafat Ilmu (Palopo: Lembaga Penerbit Kampus IAIN Palopo,
2020), hal 70-71.
4
Johannis Siahaya, Op. Cit., hal. 123

4
2) Wahyu dan filsafat disamakan dengan mercua suar tapi bukan untuk
mencapai kebenaran, maka scholastic berpikir untuk penerangan
agama.(antara lain dikemukakan oleh Alcuinus).
3) Nilai budi dapat menyelami sampai kepada intisarinya,sehingga filsafat
harus mengabdi kepada teologia dan sebaliknya dapat menolong untuk
membuktikan kepercayaan dan mengadakan sistem dalam kepercayaan
itu.( Pantara lain pandangan dari Joa Nescotus).
4) Skolastik adalah kedaulatan budi dan kedaulatan filsafat. Selain dari
kalangan pemimpin Gereja dan masyarakat yang telah menerima
pendidikan dengan teori filsafat, terdapat pula dikalangan biarawan
menaruh perhatian ,sehingga terlihat pusat ilmu dan kebudayaan yang
digalakkan dalam Universitas di eropa dan Oxford. Dalam lingkungan
katolik terdapat kumpulan orang yang hendak mencapai kesempurnaan
hidup dibawah pimpinan seorang pembesar untuk menyelenggarakan
ilmu dan filsafat. 5
Di samping itu filsafat pada abad pertengahan (skolastik) terbagi ke
dalam dua periode yaitu:
1) Periode Filsafat Skolastik Islam
Sejarah pemikiran filsafat pada periode skolastik Islam ditandai
dengan kemajuan berpikir. Buktinya orang-orang yang memiliki kecerdasan
intelektual pada saat itu mampu menerjemahkan pemikiran Yunani
kedalam bahasa Arab, hal tersebut mampu menciptakan beberapa aliran
dalam Islam yaitu khawarij, jabariyah, qadariyah, mu’tazilah, syi’ah, dan
asy’ariyah. Bahkan mampu melahirkan para filsuf Islam yang hebat dalam
hal berpikir. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua pemikiran orang
Islam dapat sejalan dengan filsafat pada saat itu di karenakan kaum Muslim
menganggap bahwa filsafat tersebut awalnya berasal dari pemikiran filsafat
Yunani. Mereka menolak hal itu karena filsafat Yunani hanya berpatokan
kepada teori akan tetapi tidak menghiraukan apa yang sebenarnya terjadi.

5
Nurnaningsih Nawawi, Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat (Makassar: Pusaka
Almaida Makassar, 2017), hal. 136-137.

5
Beberapa kaum Muslim yang menerima filsafat secara keseluruhan pada
saat itu karena mereka berpikir bahwa filsafat yang diterjemahkan tadi
merujuk kepada hal-hal yang berkaitan dengan agama islam terutama pada
masalah ketuhanan, maka dari itu mereka dapat menerimanya tanpa
melakukan penolakan. Namun berbeda dengan orang-orang yang tidak
menerima secara keseluruhan pemikiran filsafat penerjemahan tersebut,
dengan alasan bahwa filsafat Yunani tidak semuanya harus di terima. 6
2) Periode Skolastik Kristen
Dimasa ini rasio dianggap sangat berpengaruh terhadap agama
karena membuat kepercayaan terhadap agama lebih jelas lagi. Masa ini
dimulai dari Biara Italia yang membawa berbagai macam ajaran seperti
retorika, bahasa, dialektika, ilmu hitung, dan bahkan ilmu perbintangan. 7
Pada masa ini ditandai dengan mulainya sifat malas berfikir para filosofi
yang menyebabkan pemikiran filsafat Kristen berhenti dikarenakan
keterbatasan akal dan panca indra.
2. Para Tokoh dan Pemikirnya
a. Abelardus (1079-1142 M)
Abelardus mengatakan bahwa berpikir merupakan sesuatu yang
berdiri sendiri. Peter Abelardus memberikan status yang tinggi kepada
penalaran dari pada iman. Karena itu sesuai dengan metode dialektika yang
tanpa ragu-ragu ditunjukan dalam teologi, yatiu bahwa teologi harus
memberikan tempat bagi semua bukti-bukti. Dengan demikian, dalam
teologi itu, iman hampir kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran
Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu
Tuhan. Abelardus berpendapat bahwa kejadian kematian Yesus di kayu
salib menunjukkan kasih Allah yang tulus. Kasih Allah kepada manusia
merupakan kasih tanpa syarat sehingga tidak ada tuntutan apapun kepada
manusia bahkan sekali pun manusia telah jatuh dalam dosa. 8

6
Nurdin K dan Hasriadi, Op. Cit., hal. 71-72
7
Ibid., hal. 75
8
Sejarah Kita, 3 Tokoh Filsafat Skolastik yang Pemikirannya Berpengaruh, diakses pada
05 Juni 2023, https://www.sejarahkita.com/2022/03/3-tokoh-filsafat-skolastik-yang.html

6
b. Thomas Aquinas (1225-1274 M)
Thomas belajar filsafat di Universitas lalu ia kemudian mengajarkan
kembali apa yang sudah di pelajarinya. Dia berpendapat bahwa segala
sesuatu tentang apa yang di lakukan oleh Tuhan tidak dapat kita ketahui
hanya dengan akal, melainkan kita dapat mengetahuinya dengan iman kita.
Meskipun pada akhirnya dia menentang hal itu sendiri, dimana ia
mengatakan kembali bahwa Tuhan dapat kita ketahui melalui akal dan
itupun di serati dengan dalil-dalil. Dia tidak sembarang melakukan hal itu.9
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan.
Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan
iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia menghimbau agar orang-
orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yang terungkap
dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi dalam pemikiran dan iman.
Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman
diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada diluar kekuatan
pikiran.
Karya Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari aliran
skolastisisme pada abad pertengahan. Ia adalah seorang pendeta
Dominikan Gereja Kristen. Aquinas telah berusaha untuk membuktikan
secara rasional sesuai dengan nalar, bahwa iman Kristen secara penuh
dapat dibenarkan dengan pemikiran logis dalam hal ini dunia filsafat.
Aquinas juga mencoba menafsirkan bahwa Tuhan tidak pernah berubah
dan yang tidak berhubungan atau tidak mempunyai pengetahuan tentang
kejahatankejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah mencipta dunia, tetapi zat
dan pemikirannya tetap abadi.10
3. Tertullianus (160-222 M)
Ia menolak kehadiran filsafat Yunani karena filsafat dianggap
sesuatu yang tidak perlu. Ia berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah

9
Nurdin K dan Hasriadi, Op. Cit., hal. 76
10
Muhammad Taufik (2020). Filsafat Barat Era Skolastik. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta:
Jurnal Ilmu Ushuluddin. 19 (2), 191

7
cukup. Tidak ada hubungan antara teologi dengan filsafat, tidak ada
hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat
filsafat), tidak ada hubungan antara gereja dengan akademi dan tidak
ada hubungan antara Kristen dengan penemuan baru.
Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat yunani sebagai cara
berpikir yang rasional. Alasannya, bagaimanapun juga berpikir yang
rasional diperlukan sekali. Pada saat itu, karena pemikiran filsafat yang
diharapkan tidak dibakukan. Saat itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran-
pemikiran ahli pikir Yunani saja. Sehingga, akhirnya Tertullianus melihat
filsafat hanya dimensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara
atau metode berpikir untuk memikirkan kebenaran keberadaan Tuhan
beserta sifat-sifatnya.11
Selanjutnya ia mengatakan bahwa dibanding dengan cahaya
Kristen, segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak
penting. Apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran
pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab suci. Akan tetapi karena
kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci tersebut dipalsukan.
4. Augustinus (354-430 M)
Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia ada batasnya,
namun pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang
tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikiran
manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih
tinggi. Dalam logikanya Augustine memerangi skepsis. Skepsis itu
mnurut pendapatnya mengandung pertentangan, dan kemustahilan.
Skepsis mengajurkan keragu-raguan tentang segala-galanya.
Menurutnya siapa yang berpikir, tentulah ia ada, jadi ada kepastian
padanya. 12

11
Cordova, Filsafat Abad Pertengahan; Patristik dan Skolastik, diakses pada 16 Juli 2023,
http://muhamadiqbalmalik.blogspot.com/2012/04/filsafat-abad-pertengahan-patristik-
dan.html
12
Johannis Siahaya, Op. Cit., 40-41

8
C. Kesimpulan
Filsafat Abad Pertengahan adalah filsafat yang berkembang antara
abad ke-5 hingga awal Renaissance pada abad ke-13. Pemikiran filsafat
yang berkembang pada masa ini sangat dipengaruhi oleh gereja, di mana
filsafat dilandasi pada agama dan untuk alat pembenaran agama. Periode
Abad Pertengahan mempunyai perbedaan mencolok dari abad
sebelumnya. Perbedaan terutama terletak pada dominasi agama Kristen di
Eropa. Pemikiran yang pada zaman kuno berorientasi pada hukum alam,
mengalami perubahan motivasi, yakni menjadi sesuai dengan kehendak
ilahi. Oleh karena itu, filsafat di Abad Pertengahan disebut juga filsafat
divinitas (teologi), yang dicirikan dengan adaya hubungan erat antara
agama Kristen dan filsafat. Pemikir filsafat pada era ini kebanyakan berasal
dari komunitas rohaniwan dalam Gereja Katolik, misalnya uskup, imam,
pimpinan biara, yang minat dan perhatiannya tercurah pada ajaran Kristen.
Merekalah yang memelajari dan menerjemahkan teks-teks Yunani Kuno ke
dalam bahasa Latin.
Terdapat tokoh-tokoh yang berpengaruh pada masa abad
pertengahan ini yaitu Abelardus (1079-1142 M), Thomas Aquinas (1225-
1274 M), Tertullianus (160-222 M), dan Agustinus (354-430 M).

D. Daftar Pustaka
Afid Burhanudin. Filsafat Abad Pertengahan. diakses pada 20 Mei 2023.
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/filsafat-abad-
pertengahan/
Cordova. Filsafat Abad Pertengahan; Patristik dan Skolastik. diakses pada
16 Juli 2023.
http://muhamadiqbalmalik.blogspot.com/2012/04/filsafat-abad-
pertengahan-patristik-dan.html
Johannis Siahaya. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Charista Press. 2013.
Muhammad Taufik. Filsafat Barat Era Skolastik. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta: Jurnal Ilmu Ushuluddin. Vol. 19, No. 2. 2020.
Nurdin dan Hasriadi. Filsafat Ilmu. Palopo: Lembaga Penerbit Kampus IAIN
Palopo. 2020.

9
Nurnaningsih Nawawi. Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat. Makassar:
Pusaka Almaida Makassar. 2017.
Sejarah Kita. 3 Tokoh Filsafat Skolastik yang Pemikirannya Berpengaruh.
diakses pada 05 Juni 2023.
https://www.sejarahkita.com/2022/03/3-tokoh-filsafat-skolastik-
yang.html

10

Anda mungkin juga menyukai