BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring
dengan
diberlakukan
Masyarakat
Ekonomi
Asean
(MEA),
dari
total
angkatan
kerja
sekitar
117,37
juta
orang
(http://www.infokursus.net/index.php).
Daerah desa sebenarnya memiliki keunggulan lokal. Keunggulan
lokal
berasal dari SDM ataupun sumber daya alamnya (SDA). Namun keunggulan lokal
yang dimiliki belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan keunggulan
lokal
diharapakan
mampu
mendorong
masyarakat
desa
untuk
dapat
BAB II
Kajian Teori
2.1. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
PKBM adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat untuk masyarakat
yang bergerak dalam bidang pendidikan. PKBM ini masih berada di bawah
pengawasan dan bimbingan dari Dinas Pendidikan Nasional. PKBM ini bisa
berupa tingkat desa ataupun kecamatan. Syarat-syarat untuk mendirikan PKBM
antara lain: (1) Akta Notaris,
(7)Pemberdayaan
Perempuan,
(8)Keaksaraan
Fungsional
Dasar
Dewasa,
yang
dibelajarkan
bernilai
ekonomi
tinggi
dan
memiliki
keunikan/keunggulan lokal.
Sedang desa vokasi adalah kawasan desa/kelurahan yang menjadi sentra
penyelenggaraan kursus dan/atau pelatihan berbagai kecakapan vokasional dan
pengelolaan unit-unit usaha (produksi/jasa) berdasarkan keunggulan lokal dalam
dimensi sosial, budaya, dan lingkungan.
Dengan demikian, desa vokasi merupakan kawasan desa/kelurahan yang
mengembangkan berbagai layanan pendidikan keterampilan (Vokasi) dan
kelompok-kelompok usaha untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang
mampu menciptakan produk/jasa atau karya lain yang bernilai ekonomi tinggi,
bersifat unik dengan menggali dan mengembangkan potensi desa yang memiliki
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif berbasis kearifan lokal. (Ahmad
S, 2015)
2.3. Pendidikan dan Latihan (Diklat)
Diklat mempunyai arti penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam
rangka meningkatkan kemampuan dan kompetensi dalam melaksanakan tugas
dan jabatan tertentu. Kebutuhan diklat adalah jenis diklat yang dibutuhkan oleh
seorang pemegang jabatan atau pelaksana pekerjaan tiap jenis jabatan atau unit
organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam
melaksanakan tugas yang efektif dan efisien (Amriani H, 2013).
BAB III
4
Pembahasan
3.1. Program Desa Vokasi
Desa vokasi adalah kawasan desa/kelurahan yang menjadi sentra
penyelenggaraan kursus dan/atau pelatihan berbagai kecakapan vokasional dan
pengelolaan unit-unit usaha (produksi/jasa) berdasarkan keunggulan lokal dalam
dimensi sosial, budaya, dan lingkungan. Contoh nyata desa vokasi adalah desa
vokasi batik, otomotif, kerajinan, elektronik, dan masih banyak lagi.
Program desa vokasi dimaksud untuk mengembangkan sumberdaya
manusia dan lingkungan yang dilandasi oleh nilai-nilai budaya dan pemanfaatan
potensi lokal. Melalui program ini diharapkan terbentuk kawasan desa yang
menjadi sentra beragam vokasi, dan terbentuknya kelompok-kelompok usaha
yang memanfaatkan potensi sumberdaya dan kearifan lokal. Dengan demikian,
warga masyarakat dapat belajar dan berlatih menguasai keterampilan yang dapat
dimanfaatkan untuk bekerja atau mencipatakan lapangan kerja sesuai dengan
sumberdaya yang ada di wilayahnya, sehingga taraf hidup masyarakat semakin
meningkat.
Secara spesifik, program desa vokasi merupakan wujud implementasi
program pendidikan kecakapan hidup dalam spektrum perdesaan dengan
pendekatan kawasan, yaitu kawasan pedesaan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (Ditjen PAUDNI) mengembangkan model
program desa vokasi. Diharapkan dengan program ini dapat:
1. Mewujudkan harmoni hidup pedesaan antara sektor pendidikan,
ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan
2. Memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan serta kewirausahaan
3. Membentuk kelompok-kelompok usaha kecil
4. Memberdayakan potensi lingkungan untuk usaha produktif
5. Menguatkan dan menyadarakan nilai-nilai sosial-budaya yang sudah ada
6. Menyadarkan dan mampu melestarikan potensi alam
7. Menciptakan lingkungan terampil, kreatif, dan inovatif, tetapi tetap arif.
2.2. Penerapan dan Model Diklat Desa Vokasi
Model desa vokasi dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan
Pelatihan, Ditjen PAUDNI sebagai berikut.
Focus Group Discussion (FGD). Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan
adalah diskusi yang berfokus pada sumber vokasi yang berbasis pada potensi
5
unggulan lokal. Diskusi ini dilakukan dengan melibatkan aparat desa dan tokoh
masyarakat. Hasil yang diharapkan dari FGD ini adalah terpilihnya sentra-sentra
vokasi dan pengurus desa vokasi.
Sentra Vokasi (SV) adalah kelompok kegiatan keterampilan yang berbasis
potensi unggulan lokal desa yang dibentuk oleh pengurus desa vokasi secara
mufakat dan demokrasi. Setelah itu dilakukan orientasi dan diklat penumbuhan
dan penguatasn sentra vokasi. Adapun mareti orientasi dan diklat adalah: (1)
Dinamika sentra; (2) Membangun Kewirausahaan; (3) Pengelolaan Keuangan
Sentra; (4) Penjelasan Teknis Pembelajaran Vokasi.
Pembelajaran Vokasi (PV) adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan
di masing-masing kelompok vokasi (keterampilan). Persentasi PV adalah 20
persen teori dan 80 persen praktik. Kegiatan PV ini menghadirkan narasumber
teknis (NST) ahli dalam vokasi sentra. Selama proses PV didampingi oleh
pengurus desa vokasi dan pihak-pihak terkait dalam pemberdayaan desa vokasi
sampai proses pengembangan, pelayanan, pemeliharaan dan inovasi desa vokasi
berbasis pada keunggulan lokal (Ahmad S, 2015).
TIM
PENGEMBANG
STUDI EKSPLORASI
VOKASI BERBASIS
KEUNGGULAN LOKAL
KEMENDIKBUD
PEMPROV
PEMKOT/KAB
PERGURUAN
TINGGI
PKBM
pengangguran
dan
kemiskinan.
(Ditjen
PAUDNI
Kemendikbud, 2013).
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan Program Desa Vokasi adalah:
1. Minimal 90% dari jumlah peserta didik dapat menyelesaikan program
pelatihan dengan tuntas.
2. Minimal 60% dari peserta didik yang telah selesai mengikuti pembelajaran
program Desa Vokasi merintis usaha.
3. Pelaksanaan program bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
4. Adanya laporan penyelenggaraan program dan keuangan Program Desa
Vokasi;
5. Kecepatan dan ketepatan dana Bantuan Sosial Program yang diakses oleh
lembaga penyelenggara.
Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu penyelenggaraan Program Desa Vokasi dilakukan dengan:
1. Monitoring dan evaluasi oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan,
UPT, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
2. Pengawasan dan pemeriksaan dapat dilakukan oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Pengawas Daerah
(Bawasda), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), atau aparat pengawasan lainnya.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan
7
di
website
Direktorat
Pembinaan
Kursus
dan
Pelatihan
pelaksanaan
diklat
diperlukan
analisis
kebutuhan. Analisis
kebutuhan meliputi biaya operasional, biaya pengadaan alat dan bahan, biaya
sarana dan prasarana, serta biaya pengajar atau tutor. Pelaksanaan program
diklat harus memiliki standar sesuai KKNI dan SKL yang ditentukan. Penyiapan
alat dan bahan diklat juga harus sesuai standar. Metode pengajaran yang
digunakan berupa 20 persen teori dan 80 persen praktik. Setelah program diklat
berhasil dilaksanakan, perlu diadakan evaluasi pelaksanaan diklat. Evaluasi
yang dilakukan tidak hanya sebatas pelaksanaan diklatnya saja, akan tetapi juga
dilihat dari kemampuan tutor/pengajar dan kompetensi akhir dari peserta didik.
Diklat yang berhasil adalah diklat yang dapat menghasailkan peserta didik yang
memiliki kompetensi diri sehingga dapat diterima bekerja di industri atau bahkan
dapat membuka usaha sendiri.
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Model pengembangan diklat desa vokasi melalui PKBM dengan
pemberdayaan sentra vokasi berbasis potensi unggulan lokal merupakan salah
satu alternatif untuk memberikan rujukan/contoh untuk membentuk desa vokasi
berbasis potensi unggulan desa. Keunggulan model ini antara lain sebagai
berikut.
1.
2.
Jenis vokasi tadak harus sama dengan desa lain. (yang terpenting
berbasis pada potensi unggulan desa yang dikembangkan dan kompetensi
masyarakat yang dimiliki).
3.
4.
5.
6.
Daftar Pustaka
Ahmad
10
Amrina H (2013). Pengertian Tujuan Proses dan Fokus Diklat. Diakses dari:
(http: //amrianihamzah. blogspot.co.id/2013/01/ pengertian-tujuan-prosesdan-fokus.html. Pada tanggal 21 september 2015, jam 20.55 WIB.
Ditjen PAUDNI Kemendikbud (2013). Petunjuk Pelaksanaan Desa Vokasi
http://www.infokursus.net/index.php. Diakses pada tanggal 20 September 2015,
jam 18.45 WIB.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan,
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 tahun 2012 tentang
Bantuan Kepada Satuan Pendidikan Anak Usia Dini dan Nonformal
wikipedia.org//Pusat_Kegiatan_Belajar_Masyarakat. Diakses pada tanggal 21
September 2015, jam 18.55 WIB.
11