Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN VOKASIONAL

PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN (DIKLAT) DESA


VOKASI MELALUI PUSAT KEGIATAN BELAJAR
MASYARAKAT (PKBM)

Disusun Oleh: Eko Swi Damarwan


NIM: 15721251003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELKTRO S2


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring

dengan

diberlakukan

Masyarakat

Ekonomi

Asean

(MEA),

mengakibatkan setiap negara di Asean bebas bersaing dalam ketenagakerjaan,


perdagangan barang, jasa dan investasi. Indonesia sebagai salah satu negara
Asean harus mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan
standardisasinya mengikuti kualifikasi dunia agar dapat bersaing menghadapai
MEA. Penerapan teknologi baru dalam industri mengandung konsekuensi
peningkatan permintaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan
yang lebih tinggi guna mendukung peningkatan produktivitas.
Di Indonesia, khususnya daerah desa tentu juga harus bersiap
menghadapai MEA. SDM yang diimiliki harus mampu bersaing dan memiliki
kompetensi yang baik. Pada realita yang ada tingkat pendidikan masyarakat desa
lebih rendah daripada masyarakat kota. Di desa kebanyakan masyarakatnya
lulusan SMK, bahkan ada yang lulusan SMP dan SD. Semakin rendah tingkat
pendidikan tentu semakin rendah pula kompetensi yang dimiliki. Hal ini tentu
menjadi kendala untuk menghadapi MEA.
Dampak dari tingkat pendidikan yang masih rendah membuat masyarakat
desa memiliki keterampilan seadanya. Dengan ketrampilan yang kurang mumpuni
membuat sebagian masyarakat desa banyak yang menganggur. Pengangguran
dan kemiskinan hingga saat ini masih merupakan masalah besar bangsa
Indonesia. Pada tahun 2010 jumlah pengangguran terbuka di wilayah perdesaan
lebih besar dibandingkan perkotaan, Menurut data BPS bulan Agustus 2011,
jumlah pengangguran terbuka tercatat sebanyak 7,70 juta orang atau sebesar
6,56%

dari

total

angkatan

kerja

sekitar

117,37

juta

orang

(http://www.infokursus.net/index.php).
Daerah desa sebenarnya memiliki keunggulan lokal. Keunggulan

lokal

berasal dari SDM ataupun sumber daya alamnya (SDA). Namun keunggulan lokal
yang dimiliki belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan keunggulan
lokal

diharapakan

mampu

mendorong

masyarakat

desa

untuk

dapat

meningkatkan kompetensi diri dan mengelola desanya secara optimal


Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai lembaga bidang
pendidikan, memiliki peran penting dalam mengembangkan dan meningkatakan
kompetensi SDM masyarakat. Pengembangan SDM yang dilakukan meliputi
2

pendidikan dan pelatihan. PKBM berada di bawah pengawasan dan bimbingan


dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Melalui pendidikan latihan yang dilakukan
PKBM, diharapakan masyarakat desa memiliki kompetensi keahlian yang lebih
baik sehingga mampu menghadapi MEA atau membuka usaha baru untuk
mewujudkan desa vokasi.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan
permasalahan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Apakah pengertian dari desa vokasi?
b. Bagaiamana penerapan diklat pada desa vokasi?
c. Bagaiama peran PKBM dalam meningkatkan kompetensi masyarakat desa
vokasi?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka
tujuan yang ingin dicapai penelitian ini sebagai berikut.
a. Mengetahui pengertian desa vokasi.
b. Mengetahui bagaiamana penerapan diklat pada desa vokasi.
c. Mengetahui bagaiama peran diklat yang diselenggarakan PKBM dalam
meningkatkan kompetensi masyarakat desa.

BAB II
Kajian Teori
2.1. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
PKBM adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat untuk masyarakat
yang bergerak dalam bidang pendidikan. PKBM ini masih berada di bawah
pengawasan dan bimbingan dari Dinas Pendidikan Nasional. PKBM ini bisa
berupa tingkat desa ataupun kecamatan. Syarat-syarat untuk mendirikan PKBM
antara lain: (1) Akta Notaris,

(2) NPWP, (3) Susunan Badan pengurus, (4)

Sekretariat, (5) Ijin Operasional dari Dinas Pendidikan Kab/kota (wikipedia.org/


/Pusat_Kegiatan_Belajar_Masyarakat).
Cakupan kegiatan yang dilakukan antara lain: (1) Kejar Paket A, (2) Kejar
Paket B, (3)Kejar Paket C, (4) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), (5) Kelompok
Belajar Usaha (KBU), (6) Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP),
3

(7)Pemberdayaan

Perempuan,

(8)Keaksaraan

Fungsional

Dasar

Dewasa,

(9)Taman Bacaan Masyarakat (Perpustakaan). Makalah ini lebih membahas


tentang Pendidikan dan Latihan (Diklat) yang dapat dikembangkan melalui KBU.
2.2. Desa Vokasi
Vokasi adalah penguasaan keahlian terapan tertentu sehingga seseorang
mempunyai keahlian siap pakai atau bisa mandiri dan bekerja. Kecakapan
vokasional

yang

dibelajarkan

bernilai

ekonomi

tinggi

dan

memiliki

keunikan/keunggulan lokal.
Sedang desa vokasi adalah kawasan desa/kelurahan yang menjadi sentra
penyelenggaraan kursus dan/atau pelatihan berbagai kecakapan vokasional dan
pengelolaan unit-unit usaha (produksi/jasa) berdasarkan keunggulan lokal dalam
dimensi sosial, budaya, dan lingkungan.
Dengan demikian, desa vokasi merupakan kawasan desa/kelurahan yang
mengembangkan berbagai layanan pendidikan keterampilan (Vokasi) dan
kelompok-kelompok usaha untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang
mampu menciptakan produk/jasa atau karya lain yang bernilai ekonomi tinggi,
bersifat unik dengan menggali dan mengembangkan potensi desa yang memiliki
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif berbasis kearifan lokal. (Ahmad
S, 2015)
2.3. Pendidikan dan Latihan (Diklat)
Diklat mempunyai arti penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam
rangka meningkatkan kemampuan dan kompetensi dalam melaksanakan tugas
dan jabatan tertentu. Kebutuhan diklat adalah jenis diklat yang dibutuhkan oleh
seorang pemegang jabatan atau pelaksana pekerjaan tiap jenis jabatan atau unit
organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam
melaksanakan tugas yang efektif dan efisien (Amriani H, 2013).

BAB III
4

Pembahasan
3.1. Program Desa Vokasi
Desa vokasi adalah kawasan desa/kelurahan yang menjadi sentra
penyelenggaraan kursus dan/atau pelatihan berbagai kecakapan vokasional dan
pengelolaan unit-unit usaha (produksi/jasa) berdasarkan keunggulan lokal dalam
dimensi sosial, budaya, dan lingkungan. Contoh nyata desa vokasi adalah desa
vokasi batik, otomotif, kerajinan, elektronik, dan masih banyak lagi.
Program desa vokasi dimaksud untuk mengembangkan sumberdaya
manusia dan lingkungan yang dilandasi oleh nilai-nilai budaya dan pemanfaatan
potensi lokal. Melalui program ini diharapkan terbentuk kawasan desa yang
menjadi sentra beragam vokasi, dan terbentuknya kelompok-kelompok usaha
yang memanfaatkan potensi sumberdaya dan kearifan lokal. Dengan demikian,
warga masyarakat dapat belajar dan berlatih menguasai keterampilan yang dapat
dimanfaatkan untuk bekerja atau mencipatakan lapangan kerja sesuai dengan
sumberdaya yang ada di wilayahnya, sehingga taraf hidup masyarakat semakin
meningkat.
Secara spesifik, program desa vokasi merupakan wujud implementasi
program pendidikan kecakapan hidup dalam spektrum perdesaan dengan
pendekatan kawasan, yaitu kawasan pedesaan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (Ditjen PAUDNI) mengembangkan model
program desa vokasi. Diharapkan dengan program ini dapat:
1. Mewujudkan harmoni hidup pedesaan antara sektor pendidikan,
ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan
2. Memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan serta kewirausahaan
3. Membentuk kelompok-kelompok usaha kecil
4. Memberdayakan potensi lingkungan untuk usaha produktif
5. Menguatkan dan menyadarakan nilai-nilai sosial-budaya yang sudah ada
6. Menyadarkan dan mampu melestarikan potensi alam
7. Menciptakan lingkungan terampil, kreatif, dan inovatif, tetapi tetap arif.
2.2. Penerapan dan Model Diklat Desa Vokasi
Model desa vokasi dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan
Pelatihan, Ditjen PAUDNI sebagai berikut.
Focus Group Discussion (FGD). Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan
adalah diskusi yang berfokus pada sumber vokasi yang berbasis pada potensi
5

unggulan lokal. Diskusi ini dilakukan dengan melibatkan aparat desa dan tokoh
masyarakat. Hasil yang diharapkan dari FGD ini adalah terpilihnya sentra-sentra
vokasi dan pengurus desa vokasi.
Sentra Vokasi (SV) adalah kelompok kegiatan keterampilan yang berbasis
potensi unggulan lokal desa yang dibentuk oleh pengurus desa vokasi secara
mufakat dan demokrasi. Setelah itu dilakukan orientasi dan diklat penumbuhan
dan penguatasn sentra vokasi. Adapun mareti orientasi dan diklat adalah: (1)
Dinamika sentra; (2) Membangun Kewirausahaan; (3) Pengelolaan Keuangan
Sentra; (4) Penjelasan Teknis Pembelajaran Vokasi.
Pembelajaran Vokasi (PV) adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan
di masing-masing kelompok vokasi (keterampilan). Persentasi PV adalah 20
persen teori dan 80 persen praktik. Kegiatan PV ini menghadirkan narasumber
teknis (NST) ahli dalam vokasi sentra. Selama proses PV didampingi oleh
pengurus desa vokasi dan pihak-pihak terkait dalam pemberdayaan desa vokasi
sampai proses pengembangan, pelayanan, pemeliharaan dan inovasi desa vokasi
berbasis pada keunggulan lokal (Ahmad S, 2015).

TIM
PENGEMBANG

STUDI EKSPLORASI
VOKASI BERBASIS
KEUNGGULAN LOKAL

FGD DESA VOKASI


BERBASIS POTENSI
SENTRA VOKASI

KEMENDIKBUD
PEMPROV
PEMKOT/KAB
PERGURUAN
TINGGI
PKBM

ORIENTASI DAN DIKLAT


SENTRA VOKASI BERBASIS
POTENSI UNGGULAN
PEMBELAJARAN VOKASI BERBASIS POTENSI
UNGGULAN LOKAL
PENGEMBANGAN DAN PELAYANAN DESA VOKASI BERBASIS POTENSI
PEMELIHARAAN, EVALUASI DAN
Gambar 1. Skema Model Desa Vokasi
Keterangan:

Garis tebal hitam merupakan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan taraf


hidup masyarakat melalui program kewirausahaan berbasis pada potensi
unggulan lokal. Oleh karena itu, pemerintah menunjuk pihak-pihak yang terkait
untuk melakukkan studi eksplorasi vokasi berbasis pada potensi unggulan lokal.
Tujuan
Tujuan penyelenggaraan Program Desa Vokasi adalah:
1. Memberikan berbagai keterampilan kerja bagi warga masyarakat yang
karena sesuai hal menganggur karena tidak memiliki keterampilan yang
sesuai kebutuhan lapangan kerja.
2. Mendorong lembaga-lembaga pendidikan nonformal untuk memberikan
pembekalan bagi masyarakat untuk memiliki keterampilan kerja sekaligus
mengurangi

pengangguran

dan

kemiskinan.

(Ditjen

PAUDNI

Kemendikbud, 2013).
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan Program Desa Vokasi adalah:
1. Minimal 90% dari jumlah peserta didik dapat menyelesaikan program
pelatihan dengan tuntas.
2. Minimal 60% dari peserta didik yang telah selesai mengikuti pembelajaran
program Desa Vokasi merintis usaha.
3. Pelaksanaan program bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
4. Adanya laporan penyelenggaraan program dan keuangan Program Desa
Vokasi;
5. Kecepatan dan ketepatan dana Bantuan Sosial Program yang diakses oleh
lembaga penyelenggara.
Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu penyelenggaraan Program Desa Vokasi dilakukan dengan:
1. Monitoring dan evaluasi oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan,
UPT, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
2. Pengawasan dan pemeriksaan dapat dilakukan oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Pengawas Daerah
(Bawasda), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), atau aparat pengawasan lainnya.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan
7

dan Kebudayaan Nomor 64 tahun 2012 tentang Bantuan Kepada Satuan


Pendidikan Anak Usia Dini dan Nonformal serta lembaga di Bidang PAUDNI,
Pendidikan Nonformal, dan Pendidikan Informal, dan DIPA Direktorat Pembinaan
Kursus dan Pelatihan, maka Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan
menyediakan dukungan untuk penyelenggaraan Program Desa Vokasi dalam
bentuk:
1. Sosialisasi program Desa Vokasi, yaitu kegiatan publikasi tentang petunjuk
teknis yang telah diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan
Pelatihan. Sosialisasi ini dilakukan kepada UPT (P2PAUDNI), Dinas
Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Organisasi Mitra,
Asosiasi Profesi, Lembaga Kursus dan Pelatihan, PKBM, dan unsur terkait
lainnya. Informasi secara online tentang program Desa Vokasi dapat
diunduh

di

website

Direktorat

Pembinaan

Kursus

dan

Pelatihan

www.infokursus.net atau www.paudni.kemdiknas.go.id/ kursus


2. Penyediaan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
dan bahan ajar untuk kursus dan pelatihan yang terstruktur.
3. Pembekalan program Desa Vokasi, diberikan kepada lembaga kursus dan
pelatihan atau lembaga pendidikan lain (PKBM) sebagai penyelenggara
program Desa Vokasi.
4. Dana bantuan merupakan stimulan untuk penyelenggaraan pembelajaran
program Desa Vokasi yang ada pada Direktorat Pembinaan Kursus dan
Pelatihan. Sifat dana ini adalah bantuan sehingga tidak semua komponen
dibantu 100%.
Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor pendukung dalam program dibagi menjadi dua, yaitu: pendukung
internal dan pendukung eksternal. Adapun yang menjadi faktor pendukung internal
adalah cita-cita dan target dari peserta program desa vokasi untuk memperbaiki
kualitas hidupnya. Target tersebut kemudian menjadi pendorong timbulnya
semangat dari dalam individu tersebut untuk berusaha merubah keadaan
hidupnya, dari yang belum berdaya menuju keadaan yang lebih berdaya. Faktor
pendukung eksternal adalah komitmen yang kuat dari aparat desa, pembinaan
dari P2PAUDNI, dan berbagai dinas terkait seperti Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan, Dinas Perindustrian, dan Dinas Koperasi dan UMKM.
Faktor penghambat internal adalah kurangnya motivasi dari dalam diri
peserta yang mengakibatkan ketidakkonsistenan peserta dalam menekuni usaha.
8

Kurangnya motivasi peserta sebagai faktor penghambat pemberdayaan pada


program desa vokasi. Penghambat eksternal, yaitu diantaranya cuaca pada saat
proses produksi, keterbatasan modal produksi, dan banyaknya pesaing dalam
proses pemasaran.
3.3 Peran PKBM dalam Pelaksanaan Diklat
PKBM menawarkan beragam layanan pendidikan mulai dari pendidikan
anak usia dini, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, hingga pendidikan
perempuan dan kecakapan hidup. Semua layanan tersebut terbentuk dari, oleh,
dan untuk masyarakat di bawah jejaring kemitraan dengan berbagai pihak terkait.
Masyarakat berinvestasi dan tidak jarang merelakan sebagian asetnya berupa
lahan, tenaga, pikiran, dan anggaran untuk membangun dan menyelenggarakan
pendidikan nonformal di PKBM.
Melalui Kelompok Belajar Usaha (KBU), PKBM berperan sebagai
penyelenggara diklat, menyediakan fasilitator atau tenaga pendidik dan sarana
prasarana diklat desa vokasi. Dalam pelaksanaan diklat, standar, potensi,
kompetensi tutor dan sarana prasarana PKBM harus memadai. Program dan
layanan yang ditawarkan juga berbasis konteks dan kebutuhan masyarakat
setempat. Oleh karena itu diperlukan pendataan untuk mengukur keragaman
potensi, mengumpulkan informasi, dan melihat keunggulan lokal suatu desa.
Dalam

pelaksanaan

diklat

diperlukan

analisis

kebutuhan. Analisis

kebutuhan meliputi biaya operasional, biaya pengadaan alat dan bahan, biaya
sarana dan prasarana, serta biaya pengajar atau tutor. Pelaksanaan program
diklat harus memiliki standar sesuai KKNI dan SKL yang ditentukan. Penyiapan
alat dan bahan diklat juga harus sesuai standar. Metode pengajaran yang
digunakan berupa 20 persen teori dan 80 persen praktik. Setelah program diklat
berhasil dilaksanakan, perlu diadakan evaluasi pelaksanaan diklat. Evaluasi
yang dilakukan tidak hanya sebatas pelaksanaan diklatnya saja, akan tetapi juga
dilihat dari kemampuan tutor/pengajar dan kompetensi akhir dari peserta didik.
Diklat yang berhasil adalah diklat yang dapat menghasailkan peserta didik yang
memiliki kompetensi diri sehingga dapat diterima bekerja di industri atau bahkan
dapat membuka usaha sendiri.

BAB IV

Penutup

4.1 Kesimpulan
Model pengembangan diklat desa vokasi melalui PKBM dengan
pemberdayaan sentra vokasi berbasis potensi unggulan lokal merupakan salah
satu alternatif untuk memberikan rujukan/contoh untuk membentuk desa vokasi
berbasis potensi unggulan desa. Keunggulan model ini antara lain sebagai
berikut.
1.

Dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat desa

2.

Jenis vokasi tadak harus sama dengan desa lain. (yang terpenting
berbasis pada potensi unggulan desa yang dikembangkan dan kompetensi
masyarakat yang dimiliki).

3.

Melibatkan sumberdaya desa yang ada.

4.

Dapat berkembang sesuai dengan sumber daya desa yang dikembangkan.

5.

Meningkatakan kompetensi masyarakat desa.

6.

Membangun kewirausahan baru desa dan mengurangai pengangguran.

Daftar Pustaka
Ahmad

S (2015). Pengertian dan Model Desa Vokasi. Diakses dari:


http://visiuniversal.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-dan-model-desavokasi.html. Pada tanggal 20 September 2015, jam 19.55 WIB.

10

Amrina H (2013). Pengertian Tujuan Proses dan Fokus Diklat. Diakses dari:
(http: //amrianihamzah. blogspot.co.id/2013/01/ pengertian-tujuan-prosesdan-fokus.html. Pada tanggal 21 september 2015, jam 20.55 WIB.
Ditjen PAUDNI Kemendikbud (2013). Petunjuk Pelaksanaan Desa Vokasi
http://www.infokursus.net/index.php. Diakses pada tanggal 20 September 2015,
jam 18.45 WIB.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan,
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 tahun 2012 tentang
Bantuan Kepada Satuan Pendidikan Anak Usia Dini dan Nonformal
wikipedia.org//Pusat_Kegiatan_Belajar_Masyarakat. Diakses pada tanggal 21
September 2015, jam 18.55 WIB.

11

Anda mungkin juga menyukai