KELOMPOK 4
DOSEN PEMBIMBING
PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2019
i
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
A. SKENARIO ................................................................................................................... 1
B. PERMASALAHAN....................................................................................................... 1
BAB II................................................................................................................................. 2
A. Klausul CPOB ............................................................................................................... 2
B. CAPA (Corrective Action Preventive Action) ............................................................... 8
C. Bagan Penanganan Masalah .......................................................................................... 9
BAB III ............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11
LAMPIRAN...................................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. SKENARIO
B. PERMASALAHAN
1. Terdapat 5 kantong produk infus Ringer Laktat dengan nomor bets QC 3456
berwarna kuning pucat
2. Terdapat 3 pasien mengalami mual muntah setelah menggunakan infus
Ringer Laktat tetap dengan nomor bets yang berbeda
3. Direktur pabrik mengintruksikan untuk menarik semua produk infus Ringer
Laktat dengan nomor bets QC3456.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klausul CPOB
9.5 Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci tindakan yang diambil
setelah menerima keluhan. Semua keluhan hendaklah didokumentasikan
dan dinilai untuk menetapkan apakah terjadi cacat mutu atau masalah lain.
9.7 Karena tidak semua keluhan yang diterima diakibatkan oleh cacat mutu,
keluhan yang tidak menunjukkan potensi cacat mutu hendaklah
didokumentasikan dengan tepat dan dikomunikasikan kepada bagian atau
personel yang relevan yang bertanggung jawab atas investigasi dan
pengelolaan keluhan terkait, misal dugaan efek samping.
Hal ini harus dilakukan, karena terdapat keluhan produk infus ringer lactat
Ringer Laktat yang menyebabkan 3 pasien mengalami mual muntah.
2
3
9.9 Ketika investigasi cacat mutu dimulai, hendaklah tersedia prosedur yang
setidaknya mencakup hal-hal berikut:
9.11 Jika ditemukan atau dicurigai cacat mutu pada suatu bets, maka hendaklah
dipertimbangkan untuk memeriksa bets atau mungkin produk lain untuk
memastikan apakah bets lain atau produk lain tersebut juga terkena dampak.
Terutama hendaklah diinvestigasi apabila bets lain mengandung bagian atau
komponen yang cacat.
Hal ini harus dilakukan, untuk menghindari cacat produk pada bets lain.
Pengujian dapat dilakukan dengan nomor bets sebelum dan sesudah produk
dengan nomor bets QC 3456.
9.14 Informasi yang komprehensif tentang jenis dan luas dari cacat mutu tidak
selalu diperoleh pada tahap awal investigasi, oleh karena itu proses
pengambilan keputusan hendaklah tetap memastikan bahwa tindakan
pengurangan-risiko yang tepat diambil selama investigasi dilakukan. Semua
keputusan dan tindakan yang diambil sebagai akibat dari cacat mutu
hendaklah didokumentasikan.
9.15 Cacat mutu hendaklah dilaporkan tepat waktu oleh pabrik pembuat kepada
pemegang izin edar dan semua otoritas pengawas obat terkait dalam kasus-
5
9.16 Tingkat analisis akar masalah yang tepat hendaklah diterapkan selama
investigasi cacat mutu. Apabila akar masalah cacat mutu yang sebenarnya
tidak dapat ditentukan, pertimbangan hendaklah diberikan untuk
mengidentifikasi akar masalah yang paling mungkin dan tindakan untuk
mengatasinya.
Pabrik tidak melakukan analisis akar masalah yang tepat, dan terkesan
terburu buru dalam mengambil tindakan seperti langsung melakukan
penarikan produk infus Ringer Laktat QC 3456 tanpa dilakukan pengecekan
apakah cacat mutu produk tersebut berasal dari pabrik (dapat mengecek
retain sample) atau berasal dari faktor lain seperti saat pendistribusian oleh
distributor, pengelolaan produk seperti penyimpanan dan lain lain oleh RS
tersebut.
9.20 Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang jika perlu dikaji dan
dimutakhirkan secara berkala, untuk mengatur segala tindakan penarikan
atau tindakan pengurangan-risiko lain.
6
Diduga pabrik tidak memiliki prosedur tertulis seperti protap atau SOP yang
mengatur tentang penarikan produk atau tindakan pengurangan resiko lain.
Hal tersebut dilihat dari pimpinan perusahaan menginstruksikan penarikan
produk infus Ringer Laktat QC 3456 tanpa mendapatkan pelaporan dari
bagian pemastian mutu.
Penarikan Kelas I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a termasuk namun
tidak terbatas pada obat yang: a. telah memiliki izin edar yang tidak
memenuhi persyaratan keamanan; b. terkontaminasi mikroba pada sediaan
injeksi dan obat tetes mata; c. terkontaminasi kimia yang menyebabkan efek
serius terhadap kesehatan; d. labelnya tidak sesuai dengan kandungan
dan/atau kekuatan zat aktif; e. ketercampuran obat dalam lebih dari satu
wadah; dan/atau f. kandungan zat aktif salah dalam obat multi komponen
yang menyebabkan efek serius terhadap kesehatan.
9.28 Produk yang ditarik hendaklah diberi identitas dan disimpan terpisah di area
yang aman sementara menunggu keputusan terhadap produk tersebut.
Disposisi formal dari semua bets yang ditarik hendaklah dibuat dan
didokumentasikan.
9.29 Perkembangan proses penarikan hendaklah dicatat sampai selesai dan dibuat
laporan akhir, termasuk hasil rekonsiliasi antara jumlah produk/bets yang
dikirim dan yang dikembalikan.
Evaluasi tersebut hendaklah diperluas baik dalam hari kerja maupun di luar
hari kerja dan saat melakukan evaluasi hendaklah mempertimbangkan
apakah simulasi penarikan perlu dilakukan. Evaluasi ini hendaklah
didokumentasikan dan dijustifikasi.
Corrective Action :
Preventive Action :
1. Melakukan inspeksi diri untuk menjamin mutu pada setiap produk yang
dihasilkan.
2. Melakukan analisis trend secara berkala pada setiap produk untuk
menghindari kecacatan produk.
3. Melakukan pengkajian berkala terhadap semua keluhan agar kejadian tidak
terulang.
4. Membuat prosedur tetap tentang penangan keluhan dan penarikan produk
agar sesuai dengan peraturan yang berlaku
5. Melakukan pelatihan dan sosialisasi tentang penangan keluhan dan
penarikan produk.
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11
LAMPIRAN
PROSEDUR TETAP Halaman 1 dari 3
Penanganan Keluhan Produk No: 01
PT. JAYA MANDIRI Tanggal Berlaku
Departemen Seksi 20-08-2011
Pemastian Mutu
Disusun Oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh Mengganti
Anggota QA Kepala QA Kepala QA No: -
Tanggal: 05-02-2019 Tanggal: 05-02-2019 Tanggal: 05-02-2019 Tanggal: -
1. Tujuan:
Untuk menangani keluhan yang diterima secara cepat dan tepat;
Sebagai dasar untuk perbaikan proses produksi atau perbaikan formulasi;
Pencegahan keberulangan keluhan yang sama; dan
Sebagai bahan pertimbangan untuk penarikan kembali produk secara efektif.
2. Ruang Lingkup:
Berlaku untuk semua keluhan baik dari dalam maupun dari luar Perusahaan.
3. Tanggung Jawab:
3.1 Kepala Bagian Pemastian Mutu bertanggung jawab menyiapkan, mengkaji dan melatihkan
Protap ini serta mengoordinasi, mengevaluasi penelitian, penyelidikan, mengategorisasi dan
tindak lanjut, serta memberi jawaban terhadap keluhan yang diterima yang beraspek teknis.
Kategori kekeritisan:
a) Kritis: yang dapat berdampak pada kesehatan dan sub-standar.
b) Nonkritis: di luar dari a), misal label miring atau tidak lengkap.
3.2 Kepala Bagian Pemasaran bertanggung jawab untuk menangani keluhan yang beraspek
farmakologis dan efek samping yang merugikan dan memberi jawaban kepada pelanggan /
konsumen.
3.3 Kepala Bagian Pengawasan Mutu bertanggung jawab melakukan pemeriksaan dan / atau
pengujian terhadap sampel produk yang diterima yang beraspek teknis.
3.4 Kepala Bagian Produksi bertanggung jawab melakukan pemeriksaan catatan bets dan
membuat laporan hasil penelitian dan penyelidikan yang beraspek teknis.
3.5 Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (R & D) bertanggung jawab memberi
dukungan dalam melakukan penelitian, penyelidikan serta evaluasi tiap keluhan produk
yang berkaitan dengan kualitas produk untuk menentukan tindak lanjut yang tepat.
4. Bahan dan Alat:
----------
5. Prosedur:
5.1 Catat tiap keluhan yang diterima dalam Formulir Keluhan Produk menurut Protap Menerima
Keluhan nomor ..........................
5.2 Kepala Bagian Pemasaran memisahkan keluhan berdasarkan kategori:
A. Teknis yaitu keluhan yang berkaitan dengan kualitas produk yaitu mencakup:
kondisi fisis,
kimiawi,
mikrobiologi, dan
penampilan produk.
B. Farmakologis dan efek samping yaitu keluhan yang berkaitan dengan reaksi
produk yang merugikan:
reaksi alergi seperti antara lain: mual, muntah, diarrhea, gatal,
reaksi tidak manjur, dan
reaksi yang membahayakan kesehatan.
12
13
10. Distribusi
Asli: Kepala Bagian Pemastian Mutu
Kopi No 1 : Kepala Bagian Pengawasan Mutu
No 2 : Kepala Bagian Produksi
No 3 : Kepala Bagian Teknik
No 4 : Kepala Bagian Pemasaran
No 5 : Pemimpin Perusahaan
15
10. Distribusi
Asli: Kepala Bagian Pemastian Mutu
Kopi No. 1: Kepala Bagian Gudang
No. 2: Kepala Bagian Pemasaran
No. 3: Pemimpin Perusahaan