RESUME
KOMPETENSI KHUSUS 26, 27, & 28
OLEH :
Obat Kembalian
Produk yang dikembalikan dari peredaran dan telah lepas dari pengawasan
industri farmasi hendaklah dimusnahkan. Produk tersebut dapat dijual lagi, diberi
label kembali atau dipulihkan ke bets berikut hanya bila tanpa keraguan mutunya
masih memuaskan setelah dilakukan evaluasi secara kritis oleh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) sesuai prosedur tertulis. Evaluasi tersebut
meliputi pertimbangan sifat produk, kondisi penyimpanan khusus yang
diperlukan, kondisi dan riwayat produk serta lama produk dalam peredaran.
Bilamana ada keraguan terhadap mutu, produk tidak boleh dipertimbangkan untuk
didistribusikan atau dipakai lagi, walaupun pemrosesan ulang secara kimia untuk
memperoleh kembali bahan aktif dimungkinkan. Tiap tindakan yang diambil
hendaklah dicatat dengan baik.
Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan,
penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan
apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah
dilakukan evaluasi secara kritis. Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian
dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat
dikembalikan ke dalam persediaan;
2. Produk kembalian yang dapat diproses ulang;
3. Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses
ulang.
Prosedur hendaklah mencakup:
1. Identifikasi dan catatan mutu produk kembalian;
2. Penyimpanan produk kembalian dalam karantina;
3. Penyelidikan, pengujian dan analisis produk kembalian oleh bagian
Pengawasan Mutu;
4. Evaluasi yang kritis sebelum manajemen mengambil keputusan apakah
produk dapat diproses ulang atau tidak;
5. Pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil pengolahan
ulang.
Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan.
Prosedur pemusnahan bahan atau pemusnahan produk yang ditolak hendaklah
disiapkan. Prosedur ini hendaklah mencakup tindakan pencegahan terhadap
kontaminasi lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang
tidak mempunyai wewenang.
KOMPETENSI KHUSUS 27
PERSYARATAN HIGIENE DAN PELATIHAN KARYAWAN
Persyaratan Higienis
Program higiene yang rinci hendaklah disiapkan dan disesuaikan dengan berbagai
kebutuhan di pabrik. Program tersebut hendaklah mencakup prosedur yang
berkaitan dengan praktik kesehatan dan higiene serta pakaian personel. Prosedur
hendaklah dipahami dan dipatuhi secara ketat oleh setiap personel yang bertugas
di area produksi dan pengawasan. Pelaksanaan program higiene hendaklah
didorong oleh manajemen dan dibahas secara luas selama sesi pelatihan
1. Personel hendaklah menerapkan sanitasi yang baik dan kebiasaan sehat.
2. Personel hendaklah mengenakan pakaian bersih dan sesuai untuk kegiatan
pembuatan di mana mereka terlibat dan bila perlu, pakaian ini hendaklah
diganti. Pakaian perlindung tambahan, seperti penutup kepala,wajah, tangan
dan lengan hendaklah dikenakan jika diperlukan, untuk melindungi produk
antara dan BAO dari kontaminasi.
3. Personel hendaklah menghindari kontak langsung dengan produk antara atau
BAO.
4. Merokok, makan, minum, mengunyah dan menyimpan makanan hendaklah
dibatasi pada area tertentu yang telah ditetapkan yang terpisah dari area
pembuatan.
5. Personel yang menderita penyakit infeksi atau memiliki luka terbuka pada
permukaan yang terpapar di tubuh tidak boleh melaksanakan kegiatan yang
dapat memengaruhi mutu BAO. Tiap personel yang kapanpun terlihat (melalui
baik pemeriksaan medis maupun pengamatan supervisor) memiliki tanda-
tanda sakit atau luka terbuka hendaklah tidak dilibatkan dalam kegiatan di
mana kondisi kesehatan dapat merugikan mutu BAO sampai kondisinya pulih
atau personel medis yang terkualifikasi memutuskan bahwa keterlibatan
personel tersebut tidak akan membahayakan keamanan atau mutu BAO.
Higiene Perorangan
1. Program higiene yang rinci hendaklah disiapkan dan disesuaikan dengan
berbagai kebutuhan di pabrik. Program tersebut hendaklah mencakup prosedur
yang berkaitan dengan praktik kesehatan dan higiene serta pakaian personel.
2. Prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi secara ketatoleh setiap personel
yang bertugas di area produksi dan pengawasan. Pelaksanaan program higiene
hendaklah didorong oleh manajemen dandibahas secara luas selama sesi
pelatihan.
3. Semua personel hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saatproses
perekrutan. Merupakan kewajiban industri farmasi agar tersedia instruksi yang
memastikan bahwa kesehatan personel yang dapat memengaruhi mutu produk
harus diketahui perusahaan. Sesudah pemeriksaan kesehatan awal, hendaklah
dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan personel bila
diperlukan.
4. Hendaklah diambil tindakan untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang
berpenyakit menular atau memiliki lesi terbuka pada tubuh terlibat dalam
pembuatan obat. Setiap orang yang memasuki area pembuatan hendaklah
mengenakan pakaian pelindung sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan.
5. Makan, minum, mengunyah atau merokok, atau menyimpan makanan,
minuman, bahan merokok atau obat-obatan pribadi di area produksi dan area
gudang hendaklah dilarang. Secara umum, hendaklah dilarang melakukan
kegiatan yang tidak higienis di dalam area pembuatan atau diarea lain yang
dapat memengaruhi mutu produk.
6. Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan
produk yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan
dengan produk. Personel hendaklah diinstruksikan supaya menggunakan
sarana cuci tangan.
7. Persyaratan khusus untuk pembuatan produk tertentu, misal sediaan steril,
tercakup dalam Aneks 1 Pembuatan Produk Steril.
8. Kewajiban tiap personil mengamati peraturan mengenai kesehatan kerja,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan personel, demikian pula
pengawasan higiene terhadap proses pembuatan obat yang harus diterapkan
oleh personil.
3. Penanganan Limbah
Limbah cair, limbah padat dan limbah lain (misal: produk sampingan
padat, cair atau gas hasil pembuatan) di- dan dari bangunan serta area sekitar
hendaklah dibuang secara aman, tepat waktu dan bersih. Wadah dan/atau pipa
untuk limbah hendaklah diidentifikasi secara jelas.
Limbah tidak boleh dibiarkan menumpuk. Limbah hendaklah
dikumpulkan dalam wadah penampung yang sesuai untuk disingkirkan ke
lokasi pengumpulan di luar bangunan dan dimusnahkan dengan metode yang
aman dan saniter secara teratur dalam interval waktu pendek.
Instalasi pengolahan air limbah (Ipal) adalah untuk menurunkan kadar zat
pencemar yang terkandung dalam air limbah sehingga memenuhi persyaratan
Untuk menurunkan kadar zat pencemar sampai pada batas (ambang) baku mutu
yang telah ditetapkan atau diperbolehkan. Dalam pengelolaan limbah cair,
terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Karakteristik dari limbah, karakteristik limbah sangat berbeda antara
industri yang satu dengan industri yang lain, bahkan dalam satu jenis
industri pun memiliki karakteristik limbah yang berbeda-beda oleh
karenanya, agar memperoleh gambaran spesifik tentang karakteristik
dari limbah yang akan diolah maka harus dilakukan pengamatan atau
survei dari limbah yang dihasilkan oleh industri Farmasi tersebut.
Kemampuan badan air (Assimilative capacity), pengolahan limbah cair
sangat tergantung dari kemampuan badan air (misalnya Sungai, Kali,
dan lain-lain) untuk menerima beban yang berupa limbah tanpa
mengakibatkan pencemaran.
Peraturan tentang limbah yang berlaku, peraturan mengenai baku mutu
lingkungan dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, daerah
Yogyakarta, misalnya Adalah bukan merupakan kota industri sehingga
memiliki baku mutu lingkungan yang berbeda dengan daerah-daerah
industri seperti DKI Jakarta. Peraturan- peraturan tersebut disesuaikan
dengan peruntukan (benefical use) air bersangkut.
Sumber pencemaran
Limbah cair di industri Farmasi antara lain berasal dari : bekas cucian
peralatan produksi, laboratorium, laundri dan rumah tangga, kamar mandi dan
WC, bekas reagensia di laboratorium.
Limbah Padat
Sumber Pencemaran
a. Debu/serbuk obat dari sistem pengendalian debu (dust collector)
b. Obat rusak/kadaluwarsa/obat sub standart (reject)
c. Kertas, karton, plastik bekas, botol dan aluminium foil dan sampah
Rumah tangga
d. Lumpur dari proses Instalasi Pengolahan Air Limbah
Upaya Pengelolaan Lingkungan
a. Sampah domestik dibuatkan tempat sampah
Warna hijau - sampah organik
Warna merah - sampah B3
Warna kuning - Sampah daur ulang
Warna abu-abu - sampah lain-lain seperti puntung rokok,
permen
b. Sisa – sisa kertas, karton, plastik dan aluminium foil dikumpulkan
kemudian dijual ke pengumpul sampah (perusahaan daur ulang
sampah)
c. Debu/sisa-sisa serbuk, obat rusak/kadaluwarsa serta lumpur dari
IPAL di bakar di incinerator
Tolak Ukur Adapun yang menjadi tolak ukur dampak limbah padat SK
MENLH No.50/MENLH/1995 tentang baku mutu tingkat kebauan
lingkungan pabrik yang bersih, tidak berbau, tidak ada limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun), sampah tertata rapi.
Pemantauan Kualitas lingkungan (kebersihan) di dalam area industri
Limbah Udara/Gas
Sumber Pencemaran
a. Debu selama proses produksi
b. Uap lemari asam di laboratorium
c. Uap solvent proses film coating
d. Asap Steam boiler, generator listrik dan incinerator
Upaya Pengelolaan Lingkungan
a. Lemari asam dilengkapi dengan exhaust fan dan cerobong ± 6 m
dilengkapi dengan absorbent
b. Solvent di ruang coating digunakan dust collector (wet system)
c. Debu disekitar mesin produksi dipasang penyedot debu dan dust collector
unit
d. Asap dari Genset dan Incenerator dibuat cerobong asap ± 6 m
Tolak ukur SK MEN LH No.50/MENLH/1995 tentang baku mutu emisi
sumber tidak bergerak
Pemantauan Kualitas udara di dalam dan diluar lingkungan pabrik, meliputi
kadar H2S, NH, SO2,CO,NO2, O3, total solid particle (TSP/debu), dan Pb
(timbal)
Limbah Suara
Sumber Pencemaran
Suara dan getaran dari mesin-mesin pabrik, genset, dan steam boiler.
Upaya Pengelolaan Lingkungan
a. Untuk menanggulangi kebisingan yang ditimbulkan oleh genset, dibuat
ruangan berdinding dua (double cover) dan dilakukan perawatan mesin
secara berkala
b. Untuk menanggulangi getaran yang ditimbulkan oleh mesin genset dan
mesin-mesin lain, mesin-mesin ditempatkan pada lantai yang telah dicor
beton dan diberi penguat (pengunci antara mesin dan lantai)
Tolak ukur dampak
SK MENLH No.48/MENLH/1995 tentang baku mutu tingkat kebisingan SK
MENLH No.49/MENLH/1995 tentang baku mutu tingkat getaran
Pemantauan
Angka kebisingan dan getaran di dalam dan diluar area pabrik
Kebisingan : max 65 dB
Getaran : max 7,5 Hz
Limbah cair
Sumber Pencemaran berasal dari
a. Bekas cucian peralatan produksi, laboratorium, laundri dan rumah tangga
b. Kamar Mandi dan WC
c. Bekas reagensia di Laboratorium
Prinsip Pengelolaan limbah cair
a. Pengolahan limbah primer
Tujuan pengolahan limbah pada tahap ini adalah menghilangkan buangan
yang tidak larut terdapat empat tahap yaitu:
a) Screening, pada tahap ini berisi usaha-usaha untuk mengurangi atau
menghilangkan bahan buangan yang besar seperti: sampah, plastik,
botol bekas, kayu, barang rongsokan, dan sisa’-sisa lain yang
berukuran besar. Untuk menghilangkan limbah ini dapat dibuat
saringan dengan menggunakan kasa atau ijuk. Benda yang tertangkap
Sharingan tersebut dapat diambil secara manual atau dengan alat
mekanis secara periodik dan continue (misalnya setiap pagi atau setiap
sore).
b) Canal longitudinal, benda-benda yang masih dapat melewatisaringan
kasa besi atau ijuk (misalnya pasir) diendapkan dengan menggunakan
semacam kanal yang yang bagian bawahnya dibuat agar melebar
(Canal longitudinal) benda-benda yang mengendap di bagian bawah
kanal tersebut selanjutnya dapat diambil secara pada waktu-waktu
tertentu secara periodik.
c) Penghilang lemak, minyak dan sejenisnya, tahap ini mempunyai
prinsip bahwa lemak, minyak dan sejenisnya memiliki berat jenis
yang lebih kecil dari air sehingga akan mengapung di bagian atas air.
Untuk menghilangkan jenis kotoran ini, air limbah dialirkan ke kolam
yang berukuran relatif luas dan memiliki aliran rendah dan tenang.
d) Menghilangkan zat padat tersuspensi, pada tahap ini dilakukan dengan
cara mengalirkan limbah cair ke dalam suatu saluran yang dilengkapi
dengan menyaring penyaring dari kasa yang diperuntukkan untuk
menyaring zat yang tersuspensi.
b. Pengolahan limbah sekunder.
Prinsip pengolahan limbah pada tahap ini adalah untuk
menghilangkan kontaminan kontaminan lain proses pada pengolahan
primer, yaitu padatan tersuspensi (solid suspenede). Senyawa-senyawa
organik terlarut dan senyawa-senyawa anorganik terlarut. Cara untuk
menghilangkan kontaminan kontaminan ini adalah dengan cara filtrasi
sederhana, penambahan suatu koagulator, penambahan arang aktif
( terutama untuk menurunkan kadar fenol), serta penambahan bahanbahan
kimia dengan bahan-bahan flokulan ( misalnya Al2O3, Ca(OH)2 ,kaporit,
dan lain sebagainya)
c. Pengolahan limbah tersier
Prinsip pengolahan pada tahap ini adalah untuk menurunkan COD
dan BOD serta menambah oksigen terlarut (disolvend oxigen/DO).
Beberapa metode yaitu
a) Secara fisik penambahan oksigen terlarut di lakukan dengan
menyemburkan udara bebas ke dalam air limbah pada bak atau
kolam aerasi secara terus menerus
b) Secara biologis dilakukan dengan cara menggunakan (activated
slugde), dimana limbah dialirkan ke dalam bak atau kolam
penampungan yang berisi mikroorganisme yang akan merubah zatzat
organik menjadi biomassa atau energi dan gas CO2.
c) Secara mekanisme biologis dapat dilakukan dengan menyemprotkan
air limbah ke permukaan benda padat misalnya lantai beton yang
diberi mikroorganisme
d) Menghilangkan logam berat dapat dilakukan dengan penambahan
ca(OH)2 yang lebih dikenal dengan lime treatment. Selanjutnya air
limbah yang telah diolah dialirkan ke BAK atau kolam
penampungan akhir dimana pada kolam ini diberikan ikan atau
tanaman air sebagai indikator biologis.
4. Pemantauan
a. Kualitas badan air permukaan inlet dan outlet saluranlimbah, meliputikadar
COD, BOD, pH, TSS, N total serta parameter lain
termasukindikatorbiologis dan mikrobiologi.
b. Kualitas badan sungai sebelum dan sesudah outlet IPAL
Peraturan Bahan Pegawas Obat dan Makanan Nomor Republik Indonesia, No. 34
tahun 2018 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik.